IMPLEMENTASI METODE PQRST DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA (READING) MAHASISWA.

IMPLEMENTASI METODE PQRST DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA (READING)
MAHASISWA
Johan Sinulingga
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan

ABSTRACT
Generally, this research is aimed at improving students’
reading comprehension by implementing the PQRST teaching method.
Subjects of the research are the students of 2009/2010 academic year
taking reading I subject. The research uses classroom action research
method. The data are collected by reading comprehension test for
measuring the students’s reading comprehension and questionarrie with
Liket scale for collecting the students’ perceptions toward PQRST
teaching method. The data are analyzed by descriptive technique.
The results of research show that 1) the preliminary
comprehension of the students’ reading comprehension is relative poor
and very poor in which the distribution of comprehension is not
proportional, 2) After first cycle, the students’ reading comprehension
improve relativel significantly, 3) Then, after the end of the research, the

students’ reading comprehensions improve significantly which most of
them (52,94) obtains grade B or it is categorized good and (8,82%)
reaches grade A. Only about (32.35%) and (2,94%) of them still have
grade C and D. However, nobody gets failed. In term of perception,
generally the students have positive and good responds and perception
toward the PQRST teaching method for teaching and learning reading
comprehension subject.

Kata Kunci : metode PQRST, keterampilan membaca

PENDAHULUAN
Sehubungan dengan belajar bahasa asing (Inggris), mahasiswa sudah termasuk
kategori orang dewasa. Mereka diasumsikan mampu membaca teks Bahasa Inggris
dengan dengan pemahaman mencapai 80% dan kecepatan rata-rata 250-300 kpm
(kata per menit). Indikator pemahaman hingga 80% dan kecepatan 250-300 kpm
tersebut adalah bahan bacaan dengan kategori sedang hingga relatif sulit misalnya
untuk mendapatkan detail, mencari hubungan dan mengevaluasi. Soedarso (2005) dan
Wainwright (2002) menambahkan tingkat pemahaman seseorang juga dipengaruhi
oleh tingkat kesulitan bahan bacaan dan tujuan atau keperluan dari membaca itu
sendiri. Misalnya membaca pemahaman dengan tingkat 80% dengan kecepatan 350 –

400 kpm dalam membaca bacaan dalam bentuk deskripitf dan bahan-bahan non fiksi
yang bersifat informative atau membaca fiksi untuk menikmati keindahan sastranya
atau mengantisipasi akhir suatu cerita dalam sebuah fiksi Soedarso (2005); CelceMurcia.M and E., Olshtain. (2000).
Berkaitan dengan itu, Jurusan Bahasa Inggris FBS Unimed dalam kurikulum
KBK 2005 dan kurikulum ryang disempurnakan tahun 2008 menempatkan
matakuliah membaca (Reading) sebagai matakuliah yang penting dengan jumlah sks
mencapai 12 sks. Ini memperlihatkan bahwa betapa pentingnya matakuliah Reading
tersebut. Matakuliah Reading juga merupakan matakuliah yang sulit dipahami karena
untuk mendapatkan pemahaman sebuah wacana dan teks tidak saja diperlukan

pengetahuan linguistik tetapi juga kognisi dan kompetensi intelegensi yang memadai.
Di samping itu, metode belajar membaca juga memberikan kontribusi yang signifikan
dalam meningkatkan pemahaman membaca mahasiswa Celce-Murcia.M and E.,
Olshtain (2000).
Metode belajar mengajar merupakan faktor utama dan paling berpengaruh
terhadap proses pembelajaran yang pada akhimya akan bermuara pada hasil
pembelajaran itu sendiri. Dangan metode yang jelas, terarah, sistemtik, dan
kreatif dan inovatif serta menarik minat baca mahasiswa, mahasiswa akan mempunyai
keinginan untuk belajar dan yang paling penting mereka tahu apa dan bagaimana
mereka haues bertindak dan memulai. Dan itu artinya proses pembelajaran

menemukan arah dan tujuan. Dengan kondisi seperti ini, belajar membaca akan
menjadi terarah, sistematik, komunikatif, efisien, efektif kreatif dan inovatif serta
dapat menarik dan meningkatkan minat mahasiswa untuk membaca yang pada
akhirnya pemahaman membca mereka meningkat.
Sehubungan dengan peranan metode pembelajaran, Bistari B.S dan kawankawan (2001) dalam penelitiannya mengatakan bahwa tingkat kemampuan strategi
belajar mengajar dosen yang tidak optimal dan memotivasi mahasiswsa dapat
merupakan penghambat minat baca mahasiswa. Lebih lanjut dia mengungkapkan
bahwa kesulitan menguasi keterampilan membaca adalah kebiasaan membaca yang
masih konvesional. Perlu dipahami bahwa dosen harus sadar bahwa membaca
pemahaman memang sulit dan kompleks karena membaca tidak hanya
mengandung substansi isi dan komponen linguistik saja tetapi juga konteks dan
budaya tentang teks atau wacana yang tidak kelihatan (Krashen , 1994); Nuttal
(1988); Soedarso (2005). Ini artinya dosen harus melatih mahasiswa dengan pola
atau metode belajar membaca yang sistemtis, efektif dan efisien untuk
meningkatkan kemampuan membaca mahasiswa secara berkesinambungan dan
terarah. Untuk itu, penerapan metode membaca yang inovatif, kreatif, efektif,
dan sistematis harus dilakukan sejak dini.
Dengan demikian, hal ini sangat perlu dan mendesak untuk dilakukan karena
melalui pembelajaran membaca yang sistematis sejak semester I akan membentuk
kebiasaan dan budaya membaca teks secara benar dan tearah. Bila ini

