PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA (STUDI KASUS PARA PEDAGANG PASAR SUKARAMAI MEDAN).

(1)

PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN UNDANG- UNDANG

NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA

( STUDI KASUS PARA PEDAGANG PASAR SUKARAMAI MEDAN )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh GelarSarjana Pendidikan

Oleh

Ricki L. Tobing NIM. 071233120010

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Ricki L. Tobing. NIM 071233120010. “ Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia ( Studi Kasus Para Pedagang Pasar Sukaramai Medan ).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia ( Studi Kasus Para Pedagang Pasar Sukaramai Medan ). Adapun metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode Deskriptif Kuantitatif. Alat pengumpul Data yang digunakan untuk memperoeh data yang dibutuhkan adalah Observasi dan Angket. Penelitian ini dilakukan di Pasar Sukaramai Medan. Dengan jumlah populasi yaitu seluruh pedagang pasar sukaramai medan yang berjumlah 300 pedagang. Dan dalam menentukan sampel diambil 10 % dari populasi yaitu 30 orang responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data dengan statistik sederhana yang bersifat deskriptif kuantitatif. Alat pengumpul data yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : Observasi, Angket, dan Studi Dokumentasi ( Kepustakaan ).

Dari hasil penelitian di lapangan setelah data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis maka menghasilkan temuan penelitian yaitu : Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia ( Studi Kasus Para Pedagang Pasar Sukaramai Medan ) belum terlaksana dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya kekerasan yang dilakukan oleh oknum Satpol PP dalam melakukan penertiban terhadap para pedagang pasar sukaramai Medan seperti mengeluarkan kata-kata kasar, menendang ataupun memukul para pedagang. Undang-Undang No 39 tahun 1999 Tentang HAM yang seharusnya menjadi pedoman tugas Satpol PP tidak berjalan dan tidak terlaksana dengan semestinya.


(6)

Abstract

This study aims to determine the role of the Police Force on the Implementation of Civil Service Law Number 39 Year 1999 on Human Rights (Case Study The Market Traders Sukaramai Medan). The research method used by writer is descriptive method quantitative. The data collection tool that is used to obtain data that is required is observation and inquiry. Market research was conducted in Medan Sukaramai. With a population of the entire field sukaramai market traders, amounting to 300 traders. And in determining the sample taken 10% of the population that is 30 respondents. Data analysis techniques used in this study is the statistical data analysis techniques with a simple quantitative descriptive. Data collection tool that is used to obtain the required data in this study are: Observation, Questionnaires, and Documentation Studies (Bibliography).

From the results of research in the field after data is collected, processed and analyzed the result of research findings, namely: The Role of Civil Service Police Unit in the Implementation of Law Number 39 Year 1999 on Human Rights (Case Study The Market Traders Sukaramai Medan) have not been performing well . This is evidenced by the violence perpetrated by unscrupulous Satpol PP in the right the situation of the market traders sukaramai Medan as issuing a harsh word, kicking or hitting the merchants. Act No. 39 of 1999 on Human Rights should be the guideline Satpol PP task is not running and did not take place properly.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu syarat tugas akhir dalam menyelesaikan perkuliahan pada Program S-1 di Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini ialah “Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia ( Studi Kasus Para Pedagang Pasar Sukaramai Medan )

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan (UNIMED).

2. Bapak Drs. H. Restu, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNIMED. 3. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial

(FIS) UNIMED.

4. Bapak Drs. Sugiharto, M.Si, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNIMED.

5. Bapak Drs. Liber Siagian, M.Si, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNIMED


(8)

6. Ibu Dra. Yusna Melianti, MH, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PP-Kn).

7. Bapak Parlaungan G Siahaan SH.M Hum selaku Seketaris Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PP-Kn).

8. Bapak Parlaungan G Siahaan SH.M Hum selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan penuh kesabaran selalu memberi petunjuk-petunjuk, bimbingan-bimbingan serta saran-saran kepada penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

9. Ibu Dra. Yusna Melianti, MH , Bapak Drs Buha Simamora SH,MH dan, Bapak Drs Halking, M.Si selaku dosen penguji penulis.

10. Bapak/Ibu Dosen jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PP-Kn) yang telah membekali ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama dalam perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

11. Yang teristimewa kepada orang tua, Ayahanda Alm. H. L. Toing dan Ibunda tersayang M. Br Situmorang yang selama ini selalu memberikan dukungan semangat dan doa serta moril dan materil kepada penulis.

