Sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, Rejang Lebong, Bengkulu (1983-2008) ``Menggembala di tengah lebatnya rimba Sumatra``.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

SEJARAH GEREJA KRISTEN INJILI INDONESIA DI BENGKO,
REJANG LEBONG, BENGKULU (1983-2008)
“MENGGEMBALA DI TENGAH LEBATNYA RIMBA SUMATRA”

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Disusun oleh :
Yoel Febriantoro
081314005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

SEJARAH GEREJA KRISTEN INJILI INDONESIA DI BENGKO,
REJANG LEBONG, BENGKULU (1983-2008)
“MENGGEMBALA DI TENGAH LEBATNYA RIMBA SUMATRA”

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Disusun oleh :
Yoel Febriantoro
081314005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

ii 

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

 
 
 

iii 

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


Persembahan 
 
Dengan rasa syukur yang mendalam, rasa hormat, dan terimakasih yang sebesar‐
besarnya 
Skripsi ini saya persembahkan kepada: 
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menemaniku dengan tulus dan selalu
membimbingku biarpun aku sering meninggalkanNya.
2. Gereja Kristen Injili Indonesia (G.K.I.I.), khususnya jemaat G.K.I.I. cabang
Bengko.
3. Kedua orang tuaku, seseorang yang kukasihi, dan saudariku.
4. Seluruh pendidik yang pernah memberiku ilmu di Universitas Sanata Dharma
dan teman-teman Pendidikan Sejarah’08.

 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 

iv 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Motto
“Kecerdasan otak tanpa disertai dengan keinginan untuk bekerja keras, sikap rajin,
disiplin, dan sikap rendah hati akan menjadi sia-sia disaat mengerjakan sesuatu”


“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk di hari tua”. (Aristoteles)

“Ketergesaan dalam setiap usaha membawa kegagalan”. (Herodotus)

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 




PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 

vi 

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

vii 


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, Rejang Lebong,
Bengkulu (1983-2008) : “Menggembala di Tengah Lebatnya Rimba
Sumatra”
Yoel Febriantoro
Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tiga
permasalahan pokok, yaitu: 1). Latar belakang berdirinya Gereja Kristen Injili
Indonesia di Bengko, 2). Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko “hidup”
sebagai kelompok minoritas dari tahun 1983-2008, 3). Dampak yang muncul dari
berdirinya Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko dari tahun 1983-2008.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Sedangkan

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan multidimensional. Metode
penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1). Gereja Kristen Injili
Indonesia cabang Bengko didirikan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan iman
bagi keluarga-keluarga Kristen yang ada di Bengko. 2). Jemaat Gereja Kristen
Injili Indonesia cabang Bengko mampu hidup berdampingan secara harmonis
dengan penduduk setempat. Secara umum G.K.I.I. cabang Bengko belum terlibat
dalam usaha penyelesaian masalah sosial yang terjadi di Bengko dan sekitarnya.
3). Dengan berdirinya Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, agama di
Bengko menjadi beragam. Karya-karya G.K.I.I. cabang Bengko belum dirasakan
oleh masyarakat luas, melainkan hanya oleh jemaatnya sendiri.

viii 

PLAGIAT
 PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
THE HISTORY OF INDONESIAN CHRISTIAN EVANGELICAL
CHURCH IN BENGKO, REJANG LEBONG, BENGKULU (1983-2008)
“BEING A SHEPHERD IN THE WILDERNESS OF
SUMATRANESE JUNGLE”
Yoel Febriantoro
Universitas Sanata Dharma
2013
This research aims to describe and analyze three research problems,
namely : 1). The background of the establishment of Indonesian Christian
Evangelical Church in Bengko, 2). The way how the Indonesian Christian
Evangelical Church in Bengko lived as minority groups from 1983 to 2008, 3).
The impact caused by the establishment of Indonesian Christian Evangelical
Church in Bengko from 1983 to 2008.
The method used in this research is a historical research. While the
approaches are multidimensional approaches. The descriptive analysis is used as a
methodnof writing.
The result of this research shows that: 1). Indonesian Christian Evangelical
Church in Bengko was founded to fulfill the need of spiritual services for the
Christian families in Bengko, 2). The Indonesian Christian Evangelical Church
was able to live harmoniously together with the local community. Generally
Indonesia Christian Evangelical Church in Bengko had not yet involved in
making the effort to overcome social problems that occured in Bengko and its
surroundings, 3). Through the establishment of the Indonesian Christian
Evangelical Church in Bengko, religion in Bengko varies. However, the services
done by Indonesian Christian Evangelical Church have not been provided for the
public, but only for the Indonesian Christian Evangelical Church followers.

ix 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko (1983-2008): Menggembala
di Tengah Lebatnya Rimba Sumatra”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1.

Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberi ijin
untuk melakukan penelitian.

2.

Ketua Program Studi Pendidikan sejarah yang telah memberikan saran dan
dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3.

Drs. B. Musidi, M. Pd. Selaku pembimbing tunggal yang telah banyak
memberi masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4.

Para Dosen Pendidikan Sejarah, yang telah memberikan bekal pengetahuan
dan bimbingan bagi penulis selama menyelesaikan tugas belajar di Universitas
Sanata Dharma.

5.

Seluruh jemaat G.K.I.I. cabang Bengko (terimakasih atas doa dan
dukungannya), Bapak Ishak Wasimin, Sarjana, Sumaryono, Djamin, dan Vic.
Anugerah Telaumbanua (terimakasih atas informasi yang saya dapat) dan
x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... I
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..............................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................

iv

HALAMAN MOTTO........................................................................................ v
HALAMAN KEASLIAN KARYA................................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS........................................

vii

ABSTRAK..........................................................................................................

viii

ABSTRACT......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR.......................................................................................

x

DAFTAR ISI......................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL..............................................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................

xvi

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

1

A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 9
C. Tujuan Penulisan.................................................................................

10

D. Manfaat Penulisan...............................................................................

10

E. Tinjauan Pustaka.................................................................................

11

F. Landasan Teori....................................................................................

14

G. Metodologi Penelitian.......................................................................... 22
H. Sistematika Penulisan..........................................................................
xii

28

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA GEREJA KRISTEN
INJILI INDONESIA di BENGKO....................................................

