OBJEKTIVITAS BERITA TENTANG PENANGKAPAN KETUA MK AKIL MOCHTAR OLEH KPK (Analisis Isi Objektivitas Berita Kasus Ketua MK Di Harian kompas Edisi 3,4 Dan 5 Oktober 2013 ).

OBJ EKTIVITAS BERITA TENTANG PENANGKAPAN
KETUA MK AKIL MOCHTAR OLEH KPK
(Analisis Isi Objektivitas Berita Kasus Ketua MK
Di Harian kompas Edisi 3,4 Dan 5 Oktober 2013 )

SKRIPSI

OLEH :
LIA ROSFIANA
NPM :0743310352

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah,
rahmat dan segala karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Skripsi dengan judul

“OBJEKTIVITAS BERITA TENTANG

PENANGKAPAN KETUA MK AKIL MOCHTAR OLEH KPK (Analisis Isi
Obyektivitas Berita Tentang Kasus Ketua MK di Harian Kompas Edisi 3, 4 dan 5
Oktober 2013)”

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikannya
dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini berlangsung. Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
ilmu, pengetahuan, dan pengalamannya selama masa perkuliahan.
4. Pada Mama dan Papa terimakasih untuk doa yang tiada habisnya serta segala
kontribusi, dukungan moril maupun material.

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna
memperbaiki kekurangan yang ada. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca sekaligus menambah ilmu pengetahuan bagi
berbagai pihak. Amin

Surabaya, 23 Desember 2013
Penulis

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN J UDUL .....................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJ UAN SKRIPSI .....................................................


ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

x

ABSTRAKSI .............................................................................................. xi
BAB I.

BAB II.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.........................................................


1

1.2. Perumusan Masalah ..............................................................

8

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................

8

1.4. Kegunaan Penelitian .............................................................

8

KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu .............................................................

9

2.2. Landasan Teori ..................................................................... 10

2.2.1. Media Cetak ............................................................... 10
2.2.2. Surat Kabar ................................................................ 11
2.2.3. Karakteristik Surat Kabar ........................................... 13
2.2.4. Pengertian dan Fungsi Pers ......................................... 15
2.2.5. Teori Kebebasan Pers. ................................................ 18

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.6. Berita.......................................................................... 29
2.3. Pers Dalam Kaidah Jurnalistik .............................................. 34
2.4. Objektifitas Berita ................................................................. 38
2.5. Kerangka Pikir ...................................................................... 47
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional ............................................................. 49
3.2. Kategorisasi Objektivitas Berita ............................................. 50
3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ................... 53
3.4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 54
3.5. Teknik Analisis Data.............................................................. 55

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 56
4.1.1 Sejarah Kompas.com..................................................... 56
4.2. Penyajian Data dan Analisis Data........................................... 60
BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan............................................................................ 74
5.2. Saran ..................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 76
LAMPIRAN ................................................................................................. 77

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Berita edisi 3 Oktober ................................................................ 61

Gambar 2. Berita edisi 4 Oktober ................................................................ 65
Gambar 3. Berita edisi 5 Oktober ................................................................ 70

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Berita 1 : KPK Tangkap Ketua MK .......................................... 60
Tabel 2. Berita 2 : “Suap MK Menguncang Negara” ............................... 64
Tabel 3. Berita 3 : “Delegetimasi MK Perlu Diatasi” ............................... 69
Tabel 4. Tabel Relevansi ......................................................................... 73

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 : KPK Tangkap Ketua MK ..........................................................

77

Lampiran 2 : Suap MK Menguncang Negara .................................................

78

Lampiran 3 : Delegetimasi MK Perlu Diatasi .................................................

80

x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
LIA ROSFIANA. OBYEKTIVITAS BERITA TENTANG PENANGKAPAN
KETUA MK AKIL MOCHTAR OLEH KPK (Analisis Isi Obyektivitas Berita

Kasus Ketua MK Di Harian Kompas Edisi 3, 4 dan 5 Oktober 2013)
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui obyektivitas berita berita
penangkapan ketua MK oleh KPK pada surat kabar kompas edisi 3,4 dan 5
Oktober 2013.Komisi pemberantasan korupsi menetapkan beberapa orang sebagai
tersangka dari proses tangkap tangan yang melibatkan Ketua Mahkamah
Konstitusi Akil Mochtar. Mahkamah Kostitusi adalah pilar penegak dan penjaga
hukum yang begitu dihormati meskipun kesibukan yang paling sering dilakukan
adalah sengketa pemilukada. Berita di harian Kompas yang diteliti pada penelitian
ini, selama tiga hari yaitu pada tanggal 3, 4, 5 Oktober 2013
Teori yang digunakan adalah teori kebebasan pers. Data yang diperlukan
dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diambil secara langsung
dari surat kabar Kompas yang berupa unit berita pada edisi 3, 4 dan 5 Oktober
2013. Teknik pengambilan sample menggunakan total sampling.
Berdasarkan hasil analisis tentang objektifitas terhadap berita
Penangkapan Ketua Umum MK Akil Mochtar, berita yang disajikan tidak
objektif. Karena masih ditemukam opini wartawan. Untuk dimensi fairness juga
ada yang menggunakan sumber data dari salah satu sumber. Dan pada dimensi
validitas hanya satu berita yang mengunakan sumber berita langsung.
Kata kunci : Akurasi, Fairness, Validitas
ABSTRACT

