Postur Pemerintahan Yudhoyono Jilid Dua.

- --

--

--

Pikiran Rakyat
o Selasa
4

5
20

o Mar

0
6

21

OApr


Rabu
7
22

0
8
23

0

Kamis
9

10
24

o Me; OJun

o Sabtu o


Jumat

12

11
25

OJul

13
27

26

28

0 Ags 8Sep

,


Mlnggu

~

15

29

OOkt

ONov

16
30

31

ODes


Postur Pemerintahan Yudhoyono
Jilid Dna
:==

.-~

dalam menyusun menteri, itu
pun menjadi kewenangan Presiden SBY.Idealnya, Boediono diajak urun rembuk dalam merancang kabinet untuk menjalankail pemerintahan ini.
Berdasarkan Pasal16 UU
Nomor 39 Tahun 2008, presiden terpWh hams sudah membentuk kementerian paling lama
14 (empat belas) hari kerja sejak
presiden mengucapkan sumpah/janji (pe1antikan).Waktu
DOK./"PR"

DEDE Mariana.

*

EMENANGAN
Susilo BambangYudhoyono dalam Pemilu

Presiden 2009 segera "dipateri" .
dengan pelantikan, 1Oktober
2009. Bagaimana postur pemerintahan SBYjilid II ini?
Apakah menteri pemerintahan
SBYke depan akan terdiri atas
orang poofesional ataukah politikus, atau gabungan keduanya?
Memang, menyusun kabinet
yang terdiri atas para menteri
adalah hak preoogatif presiden.
Acuannya adalah Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008
tentang Kementerian Negara.
Pemerintahan SBYjilid II didampingi Boediono, sebagai
wakil presiden. Apakah Hoediono ikut serta dilibatkan di

K

yangre1atifsingkattersebut

'


akan efektif,apabila jauh sebelumnya presiden sudah merancang postur dan komposisi
menteri yang akan dibentuk
dengan mengacu kepada undang-undang tersebut.
Dikotomi apakah menteri itu
harns terdiri atas orang poofesional atau politikus, sebenarnya tidak perlu terjadi. Karena,
kedua kategori tersebut tidak
untuk diperhadapkan. Apa
makna poofesional? Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Profesional adalah orang
yang menyandangjabatan atau
pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan
yang tinggi. Hal ini juga berpengaruh terhadap penampilan
atau
-- performa
----- seseorang dalam

Kliplng

Humas

~--


~

-

-

melakukan pekerjaan di pro..
fesinya. Menjadi politikus dan
menduduki jabatan politik,
seperti jabatan menteri sejatinya juga suatu profe&i.
Tepatnya, apakah pemerintahan SBYakan terdiri atas orang
partai politik yang mengusung
SBYsaat pencalonan, ataukah
terdiri atas orang luar partai
politik tersebut? Profesionalitas
harns menjadi salah satu
prasyarat yang ditetapkan Yudhoyono dalam merekrut
menteri yang akan menjalankan
pemerintahannya. MalGt,tak

ada masalah mengambil
menteri dari politikus parpol
sepanjang politikus itu poofesional. Demikian pula tidak
menjadi 8Oal,Yudhoyono
mengambil orang luar parpol
sepanjang yang bersangkutan
pun poofesional.
Yang harns menjadi perhatian Yudhoyono dalam
menyusun pemerintahan, pertama, orang yang akan diangkat
menjadi menteri harns benarbenar menguasai dan mampu
menjalankan urusan pemerintahan sebagaimana diatur
dalam UU No. 39/2008.
Kedua, Undang-Undang tentang Kementerian Negara
menegaskan kembali bahwa
presiden dibantu oleh para

Unpad

2009


-

"- '-

-

menteri yang diangkat dan diberhentikan presiden se&gai
kepala pemerintahan. Ditegaskan bahwa presiden memiliki
hak prerogatif dalam menyusun
kementerian negara yang akan
membantunya dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. Undang-undang ini akan
memudahkan presiden dalam
menyusun kelembagaan'kementerian negara. karena secara jelas dan tegas undang-indang ini
mengatur mengenai kedudukan,
tugas, fungsi, dan susunan organisasi kementerian negara.
Ketiga, meskipun memberikan ruang bagi penggunaan
hak preoogatif presiden, undang-undang ini tidak mengesampingkan peranan DPR
Oleh karena itu, undang-undang ini mengatur bahwa jika
presiden hendak melakukan
pengubahan dan pembubaran

