ANALISA KEBISINGAN RUANG PRODUKSI ES BALOK DALAM UPAYA MENGURANGI TINGKAT KEBISINGAN KERJA DI PDAU TIRTA RAHAYU KAB. TRENGGALEK.

ANALISA KEBISINGAN RUANG PRODUKSI ES BALOK
DALAM UPAYA MENGURANGI TINGKAT KEBISINGAN KERJ A
DI PDAU TIRTA RAHAYU KAB. TRENGGALEK

SKRIPSI

Oleh :
NUNGKI DWI SETYANTORO
0832010044

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J ATIM
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ANALISA KEBISINGAN RUANG PRODUKSI ES BALOK
DALAM UPAYA MENGURANGI TINGKAT KEBISINGAN KERJ A

DI PDAU TIRTA RAHAYU KAB. TRENGGALEK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Disusun Oleh :
NUNGKI DWI SETYANTORO
NPM. 0832010044

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ANALISA KEBISINGAN RUANG PRODUKSI ES BALOK
DALAM UPAYA MENGURANGI TINGKAT KEBISINGAN KERJ A
DI PDAU TIRTA RAHAYU KAB. TRENGGALEK
Disusun Oleh :
NUNGKI DWI SETYANTORO
NPM. 0832010044
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 25 Oktober 2012

Tim Penguji :
1.

Pembimbing :
1.

Enny Ariyani, ST, MT

NPY. 3700 9950 0411

Ir. Budi Santoso, MMT
NIP. 19561205 198703 1 001

2.

2.
Ir. Hari Purwoadi, MM
NIP. 19480828 198403 1 001

Dr s. Sartin, Mpd
NIP. 19580427 199003 1 001

3.
Ir. Budi Santoso, MMT
NIP. 19561205 198703 1 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Indsutri

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Ir. Sutiyono, MT
NIP. 19600713 198703 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan segala puji kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat,rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISA
KEBISINGAN RUANG PRODUKSI ES BALOK DALAM UPAYA MENGURANGI
TINGKAT KEBISINGAN KERJA DI PDAU TIRTA RAHAYAU KAB. TRENGGALEK”.
Skripsi ini merupakan persyaratan kelulusan studi program sarjana (S-1) jurusan Teknik
Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
Keberhasilan penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai
pihak. Dan pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan tulus ikhlas penulis
mengucapkan terima kasih kepada
1. Bapak Ir. Sutiyono,MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
2. Bapak Dr.Ir. Minto Waluyo, MM Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas
Pembangunan nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Ir. Budi Santoso, MMT. Selaku Dosen Pembimbing I
4. Bapak Drs. Sartin, Mpd Selaku Dosen Pembimbing II
5. Kedua Orang Tuaku yang selalu sabar dan mendukungku dalam bentuk apapun
6. Seluruh keluwargaku di trenggalek (Mbah Waluyo, Tante tyas, Tante Yuda serta
keluwarga prigi semuanya).
7. Rista teman yang baik hati terimakasih atas bantuannya.
8. Temen-temen angkatan ’08 jurusan teknik industri (Agung, Andre, Tomy, Helmi,
Herdi, Ridwan, Eby, Temon dan temen2 kelas B lainnya) terus berjuang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9. Maz Kun, Mbk Ning, dan temen-temen kos RK 5-J37 makasih telah menemani dan
memberi semangat.
10. Buat TINTO makasih atas do’a dan motifasinya.
11. Semua pihak yang telah membantu menulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dan menyadari sepenuhnya akan

keterbatasan pengetahuan dalam menyelesaikan laporan skripsi ini, untuk itu penyusun
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan skripsi ini.
Harapan penyusun semoga laporan ini memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan bagi pembaca semuanya.

Surabaya,

November 2012

Penyusun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
ABSTRAKSI ................................................................................................. x
BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2

Identifikasi Rumusan Masalah................................................... 2

1.3

Batasan Masalah... .................................................................... 2

1.4


Asumsi-asumsi .......................................................................... 3

1.5

Tujuan Penelitian ...................................................................... 3

1.6

Manfaat Penelitian .................................................................... 3

1.7

Sistematika Penulisan ................................................................ 4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1

Kebisingan ................................................................................ 5
2.1.1 Pengertian Kebisingan ..................................................... 5
2.1.2 Jenis-jenis Kebisingan ..................................................... 7

2.1.3 Sumber Penyebab Kebisingan.......................................... 8
2.1.4 Tingkat Kebisingan ......................................................... 8
2.1.5 Tingkat Kebisingan Rata-rata (Leq) ................................ 11

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.6 Tingkat Kebisingan Ekuivalen (Lek) ............................... 12
2.1.7 Uji Validitas .................................................................... 12
2.1.8 Uji Reliabilitas................................................................. 13
2.2

Pengukuran Kebisingan ............................................................. 13
2.2.1 Sound Level Meter (SLM) ................................................ 13

2.3

Pemetaan Kebisingan ................................................................ 14

2.4


Pengendalian Kebisingan .......................................................... 17
2.4.1 Pengendalian Suara Pada Sumber ................................... 17
2.4.2 Pengendalian Suara Pada Penghubung ............................ 18
2.4.3 Pengendalian Suara Pada Penerima ................................. 19
2.4.4 Pengendalian Administratif............................................. 19

2.5 Dampak Kebisingan .................................................................. 20
2.5.1 Pengaruh Fisiologis ........................................................ 20
2.5.2 Pengaruh Psikologis ....................................................... 21
2.5.3 Gangguan Komunikasi, Konsentrasi, Kenyamanan ......... 22
2.5.4 Ketulian .......................................................................... 22
2.6

Penelitian Terdahulu ................................................................. 24