LIA ROSFIANA . OBJ ECTIVITY NEWS ABOUT ARREST BY THE
CHAIRMAN MK AKIL MOCHTAR KPK (Objectivity News Content
Analysis Case Chief Justice In Kompas Issue 3, 4 and 5 October 2013)
The purpose of this study to determine the objectivity of news by news of
the arrest of the chairman of the Commission on Constitutional compass
newspaper edition October 5 2013.Komisi 3.4 and combating corruption set some
of the arrested suspects hand involving the Chairman of the Constitutional Court
Akil Mochtar . Constitution of the Court is a pillar of law enforcement and the
keeper so honored despite the busyness of the most frequently performed is
disputed election. News in Kompas examined in this study, for three days on
December 3 , 4 , 5 October 2013
The theory used is the theory of freedom of the press . The data required in
this study is primary data , ie data taken directly from newspaper Kompas news in
the form of units in issue 3, 4 and 5 October 2013. Sampling technique using total
sampling .
Based on the analysis of the objectivity of the news of arrest of the
Chairman of the Constitutional Court Akil Mochtar , the news is presented is not
objective. Because it is still ditemukam reporters opinion. For fairness dimensions
also exist that use source data from one source . And the validity of only one
dimension of news using news sources directly .
Keywords : Accuracy , Fairness , validity

xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Salah

satu

kebutuhan

utama

manusia

adalah

informasi,

dalam

perkembangan yang terjadi saat ini semakin banyak individu maupun kelompok
yang membutuhkan informasi. Informasi tidak hanya digunakan sebagai
kebutuhan semata, melainkan juga alat untuk mendapatkan kekuasaan.
Penguasaan terhadap media informasi mampu menjadikan kita sebagai penguasa.
Seperti yang ada dalam pandangan umum bahwa penguasa media informasi
merupakan penguasa masa depan. (Romli 1999:26)
Faktor terbesar yang bisa menunjang penyebaran informasi kepada
khalayak adalah dengan media massa. Media massa telah menjadi fenomena
tersendiri dalam proses komunikasi, hal ini bisa tergambar dari relita yang ada
saat ini banyak koran-koran baru, stasiun televisi baru, dan berbagai sarana media
massa. Masing-masing media mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Salah satu kelebihan surat kabar dibanding media lain adalah surat kabar
lebih terdokumen, sehingga bisa “dikonsumsi” kapan dan dimana saja. Berbeda
dengan penyajian informasi pada media televisi, di media televisi kita harus
berada di depan televisi pada jam-jam tertentu. Hal inilah yang membuat surat
kabar masih tetap disukai. Karena berita di surat kabar lebih terdokumen maka

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

efek negatifnya akan lebih termemori (apabila pemberitaan tersebut negatif),
begitu juga sebaliknya.
Untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat, media atau pers
dituntut untuk bisa menambah pengetahuan pembacanya dengan menyajikan
informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat. Dengan
banyaknya aneka ragam surat kabar pembaca menjadi lebih selektif dalam
memilih suat kabar yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Setiap surat kabar mempunyai ragam berita, mulai dari bidang ekonomi,
sosial, poltik, budaya, kriminal, sampai pada pemberitaan seleb. Surat kabar dapat
memberikan porsi yang berbeda terhadap suatu kejadian yang sama. Surat kabar
satu menyajikan sebuah berita sebagai berita utama belum tentu pemberitaan
tersebut menjadi berita utama pula di surat kabar lain, bahkan bisa saja tidak
dimuat sama sekali.
Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran
ganda yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi.
Pers sebagai penghubung antara komunikator dengan komunikan. Kebebasan
media dilindungi oleh undang-undang yang menjamin beropini dan kebebasan
memberikan informasi kepada masyarakat.
Berita harus memenuhi beberapa unsur yang nantinya akan membuat suatu
berita tersebut bisa layak untuk dimuat. Pertama-tama berita harus cermat dan
tepat atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain akurat berita harus
lengkap, adil, dan berimbang. Kemudian berita pun harus tidak mencampurkan
fakta dan opini sendiri atau dalam bahasa akademis berita harus objektif. Karena

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

berita memliki power untuk membentuk opini publik, jadi sesuatu yang ditulis
oleh media harus memenuhi unsur-unsur di atas agar tidak ada pihak yang
dirugikan. (Kusumaningrat 2006 : 47)
Akhir-akhir ini banyak berita tentang korupsi ketua Mahkamah Konstitusi
yang menjadi perhatian khalayak. Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan
beberapa orang sebagai tersangka dari proses tangkap tangan yang melibatkan
Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Wakil Ketua KPK Bambang
Widjojanto mengungkapkan, gelar perkara (ekspose) telah dilakukan dan
pimpinan sepakat meningkatkan penanganan kasus yang berawal dari tangkap
tangan ini ke tahap penyidikan.
Berita ini menjadi hal yang menarik, karena selama ini Mahkamah
Kostitusi adalah pilar penegak dan penjaga hukum yang begitu dihormati
meskipun kesibukan yang paling sering dilakukan adalah sengketa pemilukada.
Suasana sidang yang serius penuh nilai keilmuan, jawaban argumen hakim yang
tegas serta keputusan final yang dihasilkan bisa diterima oleh kedua pihak
serta masyarakat tanpa ada penolakan. Sekarang semua musnah dan meruntuhkan
citra bangsa dalam mengawal penegakan supremasi hukum serta harapan
penegakan keadilan yang menjadi suram.
Selain itu yang membuat berita penangkapan Ketua Mahkamah Konstitusi,
Akil Mochtar menarik adalah penangkapan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK)
Akil Mochtar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ternyata menjadi
sorotan dunia. Beberapa media luar negeri yang memberitakan penangkapan ketua
lembaga pengawal konstitusi, di antaranya; Huffington Post, New York Time dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Aljazeera.. Artikel di Aljazeera berjudul "Indonesian chief justice arrested for
bribery" menceritakan penangkapan seorang pimpinan Mahkamah Konstitusi
akibat kasus penyuapan. Berita itu menjelaskan secara singkat alasan
penangkapan Akil. Surat kabar terkemuka di Amerika Serikat, Financial
Times,menulis