31

A. Sekilas Mengenai Bengko................................................................... 32
1.

Letak Geografis dan Kondisi Alam Bengko................................ 35

2.

Suku-suku Asli Rejang Lebong di Bangko.................................

3.

Keadaan Sosial Bengko dan sekitarnya....................................... 45

4.

Mata Pencaharian Masyarakat Bengko.......................................

38

48

B. Alasan Didirikannya G.K.I.I. di Bengko (Perintisan Pelayanan di
Bengko)..............................................................................................

50

C. Hambatan-hambatan Dalam Usaha Pendirian Gereja di Bengko.......

52

D. Tokoh-tokoh yang Berjasa Dalam Cabang Bengko............................ 55
BAB III GEREJA KRISTEN INJILI INDONESIA CABANG BENGKO
“HIDUP” SEBAGAI KELOMPOK MINORITAS DARI TAHUN
1983-2008................................................................................................

59

A. Sejarah Singkat Gereja Kristen Injili Indonesia di Sumatra...............

60

B. Pertumbuhan Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko (19832008)...................................................................................................

63

C. Hubungan Antara Umat Gereja Kristen Injili Indonesia Cabang
Bengko dengan Masyarakat Bengko................................................... 67
D. Hal-hal yang Menguatkan Iman Umat Gereja Kristen Injili
Indonesia di Bengko............................................................................ 70
E. Gereja Kristen Injili Indonesia dalam Usahanya Menghadapi
Masalah Sosial di Bengko................................................................... 72
F. Posisi Umat Gereja Kristen Injili Indonesia Bengko di Tengah
Mayoritas Penduduk Muslim dari Tahun 1983-2008.........................

75

BAB IV DAMPAK DARI BERDIRINYA G.K.I.I. DI BENGKO................

78

A. Karya-karya Gereja Kristen Injili Indonesia Cabang Bengko Dalam
Pewartaan Injil....................................................................................
xiii

78

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

B. Kegiatan-kegiatan Gereja Kristen Injili Indonesia Cabang Bengko...

80

C. Alasan Jemaat Yang Dulu Non-Kristen Memilih Menjadi Bagian
Dari Gereja..........................................................................................

83

BAB V PENUTUP.............................................................................................

87

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

90

LAMPIRAN......................................................................................................

94

xiv

PLAGIAT
 PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Para Penginjil di G.K.I.I. cabang Bengko dari tahun1983-2008......... 66
Tabel 4.1 : Jadwal Ibadah di G.K.I.I. cabang Bengko.........................................

xv
 

82

PLAGIAT
 PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.I

: Diagram tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Sindang
Dataran tahun 2008................................................................

74

 

 

 

 
 

 

 

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
 

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara heterogen. Di dalamnya terdapat berbagai macam
suku bangsa dengan keberagaman adat, tradisi, kepercayaan. Untuk itu Indonesia
menjamin kehidupan dan kegiatan beragama warga negaranya. Jadi, negara
harusdapat memberikan kebebasan kepada semua agama (kepercayaan) untuk
berkembang dan sekaligus melindunginya.1 Masalah agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa diakui negara melalui Undang-Undang Dasar
1945. Dalam bab IX pasal 29 dirumuskan 2 ayat yang berkaitan dengan hal ini,
yaitu: “1). Negara berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, dan 2). Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya masing-masing dan kepercayaan
itu”.2
Kristen Protestan merupakan agama yang diakui oleh pemerintah Republik
Indonesia. Agama ini berkembang di Indonesia sejak kedatangan bangsa Belanda,
dan pada umumnya yang berkembang di Indonesia termasuk ke dalam Gereja
                                                            
1

Hal ini sangat berbalik dengan kenyataan di lapangan.Dalam UUD pasal 29 ayat 2 jelas tertulis
bahwa setiap warga negara berhak memeluk agamanya masing-masing dengan MERDEKA.
Akan tetapi pada kenyataannya ‘kekuatan’ yang dimiliki pasal 29 ayat 2 kalah dengan kekuatan
lain, kekuatan yang berbasis massa dengan sikap anarkis. Kita lihat saja betapa sulitnya umat
Kristen mendirikan rumah ibadah (sulit di ijin pembangunan) dan juga masih ada ormas-ormas
yang mengatasnamakan agama tertentu berusaha “membasmi” kepercayaan yang dianggap oleh
mereka keluar dari jalur aman (meskipun kepercayaan yang dimaksud memiliki akar yang sama;
contohnya baru-baru ini Ahmadiyah yang menjadi korban). Negara seaakan-akan tidak mampu
melindungi kebebasan beragama warga negaranya. Negara kalah dengan ‘otot’ ormas-ormas
yang memang memiliki nyali untuk bertindak di luar hukum yang berlaku.
2
, Undang-Undang Dasar 1945 dan Amandemennya, (Surakarta: Al-Hikmah, 2000), hal. 90.


 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

Calvinis. Gereja Calvinis merupakan Gereja yang menganut Calvinisme.
Calvinisme adalah sebuah sistem teologis dan pendekatan kepada kehidupan
Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala sesuatu.
Calvinisme merupakan kumpulan-kumpulan ajaran dari Yohanes Calvin, seorang
pengungsi Perancis di Jenewa. Yohanes Calvin memiliki pengaruh besar dalam
perkembangan doktrin-doktrin Reformasi Protestan, doktrinnya tidak bersifat
Lutheran, melainkan lebih mengikuti Ulrich Zwingli (pendiri Gereja Reformasi
Swiss). Gereja Calvinis (Ajarannya juga mempengaruhi Gereja Hervormd)
merupakan Gereja Injili tahap kedua dari Reformasi Protestan setelah Gereja
Lutheran.3
Agama Kristen Protestan masuk ke Indonesia bersamaan dengan
imperialisme bangsa Belanda. Pada masa kolonialisme, kebijakan pemerintah
kolonial Hindia-Belanda pada masa itu kurang mengena pada misi penyebaran
agama, pemerintah lebih sibuk mengurusi eksploitasi sumber daya alam dan
sumber daya manusia daerah jajahan. Penyebaran agama Kristen Protestan di
Nusatara pada masa itu dilakukan oleh para Zendeling (orang yang mewartakan
Injil pada masyarakat pribumi).
Di masa VOC, kegiatan zending dibatasi untuk melindungi monopoli
perdagangan rempah-rempah di Nusantara.VOC pada saat itu berusaha mendekati
kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Agar rencana menjadikan kerajaan-kerajaan
Islam sebagai mitra dagang (dan dikemudian hari ditaklukkan), kegiatan zending
perlu dibatasi. Dengan pembatasan kegiatan zending terutama di wilayah kerajaan
                                                            