dilakukan, mereka akan dengan mudah memahami teks yang pada giliranya
kemampuan membaca juga meningkat Harmer (2003). Pembelajaran membaca yang
sistematis sejak awal juga akan memberikan kontribusi yang cukup lama baik
untuk tujuan khusus maupun untuk kehidupan sehari-hari. Kemudian,
Anderson dan kawan-kawan (1985) menambahkan bahwa membaca merupakan
dasar keberhasilan seseorang, bukan saja di lingkungan akademik tetapi juga di segala
bidang kehidupan.
Disamping itu, secara teoritis praktis, belajar membaca tanpa teori, prosedur
dan strategi sangat mustahil untuk mendapatkan hasil yang baik. Mahasiswa hanya
membaca melalui pola trial and error saja Soedarso (2005); Harmer (2003). Lebih
lagi membaca seperti ini seperti orang buta yang mereka-reka jalan yang bisa dia
lalui. Secara empiris penelitian Foertch (1992); Bistari B.S (2001) menambahkan
bahwa membaca dengan baik dan sistematis pada berbagai tingkatan pendidikan
telah meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman (reading comprehension)
secara signifikan dengan mencapai rata-rata antara 25-30% dari kemampuan awal.
Untuk itu, ada beberapa metode membaca seperti SQ3R, SQ4R,
EARTH, POINT, P2R, S-D4, PACER dan PQRST Soedardso (2005); Wainwright
(2006) yang diasumsikan dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa. Tetapti
berdasakan teori dan data empiris lainnya, metode PQRST (Preview-Question-


Review-Summarize-Test) dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman
mahasiswa meningkat secara signifikan. Di samping itu, metode ini PQRST juga
mampu membuat mahasiswa tertarik, termotivasi, dan aktif dalam proses
pembelajaran serta mereka tahu bagimana membaca yang efektif, efisien, kreatif
dan inovatif agar kemampuan mereka meningkat. Agustina (2001) menambahkan
bahwa penerapan metode mampu meningkatkan kemampuan membca mahasiswa
hingga rata-rata 25% di SMU.
Jadi apa sebenarnya hakikat membaca tersebut? Membaca adalah
kegiatan yang sangat sering kita lakukan di mana saja dan kapan saja baik itu di
bangku kuliah maupun di luar di luar bangku kuliah. Membaca menjadi sangat
penting saat ini terutama bagi maahsiswa. Membaca adalah salah satu kemampuan
berbahasa yang diajarkan kepada mahasiswa selain kemampuan mendengarkan,
berbicara dan menulis). Peranan membaca sangat penting bagi mahasiswa karena
dengan membaca mahasiswa dapat "keliling dunia" dengan cepat dan murah. Dengan
membaca kita tahu dan memahami berbagai macam ilmu pengetahuan, teknologi, dan
juga seni. Hal ini juga dikatakan oleh Kirsch dan Guthrie (1988) mengatakan bahwa
membaca merupakan aspek penting dalam menghadapi pekerjaan dan
pengembangan karier, terutama dalam menghadapi berbagai perubahan
akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan membaca, pembaca kita akan memperoleh pesan dan informasi dari

bacaan tersebut dan ini berarti terjadi proses komunikasi antara penulis dan
pembaca. Nuttal (1988) menyatakan bahwa dengan membaca terjadi proses
komunikasi antara penulis dan pembaca bila pembaca memahami apa yang ditulis
(teks) oleh penulis. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa proses komunikasi
berlangusung di mana penulis menulis pesan (encoding) dalam bentuk
teks/bacaan kemudian pembaca memahami bacaan (decoding) maka terjadilah proses
komunikasi tersebut. Kenyataanya proses memahami suatu teks tidak semudah
apa yang disajikan oleh Nuttal. Membaca merupakan suatu proses komunikasi yang
sulit dan memerlukan waktu karena membaca dimulai dari penyajian linguistik
kemudian diartikan oleh pembaca. Lebih lanjut (Carrel 1988) mangatakan bahwa
membaca adalah kemampuan yang sulit dan complicated karena membaca tidak
saja melibatkan faktor lingusitik saja tetapi juga psikolinguistik dan
sosiolinguistik.
Maka dari itu, dalam proses pembelajaran membaca perlu dan bahkan
sangat perlu adanya teori, metode, teknik dan pola latihan bagaimana cara memahami
bacaan tersebut secara efektif dan efisien untuk meningaktkan motivasi dan minat
mahasiswa yang pada giliranya akan meningkatkan pemahaman dari suatu
bacaan. Membaca tanpa teori, metode atau teknik ibarat seorang teknisi yang
berpraktek yang menggunakan metode trial dan error saja. Proses ini sangat
tidak efektif, efisien dan tidak meningkatkan motivasi dan minat apalagi

