Olah Raga & Pendidikan.

-

--

-- -- -- - ----

Pikiran Rakyat
o Senin
123
17
-~Jan

18

19
OPeb

-

o Selasa 0 Rabu . Kamis 0 Jumat o Sabtu 0 Minggu
12

13
14
15
16
8
9
10
11
456
27
28
29
30
31
22
23
24
25
26
20

21

o MM 0 Apr .Mei

QJun

OJul

0 Ags OSep

OOkt

ONov

"

ODes

Prof Dr. HA. Himendra Wargahadibrata


Olah Raga & Pendidikan
AGI Prof. Dr. H.A. Himendra Wargahadibrata (66), olah raga tidak terlepas dari pendidikan. Oleh karena itu, kata dia, jangan ada
istilah olah ragawan yang tidak berpendidikan. Apalagi,
di Indonesia belum ada jaminan hid up bagi seorang
olah ragawan. "Oleh karena itu, saya selalu menekankan
kepada para atlet agar mereka mau sekolah. Sebab, jika tidak punya pendidikan yang cukup maka setelah habis masa jayanya sebagai olah ragawan,
dia hanya akan menjadi pelayan," ujamya,
saat ditemui seusai membuka tumamen
"Himendra Cup ke-3", di Lapangan SSB
POR UNI, Jln. Ciwastra Bandung, Sabtu
(2/5).
Kendati demikian, Himendra mengakui kondisi olah raga di Indonesia sekarang mulai menunjukkan kemajuan, termasuk dalam soal penghargaan terhadap profesionalitas olah ragawan. "Kalau zaman saya dulu, ja.
ngankan mendapat hadiah bernpa
uan g Yang nilainya besar menda-

B

'

YENIENQAHPERTIWI;-PR.


-

Kllolno

Humos

Unood

~

2009

pat kaus tim dan pujian pun rasanya sudah bangga,"
ujar mantan striker Persib Bandung ini.
Kendati demikian, pendidikan tetap menjadi kebutuhan bagi para atlet. ltu sebabnya, Himendra mewantiwanti kepada peserta Himendra Cup yang rata-rata masib duduk di sekolah dasar agar tidak mengabaikan pelajaran di sekolah, meskipun hobi dan bercita-citajadi
olah ragawan. Bahkan, saat menjadi Rektor Unpad pun,
Himendra memberi apresiasi terhadap mahasiswa atau
civitas yang berprestasi di bidang olah raga. Mereka dinilai sebagai akademisi yang berpotensi.
"Masajaya di bidang olph raga kan hanya sebentar.

Setelah itu, harns ada yang dia lakukan untuk melanjutkan kehidupannya. Kalaupun ada penghargaan secara
profesional, kehidupan di Indonesia ini kan berbeda dengan di luar negeri pada umumnya.
Kalau di sana, jika mendapat uang maka uang itu untuk dirinya sendiri. Lain dengan di sini, biasanya banyak
yang ikut hidup, misalnya orang tua, saudara, atau sanak famili lainnya," ujar Himendra, yang berharap agar
pemerintah bisa lebib memperhatikanlkehidupan para
atletnya. (Yeni Endah Pertiwi/"PR")***