Proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG
BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI
Studi Pada Mahasiswa Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Dyah Ayu Perwitasari
ABSTRAK
ABST RAK
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengeksplorasi proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika
yang bekerja sebagai konselor adiksi. Selain itu, penelitian dilakukan untuk mengungkap faktor yang turut
memberikan pengaruh terhadap proses regulasi diri. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan
wawancara semi terstruktur. Subjek pada penelitian ini berjumlah dua orang yang memiliki profesi atau
pekerjaan sebagai konselor adiksi di sebuah panti rehabilitasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian kualitatif dengan metode Analisis Fenomenologis Interpretatif (AFI). Analisis data dilakukan dengan
analisis tematik sehingga dapat ditemukan tema-tema tertentu dan menemukan hubungan pada domain. Proses
validasi yang digunakan adalah kredibilitas dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
mekanisme kegagalan regulasi diri membuat individu mengalami ketergantungan terhadap narkotika. Kondisi
ketergantungan yang dialami juga memberikan kejenuhan dan menimbulkan keinginan untuk lepas dari
ketergantungan. Selanjutnya, proses rehabilitasi dilakukan sebagai intervensi atas perilaku adiksi yang dialami
individu. Adanya dampak negatif yang dirasakan serta adanya kebutuhan memberikan motivasi bagi subjek
untuk menetapkan suatu tujuan, yang mana tujuan tersebut merupakan unsur dari regulasi diri. Pasca
rehabilitasi, individu masih berjuang untuk mempertahankan kesembuhannya. Kekambuhan maupun kejatuhan
serta masih munculnya dorongan untuk kembali menggunakan menunjukkan bahwa regulasi diri diperlukan
selama rentang hidup mantan pecandu. Pekerjaan sebagai konselor adiksi digunakan sebagai proses monitoring
untuk mendukung kemampuan regulasi diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mantan pecandu telah
memiliki unsur-unsur regulasi diri, yaitu memiliki tujuan, adanya monitoring diri, dan operate. Faktor yang
memengaruhi proses regulasi diri pada kedua subjek adalah faktor ekologi mikrosistem dan efikasi diri.
Kata Kunci: regulasi diri, mantan pecandu narkotika, konselor adiksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A SELF-REGULATION PROCESS OF EX-NARCOTIC ADDICTS WHO WORK AS
ADDICTION COUNSELORS
Study in Psychology in Sanata Dharma University
Dyah Ayu Perwitasari
ABSTRACT
ABSTRA CT
The purpose of this study was to explore the process of self-regulation towards ex-narcotic addicts who worked
as addiction counselors. This research’s purpose was also to find out the factors that influenced the process of
self-regulation. Data were collected through semi-structured interviews. The subjects of this research were two
people who worked as addiction counselors in a rehabilitation clinic. Type of research was qualitative with
Interpretative Phenomenology Analysis (IPA) method. Data analysis was done by using thematic analysis to
find specific themes and the relations among domains. Data validation was done through credibility and
triangulation. The result showed there was a mechanism of self-regulation failure that made each individual got
addicted to narcotics. The condition of addiction also caused boredom and the willingness to be free from
addiction. Rehabilitation process was done to intervene the addiction behavior that experienced by each
individual. There was negative impact that was felt and there was a need to motivate each subject to make a
purpose which was an element of self-regulation. After rehabilitation, each individual was still struggling to
maintain their recovery. Relapse or downfall and urge back to narcotics showed that self-regulation was needed
for a lifetime period of each ex-addict. Their jobs as addiction counselors were used as monitoring process to
support their self-regulation. The result showed that ex-addicts already had the elements of self-regulation
which were having purpose, self-monitoring, and operating. The factors that affected the process of selfregulation to both subjects were microsytem ecology factor and self-effifacy.
Keywords: self-regulation, ex-narcotic addicts, addiction counselors
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA
YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI
HALAMAN JUDU L
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
HALAMAN JUDU L
Disusun Oleh:
Dyah Ayu Perwitasari
119114067
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN P ERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
2016
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PENGESAHAN
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
HALAMAN MOTTO
kepadaku”
“Refleksi adalah proses belajar yang paling indah”
“When you don’t give up, you can’t fail”
“Make a wish, take a chance, make a change, and breakaway”
“Live without limits”
“I wanna try everything, i wanna try even though I could fail”
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
My Dearest Savior, Jesus Christ
Orangtuaku, Papa dan Mama tercinta
Kakak-kakakku tersayang
My Love
Sahabat yang terkasih
Dan segenap pihak yang mendukung
HALAMAN PERSEM BAHAN
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA
YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI
Studi Pada Mahasiswa Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Dyah Ayu Perwitasari
ABSTRAK
ABST RAK
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengeksplorasi proses regulasi diri pada mantan pecandu
narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi. Selain itu, penelitian dilakukan untuk mengungkap
faktor yang turut memberikan pengaruh terhadap proses regulasi diri. Pengambilan data dilakukan
dengan cara melakukan wawancara semi terstruktur. Subjek pada penelitian ini berjumlah dua
orang yang memiliki profesi atau pekerjaan sebagai konselor adiksi di sebuah panti rehabilitasi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dengan metode Analisis
Fenomenologis Interpretatif (AFI). Analisis data dilakukan dengan analisis tematik sehingga dapat
ditemukan tema-tema tertentu dan menemukan hubungan pada domain. Proses validasi yang
digunakan adalah kredibilitas dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
mekanisme kegagalan regulasi diri membuat individu mengalami ketergantungan terhadap
narkotika. Kondisi ketergantungan yang dialami juga memberikan kejenuhan dan menimbulkan
keinginan untuk lepas dari ketergantungan. Selanjutnya, proses rehabilitasi dilakukan sebagai
intervensi atas perilaku adiksi yang dialami individu. Adanya dampak negatif yang dirasakan serta
adanya kebutuhan memberikan motivasi bagi subjek untuk menetapkan suatu tujuan, yang mana
tujuan tersebut merupakan unsur dari regulasi diri. Pasca rehabilitasi, individu masih berjuang
untuk mempertahankan kesembuhannya. Kekambuhan maupun kejatuhan serta masih munculnya
dorongan untuk kembali menggunakan menunjukkan bahwa regulasi diri diperlukan selama
rentang hidup mantan pecandu. Pekerjaan sebagai konselor adiksi digunakan sebagai proses
monitoring untuk mendukung kemampuan regulasi diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mantan pecandu telah memiliki unsur-unsur regulasi diri, yaitu memiliki tujuan, adanya
monitoring diri, dan operate. Faktor yang memengaruhi proses regulasi diri pada kedua subjek
adalah faktor ekologi mikrosistem dan efikasi diri.
Kata Kunci: regulasi diri, mantan pecandu narkotika, konselor adiksi
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A SELF-REGULATION PROCESS OF EX-NARCOTIC ADDICTS WHO
WORK AS ADDICTION COUNSELORS
Study in Psychology in Sanata Dharma University
Dyah Ayu Perwitasari
ABSTRACT
ABSTRA CT
The purpose of this study was to explore the process of self-regulation towards ex-narcotic addicts
who worked as addiction counselors. This research’s purpose was also to find out the factors that
influenced the process of self-regulation. Data were collected through semi-structured interviews.
The subjects of this research were two people who worked as addiction counselors in a
rehabilitation clinic. Type of research was qualitative with Interpretative Phenomenology Analysis
(IPA) method. Data analysis was done by using thematic analysis to find specific themes and the
relations among domains. Data validation was done through credibility and triangulation. The
result showed there was a mechanism of self-regulation failure that made each individual got
addicted to narcotics. The condition of addiction also caused boredom and the willingness to be
free from addiction. Rehabilitation process was done to intervene the addiction behavior that
experienced by each individual. There was negative impact that was felt and there was a need to
motivate each subject to make a purpose which was an element of self-regulation. After
rehabilitation, each individual was still struggling to maintain their recovery. Relapse or downfall
and urge back to narcotics showed that self-regulation was needed for a lifetime period of each
ex-addict. Their jobs as addiction counselors were used as monitoring process to support their
self-regulation. The result showed that ex-addicts already had the elements of self-regulation
which were having purpose, self-monitoring, and operating. The factors that affected the process
of self-regulation to both subjects were microsytem ecology factor and self-effifacy.
Keywords: self-regulation, ex-narcotic addicts, addiction counselors
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN
PUBLIKASI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya
sehingga penulis dapat melalui setiap proses dalam penulisan skripsi dengan baik.
Proses pembuatan skripsi ini tentu melewati berbagai perjumpaan dan pengalaman
yang mengesankan. Melalui penulisan skripsi ini, tidak hanya pengetahuan baru
yang didapatkan, tetapi juga nilai dan kesan tersendiri bagi penulis.
Mencoba mengenali dan memahami apa yang sebelumnya tidak pernah
diketahui oleh penulis menjadi suatu tantangan tersendiri, terutama dalam hal
memahami proses jatuh-bangun seorang mantan pecandu narkotika. Proses mental
yang luar biasa yang dialami oleh seorang mantan pecandu dapat menjadi proses
refleksi tersendiri bagi penulis. Proses mental yang luar biasa, terlebih perjuangan
untuk bertahan dan pulih dari adiksi yang dialaminya.
Membuka mata dan hati, itulah yang penulis refleksikan selama proses
penulisan skripsi. Belajar dari pengalaman orang lain merupakan proses belajar
yang melibatkan refleksi
bagi penulis. Bagaimana sebuah pengalaman dapat
menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang penting untuk dibagikan kepada sesama
sebagai proses pembelajaran dalam hidup.
Tak luput pula adanya dukungan dari orang-orang terkasih dan juga peran
sertanya dalam memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini. Juga adanya
peran dari berbagai pihak yang turut serta membantu untuk kelancaran proses
penulisan skripsi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.
Tuhan Yang Maha Esa, Yesus Kristus, yang kusebut sebagai Juru Selamat,
sumber penghiburan, harapan, dan kekuatan bagi penulis.
2.
Kedua orang tua saya, Papa Susamto Sanjaya dan Mama Erna Isvandari,
yang memberikan dukungan dan semangat, serta nasehat kepada penulis
selama proses mengerjakan skripsi. Sehat terus buat Papa dan Mama
3.
Ibu Sylvia Carolina M. Y. M., M.Si., yang telah mendampingi,
membimbing, dan mendukung penulis selama proses mengerjakan skripsi.
Terimakasih banyak Bu, telah menyediakan waktu (selain waktu
bimbingan) untuk curhat. Sukses buat karir maupun studi Ibu ya.
4.
Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi yang
telah memberi ijin untuk mengikuti ujian skripsi.
5.
Kedua penguji yang baik hati, Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Dr. YB. Cahya
Widiyanto, M.Si., terimakasih atas saran, kritik, maupun masukan bagi
penulis untuk memberikan hasil penelitian yang lebih baik.
6.
Bro Eko dan Sis Lely, yang sudah membantu kelancaran skripsi dan
bersedia memberikan masukan dan informasi mengenai dunia adiksi. Sehat
selalu dan sukses buat kalian semua, aku mengasihi kalian
7.
Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang
turut memberikan dukungan hingga akhir proses mengerjakan skripsi.
8.