3

 

Calvinisme, Website: id.m.wikepedia.org/wiki/Calvinisme. (21/04/2013)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

Islam yang menjadi mitra VOC, maka segala bentuk kepentingan VOC (monopoli
perdagangan rempah) akan berjalan tanpa ada gangguan berarti. Keyakinan yang
tumbuh di kerajaan-kerajaan Nusantara pada masa itu sangat kuat, VOC
menghindari timbulnya gesekan dengan kerajaan Islam yang diakibatkan oleh
masalah keyakinan.
Setelah VOC berhasil mengusir Portugis dari Maluku (1605-1677), umat
Katolik yang ada dinyatakan Protestan.4Tujuan VOC menjadikan umat Katolik di
Maluku menjadi pemeluk agama Protestan, adalah untuk meminimalisir pengaruh
Portugis dan Spanyol di daerah tersebut. Pada dasarnya VOC dan Pemerintah
Kolonial Hindia-Belanda kurang memperhatikan masalah pewartaan Injil.
Kepentingan niaga (monopoli perdagangan) bagi VOC dan eksploitasi sumber
daya alam serta sumber daya manusia bagi Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda
yang menjadi prioritas utama eksistensi mereka di Nusantara.
Gereja Kristen Injili Indonesia (G.K.I.I.) merupakan lembaga Gereja yang
awalnya

dirintis

oleh

Christian

Missionary

Alliance

(CMA).

Dalam

perkembangannya, G.K.I.I. lahir dan besar di Sumatera, khususnya di Sumatera
Selatan, Jambi, dan Bengkulu. Pada tahun 1936,Rev. Hubert Micthell beserta
istrinya memberitakan Injil kepada suku Anak Dalam (atau sering juga disebut
dengan suku Kubu). Beliau datang ke Sumatera dibawah pimpinan Missi Go Ye
Yelowship dari Los Angeles – Amerika Serikat. Mitchell bekerja dalam pewartaan

                                                            
4

Adolf Heuken,Christianity in Asia — from its Beginning till Today, (Jakarta: Yayasan Cipta
Loka, 2011), hal. 34.

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

Injil di Sumatra di bawah naungan CMA. Pada perkembangannya CMA menjadi
induk dari gereja KINGMI atau Gereja Kemah Injili Indonesia.5
Mitchell pertama kali membaptis Suku Anak Dalam di Sungai Ketuan,
Dusun Karudung Papan. Ketua sukunya, Depati Muit, ikut pula dibaptis. Dalam
perkabaran Injil di Sumatera, Mitchell dibantu oleh hamba Tuhan yang berasal
dari luar negeri dan dari dalam negeri. Tenaga tambahan ini sangat membantu
pekerjaan Mitchell dalam perkabaran Injil di Sumatera.6
Pada tahun 1949, perkabaran Injil di Sumatera dialihkan atau setidaknya
dapat dikatakan diteruskanoleh Worldwide Evangelization Crusade (WEC) dari
Christian Missionary Alliance (CMA). Hal ini dilakukan agar perkabaran Injil di
Sumatera tidak “mati”, sebab setelah Jepang menginvasi Hindia Belanda sampai
Indonesia merdeka, CMA dan Kemah Injil sudah tidak berkarya di Sumatera lagi.7
Dari sinilah G.K.I.I. mulai dibentuk, yang semula dalam kerjanya diberi nama
Gereja Persekutuan Injil (Lembaga gereja hasil kerja dari WEC). Usaha Mitchell
dari CMA dilanjutkan hamba-hamba Tuhan dari WEC (F.L. Hill dan K.G.
Williams) begitulah kira-kira.
Pada tanggal 17 Juni 1967, diputuskan bahwa semua Gereja Persekutuan
Injil dilebur menjadi gereja nasional yang bernama Gereja Kristen Injili Indonesia
yang masing-masing gereja bersifat otonom. Hal ini dilakukan seiring situasi
politik saat itu, diperlukan satu badan yang kuat guna mempertahankan pekerjaan
                                                            
5

Gereja Kristen Injili Indonesia, Website resmi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI),
Jakarta, Link 59. (21/04/2012)
6
David Susilo Pranoto,Sejarah Gereja Kristen Indonesia, (Bengkulu: Majelis Sinode, 2008), hal.
46.
7
Untuk alasan keamanan para Zendelling, pewarta Injil di Hindia Belanda berkebangsaan asing
diusahakan agar dapat keluar dari wilayah Hindia Belanda saat Jepang mulai merebut Indonesia
dari tangan pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

