Diagnosis Osteoporosis.
ABSTRAK
DIAGNOSIS
OSTEOPOROSIS
Jimmy Wahyu
9810004
Pembimbing:
Aming Tohardi, dr. MS.
Wawan Kustiawan, dr., SpRad., M. Kes., DFM.
Osteoporosis merupakan kelainan pada tulang yang telah mendapat
perhatian khusus, menjadi masalah besar di bidang kesehatan dan akan
mengganggu kehidupan banyak individu. Angka kejadiannya semakin meningkat
sejalan dengan meningkatnya rata-rata usia harapan hidup manusia. Komplikasi
utama osteoporosis adalah fraktur dengan trauma ringan, yang mempunyai angka
mortalitas dan morbiditas yang cukup tinggi, dan menurunkan kualitas hidup
penderitanya.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih mendalam
mengenai penyakit osteoporosis dan diagnosisnya secara umum.
Diagnosis osteoporosis saat ini berkembang dengan pesat, terutama dalam
bidang radiologi. Di Indonesia pemeriksaan radiologi konvensional masih
merupakan alat diagnosis osteoporosis yang utama. Radiologi konvensional
sebetulnya kurang memadai dalam menegakkan diagnosis osteoporosis, Kini telah
ditemukan dan dikembangkan berbagai metode pemeriksaan densitometri, seperti
Single Photon Absorptiometry, Double Photon Absorptiometry, DEXA, dan lainlain yang lebih akurat dalam dianosis osteoporosis. Saat ini metode DEXA
dianggap paling memuaskan dengan akurasi mencapai 99% dan tingkat radiasi
yang rendah.
Penatalaksanaan osteoporosis terus menerus mengalami perkembangan
yang pesat, terutama terapi sulih hormon, dan pemberian vitamin 0 dan kalsium.
Dalam hal rehabilitasi, telah dikembangkan berbagai metode fisioterapi dan
rehabilitasi rawat jalan. Yang terpenting adalah bahwa penatalaksanaan
osteoporosis harus bersifat menyeluruh dan individual, sesuai dengan kondisi
pasien.
Penulis menyarankan agar para dokter dan mahasiswa kedokteran terus
meningkatkan
pemahaman mengenai osteoporosis,
terutama dalam hal
diagnosisnya, melalui studi literatur, studi kasus di rumah-rumah sakit,
mengadakan
forum diskusi atau mengikuti seminar-seminar
mengenai
osteoporosis.
IV
ABSTRACT
OSTEOPOROSIS
DIAGNOSIS
Jimmy Wahyu
9810004
Tutors:
Aming Tohardi, dr. MS.
Wawan Kustiawan, dr., SpRad., M Kes., DFM
Osteoporosis is a bone defect that has received a special attention,
became a big medical problem and will disrupt a lot of life. Its incidence
increases as life expectancy increases. Its primary complication is bone fracture
from minor trauma, in which mortality and morbidity are quite high, and
decreases patients life quality.
This literature study aims to enhances osteoporosis knowledge and its
general diagnosis.
Osteoporosis diagnosis technology is developing rapidly, especially in the
radiology field. Conventional radiology examination is still the primary diagnosis
tool in Indonesia. Conventional radiology is not enough to determine osteoporosis
diagnosis.. There are various densinometry examination metods today, such as
Single Photon Absorptiometry, Doule Photon Absorptiometry, DEXA, etc.,
Currently, DEXA is assumed to be the best methode with the accuracy level of
99% and low radiation.
There are a continuous management development of osteoporosis,
especially hormone replacement therapy, and vitamin D and calcium
consumption. There has been developed various physiotherapy and off-patient
rehabilitation methods. The most important thing in osteoporosis management is
that it has to be complete and individualized, as dictated by the patient condition.
The writer suggest that doctors and medical students to lreep increasing
their understanding of osteoporosis, especially its diagnosis through literature
studies, hospital case studies, discussion forum, or through seminars on
osteoporosis.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN
LEMBAR
PERSETUJUAN
... ... ...
ii
SURA T PERNY ATAAN
.iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
PRAKATA .
