أنّى / ’Annā/ Dalam Al-Qur’an (Suatu Analisis Dari Perspektif Semantik)
ﻰّأ
/ ’
ANN
/ DALAM AL-QUR’AN
(Suatu Analisis dari Perspektif Semantik)
SKRIPSI SARJANA
OLEH :
SHALEHA
060704001
PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
ىّنأ
/ ’
ANN
/ DALAM AL-QUR’AN (Suatu Analisis dari
Perspektif Semantik)
SKRIPSI SARJANA
OLEH :
SHALEHA
NIM: 060704001
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Syauri Syam, LC Dr. Rahimah, M.Ag
NIP: 195308181987031003 NIP: 196104111988032004
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan
Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA Dalam bidang Ilmu Bahasa Arab
PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Disetujui oleh:
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
Ketua, Sekretaris,
Dra. Khairawati, M.A., Ph.D Drs. Mahmud Khudri,
M.Hum
(4)
PENGESAHAN: Diterima oleh:
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Bahasa Arab pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan
Pada
Hari :
Tanggal :
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Dekan,
Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D NIP: 132 098 531
Panitia Ujian No. Nama
1. Dra. Khairawati, M.A., Ph.D ( )
2. Drs. Mahmud Khudri, M.Hum ( )
3. Drs. H. Syauri Syam, LC ( )
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Maret 2010
(6)
ﻴ ﺮ ﺒ
ﺮ ﺒ
ﷲﺒ
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabat-Nya yang telah membawa risalah yang benar kepada manusia untuk pedoman dalam meraih kebahagian di dunia dan akhirat.
Skripsi ini berjudul “ ىّنأ / ’ANN / DALAM AL-QUR’AN (Suatu Analisis dari Perspektif Semantik)”. Penulis memilih judul ini dikarenakan isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann / yang terdapat dalam Al-Qur’an memiliki beberapa keistimewaan diantaranya memiliki makna leksikal yang beragam sehingga membuat penulis tertarik untuk membahasnya secara lebih mendatail.Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak terdapat kesalahan, kekeliruan dan hambatan-hambatan karena kurangnya pengalaman penulis dalam memahami dan memaparkan tulisan dan referensi yang terbatas .
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi mahasiswa bahasa arab khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis juga senantiasa menerima kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan penulisan di masa datang.
(7)
UCAPAN TERIMA KASIH
Berkat rahmat Allah SWT serta bantuan dari semua pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga terwujudnya penelitian ini baik bantuan moral maupun materil. Maka penulis banyak menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Teristimewa buat kedua orang tua tercinta: Ayahanda Yahya dan Ibunda Saodah yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kesabaran, perhatian dan ketulusan sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi. Tanpa doa, kasih sayang, serta motivasi mereka berikan mungkin skripsi ini tidak berjalan dengan baik. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, karunia, hidayah serta ampunan-Nya bagi keduanya di dunia dan akhirat.
ﺎ
ﺎ ﻬ رو
ﺎ ﻳﺪ ﺒو
و
ﺎ ﻮ ذ
ﺎ ﺮﻔ
ﻬ ﺒ
ةﺮﻴ ﺻ
ﺎ ﺎﻴر
2. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, beserta Pembantu I, II, dan III.
3. Ibu Dra. Khairawati, M.A., Ph.D Ketua Program Studi Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Mahmud Khudri, M.Hum Sekretaris Program Studi Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. H. Syauri Syam, LC selaku Dosen Pembimbing I serta Ibu Dr. Rahimah, M.Ag selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran untuk membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Nur Sukma Suri, M.Ag yang selalu memberikan kritik dan saran serta motivasi yang membangun sehingga dapat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
(8)
7. Mudir Ma’had Abu Ubaidah Ustadz Fajar Hasan Mursyid, M.A, Ustadz Khairul Jamil, M.A. Para ustadzah: Ustadzah Wardah, LC., Ustadzah Puspa, LC., (Jazakillah khairan lil musa’adatik!!!), Ustadzah Elvi Zahra, LC., Ustadzah Mar’ah, LC., Ustadzah Na’imah, LC Ustadzah Aya, LC., Ustadzah Khadijah, LC., Ustadzah Masyitah, LC.
8. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, khususnya Staf Pengajar Program Studi Sastra Arab yang telah mendidik dan menuangkan ilmu-ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.
9. Abang Andika yang telah berperan terhadap kelancaran skripsi ini serta segenap civitas akademika Fakultas Sastra USU, baik para mahasiswa maupun karyawan.
10.Iyong Yusuf, ST dan kak Yong Inta Catur Putrie, ST yang telah memberikan perhatian, motivasi yang membangun sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya..
11.Mas Afrizal, SP yang selalu mendoakan dari kejauhan, memberikan perhatian dan dukungannya dengan seikhlas hati dan setulus jiwa. Keluarga besar bapak L.Lukito dan Ibu Rabina yang selalu mensupport dalam segala hal sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
12.Buat my best friend’s: Isna, Ika, Sani, Vhira. Makasih ya teman-teman atas semua dukungannya. Teman-teman stambuk ’06 : Fatimah, Hasnah, Dwi, Ellita, Sarah, Diyah, Eli, Haris, Baihaqi, Arif, Saiful, Surya, Rahman, Riki, Mahmuda, Jarot, Saiful. Semoga setelah tamat dari Sastra Arab kita dapat meraih cita-cita kita, Amin Ya Rabbal’aalamin…
13.Special thanks to my best friend’s di Ma’had Abu Ubaidah Bin Jarrah Ukhti Rina dan Ukhti Yusmiati serta banat Mustawa Rabi’ yang telah memberikan semangat dan supportnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Syukran jazakillah khairan katsiran, wa ma’an najah fi kulli hallin. Amin ya Rabb.
14.Kakanda stambuk ’05 Bang Zubeir, Ka Ape, Bang Hafizh, Ka Putrie, Ka Amah, Bang Surya, Bang Mukhlis, Bang Faishal, jazakillah khairan atas
(9)
15.Adik-adik stambuk ’07, ’08, ’09. Terima kasih atas perhatian semuanya ya!!! 16.Kakanda para Alumni dan teman-teman mahasiswa/i Sastra Arab yang
bergabung dalam Ikatan Mahasiswa Sastra Arab (IMBA) Fakultas Sastra USU.
Penulis tidak dapat membalas jasa baik yang telah diberikan, akhirnya selaku hamba yang serba kekurangan hanya dapat bermohon kepada Allah SWT penulis serahkan semoga diberikan balasan yang lebih baik. Amin.
Medan, Maret 2010 Penulis
Shaleha iii
(10)
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Berdasarkan SKB Dua Menteri, Menteri agama dan Menteri P & K RI No. 158/1987 dan No.0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988, tentang peresmian penggunaan transliterasi Arab.
1. Konsonan Tunggal
Fonem konsonan bahasa Arab dilambangkan dengan huruf. Dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus.
Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan ditransliterasikan dengan huruf latin.