Panti Sosial Parmadi Putra, yang secara hangat dan terbuka memberikan
bantuan dan kelancaran dalam bentuk memberikan ijin penelitian.
9.
Ibu Monica Eviandaru M., yang telah membantu memberikan gambaran dan
pengarahan pada awal proses penulisan skripsi. Sukses untuk Ibu.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10.
Seluruh karyawan Fakultas Psikologi (Bu Nanik, Mas Gandung, dan Mas
Muji) yang selalu memberikan keramahan dan bantuan dalam hal
administrasi.
11.
Kedua kakak saya, Angelia Nirmalasari dan Ervanto Agung Sanjaya yang
telah memberikan semangat kepada penulis.
12.
Simon Yuarto, si “bawel” yang selalu memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis selama proses mengerjakan skripsi. I love you, darl.
13.
Teman-teman Teater Garis Aletheia, untuk Mba Ninit, Kak Yuni, Mba
Brenda, Indri, Grace, Cindy, dan Pak Wandy. Terimakasih atas doa dan
dukungan yang selalu diberikan kepada penulis. Tuhan memberkati
14.
Kepada Mas Putu, Mas Aga, Mba Melati, Mba Herlina, Sawilda, Bella,
Raysa Rere, Anita, Tuti, dan seluruh teman-teman Komunitas Debat,
terimakasih atas semangat dan dukungan yang kalian berikan.
15.
Serta kepada seluruh teman dan pihak lain yang turut mengisi hari-hariku,
yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis menerima segala bentuk kritik atau masukan. Semoga penelitian ini
dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat membuka hati
untuk mendukung proses pemulihan pada mantan pecandu narkotika.
Yogyakarta
Penulis,
Dyah Ayu Perwitasari
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
1.
Manfaat Teoritis ................................................................................... 9
2.
Manfaat Praktis .................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 11
A. Regulasi Diri .............................................................................................. 11
1.
Pengertian Regulasi Diri .................................................................... 11
2.
Unsur-unsur dalam Regulasi Diri ....................................................... 13
3.
Pola-pola Umum dan Mekanisme Kegagalan Regulasi Diri ............. 16
B. NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya) .................... 27
1.
Pengertian NAPZA ............................................................................ 27
2.
Jenis-Jenis Penggolongan NAPZA .................................................... 28
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.
Efek yang Ditimbulkan oleh NAPZA ................................................ 29
C. Gangguan yang Berkaitan dengan Penggunaan Zat................................... 31
1.
Penggolongan Gangguan yang Berkaitan dengan Zat ....................... 31
2.
Istilah Pengguna, Penyalah guna, dan Ketergantungan ..................... 32
3.
Tahapan Ketergantungan.................................................................... 33
4.
Karakteristik Ketergantungan ............................................................ 34
D. Siklus Kekambuhan ................................................................................... 35
1.
Pengertian Kekambuhan (relapse) ..................................................... 35
2.
Tahapan Relapse (kekambuhan) ........................................................ 36
3.
Pemicu Terjadinya Kekambuhan (Relapse) ....................................... 38
4.
Tahapan Recovery (Kesembuhan) ...................................................... 40
E. Model Ekologi pada Perkembangan Manusia............................................ 43
F.
Self Efficacy ................................................................................................ 44
G. Dinamika Regulasi Diri pada Mantan Pecandu Narkotika ........................ 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 51
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 51
B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 52
C. Subjek Penelitian........................................................................................ 52
1.
Teknik Pemilihan Subjek ................................................................... 52
2.
Karakteristik Subjek ........................................................................... 53
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 53
E. Metode Analisis Data ................................................................................. 56
F.
Keabsahan Data .......................................................................................... 59
1.
Kredibilitas ......................................................................................... 59
2.
Triangulasi .......................................................................................... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 62
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 62
1.
Persiapan Penelitian dan Perijinan ..................................................... 62
2.
Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 64
B. Subjek Penelitian........................................................................................ 65
1.
Demografi Subjek .............................................................................. 65
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.
Latar Belakang Subjek ....................................................................... 65
C. Analisis Data Penelitian ............................................................................. 73
1.
Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Oleh Subjek ......................... 73
2.
Kondisi Subjek Saat Menjadi Pecandu .............................................. 77
3.
Awal dari Proses Regulasi Diri .......................................................... 81
4. Bentuk dan Upaya Regulasi Diri Pasca Rehabilitasi ............................ 88
D. Pembahasan .............................................................................................. 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 123
A. Kesimpulan .............................................................................................. 123
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 124
C. Saran ......................................................................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 127
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir....................................................................50
Gambar 2. Skema Perjalanan Menuju Adiksi......................................................107
Gambar 3. Skema Menuju Proses Kesembuhan..................................................122
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pedoman Wawancara.......................................................................... 54
Tabel 2. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................64
Tabel 3. Demografi Subjek.................................................................................65
Tabel 4. Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Subjek....................................73
Tabel 5. Kondisi Saat Menjadi Pecandu............................................................78
Tabel 6. Awal Proses Regulasi Diri....................................................................81
Tabel 7. Bentuk dan Upaya Regulasi Diri..........................................................89
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Informed Consent..............................................................................................134
Surat Persetujuan Wawancara Subjek 1............................................................135
Surat Persetujuan Wawancara Subjek 2............................................................136
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Fakultas (bulan Oktober 2015).............137
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Fakultas (bulan Januari 2016)...............138
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Gubernur (bulan Oktober 2015)............139
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Gubernur (bulan Januari 2016).............140
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Dinas Sosial (bulan Oktober 2015).......141
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Dinas Sosial (bulan Januari 2016)........142
Transkrip Wawancara Subjek 1.........................................................................143
Transkrip Wawancara Subjek 2.........................................................................206
Lampiran Member Checking Subjek 1..............................................................255
Lampiran Member Checking Subjek 2..............................................................260
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
A Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang sering muncul di dalam kehidupan
masyarakat
hingga
saat
ini
adalah
terkait
penyalahgunaan
dan
ketergantungan obat-obatan terlarang/ narkotika. Narkotika (Sulistami,
Yulia, & Tegawati, 2013) merupakan zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Jumlah penyalahguna dan pecandu narkotika di Indonesia terus
mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Menurut data penelitian
Badan Narkotika Nasional (BNN) diprediksi angka prevalensi penyalahguna
narkoba
mencapai
5,1
juta
orang
di
tahun
2015
(http://portalindonesianews.com/posts/view/1626/tahun_2015_jumlah_peng
guna_narkoba_di_indonesia_capai_5_juta_orangdiakses tanggal 29 Mei
2015).
Penyalahgunaan narkotika dapat terjadi pada berbagai rentang usia.
Akan tetapi, secara umum lebih banyak terjadi di kalangan remaja hingga
dewasa awal. Tercatat oleh Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI, 2014), sepanjang tahun 2008 hingga 2012 tercatat bahwa
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tersangka narkoba pada rentang usia 16 hingga 19 tahun mencapai 2.016
kasus, sedangkan untuk rentang usia 20 hingga 24 tahun tercatat setidaknya
terdapat 5.478 kasus. Sebanyak 22 persen pengguna narkoba di Indonesia
berasal dari kalangan pelajar. Jumlah tersebut menempati urutan kedua
terbanyak setelah pekerja yang menggunakan narkoba. Akan tetapi, 70
persen pengguna di kalangan pekerja tersebut merupakan pemakai lanjutan.
Artinya, sejak menjadi pelajar mereka sudah menggunakan narkoba.
(http://nasional.sindonews.com/read/773842/15/22-persen-penggunanarkoba-adalah-pelajar-1377080228 diakses pada tanggal 29 Mei 2015).
DSM-IV TR (dalam Nevid, Rathus, & Grenee, 2005) menggunakan
istilah penyalahgunaan zat dan adiksi zat untuk menggolongkan orangorang yang penggunaan zatnya merusak fungsi mereka. Penyalahgunaan zat
melibatkan pola penggunaan berulang yang menghasilkan konsekuensi yang
merusak. Penyalahgunaan zat yang berlangsung dalam periode waktu yang
panjang atau meningkat menimbulkan adiksi pada zat. Adiksi merupakan
penggunaan habitual dan kompulsif yang diiringi dengan adanya
ketergantungan fisiologis dan psikologis. Ketergantungan fisiologis berarti
tubuh telah berubah sedemikian rupa akibat penggunaan secara teratur
sehingga tubuh menjadi tergantung pada pasokan zat yang stabil.
Ketergantungan psikologis ditandai dengan penggunaan secara kompulsif
untuk memenuhi kebutuhan psikologis (Nevid dkk., 2005).
Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi individu terlibat dalam
penyalahgunaan narkotika. Faktor-faktor tersebut antara lain keingintahuan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
keinginan diterima di suatu kelompok, pengaruh teman sebaya, adanya
masalah keluarga, dan masih banyak faktor penyebab lainnya (Rahmadona
& Agustin, 2014; Tambunan, Sahar, & Hastono, 2008). Cooper
menambahkan, adanya afek negatif yang dialami menjadi motivasi bagi
individu untuk menggunakan narkotika sebagai mekanisme penyelesaian
masalah (dalam Crockett, Raffaelli, & Shen, 2006).
Baumeister dan Heatherton (1996) mengungkapkan bahwa masalah
ketergantungan muncul sebagai akibat individu tidak memiliki disiplin dan
kontrol atas dirinya sendiri. Adanya kontrol diri yang tinggi direlasikan
dengan penyesuaian diri yang baik, kurangnya psikopatologi, relasi yang
sehat, meningkatnya kemampuan sosial, dan sedikit memiliki masalah
perilaku
kecanduan
seperti
merokok
dan
penyalahgunaan
obat
(Baumgardner & Crothers, 2009).
Kegagalan regulasi diri (tidak adanya disiplin dan kontrol diri) dinilai
sebagai masalah dasar yang telah meluas di kehidupan masyarakat
(Baumeister & Heatherton, 1996). Regulasi diri (merupakan pertukaran dari
kontrol diri) dinilai sebagai kekuatan manusia untuk merespon secara efektif
terhadap kejadian buruk yang dialami oleh individu (Lopez, 2008). Regulasi
diri juga dinilai sebagai kekuatan untuk mengontrol emosi, pikiran, dan
perilaku pada diri individu (Baumeister, Tice, & Heatherton, 1994).
Penelitian sebelumnya menunjukkan manfaat dari regulasi diri seperti
mengalami masalah emosi yang lebih sedikit, mampu mengontrol perilaku
impulsif, dan melakukan perilaku yang diterima oleh masyarakat. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
adanya kemampuan dari regulasi diri mampu melindungi individu dari
perilaku berisiko seperti penyalahgunaan narkotika (Abolghasemi & Rajabi,
2013; Bakhshani & Hosseinbor, 2013).
Banyak peneliti yang menemukan adanya keterkaitan antara
rendahnya kemampuan regulasi diri dengan perilaku merokok, mabuk, dan
penyalahgunaan narkotika (Bukhtawer, Muhammad, & Iqbal, 2014).
Sayangnya, beberapa penelitian lebih berfokus pada kegagalan regulasi diri
dibandingkan dengan bagaimana proses regulasi diri dapat terbentuk
(Baumeister & Heatherton, 1996; Heatherton & Wagner, 2011).