BAB III METODOLOGO PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 26
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variable ............................ 26
3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .................................. 27

3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 28
3.5 Metode Pengolahan Data ........................................................... 28

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.6 Langkah-langkah Pemecahan Masalah........................................ 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data...................................................................... 34
4.1.1 Layout Ruang Produksi.................................................... 34
4.1.2 Tingkat Kebisingan ......................................................... 35
4.1.2.1 Tingkat Kebisingan Ruang Produksi 1 ................. 35
4.1.2.2 Tingkat Kebisingan Ruang Produksi 2 ................. 36
4.1.3 Penyebaran Kuisioner ...................................................... 37
4.1.3.1 Penentuan Populasi.............................................. 37
4.1.3.2 Uji Validitas ........................................................ 38
4.1.3.3 Uji Reiabilitas...................................................... 38
4.1.3.4 Tabulasi Hasil Kuisioner ..................................... 39
4.2 Pengolahan Data ......................................................................... 40
4.2.1 Perhitungan Lek .............................................................. 40
4.2.2 Pemetaan Kebisingan ...................................................... 43
4.2.3 Perhitungan Leq .............................................................. 44
4.2.3.1 Perhitungan (Leq) Ruang Produksi 1 ................... 44
4.2.3.2 Perhitungan (Leq) Ruang Produksi 2 ................... 45
4.2.4 Langkah Pencegahan ....................................................... 46
4.3 Hasil dan Pembahasan ................................................................ 47

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 49
5.2 Saran .......................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran. Pengaruh gangguan kebisingan tergantung
pada intensitas dan frekuensi nada.
Dalam kegiatan operasional pabrik PDAU Tirta Rahayu menggunakan
mesin compressor untuk proses pembekuan. Pada proses ini mesin dijalankan
secara terus menerus untuk menstabilkan suhu ruang pembekuan. Bunyi dari
mesin inilah yang menyebabkan tingkat kebisingannya sangat tinggi karena tata
letak ruang pada area compressor terlalu dekat dengan area produksi sehinga arus
kebisingannya mengganggu pekerja di area produksi.
Mengingat besarnya dampak kebisingan yang ditimbulkan dari mesin
compressor maka perlu diadakan suatu usaha untuk mencegah dan
menanggulangi kebisingan. Upaya pengendalian kebisingan dapat melibatkan tiga
elemen yaitu sumber kebisingan, lintasan rambatan kebisingan dan penerima
kebisingan. Dengan adanya pengendalian kebisingan di ruang produksi
diharapkan dapat mereduksi tingkat kebisingan di ruang tersebut.
Dari hasil kajian didapat bahwa rata-rata tingkat kebisingan ruang
produksi 1 sebesar 91,16 dB dan produksi 2 sebesar 74,70 dB. Jadi ruang produksi
1 dikategorikan sebagai daerah dengan intensitas kebisingan tinggi, tidak
memenuhi standar keamanan tenaga kerja untuk bekerja selama 8 jam sehari.
Maka dari itu perlu dilakukan upaya pencegahan kebisingan di ruang produksi 1
agar para pekerja aman dari gangguan kebisingan. Adapun bentuk pengendalian
kebisingan meliputi pengendalian terhadap sumber bising, pengendalian melalui
medium perambatan, pengendalian terhadap pekerja, pengendalian secara
administratif.

Kata kunci : kebisingan, rata-rata kebisingan, pengendalian kebisingan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
Noise is unwanted sound all derived from the means of production
processes or tools work at a certain level can cause hearing loss. The influence of
noise disturbances depends on the intensity and frequency of the tone.
In plant operations PDAU Tirta Rahayu using compressor engine for the
freezing process. In this process the machine run continuously to stabilize the
temperature of the freezing chamber. The sound of the engine is what causes the
noise level is very high due to the layout of the compressor area is too close to the
production area so that the flow noise disturb workers in the production area.
Given the magnitude of the impact of noise generated from the engine
compressor then there should be an effort to prevent and deal with the noise.
Noise control measures can involve three elements namely noise source, noise
propagation path and receiver noise. With the control of noise in the production is
expected to reduce the noise level in the room.
From the results of the study found that the average noise level of
production space 1 of 91.16 dB and 74.70 dB for production 2. So the production
room 1 categorized as a high-intensity noise, does not meet the safety standards of
labor to work for 8 hours a day. Thus it is necessary for the prevention of noise in
the production room 1 in order to secure workers from noise disturbance. The
form of noise control includes the control of noise sources, control over the
propagation medium, the control of labor, administrative control.
Keywords: noise, average noise, noise control

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran. Pengaruh gangguan kebisingan tergantung
pada intensitas dan frekuensi nada. PDAU Tito Rahayu merupakan badan usaha
milik daerah Kabupaten Trenggalek yang bergerak di bidang industri penghasil es
balok. Perusahaan ini dibawah naungan dinas perindustrian kabupaten
Trenggalek. PDAU Tirto Rahayu berdiri sejak tahun 2008 yang terletak di Desa
Tasikmadu Kec. Watulima Kab. Trenggalek. Perusahaan ini didirikan untuk
memenuhi kebutuhan perikanan khususnya nelayan pantai prigi dan sekitarnya.
Dalam kegiatan operasional di PDAU Tirta Rahayu menggunakan mesin
compressor untuk proses pembekuan. Pada proses ini mesin dijalankan secara
terus menerus untuk menstabilkan suhu ruang pembekuan. Bunyi dari mesin
inilah yang menyebabkan tingkat kebisingannya sangat tinggi karena tata letak
ruang pada area compressor terlalu dekat dengan area produksi sehinga arus
kebisingannya mengganggu pekerja di area produksi. Mesin tersebut dalam
kegiatan operasionalnya dikategorikan sebagai sumber bising. Pekerja di area
produksi sangat rentan terhadap resiko penurunan daya dengar atau hearing loss
(berkurangnya kemampuan telinga untuk merespon suara) apabila kebisingan
tidak dikelola dengan baik terutama mengenai sistem penanganannya. Masalah
kebisingan merupakan masalah yang cukup serius untuk ditanggulangi terutama