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Identifikasi masalah
3
1.3. Maksud dan Tujuan
3
1.3.1. Maksud Penulisan
3
1.3.2. Tujuan Penulisan
4
1.4. Kegunaan Penelitian
4
1.5. Metodologi Penulisan
4
BAB II TINJAUAN PUST AKA
5
2.1. Tinjauan Mengenai Histologi Tulang
5
2.1.1. Sel-sel Tulang
5
2.1.2. Komposisi Tulang
7
2.2. Tinjauan Mengenai Fisiologi Tulang
8
2.2.1. Perubahan pada Twang Nonnal
8
2.2.2. Pengaturan Metabolisme Twang
9
2.2.2.1. Honnon Parathyroid (PTH)
9
2.2.2.2. Vitamin D Teraktivasi
10
2.2.2.3. Honnon-honnon Sex
10
2.3. Definisi Osteoporosis
11
2.4. Epidemiologi
12
Vlll
IX
2.4.1. Prevalensi
12
2.4.2. Jenis Kelamin
12
2.4.3. Risiko Fraktur
13
2.5. Patofisiologi
14
2.5.1. Perubahan BMD Berdasarkan Usia
15
2.5.2. Gangguan HOI1l1onal
16
2.5.2.1. Kualitas tulang
17
2.6. Klasifikasi...
2.6.1. Osteoporosis Primer
2.6.1.1. Klasifikasi Osteoporosis Primer
2.6.2. Osteoporosis Sekunder
2.7. Faktor- faktor Risiko Osteoporosis
2.7.1. Faktor Risiko Lain Osteoporosis dan Fraktur Osteoporotik
2.8. Diagnosis Osteoporosis
17
17
18
...18
20
21
21
2.8.1. Ananmesis
21
2.8.2. Pemeriksaan Fisik
23
2.8.3. Pemeriksaan Penunjang
23
2.8.3.1. Pemeriksaan Laboratorium
24
2.8.3.2. Biopsi Tulang dan Histomorfometri
25
2.8.3.3. Pemeriksaan RadiologislRontgen
25
2.8.3.4. Pemeriksaan Densitas Massa Tulang (Densitometri)
26
2.9. Diagnosis Banding Osteoporosis
35
2.10. Penatalaksanaan
35
2.10.1. Medikamentosa
35
2.10.2. Program Rehabilitasi
36
2.10.3. Terapi Operatif
38
2.11. Komplikasi
38
BAB III PEMBAHASAN
40
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
43
4.1. Kesimpulan
43
4.2. Saran
43
x
DAFTAR PUSTAKA
45
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel2. 1.Penyebab osteoporosis sekunder
Tabel 2. 2.
.19
Penanda-penanda biokimia yang dapat menunjukkan teIjadinya
pembentukkan atau resorpsi tulang
24
Tabel2. 3. Perbandingan Densitometri
34
Tabel2. 4. Pembagian BMD berdasarkan WHO
35
Xl
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 2.1. Histologi tulang
6
Gambar 2.2. Histologi tu1angkompaktum.
7
Gambar 2.3. Jaringan tulang spongiosum..
7
Gambar 2.4. Distribusi kalsium dalam tubuh manusia
8
Gambar 2.5. Keseimbangan tulang...
8
Gambar 2.6. Struktur tu1angnormal dan osteoporotik
15
Gambar 2. 7. Skema pemeriksaan vertebrae dengan DPA
29
Gambar 2.8. QuantitatifComputed TomographyDevice
31
Gambar 2. 9. Pemeriksaan Bone Mineral Density dengan DEXA...
XlI
...33
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Osteoporosis merupakan suatu jenis penyakit yang disebabkan adanya
kelainan pada tulang yang saat ini te1ah menjadi suatu masalah yang harus
menclapatperhatian yang lebih baik. Osteoporosis telah menjadi masalah besar di
bidang kesehatan clandapat mengganggu aktivitas clanproduktivitas masyarakat.
Angka kejadian osteoporosis semakin meningkat di seluruh duni~ sejaIan dengan
meningkatnya rata-rata usia harapan hidup manusi~ meskipun peningkatan usia
bukanlah satu-satlmya faktor risiko terjadinya osteoporosis. Pacla tabWl 1994
osteoporosis diangkat menjadi masa1ahkesehatan intemasional (Khan, 2004).
Pacla tahWl 1994, WHO mengajukan suatu definisi osteoporosis
berdasarkan pengukuran terhaclap Bone Mineral Densi1)(BDM). Pacla Consensus
Conferences WHO terakhir, osteoporosis didefinisikan sebagai "suatu penyakit
pada tulang yang bersifat progresif clansistemik, yang ditandai dengan penurunan
massa tulang clan memburuknya mikroarsitektural tulang, dengan akihat
peningkatan kerapuhan tulang clanpeningkatan kemungkinan teIjadinya fraktur".
Kekuatan tulang dihubungkan dengan integritas densitas clan kuaIitas tu1ang itu
sendiri. Keadaan tentang densitas tulang yang normal telah diatur dalam kategori
tertentu oleh WHO (Khan, 2004).
Pacla tahap
awal peIjalanan penyakitnya, osteoporosis
bersifat
asimptomatik. Kehilangan massa tu1ang berlangsung secara perlahan-lahan clan
berakhir dengan teIjadinya fraktur, hanya dengan trauma yang ringan. DaIam
banyak kasus osteoporosis, penyakit ini tidak terdiagnosa sampai terjadi suatu
fraktur (Pramudiyo, R., 1996).
Prevalensi osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya usia.
Pada wanita berusia 50 tabun, prevalensi osteoporosis adalah 30%, pada usia 70
tabun adalah 500!cl,clanprevalensinya akan meningkat menjadi 700!clpada wanita
berusia 80 tabun (Nalamachu, 2003). Di Inggris, angka kejadian fraktur yang
1
2
berhubungan dengan osteoporosis adalah 200.000 kasus/tahun dan besamya biaya
yang dikeluarkan pemerintah Inggris untuk pengobatan dan perawatan penyakit
ini adalah sekitar 942 juta hingga I miliar Poundsterlingltahun (Slipman, 2003).