Pecandu narkotika tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk
mengontrol dirinya. Hal itu terjadi karena pecandu terikat dengan
penyalahgunaan untuk menanggulangi sensasi yang tidak menyenangkan
atau untuk mengurangi emosi negatif (Abolghasemi & Rajabi, 2013). Untuk
itu, rehabilitasi merupakan solusi intervensi bagi individu yang terlibat
penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika. Proses rehabilitasi tentunya
beragam dengan tujuan yang sama yaitu untuk mengubah perilaku adiksi
pada pecandu agar tidak mengalami kekambuhan. Akan tetapi, fakta
menunjukkan banyak pecandu yang telah menjalani proses rehabilitasi
mengalami kekambuhan (relapse) dan kembali lagi menjalani rehabilitasi.
Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan tingkat kekambuhan
(relapse) mantan pecandu narkoba di Indonesia tinggi. Dari sekitar 6.000
pecandu yang ikut menjalani rehabilitasi per tahunnya, sekitar 40 persen
akhirnya kembali lagi menjadi pecandu (http://lampost.co/berita/tingkat-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kekambuhan-pecandu-narkoba-tinggi diakses pada tanggal 19 Februari
2016). Relapse atau kekambuhan berarti individu secara utuh kembali pada
pola adiksinya atau kembali pada penyimpangan perilakunya (Jiloha, 2011).
Relapse dipandang sebagai tantangan dalam setiap treatment penyimpangan
perilaku (Ibrahim & Kumar, 2009) dan merupakan masalah terbesar bagi
pecandu dalam mempertahankan kesembuhannya (Bhandari, Dahal, &
Neupane, 2015).
Dalam perspektif biologis, adiksi merupakan penyakit kronis yang
disertai dengan perubahan fungsi otak. Adiksi dalam jangka waktu yang
lama dapat mengurangi jumlah reseptor pada neuron penerima di mana
dopamin berada. Akibatnya, kemampuan otak menjadi menurun untuk
memproduksi dopamin sendiri. Perubahan pada sistem dopamin dapat
menjelaskan adanya rasa ketagihan yang kuat dan munculnya kecemasan
saat individu mengalami gejala putus zat (Nevid dkk., 2005). Adiksi
merupakan penyakit otak (brain disease) yang memiliki konsekuensi secara
biokimia maupun psikososial. Adiksi dikatakan sebagai sesuatu yang kronis,
bahkan terkadang disertai kekambuhan otak (brain relapsing) dengan
perilaku kompulsif seperti mencari narkoba walaupun mengetahui
konsekuensi negatifnya (Jiloha, 2011). Uraian tersebut memperlihatkan
adanya kesulitan bagi individu dengan ketergantungan kimia dalam
mempertahankan abstinensi (Nevid dkk., 2005).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, relapse
sebagian besar terjadi karena individu tidak mampu mengelola dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mengontrol emosi (Ibrahim & Kumar, 2009). Pasca rehabilitasi, individu
mengalami ketidakstabilan emosi, rasa mengidam, ego yang lemah, dan
adanya emosi negatif. Selain itu, individu menggunakan coping yang tidak
efektif untuk mengatasi emosi negatif. Tekanan hidup juga menjadi
penyebab relapse pada pecandu karena mampu menurunkan kontrol diri dan
menghasilkan coping yang negatif untuk mengatasi tekanan (Matoo,
Chakrabarti, & Anjaiah, 2009; Sinha, 2001; Syuhada, 2015). Dari hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa relapse terjadi karena individu masih
lemah dalam meregulasi dirinya, yaitu individu masih memiliki masalah
yang berkaitan dengan emosi (Bukhtawer dkk., 2014; Hammerbacher &
Lyvers, 2005; Hurriyati, 2010; Rosyidah & Nurdibyanandaru, 2010).
Sayangnya, bagaimana proses regulasi diri pada mantan pecandu tidak
diungkap oleh penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian sebelumnya,
penting untuk meneliti bagaimana peran regulasi diri untuk menjaga kondisi
abstinen terhadap narkotika (Bukhtawer dkk., 2014).
Salah satu kisah dari mantan pecandu yang bernama Gibon dapat
menjadi suatu bukti bahwa setelah menjalani rehabilitasi sekalipun, individu
masih mengalami dorongan-dorongan berupa keinginan untuk kembali
menggunakan
(http://www.kompasiana.com/rahab/kisah-nyata-suara-hati-
mantan-pecandu-narkoba_54f75c6ca33311f9368b460b diakses pada tanggal
12 Juli 2016). Apabila Gibon tidak mampu memelihara emosi, maka
kecenderungan untuk kembali menggunakan akan ada. Tentu saja
diperlukan kemampuan regulasi diri untuk mengontrol emosi agar mantan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pecandu tidak kembali menggunakan narkotika. Berdasarkan hal inilah
peneliti ingin mengeksplorasi bagaimana regulasi diri pada mantan pecandu
narkotika yang memiliki keinginan untuk menjaga kondisi abstinen.
Fitri Syarifah menuliskan, rasa kecanduan yang diciptakan oleh
narkotika ternyata disimpan baik di dalam memori/ ingatan sebagai sesuatu
yang menyenangkan. Memori muncul kembali ketika mantan pecandu
mengalami situasi yang tidak menyenangkan. Mantan pengguna narkoba
mengalami kesulitan mengendalikan keinginannya mengonsumsi narkoba
sampai
kapanpun
bila
tidak
didukung
lingkungan
yang
baik
(http://health.liputan6.com/read/2065201/mantan-pecandu-narkoba-tak-bisasembuh-selamanya diakses pada tanggal 19 Februari 2016).
Tidak hanya mengenai kemampuan regulasi diri, faktor lingkungan
juga turut membantu dalam mempertahankan kesembuhan bagi mantan
pecandu narkotika. Faktor lingkungan dapat berupa dukungan dari keluarga
maupun dari significant other. Dukungan yang tidak konsisten memberikan
peluang bagi mantan pecandu narkotika untuk kembali kambuh (Aztri &
Milla, 2013; Bhandari dkk., 2015; Hammerbacher & Lyvers, 2005;
Hurriyati, 2010; Ismail, 2015). Dukungan dari keluarga maupun significant
other memiliki efek yang tinggi terhadap regulasi diri. Keluarga dan
significant other dapat menjadi prediksi pada regulasi diri. Individu yang
menerima dukungan dari keluarga dan significant other lebih memiliki
usaha untuk mencapai target dan memiliki coping yang lebih baik untuk
masalah hidup (Tariqi & Tamini, 2014). Faktor eksternal pada regulasi diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
(sebagai contoh faktor lingkungan) memengaruhi regulasi diri dengan
menyediakan cara untuk mendapatkan penguatan (Feist & Feist, 2010).
Faktor lain yang turut memberikan pengaruh adalah terkait adanya
efikasi diri. Efikasi diri berperan untuk memperkuat keyakinan dalam usaha
mempertahankan kesembuhan bagi mantan pecandu narkotika (Aztri &
Milla, 2013; Dennis & Scott, 2007; Mattoo dkk., 2009; Syuhada, 2015).
Efikasi diri berguna sebagai motivasi dalam upaya individu meregulasi
dirinya (Bandura, 1999; Clark, 2011). Berdasarkan uraian tersebut, regulasi
diri juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti efikasi diri dan faktor
lingkungan. Inilah yang menjadikan proses regulasi diri menjadi suatu hal
yang kompleks dan saling memberikan pengaruh.
Upaya mantan pecandu untuk mempertahankan recovery tentunya
beragam. Hal yang dilakukan oleh Gibon adalah mendalami dunia adiksi
dengan cara belajar menjadi konselor. Menurut Gibon, dengan menjadi
konselor, dirinya dapat membantu orang lain sekaligus membantu dirinya
sebagai pengingat melalui program training yang ia lakukan. Gibon juga
mengungkapkan bahwa peran keluarga juga dirasa sangat besar bagi dirinya
(http://www.kompasiana.com/rahab/kisah-nyata-suara-hati-mantanpecandu-narkoba_54f75c6ca33311f9368b460b diakses pada tanggal 12 Juli
2016). Oleh karena itu, peneliti ingin mengeksplorasi proses regulasi diri
pada mantan pecandu narkotika dan ingin mengetahui bagaimana pengaruh
faktor lain terhadap proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
B.
Pertanyaan Penelitian
B Pertany aan Penelitian
1. Bagaimanakah proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika yang
bekerja sebagai konselor adiksi?
2. Bagaimanakah pengaruh dari faktor lain dalam proses regulasi diri?
C.
Tujuan Penelitian C Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi proses regulasi diri pada
mantan pecandu narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana pengaruh dari
faktor lain dalam proses regulasi diri.
D.
Manfaat Penelitian D Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pengetahuan dalam ilmu Psikologi mengenai
proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika. Selain itu,
penelitian ini juga memberikan sumbangan pengetahuan berupa
bagaimana pengaruh dari faktor lain terhadap proses regulasi diri pada
mantan pecandu narkotika.
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi Mantan Pecandu Narkotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan
bagi mantan pecandu narkotika dalam upaya meregulasi dirinya
agar tidak kembali menggunakan narkotika pasca rehabilitasi.
b. Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan
dan kesadaran bagi keluarga mantan pecandu narkotika untuk
senantiasa memberikan dukungan sebagai upaya membantu
mempertahankan kemampuan regulasi diri pada mantan pecandu
narkotika.
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kesadaran bagi
masyarakat untuk memberikan dukungan berupa penerimaan
sebagai upaya mempertahankan kesembuhan dari mantan pecandu
narkotika.
d. Bagi Dinas Sosial/ Panti Rehabilitasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak Dinas Sosial
maupun Panti Rehabilitasi untuk memberikan penguatan terhadap
kemampuan regulasi diri. Selain itu, penelitian ini diharapkan
mampu memberikan sumbangan berupa pentingnya kemampuan
regulasi diri sehingga pihak Dinas Sosial atau Panti Rehabilitasi
dapat memberikan treatment yang mendukung proses regulasi diri
pada
residen
pecandu
maupun
penyalahguna
narkotika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Regulasi Diri
A Regulasi D iri
1. Pengertian Regulasi Diri
Regulasi diri merupakan kemampuan untuk meregulasi atau
mengubah perhatian, perasaan, dan perilaku yang disesuaikan dengan
tuntutan internal dan eksternal dalam mencapai tujuan yang lebih tinggi
(dalam
Crockett
dkk.,
2006;
Ridder
&
Wit,
2006).
Karolyi
mengungkapkan bahwa regulasi diri dan kontrol diri mengarah pada
kemampuan seseorang untuk memulai dan memandu tindakan mereka
dalam mencapai suatu tujuan di masa depan (dalam Baumgardner &
Crothers, 2009).
Regulasi diri mengarah pada usaha yang dilakukan oleh manusia
untuk mengubah sebuah reaksi/ respon/ dorongan. Respon/ reaksi/
dorongan yang dimaksud dapat meliputi tindakan, pikiran, perasaan,
keinginan, dan perbuatan (Baumeister dkk., 1994). Regulasi diri
(merupakan pertukaran dari kontrol diri) menunjukkan pada kemampuan
seseorang untuk mengubah dirinya sendiri (Lopez, 2008). Esensi dasar
dari regulasi diri adalah mengesampingkan (overriding) respon/
dorongan. Konsep mengesampingkan meliputi memulai, menghentikan,
mencegah atau mengubah runtutan kejadian akibat suatu respon/
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dorongan. Bentuk dasar dari mengesampingkan adalah menghentikan
rangkaian dari suatu respon.