pemahaman bacaan itu sendiri.
PQRST singkatan dari Preview , Question, Read, Summarize and Test. Dalam
proses pembelajaran membaca, metode PQRST berarti proses membaca yang terdiri
dari lima langkah yang sistematis dan berurutan sesuai dengan tingkatannya yaitu
pertama preview, kedua question, ketiga read, keempat summarize dan kelima test.
Setiap langkah tersebut mempunyai tujuan dan langkah yang lebih khusus dan
praktis Tampubolon (1984); Edward (1987); Soedarso (2005); Debat dalam Forum
(vol 44 No. 1, 2006)
Membaca melalui metode PQRST, pembaca sebelum membaca teks
terlebih dahulu mahasiswa melakukan preview bacaan untuk mendapatkan gagasan

umum tentang teks tersebut. Lalu dia mengajukan pertanyaan (question) pada diri
sendiri yang jawabannya diharapkan ada dalam bacan tersebut dan akhirnya
mahasiswa akan lebih mudah memahami teks tersebut secara keseluruhan.
Dan mahasiswa mulai membaca (read) dengan sesungguhnya. Sesudah itu
mahasiswa membuat ringkasan (summary) apa yang telah dibacanya. Akhirnya
mahasiswa diberi latihan (test) untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman
mereka Ginnis (1982); Frankfort dan Dye (1995); Soderaso (2005). Secara teoritis,
penerapan metode PQRST lebih stematis, terarah, dan terus menerus dalam kurun
waktu tertentu akan dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman

mahasiswa dengan indikator pencapain hingga 20-30% Tampubolon (1984); Alton
dan Robin (1985) Soedarso (2005). Secara praktis Agustina (2001) dalam
penelitiannya yang agak berbeda karena dilaksanakan di sekolah menengah
mengungkapkan bahwa penerapan metode PQRST di SMU meningkatkan
kemampuan siswa hingga 25 –30% dari kemampuannya yang semula. Untuk
lebih jelasnya berikut ini adalah penerapan metode PQRST secara lebih spesifik:
Langkah 1: Preview (preview)
Preview atau prabaca artinya meninjau lebih dahulu sebelum membaca.
Wainright (2006) mengatakan bahwa preview adalah suatu langkah di mana untuk
mengenal bahan/materi/bacaan sebelum membaca secara sepintas atau membaca
sepintas lalu untuk mengenali struktur bacaan, pokok-pokok pikiran sebuah teks.
Preview juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengetahui lebih
awal tentang isi baca secara sekilas. Langkah ini dilakukan untuk mengenal
organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk
mempercepat menangkap arti, mendapatkan abstrak, mengetahui ide-ide yang
penting, melihat susunan bahan bacaan dan menarik perhatian, minat dan
motivasi terhadap bacaan, dan memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami
lebih mudah.
Prabaca hanya dilakukan dalam beberapa menit tetapi dengan cara yang
sistematis agar mahasiswa dapat dengan cepat menemukan ide-ide penting dalam

sebuah teks. Prabaca sangat membantu mahasiswa dalam mencapai pemahan yang
maksimal Frankfort dan Dye (1995); Soedarso (2005).
Langkah 2 : Question (bertanya)
Pada saat preview, mahasiswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebanyak
mungkin tentang isi bacaan dan apa yang ada dalam pikiran mereka misalnya dengan
mengubah judul bacaan dan subjudul atau sub dari subjudul menjadi suatu
pertanyaan. Mahasiswa bisa menggunakan kata seperti siapa, apa, kapan, bagaimana
atau mengapa dan lain-lain. Misalnya ada judul bacaan Sport. Judul tersebut bisa
diubah menjadi What kind of sport people like now? Atau What kind of sport cost
much? atau pertnyaan yang lebih spesifik menjadi What is popular sport in this
country?. Atau Why do pople take more exercise nowadays?” Tentunya
pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya ada dalam hati pembaca (mahasiswa) yang
diharapkan ada jawabanya dalam bacaan tersebut.
Langkah 3: Read (Membaca)
Langkah ketiga, (read) membaca merupakan kegiatan utama dalam metode
membaca PQRST. Pada langkah ini mahasiswa akan membaca secara
lengkap dan tuntas serta komprehensif untuk mendapat jawaban dari
pertanyaan yang telah diajukan. Jadi membaca yang sesungguhnya baru

