PENUTUP Kompetensi Pendidik Dalam Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur’an Telaah Tafsir Al-Mishbah Surah Al-‘Alaq).

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Sebagai akhir dari uraian data yang telah dipaparkan, maka dapat diambil
suatu kesimpulan yang dapat menjawab rumusan masalah yang menjadi pokok
permasalahan tesis “Kompetensi Pendidik Dalam Pendidikan Islam Perspektif

Al-Qur’an (Telaah Tafsir Al-Mishbah Surah Al-‘Alaq)”. Kesimpulan tersebut
adalah sebagai berikut.

1. Sifat pendidikan al-Qur’an adalah rabbāni, sementara orang yang
melaksanakan juga disebut rabbāni yang oleh al-Qur’an dijelaskan ciri
antara lain mengajarkan kitab Allah, baik yang tertulis (al-Qur’an) maupun
yang tidak tertulis (alam raya), serta mempelajarinya secara terus menerus
(baca QS Ali Imran [3]: 79). Jangkauan yang harus dipelajari itu sangat luas
dan menyeluruh, sehingga seseorang tidak dapat meraihnya secara
sempurna. Walaupun demikian, ia harus berusaha semaksimal mungkin
untuk mendapat apa yang mampu diraihnya. Pendidik dalam pendidikan
Islam merupakan salah satu faktor yang sangat penting, karena pendidik
merupakan orang yang bertanggungjawab terhadap pembinaan perilaku
anak didiknya, terutama pendidikan agama. Dia mempunyai tangung jawab

yang lebih berat dibandingkan para pendidik pada umumnya, karena selain
bertanggungjawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan
ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab terhadap Sang Maha Pencipta yaitu
Allah swt.

123

124

2. Kompetensi pendidik dalam pendidikan Islam perspektif al-Qur’an dalam
Tafsir Al-Mishbah surah al-‘Alaq yaitu:
a. Kompetensi pedagogik-religius, yang terdiri dari: 1) pendidik harus

senantiasa membaca, menelaah, mendalami, meneliti, ayat-ayat Allah
baik yang qauliyyah (ayat yang tertulis) maupun yang kauniyyah (ayat
yang tidak tertulis) sehingga mampu menyampaikan (dalam hal ini
mengajarkan) hasil dari semua kegiatan itu kepada orang lain. 2)
pendidik harus menuangkan hasil bacaan, penelaahan, penelitian dalam
bentuk tulisan, artinya pendidik harus pandai menulis. 3) pendidik harus
berilmu pengetahuan yang jelas.

b. Kompetensi personal-religius, yang terdiri dari: 1) Pendidik harus

mengadopsi sifat Allah sesuai dengan tataran kemanusiaannya, di
antaranya adalah sifat pemurah dan mulia. 3) Pendidik jauh dari sikap
melampaui batas dan berlaku sewenang-wenang. 4) Pendidik harus
memiliki sikap bertanggungjawab. 5) Pendidik jauh dari sifat dusta/
mendustakan dan berpaling, artinya pendidik yang jujur dan berani
menerima kebenaran.
c. Kompetensi sosial-religius, yang terdiri dari: 1) Pendidik harus

menyadari sifat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri tetapi selalu bergantung kepada selainnya yang dipahami dari
kata ‘alaq. 2) Sebagai makhluk sosial, pendidik harus menjauh dari sifat
merasa cukup, tidak membutuhkan apa pun dari orang lain.

125

d. Kompetensi profesional-religius, yang terdiri dari: Pendidik harus

menguasai metode dalam menyampaikan ilmu pengetahuan. Metode

pendidikan yang penting itu di antaranya, 1) metode janji dan ancaman
(reward and punishment), dan 2) metode keteladanan (qudwah/ uswah).
e. Kompetensi keagamaan, yang terdiri dari: 1) Pendidik harus selalu

mendasari aktivitasnya demi dan karena Allah (ikhlas). 2) Pendidik
harus mengajarkan dan menjelaskan petunjuk (al-Qur’an dan al-Sunnah)
kepada peserta didik dan bertakwa. 3) Pendidik harus bersikap ihsan,
merasa selalu diawasi oleh Allah. 4) Pendidik harus senantiasa
melaksanakan shalat dan mendekatkan diri kepada Allah dalam setiap
menjalankan aktivitas termasuk aktivitas dalam dunia pendidikan.
B. Saran
Bertolak dari kesimpulan di atas, perlu kiranya peneliti memberikan saransaran, sebagai berikut:
a. Kepada para pendidik, hendaknya mereka selalu menyadari akan keterbatasan
ilmu pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, proses belajar terus menerus
untuk meningkatkan kompetensi tersebut harus tetap dan senantiasa dilakukan.
Demikian juga dalam hal mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik,
pendidik harus melakukan pembinaan akal sehingga menghasilkan ilmu,

pembinaan jiwa sehingga menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan
pembinaan jasmaninya sehingga menghasilkan keterampilan.

b. Bagi pemerintah, hendaknya mengarahkan segala kebijakan, demi terwujudnya
pendidikan yang berkualitas. Di antaranya adalah dengan meningkatkan
kompetensi yang dimiliki oleh para pendidik. Pendidik yang kurang berkualitas

126

harus dievaluasi dan diberikan pelatihan yang mendukung mereka ke arah yang
lebih baik. Pendidik yang jenjang pendidikannya masih rendah, harus

diberikan kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
C. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat direkomendasikan beberapa

hal, yaitu:
1. Perlu dilakukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pendidik,
terutama pendidik dalam pendidikan Islam.
2. Perlu dilakukan evaluasi terhadap kompetensi pendidik, terutama pendidik
dalam pendidikan Islam.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pendalaman kompetensi
pendidik dalam pendidikan Islam.