berita

penangkapan

Akil

dengan

judul

besar. Financial

Times menyebutkan kasus penangkapan petinggi negara ini sudah ketiga kalinya
terjadi di Indonesia dalam setahun.
KPK menangkap tangan Akil bersama anggota DPR Chairun Nisa, dan
pengusaha Cornelis di kediaman Akil pada Rabu (2/10/2013) malam. Tak lama
setelahnya, penyidik KPK menangkap Bupati Gunung Mas Hambit Bintih serta
pihak swasta berinisial DH di sebuah hotel di kawasan Jakarta Pusat. Bersamaan
dengan penangkapan ini, KPK menyita sejumlah uang dollar Singapura dan dollar
Amerika yang dalam rupiah nilainya sekitar Rp 2,5-3 miliar.
Selain menyita barang bukti berupa uang dollar Singapura dan dollar AS
yang nilainya sekitar Rp 2,5-3 miliar, tim penyidik Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) juga mengamankan satu unit Fortuner dari operasi tangkap tangan
yang berlangsung di kediaman Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar,
Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, pada Rabu (2/10/2013) malam.
Fortuner putih tersebut merupakan mobil yang dikendarai anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Chairun Nisa, dan pengusaha bernama Cornelis bertandang ke
rumah Akil malam itu. Baik Akil, Chairun Nisa, dan Cornelis, ditangkap KPK
karena diduga terlibat serah terima uang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Diduga, Chairun Nisa dan Cornelis akan memberikan uang ini kepada
Akil di kediamannya malam itu. Pemberian uang itu diduga terkait dengan
kepengurusan perkara sengketa pemilihan kepala daerah di Gunung Mas,
Kalimantan Tengah, yang diikuti Hambit Bintih selaku calon bupati petahana.
Pemberian uang kepada Akil ini diduga merupakan yang pertama kalinya. Belum
diketahui berapa total komitmen yang dijanjikan untuk Akil.
KPK juga menangkap tangan pengusaha yang bernama Tubagus Chaery
Wardana. Adapun Chaery diketahui sebagai adik dari Gubernur Banten Ratu Atut
Chosiyah dan juga suami dari Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany
Pada edisi 3 Oktober 2013, Harian Kompas juga memberikan porsi yang
besar pada pemberitaan kasus ini. Pada edisi ini Kompas menggunakan judul
“KPK Tangkap Ketua MK”. Judul tersebut dicetak dengan font besar. Peletakan
berita juga diletakkan di atas pada halaman utama dan ada foto ruangan Ketua
MK yang digunakan sebagai pelengkap berita.
Berita di harian Kompas yang diteliti pada penelitian ini, selama tiga hari
yaitu pada tanggal 3, 4, 5 Oktober 2013. Dalam penulisan berita tersebut judul
berita dituliskan dengan ukuran besar. Menurut Junaedhi (1991 : 29) berita yang
ditulis dengan huruf ukuran besar pada judulnya merupakan berita utama atau
berita istimewa. Berita utama dilakukan seselektif mungkin sesuai dengan
kebijaksanaan redaksionalnya, dan sesuatu yang dianggap paling pantas diketahui
oleh masyarakat pada saat itu. Dalam sebuah berita bisa terbentuk opini publik
yang kuat, sehingga dalam penulisan berita wartawan harus obyektif dalam
penulisannya, apalagi berita ini merupakan headline dalam Kompas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Definisi tentang objektivitas berita sangat beragam, namun secara
sederhana dapat dijelaskan bahwa berita yang obyektif adalah berita yang
menyajikan fakta, tidak berpihak dan tidak melibatkan opini dari wartawan.
Objektivitas menurut McQuail (1994 : 130) lebih merupakan cita-cita yang
diterapkan seutuhnya. Dalam sistem media massa yang memiliki keanekaragaman
eksternal, terbuka kesempatan untuk penyajian informasi yang memihak, meski
sumber tersebut harus bersaing dengan sumber informasi lainnya yang
menyatakan dirinya obyektif. Meskipun demikian tidak sedikit media yang
mendapatkan tuduhan “media itu tidak obyektif”.
Objektivitas berita merupakan suatu keadaan berita yang disajikan secara
utuh dan tidak bersifat memihak salah satu sumber berita, yang bertujuan untuk
memberi informasi dan pengetahuan kepada konsumen. (flournoy, 1986 : 48).
Setiap berita yang disajikan dalam suatu surat kabar atau majalah harus memenuhi
unsur objektivitas. Objektivitas berita merupakan hal yang sangat penting dalam
penyajian sebuah berita. Penyajian berita yang tidak obyektif dapat menimbulkan
banyak ketidakseimbangan, artinya bahwa berita hanya disajikan berdasarkan
informasi pada sumber berita yang kurang lengkap dan cenderung sepihak.
Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun
harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa
pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara
fairness. Yaitu salah satu syarat objektifitas yang juga sering disebut sebagai
pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat
sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan
fakta bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari
Siebert tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).
Sebuah berita bisa dikatakan obyektif bila memenuhi beberapa unsur,
diantaranya adalah tidak memihak, transparan, sumber berita yang jelas, tidak ada
tujuan atau misi tertentu. Dilihat dari beberapa unsur di atas banyak sekali berita
yang disajikan belum memenuhi unsur-unsur objektivitas atau bisa dikatakan
bahwa berita tersebut tidak obyektif. Suatu berita yang disajikan tidak obyektif
hanya akan menguntungkan salah satu pihak dan akan merugikan pihak lain.
Dimensi-dimensi objektifitas menurut Rachma Ida terdiri dari aktualitas, fairness
dan validitas pemberitaan, dalam akurasi pemberitaan dituliskan bahwa harrus ada
kesesuaian judul dengan isi berita. (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam
Bungin, 2003 : 154-155).
Untuk dapat memahami ketimpangan arus informasi peneliti sengaja
memilih surat kabar Kompas. Harian Kompas merupakan media yang memiliki
kredibilitas di dalam bidangnya, sehingga kepercayaan masyarakat sangat tinggi
terhadap media ini. Selain itu, terkait dengan permasalahan penelitian Harian
Kompas memberitakan perkembangan informasi seputar pernyataan tokoh agama
serta reaksi masyarakat dan pemerintah secara berkelanjutan dan intens, itulah
sebabnya mengapa peneliti memilih media ini.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis isi sehingga
diperoleh pemahaman yang akurat dan penting. Analisisnya adalah berita di surat
kabar yang analisis ini digunakan untuk mengkaji pesan-pesan di media (flournoy,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