Tuhan di Sumatera. Mulai dari sini G.K.I.I. melanjutkan karya perkabaran Injil
yang telah dimulai Mitchell, F.L Hill dan Williams.8
Penulis memilih rentang waktu antara tahun 1983-2008 dengan alasan
perintisan G.K.I.I. di Bengko dimulai pada tahun 1983 ditandai dengan
didirikannya Pos Perkabaran Injil. Pada tahun 1983, Evanjelis Charles (lulusan
Institut Injili Batu Malang) dikirim G.K.I.I. untuk melayani umat di desa Bengko,
Kec. Padang Ulak Tanding, Kab. Rejang Lebong, Bengkulu (Pelayanan Charles di
Bengko dibuka jalannya oleh Pdt. Ishak Wasimin). Jemaat mula-mula hanya
terdiri dari tiga keluarga, yaitu keluarga Sarto, Tambang dan Warno.9 Dari tahun
1984-1985 jemaat G.K.I.I. Bengko bertambah dengan datangnya pindahan
penduduk dari Lampung yang semula beragama Islam, namun mereka sudah
dibaptis di Lampung. Datang juga transmigran yang berasal dari Jawa Timur yang
memang sudah beragama Kristen Protestan, sebanyak 11 keluarga. Dengan
bertambahnya jemaat, didirikanlah gereja semi permanen pada tahun 1984 yang
sifatnya masih menginduk pada pos PI (Perkabaran Injil).
Sebagai kelompok minoritas di desa Bengko, jemaat harus dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar agar kegiatan-kegiatan yang
dijalankan G.K.I.I. dapat berlanjut. Adat-istiadat kurang berpengaruhpada
bangunan gereja maupun tata ibadatnya, kemungkinan disebabkan oleh karena
daerah ini ditempati banyak suku-suku yang berbeda (suku Rejang, suku Lebong,
suku Jawa, suku Serawai, masyarakat Bengkulu Selatan dan suku Batak). Dalam
                                                            
8

Ibid.,hal. 51
Wawancara dengan pensiunan penginjil G.K.I.I., Ishak Wasimin, pukul 15.30 (Karang Jaya: 25
Juni 2012).
9

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

tata ibadat, G.K.I.I. Bengko meniru tata ibadat gereja-gereja prostestan Barat
(Eropa).
Suku Rejang dan suku Lebong merupakan suku asli Bengkulu. Mayoritas
masyarakat dari dua suku ini menganut agama Islam dan hidup dengan kebiasaan
keras.10 Tradisi dari suku asli sangat bertolak belakang dengan suku Jawa. Apabila
suku Jawa lebih mengedepankan kelemah-lembutan, suku asli terkesan
memperlihatkan kehidupan yang dijalani memang harus keras.11Sementara itu
jemaat G.K.I.I. kebanyakan berlatar belakang Jawa, sebagian lagi Batak, mereka
harus dapat hidup sesuai dengan daerah yang mereka diami. Perbedaan latar
belakang budaya dan agama antara Jemaat G.K.I.I. dengan penduduk asli Bengko
menjadikan perlu adanya penyesuaian jemaat pada lingkungan. Tentunya
kelompok pendatang harus menyesuaikan diri pada lingkungan yang telah
terbentuk sebelum mereka tiba di Bengko, Kecamatan Sindang Dataran.
Perkembangan umat Bengko dipengaruhi juga oleh tingginya tingkat
kriminalitas di kecamatan Sindang Dataran. Tingginya tingkat kriminalitas di
Bengko kurang lebih mempengaruhi perkembangan umat, khususnya tugas para
penginjil G.K.I.I., sebab hal ini turut juga mempengaruhi semangat penginjil
untuk mengembangkan Gereja di Bengko dan sekitarnya. Kaum muda di daerah
                                                            
10

Yang dimaksud dengan kebiasaan keras disini adalah cara hidup yang bila dibandingkan dengan
kehidupan suku lain lebih ekstrim, penulis tidak menganggap ini hal yang buruk karena penulis
sendiri berasumsi bila mereka tidak hidup dengan cara ini, keberadaan mereka akan tergusur oleh
kaum pendatang.
11
Kemungkinan kebiasaan ini disebabkan oleh faktor alam, desa-desa yang di tempati oleh suku
Lembak dan Rejang adalah daerah yang terletak di kaki bukit Kaba. Untuk mengusahakan
kehidupan sehari-hari, suku Lembak dan Rejang harus bekerja keras mengolah tanah, bila
menginginkan suatu hal, mereka harus mau mengolah tanah dan menunggu hasilnya. Ditambah
lagi daerah-daerah ini termasuk dalam kriteria daerah pelosok dengan askes jalan yang lumayan
buruk serta sarana telekomunikasi dan komunikasi yang kurang memadai. Informasi dunia luar
didapat masyarakat melalui televisi (mulai tahun 2000-an), saat ini handphone merupakan sarana
telekomuniksai andalan masyarakat Kecamatan Sindang Dataran.

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

ini lebih memilih bertindak kriminal, termasuk beberapa pemuda Kristen sehingga
iman mereka “macet” di tengah jalan.12 Tindakan kriminal ini dipandang biasa
saat masyarakat kurang mempedulikan pendidikan dan adanya sugesti yang dianut
pemuda bahwa dengan melakukan hal-hal kriminal mereka akan menjadi “kuat”
di antara teman sebayanya. Penyakit ini semakin parah dan sering kambuh
disebabkan juga dengan lemahnya kontrol aparatur negara (polisi). Akses masuk
ke daerah ini cukup menyulitkan (meski jalanannya sudah beraspal, jalan
berkelok, dengan kanan kiri jurang dan perkebunan kopi) ikut mendukung
terjadinya tindak kejahatan.Tingginya tingkat tindak kejahatan di daerah ini
membuat “orang luar” enggan berkunjung, sehingga menjadikan Bengko menjadi
kota kecamatan yang kurang berkembang.
Masalah sosial di atas membutuhkan peran lembaga-lembaga di luar
lembaga pemerintahan.13 Lembaga kemasyarakatan seperti Karang Taruna, Gereja
Remaja (di G.K.I.I. disebut dengan camp remaja), Pemuda Masjid, seharusnya
dapat bertindak disaat lembaga pemerintahan diam saja. Masalah ini akan menjadi
sangat serius bila tidak segera ditangani. Sebenarnya lembaga kemasyarakatan
dapat juga mengajak pemerintah untuk bersama-sama mengatasi masalah sosial
ini. Lembaga kemasyarakatan tentunya lebih dekat dengan warga terutama kaum
muda yang memiliki cap “sumber masalah”. Bengko dan daerah sekitarnya tidak
akan berkembang jika tidak “dibuka” dari dalam. Apabila kriminalitas di daerah
                                                            
12

“macet” artinya saat pemuda Kristen terlibat dalam hal-hal yang berbau kriminalitas, kegiatan
rohani mereka ikut mandeg. Penjelasannya iman Kristen tentunya tidak mengajarkan hal-hal yang
berbau kriminal, kriminal sangat bertentangan dengan ajaran Kristen. 
13
Lembaga pemerintahan lambat dan cenderung kurang memperhatikan masalah sosial di Bengko
dan Kecamatan Sindang Dataran. Pembiaran seperti ini tentu akan menyebabkan masalah serius
dikemudian hari bila dibiarkan terus menerus. Bengko dan sekitarnya akan menjadi daerah “mati”.