Baumeister (dalam Lopez, 2008) mengidentifikasi bahwa kontrol
diri dipelajari melalui empat domain antara lain kontrol dorongan,
mengontrol pikiran, meregulasi mood atau emosi, dan mengontrol
keseluruhan proses yang menunjukkan kualitas performansi seseorang
(performance management). Hal utama dalam regulasi diri adalah
menghentikan dorongan yang tidak sehat.
Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa regulasi diri
memiliki dua fitur/ kekayaan umum yaitu: 1) regulasi diri sebagai sistem
motivasional yang dinamis dalam membuat tujuan (setting goals),
meningkatkan dan menetapkan strategi untuk meraih tujuan, menilai
perkembangan/ progres, dan meninjau ulang tujuan dan strategi yang
telah diterapkan. 2) regulasi diri berfokus pada
mengelola respon/
dorongan emosi (emotional responses), yang mana terlihat sebagai
elemen penting dalam sistem motivasi, dan dipahami sebagai hal
kompleks dalam kaitannya dengan proses kognisi (Ridder & Wit, 2006).
Di sisi lain, Baumeister dan Heatherton (1996) membedakan
kegagalan regulasi diri menjadi dua, yaitu underregulation dan
misregulation. Underregulation berarti memiliki kegagalan dalam
menggunakan kontrol diri atau individu tidak mampu mengelola kontrol
dirinya. Underregulation (regulasi lemah) berarti seseorang tidak cukup
memiliki kekuatan untuk mengendalikan pikiran, perasaan, dan dorongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
yang tidak diinginkan. Misregulation berarti individu melibatkan kontrol
dengan cara yang salah atau tidak produktif sehingga hasil yang
diinginkan tidak tercapai.
2. Unsur-unsur dalam Regulasi Diri
Baumeister dan Heatherton (1996) memberikan penjelasan
mengenai tiga komponen/ unsur dalam regulasi diri. Komponen dalam
regulasi ini dapat menjadi penentu keberhasilan regulasi diri pada
individu. Komponen regulasi diri digunakan untuk menjelaskan
mengenai fitur regulasi diri sebagai sistem motivasional yang dinamis
dalam membuat (setting goals) tujuan, meningkatkan dan menetapkan
strategi untuk meraih tujuan, menilai perkembangan/ progres, dan
meninjau ulang tujuan dan strategi yang telah diterapkan. Berikut adalah
tiga komponen dalam regulasi diri:
a. Standar atau ukuran
Standar atau ukuran merupakan tujuan atau konsep lainnya yang
mungkin untuk dicapai oleh individu. Standar atau ukuran dapat
berupa norma sosial, tujuan personal, harapan mengenai orang lain,
dan sebagainya (Baumeister dkk., 1994).
Bandura, Schunk, dan Zimmerman (dalam King,
2010)
memaparkan bahwa tujuan yang spesifik, berjangka pendek, dan
menantang dapat meningkatkan keberhasilan regulasi diri pada
individu. Anderman dan Wolters (dalam King, 2010) mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
bahwa tujuan yang menantang akan melibatkan minat dan usaha pada
individu dibandingkan dengan tujuan yang mudah dicapai.
Tujuan dibuat dengan adanya ukuran yang jelas dan konsisten.
Tanpa adanya ukuran yang jelas dan konsisten, maka regulasi diri
akan terganggu. Selain itu, standar/ ukuran yang bertentangan dan
mengandung konflik dapat menghambat regulasi diri yang efektif
(Baumeister & Heatherton, 1996). Tujuan yang baik merupakan suatu
tujuan yang dibuat oleh individu mengenai apa yang ingin dicapai,
bukan dihindari. Penelitian yang dilakukan oleh Elliot dan Sheldon
(dalam King, 2010) memperoleh penemuan bahwa tujuan yang dibuat
untuk menghindari sesuatu diasosiasikan dengan kinerja dan stress
yang buruk.
b. Pemantauan (monitoring)
Proses monitoring pada individu melibatkan respon timbal balik,
yaitu membandingkan kondisi nyata yang ada dalam diri individu
dengan standar atau ukuran yang dibuat. Kesuksesan regulasi diri
dapat diraih apabila seseorang tetap berada pada jalan yang telah
dibuat/ berada pada trek (Baumeister & Heatherton, 1996). Seseorang
dapat meregulasi dirinya dengan sukses apabila dirinya tetap memiliki
atensi terhadap apa yang mereka lakukan dalam mengejar suatu tujuan
atau menambah pengetahuan mereka mengenai respon/ keinginan/
dorongan yang mereka miliki (Baumeister dkk., 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan kegagalan regulasi
diri
karena
mengurangi
atensi
sehingga
seseorang
memiliki
kekurangan dalam memonitoring dirinya sendiri. Kegagalan dalam
menilai kelebihan diri sendiri (atau underestimasi kemampuan) juga
dapat menjadi penghalang dalam mencapai tujuan dan menghambat
regulasi diri (Baumeister & Heatherton, 1996).
c. Menjalankan (operate)
Menjalankan (operate) menunjuk kepada kemampuan seseorang
mengubah keadaan saat ini untuk mencapai tujuan. Regulasi diri dapat
gagal walaupun seseorang memiliki tujuan yang jelas dan pemantauan
yang efektif, hanya dikarenakan tidak mampu beradaptasi dengan
perubahan. Beradaptasi dapat berarti individu menyesuaikan diri
dengan
lingkungan
atau
individu
mengubah
lingkungannya
(Baumeister & Heatherton, 1996).
Tujuan dari menjalankan (operate) ini adalah menghasilkan
perubahan terhadap dorongan/ keinginan ataupun respon. Regulasi diri
berarti dapat mengesampingkan suatu respon yang terjadi secara
normal, natural, atau karena kebiasaan (Baumeister dkk., 1994).
Regulasi diri merupakan proses kontrol yang menolak
konsekuensi dari impuls/ dorongan. Misalnya, seseorang mencoba
mengurangi kebiasaan mabuknya akan terlihat menolak mengonsumsi
alkohol sehingga mencegahnya untuk mabuk (Baumeister &
Heatherton, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
3. Pola-pola Umum dan Mekanisme Kegagalan Regulasi Diri
Dasar dari regulasi diri adalah memiliki standar, memantau diri
sendiri untuk mencapai standar, dan mengubah respon agar individu
dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap standarnya. Kegagalan
regulasi diri dapat terjadi pada dasar-dasar tersebut. Kegagalan regulasi
diri juga dapat terjadi akibat individu tidak mampu mengesampingkan,
menghentikan, maupun mengatasi dorongan. Berikut adalah pola umum
kegagalan regulasi diri (Baumeister dkk., 1994):
a. Konflik pada standar/ tujuan (conflicting standards)
Menurut Karoly (dalam Baumeister dkk., 1994), kegagalan regulasi
dapat terjadi ketika seseorang tidak memiliki standar/ tujuan yang
mana standar/ tujuan tersebut yang menjadi dasar dari regulasi diri.
Secara umum, masalah yang dialami oleh individu adalah ketika
dirinya memiliki beberapa tujuan yang tidak konsisten, bertentangan,
atau tidak cocok.
Ketika seseorang memiliki beberapa standar/ tujuan ataupun
memiliki tujuan yang saling bertentangan, mereka menjadi tidak
mampu mengelola dirinya sendiri secara efektif. Hamlet, Emmons,
dan King menunjukkan bahwa adanya tujuan yang saling bertentangan
memunculkan kecenderungan seseorang untuk lebih banyak merenung
dibandingkan bertindak, sehingga orang tersebut tidak memiliki
progres untuk mencapai salah satu dari tujuannya. Van Hook dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Higgins menunjukkan bahwa tujuan yang tidak spesifik dan memiliki
konflik dalam mengarahkan diri membuat seseorang menjadi kacau,
bimbang, memiliki respon yang menentang, kebingungan akan
identitasnya, dan memiliki distres emosi (dalam Baumeister dkk.,
1994).
b. Reduksi pada monitoring (reduction of monitoring)
Kegagalan regulasi diri dapat terjadi ketika seseorang bertindak
curang saat memantau/ memonitoring dirinya dalam mencapai suatu
tujuan. Regulasi diri yang efektif melibatkan adanya evaluasi
mengenai diri dan tindakan secara berkala terkait dengan tujuan dan
melihat bagaimana untuk meningkatkannya.
Sikap/ perilaku yang konsisten juga kerap dikaitkan dengan
kemampuan seseorang untuk memonitor dirinya sendiri. Memiliki
sikap yang konsisten membuat individu dapat berfokus untuk
mengevaluasi dirinya dan berada pada trek yang dibuatnya untuk
mencapai suatu tujuan.
Deindividuasi juga dikaitkan dengan isu dari monitoring.
Deindividuasi berarti kehilangan kesadaran diri (self-awareness) dan
kurangnya/ hilangnya evaluasi diri
(evaluation apprehension)
terutama saat seseorang merasa direndam dalam suatu kumpulan
orang-orang. Deindividuasi diasosiasikan dengan beberapa tindakan
kekerasan dan tindakan yang berbahaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Hull
mengungkapkan
bahwa
mengonsumsi
alkohol
dapat
mengurangi kesadaran diri dengan cara mereduksi proses kognisi yang
berkaitan dengan diri. Akibatnya, individu kehilangan kapasitas untuk
berpikir mengenai diri mereka sendiri, tidak mampu mengevaluasi
diri, tidak membandingkan dirinya sendiri dengan tujuan/ standar
personal, dan memiliki dampak dari kejadian saat ini untuk masa
depan mereka (dalam Baumeister dkk., 1994).
c. Regulasi Diri: Kekuatan yang Terbatas (Limited Source)
Kegagalan regulasi diri terjadi ketika seseorang tidak cukup
memiliki kekuatan akan suatu tugas. Regulasi diri melibatkan
perlawanan antara kekuatan dari dorongan dan gangguan untuk
beraksi dengan kekuatan dari mekanisme regulasi diri untuk
menginterupsi respon tersebut dan mencegah aksi yang diakibatkan
dari gangguan tersebut.