12. Buat adik serta sepupu-sepupu tercinta yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Kepada sahabat dan teman-temanku yang telah banyak membantu penulis khususnya kepada kelas ekstensi 2007 yaitu : Fadly Fay Nst, Prima Galung, Alex Kompol, Bang H. Mizwar, Bembeng, Adongma, Ferry, Dolly, Nawi, Uliel, Deni, Oloan, Quadi, Wesly, Zainuddin, Ilham, Herianus, Angel, Elsa Lbn Raja, Yuni Boreg, Kristina, Anna, Yanti, Monica, Tere, Lamro, Melda, Minnas, Herlina, Susi, Derina, Rahma, dan kepada semua teman yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.


(9)

14. Kepada Teman-teman PPL saya di SMP N.1 Pagar Merbau 2010. Yaitu : Juan, Ghost, Christian, Ricko, Heru, Saul, Marini, Lena, Ani, Lidya, Dewi, dan rekan-rekan yang lain yang telah banyak mendukung agar skripsi ini selesai.

Mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang ada, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, baik dari segi isi maupun tata bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk melengkapi skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat membantu dan memberi manfaat.

Medan, Juli 2012 Penulis

Ricki L. Tobing NIM. 071233120010


(10)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan masalah... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kerangka Teoritis ... 10

1. Pengertian Peran... 10

2. Sejarah Terbentuknya Satpol PP ... 10

3. Tugas, Wewenang, serta Kewajiban Satpol PP ... 11

4. Fungsi dan Peran Satpol PP ... 15

5. Pengertian Implementasi ... 18


(11)

7. Latar Belakang Sejarah Pembentukan KOMNAS HAM ... 22

8. Berlakunya UU No 39 Tahun 1999 ... 23

9. Tujuan, Fungsi, Kewenangan KOMNAS HAM Berdasarkan UU No 39 Tahun 1999 ... 27

B. Kerangka Berpikir ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Lokasi Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 32

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 35

A. Deskripsi Hasil Penelitian……….………35

B. Pembahasan Hasil Penelitian………...53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Angket 2. Nota Tugas

3. Surat Mengadakan Penelitian dari Jurusan 4. Surat Izin Mengadakan Penelitian dari Fakultas 5. Surat Penelitian dari Tempat Penelitian

6. Surat Keterangan Bebas Perpustakaan dari Jurusan 7. Surat Keterangan Bebas Perpustakaan dari Unimed

8. Daftar Peserta Seminar Proposal Penelitian Mahasiswa Jurusan PPKn 9. Kartu Bimbingan Skripsi

10. Pernyataan Keaslian Tulisan 11. Daftar Riwayat Hidup


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, merupakan salah satu wujud reformasi otonomi daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaran otonomi daerah untuk memberdayakan daerah dan meningkatkan kesejahtraan rakyat. Dalam rangka mengantisipasi perkembangan dan dinamika kegiatan masyarakat seirama dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah, maka kondisi ketentraman dan ketertiban umum daerah yang kondusif merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupan dan sekaligus untuk melindungi setiap masyarakat.

Mendapatkan perlindungan secara hukum merupakan hak dari setiap masyarakat atau individu. Termasuk juga perlindungan memperoleh ketertiban umum, mengeluarkan pendapat atau berbicara, hak untuk bekerja, hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak di tengah masyarakat. Dimana kesemuanya itu merupakan hak asasi manusia atau HAM. Sesuai dengan UU No. 39 Tahun 1999, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.


(14)

Maka untuk menjamin ketertiban umum dan melindungi hak asasi tersebut pemerintah Indonesia mendirikan suatu lembaga yang disebut sebagai Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP). Yang mana salah satu tugas dari Satuan Polisi Pamong Praja tersebut adalah seperti yang tertulis di atas yaitu menjaga ketertiban umum dan melindungi hak asasi setiap masyarakat. Untuk melangsungkan dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dipandang perlu adanya ketentraman dan ketertiban umum masyarakat agar pemerintah yang sudah terbentuk dapat berjalan dengan baik.