1986 : 12). Pemanfaatan ilmu komunikasi media massa dapat diperoleh secara
tepat implementasi di lapangan atas obyektivitas pemberitaan dari surat kabar
yang menjadi subyek penelitian (McQuail, 1994 : 179).

1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi

penelitian ini, maka perumusan masalahnya adalah Bagaimanakah Objektivitas
berita Penangkapan Ketua MK Akil Mochtar Oleh KPK pada surat Kabar Kompas
edisi 3, 4 dan 5 Oktober 2013 ?

1.3.

Tujuan penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui objektivitas berita Penangkapan Ketua MK Akil Mochtar Oleh
KPK pada surat Kabar Kompas edisi 3, 4 dan 5 Oktober 2013.

1.4.

Manfaat penelitian

1. Kegunaan teoritis : Menambah kajian ilmu komunikasi yang berkaitan
dengan penelitian obyektivitas berita, sehingga hasil penelitin ini
diharapkan bisa menjadi landasan pemikiran untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
2. Kegunaan praktis : penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan
bagi redaksi Kompas dalam memberitakan Objektivitas berita Kasus
Mantan Ketua MK di surat kabar Kompas tidak memihak, transparan, dan
sumber berita yang jelas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu
1.

Ni Ketut Efrata Fransiska, 2010, Objektivitas Pemberitaan Peserta
Partai Politik Tahun 2009 Dalam Periode Kampanye Pemilihan
Legislatif Di Koran Nasional
peneliti ingin meneliti lebih dalam lagi mengenai sejauh mana tingkat
objektivitas pemberitaan partai politik selama masa kampanye pada
media cetak surat kabar. Peneliti memilih

topik objektivitas

pemberitaan,

yang

karena tidak

ada pemberitaan

benar-benar

objektif.Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis isi
kuantitatif. Perhitungan presentase mengenai objektivitas pemberitaan
partai politik peserta Pemilu Legislatif 2009
Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan kategori objektivitas
yang terdiri dari dimensi faktual dan berimbang maka tingkat
objektivitas media mempengaruhi kualitas berita dan secara tidak
langsung akan mempengaruhi kinerja dari media sebuah media

2.

Bayu Istyananto, 2013, Media Massa Dan Pilgub DKI 2012 (Studi
Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Jokowi Pada Koran Kompas
Selama Putaran Kedua Periode 12 Juli – 30 September 2012)

9
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Peneliti ingin meneliti, apakah Kompas dapat menjaga objektivitasnya
dalam memberitakan Joko Widodo, sosok baru yang diyakini dapat
menjadi pembaru bagi Kota Jakarta.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian content analysis atau
analisis isi, yaitu teknik mengumpulkan dan menganalisa teks.
Setelah melakukan analisa, secara keseluruhan berita mengenai Joko
Widodo pada Pilgub DKI Jakarta 2012 merupakan berita yang objektif.
Karena dalam proses peliputan berita, wartawan tidak mencoba untuk
menggiring opini atau selera pilih dari calon pemilih untuk condong
kepada salah satu calon gubernur yang sedang bersaing. Kemudian
pada aspek relevansi, tercatat 5 berita telah memenuhi aspek relevansi
karena

fakta berita sesuai dengan peristiwa yang terjadi dan

pemberitaan yang dimuat tidak melebar ke topik yang lain. Sehingga
fakta yang disajikan masih relevan.

2.2. Landasan Teori
2.2.1 Media Cetak
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media
massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun media
massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh
masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di masyarakat kota. Keberadaan
media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas
kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan
komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat
(Sugiharti dalam Permana, 2009 : 14).
Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis yang
mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan
sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman putih (Kasali,
1995 : 99).

2.2.2 Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan
jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai
sejak ditemukannya mesin cetak oleh johann Gutenberg di Jerman (Ardianto &
Erdinaya, 2005:99).
Perkembangan surat kabar di Indonesia sendiri juga telah melewati perjalanan
panjang selama lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang,
menjelang kemerdekaan, zamana orde lama, serta orde baru. Surat kabar sebagai
media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesanpesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. (Deppen,
2002:46)
Setelah itu perkembangan surat kabar bralih ke era reformasi. Era ini adalah
era kebebasan pers. Presiden ketiga Indonesia, Abdurrahman Wahid alias Gus
Dur, membubarkan Departemen Penerangan, biang pembatasan pers pada orde
baru yang dipimpin Harmoko. Surat kabar dan majalah kemudian dibiarkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

tumbuh dan menjamur, begitu juga media-media lainnya: televisi dan radio.
Tanpa tekanan; tanpa batasan. “Informasi adalah urusan masyarakat,” kata Gus
Dur.
Kebebasan ini kemudian melahirkan raksasa-raksasa media. Disebut
raksasa karena hampir semua lini media digeluti: surat kabar, majalah, televisi,
radio, dan website (surat kabar digital). Mereka adalah Kompas (Jacoeb Oetama),
Jawa Pos (Dahlan Iskan), Media Indonesia (Surya Paloh), Media Nusantara Citra
(Hary Tanusoedibjo), dan Tempo (Goenawan Mohamad). Luar biasanya, media
mereka

sampai

ke

daerah-daerah

di

seluruh

Indonesia.