Pada bahasan ini lebih relevan dengan unsur regulasi diri, yaitu
kemampuan untuk menyesuaikan dengan standar/ tujuan. Kegagalan
regulasi
diri
dapat
terjadi
ketika
seseorang
tidak
dapat
mengesampingkan responnya dan tidak mampu membawanya tetap
berada pada keinginan/ tujuannya. Baumeister dan Heatherton (1996)
mengungkapkan bahwa setiap dorongan dan motivasi memiliki
kekuatan yang bervariasi. Jika dorongan memiliki kekuatan yang
besar, maka seseorang harus memiliki kekuatan yang lebih besar
untuk menahan atau mengontrol dorongan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Asal dari “kekuatan” yang dibutuhkan agar regulasi diri berhasil
dengan melibatkan self-stopping. Self-stopping meliba
PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA YANG
BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI
Studi Pada Mahasiswa Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Dyah Ayu Perwitasari
ABSTRAK
ABST RAK
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengeksplorasi proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika
yang bekerja sebagai konselor adiksi. Selain itu, penelitian dilakukan untuk mengungkap faktor yang turut
memberikan pengaruh terhadap proses regulasi diri. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan
wawancara semi terstruktur. Subjek pada penelitian ini berjumlah dua orang yang memiliki profesi atau
pekerjaan sebagai konselor adiksi di sebuah panti rehabilitasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian kualitatif dengan metode Analisis Fenomenologis Interpretatif (AFI). Analisis data dilakukan dengan
analisis tematik sehingga dapat ditemukan tema-tema tertentu dan menemukan hubungan pada domain. Proses
validasi yang digunakan adalah kredibilitas dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
mekanisme kegagalan regulasi diri membuat individu mengalami ketergantungan terhadap narkotika. Kondisi
ketergantungan yang dialami juga memberikan kejenuhan dan menimbulkan keinginan untuk lepas dari
ketergantungan. Selanjutnya, proses rehabilitasi dilakukan sebagai intervensi atas perilaku adiksi yang dialami
individu. Adanya dampak negatif yang dirasakan serta adanya kebutuhan memberikan motivasi bagi subjek
untuk menetapkan suatu tujuan, yang mana tujuan tersebut merupakan unsur dari regulasi diri. Pasca
rehabilitasi, individu masih berjuang untuk mempertahankan kesembuhannya. Kekambuhan maupun kejatuhan
serta masih munculnya dorongan untuk kembali menggunakan menunjukkan bahwa regulasi diri diperlukan
selama rentang hidup mantan pecandu. Pekerjaan sebagai konselor adiksi digunakan sebagai proses monitoring
untuk mendukung kemampuan regulasi diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mantan pecandu telah
memiliki unsur-unsur regulasi diri, yaitu memiliki tujuan, adanya monitoring diri, dan operate. Faktor yang
memengaruhi proses regulasi diri pada kedua subjek adalah faktor ekologi mikrosistem dan efikasi diri.
Kata Kunci: regulasi diri, mantan pecandu narkotika, konselor adiksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A SELF-REGULATION PROCESS OF EX-NARCOTIC ADDICTS WHO WORK AS
ADDICTION COUNSELORS
Study in Psychology in Sanata Dharma University
Dyah Ayu Perwitasari
ABSTRACT
ABSTRA CT
The purpose of this study was to explore the process of self-regulation towards ex-narcotic addicts who worked
as addiction counselors. This research’s purpose was also to find out the factors that influenced the process of
self-regulation. Data were collected through semi-structured interviews. The subjects of this research were two
people who worked as addiction counselors in a rehabilitation clinic. Type of research was qualitative with
Interpretative Phenomenology Analysis (IPA) method. Data analysis was done by using thematic analysis to
find specific themes and the relations among domains. Data validation was done through credibility and
triangulation. The result showed there was a mechanism of self-regulation failure that made each individual got
addicted to narcotics. The condition of addiction also caused boredom and the willingness to be free from
addiction. Rehabilitation process was done to intervene the addiction behavior that experienced by each
individual. There was negative impact that was felt and there was a need to motivate each subject to make a
purpose which was an element of self-regulation. After rehabilitation, each individual was still struggling to
maintain their recovery. Relapse or downfall and urge back to narcotics showed that self-regulation was needed
for a lifetime period of each ex-addict. Their jobs as addiction counselors were used as monitoring process to
support their self-regulation. The result showed that ex-addicts already had the elements of self-regulation
which were having purpose, self-monitoring, and operating. The factors that affected the process of selfregulation to both subjects were microsytem ecology factor and self-effifacy.
Keywords: self-regulation, ex-narcotic addicts, addiction counselors
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA
YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI
HALAMAN JUDU L
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
HALAMAN JUDU L
Disusun Oleh:
Dyah Ayu Perwitasari
119114067
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN P ERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
2016
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PENGESAHAN
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
HALAMAN MOTTO
kepadaku”
“Refleksi adalah proses belajar yang paling indah”
“When you don’t give up, you can’t fail”
“Make a wish, take a chance, make a change, and breakaway”
“Live without limits”
“I wanna try everything, i wanna try even though I could fail”
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
My Dearest Savior, Jesus Christ
Orangtuaku, Papa dan Mama tercinta
Kakak-kakakku tersayang
My Love
Sahabat yang terkasih
Dan segenap pihak yang mendukung
HALAMAN PERSEM BAHAN
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA
YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI
Studi Pada Mahasiswa Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Dyah Ayu Perwitasari
ABSTRAK
ABST RAK
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengeksplorasi proses regulasi diri pada mantan pecandu
narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi. Selain itu, penelitian dilakukan untuk mengungkap
faktor yang turut memberikan pengaruh terhadap proses regulasi diri. Pengambilan data dilakukan
dengan cara melakukan wawancara semi terstruktur. Subjek pada penelitian ini berjumlah dua
orang yang memiliki profesi atau pekerjaan sebagai konselor adiksi di sebuah panti rehabilitasi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dengan metode Analisis
Fenomenologis Interpretatif (AFI). Analisis data dilakukan dengan analisis tematik sehingga dapat
ditemukan tema-tema tertentu dan menemukan hubungan pada domain. Proses validasi yang
digunakan adalah kredibilitas dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
mekanisme kegagalan regulasi diri membuat individu mengalami ketergantungan terhadap
narkotika. Kondisi ketergantungan yang dialami juga memberikan kejenuhan dan menimbulkan
keinginan untuk lepas dari ketergantungan. Selanjutnya, proses rehabilitasi dilakukan sebagai
intervensi atas perilaku adiksi yang dialami individu. Adanya dampak negatif yang dirasakan serta
adanya kebutuhan memberikan motivasi bagi subjek untuk menetapkan suatu tujuan, yang mana
tujuan tersebut merupakan unsur dari regulasi diri. Pasca rehabilitasi, individu masih berjuang
untuk mempertahankan kesembuhannya. Kekambuhan maupun kejatuhan serta masih munculnya
dorongan untuk kembali menggunakan menunjukkan bahwa regulasi diri diperlukan selama
rentang hidup mantan pecandu. Pekerjaan sebagai konselor adiksi digunakan sebagai proses
monitoring untuk mendukung kemampuan regulasi diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mantan pecandu telah memiliki unsur-unsur regulasi diri, yaitu memiliki tujuan, adanya
monitoring diri, dan operate. Faktor yang memengaruhi proses regulasi diri pada kedua subjek
adalah faktor ekologi mikrosistem dan efikasi diri.
Kata Kunci: regulasi diri, mantan pecandu narkotika, konselor adiksi
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A SELF-REGULATION PROCESS OF EX-NARCOTIC ADDICTS WHO
WORK AS ADDICTION COUNSELORS
Study in Psychology in Sanata Dharma University
Dyah Ayu Perwitasari
ABSTRACT
ABSTRA CT
The purpose of this study was to explore the process of self-regulation towards ex-narcotic addicts
who worked as addiction counselors. This research’s purpose was also to find out the factors that
influenced the process of self-regulation. Data were collected through semi-structured interviews.
The subjects of this research were two people who worked as addiction counselors in a
rehabilitation clinic. Type of research was qualitative with Interpretative Phenomenology Analysis
(IPA) method. Data analysis was done by using thematic analysis to find specific themes and the
relations among domains. Data validation was done through credibility and triangulation. The
result showed there was a mechanism of self-regulation failure that made each individual got
addicted to narcotics. The condition of addiction also caused boredom and the willingness to be
free from addiction. Rehabilitation process was done to intervene the addiction behavior that
experienced by each individual. There was negative impact that was felt and there was a need to
motivate each subject to make a purpose which was an element of self-regulation. After
rehabilitation, each individual was still struggling to maintain their recovery. Relapse or downfall
and urge back to narcotics showed that self-regulation was needed for a lifetime period of each
ex-addict. Their jobs as addiction counselors were used as monitoring process to support their
self-regulation. The result showed that ex-addicts already had the elements of self-regulation
which were having purpose, self-monitoring, and operating. The factors that affected the process
of self-regulation to both subjects were microsytem ecology factor and self-effifacy.
Keywords: self-regulation, ex-narcotic addicts, addiction counselors
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN
PUBLIKASI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya
sehingga penulis dapat melalui setiap proses dalam penulisan skripsi dengan baik.
Proses pembuatan skripsi ini tentu melewati berbagai perjumpaan dan pengalaman
yang mengesankan. Melalui penulisan skripsi ini, tidak hanya pengetahuan baru
yang didapatkan, tetapi juga nilai dan kesan tersendiri bagi penulis.
Mencoba mengenali dan memahami apa yang sebelumnya tidak pernah
diketahui oleh penulis menjadi suatu tantangan tersendiri, terutama dalam hal
memahami proses jatuh-bangun seorang mantan pecandu narkotika. Proses mental
yang luar biasa yang dialami oleh seorang mantan pecandu dapat menjadi proses
refleksi tersendiri bagi penulis. Proses mental yang luar biasa, terlebih perjuangan
untuk bertahan dan pulih dari adiksi yang dialaminya.
Membuka mata dan hati, itulah yang penulis refleksikan selama proses
penulisan skripsi. Belajar dari pengalaman orang lain merupakan proses belajar
yang melibatkan refleksi
bagi penulis. Bagaimana sebuah pengalaman dapat
menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang penting untuk dibagikan kepada sesama
sebagai proses pembelajaran dalam hidup.
Tak luput pula adanya dukungan dari orang-orang terkasih dan juga peran
sertanya dalam memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini. Juga adanya
peran dari berbagai pihak yang turut serta membantu untuk kelancaran proses
penulisan skripsi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.
Tuhan Yang Maha Esa, Yesus Kristus, yang kusebut sebagai Juru Selamat,
sumber penghiburan, harapan, dan kekuatan bagi penulis.
2.
Kedua orang tua saya, Papa Susamto Sanjaya dan Mama Erna Isvandari,
yang memberikan dukungan dan semangat, serta nasehat kepada penulis
selama proses mengerjakan skripsi. Sehat terus buat Papa dan Mama
3.
Ibu Sylvia Carolina M. Y. M., M.Si., yang telah mendampingi,
membimbing, dan mendukung penulis selama proses mengerjakan skripsi.
Terimakasih banyak Bu, telah menyediakan waktu (selain waktu
bimbingan) untuk curhat. Sukses buat karir maupun studi Ibu ya.
4.
Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi yang
telah memberi ijin untuk mengikuti ujian skripsi.
5.
Kedua penguji yang baik hati, Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Dr. YB. Cahya
Widiyanto, M.Si., terimakasih atas saran, kritik, maupun masukan bagi
penulis untuk memberikan hasil penelitian yang lebih baik.
6.
Bro Eko dan Sis Lely, yang sudah membantu kelancaran skripsi dan
bersedia memberikan masukan dan informasi mengenai dunia adiksi. Sehat
selalu dan sukses buat kalian semua, aku mengasihi kalian
7.
Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang
turut memberikan dukungan hingga akhir proses mengerjakan skripsi.
8.