Huruf Arab
Nama Huruf latin Nama
ﺒ
Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkanب
Ba B Beت
Ta T Teﺖ
Sa S es(dengan titik di atas )ﺗ
Jim J jeﺘ
Ha H ha ( dengan titik di bawah )خ
Kha kh ka dan haﺚ
Dal D deﺛ
Zal Z Zet (dengan titik di atas )ﺜ
Ra R er(11)
ز
Zai Z zetﺞ
Sin S esﺟ
Syin sy es dan yeﺠ
Sad S es( dengan titik di bawah )ض
Dad D de ( dengan titik di bawah )ﺢ
Ta T te ( dengan titik di bawah )ﺣ
Za Z zet ( dengan titik di bawah )ﺤ
‘Ain ‘ koma terbalikm (di atas)غ
Gain G geﺧ
Fa F efﺨ
Qaf Q kiك
Kaf K kaل
Lam L elم
Mim M emNun N en
و
Waw W weHa H ha
ﺀ
Hamzah ‘ apostrof(12)
Ya Y ye
B. Konsonan Rangkap
Konsonan Rangkap (tasydid) ditulis rangkap Contoh:
ﺔ ّﺪ
= muqaddimahةرّﻮ ﺒ
ﺔ ﻳﺪ ﺒ
= al-madinah al-munawwarahC. Vokal
1. Vokal Tunggal
______ (fathah) ditulis “a” contoh
أﺮ
= qara’a______ (kasrah) ditullis “i” contoh
ر
= rahima______ (damma) ditulis “u” contoh
ﻒﻴ
= kaifa2. Vokal Rangkap
Vokal Rangkap
ي
______ (fathah dan ya) ditulis “ai”Contoh
ﻳز
= zainabﻒﻴ
= kaifaVokal Rangkap
و
______ (fathah dan wa) ditulis “au”Contoh
لﻮ
= haulaلﻮ
=qaulaD. Vokal Panjang (maddah)
ا
_____ danي
_____ /fathah/“ā” Contohمﺎ
= q maي
_____ /kasrah/ ditulis “Ī” Contohﻴ ر
= rah mو
_____ /dammah/ ditulis “ū” Contohمﻮ
= ‘ūlum(13)
E. Ta Marbutah
Ta Marbutah yang mati atau yang mendapat harkat sukun di tulis “h”
Contoh
ﺔ ّﺮ ﺒ
ﺔ
= makkah al-mukarramah Ta Marbutah yang hidup atau berharakat ditulis “t”contoh
ﺔّﻴ ﻼ ﻹﺒ
ﺔ ﻮ ﺒ
= al-hukumatu al-islamiyyahF. Hamzah
Huruf hamzah (
ﺀ
) di awal kata ditulis dengan vokal tanpa didahului oleh tanda apostrof ( ). Contohنﺎ ﻳﺐ
= man, bukan manG. Lafzu jalalah
Lafzu jalalah (kata
ﷲ
) yang berbentuk frase nominaditransliterasikantanpa hamza. Contoh
ﷲﺒ
ﺪ
= Abdullah, bukan Abd AllahH. Kata sandang ‘al-”
1. Kata sandang ditulis “al-”, pada kata yang dimulai dengan huruf qamariyah. Contoh
ﺔّﻴﺮ ﺒ
ﺔ ﺒ
= al-lugatu al-arabiyah2. Kata sandang “al-”, yang diikuti huruf syamsiyah diganti dengan huruf syamsiyah yang mengikutinya. Contoh
ﺸ ﺒ
= asy-syamsu3. Huruf “a” pada kata sandang “al-” tetap ditulis dengan huruf kecil, meskipun merupakan nama diri. Contoh
ﺮﻫزﻷﺒ
= al-azhar4. Kata sandang “al-” di awal kalimat dan pada kata “Allah SWT”, Qur’an”
ditulis dengan huruf Kapital. Contoh saya menbaca Al-Qur’an al- Karim. vii
(14)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
PEDOMAN TRANSLITERASI BAHASA ARAB ... v
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR SINGKATAN. ... x
ABSTRAKSI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 5
1.3 Tujuan penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian. ... 5
1.5 Metode Penelitian. ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ... 8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 25
3.1 Pengertian Istifham. ... 25
3.1.1 Klasifikasi Istifham. ... 26
3.2 Klasifikasi Makna IsimIstifham
ﺷﱏأ
/ ann / dalam Al-Qur’an. ... 273.2.1 IsimIstifham
ﺷﱏأ
/ ann / dalam Makna Hakiki ... 273.2.2 IsimIstifham
ﺷﱏأ
/ann / yang Keluar dari Makna Hakiki. .... 32BAB IV PENUTUP ... 58
4.1 Kesimpulan. ... 58
4.2 Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
LAMPIRAN ... 63
(15)
DAFTAR SINGKATAN
1. SWT : Subhanahu Wa Ta’ala
2. SAW : Shallallahu ‘Alaihi Wa Salam
3. Menteri P&K : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
4. SKB : Surat Keputusan Bersama
5. R.I : Repeublik Indonesia
6. t.t : tanpa tahun
7. No. : Nomor
8. dkk : dan kawan-kawan
(16)
ABSTRAK
Shaleha, 2010.
ﺷﱏأ
/ ’ANN / DALAM AL-QUR’AN (Suatu Analisis dari Perspektif Semantik). Medan: Program Studi Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.ﺷﱏأ
/’ann / merupakan salah satu adawat istifham berbentuk isim. Isim istifhamadalah kata yang samar maksudnya dipakai untuk mengetahui atau mencari kejelasan tentang sesuatu.
Permasalahan yang diteliti adalah mengenai makna-makna isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann / dalam Al-Qur’an, mempunyai makna asli atau terkadang keluar dari makna aslinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna-makna isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann /yang terkandung didalam Al-Qur’an dengan menggunakan teori Ali Jarim dan Musthafa Amin serta Sayyid Ahmad Al-Hasyimi pada
ﺷﱏأ
/’ann / dalam Al-Qura’an.Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang menggunakan metode analisis deskriptif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: isimistifham
ﺷﱏأ
/’ann / memiliki makna leksikal yang beragam yaitu isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / berarti bagaimana, dari mana, kapan/bilakah, apakah, mengapa, betapa, dan kemana saja. Dan isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / terkadang memiliki makna yang keluar dari makna asli yaitu menunjukkan maknaﺷ ﺒ
/at-ta ajjubu/’ heran, kagum’,ﺮﺮ ﺒ
/at-taqrīru/‘penegasan’,
ﺷ ﺒ
/an-nafyu/ ‘meniadakan’,ﺮ
ﺒ
/at-taḥassuru/ ‘menyesali, bersedih hati’,ﺜﺎ ﻹﺒ
/al-inkāru/ ‘‘mengingkari, menolak, menyangkal, meniadakan’. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teori isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / Ali Jarim dan Musthafa Amin serta Sayyid Ahmad Al-Hasyimi masih dapat digunakan sebagai landasan teori..
(17)
ﺔﻳﺪﻳﺮﺠ
ةرﻮﺻ
,
ﺔ ﺎ
نآﺮ ﺒ
ﺷﱏأ
ﺒ
)
(
ﺔ ﺒ
ﺮ
ﺔﺷﺮ ﺒ
ﺔ ﺒ
:
نﺒﺪ
.
.
ﺔﺷﺎ ﺒ
ةﺮ ﻮ
ﺔ ﺎ
بﺚ ﺒ
ﺔﺷ
.
ﻹﺒ
مﺎﻬ ﻹﺒ
تﺒوﺚأ
ﺷﱏأ
ﻬ
ﺒ
ﻮ
مﺎﻬ ﻹﺒ
ﺒ
ﺌ
.
ﺷﱏأ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
ﱏﺎ ﺒ
ﺔ ﺎ ﺮ ﺒ
ﺬ
ﱴ ﺒ
ﺔ
ﺒ
نآﺮ ﺒ
ﲎ ﺒ
ﺪ
.
.
ﺔﺷ ﻷﺒ
ﺎﻬ ﺎ
مﺎﻬ ﻹﺒ
ﺣﺎ أ
ﺗﺮﲣ
ﺪ
وأ
ﻷﺒ
ﺷﱏأ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
ﱏﺎ ﺒ
ﺔﺮ
ﺔ ﺎ ﺮ ﺒ
ﺬ
ﺧﺪﻬ
نآﺮ ﺒ
مﺜﺎ ﺒ
ﺔﺷﺮ
لﺎ ﺎ
ﺪﲪأ
ﺪﺷ
و
ﲔ أ
و
.
نآﺮ ﺒ
ﱏأ
ﴰﺎ ﺒ
ﺔﺷ ﺒ
ﺔ ﺒﺜﺪ ﺒ
ﺒ
ﺒﺬ
(Library Research)
ﻮ ﺒ
ﺔ ﺮ
مﺒﺪ ﺎ
.
ﺒ
ﺷنأ
ﺷلﺪ
ﺒ
ﺎ
ﻮ و
ةﺪ
ﺞﻮ ﺎ
نﺎ
ﺪ
ﺷﱏأ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
ﺒ
.
ﺎ
,
ﺎ
,
ﺒﺛﺎ
, ,
ﱴ
,
أ
,
ﺎ
ﺷﱏأ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
ﺗﺮﲣ
ﺪ
ﺪ
و
,
ﺷ ﺎ
ىﺮ أ
نﺎ
ﺔﺷ ﻷﺒ
ﺎﻬ ﺎ
ﺷﱏأ
مﺎﻬ ﻹﺒ
و
و
,
ﺷ ﺒ
و
,
ﺮﺮ ﺒ
ﺜﺎ ﻹﺒ
و
,
ﺮ
ﺒ
.
ﺔﺷﺮ
لﻮ
ﺎ
ﺷنأ
ﺒﺬ و
ﺪﺷ
و
ﲔ أ
و
مﺜﺎ ﺒ
.
ﺒ
ﺒﺬ
نﺎ ﺒﻮ
ﴰﺎ ﺒ
ﺪﲪأ
xi
(18)
ABSTRAK
Shaleha, 2010.
ﺷﱏأ
/ ’ANN / DALAM AL-QUR’AN (Suatu Analisis dari Perspektif Semantik). Medan: Program Studi Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.ﺷﱏأ
/’ann / merupakan salah satu adawat istifham berbentuk isim. Isim istifhamadalah kata yang samar maksudnya dipakai untuk mengetahui atau mencari kejelasan tentang sesuatu.
Permasalahan yang diteliti adalah mengenai makna-makna isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann / dalam Al-Qur’an, mempunyai makna asli atau terkadang keluar dari makna aslinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna-makna isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann /yang terkandung didalam Al-Qur’an dengan menggunakan teori Ali Jarim dan Musthafa Amin serta Sayyid Ahmad Al-Hasyimi pada
ﺷﱏأ
/’ann / dalam Al-Qura’an.Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang menggunakan metode analisis deskriptif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: isimistifham
ﺷﱏأ
/’ann / memiliki makna leksikal yang beragam yaitu isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / berarti bagaimana, dari mana, kapan/bilakah, apakah, mengapa, betapa, dan kemana saja. Dan isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / terkadang memiliki makna yang keluar dari makna asli yaitu menunjukkan maknaﺷ ﺒ
/at-ta ajjubu/’ heran, kagum’,ﺮﺮ ﺒ
/at-taqrīru/‘penegasan’,
ﺷ ﺒ
/an-nafyu/ ‘meniadakan’,ﺮ
ﺒ
/at-taḥassuru/ ‘menyesali, bersedih hati’,ﺜﺎ ﻹﺒ
/al-inkāru/ ‘‘mengingkari, menolak, menyangkal, meniadakan’. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teori isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / Ali Jarim dan Musthafa Amin serta Sayyid Ahmad Al-Hasyimi masih dapat digunakan sebagai landasan teori..