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

bagi kesehatan pekerja. Untuk itu diperlukan langkah alternatif pengendalian
kebisingan agar para pekerja aman dari penurunan daya dengar ataupun resiko
ketulian.
Mengingat besarnya dampak kebisingan yang ditimbulkan dari mesin
compressor

maka

perlu

diadakan

suatu

usaha

untuk

mencegah

dan

menanggulangi kebisingan. Upaya pengendalian kebisingan dapat melibatkan tiga
elemen yaitu sumber kebisingan, lintasan rambatan kebisingan dan penerima
kebisingan, ketiga ini saling berkaitan sehingga pengetahuan akan ketiga elemen
ini sangat diperlukan sebelum mencoba menyelesaikan masalah kebisingan.
Dalam upaya pengendalian kebisingan di ruang produksi agar lebih efektif, maka
perlu dilakukan identifikasi masalah kebisingan di ruang produksi, dan
menentukan tingkat kebisingan yang diterima oleh karyawan. Data yang diperoleh
dapat dipakai sebagai bahan analisis hal-hal yang berkaitan dengan upaya
mengurangi kebisingan secara teknis.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
“Berapa rata-rata tingkat kebisingan di ruang produksi es balok dan bagaimana
langkah alternatif pengendalian kebisingan?”

1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pengambilan sampel kebisingan menggunakan alat SLM (Sound Level Meter).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Pengukuran level bunyi dilakukan pada ruang produksi.
3. Pemetaan kebisingan menggunakan program surfer.

1.4 Asumsi-asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Arah angin konstan di ruang produksi
2.

Kondisi mesin dalam keadaan normal

3.

Perawatan mesin dilakukan sesuai penjadwalan

1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan rata-rata tingkat kebisingan di ruang produksi
2. Menentukan langkah aternatif pengendalian kebisingan di ruang produksi.

1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang tingkat

kebisingan di ruang produksi.
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan bagi perusahaan untuk
melakukan perbaikan pada sistem operasional maupun manajemen.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penelitaian tugas akhir ini sistematika penulisan laporan adalah
sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini diuraian tentang latar belakang penelitian yang di ambil, rumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat dan sistematika
panelitian.
BAB II LATAR BELAKANG
Bab ini menguraikan beberapa teori tentang kebisingan, peraturan
pemerintah

tentang

kebisingan,

dampak

kebisinan

serta

upaya

pengendalian kebisingan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang langkah-langkah yang ditempuh agar penelitian
berjalan dengan baik dan diperoleh hasil yang sesuai dengan harapan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pengumpulan data yang dibutuhkan untuk diproses
lebih lanjut menggunakan program aplikasi winsurf.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan juga
saran-saran yang bermanfaat untuk perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Kebisingan
2.1.1 Pengertian Kebisingan
Banyak ahli yang menyatakan pendapatnya mengenai kebisingan.
Menurut Sihar Togar Benjamin Tambonan (2005) kebisingan adalah polusi
lingkungan yang disebabkan oleh suara. Menurut Soeripto (2008) kebisingan
adalah bunyi yang tidak dikehendaki, pengaruh gangguan kebisingan tergantung
pada intensitas dan frekuensi nada. Menurut Anizar (2009) kebising adalah faktor
fisis berupa bunyi yang dapat menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan dan
keselamatan kerja. Menurut Menteri Tenaga Kerja (1999) kebisingan adalah
semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi
dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran. Sedangkan dalam keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki dan bersumber dari alatalat produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.
Pemerintah Indonesia juga telah memberikan landasan atau acuan
mengenai nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja. Dalam Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomer : KEP-51/MEN/1999 standar faktor kebisingan
tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

jam sehari atau 40 jam seminggu. Kriteria nilai ambang batas kebisingan di
tempat kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomer KEP-51/MEN/1999
Waktu Pemajanan Per Hari
8
4
Jam
2
1
30
15
7,5
Menit
3,75
1,88
0,94
28,12
14,06
7,03
3,52
1,76
Detik
0,88
0,44
0,22
0,11

Intensitas Kebisingan (dB)
85
88
91
94
97
100
103
106
109
112
115
118
121
124
127
130
133
136
139

Untuk ACGIH (American Conference of Govermental Industrial Higenist).
Kriteria yang dipakai dapat kita lihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut :
Tabel 2.2 Intensitas Bising Maximum Diperkenankan Dalam Waktu Tertentu
1996 : Threshold Limid Values for Chemical Substancesand Physical Agents
Intensitas bising maximum yang
diperkenankan (dBA)
90
92
95
100
105
110