Panti Sosial Parmadi Putra, yang secara hangat dan terbuka memberikan
bantuan dan kelancaran dalam bentuk memberikan ijin penelitian.
9.
Ibu Monica Eviandaru M., yang telah membantu memberikan gambaran dan
pengarahan pada awal proses penulisan skripsi. Sukses untuk Ibu.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10.
Seluruh karyawan Fakultas Psikologi (Bu Nanik, Mas Gandung, dan Mas
Muji) yang selalu memberikan keramahan dan bantuan dalam hal
administrasi.
11.
Kedua kakak saya, Angelia Nirmalasari dan Ervanto Agung Sanjaya yang
telah memberikan semangat kepada penulis.
12.
Simon Yuarto, si “bawel” yang selalu memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis selama proses mengerjakan skripsi. I love you, darl.
13.
Teman-teman Teater Garis Aletheia, untuk Mba Ninit, Kak Yuni, Mba
Brenda, Indri, Grace, Cindy, dan Pak Wandy. Terimakasih atas doa dan
dukungan yang selalu diberikan kepada penulis. Tuhan memberkati
14.
Kepada Mas Putu, Mas Aga, Mba Melati, Mba Herlina, Sawilda, Bella,
Raysa Rere, Anita, Tuti, dan seluruh teman-teman Komunitas Debat,
terimakasih atas semangat dan dukungan yang kalian berikan.
15.
Serta kepada seluruh teman dan pihak lain yang turut mengisi hari-hariku,
yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis menerima segala bentuk kritik atau masukan. Semoga penelitian ini
dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat membuka hati
untuk mendukung proses pemulihan pada mantan pecandu narkotika.
Yogyakarta
Penulis,
Dyah Ayu Perwitasari
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
1.
Manfaat Teoritis ................................................................................... 9
2.
Manfaat Praktis .................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 11
A. Regulasi Diri .............................................................................................. 11
1.
Pengertian Regulasi Diri .................................................................... 11
2.
Unsur-unsur dalam Regulasi Diri ....................................................... 13
3.
Pola-pola Umum dan Mekanisme Kegagalan Regulasi Diri ............. 16
B. NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya) .................... 27
1.
Pengertian NAPZA ............................................................................ 27
2.
Jenis-Jenis Penggolongan NAPZA .................................................... 28
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.
Efek yang Ditimbulkan oleh NAPZA ................................................ 29
C. Gangguan yang Berkaitan dengan Penggunaan Zat................................... 31
1.
Penggolongan Gangguan yang Berkaitan dengan Zat ....................... 31
2.
Istilah Pengguna, Penyalah guna, dan Ketergantungan ..................... 32
3.
Tahapan Ketergantungan.................................................................... 33
4.
Karakteristik Ketergantungan ............................................................ 34
D. Siklus Kekambuhan ................................................................................... 35
1.
Pengertian Kekambuhan (relapse) ..................................................... 35
2.
Tahapan Relapse (kekambuhan) ........................................................ 36
3.
Pemicu Terjadinya Kekambuhan (Relapse) ....................................... 38
4.
Tahapan Recovery (Kesembuhan) ...................................................... 40
E. Model Ekologi pada Perkembangan Manusia............................................ 43
F.
Self Efficacy ................................................................................................ 44
G. Dinamika Regulasi Diri pada Mantan Pecandu Narkotika ........................ 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 51
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 51
B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 52
C. Subjek Penelitian........................................................................................ 52
1.
Teknik Pemilihan Subjek ................................................................... 52
2.
Karakteristik Subjek ........................................................................... 53
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 53
E. Metode Analisis Data ................................................................................. 56
F.
Keabsahan Data .......................................................................................... 59
1.
Kredibilitas ......................................................................................... 59
2.
Triangulasi .......................................................................................... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 62
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 62
1.
Persiapan Penelitian dan Perijinan ..................................................... 62
2.
Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 64
B. Subjek Penelitian........................................................................................ 65
1.
Demografi Subjek .............................................................................. 65
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.
Latar Belakang Subjek ....................................................................... 65
C. Analisis Data Penelitian ............................................................................. 73
1.
Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Oleh Subjek ......................... 73
2.
Kondisi Subjek Saat Menjadi Pecandu .............................................. 77
3.
Awal dari Proses Regulasi Diri .......................................................... 81
4. Bentuk dan Upaya Regulasi Diri Pasca Rehabilitasi ............................ 88
D. Pembahasan .............................................................................................. 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 123
A. Kesimpulan .............................................................................................. 123
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 124
C. Saran ......................................................................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 127
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir....................................................................50
Gambar 2. Skema Perjalanan Menuju Adiksi......................................................107
Gambar 3. Skema Menuju Proses Kesembuhan..................................................122
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pedoman Wawancara.......................................................................... 54
Tabel 2. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................64
Tabel 3. Demografi Subjek.................................................................................65
Tabel 4. Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Subjek....................................73
Tabel 5. Kondisi Saat Menjadi Pecandu............................................................78
Tabel 6. Awal Proses Regulasi Diri....................................................................81
Tabel 7. Bentuk dan Upaya Regulasi Diri..........................................................89
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Informed Consent..............................................................................................134
Surat Persetujuan Wawancara Subjek 1............................................................135
Surat Persetujuan Wawancara Subjek 2............................................................136
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Fakultas (bulan Oktober 2015).............137
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Fakultas (bulan Januari 2016)...............138
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Gubernur (bulan Oktober 2015)............139
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Gubernur (bulan Januari 2016).............140
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Dinas Sosial (bulan Oktober 2015).......141
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Dinas Sosial (bulan Januari 2016)........142
Transkrip Wawancara Subjek 1.........................................................................143
Transkrip Wawancara Subjek 2.........................................................................206
Lampiran Member Checking Subjek 1..............................................................255
Lampiran Member Checking Subjek 2..............................................................260
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
A Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang sering muncul di dalam kehidupan
masyarakat
hingga
saat
ini
adalah
terkait
penyalahgunaan
dan
ketergantungan obat-obatan terlarang/ narkotika. Narkotika (Sulistami,
Yulia, & Tegawati, 2013) merupakan zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Jumlah penyalahguna dan pecandu narkotika di Indonesia terus
mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Menurut data penelitian
Badan Narkotika Nasional (BNN) diprediksi angka prevalensi penyalahguna
narkoba
mencapai
5,1
juta
orang
di
tahun
2015
(http://portalindonesianews.com/posts/view/1626/tahun_2015_jumlah_peng
guna_narkoba_di_indonesia_capai_5_juta_orangdiakses tanggal 29 Mei
2015).
Penyalahgunaan narkotika dapat terjadi pada berbagai rentang usia.
Akan tetapi, secara umum lebih banyak terjadi di kalangan remaja hingga
dewasa awal. Tercatat oleh Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI, 2014), sepanjang tahun 2008 hingga 2012 tercatat bahwa
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tersangka narkoba pada rentang usia 16 hingga 19 tahun mencapai 2.016
kasus, sedangkan untuk rentang usia 20 hingga 24 tahun tercatat setidaknya
terdapat 5.478 kasus. Sebanyak 22 persen pengguna narkoba di Indonesia
berasal dari kalangan pelajar. Jumlah tersebut menempati urutan kedua
terbanyak setelah pekerja yang menggunakan narkoba. Akan tetapi, 70
persen pengguna di kalangan pekerja tersebut merupakan pemakai lanjutan.
Artinya, sejak menjadi pelajar mereka sudah menggunakan narkoba.
(http://nasional.sindonews.com/read/773842/15/22-persen-penggunanarkoba-adalah-pelajar-1377080228 diakses pada tanggal 29 Mei 2015).
DSM-IV TR (dalam Nevid, Rathus, & Grenee, 2005) menggunakan
istilah penyalahgunaan zat dan adiksi zat untuk menggolongkan orangorang yang penggunaan zatnya merusak fungsi mereka. Penyalahgunaan zat
melibatkan pola penggunaan berulang yang menghasilkan konsekuensi yang
merusak. Penyalahgunaan zat yang berlangsung dalam periode waktu yang
panjang atau meningkat menimbulkan adiksi pada zat. Adiksi merupakan
penggunaan habitual dan kompulsif yang diiringi dengan adanya
ketergantungan fisiologis dan psikologis. Ketergantungan fisiologis berarti
tubuh telah berubah sedemikian rupa akibat penggunaan secara teratur
sehingga tubuh menjadi tergantung pada pasokan zat yang stabil.
Ketergantungan psikologis ditandai dengan penggunaan secara kompulsif
untuk memenuhi kebutuhan psikologis (Nevid dkk., 2005).
Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi individu terlibat dalam
penyalahgunaan narkotika. Faktor-faktor tersebut antara lain keingintahuan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
keinginan diterima di suatu kelompok, pengaruh teman sebaya, adanya
masalah keluarga, dan masih banyak faktor penyebab lainnya (Rahmadona
& Agustin, 2014; Tambunan, Sahar, & Hastono, 2008). Cooper
menambahkan, adanya afek negatif yang dialami menjadi motivasi bagi
individu untuk menggunakan narkotika sebagai mekanisme penyelesaian
masalah (dalam Crockett, Raffaelli, & Shen, 2006).
Baumeister dan Heatherton (1996) mengungkapkan bahwa masalah
ketergantungan muncul sebagai akibat individu tidak memiliki disiplin dan
kontrol atas dirinya sendiri. Adanya kontrol diri yang tinggi direlasikan
dengan penyesuaian diri yang baik, kurangnya psikopatologi, relasi yang
sehat, meningkatnya kemampuan sosial, dan sedikit memiliki masalah
perilaku
kecanduan
seperti
merokok
dan
penyalahgunaan
obat
(Baumgardner & Crothers, 2009).
Kegagalan regulasi diri (tidak adanya disiplin dan kontrol diri) dinilai
sebagai masalah dasar yang telah meluas di kehidupan masyarakat
(Baumeister & Heatherton, 1996). Regulasi diri (merupakan pertukaran dari
kontrol diri) dinilai sebagai kekuatan manusia untuk merespon secara efektif
terhadap kejadian buruk yang dialami oleh individu (Lopez, 2008). Regulasi
diri juga dinilai sebagai kekuatan untuk mengontrol emosi, pikiran, dan
perilaku pada diri individu (Baumeister, Tice, & Heatherton, 1994).
Penelitian sebelumnya menunjukkan manfaat dari regulasi diri seperti
mengalami masalah emosi yang lebih sedikit, mampu mengontrol perilaku
impulsif, dan melakukan perilaku yang diterima oleh masyarakat. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
adanya kemampuan dari regulasi diri mampu melindungi individu dari
perilaku berisiko seperti penyalahgunaan narkotika (Abolghasemi & Rajabi,
2013; Bakhshani & Hosseinbor, 2013).
Banyak peneliti yang menemukan adanya keterkaitan antara
rendahnya kemampuan regulasi diri dengan perilaku merokok, mabuk, dan
penyalahgunaan narkotika (Bukhtawer, Muhammad, & Iqbal, 2014).
Sayangnya, beberapa penelitian lebih berfokus pada kegagalan regulasi diri
dibandingkan dengan bagaimana proses regulasi diri dapat terbentuk
(Baumeister & Heatherton, 1996; Heatherton & Wagner, 2011).