langkah ketiga bukan langkah pertama seperti membaca dengan metode

konvensional Alton dan Robin (1985); Soedarso (2005)
Pada langkah ini, mahasiswa membaca secara kritis dan
berkonsentrasi untuk penguasaan ide pokok dan detail yang penting dari sebuah
bacaan yang ada. Mahasiswa harus memperlambat tempo membaca pada bagian yang
penting dan sebaliknya mempercepat pada bagian yang kurang penting atau bagian
yang sudah diketahui oleh mahasiswa.
Pada tahap ke tiga ini, mahasiswa harus memperhatikan dua hal yaitu
(1) jangan membuat catatan karena akan memperlambat dan itu bisa bisa menjadi
kutipan kata-kata penulisnya saja, dan (2) jangan membuat tanda-tanda seperti garis
bawah pada kata, atau frase atau kalimat tertentu karena hal ini bisa jadi selesai
membaca kits salah memilihnya sehingga, menghilangkan kosentrasi dan waktu
belaka Wainwright (2006).
Langkah 4: Summarize (meringkas)
Pada langkah ke 4, (summary), setelah mahasiswa telah selesai membaca
secara tuntas dan komprehensif. Mahasiswa selanjutnya membuat ringkasan
(summary) secara ringkas guna membantu mengingat apa yang telah dibacannya.
Secara teoritis kegiatan summary ini akan sangat membantu mahasiswa untuk
mendapatkan jawaban yang benar dalam teks. Melalui summary mahasiswa mencoba
mendapatkan hal-hal penting dalam bacaan dan detail yang yang mendukung bacaan
tersebut. Mary dan Martin (1984); Ann dan Alice (1984) mengatakan "Summary thus

becomes important valuable tool for examination since exam (test) usually cover the
important points in the subject area, summarizing of text and lecture is a vey
efficient and effectie way to prepare to understan the text and the exam. "
Pada bagian ini biasanya, waktu yang diperlukan setengah dari waktu
membaca utama tetapi ini bukan pemborosan atau ketidakefesienan tetapi
kenyataannya orang yang membaca tanpa aturan akan cenderung mengulang ulang secara berkali-kali. Pengulangan ini terjadi karena membaca tanpa
metode, biasanya pembaca sering dan segera lupa dan mereka terpaksa
mengulanginya beberapa kali dan bahkan lebih banyak lagi Nunan (1995);
Soedarso (2005).

Langkah 5 : Test (tes atau latihan)
Langkah terakhir adalah tes (test) itu sendiri. Artinya mahasiswa diberi
kesempatan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa secara nyata setelah
melakukan empat langkah sebelumnya. Langkah kelima juga berfungsi sebagai
feedback dari proses dan langkah sebelumnya untuk mengetahui sejauh mana
mahasiswa mampu memahami teks atau bacaan yang mereka baca.
Tes, di damping berfungsi untuk mengetahui kemampuan akhir mahasiswa
setelah membaca, juga berfungsi untuk melakukan remedial proses membaca agar apa
yang ditargetkan dalam pembelajaran dapat berhasil Frankfort dan Dye
(1995); Nunan (1995).
Metode pengembangan dan implementasi riil pembelajaran membaca dengan
metode PQRST meliputi dua kegiatan utama apa yang dilakukan dosen dan apa yang
dilakukan mahasiswa. Namun demikian, untuk mewujudkan proses belajar mengajar
yang optimal yang melibatkan mahasiswa sebagai pelaku utama dan dosen sebagai

fasilitator, diperlukan implementasi operasional pembelajaran tersebut.
Secara riil, rinci dan praktis SKENERIO atau langkah-langkah pembelajaran
membaca
dengan metode PQRST adalah sebagai berikut:
AKTIVITAS SKANERIO METODE PQRST
Dosen

Mahasiswa

Dosen menjelaskan secara jelas dan
bener
tentang
langkah-langkah
pelaksanaan
membaca
dengan
metode PQRST.
Dosen memberikan
teks/bacaan
kepada seluruh siswa.

Mahasiswa mendengarkan penjelasan
dosen dengan seksama.

Dosen menyuruh dan memberi contoh
penerapan
langkah-laangkah
membaca dengan metode PQRST

Mahasiswa mendengar dan mencoba
melakukan
langkah-langkah
membaca
dengan metode PQRST
Mahasisw
melakukan prabaca
(preview) untuk mengenal rganisasi dan
ikhtisar umum bacaan yang akan dibaca

Dosen menyuruh dan memberi contoh
penerapan langkah Preview dan
menyuruh mahasiswa melakukan prabaca
untuk mengenal
organisasi dan ikhtisar
umum bacaan yang akan dibaca.

Mahasiswa menerima bahan bacaan dari
dosen.

Dosem menyuruh dan memberi contoh
cara
mengajukan/membuat
pertanyaan kepada siswa tentang isi
bacaan misalnya dengan mengubah
judul bacaan dan subjudul atau sub
dari
subjudul
menjadi
suatu
pertanyaan.
Dosen menyuruh maha siswamembaca
secara lengkap dan tuntas serta
komprehensif
untuk mendapat
jawaban dari mengenai pertanyaan
yang telah diajukan.
Kemudian dosen menyuruh mahasiswa
melakukan atau membuat ringkasan
(summary) dari apa yang telah dibaca
sebelummnya.
Dosen memberi tes atau
latihan guna
mengetahui kemampuan
pemahaman
mereka secara nyata dan tuntas..

Mahaisw mengajukan/membuat
pertanyaan-pertanyaan
sendiri
dalam hati (self- questions)
sebanyak mungkin tentang isi bacaan
misalnya dengan mengubah judul
bacaandan subjudul atau sub
dari
subjudul menjadi suatu pertanyaan
Mahasiswa membaca secara lengkap
dan
tuntas
serta komprehensif
untuk
mendapat jawaban dari
Kemudian mengenai
mahasiswa membuat
pertanyaan(summary)
yang telahsesuai
diajukan.
ringkasan
dengan
kemampuan masing-masing

Dosen menyuruh dan memberikan
kesempatan kepada mahasiswauntuk
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
yang ada, dalam teks/bacaan yang ada

Mahasiswa menjawab pertanyaanpertanyaan yang ada, dalam teks/bacaan
yang ada.