Lama waktu kerja
(jam/hari)
8
6
4
2
1
½

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.2 J enis-jenis Kebisingan
Di tempat kerja kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan
besar, yaitu kebisingan tetap (steady noise) dan kebisingan tidak tetap (non-steady
noise). (Sihar Tigor Benjamin Tambunan : 2005)
a. Kebisingan tetap (steady noise) dibagi menjadi dua jenis :
• Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise).
Kebisingan ini berupa nada-nada murni pada frekuensi yang beragam,
contohnya suara mesin, suara kipas, dan sebagainya.
• Broad band noise sama-sama digolongkan kebisingan tetap perbedaannya
adalah pada broad band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi.
b. Kebisingan tidak tetap (non-steady noise) dipisahkan menjadi tiga :
• Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)
Yaitu kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentan waktu tertentu.
• Intermittent noise
Yaitu kebisingan yang selalu terputus-putus dan besarnya dapat berubahubah, contoh : kebisingan lalu lintas.
• Impulsive noise
Yaitu kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi
(memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat. Misalnya suara ledakan
senjata api dan alat-alat sejenisnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.3 Sumber Penyebab Kebisingan
Pada umumnya dalam dunia industri, sumber bunyi merupakan gabungan
dari beberapa komponen sumber suara, antara lain :
a. Fluid turbulence, bising yang terbentuk oleh getaran yang diakibatkan
benturan antar partikel dalam fluida, misalnya terjadi pada pipa, valve, gas
exhaust.
b. Moving and vibration part, bising terjadi oleh getaran yang disebabkan oleh
gesekan, benturan atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin / peralatan
seperti bearing pada kompresor, turbin, pompa, blower, grinda.
c. Temperature Difference, bising yang terbentuk oleh pemuaian dan
penyusutan fluida, misalnya terjadi pada mesin jet pesawat.
d. Eletrical equipment, bising yang disebabkan efek perubahan fluks
elektromagnetik pada bagian inti yang terbuat dari logam, misalnya generator,
motor listrik, transformator.

2.1.4 Tingkat Kebisingan
Tingkat kebisingan terjemahan bebas dari noise level atau sound level,
merupakan fungsi dari amplitudo gelombang suara yang dinyatakan dalam satuan
desible (dB). Respon telinga manusia tidak linier tehadap tekanan suara, tetapi
bersifat logaritmis. Dari sisi logaritmis ada 3 cara yang sering digunakan untuk
mendefinisikan tingkat kebisingan, yaitu SIL, PWL, SPL. (Sihar Tigor Benjamin
Tambunan : 2005)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

a. SIL (Sound Intensity Level)
SIL adalah perhitungan nilai logaritma dari perbandingan antara intensitas
suara (sound intensity) di sebuah tempat yang diukur terhadap batas intensitas
pendengaran telinga manusia pada frekuensi 1000 Hz. Pada kondisi ini adalah
sebesar 10-12 watt/m2. Secara internasional pada intensitas 10-12 watt/m2 tingkat
kebisingan ditentukan bernilai 0 dB. Rumus perhitungan tingkat kebisingan
dengan menggunakan intensitas suara lebih sering digunakan untuk
menghitung tingkat kebisingan di dua tempat yang berbeda jaraknya dari
sumber suara. Tingkat kebisingan dengan menggunakan intensitas suara
sebagai acuan disebut Sound Intensity Level atau SIL atau LI.
L I (dB) = 10 log10 (I/ L o)
Dimana :
LI = Tingkat kebisingan atau SIL
I = intensitas suara di tempat yang hendak di ukur tingkat kebisingannya.
Io = 10-12 watt/m2 (threshold of hearing)
Pada saat I = Io = 10-12 wat/m2, nilai LI identik dengan 0 dB. Secara sederhana
hal tersebut dapat diperoleh dari perhitungan :
LI (dB) = 10 log10 (I/ Lo)
I = Io, sehinggga
= 10 log10 1 = 0 dB
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

b.

PWL (Sound Power Level)
Perbandingan nilai logaritma dari perbandingan antara daya suara (sound
power) di sebuah tempat/sumber suara yang diukur (W) terhadap daya suara
acuan pada frekuensi 1000 Hz (threshold of hearing). Threshold of hearing
(Wo) pada kondisi ini adalah sebesar10-12 watt. Tingkat kebisingan dengan
menggunakan daya suara sebagai acuan disebut Sound Power Level atau
PWL atau Lw.
PWL = L w (dB) = 10 log10 (W/W 0)
Dimana :
Lw = tingkat kebisingan atau (dB)
W = daya suara di tempat yang hendak di ukur tingkat kebisingannya
Wo = energi acuan sebesar 10-12 watt (threshold of hearing)

c.

SPL (Sound Pressure Level)
Perhitungan nilai logaritma dari perbandingan antara tekanan suara (sound
pressure) di sebuah tempat yang diukur terhadap tekanan suara acuan pada
frekuensi 1000 Hz (threshold of hearing). Threshold of hearing pada kondisi
ini adalah sebesar 2x10-5 Pa. Tingkat kebisingan dengan menggunakan
tekanan suara sebagai acuan disebut Sound Pressure Level atau SPL atau Lp.
SPL = 10 log (P/Po)2 = 20 log P/P o
Dimana :
SPL = tingkat tekanan suara (dB)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

P

= tekanan suara (Pa)

Po

= tekanan suara ambang dengar acuan (2×10−5Pa)

2.1.5 Tingkat Kebisingan Rata-rata (Leq)
Tingkat kebisingan rata-rata (Leq) adalah tingkat kebisingan tetap
tunggal dengan beban A, yang menunjukkan energi bunyi yang berfluktuasi
dengan energi yang berubah-ubah dalam selang waktu tertentu, yang dinyatakan
sebagai jumlah energi rata-rata. Menurut Kiely (1997) tingkat kebisingan rata-rata
(Leq) dapat digunakan untuk sumber kebisingan yang berfluktuatif, dengan
rumus:
Leq

= 10 Log

1
Σ nk 10
nt

0 . 1 Li

Dimana :
Leq = Tingkat kebisingan rata-rata
Nt

= lama waktu pengukuran (600 detik)

Nk

= lama waktu pembacaan (5 detik)

Li

= tingkat kebisingan pada sampling terukur
Periode waktu adalah dari waktu t1 sampai waktu t2, sedangkan jumlah

tingkat tekanan suara berbobot A adalah n. Tingkat tekanan suara berbobot A
yang sepadan dan kontinyu.