(19)
ﺔﻳﺪﻳﺮﺠ
ةرﻮﺻ
,
ﺔ ﺎ
نآﺮ ﺒ
ﺷﱏأ
ﺒ
)
(
ﺔ ﺒ
ﺮ
ﺔﺷﺮ ﺒ
ﺔ ﺒ
:
نﺒﺪ
.
.
ﺔﺷﺎ ﺒ
ةﺮ ﻮ
ﺔ ﺎ
بﺚ ﺒ
ﺔﺷ
.
ﻹﺒ
مﺎﻬ ﻹﺒ
تﺒوﺚأ
ﺷﱏأ
ﻬ
ﺒ
ﻮ
مﺎﻬ ﻹﺒ
ﺒ
ﺌ
.
ﺷﱏأ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
ﱏﺎ ﺒ
ﺔ ﺎ ﺮ ﺒ
ﺬ
ﱴ ﺒ
ﺔ
ﺒ
نآﺮ ﺒ
ﲎ ﺒ
ﺪ
.
.
ﺔﺷ ﻷﺒ
ﺎﻬ ﺎ
مﺎﻬ ﻹﺒ
ﺣﺎ أ
ﺗﺮﲣ
ﺪ
وأ
ﻷﺒ
ﺷﱏأ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
ﱏﺎ ﺒ
ﺔﺮ
ﺔ ﺎ ﺮ ﺒ
ﺬ
ﺧﺪﻬ
نآﺮ ﺒ
مﺜﺎ ﺒ
ﺔﺷﺮ
لﺎ ﺎ
ﺪﲪأ
ﺪﺷ
و
ﲔ أ
و
.
نآﺮ ﺒ
ﱏأ
ﴰﺎ ﺒ
ﺔﺷ ﺒ
ﺔ ﺒﺜﺪ ﺒ
ﺒ
ﺒﺬ
(Library Research)
ﻮ ﺒ
ﺔ ﺮ
مﺒﺪ ﺎ
.
ﺒ
ﺷنأ
ﺷلﺪ
ﺒ
ﺎ
ﻮ و
ةﺪ
ﺞﻮ ﺎ
نﺎ
ﺪ
ﺷﱏأ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
ﺒ
.
ﺎ
,
ﺎ
,
ﺒﺛﺎ
, ,
ﱴ
,
أ
,
ﺎ
ﺷﱏأ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
ﺗﺮﲣ
ﺪ
ﺪ
و
,
ﺷ ﺎ
ىﺮ أ
نﺎ
ﺔﺷ ﻷﺒ
ﺎﻬ ﺎ
ﺷﱏأ
مﺎﻬ ﻹﺒ
و
و
,
ﺷ ﺒ
و
,
ﺮﺮ ﺒ
ﺜﺎ ﻹﺒ
و
,
ﺮ
ﺒ
.
ﺔﺷﺮ
لﻮ
ﺎ
ﺷنأ
ﺒﺬ و
ﺪﺷ
و
ﲔ أ
و
مﺜﺎ ﺒ
.
ﺒ
ﺒﺬ
نﺎ ﺒﻮ
ﴰﺎ ﺒ
ﺪﲪأ
xi
(20)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna”, karena tiada suatu bacaan pun yang sempurna dan mulia sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu sampai sekarang dan mendatang yang dapat menandingi Al-qur’ nu Al-kar m, bahkan dihafal oleh orang dewasa, remaja, dan anak-anak dikalangan umat Islam. (Shihab, 2004:3)
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berangsur-angsur selama lebih kurang dua puluh tiga tahun, sebagian besar waktu Rasulullah dihabiskan di Makkah. Allah SWT berfirman :
/Wa qur nan faraqn hu litaqra ahū al an-n si al mukṡin wa nazzaln hu tanz lan/ “Dan Al-Qur’an itu Telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian”. (Q.s 17:106)
Melihat masa turunnya Al-Qur’an para ulama membagi Al-Qur’an menjadi dua bagian : Makkiyah dan Madaniyyah. Makiyyah adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebelum berhijrah ke Madinah.
Madaniyyah adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW setelah berhijrah ke Madinah. Ayat-ayat Makkiyah meliputi 19/30 dari isi Al-Qur’an terdiri atas 86 surat, sedang ayat-ayat Madaniyyah meliputi 11/30 dari isi Al-Qur’an terdiri atas 28 surat.
Ayat-ayat yang turun di Makkah itu adalah dalam tempo dua belas tahun lima bulan, tiga belas hari, yaitu dari 17 Ramadhan tahun 41 hingga permulaan
Rabi’ul Awal tahun 54 dari Miladun Nabi s.a.w. dan yang turun di Madinah itu masanya ialah sesudah Hijrah hingga tamat Al-Qur’an. (Hassan, 2004:IX-X)
Al-Qur’an dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosa katanya saja, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. Al-Qur’an layaknya seperti sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya
(21)
manusia dari kegelapan. Dan didalamnya penuh dengan pengetahuan dan memiliki bahasa yang paling tinggi nilai sastra dan sebagai peraturan yang paling benar. (Shihab, 2004:3) Firman Allah SWT :
/Wa każ lika anzaln hu ḥukman arabiyyan wa la in ittaba ta ahw ahum ba da m j aka mina al- ilmi m laka mina all hi min walliyyin wal w qin/ “Dan Demikianlah, kami telah menurunkan Al-Qur’an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah”. (Qs. 13:37)
Ada beberapa keistimewaan bahasa Arab itu sehingga mendukung posisinya menjadi bahasa Al-Qur’an antara lain ialah: a). Sejak zaman dahulu kala hingga sekarang bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup. b). Bahasa Arab adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang Ketuhanan dan Keakhiratan. c). Bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif
(konjugasi) yang amat luas sehingga dapat mencapai 3000 bentuk perubahan, yang demikian tak terdapat dalam bahasalain. (Software Al-Qur’an)
Ilmu bahasa Arab terdiri dari beberapa ilmu, yaitu Ilmu Lughoh, Ilmu
Nahwu, Ilmu Isytiqaq, Ilmu ‘Arudh, Ilmu Qardhus Syi’ri, Ilmu Khat, Ilmu Insya, Ilmu Muhadharat, Ilmu Badi’, Ilmu Bayan, Ilmu Ma ani.(Said, 1984:98-106) Salah satu ilmu bahasa Arab yang mengambil peranan penting dalam pengkajian Al-Qur’an adalah ilmu Balaghah. Secara ilmiah Balaghah merupakan suatu disiplin ilmu yang berlandaskan kepada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar di antara macam-macam uslub
(ungkapan). Nurkholis dkk, 2005:6)
Ilmu Balagah terdiri dari tiga bagian.
1) Ilmu Ma nī, yaitu ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang mengatur lafal- lafal Arab yang sesuai dengan tuntutan keadaan dan sesuai dengan maksud pembicara. Objek pembahasan ilmu ini ialah lafal-lafal Arab yang berkaitan
(22)
dengan makna-makna yang dimaksudkan oleh pembicara sesuai dengan tuntutan situasi. Dengan ilmu ini dapat diketahui:
a) Kemukjizatan Al-Qur’an yang berkaitan dengan aspek-aspek keindahan susunan kata, kebaikan deskripsinya, keindahan susunan kalimatnya, penggunaan kalimat padat, dan lain-lainnya.
b) Rahasia-rahasia bal gah dan al-faṣ ḥah dalam prosa dan syair-syair Arab. 2) Ilmu al-bay n, yaitu ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang berhubungan dengan pengungkapan suatu makna dengan berbagai macam cara yang sesuai dengan konteks kalimatnya.
3) Ilmu al-badī, yaitu ilmu yang mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan aspek-aspek keindahan kalimat seiring dengan kesesuaiannya dengan kondisi dan situasi serta kejelasan pengertian yang dikandungnya, baik menurut lafal maupun maknanya. (Azra, 2003:224)
Diantara pembahasan ilmu Ma ani adalah Kalam Khabar dan Kalam Insya’. Kalam Insya’ terdiri dari Insya’ Talabi dan Insya’ Ghairu Talabi. Diantara pembahasan Insya’ Talabi adalah Istifham. (Nurkholis dkk, 2005:238)
Defenisi istifham adalah:
ﻮ
مﺎﻬ ﻹﺒ
ﺒ
ﺎ ﻮ
/Al- istifh mu huwa ṭalabu al- ilmi bisyai’in lam yakun ma lūman min qablu/
“Istifham adalah mengharapkan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui sebelumnya”. (Al-Jarim dan Amin, 1999: 235)
Defenisi adawatistifham adalah:
مﺎﻬ ﻹﺒ
تﺒوﺚأ
و
ﺒ
ﺒ
و
.