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

ini tetap tumbuh dan menjadi semacam kebudayaan maka daerah ini hanya akan
menjadi daerah orang bar-bar; daerah primitif dengan kebiasaan masyarakatnya
yang dapat mengancam atau merugikan orang lain.
Kesan buruk yang menempel pada Bengko dan sekitarnya tentu
menyebabkan beberapa masyarakat Bengko mengalami kesulitan. Jangankan
berbicara tentang hubungan ekonomi dengan daerah luar atau investasi di daerah
Bengko, hubungan silahturahmi dengan saudara di luar daerah juga menjadi sulit.
Penyebabnya hanya karena ulah sekelompok remaja yang masih dalam masa
pencaharian jati diri. Karena ulah mereka ini, Bengko dan daerah sekitarnya
menjadi zona berbahaya untuk dikunjungi.
Peneliti memilih judul “Sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko,
Rejang Lebong, Bengkulu (1983-2008) : “Menggembala di Tengah Lebatnya
Rimba Sumatra””, alasannya adalah selain untuk menceritakan sejarah G.K.I.I
Bengko juga untuk mengungkap realitas sosial yang ada di Bengko. Sebagai
lembaga kemasyarakatan, G.K.I.I. tentunya berada ditengah masyarakat dan
berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Selain mengkaji sejarah G.K.I.I. Bengko,
melalui penelitian ini, peneliti juga mencari tahu apakah G.K.I.I. selama ini
berusaha untuk mengatasi masalah sosial di Bengko. Bengko bukan lagi hutan
rimba yang penuh dengan tanaman dan binatang berbahaya seperti dulu lagi, akan
tetapi Bengko saat ini masih memiliki kesamaaan dengan hutan rimba, sebab
daerah ini masih dipandang sebagai daerah yang berbahaya untuk dikunjungi.

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, makadapat dirumuskan masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang melatarbelakangi Gereja Kristen Injili Indonesia didirikan di
Bengko?
2. Bagaimana Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko “hidup” sebagai
kelompok minoritas dari tahun 1983-2008?
3. Apa saja dampak yang muncul dari berdirinya Gereja Kristen Injili
Indonesia di Bengko dari tahun 1983-2008?

Pada persoalan pertama dibahas mengenai uraian singkat mengenaiBengko,
Kec. Sindang Dataran, Kab. Rejang Lebong. Selanjutnyadibicarakan mengenai
alasan pendirian Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko (perintisan mula-mula),
hambatan-hambatan yang dialami dalam pendirian Gereja Kristen Injili Indonesia
di Bengko, dan uraian mengenai tokoh-tokoh yang berjasa dalam pendirian Gereja
Kristen Injili Indonesia di Bengko.
Pada persoalan kedua, pembahasan meliputi sejarah singkat dirintisnya
Gereja Kristen Injili Indonesia di Sumatra, perkembangan Gereja Kristen Injili
Indonesia Bengko dari tahun 1983-2008, hubungan antara umat Gereja Kristen
Injili Indonesia cabang Bengko dengan masyarakat Bengko, hal-hal yang
menguatkan iman umat Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, Gereja Kristen
Injili Indonesia Bengko dalam usahanya menghadapi masalah sosial di desa
Bengko dan posisi umat Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko di tengah
mayoritas penduduk muslim dari tahun 1983-2008.
 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10 
 

Sementara itu, pada persoalan ketiga pembahasan meliputi karya-karya
Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko dalam pewartaan Injil, kegiatankegiatan di Gereja Kristen Injili Indonesia cabang Bengko dan alasan beberapa
jemaat Bengko yang dulu non-Kristen memilih menjadi bagian dari Gereja.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari diadakannya penulisan Sejarah Gereja ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk memaparkan latar belakang Gereja Kristen Injili Indonesia didirikan
di Bengko.
2. Untuk meninjau hal-hal yang membuat Gereja Kristen Injili Indonesia
cabang sebagai kelompok minoritas bertahan dari tahun 1983-2008.
3. Untuk memaparkan dampak dari eksistensi Gereja Kristen Injili Indonesia
cabang Bengko dari tahun 1983-2008.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari diadakannya penulisan Sejarah Gereja dengan judul “Sejarah
Gereja Kristen Injili Indonesia di Bengko, Rejang Lebong, Bengkulu (1983-2008)
: “Menggembala di Tengah Lebatnya Rimba Sumatra”” ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penulisan sejarah Gereja ini diharapkan dapat menjadi referensi
pengetahuan sejarah Gereja (khususnya mengenai Gereja Kristen Injili
Indonesia) yang teruji dan dapat dipercaya oleh peminat sejarah di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11 
 

2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian dan penulisan sejarah Gereja ini diharapkan dapat
menyumbangkan sesuatu dalam pengembangan ilmu pengetahuan, yakni
pengetahuan tentang agama Kristen Protestan serta masalah-masalah sosial
yang menyertai perkembangannya. Penulisan sejarah Gereja ini diharapkan
mampu menjadi referensi yang dipercaya dan dapat digunakan oleh
masyarakat luas yang ingin mengetahui sejarah Gereja Kristen Injili
Indonesia di Bengko.
3. Bagi Gereja Kristen Injili Indonesia
Penulisan sejarah Gereja ini dapat menjadi sarana untuk mengenal
G.K.I.I. lebih dalam, khususnya G.K.I.I. Bengko. Selain itu dengan
penulisan sejarah Gereja ini, jemaat G.K.I.I. pada umumnya dapat
mengetahui mengenai masalah sosial yang terjadi di Bengko dan sekitarnya.
4. Bagi Pengembangan Diri Penulis
Penelitian dan penulisan Sejarah Gereja ini diharapkan dapat menjadi
semacam “alat” bagi penulis yang dapat meningkatkan kemampuan penulis
menganalisa suatu permasalahan. Selain itu dengan ini penulis berusaha
mengenal lebih dalam daerah asalnya dan juga Gerejanya. Penulis juga
belajar menulis sejarah dengan baik dan benar melalui penelitian ini.