Komplikasi
utama osteoporosis
adalah terjadinya
tersering fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis
fraktur. Lokalisasi
adalah pada tulang-
tulang vertebrae (corpus vertebrae), distal radius, dan collum femoris. Lokalisasi
lain yang mungkin, meskipun lebih jarang terjadi adalah tulang-tulang
distal
femur,
dan tulang-tulang
costae.
Diperkirakan
risiko
pelvis,
fraktur
yang
berhubungan dengan osteoporosis pada wanita berusia 50 tahun adalah 17,5%
pada colum femoris, 16% pada pergelangan tangan, dan 15.6% pada vertebrae
(Khan, 2004). Meskipun kejadian fraktur ini predominan pada wan ita, tetapi 15%
dari seluruh kejadian fraktur vertebrae dan 12% fraktur femur yang berhubungan
dengan osteoporosis,
terjadi pada laki-laki. Fraktur yang berhubungan
dengan
osteoporosis ini mempunyai angka mortalitas dan morbiditas yang cukup tinggi,
dan
menurunkan kualitas hidup penderitanya. Terdapat mortalitas sekitar 12%
dalam 6 bulan dan hanya 50% penderita yang dapat berjalan kembali tanpa alat
bantu setelah mengalami
fraktur femur. Akibat dari fraktur vertebrae adalah
menurunnya kualitas hidup penderita, dimana sebagian pasien mender ita rasa
nyeri kronis sebagai akibat deformitas vertebrae. Deformitas pada vertebrae dapat
menyebabkan
terjadinya
perubahan pada otot-otot spinalis, gangguan
sendi, dan kadang-kadang
fungsi
timbul nyeri kronis akibat kompresi vertebra atau
kompresi syaraf pada radius dan ulna (Pramudiyo, R., 1996; Nalamachu, 2003).
Untuk mencegah komplikasi, para ahli osteoporosis memberi perhatian
khusus
pada
faktor-faktor
yang
menyebabkan
dan
memicu
terjadinya
osteoporosis, dengan tujuan agar setiap orang yang merasa mempunyai faktor
risiko dianjurkan melakukan pemeriksaan dan melakukan anjuran-anjuran
yang
diberikan agar kejadian osteoporosis tidak berlanjut atau tidak terjadi komplikasi
berupa fraktur (Pramudiyo, R., 1996).
Patofisiologis
osteoporosis
density karena tingginya
sehingga
dapat
ditentukan
ialah kurangnya
proses penyerapan
berbagai
etiologi
massa tulang atau bone
ulang dan remodeling
dari
osteoporosis.
tulang,
Diagnosis
3
osteoporosisjuga semakin berkembang mulai dari pemeriksaan laboratorium yang
sederhana sampai dengan pemeriksaan mineral tulang dengan menggunakan alatalat yang berteknologi canggih (Khan, 2004).
Penatalaksanaan osteoporosis terus menerus mengalami perkembangan
yang pesat. Dalam hal pencegahan telah dikembangkan berbagai terapi sulih
honnon pada wanita menopause, pemberian vitamin D, dan pemberian kalsium.
Dalam hal terapi operasi, telah dikembangkan berbagai teknik operasi terutama
pemasangan protesa bagi penderita yang telah mengalami fraktur. Demikian pula
dalam hal rehabilitasi, telah dikembangkan berbagai metode fisioterapi dan
rehabilitasi rawatjalan bagi penderita (Solomon, 2001).
1.2. Identifikasi masalah
Sebagai akibat makin meningkatnya angka harapan hidup, maka makin
meningkat persentase penduduk yang berusia lanjut, dan makin banyak pula kasus
osteoporosis yang akan ditemui dalam praktek sehari-hari. Oleh karena itu, adalah
penting bagi dokter untuk lebih mengetahui penyakit osteoporosis ini, dan
bagaimana cara mendiagnosisnya. Saat ini terdapat banyak metode dan alat yang
dapat digunakan untuk mendiagnosis osteoporosis, namun masih banyak terdapat
masalah dalam kriteria diagnosisnya, karena itu dibutuhkan pemahaman yang
lebih tinggi mengenai diagnosis osteoporosis di kalangan para dokter. Alasan
inilah yang mendorong penulis untuk memilih pembahasan mengenai diagnosis
osteoporosis.
1.3. Maksud dan Tujuan
1.3.1. Maksud Penulisan
Maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai osteoporosis dan
diagnosisnya.
4
1.3.2. TujuanPenulisan
Penulisan
mendalam
ini mempunyai
mengenai
keunggulan
tujuan
untuk
mengetahui
secara
dan kekurangan metode-metode
lebih
diagnosis
osteoporosis yang pada saat ini semakin berkembang.
1.4. Kegunaan
Penelitian
Penulis mengharapkan
.
hasil penelitian ini dapat:
Memberikan infonnasi kepada pembaca, khususnya para mahasiswa
Fakultas Kedokteran mengenai diagnosis osteoporosis.
.
Bagi penelitian berikutnya, penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan perbandingan.
1.5. Metodologi Penulisan
Karya Tulis llmiah ini merupakan sebuah studi literatur.