Mahasiswa mengedakan tes atau latihan
yang diberikan oleh dosen dan
engedakannya masing-masing.

Dosen dan mahasiswa mendiskusikan
membahas hasil kerja mereka
bersama-sama secara terbuka

Dosen dan mahasiswa mendiskusikan
untuk membahas hasil ker a mereka
bersama- sama secara terbuka

Dosen menyuruh dan memberikan
kesempatan kepada mahasiswauntuk
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
yang ada, dalam teks/bacaan yang ada.
Dosen dan mahasiswa mendiskusikan
membahas hasil kerja mereka
bersama-sama secara terbuka

Mahasiswa menjawab pertanyaanpertanyaan yang ada, dalam teks/bacaan
yang ada.

Dosen dan mahasiswa bersama-sama
menilai hasil pekerjaan mereka untuk
mengetahui kemampuan pemahaman
membaca mahasiswa,

mahasiswa
bersama-sama menilai
hasil pekerjaan mereka untuk
mengetahui kemampuan pemahaman
membaca mereka.

Dosen dan mahasiswa mendiskusikan
untuk membahas hasil ker a mereka
bersama- sama secara terbuka

SELESAI

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Bahasa Inggris program studi
Pendidikan Bahasa Inggris FBS Unimed. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa
semester I tahun akademik 2009/2010 yang mendapat matakuliah membaca I
(Reading I). Obyek penelitian ini adalah kemampuan berbahasa (language skills)
khususnya kemampuan membaca pemahaman (Reading I).
Prosedur dan metode penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus dan
tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perubahan yang ter adi seperti apa
yang telah direncankans sebelumnya. Setiap siklus direncanakan selama 2 (dua)
bulan. Pengajaran ini berlangsung sesuai dengan prinsip penelitian tindakan kelas.
Teknik Pengumpulan Data terdiri dari tiga jenis tes. (1) Tes diagnostik
digunakan untuk mengukur kemampuan awal mahasiswa, (2) Tes perkembangan
keberhasilan (achievment test) digunakan untuk mengetahui perkembangan siswa
setelah diberikan tindakan atau sebelum diberikan tes akhir untuk setup siklus.
Dan (3) Tes akhir atau post test diberikan pada akhir siklus I dan II.Sedangkan
persepsi mahasiswa terhadap metode PQRST dalam membaca diukur dengan angket
yang menggunakan Skala Likert.
Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantatif merupakan data utama penelitian yang meliputi hasil tes (baik tes awal, tes
kemajuan, dan tes akhir), dan hasil pekedaan rumah. Sedangkan data kualitatif terdiri
dari hasil observasi dan angket. Sedangkan teknik deskritif digunakan untuk
mengolah dan menganalisis data kemampuan membaca pemahaman mahasiswa.
Untuk menentukan tingkat kemampuan penguasaan membaca pemahaman mahasiswa
digunakan panduan penilaian PAP (Penilaian Acuan Patokan) yang sesuai dengan
penilaian Jurusan Bahasa Inggris. Sedangkan data persepsi mahasiswa yang
berbentuk kualitatif dianalisis secara persentase.

HASIL PENGAJARAN DAN PEMABAHASAN

Hasil pengajaran dalam bentuk kemampuan Reading I sesuai dengan siklus
pengajaran-yaitu siklus I dan siklus II. Data siklus I meliputi kemampuan awal
Reading I mahasiswa, hasil kemajuan dan hasil akhir di siklus I. Sedangkan pada
siklus II terdiri dari dari data kemajuan Reading I dan kemampuan akhir Reading I
setelah pembelajaran selesai. Di bagian siklus kedua, juga dilaporkan hasil persepsi
mahasiswa mengenai pembelajaran Reading dengan menggunakan metode PQRST.
Sebelum diberikan perlakuan mengenai implementasi metode PQRST,
mahasiswa terlebih dahulu diberikan tes diagnostik. Tes ini berguna untuk
mengetahui base line kemampuan membaca mahasiswa. Di samping itu hasil dari tes
diagnostik juga digunakan untuk menentukan median dan final line dari metode
PQRST dalam pembelajaran Reading I. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi
objektif kemampuan Reading I mahasiswa ditunjukkan pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Kemampuan awal mahasiswa dalam Reading I
NO
1
2
3
4
5

RENTANGAN NILAI
85-100
75-84
65-74
55-64
0-54
Jumlah

KATEGORI
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang

F
0
1
3
16
14
34

%
0,00
2,94
8,82
47,05
41,17
100

Berdasarkan table 1 di atas, dapat dijelaskan bahwa sebaran kemampuan awal
matakuliah Readinig I mahasiswa tidak proporsional. Sebagian besar (47,05%)
kemampuan awal Reading I mahasiswa berada pada level kurang atau dengan nilai D.
Mahasiswa yang mendapatkan nilia E juga relatif besar dengan jumlah (41,170%) dari
total mahasiswa. Sedangkan yang mempunyai kemampuan rata-rata (cukup) hanya
mencapai angka (8,82%) dan hanya (2,94%) dari mereka yang mampu meraih
kategori baik dengan nilai B.
Setelah diberi perlakuan selama beberapa pertemuan, kemampuan mahasiswa
dalam membaca relative meningkat seperti yang ditunjukkan pada table 2 di bawah
ini.
Tabel 2 Data Kemajuan Kemampuan (Progress Achievement) Matakuliah Reading I
NO
1
2
3
4
5