Gambar 2.1 Tingkat Tekanan Suara Berbobot A Sepadan dan Kontinyu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.6 Tingkat Kebisingan Konstan Ekuivalen (Lek)
Pernyataan tingkat kebisingan konstan siang malam merupakan model
tingkat kebisingan ekivalen yang digunakan untuk menyatakan tingkat energi ratarata pagi, sore, malam. Menurut Denny Ardiyanto tingkat kebisingan sinambung
ekuivalensi dapat digunakan untuk sumber kebisingan yang berfluktuatif, dengan
rumus:

Lek = 10 Log ∑ ( fi10 0 ,1L1 + fi10 0 ,1L 2 + fi10 0 ,1L 3 )
Dimana :
Lek = Rata-rata tingkat kebisingan pagi, sore, malam
Li = Tingkat kebisingan pada sampling terukur
fi

= Fraksi waktu untuk kebisingan tertentu (f1 = f2 = f3 = 8/24 atau 1/3)

2.1.7 Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan internal validity, Dimana kriteria
yang dipakai berasal dari dalam alat tes itu sendiri dan masing-masing item dari
tiap strategi dikorelasikan dengan nilai total yang diperoleh dari koefisien product
moment. Adapun rumus pengujian itu adalah :

r=

N (∑ XY ) − (∑ X ∑ Y )

[N ∑ X

2

][

− (∑ X ) . N ∑ Y 2 − (∑ Y )
2

Dimana :
X = Skor tiap-tiap variabel
Y = Skor total tiap responden
N = Jumlah responden

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

]

2.1.8 Uji Reliabilitas
Uji

reliabilitas

dilakukan

untuk

mengetahui

apakah

instrumen

pengambilan data yang digunakan cukup dapat dipercaya karena mampu
memberikan hasil yang relatif sama apabila digunakan lagi pada penelitian yang
sejenis. Rumus untuk koefisien variansi (dengan α cronbrach) ialah :

α=

k .r
1+ (k − 1) . r

Dimana :
k

= jumlah butir

r

= rata-rata korelasi butir
Nilai r berkisar dari 0 sampai dengan 1. Makin kecil kesalahan

pengukuran, makin reliable alat pengukurnya. Dan semakin tinggi reliabilitas,
maka nilai r akan semakin mendekati 1.

2.2 Pengukuran Kebisingan
Telinga manusia sama sekali tidak dapat dijadikan referensi tingkat
kebisingan yang terdapat pada sebuah tempat. Untuk mendapatkan hasil
pengukuran tingkat kebisingan yang akurat diperlukan alat khusus. Perangkat
keras yang populer digunakan untuk menganalisis tingkat kebisingan pada
berbagai jenis industri adalah SLM (Sound Level Meter).

2.2.1 Sound Level Meters
Komponen dasar sebuah SLM adalah sebuah microphone, penguat suara
(amplifier) dengan pengatur frekuensi dan sebuah layar indikator.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Gambar 2.2 Sound Level Meter Blok Diagram

Sinyal elekrik dari mikrofon akan disalurkan menuju pre amplifier dari
Sound Level Meter. Selanjutnya pada bagian weighting network or filters akan
ditentukan range frekuensi bunyi. Amplifier akan disiapkan untuk penguatan
sinyal guna keperluan output menuju instrument lainnya, seperti tape recorder.
Bagian Rectifier akan memberikan nilai RMS pada sinyal yang masuk. Sinyal
RMS akan dirata-rata berdasarkan waktu, yaitu 0.125 detik (“FAST”) atau 1 detik
(“SLOW”) dan hasilnya akan ditampilkan secara analog maupun digital pada
layar. Kalibrasi perhitungan SLM mengacu pada persamaan sound preassure
level. Kualitas dari Sound Level Meter bisa dibagi dalam 4 skala, yaitu 0, 1, 2, 3.
Kualitas 0 merupakan kualitas SLM terbaik. Kualitas 0 biasa digunakan untuk
standar laboratorium. Kualitas 1 digunakan pada laboratorium dan lapangan
dengan kebutuhan khusus. Kualitas 2 biasa digunakan di lapangan secara umum,
sedangkan kualitas 3 digunakan untuk survey level bunyi pada umumnya.