BABIV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Faktor-faktor
risiko osteoporosis
beraneka ragam. Usia lanjut menjadi
pemicu yang terbanyak dari osteoporosis, sehingga wanita menopause atau orang
tua diatas 50 tahun mernpakan penderita terbanyak.
Berbagai
pemeriksaan
penunJang
telah
dapat
dilakukan
untuk
mendiagnosis kelainan ini. Pemeriksaan dengan radiologis dinilai kurang tepat
untuk mendiagnosa osteoporosis
karena hanya mampu memberikan gambaran
kelainan pada osteoporosis yang telah lanjut.
Dari berbagai teknik yang tersedia saat ini diketahui
bahwa DEXA
memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya karena memiliki dosis
radiasi yang rendah (0,6-1,5 mrem), akurasi yang sangat baik (99%) dan biaya
yang tidak tinggi. Dibandingkan dengan DPA yang tingkat akurasi nya cukup
tinggi (97%), DEXA diketahui memiliki tingkat kesalahan yang lebih kecil dan
biaya yang lebih rendah. Metode lain yang sangat akurat adalah QCT (98%),
tetapi tingkat radiasi pada teknik ini sangat besar (>300 mrem).
Pada saat ini, penatalaksanaan
pencegahannya,
yang dapat dilakukan
osteoporosis
lebih ditekankan
sedini mungkin,
diantaranya
pada
dengan
modifikasi gaya hidup seperti tidak merokok, menjauhi minuman beralkohol, dan
melakukan olahraga yang teratur. Konsumsi adekuat kalsium dan vitamin D
selama masa pertumbuhan juga dapat mencegah terjadinya osteoporosis pada usia
lanjut.
4.2. Saran
Mengingat bahwa angka kejadian osteoporosis yang terns meningkat dan
untuk terns meningkatkan keberhasilan diagnosis dan penatalaksanaannya,
maka
penulis
terns
menyarankan
meningkatkan
agar
pemahaman
para
dokter
dan
mahasiswa
mengenai osteoporosis,
yang perlu diketahui serta penatalaksanaannya,
43
kedokteran
diagnosis dan pemeriksaan
yang dapat dicapai melalui studi
44
literatur, studi kasus di rumah-rumah sakit, mengadakan forum diskusi atau
mengikuti
seminar-seminar
penanggulangannya.
mengenm
osteoporosis,
permasalahan
dan
DAFTAR PUS TAKA
1. Achmad, TH. 2003. Bu/cu panduan praktikum
biokimia II.
Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran. P. 28 - 33.
2. Brunader R., Shelton O.K.. 2002. Radiologic Bone Assessment
Evaluation of Osteoporosis.,
in the
http://www.aafp.orglafp/2002040l/1357.html.,
Desember 2nd, 2004.
3. Genent, HaIl)' K., Jorges ZM., and Cornelius VK. 2003. Radiolussical
assessment of vertebra fracture. Oalam: Vertebral fracture initiative resource
document. part 2. P. 20 - 36.
4. Gray, J et all. 1997. Bone Densitometry as a Screening Toolfor Osteoporosis
in Postmenopausal
Women., http://www.health.state.mn.uslhtac/bone.htm.
November 5th, 2004
5. Hammond, Charles B. 1999. Climacteric. Oalam: Danforth's
gynecology. 8th Ed. Ch.43.
obstetric &
P.676-694.
6. Hansen P1. 1995. Clinical Gynecology. The Menopause. Dalam: Sciarra
obstetrics and gynecology. Rev. Ed. Vol 1. Ch 24. P. 5 - 17.
7. Khan,
Ali
Nawaz.
Osteoporosis,
2004.
http://www.emedicine.comlradio/topic503.htm.
involutional.
November 3fd, 2004.
8. Muharam. 2002. Osteoporosis. Oalam: Kursus penyegar & penambah ilmu
kedokteran. Lunch Symposium. Jakarta.
9. Nalamachu,
Srinivas
R.
2003.
http://www.emedicine.comlpmr/topic94.htm..
10. Pramudiyo, R. 1996. Osteoporosis.
Osteoporosis
(primary).,
November 1st, 2004.
Oalam: Buku ajar ilmu penyakit cialam
jilid 1. Edisi-Ill. Jakarta. Balai penerbit FKUl. P. 443, 672-673.
11. Rosen, HM., and Rosenblatt, M. 2000. Overview of the management of
osteoporosis.
12. Slipman,
http://www.medscope.com..
Curtis
W.
2003.
http://www.emedicine.comlpmr/topic95.htm.
November 8th, 2004.
Osteoporosis
(secondary).
November 1st, 2004.
13. Solomon L., et all. 2001. Apley's System of Orthopaedics and Fractures. 8th.
ed. New York. Oxford University Press Inc. P. 112 - 119.
45
46
14. Szule, Pand, Delmas. 2003. Osteoporosis
and related fracture. DaIam:
Vertebralfracture initiative research document. part 1. P. 3 - 10.
15. Tambayong,1. 1997. Histologi dasar. Edisi VIII. EGC. P. 136 - 141.
16. Vogler III, James B et aI. 1997. Osteoporosis. DaIam: Radiology on CD.
Lippincott-Raven Publisher. Vol 5. Ch. 58. P. 34-36
DIAGNOSIS
OSTEOPOROSIS
Jimmy Wahyu
9810004
Pembimbing:
Aming Tohardi, dr. MS.