Dengan diterbitkannya Undang-Undang No 5 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Pemerintah di Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja sebagai perangkat wilayah yang melaksanakan tugas dekonsentrasi. Satuan yang terpisah dari kepolisian ini dibentuk sebagai bagian perangkat pemerintah daerah (Pemda) atau pemerinta kota (Pemko) dalam menegakkan peraturan daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum serta ketenteraman masyarakat. Dalam berbagai upayanya 'menertibkan wilayah' Pemda/Pemko biasanya mengerahkan SATPOL PP untuk menutup lokasi usaha, mengusir pedagang kaki lima, dan menggusur masyarakat yang dianggap tinggal di tanah milik Pemda/Pemko.

Pelaksanaan penertiban wilayah yang dilaksanakan SATPOL PP tak jarang menimbulkan berbagai aksi bentrok antara masyarakat dengan petugas SATPOL PP. Kasus yang terjadi antara masyarakat dengan petugas Satpol PP juga banyak terjadi di daerah Medan. Misalnya, kutipan berita berikut yang menguraikan kasus kekerasan yang dilakukan oleh SATPOL PP saat menertibkan pedagang kaki lima di Pasar Sukaramai :


(15)

“...Ratusan warga dan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemerintahan Kota Medan, Sabtu malam (20/8), terlibat bentrok di kawasan Pasar Sukaramai Medan Sumatera Utara. Diduga, bentrokan dipicu ulah kasar petugas Satpol PP, saat melakukan penertiban pedagang kaki lima di areal sekitar pasar. Berdasarkan pantauan di lokasi kejadian, warga yang sudah terpancing emosinya, langsung mengejar Petugas Satpol PP yang dianggap secara semena-mena menghancurkan lapak para pedagang kaki lima di tengah warga sedang melaksanakan shalat tarawih. (sumber: http://yanisputri.blogspot.com)

Berikut juga kutipan yang menguraikan bentrok yang terjadi antara SATPOL PP dengan masyarakat saat penertiban pedagang kaki lima di Pasar Sukaramai Medan yang menuliskan bahwa :

“....Puluhan pedagang kaki lima terlibat bentrok dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Medan di Pasar Sukaramai Medan. Menurut warga, penertiban yang dilakukan untuk membersihkan badan jalan dari kemacetan ini dinilai arogan. Warga mengaku semakin tidak terima, akibat perlakukan petugas Satpol PP yang mencekik salah seorang pedagang wanita. “Kami bukan mau membela pedagang, tapi perbuatan satpol PP itu sudah sangat tidak bisa ditolerir. Bayangkan kalau dia yang kami cekik disini. Enak aja, coba belajar menghargai warga, apalagi di bulan suci ini, buat orang emosi saja” kecam Anton, warga setempat...” (sumber: http://issuu.com/andalas/docs/andalas_11november).

Bentuk-bentuk pelanggaran HAM yang dilakukan SATPOL PP sangat bervariatif, diantaranya pemukulan dan penyitaan alat mengamen anak jalanan, penertiban yang menyebabkan kematian, penangkapan pengamen dan dibuang ke hutan, penggusuran dan pembakaran, menendang, memukul dan merusak barang dagangan, penganiyaan dan penceburan ke kali, penamparan dan pengundulan, penikaman dan banyak variasi lainnya (Alkostar,2004:88). Tindakan SATPOL PP tersebut telah terkatagorikan sebagai pelanggaran HAM karena sebagaimana diatur UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM yang tertulis dalam :


(16)

“Pasal 33

(1) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya.

(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan nyawa.

Pasal 34

Setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan, disiksa, dikucilkan, diasingkan, atau dibuang secara sewenang-wenang”.

Fakta yang ada dilapangan mengenai tugas dan fungsi SATPOL PP sangat berbeda dengan fungsi dan tugas SATPOL PP yang tertulis. Menurut Subur (2001:4) dapat dipahamai bahwa kewajiban utama Polisi Pamong Praja pada dasarnya adalah :

1. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia dan norma-norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang dimasyarakat.

2. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban umum

3. Melaporkan kepada Kepolisi Negara atas ditemukannya atau patut diduga adanya tindak pidana

4. Menyerahkan kepada PPNS atas ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran terhadap peraturan daerah dan keputusan kepala daerah.

Berdasarkan pasal 4 PP No. 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja, SATPOL PP menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum, penegakan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah 2. Pelaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan

ketentraman dan ketertiban umum di daerah.

3. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah

4. Pelaksanaan kordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah dengan aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan aparatur lainnya

5. Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhai dan menaati Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.


(17)

Undang-undang N0. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia adalah merupakan payung dari seluruh peraturan perundang-undangan tentang hak asasi manusia. Oleh karena itu, pelanggaran baik langsung maupun tidak langsung atas hak asasi manusia dikenakan sanksi pidana, perdata, dan atau administratif. Sebagai contoh sanksi pidana adalah sanksi hukum atau disebut hukuman dan hal ini dapat berupa kurungan penjara bagi setiap orang yang melanggaar hak azasi seseorang, sedangkan contoh sanksi perdata salah satunya adalah putusan condemnatoir yakni putusan yang bersifat menghukum pihak yang dikalahkan untuk memenuhi prestasi (kewajibannya). Contoh, salah satu pihak dihukum untuk membayar kerugian, pihak yang kalah dihukum untuk membayar biaya perkara. Sedangkan untuk sanksi administrasi/administratif, adalah sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran administrasi atau ketentuan undang-undang yang bersifat administratif. Pada umumnya sanksi administrasi/administratif berupa pembekuan hingga pencabutan sertifikat atau izin.sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Gerak langkah Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) tidak pernah luput dari perhatian publik, mengingat segala aktivitasnya dengan mudah diketahui melalui pemberitaan di mass media, baik cetak maupun elektronik. Sayangnya, image yang terbentuk di benak masyarakat atas sepak terjang aparat SATPOL PP sangat jauh dari sosok ideal, yang sejatinya menggambarkan aparatur pemerintah daerah yang dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, Hak Asasi Manusia dan norma-norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat. Munculnya gambaran miring


(18)

terhadap sosok aparat Polisi Pamong Praja tidak lain karena seringnya masyarakat disuguhi aksi-aksi represif, namun terkesan arogan dari aparat daerah tersebut saat menjalankan perannya dalam memelihara dan menyelenggarakan keamanan dan ketertiban umum.

Pembongkaran bangunan liar, penertiban pedagang kaki lima, PSK dan gelandangan, yang sering berujung bentrokan fisik, merupakan gambaran keseharian yang sering disuguhkan oleh aparat SATPOL PP, sekalipun tindakan-tindakan represif tersebut hanyalah sebagian dari fungsi dan peran SATPOL PP, sebagai pengemban penegakan hukum non yustisial di daerah. Karena itu, tidak berlebihan apabila kemudian masyarakat mencap aparat SATPOL PP sebagai aparat yang kasar, arogan, penindas masyarakat kecil, serta sebutan-sebutan lain yang tidak enak didengar. Ditambah dengan peran media massa yang sering membumbuinya dengan berita-berita sensasional, makin miringlah penggambaran tentang SATPOL PP. Terlepas dari benar tidaknya gambaran masyarakat tentang SATPOL PP, bagaimanakah sejatinya fungsi dan peran SATPOL PP dalam rangka pembinaan keamaman dan penegakan hukum.

Sesuai dengan Pasal 2 UU No. 39 Tahun 1999 bahwa “Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagia hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan”. Sehingga sesuai dengan Pasal 2 tersebut bahwa hak asasi manusia dan


(19)

kebebasan dasar manusia tidak dapat dilepaskan dari manusia pribadi karena tanpa hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia yang bersangkutan kehilangan harkat dan martabat kemanusiannya. Oleh karena itu, Negara Republik Indonesia dalam hal ini di percayakan kepada para penegak hukum termasuk Satuan Polisi Pamong Praja, baik secara hukum maupun secara politik, ekonomi, sosial dan moral, wajib untuk melindungi dan memajukan serta mengambil langkah-langkah konkret demi tegaknya hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia.

Berangkat dari fenomena-fenomena di atas yaitu tugas dan fungsi dari Satuan Polisi Pamong Praja dalam menegakkan dan melindungi hak asasi setiap masyarakat termasuk para pedagang kaki lima sesuai dengan ketentuan dan Undang-undang yang berlaku serta kekerasan dan pelanggaran yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan dan menjalankan tugas dan fungsinya yang mana keduanya terlihat sangat bertolak belakang. Maka penulis merasa tertarik untuk menulis tentang “Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (Studi Kasus Para Pedagang Pasar Sukaramai Medan)

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan penelitian di bidang apa saja. Arikunto, (2002:35) menjelaskan bahwa “untuk kepentingan ilmiah, salah satu hal yang perlu untuk diperhatikan


(20)

adalah masalah penelitian sedapat mungkin diusahakan tidak terlalu luas”. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Implementasi kerja SATPOL PP menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.

2. Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja. 3. Kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja. 4. Wewenang Satuan Polisi Pamong Praja.

5. Penerapan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 dalam kehidupan sosial.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang masalah yang akan dibahas, maka penulis akan memberikan batasan dan fokus masalah yang akan diteliti sesuai dengan kemampuan penulis. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Surahman, (1992:36) yaitu :

“Sebuah masalah yang terumus telah umum dan luas tidak pernah dipahami sebagai masalah penelitian, oleh karena itu tidak pernah jelas batas-batas masalah itu sebab masalah itu perlu pula memahami suatu syarat dalam perumusan dibatasi, pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan dan menyederhanakan masalah itu bagi penyelidikan tetapi juga pakailah pemecahannya yaitu berupa tenaga kekuatan, waktu, ongkos-ongkos yang timbul dari rencana tertentu”.

Pembatasan masalah bertujuan untuk lebih memberi arah pada pembahasan penelitian. Berdasakan uraian di atasa maka yang menjadi batasan


(21)

masalah penelitian ini adalah “Implementasi kerja SATPOL PP menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM”.

D. Rumusan Masalah

Dalam permasalahan penelitian ilmiah, perumusan masalah sangat penting, selain fungsinya untuk memperjelas masalah juga berfungsi untuk menentukan siapa yang menjadi objek dalam penelitian yang dilaksanakan itu. Seperti yang dikatakan Ali,(2000:39) bahwa”…masalah yang dijadikan pokok penelitian harus dirumuskan secara jelas dan operasional”. Berdasarkan pembatasan masalah maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Implementasi kerja SATPOL PP menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengertahui bagaimana Implementasi kerja SATPOL PP menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis.


(22)

2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk mengetahui peranan SATPOL PP dalam penegakan hak asasi manusia.

3. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi SATPOL PP untuk mengetahui tugas dan fungsinya dalam penegakan HAM

4. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Pemda sebagai masukan sehingga

dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya penyimpangan yang dilakukan Satpol PP dalam melaksanakan tugas.


(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Bahwa di Pasar Sukaramai Medan terlihat adanya petugas Satuan Polisi Pamong Praja. Hal tersebut dapat dibuktikan sesuai dengan wawancara penulis dengan responden yang menyatakan bahwa Petugas Satuan Polisi Pamong Praja pada sore hari melakukan patroli di pinggir jalan Pasar Sukaramai Medan. Dan menjalankan tugasnya dalam melakukan penertiban terhadap para pedagang petugas Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) kerap kali mengeluarkan kata-kata kasar bahkan sering juga dengan kekerasan seperti menendang ataupun memukul para pedagang.

2. Bahwa SATPOL PP memang pernah melakukan patroli khusus untuk menertibkan para pedagang yang ada di Pasar Sukaramai Medan, namun sangat disayangkan dalam setiap pelaksanaannya selalu dengan kekerasaan dengan tidak pandang bulu baik wanita ataupun laki-laki bahkan sampai ada yang luka-luka akibat kekerasaan SATPOL PP. Dan SATPOL PP dalam menertibkan pedang sering kali menggunakan kekerasaan seperti menampar,memukul,menendang para pedagang yang berusaha mempertahankan dagangan. Mereka pernah mendapatkan kekerasan dari petugas SATPOL PP seperti dagangan mereka di bongkar paksa dan dibuang


(24)

kejalanan dan saat mereka berusaha mempertahankannya petugas SATPOL PP lalu mendorong mereka hingga terjatuh.

3. Bahwa para pedagang di Pasar Sukaramai medan tidak megetahui tentang UU NO.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dan UU N0.39 Tahun 1999 tentang HAM yang seharusnya menjadi pedoman tugas SATPOL PP tidak berjalan dengan semestinya bahkan petugas SATPOL PP banyak melakukan kekerasan yang justru bertentangan dengan UU N0.39 Tahun 1999.