E. Tinjauan Pustaka
Ketika akan menulis sejarah, seorang sejarawan perlu memperoleh sumbersumber sejarah yang berkaitan dengan topik yang ingin ia bahas. Sumber-sumber

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12 
 

sejarah dapat dibagi menjadi dua yakni sumber tertulis dan tidak tertulis, atau
dokumen atau artefak (artifact).14
Sumber tertulis dan lisan masih dibagi menjadi dua yaitu sumber primer dan
sumber sekunder. Sumber primer memiliki pengertian yaitu segala data yang
diperoleh atau yang disampaikan oleh saksi mata. Sumber primer dapat berbentuk
dokumen, artefak, atau informasi langsung dari orang-orang yang terlibat dalam
peristiwa yang dimaksud. Sedangkan sumber sekunder dapat diartikan sebagai
sumber yang disampaikan oleh orang yang tidak menjadi saksi mata. Biasanya
sumber ini sudah ada pada buku, penulis buku yang dimaksud tidak mengalami
secara langsung peristiwa sejarah. Mereka dapat menulis karena sudah melakukan
penelitian sebelumnya, dan sumber ini dapat dipercaya apabila kebenaran yang
diungkapkan bersifat obyektif.
Dalam penulisan Sejarah Gereja ini, peneliti menggunakan beberapa buku
sebagai acuan untuk menganalisis masalah-masalah yang akan dipecahkan, di
antaranya adalah:
Pengantar Teori-Teori Sosial —Dari Teori Fungsionalisme hingga Postmodernisme.15Dalam buku ini dijelaskan teori-teori sosial dari berbagai ahli ilmu
sosial, seperti Emile Durkheim, Max Weber, dan Marx. Dalam beberapa bab, Pip
Jones mengulas mengenai hubungan-hubungan yang ada dalam masyarakat
termasuk hubungan antara agama dan masyarakat. Pip Jones menganalisisnya
berdasarkan teori-teori dari Durkheim. Selain itu teori-teori sosial di dalam buku
                                                            
14

Kuntowijoyo; Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Yayasan Banteng Budaya, 1995), hal. 94.
Buku karangan Pip Jones, diterbitkan Yayasan Obor Indonesia yang bekerjasama dengan Pusat
Perbukuan, Jakarta Pusat, 2009.
15

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13 
 

ini (seperti teori perubahansosial, teori tindakan sosial, teori labeling) dapat juga
digunakan sebagai dasar dalam menganalisa perilaku-perilaku sosial.
Gereja dan Masyarakat.16Buku ini menguraikan bagaimana seharusnya
Gereja (jemaat) memposisikan diri dalam masyarakat. Jemaat Gereja di Indonesia
(bahkan diseluruh dunia) menempati posisi sebagai warga negara. Sudah
seharusnya Gereja bersama dengan warga negara lain berusaha memecahkan
masalah yang erat kaitannya dengan masyarakat, baik itu masalah sosial maupun
masalah ekonomi. Moralitas dan iman juga menjadi pokok bahasan buku ini,
sebab menurut salah satu penulis buku ini perbuatan moral adalah perwujudan
iman.
Orang Kristen dalam Masyarakat.17Dalam buku ini dijabarkan mengenai
bagaimana seharusnya orang Kristen hidup dalam masyarakat. Donald Stuckless
dapat mengantarkan orang yang membaca buku ini untuk menjadi orang Kristen
yang mampu hidup, berkarya, dan tetap memiliki iman pada Kristus di berbagai
macam bentuk kehidupan bermasyarakat. Masyarakat memiliki banyak bentuk
dengan sistem yang berbeda, ada masyarakat Gereja, masyarakat pekerja,
masyarakat buruh, masyarakat sebuah negara, dan sebagainya. Dalam buku ini
Stuckless berusaha menggambarkan bagaimana caranya orang Kristen agar bisa
hidupdi dalam masyarakat yang berbeda itu. Menurutnya orang Kristen harus
mampu menyesuaikan diri dalam berbagai macam bentuk masyarakat, dengan

                                                            
16

Buku ini diangkat dari bahan Kursus Teologi untuk cendikiawan pada Jurusan Filsafat dan
Sosiologi Pendidikan IKIP Sanata Dharma, dieditor oleh JB. Banawiratma, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta, 1986.
17
Buku ini ditulis oleh Donald Stuckless, diterbitkan oleh Penerbit Gandum Mas, Malang (Jatim),
1982.

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14 
 

begitu orang Kristen yang dimaksud akan tetap “hidup” di dalam masyarakat dan
mampu bersosialisasi dengan baik.
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga/Peraturan, Doktrin, Ketentuan,
Ketenagaan dan Pembiayaan Hidup Hamba Tuhan di Lingkungan Sinode GKII.18
Buku ini berisikan mengenai peraturan, undang-undang, visi dan misi, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan sistem-sistem yang berlaku di dalam tubuh Gereja
Kristen Injili Indonesia. Buku terbitan Dewan Sinode G.K.I.I ini sangat membantu
dalam penelitian dan penulisan, karena dengan buku ini penulis dapat lebih
memahami G.K.I.I. secara lebih dalam.
Sejarah Gereja Kristen Injili Indonesia.19Di dalamnya memuat tulisan
mengenai penyebaran agama Kristen di Sumatra (khususnya di daerah yang
didiami Suku Anak Dalam) oleh Hubert Mitchell dari missi Go Ye Fellowship,
Los Angeles – Amerika Serikat. Pekerjaan Mitchell ini dilanjutkan oleh Harold
Wiliams, nantinya di masa hasil pekerjaan Williams dan Mitchell di Sumatra ini
akan berkembang menjadi Gereja Kristen Injili Indonesia. Melalui buku ini
diperoleh gambaran mengenai sejarah perkembangan G.K.I.I. di Sumatra.