Wawan Kustiawan, dr., SpRad., M. Kes., DFM.
Osteoporosis merupakan kelainan pada tulang yang telah mendapat
perhatian khusus, menjadi masalah besar di bidang kesehatan dan akan
mengganggu kehidupan banyak individu. Angka kejadiannya semakin meningkat
sejalan dengan meningkatnya rata-rata usia harapan hidup manusia. Komplikasi
utama osteoporosis adalah fraktur dengan trauma ringan, yang mempunyai angka
mortalitas dan morbiditas yang cukup tinggi, dan menurunkan kualitas hidup
penderitanya.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih mendalam
mengenai penyakit osteoporosis dan diagnosisnya secara umum.
Diagnosis osteoporosis saat ini berkembang dengan pesat, terutama dalam
bidang radiologi. Di Indonesia pemeriksaan radiologi konvensional masih
merupakan alat diagnosis osteoporosis yang utama. Radiologi konvensional
sebetulnya kurang memadai dalam menegakkan diagnosis osteoporosis, Kini telah
ditemukan dan dikembangkan berbagai metode pemeriksaan densitometri, seperti
Single Photon Absorptiometry, Double Photon Absorptiometry, DEXA, dan lainlain yang lebih akurat dalam dianosis osteoporosis. Saat ini metode DEXA
dianggap paling memuaskan dengan akurasi mencapai 99% dan tingkat radiasi
yang rendah.
Penatalaksanaan osteoporosis terus menerus mengalami perkembangan
yang pesat, terutama terapi sulih hormon, dan pemberian vitamin 0 dan kalsium.
Dalam hal rehabilitasi, telah dikembangkan berbagai metode fisioterapi dan
rehabilitasi rawat jalan. Yang terpenting adalah bahwa penatalaksanaan
osteoporosis harus bersifat menyeluruh dan individual, sesuai dengan kondisi
pasien.
Penulis menyarankan agar para dokter dan mahasiswa kedokteran terus
meningkatkan
pemahaman mengenai osteoporosis,
terutama dalam hal
diagnosisnya, melalui studi literatur, studi kasus di rumah-rumah sakit,
mengadakan
forum diskusi atau mengikuti seminar-seminar
mengenai
osteoporosis.
IV
ABSTRACT
OSTEOPOROSIS
DIAGNOSIS
Jimmy Wahyu
9810004
Tutors:
Aming Tohardi, dr. MS.
Wawan Kustiawan, dr., SpRad., M Kes., DFM
Osteoporosis is a bone defect that has received a special attention,
became a big medical problem and will disrupt a lot of life. Its incidence
increases as life expectancy increases. Its primary complication is bone fracture
from minor trauma, in which mortality and morbidity are quite high, and
decreases patients life quality.
This literature study aims to enhances osteoporosis knowledge and its
general diagnosis.
Osteoporosis diagnosis technology is developing rapidly, especially in the
radiology field. Conventional radiology examination is still the primary diagnosis
tool in Indonesia. Conventional radiology is not enough to determine osteoporosis
diagnosis.. There are various densinometry examination metods today, such as
Single Photon Absorptiometry, Doule Photon Absorptiometry, DEXA, etc.,
Currently, DEXA is assumed to be the best methode with the accuracy level of
99% and low radiation.
There are a continuous management development of osteoporosis,
especially hormone replacement therapy, and vitamin D and calcium
consumption. There has been developed various physiotherapy and off-patient
rehabilitation methods. The most important thing in osteoporosis management is
that it has to be complete and individualized, as dictated by the patient condition.
The writer suggest that doctors and medical students to lreep increasing
their understanding of osteoporosis, especially its diagnosis through literature
studies, hospital case studies, discussion forum, or through seminars on
osteoporosis.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN
LEMBAR
PERSETUJUAN
... ... ...
ii
SURA T PERNY ATAAN
.iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
PRAKATA .
