IbM Perajin Tenggok Bambu di Dusun Grenjeng Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.

(B. Ekonomi)
IbM Perajin Tenggok Bambu di Dusun Grenjeng Kabupaten Boyolali Jawa Tengah
Kata kunci: desain, tenggok, manajemen usaha
Noviani, Leny; Wahida, Adam; Wahyuni, Sri
Fakultas KIP UNS, Pengabdian, BOPTN UNS, Ipteks bagi Masyarakat (IbM) , 2012
Tujuan umum pengabdian ini adalah untuk mengembangkan UKM kerajinan tenggok bambu di Dusun
Grenjeng Desa Trosobo agar keberadaannya terus berlanjut dan dapat meningkatkan kesejahteraan
perajin. Secara khusus tujuan pengabdian ini adalah untuk: 1) mengembangkan desain bentuk yang lebih
variatif, 2) membantu keberlangsungan usaha dengan menambah peralatan dan modal UKM, dan 3)
perbaikan manajemen usaha dan pemasaran .
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sosialisasi, pelatihan, perlombaan dan pendampingan.
Pelatihan ini dilakukan secara bertahap, yaitu: 1) peningkatan pengetahuan mengenai pentingnya
mengembangkan desain bentuk untuk memperluas segmen pasar dan pengetahuan mengelola usaha
yang khususnya pentingnya pemisahan uang usaha dan uang pribadi, 2) memberikan bantuan peralatan
dan bahan, 3) menyelenggarakan perlombaan untuk memperoleh prototipe model terbaik dari para
perajin, dan 4) pendampingan yang berupa pemberian konsultasi atas permasalahan yang dihadapi.
Melalui program ini dihasilkan tiga bentuk desain produk yang dikembangkan yaitu: 1) tenggok dengan
finishing warna, 2) tempat sampah dan 3) tempat pakaian kotor. Dengan pengembangan produk
tersebut segmen pasar lebih luas. Produk yang berupa tempat sampah dan tempat pakaian kotor lebih
luas pasarnya dibandingkan tenggok bambu. Sedangkan tenggok yang difinishing dengan warna menarik
akan meningkatkan harga jual. Dengan adanya bantuan alat dan modal dalam bentuk bambu dampak

nyata yang dapat dilihat adalah keberlangsungan usaha karena adanya tambahan modal dan meningkat
pula pendapatan perajin. Namun, dalam penggunaan alat untuk menggantikan “cukit” dengan bor,
masyarakat masih ragu dan sulit untuk menggunakannya. Hal ini dapat dimaklumi karena semua perajin
termasuk masyarakat kurang mampu yang terbatas pada kepemilikan listrik dan termasuk usia lanjut.
Upaya yang dilakukan tim untuk mengatasi hal tersebut adalah bekerjasama dengan perangkat desa
untuk membantu penggunaan alat bor tersebut secara bertahap agar dapat efisisien.