kementerian negara, presiden
perlu terlebih dahulu mendapat
pertimbangan dari DPR Sedangkan persetujuan DPR diperlukan apabila ada kebutuhan
dari presi~en untuk membubarkan kementerian yang
menangani urusan agama,
hukum, keuangan, dan keamanan. Naniun ada penegasan,
presiden tidak dapat membubarkan kementerian luar negeri,

dalam negeri dan pertahanan
sebagaimana dirnaksud dalam
Undang-Undang Dasar 1945.
Keempat, dengan didasari
semangat mendorong dilakukannya refonnasi birokrasi
guna telWUjudnyapostur struktur pemerintahan yang efisien
dan efektif,undang-undang ini
mengatur pembatasanjumlah
kementerian negara yang dapat
dibentuk presiden, yaitu paling
banyak 34 kementerian negara.
Namun, perlu ,dipahami bahwa

seluruh urusan pemerintahan
sebagaimana diamanatkan konstitusi barns tetap dijalankan
oleh kementerian negara dalam
junIlah yang paling efisien, yaitu
paling banyak 34 kementerian
negara atau kurang dari junIlah
tersebut Meski ada pembatasan, yndang-undang ini tetap
mem~
keleluasaan kepada presiden untuk mewadahi
urusan pemerintahan dalam
satu kementerian dan/ atau
menggabungkan dua atau lebih
urusan pemerintahan dalam kementerian negara tertentu.
Kelima, Undang-Undang No.
39/2008 tidak mencantumkan
nomenklatur/penamaan kementerian negara secara defini-.
tif, tetapi menggunakan pendekatan urusan pemerintahan
yang harus dijalankan oleh pre-

siden secara menyeluruh dalam
rangka pencapaian tujuan negara sebagaimana diamanatkan
Pembukaan Undang Undang
Dasar. Prinsip dalam pendekatan urusan ini adalah bahwa seluruh urusan yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor
39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara harus ditampung
dalam kementerian sehingga
satu kementerian dapat menangani satu atau lebih urusan pemerintahan (Pa.s;:tl6)dengan
pengorganisasiannya diserahkan kepada presiden. Hal ini
meIhberi ruang gerak yang lebih
leluasa bagi presiden dalam
menyusun kementerian negara.
Keenam, Undang-Undang
No. 39/2008 ini mengatur pula
mengenai hubungan fungsional
antara kementerian dengan
lembaga pemerintah nonkementerian yang selama ini'dikenal sebagaUembaga pemerin,tab nondepartemen. Sebagai
lembaga pelaksana tugas
khusus yang dirnandatkan presiden, lembaga pemerintah
nonkementerian berada di
bawah koordinasi menteri yang
bersesuaian dengan bidang tugasnya. Pengaturan mengenai
hal ini penting mengingat pembentukan kementerian negara
se~estinya ~dasarkan'ya~

konsep pembagian habis urusan pemerintahan guna mewujudkan visi, misi dan strategi
yang telah ditetapkan presiden
untuk lima tahun ke depan.
Dengan kerangka dasar
penyusunan pemerintahan SBY
berdasarkan acuan UU No.
39/2008, tentu tidak ada a1asan
lagi kekhawatiran ikhwal kemungkinan kebijakan pemerintahan SBYnanti akan diganggu
oleh konstelasi politik di DPR
Karena sejatinya hubungan antarlembaga negara, dalam hal
ini presiden, kepala pemerintahan dengan DPRadalah hubungan fungsional yang sifatnya
equal, bukan subordinat satu
sarna lain. Apalagi SBYmemiliki dua modal besar yakni pemenang pilpres satu putaran dan
Partai Demokrat sebagai pengusung utama memiliki junIlah
kursi yang signifikan di DPR
Selamat menyusun kementerian negara. Bangsa dan negara
menanti pengabdian Anda
bersama para menteri yang dipilih. (Dede Mariana, Kapuslit
Kebijakan Publik dan Kewilayahan LPPM Unpad; dosen
Jurusan flmu Pemerintahan
dan Program PascasaTjana
Unpad; Ketua Program Magister Kebijakan Publik Program
PascasaTjana FISIP Unpad)***