2.3 Pemetaan Kebisingan
Langkah yang dilakukan setelah pengukuran tingkat kebisingan adalah
melakukan pemetaan tingkat kebisingan. Pemetaan merupakan upaya untuk
memvisualisasikan tingkat kebisingan yang terjadi pada suatu wilayah. Upaya ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dilakukan untuk mempermudah interpretasi tingkat kebisingan pada suatu
wilayah.
Pada peta kebisingan yang dibuat akan nampak lokasi – lokasi sumber
bising di sepanjang wilayah studi. Pada titik – titik yang memiliki tingkat
kebisingan atau level bunyi yang sama dapat dihubungkan dengan sebuah garis,
sehingga didapatkan kontur kebisingan. Kumpulan garis – garis atau kontur inilah
yang dinamakan peta tingkat kebisingan. Pada peta kebisingan akan nampak
daerah yang memiliki kebisingan terendah dan kebisingan tertinggi. Hal ini sangat
berguna jika akan dilakukan perlindungan pada daerah yang memiliki kebisingan
yang tinggi.
Untuk pembuatan peta sebaran kebisingan dapat digunakan program
Surfer. Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan
kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan grid. Program Surfer
melakukan plotting data tabular XYZ tak beraturan menjadi lembar titik – titik
segiempat dan digunakan sebagai dasar pembentuk kontur dan surface tiga
dimensi. Garis vertikal dan horizontal akan berpotongan pada sebuah titik, yaitu
koordinat lokasi pengambilan sampling. Pada titik tersebut akan dimasukkan nilai
Z yang pada kasus kali ini adalah nilai kebisingan pada titik sampling tersebut.
Untuk membuat kontur diperlukan input data dan input grid. Input data
adalah data yang akan diproses untuk dibuat kontur, sedangkan input grid adalah
koordinat titik yang akan dibuat kontur berupa sumbu X dan sumbu Y serta
sumbu Z sebagai data yang akan diproses. Dalam pembuatan kontur, diperlukan
pemilihan metode grid. Pada perangkat lunak ini, ada beberapa metode grid antara
lain (Golden Software, inc. 2011) :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1. Invers Distance: cara yang cepat untuk membuat kontur, namun ada
kecendrungan data yang diproses akan terkumpul pada satu titik saja (bull’s
eye)
2. Krigging: metode yang fleksibel dan lebih banyak berguna untuk pengolahan
data. Krigging dengan variogram linear lebih efektif. Metode ini banyak
disarankan untuk memproses data. Untuk data yang jumlahnya banyak,
metode krigging ini lebih lambat.
3. Minimum Curvature: metode untuk mengolah permukaan yang lebih halus
serta prosesnya cepat.
4. Polynomial Regression: metode yang digunakan untuk memproses data
sehingga skala trend dan pola dapat terlihat. Metode ini sangat cepat, namun
detail local pada data menjadi hilang pada saat pembuatan grid.
5. Radial Basis Function: metode yang fleksibel seperti metode krigging,
menghasilkan interpretasi data secara keseluruhan hasil proses dari metode ini
mirip dengan hasil proses krigging.
6. Shepherd’s Method: hampir sama dengan metode Inverse Distance namun
tidak menghasilkan pola bull’s eye.
7. Triangulation with Linear Interpolation: metode yang menghasilkan suatu
interpolasi pada data yang diolah. Keuntungan menggunakan data ini adalah
dengan data yang cukup, dapat mengetahui garis patah yang ditemukan pada
data.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.4

Pengendalian Kebisingan
Banyak upaya yang dapat ditempuh dalam mengendalikan kebisingan

diantaranya pengendalian secara teknis pada sumber suara, pengendalian pada
perantara

dan

pengendalian

pada

penerima

serta

pengendalian

secara

administratif.

2.4.1 Pengendalian Suara Pada Sumber
Pengontrolan suara pada sumber bising dapat dilakukan dengan berbagai
cara untung mengurangi tingkat kebisingan, antara lain (Anizar, 2009) :
• Menutup sumber (mengisolir sumber kebisingan)
• Mengubah desain peredam suara pada sumber
• Pemeliharaan dan pelumasan mesin-mesin dengan teratur
Cukup banyak hal yang dapat dilakukan oleh soerang engineering untuk
mengurangi tingkat kebisingan pada sumber bising, misalnya (Sihar Tigor
Benjamin, 2005) :
1.

Perawatan
• Mengganti komponen mesin yang sudah tua atau aus seperti rubber seal,
gear, dll
• Pengencangan bagian-bagian mesin yang mulai longgar terutama pada
bagian yang dihubungkan denga sambungan baut

2.

Mengurangi intensitas gaya yang mengenai bidang getar
• Mengurangi kecepatan komponen-komonen rotasional
• Mengurangi besarnya gaya yang mengenai bidang getar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.

Mengurangi respon getaran permukaan yang bergetar
• Menambahkan penegar, dalam keadaan tanpa penegar resonansi yang
dihasilkan oleh struktur dengan permukaan cukup luas
• Menambah kekakuan material (material stiffnes)
• Menambah massa komponen pendukung permukaan yang bergetar

4.

Mengurangi radiasi suara yang dihasilkan oleh permukaan yang bergetar
• Mengurangi ukuran keseluruan bidang getar
• Melubangi permukaan. Tingkat kebisingan akibat benturan benda dapat
dikurangi dengan menggunakan pelat-pelat berlubang
• Menyeimbangkan tekanan pada bidang getar

5.

Mengurangi suara yang dihasilkan oleh aliran gas
• Penggunaan muffler pada mesin merupakan cara yang efektif untuk
mengurangi kebisingan suara mesin akibat tekanan dan aliran gas buang
• Mengurangi turbulensi udara
• Menguragi kecepata aliran gas

6.

Mengurangi volume dan berat material/benda kerja yang bergerak

7.

Mengurangi transmisi suara di udara (air-borne sound)
• Penggunaan material penyerap udara
• Pembungkusan mesin

2.4.2 Pengendalan Suara Pada Penghubung
Dalam hal ini yang mungkin dilakukan adalah mengubah jalur penerus
gelombang, cara tersebut diantaranya adalah (Anizar, 2009) :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.



Menambah peredam suara pada jalur yang dilaluinya sehingga lebih banyak
suara yang diserap ketika suara merambat ke pendengar.



Memindahkan sumber jauh dari dari pendengar.

2.4.3 Pengendalian Suara Pada Penerima
Pengendalian suara pada penerima dapat diatasi dengan cara sebagai
berikut (Anizar, 2009) :


Pengoprasian mesin dalam sebuah ruangan yang dibatasi oleh sekat dinding
jendela.



Pengunaan earplug dan earmuffs pada telinga. Menurut Dr. Suma’mur P.K.,
M.Sc, (2001) alat ini dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20 – 25
dBA. Ketika alat ini dipakai hendaknya ada sosialisasi dan pendidikan pada
pekerja agar pekerja memahami bahaya apa yang ditimbulkan dan cara
pemakaian yang benar.