ﺎ
لﺒﺆﺷ
نﺎ
ﺧﺮ
وﺒ
ﺒ
ﺷ ﳏ
ﺎ ﺎ
مﺎﻬ ﻹﺒ
ﺧﺮ
ﺎﺷﺒو
بﺮ
نأ
ﳝو
بﺒﺮ ﻹﺒ
ﳏ
ﺎ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
ﺎﺷأ
.
ﺧﺮ
.
بﺒﺮ ﻹﺒ
/’Adaw tu al-istifh mi hiya ismun au ḥarfun maniy ni yasta milu li as-su ali an sya in m . Wa hiya yanqasimu il ismin wa ḥarfin. Amma ismun istifh mi lah maḥalli al-i r bi wa yumkinu lahu an yu raba wa amma ḥarfu al- istifh mi m lah maḥallu al-i r bi/” Adawatistifham adalah isim dan huruf yang mabni (tidak berubah barisnya) yang digunakan untuk menanyakan sesuatu. Adawat istifham
(23)
i’rab (memiliki jabatan dalam kalimat bahasa Arab), sedangkan huruf Istifham
hanya sebagai penyempurna kalimat”. (Yulia, 2008:121)
Salah satu contoh isim istifham yang mempunyai tempat i’rab (memiliki jabatan dalam kalimat bahasa Arab) :
…
...
/...Fa tū ḥarśakum ann syi tum.../”maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki”. (Qs. 2:223)
Fungsi (jabatan)
ﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagaiﺎ
نﺎ ز
وأ
نﺎ
ﺧﺮ
ﲎ
وأ
ﺒﻮ ﺒ
/ẓarfun mak nin au zam nins kinun muta allaqun bi i tū au bi ma n kayfa /”zaraf makan atau zaman
berhubungan dengan kalimat
ﺒﻮ ﺒ
/i tū/ yang berarti ‘bagaimana’ ”.(Al-Ibrahim, 2006:35) Dengan demikan fungsi isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagaizaraf makan atau zaraf zaman.
Istifham berfungsi sebagai kata tanya, baik menanyakan tentang sesuatu yang berakal, atau tidak, yang lalu maupun akan datang. Istifham itu ada yang khusus dipergunakan untuk menanyakan tempat, waktu, keadaan, bilangan, hal yang meragukan dan yang pasti. (Nurkholis dkk, 2005:276)
Terkadang kata-kata tanya itu keluar dari makna aslinya kepada makna lain yang dapat diketahui melalui susunan kalimat, jadi fungsi istifham disini bukan sebagai kata tanya lagi, hal ini terjadi karena
م ﺒ
ﺨﺎ
/siy qu al-kal mi/”rasa bahasa” pada kalimat yang dimasuki adawat istifham. (Amin, 1999:218) Oleh karena itu, kalimatnya tidak memungkinkan untuk diartikan sebagai kalimat tanya. Diantaranya yaitu menunjukkan maknaﺷ ﺒ
/an-nafyu/“meniadakan”,
ﺜﺎ ﻹﺒ
/al- ink ru/ ”ingkar”,ﺮﺮ ﺒ
/at-taqrīru/“penegasan”,
ﻮ ﺒ
/at-taubīkhu/ “celaan”,ﺷ ﺒ
/at-ta īmu/”mengagungkan/membesar-besarkan”,
ﲑ
ﺒ
/at-taḥqīru/”menghinakan”, dan lain sebagainya. (Dayyab dkk, 2004 : 437-439)(24)
/Waj a yauma iżin bi jahannama yauma iżin yatażakkaru al- ins nu wa ann lahu aż-żikr / “Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya”. (Qs. 89:23)
Istifham pada ayat di atas mempergunakan isimistifham
ﺷﱏأ
/’ann /. Maknaayat di atas adalah
ﺷ ﺒ
/an-nafyu/” meniadakan, menginkari, menyangkal“ artinya, penyesalan pada saat itu tidak ada gunanya lagi. (Al-Mahalli dan As-Suyuthi, (Jilid IV) 2005 : 2721)Adawat istifham selain
أ
/hamzah/ dan /hal/ (huruf-huruf istifham) adalah sebagai berikut /man/,ﺎ /m / ,ﱴ
/mat /,نﺎﺷﺒ
/ayy na/, /kaifa/,أ
/ aina/,ﺷﱏأ
/ ann /, /kam/,ﺷيأ
/ ayyun/ (isim-isim istifham). (Nurkholis dkk, 2005:276).Dari adawat istifham yang telah dijelaskan diatas, maka penulis merasa tertarik membahas tentang
ﺷﱏأ
/’ann / dalam Al-Qur’an, karena setelah dicermati memiliki beberapa keistimewaan diantaranya terdapat beragam makna leksikal dariﺷﱏأ
/’ann / sehingga hal ini perlu diteliti secara mendetail.1.2 Batasan Masalah
Agar penelitian tidak menyimpang dari pokok bahasan dan demi tercapainya hasil penelitian, maka penulis memberikan perumusan masalah pada penelitian ini yaitu: Bagaimanakah makna-makna isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann / dalam Al-Qur’an?(25)
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan makna-makna
isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann / dalam Al-Qur’an.1.4 Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui penggunaan Istifham dalam bahasa Arab khususnya
Isim Istifham
ﺷﱏأ
/’ann / dalam Al-Qur’an.2. Dapat mengetahui fungsi (jabatan)
ﺷﱏ
أ
/’annā/ pada ayat itu dalam Al-Qur’an.3. Dapat menemukan dan menghitung jumlah isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann / dalam Al-Qur’an serta memahami makna-maknanya.4. Dapat memperluas pemahaman para mahasiswa Sastra Arab program studi Sastra Arab Universitas Sumatera Utara mengenai isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann / dalam Al-Qur’an yang menggunakan konsep Al-Balagah.5. Sebagai tambahan kontribusi atau penambahan karya ilmiah karena judul ini belum pernah dibahas sebelumnya, bagi Fakultas Sastra USU khususnya bagi mahasiswa Program Studi Sastra Arab.
1.5 MetodePenelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah suatu metode dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasi, menganalisis, dan menginterpretasikan, serta menguraikan dalam bentuk narasi.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Peneliti mengambil data primer dari Al-Qur’an dengan menggunakan Software Al-Qur’an Al-Karim, Software Maktabah Syamilah, versi ke-3 nomor versi :3,13 dalam mencari
ﺷﱏأ
/’ann / dalam Al-Qur’an, buku Al-Balaghatu Al-Wadhihah karangan Ali Jarim dan Musthafa Amin dan Jaw hiru(26)
Al-Bal gah karangan Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, serta data sekunder dari berbagai kamus seperti Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Kamus Al-Bisri Indonesia – Arab dan Arab – Indonesia, tafsir seperti Tafsir Al-Misbah, Tafsir Jalalain, dan Tafsir Ibnu Kastir, Tafsir Al-Azhar, buku-buku dan referensi lainnya yang berhubungan dengan masalah isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann / ini.Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan Latin, peneliti memakai sistem transliterasi Arab-Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988.
Adapun tahap-tahap yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengumpulkan buku dan bahan referensi lainnya yang berkaitan dengan
isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann /.2. Mengumpulkan ayat-ayat yang terdapat isim istifham
ﺷﱏأ
/ ann / dalam Al-Qur’an dengan menggunakan Software Maktabah Syamilah, versi ke-3 nomor versi :3,13.3. Membaca dan memahami buku-buku dan bahan referensi lainnya yang berkaitan dengan isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann / .4. Mengklasifikasi dan menganalisis data yang telah diperoleh.
5. Menyusun hasil penelitian secara sistematis yang akan disajikan dalam bentuk skripsi.
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara Etimologi
مﺎﻬ ﻹﺒ
/al- istifh mu/ berasal dari bahasa arab yaitukata
ﻬ
/fahima/ yang artinya ia telah paham, ia telah tahu yang mendapattambahan huruf
ﺒ
/alif/,ﺞ
/sin/, danت
/ ta/ menjadiمﺎﻬ ﺐ
/ istifh mun/ , yang memiliki arti “minta untuk diberitahukan”. (Ali dan Muhdlor, 2003:1409)Adapun defenisi
مﺎﻬ ﻹﺒ
/al- istifh mu/ menurut Al-Jarim dan Amin dalam Nurkholis dkk (2005:273) ialah mencari pengetahuan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.Menurut pendapat Al-Hasyimi (1960:85)
ﻮ
مﺎﻬ ﻹﺒ
ﺒ
ﺎ ﻮ
/Al- istifh mu huwa ṭalabu al- ilmi bisyai’in lam yakun ma lūman min qablu/
“Istifham adalah mengharapkan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui sebelumnya”.
Dan menurut Dayyab dkk (2004 : 430)
ﻮ
مﺎﻬ ﻹﺒ
ﺒ
/Al- istifh mu huwa ṭalabu al- ilmi bisyai’in/“Istifham adalah mengharapkan untuk mengetahui sesuatu”.
Dari defenisi-defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Istifham adalah suatu ucapan yang dipergunakan untuk menanyakan sesuatu agar si penanya mengetahuinya.