F. Landasan Teori
Sebelum membahas secara mendalam permasalahan dalam penelitian ini,
penulis membutuhkan beberapa langkah yang saling terkait guna menciptakan
suatu alur berpikir. Dalam penulisan sejarah, penyusunan dan penetapan suatu
                                                            
18

Buku ini disusun oleh Dewan Sinode G.K.I.I., diterbitkan oleh Majelis Sinode G.K.I.I.,
Bengkulu, 2007.
19
Lampiran yang disusun oleh David Susilo Pranoto untuk Sidang Tahunan Majelis Sinode pada
tahun 2008.

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15 
 

landasan teori menjadi landasan utama.20 Teori atau alat-alat analisis lainnya dapat
memberikan makna yang jelas dalam penulisan sejarah.21 Oleh karenanya
landasan teori dibutuhkan dalam penulisan ini, gunanya untuk mengkaji data-data
yang didapat di lapangan.
Beberapa konsep yang akan digunakan dalam penulisan Sejarah Gereja ini
antara lain konsep mengenai Sejarah, Gereja, Gereja Kristen, serta teori-teori
sosial untuk menganalisis masalah-masalah yang muncul di sekitar Gereja Kristen
Injili Indonesia Bengko. Konsep-konsep ini digunakan sebagai landasan berpikir
dan untuk membatasi permasalahan yang akan diuraikan dalam penulisan Sejarah
Gereja ini.
Sejarah dalam bahasa Arab disebut juga dengan Syajaratun yang berarti
pohon, keturunan, asal-usul. Dalam bahasa Inggris kata sejarah sama dengan
history, dan didalam bahasa Latin dan Yunani disebut dengan historia. Asal
katanya dari bahasa Yunani yakni history atau istor yang berarti orang pandai.
Sejarah juga dapat berarti rekontruksi masa lalu.22 Sebagai perbandingan bisa
dilihat kata geschichte (bahasa Jerman) yang berarti sesuatu yang telah terjadi.23
Pada dasarnya sejarah membicarakan masa lalu yang dianggap penting (unik), dan
kejadian itu hanya berlangsung satu kali.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan sebagai
berikut:
                                                            
20

Taufik Abdulah, dkk.,Ilmu Sejarah dan Historiografi; Arah dan Prespektif, (Jakarta: Penerbit
Gramedia, 1985).
21
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama,1992), hal. 2-3.
22
Kuntowijoyo, op. cit., hal. 17.
23
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1975),
hal. 27.

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16 
 

”a. Kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
b. Pengetahuan atau uraian tentang kejadian yang benar-benar terjadi pada
masa lampau.”24
Gereja merupakan kata yang berasal dari bahasa Portugis yaitu Igreja, yang
berasal dari kata Yunani Eklesia: (mereka yang dipanggil kaum, golongan)
Kyriake (yang dimiliki Tuhan). Oleh karenanya kata Gereja sama asal usulnya
dengan kata Kerk (Belanda) dan Kirche (Jerman)”.25 Gereja adalah umat Allah. Ia
adalah sakramen, yaitu keselamatan, tanda dan penghasil persatuan dan
persaudaraan, cinta kasih dan sarana kesatuan mesra umat manusia dengan Allah.
Allah memanggil mereka agar berhimpun dengan kepercayaan penuh kepada
Yesus Kristus pencipta keselamatan, dasar kesatuan dan perdamaian, dan mereka
yang dimaksud membentuk menjadi Gereja. Dengan begitu Gereja dapat diartikan
sebagai himpunan dari orang-orang yang percaya akan Yesus Kristus sebagai
pencipta keselamatan, dasar persatuan dan keselamatan. Th. van den End
mendefiniskan Gereja sebagai berikut:
Gereja merupakan persekutuan orang yang dipersatukan dalam Kristus,
dibimbing oleh Roh Kudus dalam ziarah mereka menuju kerajaan Bapa dan
telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan ke semua orang.
Semua dan setiap anggota dipanggil untuk memberi kesaksian tentang
Yesus Kristus dan Injilnya sesuai dengan kemampuan kedudukan masingmasing.26
Gereja memiliki hubungan dengan kesatuan dunia, bahwa kesatuan iman
akan cinta kasih yang merupakan dasar kokoh kesatuan Gereja sendiri di dalam
                                                            
24

W.J.S. Poerwadarminta,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1966), hal.
208-209.
25
Adolf Heuken,Ensiklopedia Populer Tentang Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 1976), hal. 60.
26
Thomas Van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, Tanpa Tahun), hal.
7.

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17 
 

Roh Kudus.27gereja dengan huruf awal “g” dan bukan “G” dapat dimengerti
sebagai suatu gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama
(Kristen).28
Gereja Kristen Protestan merupakan hasil dari pembaruan keagamaan pada
akhir abad XVI di Jerman dan Perancis. Ada dua hal utama yang diperlihatkan
oleh gerakan ini, yaitu “1). Pengetahuan langsung dan tanpa pengantara tentang
sabda Allah, tanpa pengantara insani, 2). Penghiburan lantaran mendengar dan
mengetahui pengampunan yang berasal dari Allah.”29 Dapat dimaklumi jika
akhirnya Gereja Kristen Prostestan berarti himpunan orang yang percaya kepada
Yesus Kristus sebagai pencipta keselamatan, dasar persatuan dan keselamatan.
Yesus kristus di sinimerupakan Tuhan yang dapat menjadi tempat manusia (umat
Kristen khususnya) mengaku dosa, dan manusia percaya pengampunan akan dosadosa yang dilakukannya hanya datang dari Yesus Kristus. Menurut jemaat Kristen
Protestan, pengakuan dosa pada imam tidak menjamin apapun, karena pengakuan
semacam ini menyebabkan keraguan pada keabsahannya.30 Pernyataan yang
menyatakan apabila seseorang yang mati mendadak dan di masa hidupnya ia
melakukan pengakuan dosa yang baik, maka ia diselamatkan oleh Allah, juga
ditolak Kristen Protestan. Pembenaran atau pernyataan semacam ini dianggap