(http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/04/surat-kabar-di-indonesia/) Dari empat
fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif), fungsi yang
paling menonjol adalah informasi. (Ardianto & Erdinaya, 2005: 104).
Menurut Onong Uchjana Effendy, “Surat kabar adalah lembaran tercetak
yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara
periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana
saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca” (Effendy,1993:241).
Arti penting surat kabar terletak pada kemampuannya untuk menyajikan
berita-berita dan gagasan-gagasan tentang perkembangan masyarakat pada
umumnya, yang dapat mempengaruhi kehidupan modern seperti sekarang ini.
Selain itu surat kabar mampu menyampaikan sesuatu setiap saat kepada
pembacanya melalui surat kabar pendidikan, informasi dan interpretasi mengenai
beberapa hal, sehingga hampir sebagian besar dari masyarakat menggantungkan
dirinya kepada pers untuk memperoleh informasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang beragam.
Terdapat rubrik olahraga, berita local, nasional, maupun internasional, terdapat
media cetak terkini bila dibandingkan dengan media cetak lainya karena nilai
kebaruannya. Adanya rubric-rubrik tersebut membuat isi surat kabar lebih variatif,
mulai dari berita-berita nasional hingga internasional. Namun secara sederhana isi
surat kabar dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan (advertising).
Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu fenomena masyrakat
(seperti pada tabloid yang hanya membahas fenomena tentang olahraga) namun
semua fenomena atau peristiwa dalam realitas yang dilaporkan (Effendy,
2000:92). Dalam pelaporan berita yang dibuat para pekerja media (wartawan dan
karikartunis), terdapat perbedaan antara media satu dengan media yang lainnya.

2.2.3 Karakteristik Surat Kabar
Surat kabar mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Sam Abede
Pareno (2005:24) karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut : Berita
merupakan unsure utama yang dominan, memiliki ruang yang relatif lebih leluasa,
dan memiliki waktu untuk dibaca ulang lebih lama.
Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat ciri yang dapat dikatakan
sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain :
1.

Publisitas (Publicity)
Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik.
Karena diperuntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat
kabar ini terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum.
Untuk itu, penerbitan yang meskipun sama dengan surat kabar tidak bisa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

disebut sebagai surat kabar jika hanya ditujukan kepada sekelompok orang
atau golongan.
2. Periodesitas (Periodicity)
Yang berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan ini bisa satu kali
sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karena mempunyai
keteraturan dalam penerbitannya,

maka penerbit

buku tidak dapat

dikategorikan sebagai surat kabar meskipun isinya menyangkut kepentingan
umum karena tidak disebarkan secara periodik dan berkala.
3. Universalitas (universality)
Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai
penjuru dunia. Untuk itu jika sebuah penerbitan berkala isinya hanya
mengkhususkan diri pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah
kedokteran, arsitektur, koperasi atau pertanian, tidak termasuk surat kabar.
Memang benar bahwa berkala itu ditujukan kepada khalayak umum dan
diterbitkan secara berkala, namun bila isinya hanya mengenai salah satu
aspek kehidupan saja maka tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori surat
kabar.
4. Aktualitas (Actuality)
Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”.
Kedua-duanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat
kabar. Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan
perkataan lain laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang
dilaporkan itu harus benar. Tetapi yang dimaksudkan aktualitas sebagai ciri

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

surat kabar adalah pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa menyampingkan
pentingnya kebenaran berita (Effendy, 1993:119-121).

2.2.4. Pengertian dan Fungsi Pers
Pers berasal dari perkataan belanda pers yang artinya menekan atau
mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa inggris
berarti menekan atau mengepres. Jadi, secara harfiah kata pers atau press
mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantara barang
cetakan. Tetapi, sekarang kata pers atau press ini digunakan untuk merujuk semua
kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun
berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun wartawan media cetak
(kusumaningrat, 2006 : 17).
Pers mengandung dua arti, arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit pers
hanya menunjuk kepada media cetak berkala : surat kabar, majalah, dan tabloid,
sedangkan pers dalam arti luas pers bukan hanya menunjuk pada media cetak
berkala melainkan juga mencakup media elektronik auditif dan media elektronik
audivisual berkala yakni radio, televisi, film, dan media on line internet. Pers
dalam arti luas berarti media massa. Dalam paparan ini yang akan dibahas adalah
pers dalam arti sempit, khususnya surat kabar. Surat kabar adalah media massa
paling tua dan merupakan media yang paling banyak dan luas penyebarannya
(Sumadiria 2005 : 31).
Secara yuridis formal, seperti dinyatakan dalam pasal 1 ayat (1) UU pokok
pers no. 40/1999, pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, elektronik, dan segala jenis media yang tersedia
(Sumadiria 2005 : 32).
Pers adalah lembaga kemasyarakatan yang merupakan sub sistem dari
sistem kemasyarakatan tempat ia beroperasi, bersama-sama dengan sub sistem
lainnya. Dengan demikian maka pers tidak hidup secara mandiri, tetapi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya.
Pers cenderung untuk mempunyai kualitas penyesuaian, yang berarti ia akan
menyesuaikan kepada perubahan dalam lingkungan demi kelangsungan hidupnya.
Apabila pers tidak mampu menyesuaikan diri kepada perubahan kondisi dan
situasi lingkungan maka ia akan mati ( Efendy, 2002 : 62 ).
Fungsi pers menurut Kusumaningrat (2006 : 27) :
1. Fungsi Informatif, yaitu memberikan informasi atau berita kepada
khalayak ramai dengan cara yang teratur . pers menghimpun berita yang
dianggap

berguna

dan

penting

bagi

orang

banyak

mekudian

menuliskannya dengan kata-kata.
2. Fungsi Kontrol, yaitu pers masuk ke balik panggung kejadian untuk
menyelidiki

pekerjaan

pemerintah

atau

perusahaan,

pers

harus

memberitakan apa yang berjalan baik maupun yang berjalan tidak baik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