RENTANGAN NILAI
85-100
75-84
65-74
55-64
0-54
Jumlah

KATEGORI
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang

F
0
3
19
7
5
34

%
0,00
8,82
55,88
20,58
14,70
100

Merujuk table 2 di atas, ada peningkatan keterampilan Reading I mahasiswa
setelah diberikan pengajaran selama beberapa kali. Namun peningkatan tersebut tidak
terlalu berarti bila dibandingkan dengan hasil keterampilan awal Reading I mereka.
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (55,88%) keterampilan Reading I
mahasiswa berada pada kategori cukup ( C) dam (8,82%) mahasiswa telah mampu

mencapai nilai baik. Sebanyak masing-masing (20,58%) dan (14,70%) dari mereka
masih memiliki kemampuan Reading I dalam kategori kurang dan sangat kurang.
Setelah dilakasanakan pembelajaran selama beberapa pertemuan pada siklus I,
data kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dapat ditunjukkan pada table 3 di
bawah ini.
Tabel 3 Hasil Reading I setelah siklus I berakhir
NO
1
2
3
4
5

RENTANGAN NILAI
85-100
75-84
65-74
55-64
0-54
Jumlah

KATEGORI
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang

F
1
10
20
2
1
34

%
2,29
29,41
58,82
5,88
2,29
100

Setelah diberikan perlakuan dan pengajaran membaca dengan teknik PQRST,
ada perkembangan keterampilan Reading I mahasiswa secara bararti seperti yang
ditunjukkan pada table 3 di atas. Peningkatan yang sangat berarti adalah pencapaian
nilai B mahasiswa dari rata-rata (8,82%) pada tes kemajuan atau (2,94%) pada tes
awal hingga menjadi (29,41%) pada akhir siklus I. Namun ada sebagian besar
(58,82%) keterampilan Reading I mahasiswa masih berada pada tingkatan cukup.
Sedangkan di lain pihak terjadi penurunan yang cukup berarti dimana masing-masing
sebesar (5,88%) dan (2,29%) keterampilan Reading I mahasiswa berada pada level
kurang dan sangat kurang.
Sesuai hasil temuan pengajaran selama siklus I, ada beberapa hambatan dalam
pembelajaran Reading I dengan metode PQRST yang dihadapi baik oleh dosen
maupun mahasiswa. Dengan hambatan-hambatan tersebut output keterampilan
Reading I mahasiswa masih belum mencapai target yang diharapkan. Masalahmasalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) Rata-rata tingkat kesulitan
soal berada pada kategori sulit, 2) Substansi materi Reading I cenderung didominasi
oleh teks-teks ilmu social, 3) Kebiasaan pembelajaran Reading secara umum masih
berorientasi membaca teks dan menjawab atau dengan kata lain mahasiswa
cenderung mengabaikan teknik dan langkah-langkah PQRST yang sudah dirancang
dan didesain oleh dosen. 4) Waktu pembahasan hasil-hasil pembelajaran relative
singkat. Dan 5) Mahasiswa sangat kurang menguasai kosa kata yang ada dalam teks
tersebut.
Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka dilakukan perubahan-perubahan dan
penyesuain dalam pembelajaran Reading I mahasiswa. Perubahan dan penyesuaian
tersebut meliputi seleksi materi yang relative beragam dari substansi bidang kajian,
penyesuaian tingkat kesulitan materi teks dengan kemampuan awal mahasiswa,
menetapkan langkah-langkah PQRST secara konsisten, memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk menggunakan kamus dan alokasi waktu yang disesuaikan.
Setelah siklus I berakhir, maka dilanjutkan dengan siklus II. Hasil siklus II
merupakan langkah terakhir untuk mengetahui efektifitas pembelajaran PQRST dalam
meningkatkan kemampuan Reading I mahasiswa selama pengajaran ini berlangsung.
Berikut kemampuan Reading I mahasiswa seperti yang ditunjukkan pada data berikut
ini.
Tabel 4 Data Kemajuan Kemampuan (Progress Achievement) Matakuliah Reading I

NO
1
2
3
4
5

RENTANGAN NILAI
85-100
75-84
65-74
55-64
0-54
Jumlah

KATEGORI
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang

F
2
14
16
2
0
34

%
5,88
41,76
47,05
5,88
0,00
100

Setelah diberikan perlakuan dan pengajaran membaca dengn teknik PQRST
pada siklus I berakhir, kemudian diberikan perlakuan lanjutan pada siklus II. Hasil
pembelajaran tersebut menunjukkan adanya perkembangan keterampilan Reading I
mahasiswa secara bararti seperti yang ditunjukkan pada table 4 di atas.
Tabel di atas menunjukkan bahwa masing-masing (5,88%) dan (41,76%) dari
mahasiswa telah mampu mencapai prestasi dengan tingkat sangat baik dan baik.
Peningkatan yang sangat berarti bila dibandingkan dengan rerata pada akhir siklus I
yang mencapai masing-masing (2,29%) dan (29,415) pada awal siklus II.
Namun demikian secara akmuliatif, sebagian besar keterampilan Reading I
mahasiswa masih berada pada tingkatan cukup dengan jumlah mahasiswa sebanyak
(47,05%) dan (5,88%) dari mahasiswa berada pada level kurang. Namun demikian,
tidak ada mahasiswa yang mempunyai pada kemampuan sangat kurang.
Setelah penelitian ini berakhir (selama dua siklus) hasil kemampuan membaca
(reading I) mahasiswa meningkat secara signifikan seperti yang ditunjukan pada table
5 di bawah ini.
Tabel 5. Data Hrasul Belajarn Matakuliah Reading I Setelah siklus II berakhir
NO
1
2
3
4
5

RENTANGAN NILAI
85-100
75-84
65-74
55-64
0-54
Jumlah

KATEGORI
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang

F
3
18
11
1
0
34

%
8,82
52,94
32,35
2,94
0,00
100

Setelah perlakuan dan pengajaran membaca dengn teknik PQRST pada siklus
II berakhir, Hasil pembelajaran tersebut memberikan peningkatan keterampilan
Reading I mahasiswa cukup signifikan seperti yang ditunjukkan pada table di atas.
Merujuk pada tabel di atas, mayoritas (52,94%) mahasiswa telah mampu
mencapai prestasi dengan kategori baik (B) dan level sangat baik (A) dengan jumlah
mahasiswa sebesar (8,82%). Ini merupakan peningkatan yang sangat berarti bila
dibandingkan dengan rerata pada pada tes kemjuan (progress achievement) yang
mencapai masing-masing (5,88%) dan (41,76%) pada siklus yang sama.
Namun demikian, secara akmuliatif angka yang relatif besar (32,35%) dan
(2,94%) menunjukkan bahwa keterampilan Reading I mahasiswa masih berada pada
tingkatan cukup nilai (C )dan kurang nilai (D). Tetapi bila dibandingkan secara
umum, kemampuan Reading I mahasiswa berada pada kategori baik (B) atau dengan
rata-rata nilai (75,70). Ini memang batas bawah untuk nilai B tersebut.

Bila ditinjau dari peningkatan secara keseluruhan dari rerata kemampuan awal
matakuliah Reading I (61,17) dan rerata pada akhir pengajaran (75,70) memang telah
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dengan disparitas sebesar (13,83
point).
Ditinjau dari persepsi mahasiswa terhadap metode PQRST dalam
pembelajaran Reading I berdasarkan hasil angket yang dijaring, persepsi mahasiswa
mengenai metode PQRST dalam pembelajaran Reading I diukur dengan lima
indikator yaitu 1) motivasi dalam belajar Reading I, 2) karakterisitk PQRST, 3)
dampak PQRST dalam berpikir mahasiswa, 4) dampak pada hasil belajar Reading I,
5) alternatif dalam pembelajaran Reading I.
Pertama, seperti dijelaskan dalam bagian latar belakang, motivasi mahasiswa
untuk membaca relatif rendah. Namun setelah diberikan metode mengajar PQRST,
motivasi mahasiswa dalam belajar relafit baik. Mayoritas masing-masing (17,64%)
dan (35,29%) mereka memiliki motivasi sangat tinggi dan tinggi. Sedangkan
(35,29%) dan (11,76%) dari mereka memiliki motivasi dalam kategori cukup dan
kurang.
Implikasi yang kedua adalah apakah pembelajaran PQRST dalam membaca
termasuk dalam kateogori Pakem, mayoritas responden (41,17%) mengatakan bahwa
PQRST cukup bernuansa Pakem. Namun secara akumulatif (49,99%) berpendapat
bahwa PQRST memberikan suasana belajar yang kreatif inovatif dan menyenangkan.
Dan hanya kurang dari (10%) yang menyatakan bahwa pembelajaran tersebut kurang
kreatif, inovatif dan menyenangkan.
Ketiga, sebagai sebuah metode belajar yang kreatif, ketika mahasiswa ditanya
tentang dampak PQRST dalam kaitannya dengan berpikri kritis dan kronologis,
masing-masing (20,58%) dan (41,17%) dari merekan berpendapat bahwa PQRST
sangat memberikan peluang untuk berpikir kritis dan sistematis dalam mengerjakan
teks. Sedangkan yang menyatakan bahwa PQRST cukup menjadikan mereka berpikir
kritis dan sistematis mencapai angka sebesar (32,35%) dan (5,88%) yang berpendapat
kurang.
Keempat, metode PQRST sebagai metode yang memiliki langkah-langkah
yang sistematis, dalam implementasinya memberikan dampak pada hasil belajar
Reading I mahasiswa. Dari semua responden yang menjawab, (14,70%) menyatakan
bahwa PQRST memberikan kontribusi yang sangat signifikan dan signifikan
mencapai hampir (40%). Sedangkan yang menyatakan bahwa PQRST cukup
memberikan kontribusi dalam belajar Reading I mencapai (32,35%). Dan yang
menyatakan kurang berkontribusi hanya mencapai kurang dari (10%) saja.
Terakhir, sebagai sebuah alternatif dalam belajar membaca (Reading),
sebagian besar (41,17%) mahasiswa mengatakan setuju dan bahkan (20,58%)
berpendapat sangat setuju dengan metode dimaksud. Sedangkan masing-masing
(29,41%) dan (8,82%) dari mereka mengatakan cukup dan kurang setuju dengan
metode tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN
Merujuk hasil dan pembahasan penelitian pada bab V di atas, pada bagian ini
disajikan beberapa simpulan dan saran yang dapat ditindaklanjuti.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberap hal yang dapat
dijadikan sebagai kesimpulan dalam pengajaran ini.
Pertama, kemampuan awal Reading I mahasiswa sebagian besar masih berada
pada kategori kurang dan sangat kurang. Dan sebaran kemampuan tersebut sangat
tidak normal dan proporsional.
Kedua, setelah siklus I berakhir, kemampuan Reading I mahasiswa relatif
lebih baik dari kemampuan awal. Bila ditinjau dari rata-rata kemampuan awal
Reading I mahasiswa yang mencapai (61,17) dan rata-rata kemampuan akhir siklus I
mahasiswa (64,79), maka hal ini terjadi peningkatan yang cukup signifikan.
Peningkatan hasil belajar Reading I mencapai kurang lebih (3,62 point).
Ketiga, setelah pengajaran ini berakhir, secara akmuliatif angka yang relatif
besar (32,35%) dan (2,94%) menunjukkan bahwa keterampilan Reading I
mahasiswa masih berada pada tingkatan cukup nilai (C )dan kurang nilai (D). Tetapi
bila dibandingkan secara umum, kemampuan Reading I mahasiswa berada pada
kategori baik (B). Bila ditinjau dari peningkatan secara keseluruhan dari rerata
kemampuan awal matakuliah Reading I (61,17) dan rerata pada akhir pengajaran
(75,70) memang telah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dengan
disparitas sebesar (13,83 point).
Dan, terakhir, secara umum persepsi mahasiswa terhadap metode PQRST
dalam pembelajaran Reading I baik dan positif dari lima indikator yang diteliti yaitu
motivasi, inovasi dan kreativitas pembelajaran, berpikir kritis dan sistematis, dampak
terhadap hasil belajar Reading I dan alternatif dalam pembelajaran Reading.
Saran dan Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian ada, ada beberapa saran dan rekomendasi
yang patut dijadikan bahan pertimbangan, acuan, dan referensi bagi kegitan
pengajaran berikutnya. Saran dan rekomendasi tersebut meliputi: 1) Bagi mahasiswa,
hasil pengajaran ini diharapkan menjadi bahan/atau sumber belajar untuk

meningkatkan kemampuan matakuliah Reading secara umum. 2) Bagi dosen-hasil
pengajaran ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu metode mengajara
Reading pada semua tingkatan. Dan 3) Bagi Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris FBS
Unimed, hasil pengajaran sebaiknya memacu dan mendorong bagi pengelola untuk
terus meningkatkan kualitas tenaga akademiknya melalui pelatihan, training secara
berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Alder, Mortimer. 1984. Cara Membaca Buku dan Memahaminya, terjemhan oleh
Budi Prayitno. Jakarta. Panca Simpati.
Brown, Douglas H., 1980. Principles of Language Learning and Teaching.
Englewood Cliff, New Jersey: Prentice Hall
Celce-Murcia.M and E., Olshtain. 2000. Discourse and Context in Language
Teaching: Guide for Language Teachers. New York: Cambridge University
Press Dirgayasa, Wayan I. 2006. Analisis Butir Soal UN SMP,SMU, dan
SPMB. Laporan survey.
Hasil Evaluasi Diri Jurusan Bahasa Inggris (SE-PHKI, 2007)
Foerth, M. 1999. Reading in and Out of School. Washington DC.Department of
Education.
Harmer, Jeramy. 2003. The Practice of Language Teaching. England: Pearson
Education Limited
Jojor. 1999. The English Reading Speed of SMA St Thomas Student. Laporan
Penelitian. Unimed.
Langan, John. 1987. Reading and Study Skill. New York: McGrawHill.
Lewis, Norman. 1978. How To Read Better and Faster. New York: Crowell and
Harper & Row.
Nunan, David. 1995. Language Teaching Methdology: A textbook for Teachers. New
Jersey: Prentice-Hall McMillan.
Raygor, AL dan Robin (1985). Effective Reading. New York: McGraw-Hill.
Soedarso. 2006. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Spache G. and Berg. P. C. 1984. The Art of Efficient Reading. New York: Micmillan

Yopp RH and HK.Yopp. 2001. Literature-based reading Activities. Boston: Allyn
and Bacong.
Wainwright, G. 2006. Speed Reading Better Recalling (Read Faster, Recall Faster).
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sekilas tentang penulis : Drs. Johan Sinulingga adalah dosen jurusan Bahasa dan
Sastra Inggris FBS Unimed.