Pecandu narkotika tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk
mengontrol dirinya. Hal itu terjadi karena pecandu terikat dengan
penyalahgunaan untuk menanggulangi sensasi yang tidak menyenangkan
atau untuk mengurangi emosi negatif (Abolghasemi & Rajabi, 2013). Untuk
itu, rehabilitasi merupakan solusi intervensi bagi individu yang terlibat
penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika. Proses rehabilitasi tentunya
beragam dengan tujuan yang sama yaitu untuk mengubah perilaku adiksi
pada pecandu agar tidak mengalami kekambuhan. Akan tetapi, fakta
menunjukkan banyak pecandu yang telah menjalani proses rehabilitasi
mengalami kekambuhan (relapse) dan kembali lagi menjalani rehabilitasi.
Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan tingkat kekambuhan
(relapse) mantan pecandu narkoba di Indonesia tinggi. Dari sekitar 6.000
pecandu yang ikut menjalani rehabilitasi per tahunnya, sekitar 40 persen
akhirnya kembali lagi menjadi pecandu (http://lampost.co/berita/tingkat-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kekambuhan-pecandu-narkoba-tinggi diakses pada tanggal 19 Februari
2016). Relapse atau kekambuhan berarti individu secara utuh kembali pada
pola adiksinya atau kembali pada penyimpangan perilakunya (Jiloha, 2011).
Relapse dipandang sebagai tantangan dalam setiap treatment penyimpangan
perilaku (Ibrahim & Kumar, 2009) dan merupakan masalah terbesar bagi
pecandu dalam mempertahankan kesembuhannya (Bhandari, Dahal, &
Neupane, 2015).
Dalam perspektif biologis, adiksi merupakan penyakit kronis yang
disertai dengan perubahan fungsi otak. Adiksi dalam jangka waktu yang
lama dapat mengurangi jumlah reseptor pada neuron penerima di mana
dopamin berada. Akibatnya, kemampuan otak menjadi menurun untuk
memproduksi dopamin sendiri. Perubahan pada sistem dopamin dapat
menjelaskan adanya rasa ketagihan yang kuat dan munculnya kecemasan
saat individu mengalami gejala putus zat (Nevid dkk., 2005). Adiksi
merupakan penyakit otak (brain disease) yang memiliki konsekuensi secara
biokimia maupun psikososial. Adiksi dikatakan sebagai sesuatu yang kronis,
bahkan terkadang disertai kekambuhan otak (brain relapsing) dengan
perilaku kompulsif seperti mencari narkoba walaupun mengetahui
konsekuensi negatifnya (Jiloha, 2011). Uraian tersebut memperlihatkan
adanya kesulitan bagi individu dengan ketergantungan kimia dalam
mempertahankan abstinensi (Nevid dkk., 2005).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, relapse
sebagian besar terjadi karena individu tidak mampu mengelola dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mengontrol emosi (Ibrahim & Kumar, 2009). Pasca rehabilitasi, individu
mengalami ketidakstabilan emosi, rasa mengidam, ego yang lemah, dan
adanya emosi negatif. Selain itu, individu menggunakan coping yang tidak
efektif untuk mengatasi emosi negatif. Tekanan hidup juga menjadi
penyebab relapse pada pecandu karena mampu menurunkan kontrol diri dan
menghasilkan coping yang negatif untuk mengatasi tekanan (Matoo,
Chakrabarti, & Anjaiah, 2009; Sinha, 2001; Syuhada, 2015). Dari hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa relapse terjadi karena individu masih
lemah dalam meregulasi dirinya, yaitu individu masih memiliki masalah
yang berkaitan dengan emosi (Bukhtawer dkk., 2014; Hammerbacher &
Lyvers, 2005; Hurriyati, 2010; Rosyidah & Nurdibyanandaru, 2010).
Sayangnya, bagaimana proses regulasi diri pada mantan pecandu tidak
diungkap oleh penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian sebelumnya,
penting untuk meneliti bagaimana peran regulasi diri untuk menjaga kondisi
abstinen terhadap narkotika (Bukhtawer dkk., 2014).
Salah satu kisah dari mantan pecandu yang bernama Gibon dapat
menjadi suatu bukti bahwa setelah menjalani rehabilitasi sekalipun, individu
masih mengalami dorongan-dorongan berupa keinginan untuk kembali
menggunakan
(http://www.kompasiana.com/rahab/kisah-nyata-suara-hati-
mantan-pecandu-narkoba_54f75c6ca33311f9368b460b diakses pada tanggal
12 Juli 2016). Apabila Gibon tidak mampu memelihara emosi, maka
kecenderungan untuk kembali menggunakan akan ada. Tentu saja
diperlukan kemampuan regulasi diri untuk mengontrol emosi agar mantan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pecandu tidak kembali menggunakan narkotika. Berdasarkan hal inilah
peneliti ingin mengeksplorasi bagaimana regulasi diri pada mantan pecandu
narkotika yang memiliki keinginan untuk menjaga kondisi abstinen.
Fitri Syarifah menuliskan, rasa kecanduan yang diciptakan oleh
narkotika ternyata disimpan baik di dalam memori/ ingatan sebagai sesuatu
yang menyenangkan. Memori muncul kembali ketika mantan pecandu
mengalami situasi yang tidak menyenangkan. Mantan pengguna narkoba
mengalami kesulitan mengendalikan keinginannya mengonsumsi narkoba
sampai
kapanpun
bila
tidak
didukung
lingkungan
yang
baik
(http://health.liputan6.com/read/2065201/mantan-pecandu-narkoba-tak-bisasembuh-selamanya diakses pada tanggal 19 Februari 2016).
Tidak hanya mengenai kemampuan regulasi diri, faktor lingkungan
juga turut membantu dalam mempertahankan kesembuhan bagi mantan
pecandu narkotika. Faktor lingkungan dapat berupa dukungan dari keluarga
maupun dari significant other. Dukungan yang tidak konsisten memberikan
peluang bagi mantan pecandu narkotika untuk kembali kambuh (Aztri &
Milla, 2013; Bhandari dkk., 2015; Hammerbacher & Lyvers, 2005;
Hurriyati, 2010; Ismail, 2015). Dukungan dari keluarga maupun significant
other memiliki efek yang tinggi terhadap regulasi diri. Keluarga dan
significant other dapat menjadi prediksi pada regulasi diri. Individu yang
menerima dukungan dari keluarga dan significant other lebih memiliki
usaha untuk mencapai target dan memiliki coping yang lebih baik untuk
masalah hidup (Tariqi & Tamini, 2014). Faktor eksternal pada regulasi diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
(sebagai contoh faktor lingkungan) memengaruhi regulasi diri dengan
menyediakan cara untuk mendapatkan penguatan (Feist & Feist, 2010).
Faktor lain yang turut memberikan pengaruh adalah terkait adanya
efikasi diri. Efikasi diri berperan untuk memperkuat keyakinan dalam usaha
mempertahankan kesembuhan bagi mantan pecandu narkotika (Aztri &
Milla, 2013; Dennis & Scott, 2007; Mattoo dkk., 2009; Syuhada, 2015).
Efikasi diri berguna sebagai motivasi dalam upaya individu meregulasi
dirinya (Bandura, 1999; Clark, 2011). Berdasarkan uraian tersebut, regulasi
diri juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti efikasi diri dan faktor
lingkungan. Inilah yang menjadikan proses regulasi diri menjadi suatu hal
yang kompleks dan saling memberikan pengaruh.
Upaya mantan pecandu untuk mempertahankan recovery tentunya
beragam. Hal yang dilakukan oleh Gibon adalah mendalami dunia adiksi
dengan cara belajar menjadi konselor. Menurut Gibon, dengan menjadi
konselor, dirinya dapat membantu orang lain sekaligus membantu dirinya
sebagai pengingat melalui program training yang ia lakukan. Gibon juga
mengungkapkan bahwa peran keluarga juga dirasa sangat besar bagi dirinya
(http://www.kompasiana.com/rahab/kisah-nyata-suara-hati-mantanpecandu-narkoba_54f75c6ca33311f9368b460b diakses pada tanggal 12 Juli
2016). Oleh karena itu, peneliti ingin mengeksplorasi proses regulasi diri
pada mantan pecandu narkotika dan ingin mengetahui bagaimana pengaruh
faktor lain terhadap proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
B.
Pertanyaan Penelitian
B Pertany aan Penelitian
1. Bagaimanakah proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika yang
bekerja sebagai konselor adiksi?
2. Bagaimanakah pengaruh dari faktor lain dalam proses regulasi diri?
C.
Tujuan Penelitian C Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi proses regulasi diri pada
mantan pecandu narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana pengaruh dari
faktor lain dalam proses regulasi diri.
D.
Manfaat Penelitian D Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pengetahuan dalam ilmu Psikologi mengenai
proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika. Selain itu,
penelitian ini juga memberikan sumbangan pengetahuan berupa
bagaimana pengaruh dari faktor lain terhadap proses regulasi diri pada
mantan pecandu narkotika.
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi Mantan Pecandu Narkotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan
bagi mantan pecandu narkotika dalam upaya meregulasi dirinya
agar tidak kembali menggunakan narkotika pasca rehabilitasi.
b. Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan
dan kesadaran bagi keluarga mantan pecandu narkotika untuk
senantiasa memberikan dukungan sebagai upaya membantu
mempertahankan kemampuan regulasi diri pada mantan pecandu
narkotika.
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kesadaran bagi
masyarakat untuk memberikan dukungan berupa penerimaan
sebagai upaya mempertahankan kesembuhan dari mantan pecandu
narkotika.
d. Bagi Dinas Sosial/ Panti Rehabilitasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak Dinas Sosial
maupun Panti Rehabilitasi untuk memberikan penguatan terhadap
kemampuan regulasi diri. Selain itu, penelitian ini diharapkan
mampu memberikan sumbangan berupa pentingnya kemampuan
regulasi diri sehingga pihak Dinas Sosial atau Panti Rehabilitasi
dapat memberikan treatment yang mendukung proses regulasi diri
pada
residen
pecandu
maupun
penyalahguna
narkotika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Regulasi Diri
A Regulasi D iri
1. Pengertian Regulasi Diri
Regulasi diri merupakan kemampuan untuk meregulasi atau
mengubah perhatian, perasaan, dan perilaku yang disesuaikan dengan
tuntutan internal dan eksternal dalam mencapai tujuan yang lebih tinggi
(dalam
Crockett
dkk.,
2006;
Ridder
&
Wit,
2006).
Karolyi
mengungkapkan bahwa regulasi diri dan kontrol diri mengarah pada
kemampuan seseorang untuk memulai dan memandu tindakan mereka
dalam mencapai suatu tujuan di masa depan (dalam Baumgardner &
Crothers, 2009).
Regulasi diri mengarah pada usaha yang dilakukan oleh manusia
untuk mengubah sebuah reaksi/ respon/ dorongan. Respon/ reaksi/
dorongan yang dimaksud dapat meliputi tindakan, pikiran, perasaan,
keinginan, dan perbuatan (Baumeister dkk., 1994). Regulasi diri
(merupakan pertukaran dari kontrol diri) menunjukkan pada kemampuan
seseorang untuk mengubah dirinya sendiri (Lopez, 2008). Esensi dasar
dari regulasi diri adalah mengesampingkan (overriding) respon/
dorongan. Konsep mengesampingkan meliputi memulai, menghentikan,
mencegah atau mengubah runtutan kejadian akibat suatu respon/
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dorongan. Bentuk dasar dari mengesampingkan adalah menghentikan
rangkaian dari suatu respon.