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Identifikasi masalah
3
1.3. Maksud dan Tujuan
3
1.3.1. Maksud Penulisan
3
1.3.2. Tujuan Penulisan
4
1.4. Kegunaan Penelitian
4
1.5. Metodologi Penulisan
4
BAB II TINJAUAN PUST AKA
5
2.1. Tinjauan Mengenai Histologi Tulang
5
2.1.1. Sel-sel Tulang
5
2.1.2. Komposisi Tulang
7
2.2. Tinjauan Mengenai Fisiologi Tulang
8
2.2.1. Perubahan pada Twang Nonnal
8
2.2.2. Pengaturan Metabolisme Twang
9
2.2.2.1. Honnon Parathyroid (PTH)
9
2.2.2.2. Vitamin D Teraktivasi
10
2.2.2.3. Honnon-honnon Sex
10
2.3. Definisi Osteoporosis
11
2.4. Epidemiologi
12
Vlll
IX
2.4.1. Prevalensi
12
2.4.2. Jenis Kelamin
12
2.4.3. Risiko Fraktur
13
2.5. Patofisiologi
14
2.5.1. Perubahan BMD Berdasarkan Usia
15
2.5.2. Gangguan HOI1l1onal
16
2.5.2.1. Kualitas tulang
17
2.6. Klasifikasi...
2.6.1. Osteoporosis Primer
2.6.1.1. Klasifikasi Osteoporosis Primer
2.6.2. Osteoporosis Sekunder
2.7. Faktor- faktor Risiko Osteoporosis
2.7.1. Faktor Risiko Lain Osteoporosis dan Fraktur Osteoporotik
2.8. Diagnosis Osteoporosis
17
17
18
...18
20
21
21
2.8.1. Ananmesis
21
2.8.2. Pemeriksaan Fisik
23
2.8.3. Pemeriksaan Penunjang
23
2.8.3.1. Pemeriksaan Laboratorium
24
2.8.3.2. Biopsi Tulang dan Histomorfometri
25
2.8.3.3. Pemeriksaan RadiologislRontgen
25
2.8.3.4. Pemeriksaan Densitas Massa Tulang (Densitometri)
26
2.9. Diagnosis Banding Osteoporosis
35
2.10. Penatalaksanaan
35
2.10.1. Medikamentosa
35
2.10.2. Program Rehabilitasi
36
2.10.3. Terapi Operatif
38
2.11. Komplikasi
38
BAB III PEMBAHASAN
40
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
43
4.1. Kesimpulan
43
4.2. Saran
43
x
DAFTAR PUSTAKA
45
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel2. 1.Penyebab osteoporosis sekunder
Tabel 2. 2.
.19
Penanda-penanda biokimia yang dapat menunjukkan teIjadinya
pembentukkan atau resorpsi tulang
24
Tabel2. 3. Perbandingan Densitometri
34
Tabel2. 4. Pembagian BMD berdasarkan WHO
35
Xl
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 2.1. Histologi tulang
6
Gambar 2.2. Histologi tu1angkompaktum.
7
Gambar 2.3. Jaringan tulang spongiosum..
7
Gambar 2.4. Distribusi kalsium dalam tubuh manusia
8
Gambar 2.5. Keseimbangan tulang...
8
Gambar 2.6. Struktur tu1angnormal dan osteoporotik
15
Gambar 2. 7. Skema pemeriksaan vertebrae dengan DPA
29
Gambar 2.8. QuantitatifComputed TomographyDevice
31
Gambar 2. 9. Pemeriksaan Bone Mineral Density dengan DEXA...
XlI
...33
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Osteoporosis merupakan suatu jenis penyakit yang disebabkan adanya
kelainan pada tulang yang saat ini te1ah menjadi suatu masalah yang harus
menclapatperhatian yang lebih baik. Osteoporosis telah menjadi masalah besar di
bidang kesehatan clandapat mengganggu aktivitas clanproduktivitas masyarakat.
Angka kejadian osteoporosis semakin meningkat di seluruh duni~ sejaIan dengan
meningkatnya rata-rata usia harapan hidup manusi~ meskipun peningkatan usia
bukanlah satu-satlmya faktor risiko terjadinya osteoporosis. Pacla tabWl 1994
osteoporosis diangkat menjadi masa1ahkesehatan intemasional (Khan, 2004).
Pacla tahWl 1994, WHO mengajukan suatu definisi osteoporosis
berdasarkan pengukuran terhaclap Bone Mineral Densi1)(BDM). Pacla Consensus
Conferences WHO terakhir, osteoporosis didefinisikan sebagai "suatu penyakit
pada tulang yang bersifat progresif clansistemik, yang ditandai dengan penurunan
massa tulang clan memburuknya mikroarsitektural tulang, dengan akihat
peningkatan kerapuhan tulang clanpeningkatan kemungkinan teIjadinya fraktur".
Kekuatan tulang dihubungkan dengan integritas densitas clan kuaIitas tu1ang itu
sendiri. Keadaan tentang densitas tulang yang normal telah diatur dalam kategori
tertentu oleh WHO (Khan, 2004).
Pacla tahap
awal peIjalanan penyakitnya, osteoporosis
bersifat
asimptomatik. Kehilangan massa tu1ang berlangsung secara perlahan-lahan clan
berakhir dengan teIjadinya fraktur, hanya dengan trauma yang ringan. DaIam
banyak kasus osteoporosis, penyakit ini tidak terdiagnosa sampai terjadi suatu
fraktur (Pramudiyo, R., 1996).
Prevalensi osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya usia.
Pada wanita berusia 50 tabun, prevalensi osteoporosis adalah 30%, pada usia 70
tabun adalah 500!cl,clanprevalensinya akan meningkat menjadi 700!clpada wanita
berusia 80 tabun (Nalamachu, 2003). Di Inggris, angka kejadian fraktur yang
1
2
berhubungan dengan osteoporosis adalah 200.000 kasus/tahun dan besamya biaya
yang dikeluarkan pemerintah Inggris untuk pengobatan dan perawatan penyakit
ini adalah sekitar 942 juta hingga I miliar Poundsterlingltahun (Slipman, 2003).