3. Fungsi Interpretatif dan Direktif, yaitu pers harus menceritakan kepada
masyarakat tentang arti suatu kejadian, biasanya dilakukan pers melalui
tajuk rencana atau tulisan-tulisan latar belakang.
4. Fungsi Menghibur, yaitu para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia
dengan hidup dan menarik.
5. Fungsi Regeneratif, yaitu pers membantu menyampaikan warisan sosial
kepada generasi baru agar terjadi proses regenerasi dari angkatan yang
sudah tua kepada angkatan yang lebih muda.
6. Fungsi Pengawalan Hak-hak Warga Negara, yaitu mengawal dan
mengamankan hak-hak pribadi.
7. Fungsi Ekonomi, yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan. Tanpa
radio, televisi, majalah, dan surat kabar, maka beratlah untuk dapat
mengembangkan perekonomian sepesat seperti sekarang.
8. Fungsi Swadaya, yaitu pers mempunyai kewajiban untuk memupuk
kemampuannya sendiri agar ia dapat membebaskan dirinya dari pengaruhpengaruh serta tekanan-tekanan dalam bidang keuangan.
Lebih lanjut Sumadiria ( 2005 : 32-35 ) menjelaskan bahwa ada lima
fungsi pers yang unversal, kerena fungsi ini dapat ditemukan pada setiap negara di
dunia yang menganut paham demokrasi, kelima fungsi tersebut adalah :
1. Informasi ( to inform ), menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada
masyarakat yang seluas-luasnya.
2. Edukasi ( to educate ), apapun informasi yang disampaikan oleh pers
hendaknya dalam kerangka mendidik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

3. Koreksi (to influence), pers akan senantiasa menyalak ketika melihat
berbagai penyimpangan dan ketidak-adilan dalam suatu masyarakat atau
negara.
4. Rekreasi ( to entertaint ), menghibur, pers harus memerankan dirinya
sebagai wahana rekreasi yang menyenangkan sekaligus yang menyehatkan
bagi semua lapisan masyarakat.
5. Mediasi ( to mediate ), mediasi artinya penghubung. Bisa juga disebut
sebagai mediator atau fasilitator.

2.2.5. Teori Kebebasan Pers
Fred S.Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Scramm dalam bukunya
berjudul Four Theoris of the Press menyebutkan empat teori pers, yaitu;
Authoritarian press, Lebertarian press, social responsibility press dan Soviet
Communist perss. Khusus teori yang terakhir, Soviet Communist Press,
sebenarnya

pengembangan

dari

Authoritarian

Press,

sedangan

Social

Responsibility Press merupakan perkembangan dari Libertarian Press. Berikut ini
merupakan penjelasan dari keempat teori itu yang dikutip dari berbagai sumber
{(Effendi, 2004:62-63),(Bungin, 2007:289-292),(Nurudin, 2004:72-76),(Tankard
& Severin, 2005:373-383),(Ardianto, 2005:54-60)}.
1. Authoritarian Press (per s otoriter)
Teori otoriter adalah pers yang mendukung dan menjadi kepanjangan
tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara.
Teori ini muncul setelah mesin cetak ditemukan dan menjadi dasar
perkembangan pers komunis soviet. Dikenal sebagai sistem tertua yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

lahir sekitar abad 15-16 pada masa pemerintahan absolut. saat itu , apa
yang disebut kebenaran (truth) adalah milik beberapa gelintir penguasa
saja. Karena itu fungsi pers adalah dari puncak turun kebawah.
Ketika dasar dan teori pers pertama mendukung dan menjadi kepanjangan
tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara.
Mesin cetak harus memiliki izin dan dalam beberapa kondisi harus
mendapat hak ijin pemakaian khusus dari kerajaan atau pemerintah agar
bisa digunakan dalam penerbitan. Melalui penerapan hak khusus, lisensi,
sensor langsung, dan peraturan yang diterapkan sendiri dalam tubuh
serikat pemilik mesin cetak, indvidu dijauhkan dari kemungkinan
mengkritik pemerintah yang berkuasa. Dalam sistem otoriter, pers bisa
dimiliki baik secara publik maupun perorangan, namun demikian, tetap
dianggap sebagai alat untuk menyebarkan kebijakan pemerintah. Pers
lebih digunakan untuk memberi informasi kepada rakyat mengenai apa
yang penguasa pikirkan, apa yang mereka inginkan, dan apa yang harus
didukung oleh rakyat. Berbagai kejadian yang akan diberitakan dikontrol
oleh pemerintah karena kekuasaan raja sangat mutlak. Negara dengan raja
sebagai kekuatan adalah pusat segala kegiatan. Oleh karena itu, individu
tidak penting, yang lebih penting adalah negara sebagai tujuan akhir
individu. Benito Mussolini (Italia) dan Adolf Hitler (Jerman) adalah dua
penguasa yang mewarisi sistem pers otoriter.
Saat ini penyensoran, baik oleh pemerintah maupun swasta, masih hidup
dan berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk yang menyatakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