Adawat istifham itu terdiri dari sebelas kata yaitu
ةﺰ ﺒ
/al-hamzatu/
’apakah’, /hal/ ’apakah’,
ﺎ
/m / ’apa’, /man/ ’siapakah’,ﱴ
/mat / ’kapankah’, /kaifa/ ’bagaimanakah’,أ
/aina/ ’dimanakah’,نﺎﺷأ
/ayy na/ ’kapankah’,ﺷﱏأ
/’ann / ’bagaimanakah, darimanakah’, /kam/’berapakah’, danﺷيأ
/ ayyun
/ ’manakah, apakah’. Sedangkan klasifikasi adawat istifham itu terbagi(28)
termasuk salah satu dari isim istifham. Isim istifham menurut Al-Gulayayni (2007:91)
ﻮ
مﺎﻬ ﻹﺒ
ﺒ
ﺌ
ﻬ
ﺒ
/Ismu al-’istifh mu huwa ismun mubhamun yusta lamu bihi an syay’in/” Isim istifham adalah kata yang samar maksudnya dipakai untuk mengetahui atau mencari kejelasan tentang sesuatu”.
Istifham berfungsi sebagai kata tanya, baik menanyakan tentang sesuatu yang berakal, atau tidak, yang lalu maupun akan datang. Istifham itu ada yang khusus dipergunakan untuk menanyakan tempat, waktu, keadaan, bilangan, hal yang meragukan dan yang pasti. (Nurkholis dkk, 2005:276)
Terkadang kata-kata tanya itu keluar dari makna aslinya kepada makna lain yang dapat diketahui melalui susunan kalimat, jadi fungsi istifham disini bukan sebagai kata tanya lagi, hal ini terjadi karena
م ﺒ
ﺨﺎ
/siy qu al-kal mi/”rasa bahasa” pada kalimat yang dimasuki adawatistifham. (Al-jarim dan Amin, 1999:218) Oleh karena itu, kalimatnya tidak memungkinkan untuk diartikan sebagai kalimat tanya. Diantaranya yaitu menunjukkan maknaﺷ ﺒ
/an-nafyu/ “meniadakan”,
ﺜﺎ ﻹﺒ
/al- ink ru/ ”ingkar”,ﺮﺮ ﺒ
/at-taqrīru/“penegasan”,
ﻮ ﺒ
/at-taubīkhu/ “celaan”,ﺷ ﺒ
/at-ta īmu/”mengagungkan/membesar-besarkan”,
ﲑ
ﺒ
/at-taḥqīru/”menghinakan”, dan lain sebagainya. (Dayyab dkk, 2004 : 437-439)Salah satu contoh isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann / yang keluar dari makna aslinya:
/Waj a yauma iżin bi jahannama yauma iżin yatażakkaru al- ins nu wa ann lahu aż-żikr / “Dan pada hari itu diperlihatkan neraka jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya”. (Qs. 89:23)
(29)
Istifham pada ayat di atas mempergunakan isimistifham
ﺷﱏأ
/’ann /. Maknaayat di atas adalah
ﺷ ﺒ
/an-nafyu/”meniadakan, menginkari, menyangkal” artinya, penyesalan pada saat itu tidak ada gunanya lagi. (Al-Mahalli dan As-Suyuthi, (Jilid IV) 2005:2721)Istifham merupakan salah satu pembahasan dari Ilmu Ma ani. Pengertian
Ilmu Ma ani menurut beberapa ahli bahasa Arab yang dapat dikemukakan disini, diantaranya:
Menurut Dayyab dkk (2004:418)
ﻮ
ﱏﺎ ﺒ
ﺛ
لﺎ
لﺎ ﺒ
ﺎ
ﺎ
ﱴ ﺒ
ﰊﺮ ﺒ
ﺒ
لﺒﻮ أ
ﺧﺮ
/ Ilmu al-ma nī huwa ilmun yurafu bih aḥw lu al-laf i al- arabiyy al-lat bih yuṭ biqu muqtaḍ al-ḥ li miṡ li ż lika/ “Ilmu Ma ani adalah ilmu untuk mengetahui keadaan perkataan bahasa Arab yang dengan keadaan-keadaan tersebut akan sesuai dengan muqtadhal-hal (situasi dan kondisi)”.
Sedangkan menurut Akhdlori (1982:21)
ﲎ ﺎ
ﺧﺮ
ﺌﺎ
ﱏﺎ ﺒ
ﺔ ﺚﺄ
ﺎ ﻮ
ﱏﺎ ﺒ
/ Ilmu al-ma nī huwa ḥ fi u ta diyati al-ma nī an khaṭ `in yurafu bilma n /
”Ilmu Ma ani adalah ilmu untuk menjaga dari kesalahan makna/pengertian”. Dari defenisi-defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Ma ani ialah ilmu tentang tata cara penyusunan kalimat bahasa Arab untuk menyatakan maksud yang dikehendaki sesuai dengan situasi dan kondisi.
Salah satu pembahasan Ilmu Ma ani adalah Kalam Insya’. Menurut Akhdlori (1982:121)
بﺬ ﺒو
ﺨﺪﺷ ﺒ
ﳛ
ﺷﺮ
ﻮ
ﺌﺎ ﻹﺒ
/Al- insy u huwa murakkabun l yaḥtamilu aṣ-ṣidqa wa al-ka iba/”Insya’ adalah susunan kalimat yang tidak bisa dikatakan benar atau dusta”.
Sedangkan menurut Al-jarim dan Amin (1999:189)
(30)
/Al- insy u m l yaṣiḥḥu an yuq la liq ilihi annahu ṣ diqun f hi au k ibun/”Insya’ adalah kalimat yang pembicaranya tidak dapat disebut sebagai orang yang benar ataupun sebagai orang yang berdusta”.
Dari defenisi-defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa Insya’ ialah suatu susunan kalimat yang diucapkan oleh seseorang tidak menunjukkan bahwa ia benar atau dusta.
Contoh-contoh kalam insya’ :
ﺋ
ﺷ ﺒ
ةﺚﺎز
نﻮ
ﺷﱏأ
/’Ann tak
ūnu ziy data an-nayli?/” Kapankah sungai Nil akan meluap?”.ﺋ
ﺎ ﻮ
ﺪ
ﷲﺒ
ﺬ
ﳛ
ﺷﱏأ
/’Ann yu
ḥyi h żihi all ha ba da mautih ?/” Bagaimana Allah dapatmenghidupkan ini sesudah kematiannya?”.
Seluruh kalimat pada contoh-contoh di atas adalah kalam insya’ talabi
karena semuanya tidak mengandung pengertian membenarkan dan tidak pula mendustakan. Dan kalimat-kalimat yang digunakan untuk menghendaki keberhasilan sesuatu yang belum berhasil pada saat kehendak itu dikemukakan.
Insya’ itu terbagi atas dua bagian yaitu Insya’ Talabi dan Insya’ Ghairu Talabi. Pengertian Insya’ Talabi menurut :
Al-Hasyimi (1960:76-77)
ﺒ
و
ﺒ
ﺚﺎ ﺐ
ﺎ
ﲑ
ﺎﻮ
ﺪ
ىﺬ ﺒ
ﻮ
ﱯ ﺒ
ﺌﺎ ﻹﺒ
/Al- insy ’u aṭ-ṭalab yu huwa l-laż yastad maṭlūban gayra ḥ ṣilin f i tiq di al-mutakallimi waqta at- ṭalabi/”Insya’ talabi adalah kalimat yang menghendaki makna yang diharapkan yang belum tercapai menurut keyakinan mutakkallim
pada waktu adanya tuntutan itu”. Al-jarim dan Amin (1999:189)
ﺎ
ىﺬ ﺒ
ﻮ
ﱯ ﺒ
ﺌﺎ ﻹﺒ
ﺒ
و
ﺎ
ﲑ
ﺎﻮ
ﺪ
/Al- insy ’u aṭ-ṭalab yu huwa l-laż ma yastad maṭlūban gayra ḥ ṣilin waqta aṭ-
ṭalabi/”Insya’ talabi adalah kalimat yang menghendaki terjadinya sesuatu yang belum terjadi pada waktu kalimat itu diucapkan”.
Dari defenisi-defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa Insya’ Talabi
adalah kalimat yang menuntut terhadap sesuatu yang belum terjadi pada waktu diucapkan.