B. Saran

Dari kesimpulan yang diperoleh di atas maka penulis dapat memberikan beberapa saran yakni :

1. Satuan Polisi Pamong Praja adalah merupakan suatu lembaga yang seyogianya bertugas untuk membantu Negara menjaga dan memelihara ketertiban umum. Namun kalau pun dalam praktek di lapangan hal tersebut tidak tercapai diharapkan perlu kordinasi yang lebih lagi dari berbagai pihak, baik itu pemerintah, lembaga SATPOLL itu sendiri maupun dari masyarakat. Agar setiap tindakan kekerasaan yang sudah terjadi bisa ditekan laju peningkatanya.

2. UU NO.39 Tahun 1999 tentang HAM merupakan pedoman mengenai hak dan kewajiban warga Negara Indonesia. Oleh sebab itu perlulah kiranya lembaga yang terkait melakukan penyuluhan mengenai UU NO.39 Tahun 1999 kepada segenap lapisan masyarakat termasuk pedagang kaki lima yang juga merupakan warga Negara Indonesia.


(25)

3. Diharapkan kepada pimpinan SATPOL PP hendaklah lebih mengontrol tindakan yang dilakukan anggotanya. Kalau lah sudah melampaui batas kewajaran tidak ada salahnya diberikan sanksi. Itu juga demi menjaga nama SATPOL PP dimata masyarakat.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2000. Penelitian Pendidikan Prosedur Dan Strategi. Bandung : Angkasa

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Baharuddin, Mahmud. 2001. Pelaksanaan Tugas Seorang SATPOL PP. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Hakim, Swandi.2006. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia. Jakarta : Puspa Swara.

M.Dzaki.Faiq. 2009. Sejarah Terbentuknya Satuan Polisi Pamong Praja

Indonesia.http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/sejarahterbe

ntuknya-Satpol PP- diindonesia.

Nanawi, Hadari. 2000. Penelitian Prosedur Dan Strategi. Jakarta : Rineka Cipta. Nasution, Basri. 2006. Implementasi Hak Asasi Manusia Indonesia. Jakarta : Bina

Aksara

Sandhi Sujono.2003. Dasar- Dasar Pelaksanaan Fungsi SATPOL PP. Surabaya : PT. Putra Harsada.

Sanjaya, W. 2005. Pengaruh Hukum Terhadap Pelaksanaan Tugas Penegak Hukum. Jakarta : Media Abadi.

Sudrajat, Ahmad. 2011. Pelanggaran-Pelanggaran Satuan Polisi Pamong Praja http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/pelanggaran-pelanggaran SATPOL PP

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & B . Penerbit Alfabeta

Suryabrata, Sumadi. 2004. Penyimpangan Terhadap HAM oleh Aparat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

T. Arif, Wahyu. 2003. Pelanggaran HAM Oleh SATPOL PP. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Yamin, Martinis, DKK. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta : Prestasi Pustaka.

UU No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.


(1)

masalah penelitian ini adalah “Implementasi kerja SATPOL PP menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM”.

D. Rumusan Masalah

Dalam permasalahan penelitian ilmiah, perumusan masalah sangat penting, selain fungsinya untuk memperjelas masalah juga berfungsi untuk menentukan siapa yang menjadi objek dalam penelitian yang dilaksanakan itu. Seperti yang dikatakan Ali,(2000:39) bahwa”…masalah yang dijadikan pokok penelitian harus dirumuskan secara jelas dan operasional”. Berdasarkan pembatasan masalah maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Implementasi kerja SATPOL PP menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengertahui bagaimana Implementasi kerja SATPOL PP menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis.


(2)

2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk mengetahui peranan SATPOL PP dalam penegakan hak asasi manusia.

3. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi SATPOL PP untuk mengetahui tugas dan fungsinya dalam penegakan HAM

4. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Pemda sebagai masukan sehingga dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya penyimpangan yang dilakukan Satpol PP dalam melaksanakan tugas.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Bahwa di Pasar Sukaramai Medan terlihat adanya petugas Satuan Polisi Pamong Praja. Hal tersebut dapat dibuktikan sesuai dengan wawancara penulis dengan responden yang menyatakan bahwa Petugas Satuan Polisi Pamong Praja pada sore hari melakukan patroli di pinggir jalan Pasar Sukaramai Medan. Dan menjalankan tugasnya dalam melakukan penertiban terhadap para pedagang petugas Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) kerap kali mengeluarkan kata-kata kasar bahkan sering juga dengan kekerasan seperti menendang ataupun memukul para pedagang.