yang menganut demokrasi. Misalnya perselisihan yang sering terjadi
antara wartawan dengan pemerintahan Singapura yang terkenal dengan
kontrol media yang ketat dimana petugas berwenang melakukan sensor
atau pengeditan pada program dan pengeditan. Harian seperti Asian Wall
Street Journal, Far Eastern Economic Review, dan International Herald
Tribune merupakan harian yang pernah berselisih dengan pemerintah
Singapura, dan harus membayar denda serta menghadapi kontrol yang
ketat.
2. Libertarian Press (pers liberal)
Sistem pers liberal (libertarian) berkembang pada abad ke 17-18 sebagai
akibat munculnya revolusi industri, dan adanya tuntutan kebebasan
pemikiran di negara barat yang disebut aufklarung (pencerahan). Teori ini
berkembang sebagai dampak dari masa pencerahan dan teori umum
tentang rasionalisasi serta hak-hak alamiah dan berusaha melawan
pandangan yang otoriter. Esensi dasar sistem ini memandang manusia
mempunyai hak asasi dan meyakini bahwa manusia akan bisa
mengembangkan pemikirannya secara baik jika diberi kebebasan.
Manusia dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan akal dan
bisa mengatur sekelilingnya untuk tujuan yang mulia. Kebebasan adalah
hal yang utama untuk mewujudkan esensi dasar itu, sedangkan control
pemerintah dipandang sebagai menifestasi “pemerkosaan” kebebasan
berpikir. Oleh karena itu, pers harus diberi tempat yang sebebas-bebasnya
untuk mencari kebenaran. Kebenaran akan diperoleh jika pers diberi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

kebebasan sehingga kebebasan pers menjadi tolak ukur dihormatinya hak
bebas yang dimiliki oleh manusia.
Libertarian theory menjadi dasar modifikasi social responsibility theory,
dan merupakan kebalikan dari Authoritarian Theory dalam hal hubungan
posisi manusia terhadap negara. Manusia tidak lagi dianggap bebas untuk
dipimpin dan diarahkan. Kebenaran bukan lagi milik kodrati manusia. Dan
pers dianggap partner dalam mencari kebenaran. Untuk selama dua ratus
tahun, pers Amerika dan Inggris menganut teori liberal ini, bebas dari
pengaruh pemerintah dan bertindak sebagai Fourth Estate (kekuasaan
keempat) dalam proses pemerintahan, setelah kekuasaan pertama lembaga
eksekutif, kekuasaan kedua lembaga legislatif, dan kekuasaan ketiga
lembaga yudikatif.
Teori liberal pers berkembang di Inggris selama abad ke 18 tetapi tidak
diperbolehkan dijalankan di koloni Inggris di Amerika Utara sampai
putusnya hubungan dengan Negara induk tersebut. Setelah tahun 1776,
teori

ini

diimplementasikan

diseluruh

wilayah

yang

lepas

dari

pemerintahan colonial dan secara resmi diadopsi dengan adanya
Amandemen pertama pada piagam Hak Asasi Manusia baru yang
ditambahkan ke dalam Undang-undang dasar. Dari tulisan Milton, Locke,
dan Mill dapat dimunculkan sebagai pemahaman bahwa pers harus
mendukung fungsi membantu menemukan kebenaran dan mengawasi
pemerintah sekaligus sebagai media yang memberikan informasi,
menghibur, dan mencari keuntungan. Di bawah teori liberal, pers bersifat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

swasta, dan siapaun yang mempunyai uang yang cukup dapat menerbitkan
media. Media dikontrol dalam dua cara. Dengan beragamnya pendapat
“proses pembuktian kebenaran” dalam “pasar bebas gagasan” akan
memungkinkan individu membedakan mana yang benar dan yang salah.
Demikian pula dengan sistem hokum yang memiliki ketentuan untuk
menindak tindakan fitnah, tindakan senonoh, ketidaksopanan, dan hasutan
dalam masa peperangan.
On Liberty, perwujudan terbaik dan ringkas dari gagasan mendukung
”pers bebas”, diterbitkan pada pertengahan abad 19 oleh John Stuart Mill.
Pada bab 2 buku ini, Mill berpendapat bahwa kalau kita mematikan opini,
maka mati pula kebenaran. Teori liberal mengatakan bahwa manusia dapat
membetulkan kesalahannya, namun hanya bila ada kemungkinan atau
kesempatan untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat agar fakta dan
kebenaran akhirnya bisa terlihat. Mill berpendapat bahwa satu-satunya
cara manusia agar bisa memahami segala sesuatu secara utuh adalah
dengan mendengar berbagai pendapat orang tentang hal tersebut. Teori
liberal dengan paham kebenarannya yang diterima secara luas, berguna
dan

terus

berkembang

sampai

akhirnya

revolusi

industri

juga

mempengaruhi dunia penerbitan dan penyiaran. Ketika teknologi
memungkinkan distribusi koran dengan luas dan cepat, nilai ekonomi
produksi masal menjadi sangat penting.
Perusahaan penerbit koran mulai membeli atau bergabung dengan penerbit
yang kecilsampai akhirnya kini banyak kota yang memiliki lebih dari satu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