(31)
1. Surat Al-Baqarah : 223,247,259 2. Surat Ali Imran : 37, 40, 47, 165 3. Surat Al-Ma’idah : 75
4. Surat Al-An’am : 95, 101 5. Surat At-Taubah : 30 6. Surat Yunus : 32, 34 7. Surat Maryam : 8, 20 8. Surat Al-Mu’minun : 89 9. Surat Al-Ankabut : 61 10.Surat Saba’ : 52 11.Surat Fathir : 3 12.Surat Yasin : 66 13.Surat Az-Zumar : 6 14.Surat Al-Mu’min : 62, 69 15.Surat Az-Zukhruf : 87 16.Surat Ad-Dukhan : 13 17.Surat Muhammad : 18 18.Surat Al-Munafiqun : 4 19.Surat Al-Fajr : 23
Dari 114 surat yang terdapat didalam Al-Qur’an hanya 19 surat dan 28 ayat saja yang terdapat
ﺷﱏأ
/’ann /. Yang termasuk ayat-ayat Makkiyah terdiri dari 13 surat yaitu surat Al-An’am, surat Yunus, surat Maryam, surat Al-Mu’minun, surat Al-An’kabut, surat Saba’, surat Fathir, surat Yasin, surat Az-Zumar, surat Al-Mu’min, surat Az-Zukhruf, surat Ad-Dukhan, dan surat Al-Fajr. Dan yang termasuk ayat-ayat Madaniyyah terdiri dari 6 surat yaitu surat Al-Baqarah, surat Ali-Imran, Surat Ma’idah, surat At-Taubah, surat Muhammad, dan surat Al-Munafiqun.ﺷﱏأ
/’ann / mempunyai beragam makna leksikal. Makna leksikal berarti ‘makna yang bersifat leksikon’. Namun, yang dimaksud sebenarnya adalah makna secara inheren dimiliki oleh setiap leksem (sebagai satuan leksikon). Makna leksikal ini bisa disebut juga makna konseptual, makna denotatif, dan makna referensial. Dalam berbagai buku pelajaran makna leksikal ini sering disebut makna kamus. (Chaer, 2007:117-118)(32)
Menurut Ali dan Muhdlor dalam kamus Kontemporer Arab Indonesia (2003:228)
ﺷﱏأ
/’ann / memiliki arti yang beragam yaituﺷﱏأ
/ann / berartiأ
/aina/ ’kemana, kemana pun?’,
ﺎ
/ḥaiṡum / ’kemana saja?’,أ
/min aina/ ’dari mana?’,ﱴ
/mat / ’kapan, bilakah?’, dan /kaifa/ ’bagaimana?’.Menurut Nuh dan Bakry dalam kamus Arab-Inggris Indonesia-Arab-Inggris (2005:20)
ﺷﱏأ
/’ann / memiliki arti yang beragam pula yaituﺷﱏأ
/’ann / berarti
أ
/ aina/ ’mana, kemana, di mana’,ﱴ
/mat / ’bilamana, kapan’,dan /kaifa/ ’bagaimana’.
Sedangkan menurut Sunarto dalam kamus Lengkap Al-fikr Indonesia-Arab-Inggris Arab-Indonesia-Inggris (2002:18)
ﺷﱏأ
/’ann / memiliki arti yangbanyak pula yaitu
ﺷﱏأ
/’ann / berartiأ
/ aina/ ’di mana’,ﱴ
/mat / ’kapan, bilamana’, dan /kaifa/ ’bagaimana’.Menurut Al-Jarim dan Amin (1999:215)
ﱴ
ﲎ و
,
أ
ﲎ و
,
ﲎ
نﻮ
,
ةﺷﺪ
نﺎ
ﺄو
ﺷﱏأ
/Ann wata t lima ni iddatin, fatakūn bima n kaifa, wa bima n min aina, wa bima n mat /’ anna mempunyai sejumlah arti, yaitu bagaimana, dari mana, dan kapan’.
Menurut Al-Gulayayni (2007:94)
ﱴ
ﲎ و
,
أ
ﲎ و
,
ﲎ
,
مﺎﻬ
نﻮ و
ﺷﱏأ
/Ann wa takūn lil istifh mi, bima n kaifa, wa bima n min aina, wa bima n mat /’ anna sebagai istifham memiliki berbagai arti yaitu bagaimana, dari mana, dan kapan’.
Setelah dilakukan penelitian, maka penulis memberikan kesimpulan bahwa
ﺷﱏأ
/’ann / memiliki beragam makna leksikal yaitu :(33)
a)
ﺷﱏأ
/’ann / berartiأ
/ aina/ ’kemana, kemanapun?’; menanyakan tentang tempat.b)
ﺷﱏأ
/’ann / berartiﺎ
/ḥaiṡum / ’kemana saja?’; menanyakan tentang tempat.c)
ﺷﱏأ
/’ann / berartiأ
/ min aina/ ’dari mana?’; menanyakan tentang tempat atau asal.d)
ﺷﱏأ
/’ann / berartiﱴ
/mat / ’kapan, bilakah?’; menanyakan tentang waktu. e)ﺷﱏأ
/’ann / berarti /kaifa/ ’bagaimana?’; menanyakan tentangkeadaan.
f)
ﺷﱏأ
/’ann / berartiﺎ
/m / ’betapa?’ menanyakan tentang keadaan.g)
ﺷﱏأ
/’ann / berartiﺛﺎ
/lim ż / ’mengapa?’ menanyakan tentang sebab atau alasan.h)
ﺷﱏأ
/’ann / berarti /hal/ ’apakah?’ menanyakan tentang nama (jenis, sifat) sesuatu.Contoh-contoh isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann / dalam Al-Qur’an sebagai berikut:1. Surat Al-Baqarah ayat 223
/Nis ukum ḥarśun l-lakum fatūḥarśakum ann syitum wa qaddimū li anfusikum wa ittaqū all ha wa i lamū annakum mul qūhu wa basyiri al-mumin na/ “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan
(34)
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman”.
Kalimat insya’ talabi pada ayat di atas
ﺷﱏأ
ﺮ
ﺒﻮ ﺄ
/fatūḥarśakum ann syitum/. Isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini menunjukkan arti datangilahtanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.
ﺷﱏأ
/’ann /adat istifham berbentuk isim dalam ayat ini menggunakan makna leksikal berarti ‘bagaimana’ menanyakan tentang sesuatu keadaan baik tempat maupun waktu. Dan isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann / ini menunjukkan makna asli, yaitu datangilah istri-istrimu kapan dan dimana saja asal sasarannya kearah yang tepat (pada bagian kemaluan), bukan kearah yang lain, atau dengan cara apa saja baik sambil berdiri, duduk, atau berbaring. (Shihab (Volume I), 2007:481)Fungsi (jabatan)
ﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagaiﺧﺮ
ﺎ
نﺎ ز
وأ
نﺎ
ﲎ
وأ
ﺒﻮ ﺒ
/ẓarfun mak nin au zam nins kinun muta allaqun bi i tū au bi ma n kaifa /”zaraf makan atau zaman zaman
berhubungan dengan kalimat
ﺒﻮ ﺒ
/i tū/ yang berarti ‘bagaimana’ ”.(Al-Ibrahim, 2006:35) Dengan demikian fungsiﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagai zaraf makanatau zaraf zaman.
2. Surat Ali Imran ayat 37
(35)
/Fataqabbalah rabbuh bi qabūlin ḥasanin wa anbatah nab tan ḥasanan wa kaffalah zakariyy kullam dakhala alayh zakariyy al-miḥr ba wajada indah rizqan q la y maryamu ann laki h ż q lat huwa min indi all hi inna all ha yarzuqu man yasy u bigayri ḥis bin/ “Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab”.
Kalimat insya’ talabi pada ayat di atas
ﺒﺬ
ﺷﱏﺒ
ﱘﺮ ﺎ
لﺎ
/q la ymaryamu ann laki h ż /. Isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini menunjukkan arti "Wahai Maryam dari mana engkau memperoleh rezeki ini?"ﺷﱏأ
/’ann / adat istifham berbentuk isim dalam ayat ini menggunakan makna leksikal berarti ‘dari mana’ menanyakan tentang sesuatu hal atau keterangan. Dan isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / ini keluar dari makna aslinya, yaitu menunjukkan makna
ﺷ ﺒ
/at-taajjubu/ “keheranan, kekaguman”. Karena Zakariya heran ketika setiap dia masuk ke ruangan yang mulia di suatu masjid dan menemui Maryam maka ia menanyakan hal tersebut, dan Maryam menjawab ("Makanan itu dari sisi Allah") yang didatangkan bagiku dari syurga. (Al-Mahalli dan As-Suyuthi (Jilid I), 2005:233)
Fungsi (jabatan)
ﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagaiنﺎ
مﺷﺪ
ﱪ
ﺧوﺬ
ﺔﺷ ﺎ ﺒ
ﺔ ﺮ ﺒ
بﻮ
ﲎ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
ﺧوﺬﶈﺒ
ﱪ ﺎ
/ismu istifh min bi ma na kayfa manṣūbun al aẓ-ẓarfiyyati al-mak niyyati muta allaqun bi maḥ ūfin khabaru muqaddami, laki mutaallaq ni bi al-khabari al-maḥ ūfi/”isim istifham yang berarti ‘bagaimana’ menempati tempat(36)
khabarmuqaddam laki yang dibuang keduanya berhubungan dengan khabar yang dibuang”. (Al-Ibrahim, 2006:54)
ﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini mempunyai arti ‘bagaimana’. Kata ‘bagaimana’ ini juga mempunyai makna leksikal yang beragam. Salah satunya mengandung makna ‘dari mana’. Dengan demikian fungsiﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagaikhabar muqaddam.
3. Surat Ali Imran ayat 47
/Q lat rabbi ann yakūnu l waladun wa lam yamsasn basyarun q la każ lika all hu yakhluqu m yasy u iż qaḍ amran fa innam yaqūlu lahū kun fa yakūnu/ “Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin Aku mempunyai anak, padahal Aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah Dia”.