Komplikasi
utama osteoporosis
adalah terjadinya
tersering fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis
fraktur. Lokalisasi
adalah pada tulang-
tulang vertebrae (corpus vertebrae), distal radius, dan collum femoris. Lokalisasi
lain yang mungkin, meskipun lebih jarang terjadi adalah tulang-tulang
distal
femur,
dan tulang-tulang
costae.
Diperkirakan
risiko
pelvis,
fraktur
yang
berhubungan dengan osteoporosis pada wanita berusia 50 tahun adalah 17,5%
pada colum femoris, 16% pada pergelangan tangan, dan 15.6% pada vertebrae
(Khan, 2004). Meskipun kejadian fraktur ini predominan pada wan ita, tetapi 15%
dari seluruh kejadian fraktur vertebrae dan 12% fraktur femur yang berhubungan
dengan osteoporosis,
terjadi pada laki-laki. Fraktur yang berhubungan
dengan
osteoporosis ini mempunyai angka mortalitas dan morbiditas yang cukup tinggi,
dan
menurunkan kualitas hidup penderitanya. Terdapat mortalitas sekitar 12%
dalam 6 bulan dan hanya 50% penderita yang dapat berjalan kembali tanpa alat
bantu setelah mengalami
fraktur femur. Akibat dari fraktur vertebrae adalah
menurunnya kualitas hidup penderita, dimana sebagian pasien mender ita rasa
nyeri kronis sebagai akibat deformitas vertebrae. Deformitas pada vertebrae dapat
menyebabkan
terjadinya
perubahan pada otot-otot spinalis, gangguan
sendi, dan kadang-kadang
fungsi
timbul nyeri kronis akibat kompresi vertebra atau
kompresi syaraf pada radius dan ulna (Pramudiyo, R., 1996; Nalamachu, 2003).
Untuk mencegah komplikasi, para ahli osteoporosis memberi perhatian
khusus
pada
faktor-faktor
yang
menyebabkan
dan
memicu
terjadinya
osteoporosis, dengan tujuan agar setiap orang yang merasa mempunyai faktor
risiko dianjurkan melakukan pemeriksaan dan melakukan anjuran-anjuran
yang
diberikan agar kejadian osteoporosis tidak berlanjut atau tidak terjadi komplikasi
berupa fraktur (Pramudiyo, R., 1996).
Patofisiologis
osteoporosis
density karena tingginya
sehingga
dapat
ditentukan
ialah kurangnya
proses penyerapan
berbagai
etiologi
massa tulang atau bone
ulang dan remodeling
dari
osteoporosis.
tulang,
Diagnosis
3
osteoporosisjuga semakin berkembang mulai dari pemeriksaan laboratorium yang
sederhana sampai dengan pemeriksaan mineral tulang dengan menggunakan alatalat yang berteknologi canggih (Khan, 2004).
Penatalaksanaan osteoporosis terus menerus mengalami perkembangan
yang pesat. Dalam hal pencegahan telah dikembangkan berbagai terapi sulih
honnon pada wanita menopause, pemberian vitamin D, dan pemberian kalsium.
Dalam hal terapi operasi, telah dikembangkan berbagai teknik operasi terutama
pemasangan protesa bagi penderita yang telah mengalami fraktur. Demikian pula
dalam hal rehabilitasi, telah dikembangkan berbagai metode fisioterapi dan
rehabilitasi rawatjalan bagi penderita (Solomon, 2001).
1.2. Identifikasi masalah
Sebagai akibat makin meningkatnya angka harapan hidup, maka makin
meningkat persentase penduduk yang berusia lanjut, dan makin banyak pula kasus
osteoporosis yang akan ditemui dalam praktek sehari-hari. Oleh karena itu, adalah
penting bagi dokter untuk lebih mengetahui penyakit osteoporosis ini, dan
bagaimana cara mendiagnosisnya. Saat ini terdapat banyak metode dan alat yang
dapat digunakan untuk mendiagnosis osteoporosis, namun masih banyak terdapat
masalah dalam kriteria diagnosisnya, karena itu dibutuhkan pemahaman yang
lebih tinggi mengenai diagnosis osteoporosis di kalangan para dokter. Alasan
inilah yang mendorong penulis untuk memilih pembahasan mengenai diagnosis
osteoporosis.
1.3. Maksud dan Tujuan
1.3.1. Maksud Penulisan
Maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai osteoporosis dan
diagnosisnya.
4
1.3.2. TujuanPenulisan
Penulisan
mendalam
ini mempunyai
mengenai
keunggulan
tujuan
untuk
mengetahui
secara
dan kekurangan metode-metode
lebih
diagnosis
osteoporosis yang pada saat ini semakin berkembang.
1.4. Kegunaan
Penelitian
Penulis mengharapkan
.
hasil penelitian ini dapat:
Memberikan infonnasi kepada pembaca, khususnya para mahasiswa
Fakultas Kedokteran mengenai diagnosis osteoporosis.
.
Bagi penelitian berikutnya, penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan perbandingan.
1.5. Metodologi Penulisan
Karya Tulis llmiah ini merupakan sebuah studi literatur.