surat kabar yang bersaing satu sama lain. Hal ini menyebabkan banyak
orang, baik di dalam maupun luar media, mulai mempertanyakan manfaat
teori liberal dalam masyarakat yang demokratis. Saat ini pandangan yang
tidak populer walaupun penting sulit untuk diterima. Selain itu, psikologi
abad 20 telah menunjukkan bahwa manusia tidak selalu berhubungan
dengan informasi dengan cara yang tampak rasional. Rasionalisasi sendiri
adalah usaha untuk memberikan penjelasan yang masuk akal untuk
tindakan yang tidak masuk akal. Pendapat seperti itu membantah filosofi
”manusia rasional” yang menjadi dasar teori liberal.
3. Social Responsibility Press (pers tanggung jawab sosial)
Muncul pada abad ke 20 sebagai protes terhadap kebebasan mutlak dari
libertarian yang mengakibatkan kemerosotan moral masyarakat. Di abad
ini, ada gagasan yang berkembang bahwa media satu-satunya yang
dilindungi piagam hak asasi manusia, harus memenuhi tanggung jawab
sosial. Teori tanggung jawab sosial, yang merupakan gagasan evolusi
praktisi media, dan hasil kerja komisi kebebasan pers (Comission on
Freedom of The Press), berpendapat bahwa selain bertujuan untuk
memberikan informasi, mengibur, mencari untung (seperti hal teori
liberal), juga bertujuan untuk membawa konflik ke dalam arena diskusi.
Teori tanggung jawab sosial mengatakan bahwa, setiap orang yang
memiliki suatu yang penting untuk dikemukakan harus diberikan hak
dalam forum, dan jika media tidak dianggap memenuhi kewajibannya,
maka ada pihak yang harus memaksanya. Dasar pemikiran sistem ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

adalah sebebas-bebasnya pers harus bisa bertanggung jawab kepada
masyarakat tentang apa yang diaktualisasikan.
Sistem ini muncul di Amerika Serikat ketika apa yang telah dinikmati oleh
pers Amerika selama dua abad lebih, dinilai harus diadakan pembatasan
atas dasar moral dan etika. Penekanan pada tanggung jawab sosial
dianggap

penting

untuk

menghindari

kemungkinan

terganggunya

ketertiban umum. Menurut Peterson, “kebebasan pers harus disertai
kewajiban

untuk

bertanggung

jawab

kepada

masyarakat

guna

melaksanakan tugas pokok yang dibebankan kepada komunikasi massa
dalam masyarakat modern selama ini.” Sistem ini juga lebih menekankan
kepentingan umum dibanding dengan kepentingan pribadi. Social
Responsibility muncul di negara-negara nonkomunis dan sering juga
disebut sebagai new libertarianism.
Di bawah teori ini, media dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan
konsumen, kode etik profesional, dan dalam hal penyiaran, dikontrol oleh
badan pengatur mengingat keterbatasan teknis pada jumlah saluran
frekuensi yang tersedia. Selama bertahun-tahun di Amerika ada
kecenderungan

untuk

melakukan

“deregulasi”

bidang

penyiaran.

Alasannya adalah dengan adanya teknologi beru seperti TV kabel dan
siaran berdaya rendah, saat ini ada cukup banyak saluran yang tersedia
dalam tiap komunitas sehingga aturan yang ada tidak diperlukan lagi.
Teori tanggung jawab memunculkan banyak perbedaan pendapat
mengenai siapa yang memastikan kalau media bertanggung jawab

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

terhadap masyarakat dan bagaimana memutuskan apakah suatu pendapat
cukup penting untuk diberi cukup ruang dan waktu dalam media. Dulu
komisi Hutchins (komisi kebebasan pers) meliha

Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI PEMBERITAAN SURAT KABAR TENTANG KASUS SUAP KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI AKIL MOCHTAR Study Framing pada Koran Kompas Edisi 4,5 dan 9 Oktober 2013 dan Koran Jawa Pos Edisi 4,11 Oktober 2013 dan 30 Januari 2014

0 10 36

PEMBERITAAN KASUS SUAP KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI (Analisis Framing Pemberitaan Rencana Penerbitan Perpu MK Terkait Kasus Suap Ketua MK Akil Mochtar di Harian Kompas dan Koran Tempo)

0 4 127

OBJEKTIVITAS BERITA BIAS GENDER DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Berita Kecelakaan Novi Amilia dalam OBJEKTIVITAS BERITA BIAS GENDER DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Isi Kuantitatif Objektivitas Berita Kecelakaan Novi Amilia dalam Po

0 5 15

OBJEKTIVITAS BERITA LINGKUNGAN HIDUP DI HARIAN KOMPAS.

0 5 15

OBJEKTIVITAS BERITA LINGKUNGAN HIDUP DI HARIAN KOMPAS OBJEKTIVITAS BERITA LINGKUNGAN HIDUP DI HARIAN KOMPAS (Analisis Isi pada Berita Lingkungan dalam Pemberitaaan Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut Di Indonesia Di Harian Kompas Periode Februari – Se

0 3 17

PENDAHULUAN OBJEKTIVITAS BERITA LINGKUNGAN HIDUP DI HARIAN KOMPAS (Analisis Isi pada Berita Lingkungan dalam Pemberitaaan Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut Di Indonesia Di Harian Kompas Periode Februari – September 2012).

1 13 29

PENUTUP OBJEKTIVITAS BERITA LINGKUNGAN HIDUP DI HARIAN KOMPAS (Analisis Isi pada Berita Lingkungan dalam Pemberitaaan Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut Di Indonesia Di Harian Kompas Periode Februari – September 2012).

0 3 67

OBJEKTIVITAS BERITA KEBAKARAN DISKOTEK redboXX di SURABAYA (Analisis Isi Objektivitas Berita Kebakaran Diskotek RedboXX di Surabaya Pada Koran Harian Jawa Pos Edisi 26 Juni-1 Juli 2010).

0 2 132

Penangkapan Wakil Ketua KPK Dalam Bingkai Media (Analisis Framing Berita Penangkapan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto Oleh Kepolisian di cnnindonesia.com dan kompas.com Edisi 23 Januari 2015) - Ubharajaya Repository

0 0 11

OBJEKTIVITAS BERITA TENTANG PENANGKAPAN KETUA MK AKIL MOCHTAR OLEH KPK (Analisis Isi Objektivitas Berita Kasus Ketua MK Di Harian kompas Edisi 3,4 Dan 5 Oktober 2013 )

0 0 19