                                                            
27

J.B. Banawiratma,Gereja dan Masyarakat, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hal. 25.
W.J.S Poerwadarminta, op.cit., hal. 318.
29
Eddy Kristiyanto, Reformasi dari Dalam: Sejarah Gereja Zaman Modern. (Yogyakarta:
Kanisius, 2004), hal. 51.
30
Bisa dikatakan pengakuan dosa seseorang pada manusia lain (imam dalam kasus ini) hanyalah
sia-sia. Ditambah lagi jika manusia yang menjadi “pengantara” tidak bisa dipercaya; tidak dapat
menyampaikan inti pengakuan dosa pada Tuhan dan Tuhan-pun tidak memberi kuasa pada orang
yang dimaksud untuk dapat menghapus dosa manusia.
28

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18 
 

sebagai hal yang dijamin oleh tindakan manusia (jaminan tidak datang dari Allah),
inilah yang ditolak Gereja Protestan.
Gereja Kristen Protestan di Indonesia adalah hasil dari pekerjaan badan atau
lembaga Zending yang berkarya pada masa kolonial Hindia-Belanda. Zending
Protestan tidak diusahakan oleh suatu negara, ataupun oleh suatu Gereja. Zending
diawali dan didukung terus oleh berbagai badan, yang dibentuk atas usaha orang
beriman, yang menyadari panggilan dan tugas mereka sebagai orang Kristen.
Salah satu ciri khas dari zending adalah adanya kaitan dengan lembaga-lembaga,
yang (semula) berlatar belakang ‘Gerakan Kebangkitan’ (revivalisme).31
Konsep Gereja Kristen yang ditanamkan di Indonesia meniru konsep yang
dipakai di negara asal Gereja atau lembaga zending. Setiap Gereja Kristen di
Indonesia berkiblat pada Gereja di Eropa. Gereja Kristen di Indonesia ada yang
menganut ajaran Calvin (kelompok reformed atau gereformed), ajaran Luther
(Lutheran), dan ajaran Wesley (Metodist) dan sebagainya. Biasanya Gereja-gereja
Kristen di Indonesia mengambil nama berdasarkan suku bangsa anggota Gereja,
tempat berdiri Gereja, atau dengan mengambil nama dari Gereja Induknya.
Sebagai contoh di Jawa ada Gereja Kristen Jawa (GKJ), dan di Sumatra ada Huria
Kristen Batak Protestan (HKBP) yaitu Gereja Kristen yang dimulai di Sumatra
Utara, dan masih banyak lainnya. Hal ini menggambarkan adanya Inkulturasi
dalam karya zendeling di Indonesia.
Inkulturasi dalam pengertian zending merupakan suatu proses di mana
Gereja masuk dan berkembang dalam lingkungan masyarakat yang beraneka
                                                            
31

 

Adolf Heuken, op.cit., hal. 113.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19 
 

ragam.Inkulturasi juga merupakan proses di mana persekutuan Gereja menghidupi
iman dan pengalaman Kristennya dalam konteks budaya tertentu, sehingga
penghayatan ini tidak hanya dapat diungkapkan lewat elemen-elemen kebudayaan
setempat,melainkan menjadi satu kekuatan yang menjiwai, membentuk, dan
secara mendalam memperbaharui kebudayaan itu. Oleh karenanya terciptalah
pola-pola baru persekutuan dan komunikasi dalam kebudayaan dan di luar
kebudayaan itu.32
Gereja Kristen Injili Indonesia sangat dekat dengan istilah Evangelisasi,
makna dari evangelisasi berbeda-beda tergantung pada daerah misi.Evangelical
berasal dari kata Yunani kuno Euaggelion yang berarti “Kabar Baik”. Dalam
Alkitab bahasa Indonesia kata ini diterjemahkan menjadi “Injil”.33
Evangelisasiberasal dari kata Evangelium atau Warta Gembira Keselamatan,
kata ini memiliki artikekuatan Allah yang menjiwai amanat-Nya dan sabda Allah
yang

mengungkapkankuasapenyelamat-Nya.“Beravengelisasi

berarti

meluasratakan serta merasukkan Warta Gembira itu secara menyeluruh; demi
terlaksananya Rencana Ilahi atas dunia ini menyumbangkan seluruh eksistensi
Kristiani kita: perikehidupan sehari-hari, kegiatan perseorangan, keterlibatan
kolektif, kesaksian berupa dialog”.34Evangelisasi adalah proses dinamis, yang

                                                            
32

Hubertus Muda,Inkulturasi, (Flores: Percetakan Offset Arnoldus, 1992), hal. 34.
Paulus Daun, Apakah Evangelicalisme Itu?, (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 1986), hal. 1.
34
Arti kata merasukan di sini dekat dengan istilah-istilah seperti: menjadikan orang lain
mengimani Yesus atau Warta Gembira sebisa mungkin harus memiliki tempat dalam hati manusia
yang sebelumnya belum mengenal Yesus Kristus.
33

 

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20 
 

selaku kelangsungan proses perwahyuan ilahi didukung oleh umat Kristen, oleh
segenap umat Allah.35
Menurut Mgr. D. Sango, relator untuk Afrika, evangelisasi dibedakan
menjadi dua. Pertama evangelisasi yang ditujukan kepada masyarakat bukanKristen dan karena itu dianggap tidak percaya, dan yang kedua evangelisasi yang
diarahkan kepada umat Kristen sendiri dan ini dilakukan oleh Pastor atau
Pendeta.36 Evangelisasi merupakan usaha orang Kristen sebagai umat Allah untuk
menyalurkan pengalaman imannya kepada masyarakat setempat, sementara itu
umat Kristen sendiri ikut serta menghayati segala aspek kehidupan masyarakat itu.
Gereja Kristen Protestan di Indonesia dapat dikatakan hasil dari misi yang
dilaksanakan oleh para zending dari Belanda pada masa kolonial. Misi ini masuk
ke dalam misi Gereja, yang disebut misiologi. Misiologi berasal dari bahasa Latin,
yaitu missio (suatu penyampaian pesan dengan tugas khusus untuk dilaksanakan)
dan logos (ilmu atau studi), jadi misiologi adalah ilmu misi. Misiologi pada
hakikatnya adalah sebuah studi atau refleksi tentang amanat atau mandat Al