BABIV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Faktor-faktor
risiko osteoporosis
beraneka ragam. Usia lanjut menjadi
pemicu yang terbanyak dari osteoporosis, sehingga wanita menopause atau orang
tua diatas 50 tahun mernpakan penderita terbanyak.
Berbagai
pemeriksaan
penunJang
telah
dapat
dilakukan
untuk
mendiagnosis kelainan ini. Pemeriksaan dengan radiologis dinilai kurang tepat
untuk mendiagnosa osteoporosis
karena hanya mampu memberikan gambaran
kelainan pada osteoporosis yang telah lanjut.
Dari berbagai teknik yang tersedia saat ini diketahui
bahwa DEXA
memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya karena memiliki dosis
radiasi yang rendah (0,6-1,5 mrem), akurasi yang sangat baik (99%) dan biaya
yang tidak tinggi. Dibandingkan dengan DPA yang tingkat akurasi nya cukup
tinggi (97%), DEXA diketahui memiliki tingkat kesalahan yang lebih kecil dan
biaya yang lebih rendah. Metode lain yang sangat akurat adalah QCT (98%),
tetapi tingkat radiasi pada teknik ini sangat besar (>300 mrem).
Pada saat ini, penatalaksanaan
pencegahannya,
yang dapat dilakukan
osteoporosis
lebih ditekankan
sedini mungkin,
diantaranya
pada
dengan
modifikasi gaya hidup seperti tidak merokok, menjauhi minuman beralkohol, dan
melakukan olahraga yang teratur. Konsumsi adekuat kalsium dan vitamin D
selama masa pertumbuhan juga dapat mencegah terjadinya osteoporosis pada usia
lanjut.
4.2. Saran
Mengingat bahwa angka kejadian osteoporosis yang terns meningkat dan
untuk terns meningkatkan keberhasilan diagnosis dan penatalaksanaannya,
maka
penulis
terns
menyarankan
meningkatkan
agar
pemahaman
para
dokter
dan
mahasiswa
mengenai osteoporosis,
yang perlu diketahui serta penatalaksanaannya,
43
kedokteran
diagnosis dan pemeriksaan
yang dapat dicapai melalui studi
44
literatur, studi kasus di rumah-rumah sakit, mengadakan forum diskusi atau
mengikuti
seminar-seminar
penanggulangannya.
mengenm
osteoporosis,
permasalahan
dan
DAFTAR PUS TAKA
1. Achmad, TH. 2003. Bu/cu panduan praktikum
biokimia II.
Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran. P. 28 - 33.
2. Brunader R., Shelton O.K.. 2002. Radiologic Bone Assessment
Evaluation of Osteoporosis.,
in the
http://www.aafp.orglafp/2002040l/1357.html.,
Desember 2nd, 2004.
3. Genent, HaIl)' K., Jorges ZM., and Cornelius VK. 2003. Radiolussical
assessment of vertebra fracture. Oalam: Vertebral fracture initiative resource
document. part 2. P. 20 - 36.
4. Gray, J et all. 1997. Bone Densitometry as a Screening Toolfor Osteoporosis
in Postmenopausal
Women., http://www.health.state.mn.uslhtac/bone.htm.
November 5th, 2004
5. Hammond, Charles B. 1999. Climacteric. Oalam: Danforth's
gynecology. 8th Ed. Ch.43.
obstetric &
P.676-694.
6. Hansen P1. 1995. Clinical Gynecology. The Menopause. Dalam: Sciarra
obstetrics and gynecology. Rev. Ed. Vol 1. Ch 24. P. 5 - 17.
7. Khan,
Ali
Nawaz.
Osteoporosis,
2004.
http://www.emedicine.comlradio/topic503.htm.
involutional.
November 3fd, 2004.
8. Muharam. 2002. Osteoporosis. Oalam: Kursus penyegar & penambah ilmu
kedokteran. Lunch Symposium. Jakarta.
9. Nalamachu,
Srinivas
R.
2003.
http://www.emedicine.comlpmr/topic94.htm..
10. Pramudiyo, R. 1996. Osteoporosis.
Osteoporosis
(primary).,
November 1st, 2004.
Oalam: Buku ajar ilmu penyakit cialam
jilid 1. Edisi-Ill. Jakarta. Balai penerbit FKUl. P. 443, 672-673.
11. Rosen, HM., and Rosenblatt, M. 2000. Overview of the management of
osteoporosis.
12. Slipman,
http://www.medscope.com..
Curtis
W.
2003.
http://www.emedicine.comlpmr/topic95.htm.
November 8th, 2004.
Osteoporosis
(secondary).
November 1st, 2004.
13. Solomon L., et all. 2001. Apley's System of Orthopaedics and Fractures. 8th.
ed. New York. Oxford University Press Inc. P. 112 - 119.
45
46
14. Szule, Pand, Delmas. 2003. Osteoporosis
and related fracture. DaIam:
Vertebralfracture initiative research document. part 1. P. 3 - 10.
15. Tambayong,1. 1997. Histologi dasar. Edisi VIII. EGC. P. 136 - 141.
16. Vogler III, James B et aI. 1997. Osteoporosis. DaIam: Radiology on CD.
Lippincott-Raven Publisher. Vol 5. Ch. 58. P. 34-36