Kalimat insya’ talabi pada ayat di atas
ﲎ ﳝ
و
ﺪو
نﻮ
ﺷﱏأ
ﺷبﺜ
ﺎ
ﺮ
/ Q lat rabbi ann yakūnu l waladun wa lam yamsasn basyarun /. Isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini menunjukkan arti ya Tuhanku, betapa mungkin Aku mempunyai anak, padahal Aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun.ﺷﱏأ
/’ann / adat istifham berbentuk isim dalam ayat ini menggunakan makna leksikal berarti ‘betapa’ menanyakan tentang sesuatu keadaan atau keterangan waktu. Dan isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / ini keluar dari makna aslinya,(37)
disentuh oleh seorang lelaki yang bukan mahramnya, apalagi melakukan hubungan yang mengakibatkan lahirnya seorang anak. (Shihab (Volume 2), 2007:94)
Fungsi (jabatan)
ﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagaiﳏ
نﻮ
ب
ﺔﺷ ﺎ ﺰﺒ
ﺔﺷﺮ ﺒ
ﺎ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
/ismu istifh mins kinun fī maḥalli naṣbin ‘al aẓ-ẓarfiyyati az-zam niyyati muta allaqun bi yakūnu/’ism istifham yang menempati tempat nasab zaraf zaman(kata keterangan waktu) yang berhubungan dengan kalimat
نﻮ
/yak
ūnu/’. (Al-Ibrahim, 2006:55) Dengan demikian fungsiﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagai zaraf zaman.4. Surat Ali Imran ayat 165
/Awalamm aṣ batkum muṣbatun qad aṣabtum miślayh qultum ann h ż qul huwa min indi anfusikum inna all h al kulli syai in qad run/”Dan Mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu Telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Kalimat insya’ talabi pada ayat di atas
ﺒ
ﺬ
ﺷﱏأ
/qultum ann h ż /. Isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini menunjukkan arti dari mana datangnya(kekalahan) ini?
ﺷﱏأ
/’ann / adat istifham berbentuk isim dalam ayat ini menggunakan makna leksikal berarti ‘dari mana’ menanyakan tentang sesuatu keadaan atau keterangan tempat. Dan isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / ini keluar dari(38)
makna aslinya, yaitu menunjukkan makna
ﺷ ﺒ
/at-taajjubu/
“keheranan, kekaguman”. Karena kaum muslimin heran dari mana dan apa sebab mereka kalah pada perang Uhud, mengapa mereka tidak mengikuti pendapat Rasul untuk tinggal dan bertahan di Madinah, mereka telah melanggar perintahnya agar jangan meninggalkan posisi, mereka kemudian bergegas mengambil rampasan perang, mereka jadi kocar-kacir setelah datangnya serangan kedua dari kaum musyrikin. Mestinya itu yang mereka pertanyakan pada diri mereka karena kegagalan yang menimpa adalah karena kesalahan mereka sendiri. Ayat ini mengisyaratkan siapa yang mengindahkan Rasul akan berhasil dan yang mengabaikannya akan mendapat kekalahan. (Shihab (Volume 2), 2007:270-271, Hamka (Juz III-IV), 2001:148-149).Fungsi (jabatan)
ﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagaiمﺷﺪ
ﱪ
ﺧوﺬ
ﺔﺷ ﺎ ﺒ
ﺔﺷﺮ ﺒ
ﳏ
ﺎ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
/ismuistifh min s kinun fī maḥalli naṣbin ‘al aẓ-ẓarfiyyati az-mak niyyati muta allaqun bi maḥ ūfin khabarun muqaddamun/’ isim istifham menempati tempat
nasab zaraf makan (kata keterangan tempat) yang berhubungan dengan khabar muqaddam’. (Al-Ibrahim, 2006:71) Dengan demikian fungsi
ﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagai khabar muqaddam.5. Surat Al-An’am ayat 95
/ Inna all ha f liqu al-ḥabbi wa annaw yukhriju al-ḥayya mina al-mayyiti wa mukhriju al- mayyiti mina al-ḥayyi likumu all hu fa ann tu fakūn/
“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, Maka
(39)
Kalimat insya’ talabi pada ayat di atas
نﻮ ﺆ
ﺷﱏﺄ
/fa ann tu fakūn/. Isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini menunjukkan arti maka mengapa kamu masihberpaling?
ﺷﱏأ
/’ann / adat istifham berbentuk isim dalam ayat ini menggunakan makna leksikal berarti ‘mengapa’ menanyakan tentang sesuatu keadaan. Dan isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / ini keluar dari makna aslinya, yaitu menunjukkan maknaﺜﺎ ﻹﺒ
/al- ink ru/
“mengingkari, menolak, menyangkal, meniadakan”. Mengapa mereka masih menolak/berpaling juga dari keimanan padahal bukti-buktinya telah ada. (Al-Mahalli dan As-Suyuthi (Jilid I), 2005:577)Fungsi (jabatan)
ﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagaiنﻮ ﺆ
ﺎ
ﺎ
لﺎ
ﳏ
ﲎ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
/ismu istifh min bi
ma’na kayfa fī maḥalli naṣbi ḥ llin min n ibi f ilin tu fakūna/”isim istifham
yang berarti ‘bagaimana’ menempati tempat nasab menjadi hal (kata keadaan) dari n ibfa’il pada kalimat
نﻮ ﺆ
/tu
fakūna/. (Al-Ibrahim, 2006:140)ﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini mempunyai arti ‘bagaimana’. Kata ‘bagaimana’ ini juga mempunyai makna leksikal yang beragam. Salah satunya mengandung makna ‘mengapa’. Dengan demikian fungsiﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagaihal/keadaan.
6. Surat Muhammad ayat 18
/Fahal yanẓurūna ill as-s ata an ta tiyahum bagtatan faqad j a asyr ṭuh fa ann lahum iż j athum żikr hum/”Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba,
(40)
karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila kiamat sudah datang?”.
Kalimat insya’ talabi pada ayat di atas
ﺮ ﺛ
ﺌﺎ
ﺒﺛﺐ
ﺷﱏﺄ
/fa ann lahum iż j athum żikr hum/. Isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini menunjukkan arti maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila kiamat sudah datang?ﺷﱏأ
/’ann / adat istifham berbentuk isim dalam ayat ini menggunakan makna leksikal berarti ‘apakah’ menanyakan tentang sesuatu atau keterangan tempat. Dan isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / ini keluar dari maknaaslinya, yaitu menunjukkan makna
ﺮ
ﺒ
/at-taḥassuru/ ‘menyesali, bersedih hati’. Dari mana akan timbul kesadaran mereka jika Kiamat telah datang dengan tiba-tiba? Maka tidak ada gunanya lagi penyesalan apabila kiamat sudah datang. (Shihab (Volume 13), 2007:139-140)Fungsi (jabatan)
ﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagai
ﳏ
ﺎ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
ﺒﺮ ﺬ
ﱪ
ﺔﺷ ﺎ ﺒ
ﺔﺷﺮ ﺒ
/ismu istifh mins kinun fī maḥalli naṣbin ‘al aẓ-ẓarfiyyati az-mak niyyati muta allaqun bi khabarin li ẓikr hum/’isim istifham menempati tempat nasab zaraf makan (kata keterangan tempat) yang berhubungan dengan khabar pada kalimat
ﺒﺮ ﺛ
/ẓikr hum/. (Al-Ibrahim, 2006:507)
ﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini mempunyai arti ‘bagaimana’. Kata ‘bagaimana’ ini juga mempunyai makna leksikal yang beragam. Salah satunya mengandung makna ‘apakah’. Dengan demikian fungsiﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagai zaraf makan.(41)
7. Surat Al-Fajr ayat 23
/Waj a yauma iżin bi jahannama yauma iżin yatażakkaru al- ins nu wa ann lahu aż-żikr / “Dan pada hari itu diperlihatkan neraka jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akantetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya”.
Kalimat insya’ talabi pada ayat di atas
ىﺮ ﺷﺬ ﺒ
ﺷﱏأ
و
نﺎ ﻹﺒ
ﺮﺷﺬ
ﺬ ﻮ
/ yatażakkaru al- ins nu wa ann lahu aż-żikr /. Isim istifhamﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini menunjukkan arti akantetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.Arti isim istifham
ﺷﱏأ
/’ann / disini ‘tidak diartikan sebagaimana arti asli/leksikal karena menunjukkan makna yang keluar dari makna aslinya yaituﺷ ﺒ
/an-nafyu/artinya, penyesalan pada saat itu tidak ada gunanya lagi. Dan bagaimana mungkin mengingat perbuatannya dan segala sesuatu yang telah ia kerjakan baik yang terdahulu maupun yang kemudian akan mendatangkan manfaat baginya. (Katsir, 2003:197, Hatta, 2009:593)Fungsi (jabatan)
ﺷﱏأ
/’ann / dalam ayat ini sebagaiىﺮ ﺬ ﺒ
ﺷﱏأ
.
ﺐ
ﺧﺎ
ﺮ
ﺮ ﺬ
.
ﺚ
ﺔ ﻮ
ﺮ
ﺌ
:
ﺒ
مﺎﻬ ﺒ
ﺒ
وأ
نﺎ ﻹﺒ
لﺎ
ﺔ ﱰ
/ismu istifh min s kinun fīal-jumali j a jarrun ma tufatun ‘al dukkatin. yataẓakkaru jarrun muḍ fun ilayhi. ann lahu aż-żikr naṣbu h llin min al- ins ni au mu tariḍatin/ isim istifham dalam jumlah kalimat ini :ﺌ
hukumnya mabni jarr ma tuf dengan kalimatﺚ
/dukkatin/.ﺮ ﺬ
/yataẓakkaru/ hukumnya mudari’ marfu’ mudhaf ilaih.ىﺮ ﺬ ﺒ
ﺷﱏأ
/ann lahu a
ż-żikr / menempati tempat nasab hal (keadaan) dari kata
ﺔ ﱰ
وأ
نﺎ ﻹﺒ
/ al-ins nu au mu tariḍatun/’. (Al-Ibrahim, 2006:593) Dengan demikian fungsi
ﺷﱏأ
(42)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Istifham
/
مﺎﻬﻔ ﻹﺒ
/
‘
al- istifhāmu’Secara Etimologi
مﺎﻬ ﻹﺒ
/al- istifh mu/ berasal dari bahasa arab yaitukata
ﻬ
/fahima/ yang artinya ia telah paham, ia telah tahu yang mendapattambahan huruf
ﺒ
/alif/,ﺞ
/sin/, danت
/ ta/ menjadiمﺎﻬ ﺐ
/ istifh mun/ , yang memiliki arti “minta untuk diberitahukan”. (Ali dan Muhdlor 2003:1409)Adapun defenisi
مﺎﻬ ﻹﺒ
/al- istifh mu/ menurut Al-Jarim dan Amin dalam Nurkholis dkk (2005:273) ialah mencari pengetahuan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.Menurut Al-Hasyimi (1960:85)
ﻮ
مﺎﻬ ﻹﺒ
ﺒ
ﺎ ﻮ
/Al- istifh mu huwa ṭalabu al- ilmi bisyai’in lam yakun ma lūman min qablu/
“Istifham adalah mengharapkan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui sebelumnya”.
Dan menurut Dayyab dkk (2004 : 430)
ﻮ
مﺎﻬ ﻹﺒ
ﺒ
/Al- istifh mu huwa ṭalabu al- ilmi bisyai’in/“Istifham adalah mengharapkan untuk mengetahui sesuatu”.
Dari defenisi-defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Istifham adalah suatu ucapan yang dipergunakan untuk menanyakan sesuatu agar si penanya mengetahuinya.
Kata-kata yang dipergunakan untuk bertanya di dalam bahasa Arab (Istifham) terdapat sebelas kata, yaitu:
(43)
2. /hal/’apakah’
3.
ﺎ
/m /’
apa’4. /man/’siapakah’
5.
ﱴ
/mat /’kapankah’6.
نﺎﺷﺒ
/ayy na/’kapankah’7. /kayfa/’bagaimanakah’
8.
أ
/ayna/’dimanakah’9.
ﺷﱏأ
/’ann /’bagaimanakah, darimanakah’10. /kam/’berapakah’
11.
ﺷيأ
/ ayyun
/’manakah, apakah’3.1.1 Klasifikasi Istifham
/
مﺎﻬﻔ ﻹﺒ
/
‘al- istifhāmu’Dari kesebelas kata tanya (Istifham) di atas dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:
1)
مﺎﻬ ﻹﺒ
ﺧﺮ
/
ḥarfu al-istifh mi/Huruf Istifham itu ada dua, yaitu: 1.
أ
/al-hamzatu/’apakah’Huruf
أ
/al-hamzatu/ yang berarti ’apakah’, ini dipergunakan untuk mengetahui tentang dua keadaan yaitu:
ﺜﺷﻮ ﺒ
/at-taṣawwuru/ yaitu gambaran tentang sesuatu hal mufrad (yang tunggal). Hamzah biasanya langsung diiringi dengan hal yang akan ditanyakan mempunyai bandingan terletak setelah lafazمأ
/am/ yang(1)
Atau dari mana akan timbul kesadaran mereka jika Kiamat telah datang dengan tiba-tiba? Tidak ada gunanya penyesala n apabila hari kiamat sudah datang.
- Yang menunjukkan makna
رﺎ ﻹﺒ
/al-inkāru/ ‘mengingkari, menolak, menyangkal, meniadakan’N
o Surat Ayat
Tranliter
asi Arti
Isim Istifham
ﺷﱏأ
/’ann / Menunjukkan Makna Yang Keluar
Dari Makna Asli
1.
Surat Al-Mai’ida
h ayat 75
...
/...unẓur ann yu fakūna/
“...perhatikan lah
bagaimana mereka berpaling (dari
memperhatik an ayat-ayat
Padahal sudah terbukti keesaan dan kekuasaan Allah SWT tetapi para ahli kitab itu
(2)
kami itu)” itu tetap saja mengingkari dan
berpaling terhadap bukti-bukti yang telah ada.
2.
Surat Al-An’am ayat 95
...
/...fa ann tu
fakūn/
“...Maka Mengapa kamu masih berpaling?”
Padahal sudah terbukti keesaan dan kekuasaan Allah SWT tetapi para pembangkan g itu tetap saja
mengingkari-Nya.
3.
Surat At-Taubah ayat 30
...
/...ann yu fakūna/
“...bagaiman a mereka
sampai berpaling?”
Padahal rasul-rasul telah datang menjelaskan kekeliruan mereka (orang-orang kafir) bahkan akal sehat membuktika n secara gamblang keesaan-Nya yang sangat murni, Allah tidak beranak dan juga tidak
diperanakkan . Tetapi mereka Kaum Yahudi tetap mengakui Uzair Anak Allah dan orang-orang Nasrani
(3)
menyatakan bahwa Isa anak Allah, dan mereka mendapat laknat dari Allah.
4.
Surat Yunus ayat 32
...
/....fa ann tuṣrafūn
a/
“...Maka bagaimanaka
h kamu dipalingkan
(dari kebenaran)?”
Padahal bukti-bukti kebenaran telah cukup ada. Dan bagaimana kalian dipalingkan dari
keimanan, padahal kebenaran itu mutlak.
5.
Surat Yunus ayat 34
...
/...fa ann tu fakūna/
“...Maka bagaimanaka
h kamu dipalingkan
(kepada menyembah
yang selain Allah)?”
Padahal bukti-bukti kebenaran telah cukup ada. Dan bagaimana
kalian dipalingkan dari
menyembah Allah SWT dan dari keimanan.
6.
Surat Al-Ankabut
ayat 61
...
/…fa ann yu fakūna/
“...Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)”
Maka betapakah mereka dipalingkan oleh setan dan hawa nafsu mereka dari jalan yang benar dengan menyembah berhala-berhala, dan mengharapka n perolehan
(4)
rezeki selain-Nya?
Padahal bukti-bukti kebenaran telah cukup ada.
7.
Surat Fathir ayat 3
...
/...fa ann tu fakūna/
“...Maka mengapakah
kamu berpaling
(dari ketauhidan)?
”
Mengapakah kamu
berpaling dari kebenaran, dan intinya adalah setan dan hawa nafsu
mereka. Padahal bukti-bukti kebenaran telah cukup ada. Maka sesatlah
mereka didunia.
8.
Surat Az-Zumar
ayat 6
...
/...fa’an n tuṣrafūn
a/
“...maka bagaimana kamu dapat dipalingkan? ”
Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan oleh satu dan lain hal? Padahal Dia juga satu-satunya Tuhan, tidak ada Tuhan Penguasa dan
pengendali alam raya dan yang berhak disembah selain Dia. 9.
Surat Mu’min
ayat 62
...
/...fa’an n tu fakūna/
“...Maka bagaimanaka h kamu dapat dipalingkan?
Maka atas dasar apa kamu wahai kaum
(5)
”. musyrikin masih dapat dipalingkan oleh setan dan nafsu sehingga kamu enggan mengakui keesaan-Nya dan patuh kepada-Nya?
1 0.
Surat Mu’min
ayat 69
...
/...’ann yuṣrafūn
a/
“...bagaiman akah mereka dapat
dipalingkan? ”.
Maka bagaimanaka h dan atas dasar apakah mereka dapat dipalingkan dari bukti-bukti yang demikian jelas lalu bersikeras mempertaha nkan
kesesatannya ?
1 1.
Surat Az-Zukhruf
ayat 87
...
/…fa’an n yu fakūna/
“...Maka bagaimanaka h mereka dapat dipalingkan (dari
menyembah Allah )?”.
Maka bagaimanaka h mereka dapat dipalingkan dari
menyembah Allah SWT? Sementara bahwa mereka mengetahui bahwa Dia yang
menciptakan dan
menyelamatk an.
1 2.
Surat Al-Munafiq
un ayat
...
/...’ann yu fakūna/
“...bagaiman akah mereka sampai
dipalingkan
Maka bagaimanaka h mereka dipalingkan
(6)
82 (dari kebenaran)?”
.
sehingga mereka tidak menyadari keburukan perangai atau perilaku mereka.