2. Bahwa SATPOL PP memang pernah melakukan patroli khusus untuk menertibkan para pedagang yang ada di Pasar Sukaramai Medan, namun sangat disayangkan dalam setiap pelaksanaannya selalu dengan kekerasaan dengan tidak pandang bulu baik wanita ataupun laki-laki bahkan sampai ada yang luka-luka akibat kekerasaan SATPOL PP. Dan SATPOL PP dalam menertibkan pedang sering kali menggunakan kekerasaan seperti menampar,memukul,menendang para pedagang yang berusaha mempertahankan dagangan. Mereka pernah mendapatkan kekerasan dari petugas SATPOL PP seperti dagangan mereka di bongkar paksa dan dibuang


(4)

kejalanan dan saat mereka berusaha mempertahankannya petugas SATPOL PP lalu mendorong mereka hingga terjatuh.

3. Bahwa para pedagang di Pasar Sukaramai medan tidak megetahui tentang UU NO.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dan UU N0.39 Tahun 1999 tentang HAM yang seharusnya menjadi pedoman tugas SATPOL PP tidak berjalan dengan semestinya bahkan petugas SATPOL PP banyak melakukan kekerasan yang justru bertentangan dengan UU N0.39 Tahun 1999.

B. Saran

Dari kesimpulan yang diperoleh di atas maka penulis dapat memberikan beberapa saran yakni :

1. Satuan Polisi Pamong Praja adalah merupakan suatu lembaga yang seyogianya bertugas untuk membantu Negara menjaga dan memelihara ketertiban umum. Namun kalau pun dalam praktek di lapangan hal tersebut tidak tercapai diharapkan perlu kordinasi yang lebih lagi dari berbagai pihak, baik itu pemerintah, lembaga SATPOLL itu sendiri maupun dari masyarakat. Agar setiap tindakan kekerasaan yang sudah terjadi bisa ditekan laju peningkatanya.

2. UU NO.39 Tahun 1999 tentang HAM merupakan pedoman mengenai hak dan kewajiban warga Negara Indonesia. Oleh sebab itu perlulah kiranya lembaga yang terkait melakukan penyuluhan mengenai UU NO.39 Tahun 1999 kepada segenap lapisan masyarakat termasuk pedagang kaki lima yang juga merupakan warga Negara Indonesia.


(5)

3. Diharapkan kepada pimpinan SATPOL PP hendaklah lebih mengontrol tindakan yang dilakukan anggotanya. Kalau lah sudah melampaui batas kewajaran tidak ada salahnya diberikan sanksi. Itu juga demi menjaga nama SATPOL PP dimata masyarakat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2000. Penelitian Pendidikan Prosedur Dan Strategi. Bandung : Angkasa

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Baharuddin, Mahmud. 2001. Pelaksanaan Tugas Seorang SATPOL PP. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Hakim, Swandi.2006. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia. Jakarta : Puspa Swara.

M.Dzaki.Faiq. 2009. Sejarah Terbentuknya Satuan Polisi Pamong Praja Indonesia.http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/sejarahterbe ntuknya-Satpol PP- diindonesia.

Nanawi, Hadari. 2000. Penelitian Prosedur Dan Strategi. Jakarta : Rineka Cipta. Nasution, Basri. 2006. Implementasi Hak Asasi Manusia Indonesia. Jakarta : Bina

Aksara

Sandhi Sujono.2003. Dasar- Dasar Pelaksanaan Fungsi SATPOL PP. Surabaya : PT. Putra Harsada.

Sanjaya, W. 2005. Pengaruh Hukum Terhadap Pelaksanaan Tugas Penegak Hukum. Jakarta : Media Abadi.

Sudrajat, Ahmad. 2011. Pelanggaran-Pelanggaran Satuan Polisi Pamong Praja http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/pelanggaran-pelanggaran SATPOL PP

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & B . Penerbit Alfabeta

Suryabrata, Sumadi. 2004. Penyimpangan Terhadap HAM oleh Aparat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

T. Arif, Wahyu. 2003. Pelanggaran HAM Oleh SATPOL PP. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Yamin, Martinis, DKK. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta : Prestasi Pustaka.

UU No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.