Menetapkan peraturan tentang rotasi pekerjaan (job rotation) merupakan
salah satu pengendalian administratif yang direkomendasikan oleh ahli-ahli
K3 untuk mengurangi akumulasi dampak kebisingan pada pekerja (Sihar
Tigor Benjamin, 2005).

2.4.4 Pengendalian Administratif
Bentuk-bentuk pengendalian administratif yang dapat dilakukan antara
lain (Sihar Tigor Benjamin, 2005) :


Menetapkan peraturan tentang keharusan bagi pekerja untuk beristirahat dan
makan di tempat khusus yang tenang/tidak bising.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.



Menetapkan peraturan tentang keharusan bagi pekerja untuk menggunakan
PPE saat berada dalam lokasi kerja tertentu.



Menetapkan peraturan tentang sanksi (tindakan disipliner) bagi pekerja yang
melanggar ketetapan-ketetapan perusahaan berkaitan dengan asalah bising.

2.5 Dampak Kebisisngan
Kebisingan dapat menyebabkan berbagai ganguan pada manusia, seperti:
pengaruh konsentrasi, aktivitas, kenyamanan, fisiologis, pengaruh psikologis
berupa gangguan atau annoying, pengaruh pada komunikasi, dan yang paling
serius adalah pengaruh ketulian.

2.5.1 Pengaruh Fisiologis
Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, terlebih
yang putu-putus atau datangnya secara tiba-tiba (mendadak) dan tidak terduga
dapat menimbulkan reaksi fisiologis seperti: meningkatnya tekanan darah (± 10
mmHg), peningkatan denyut nadi, basal metabolisme, gangguan tidur, kontriksi
pembuluh darah kecil terutama pada kaki dan tangan, dapat menyebabkan pucat
dan gangguan sensoris serta gangguan refleks. Reaksi ini terjadi pada pemulaan
peajaan terhada bising, yang kemudian akan kembali pada keadaan semula.
Apabila terus-terus terpaja bising maka akan terjadi adaptasi sehingga perubahan
itu tidak nampak lagi. Kebisingan ini dapat menimbulkan gangguan fisiologis
melalui 3 cara (Soeripto M, 2008) :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1. Internal body sistem
Stimulasi (rangsangan) kebisingan pada serabut syaraf secara tidak langsung
mengenai sistem syaraf maka dapat menimbulkan kontriksi pada pembuluh
darah, meningkatnya denyut nadi, kelelahan, pusing kepala, gangguan
keseimbangan.
2. Ambang pendengaran
Ambang pendengaran adalah suara terendah yang masih bisa didengar. Makin
rendah suara yang terlepas berarti makin rendah nilai ambang pendengaran
hal ini menunjukan semakin baik pula kondisi telinga.
3. Pola tidur
Terjadinya pergesaran shift membuat pola tidur yang tidak teratur dan dapat
menimbulkan kelelahan. Kelelahan ini nantinya dapat mendorong reaksi
recooperative value (seorang tidak bisa tidur atau terganggu tidurnya) maka
akan gampang marah/mudah tersinggung, berperilaku emosional, ingin tidur.

2.5.2 Pengaruh Psikologis
Menurut Soeripto M (2008) Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas
mental dan reaksi psikologis, menimbulkan rasa khawatir, jengkel dan lain-lain.
Yang dimaksud dengan stabilitas mental adalah kemampuan orang untuk
berfungsi dan bertindak normal. Kebisingan memang tidak dapat menimbulkan
mental illness, namun dapat memperberat problem mental yang sudah ada. Reaksi
pskologis yang timbul dari dari kebisingan adalah: marah, mudah tersinggung,
gugup atau nervousitas, jengkel atau annoyance.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Reaksi terhadap annoyance ini yang sering menimbulkan keluhan
masyarakat terhadap kebisingan dari pabrik atau lapangan terbang. Umumna
kebisingan lingkungan masyarakat di luar pabrik melebihi 50-55 dB pada siang
hari atau 45-55 dB akan mengganggu kebanyakan orang.

2.5.3 Gangguan Komunikasi, Konsentrasi, Kenyamanan
Sebagai pegangan resiko potensial kepada pendengaran, terjadi apabila
komunikasi pendengaran harus dijalankan degan berteriak. Gangguan komunikasi
secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda
bahaya, selain itu dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktivitas kerja
(Soeripto M, 2008).
Menurut Anizar (2009) kebisingan mempunyai pengaruh terhadap tenaga
kerja mulai gangguan ringan berupa gangguan terhadap konsentrasi kerja yang
dapat mengakibatkan menurunnya kuantitas dan kualitas kerja, serta kehilangan
semangat kerja. Selain itu gangguan kebisingan juga dapat berpengar terhadap
kenyamanan kerja. Akan tetapi gangguan kenyamanan berbeda-deba pada setiap
orang. Untuk beberapa orang yang rentan, kebisingan dapat menyebabkan rasa
pusing, kantuk, tekanan darah tinggi, tegang dan stres yang diikuti rasa maag.

2.5.4 Ketulian
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh kebisingan
maka yang paling serius adalah gangguan terjadinya ketulian. Menurut Soeripto
M (2008) ketulian dibedakan menjadi dua :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

a.

Ketulian sementara
Akibat pemajaan bising dengan intensitas tinggi, tenaga kerja akan
mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Apaila tenaga
kerja diberikan waktu istirahat secara cukup daya dengarnya akan pulih
kembali pada ambang dengar semula. Untuk suara yang intensitasnya lebih
besar dari 85 dB akan dibutuhkan waktu istirahat antara 3-7 hari. Namun
apabila waktu istirahat tidak cukup dan tenaga kerja terpajan kembali kepada
bising, dan keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka
ketulian sementara akan bertambah setiap harinya. Hingga akhirnya akan
merusak ujung-ujung syaraf dan mengakibatkan terjadinya ketulian secara
menetap (PTS). Besarnya ketulian sementara yang diderita seseorang dapat
dilihat dari perubahan nilai ambang pendengarannya, yaitu melalui
pemeriksaan audiometri atau ketulian sementara sering diukur dalam bentuk
TTS (Themporary Theshold Shift) yang dapat didefinisikan sebagai
perubahan ambang pendengaran sebelum dan sesudah pamajaan.

b.