Baumeister (dalam Lopez, 2008) mengidentifikasi bahwa kontrol
diri dipelajari melalui empat domain antara lain kontrol dorongan,
mengontrol pikiran, meregulasi mood atau emosi, dan mengontrol
keseluruhan proses yang menunjukkan kualitas performansi seseorang
(performance management). Hal utama dalam regulasi diri adalah
menghentikan dorongan yang tidak sehat.
Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa regulasi diri
memiliki dua fitur/ kekayaan umum yaitu: 1) regulasi diri sebagai sistem
motivasional yang dinamis dalam membuat tujuan (setting goals),
meningkatkan dan menetapkan strategi untuk meraih tujuan, menilai
perkembangan/ progres, dan meninjau ulang tujuan dan strategi yang
telah diterapkan. 2) regulasi diri berfokus pada
mengelola respon/
dorongan emosi (emotional responses), yang mana terlihat sebagai
elemen penting dalam sistem motivasi, dan dipahami sebagai hal
kompleks dalam kaitannya dengan proses kognisi (Ridder & Wit, 2006).
Di sisi lain, Baumeister dan Heatherton (1996) membedakan
kegagalan regulasi diri menjadi dua, yaitu underregulation dan
misregulation. Underregulation berarti memiliki kegagalan dalam
menggunakan kontrol diri atau individu tidak mampu mengelola kontrol
dirinya. Underregulation (regulasi lemah) berarti seseorang tidak cukup
memiliki kekuatan untuk mengendalikan pikiran, perasaan, dan dorongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
yang tidak diinginkan. Misregulation berarti individu melibatkan kontrol
dengan cara yang salah atau tidak produktif sehingga hasil yang
diinginkan tidak tercapai.
2. Unsur-unsur dalam Regulasi Diri
Baumeister dan Heatherton (1996) memberikan penjelasan
mengenai tiga komponen/ unsur dalam regulasi diri. Komponen dalam
regulasi ini dapat menjadi penentu keberhasilan regulasi diri pada
individu. Komponen regulasi diri digunakan untuk menjelaskan
mengenai fitur regulasi diri sebagai sistem motivasional yang dinamis
dalam membuat (setting goals) tujuan, meningkatkan dan menetapkan
strategi untuk meraih tujuan, menilai perkembangan/ progres, dan
meninjau ulang tujuan dan strategi yang telah diterapkan. Berikut adalah
tiga komponen dalam regulasi diri:
a. Standar atau ukuran
Standar atau ukuran merupakan tujuan atau konsep lainnya yang
mungkin untuk dicapai oleh individu. Standar atau ukuran dapat
berupa norma sosial, tujuan personal, harapan mengenai orang lain,
dan sebagainya (Baumeister dkk., 1994).
Bandura, Schunk, dan Zimmerman (dalam King,
2010)
memaparkan bahwa tujuan yang spesifik, berjangka pendek, dan
menantang dapat meningkatkan keberhasilan regulasi diri pada
individu. Anderman dan Wolters (dalam King, 2010) mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
bahwa tujuan yang menantang akan melibatkan minat dan usaha pada
individu dibandingkan dengan tujuan yang mudah dicapai.
Tujuan dibuat dengan adanya ukuran yang jelas dan konsisten.
Tanpa adanya ukuran yang jelas dan konsisten, maka regulasi diri
akan terganggu. Selain itu, standar/ ukuran yang bertentangan dan
mengandung konflik dapat menghambat regulasi diri yang efektif
(Baumeister & Heatherton, 1996). Tujuan yang baik merupakan suatu
tujuan yang dibuat oleh individu mengenai apa yang ingin dicapai,
bukan dihindari. Penelitian yang dilakukan oleh Elliot dan Sheldon
(dalam King, 2010) memperoleh penemuan bahwa tujuan yang dibuat
untuk menghindari sesuatu diasosiasikan dengan kinerja dan stress
yang buruk.
b. Pemantauan (monitoring)
Proses monitoring pada individu melibatkan respon timbal balik,
yaitu membandingkan kondisi nyata yang ada dalam diri individu
dengan standar atau ukuran yang dibuat. Kesuksesan regulasi diri
dapat diraih apabila seseorang tetap berada pada jalan yang telah
dibuat/ berada pada trek (Baumeister & Heatherton, 1996). Seseorang
dapat meregulasi dirinya dengan sukses apabila dirinya tetap memiliki
atensi terhadap apa yang mereka lakukan dalam mengejar suatu tujuan
atau menambah pengetahuan mereka mengenai respon/ keinginan/
dorongan yang mereka miliki (Baumeister dkk., 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Mengonsumsi alkohol dapat meningkatkan kegagalan regulasi
diri
karena
mengurangi
atensi
sehingga
seseorang
memiliki
kekurangan dalam memonitoring dirinya sendiri. Kegagalan dalam
menilai kelebihan diri sendiri (atau underestimasi kemampuan) juga
dapat menjadi penghalang dalam mencapai tujuan dan menghambat
regulasi diri (Baumeister & Heatherton, 1996).
c. Menjalankan (operate)
Menjalankan (operate) menunjuk kepada kemampuan seseorang
mengubah keadaan saat ini untuk mencapai tujuan. Regulasi diri dapat
gagal walaupun seseorang memiliki tujuan yang jelas dan pemantauan
yang efektif, hanya dikarenakan tidak mampu beradaptasi dengan
perubahan. Beradaptasi dapat berarti individu menyesuaikan diri
dengan
lingkungan
atau
individu
mengubah
lingkungannya
(Baumeister & Heatherton, 1996).
Tujuan dari menjalankan (operate) ini adalah menghasilkan
perubahan terhadap dorongan/ keinginan ataupun respon. Regulasi diri
berarti dapat mengesampingkan suatu respon yang terjadi secara
normal, natural, atau karena kebiasaan (Baumeister dkk., 1994).
Regulasi diri merupakan proses kontrol yang menolak
konsekuensi dari impuls/ dorongan. Misalnya, seseorang mencoba
mengurangi kebiasaan mabuknya akan terlihat menolak mengonsumsi
alkohol sehingga mencegahnya untuk mabuk (Baumeister &
Heatherton, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
3. Pola-pola Umum dan Mekanisme Kegagalan Regulasi Diri
Dasar dari regulasi diri adalah memiliki standar, memantau diri
sendiri untuk mencapai standar, dan mengubah respon agar individu
dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap standarnya. Kegagalan
regulasi diri dapat terjadi pada dasar-dasar tersebut. Kegagalan regulasi
diri juga dapat terjadi akibat individu tidak mampu mengesampingkan,
menghentikan, maupun mengatasi dorongan. Berikut adalah pola umum
kegagalan regulasi diri (Baumeister dkk., 1994):
a. Konflik pada standar/ tujuan (conflicting standards)
Menurut Karoly (dalam Baumeister dkk., 1994), kegagalan regulasi
dapat terjadi ketika seseorang tidak memiliki standar/ tujuan yang
mana standar/ tujuan tersebut yang menjadi dasar dari regulasi diri.
Secara umum, masalah yang dialami oleh individu adalah ketika
dirinya memiliki beberapa tujuan yang tidak konsisten, bertentangan,
atau tidak cocok.
Ketika seseorang memiliki beberapa standar/ tujuan ataupun
memiliki tujuan yang saling bertentangan, mereka menjadi tidak
mampu mengelola dirinya sendiri secara efektif. Hamlet, Emmons,
dan King menunjukkan bahwa adanya tujuan yang saling bertentangan
memunculkan kecenderungan seseorang untuk lebih banyak merenung
dibandingkan bertindak, sehingga orang tersebut tidak memiliki
progres untuk mencapai salah satu dari tujuannya. Van Hook dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Higgins menunjukkan bahwa tujuan yang tidak spesifik dan memiliki
konflik dalam mengarahkan diri membuat seseorang menjadi kacau,
bimbang, memiliki respon yang menentang, kebingungan akan
identitasnya, dan memiliki distres emosi (dalam Baumeister dkk.,
1994).
b. Reduksi pada monitoring (reduction of monitoring)
Kegagalan regulasi diri dapat terjadi ketika seseorang bertindak
curang saat memantau/ memonitoring dirinya dalam mencapai suatu
tujuan. Regulasi diri yang efektif melibatkan adanya evaluasi
mengenai diri dan tindakan secara berkala terkait dengan tujuan dan
melihat bagaimana untuk meningkatkannya.
Sikap/ perilaku yang konsisten juga kerap dikaitkan dengan
kemampuan seseorang untuk memonitor dirinya sendiri. Memiliki
sikap yang konsisten membuat individu dapat berfokus untuk
mengevaluasi dirinya dan berada pada trek yang dibuatnya untuk
mencapai suatu tujuan.
Deindividuasi juga dikaitkan dengan isu dari monitoring.
Deindividuasi berarti kehilangan kesadaran diri (self-awareness) dan
kurangnya/ hilangnya evaluasi diri
(evaluation apprehension)
terutama saat seseorang merasa direndam dalam suatu kumpulan
orang-orang. Deindividuasi diasosiasikan dengan beberapa tindakan
kekerasan dan tindakan yang berbahaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Hull
mengungkapkan
bahwa
mengonsumsi
alkohol
dapat
mengurangi kesadaran diri dengan cara mereduksi proses kognisi yang
berkaitan dengan diri. Akibatnya, individu kehilangan kapasitas untuk
berpikir mengenai diri mereka sendiri, tidak mampu mengevaluasi
diri, tidak membandingkan dirinya sendiri dengan tujuan/ standar
personal, dan memiliki dampak dari kejadian saat ini untuk masa
depan mereka (dalam Baumeister dkk., 1994).
c. Regulasi Diri: Kekuatan yang Terbatas (Limited Source)
Kegagalan regulasi diri terjadi ketika seseorang tidak cukup
memiliki kekuatan akan suatu tugas. Regulasi diri melibatkan
perlawanan antara kekuatan dari dorongan dan gangguan untuk
beraksi dengan kekuatan dari mekanisme regulasi diri untuk
menginterupsi respon tersebut dan mencegah aksi yang diakibatkan
dari gangguan tersebut.
Pada bahasan ini lebih relevan dengan unsur regulasi diri, yaitu
kemampuan untuk menyesuaikan dengan standar/ tujuan. Kegagalan
regulasi
diri
dapat
terjadi
ketika
seseorang
tidak
dapat
mengesampingkan responnya dan tidak mampu membawanya tetap
berada pada keinginan/ tujuannya. Baumeister dan Heatherton (1996)
mengungkapkan bahwa setiap dorongan dan motivasi memiliki
kekuatan yang bervariasi. Jika dorongan memiliki kekuatan yang
besar, maka seseorang harus memiliki kekuatan yang lebih besar
untuk menahan atau mengontrol dorongan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Asal dari “kekuatan” yang dibutuhkan agar regulasi diri berhasil
dengan melibatkan self-stopping. Self-stopping meliba