Ketulian menetap
Ketulian menetap terjadi oleh karena pemajaan terhadap intensitas bising
yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Ketulian menetap terjadi sebagai
akibat dari proses pemulihan yang tidak sempurna yang kemudian sudah
kontak dengan intensitas suara yang tinggi, maka akan terjadi pengaruh
kumulatif yang pada suatu saat tidak terjadi pemulihan sama sekali. Pada saat
inilah ketulian disebut sebagai kutulian menetap (irreversible). Umumnya
penurunan daya dengar (terjadinya ketulian menetap) terjadi pelan-pelan dan
bertahap sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Tahap pertama, timbul setelah 10-20 hari terpajan bising, tenaga kerja
mengeluh setiap akhir waktu kerja
Tahap kedua, keluhan telinga berbunyi secara intermittent (sekali-sekali),
sedang keluhan subjektif lainnya menghilang. Tahap ini dapat
berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.
Tahap ketiga, tenaga kerja sudah merasa terjadi gangguan pendengaran
yaitu tidak dapat mendengar detak jam, tidak mendengar percakapan
terutama apabila ada suara lain misalnya radio atau televisi.
Tahap keempat, gangguan pendengaran bertambah jelas sehingga sukar
berkomunikasi.
Dengan demikian tuli menetap terjadi, apabila ambang dengar menurun dan
tidak pernah kembali ke nilai ambang semula meskipun diberi waktu istirahat
secara cukup. Waktu terjadinya ketulian yang menetap memang cukup lama,
tapi para pekerja tidak tahu kapan itu mulainya dan itu dipengaruhi oleh
banyak faktor misalnya: tingginya intensitas kebisingan, lamanya pemajaan
(masa kerja), spektrum suara, kepekaan individu, keadaan kesehatan telinga,
pengaruh obat-obatan tertentu, dll.

2.6 Penelitian Terdahulu
Dalam hal ini penelitian yang diambil sebagai acuan pemikiran antara
lain sebagai berikut :
1.

Penelitian Kebisingan oleh Budi Santoso program sarjana Departemen
Teknik Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) “Analisa Kebisingan Pada
proses Produksi Gula Pada Stasiun Putaran, Masakan, dan Power House di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PG Bungamayang Lampung”. Pengolahan data kebisingan menggunakan
pola sebaran kebisingan dengan software golden surfer. Untuk mengetahui
efek kebisingan secara kualitatif, maka dilakukan pengisian kuesioner oleh
para pekerja yang setiap hari bekerja di pabrik. Kuesioner ini digunakan
sebagai pembanding antara efek yang ditimbulkan terhadap kesehatan akibat
kebisingan secara teoritis dan aktual yang dirasakan oleh pekerja. Melihat
kondisi kerja di lapangan maka disarankan kepada perusahaan melakukan
pengaturan waktu kerja, sedangkan untuk pekerja pabrik disarankan untuk
menggunakan alat pelindung telinga (APT) ketika bekerja pada intensitas
kebisingan tinggi.
2.

Penelitian Kebisingan oleh Dodi Apri Haryanto program sarjana Departemen
Teknik Perkapalan Institut 10 November (ITS) “Analisa Tingkat Kebisingan
di Kamar Mesin Pada Kapal Kargo KM.Caraka Jaya Niaga III-17 Terhadap
Kondisi Kerja Karyawan dan Awak Buah Kapal (ABK)”. Pengukuran
kebisingan di kamar mesin kapal kargo mencapai 102,02 dB sehingga
berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan seluruh area pada kamar mesin
KM.CARAKA JAYA NIAGA III-17 mempunyai tingkat kebisingan yang
melarang ABK untuk melakukan aktifitas dalam selang waktu yang
lama/perlu pengaturan ulang waktu jam kerja. Pengaturan jam kerja ini
didasarkan pada nilai tingkat kebisingan yang terjadi. Sedangkan dari segi
penerimana yaitu dengan pemberian Alat Pelindung Pendengaran ( APP )
dimana alat tersebut dapat mengurangi tingkat kebisingan rata-rata sebesar 20
dB. Dengan pengurangan tingkat kebisingan yang cukup besar tersebut maka
kebisingan yang sampai pada telinga penerima dapat dikategorikan aman.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian adalah perusahaan es balok PDAU Tirta
Rahayu yang terletak di desa Tasik Madu Kec.Watulima Kab. Trenggalek fokus
ruang produksi. Dengan alasan lokasi tersebut terdapat beberapa mesin sebagai
sumber bising pada kegiatan operasinya. Waktu pengambilan data dilakukan pada
tanggal 28 Mei 2012 sampai dengan pengambilan data tercukupi.

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah konsep yang memiliki variasi nilai. Identifikasi variabel
dilakukan untuk menentukan variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian.
Adapun variable yang diukur adalah sebagai berikut :
a.

Variabel terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang nilainya tergantung dari perubahan
variabel bebas. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah rata-rata
tingkat kebisingan di ruang produksi.

b. Variabel bebas
Variabel bebas adalah sebab timbulnya/berubahanya variabel terikat. Adapun
varibel bebas dari penelitian ini antara lain :
1. Tingkat kebisingan pada tiap shift
2. Layout ruang produksi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantu