HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN HIDUP DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA Hubungan Antara Kebiasaan Hidup Dengan Kejadian Insomnia Pada Lansia Di POSYANDU Lansia Kalurahan Blulukan Colomadu Karanganyar.
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN HIDUP DENGAN KEJADIAN
INSOMNIA PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA
KALURAHAN BLULUKAN, COLOMADU KARANGANYAR
NASKAH PUBLIKASI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
LEGI RETNO PALUPI DWI ANDARI
J 410 070 058
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
0
ST]RAT PERI\TYATAANI
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
B
ismillahirrahmanirrohim
Yang bertandatangan di bawatr ini, saya
]$ama
NI},T/NIK/NIP
Jenis
Legi Retno Palupi Dwi Andari
I 4t0 070 058
Skripsi
ftdul
HIIlt p DENGAI\t KEJADIAN INSOMIIIA
POSYAI\IDU LAITSIA KALURAIIAN BLULUKAI\I,
"HUBUNGAI\I AI\ITARA KEBIASAAIT
PADA LAltSrA DI
C
OLOMADU KARANGAI\IYAR-
Dengan ini rnenyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1' Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiatr
saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan / mengalih formatkan,
mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), mendistibusikannya, ser&a menampilkannya
dalam benhlk softcopy unttrk kepentingan akademis kepada perpustakaan
UMS, tanpa
perlu me'lrrinta ijin dari saya selamateirap mercaotumkan n:rma saya
sebagai penulis /
pencipta.
2'
3' Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatlcan pihak
Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang
timbul atas pelanggaran
hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian prnyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan
sebagaimana mestinya.
Surakarta, Juli 2014
LEGI RETNO PALT]PI DWI A.
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN HIDUP DENGAN KEJADIAN INSOMNIA
PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA KALURAHAN BLULUKAN,
COLOMADU KARANGANYAR
Legi Retno Palupi Dwi A*
Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid).**
Farid Setyo Nugroho, SKM.***
ABSTRAK
Gangguan tidur sering terjadi pada Lansia meskipun tingkat kesulitan tidur berbeda pada
masing-masing individu, mengeluhkan sulit untuk masuk tidur, sulit menahan tidur, tidur
tidak tenang, dan sering terbangun lebih awal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara kebiasaan hidup dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu
Lansia. Metode penelitian ini menggunakan rancangan observasional dengan pendekatan
cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang menggunakan layanan
Posyandu yang berdomisili di Desa Blulukan, Colomadu, Karanganyar yang berjumlah
225 orang. Pemilihan sampel dengan acidentalsampling dengan jumlah sampel sebanyak
70 orang. Uji statistik menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan signifikan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian insomnia pada lansia (p
= 0,005), tidak ada hubungan antara makan teratur dengan kejadian insomnia pada lansia
(p = 0,523), ada hubungan signifikan antara merokok dengan kejadian insomnia pada
lansia (p = 0,012), dan tidak ada hubungan antara kegiatan sosial dengan kejadian
insomnia pada lansia di Posyandu Lansia Kalurahan Blulukan, Colomadu Karanganyar (p
= 0,179).
Kata Kunci
: Kebiasaan hidup, insomnia.
ABSTRACT
Sleep disorders, happen in the elderly often, despite different levels of difficulty
sleeping on each individual, complained of difficult to get to sleep, difficult to resist sleep,
restless sleep, and often woke up early. The purpose of this study to determine the
relationship between living habits with the incidence of insomnia in elderly Posyandu
elderly. Methods this study used an observational design with cross-sectional approach.
The population in this study is the elderly who use Posyandu services who live in the
village Blulukan, Colomadu, Karanganyar totaling 225 people. Selection of samples with
acidentalsampling with a total sample of 70 people. Test using chi-square statistics. The
results showed no significant association between exercise habits with the incidence of
insomnia in the elderly p = 0,005, there was no association between regular meals with
the incidence of insomnia in the elderly p = 0,523, there is a significant association
between smoking and the incidence of insomnia in the elderly p = 0,012, and there is no
relationship between social events with an incidence of insomnia the elderly in the village
of Posyandu elderly Blulukan, Colomadu Karanganyar p = 0,179.
Keywords: living habits, insomnia.
1
dengan pertumbuhan tingkat nasional. Data
Departemen Sosial (Depsos) menyebutkan
jumlah penduduk dengan struktur tua (Lansia)
mencapai 9,36%. Daerah lain yang juga
masih tujuh besar diantaranya Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 2,48%,
Jawa Timur 9,36%, Bali 8,77% dan Jawa
Barat 7,09%. Jumlah tersebut diprediksi akan
terus meningkat setiap tahun lantaran tingkat
harapan hidup di Jawa Tengah tergolong
tinggi
(49%)
sehingga
pembangunan
infrastruktur
harus
mempertimbangkan
keramahan bagi lansia. Peningkatan proporsi
penduduk lansia merupakan imbas dari
peningkatan ekonomi, pendidikan, sistem
kesehatan, sanitasi dan nutrisi (Ivan, 2012).
Pada saat ini, gaya hidup penduduk
Lanjut Usia (Lansia) sudah mengalami
perubahan, lansia harus menyesuaikan diri
karena berkurangnya fungsi alat indera dan
anggota tubuh secara alamiah, baik fisik,
mental maupun emosional. Menurunnya
kemampuan lansia akibat adanya cacat tubuh
dan berbagai penyakit degeneratif yang
diderita,
sehingga
lansia
mempunyai
ketergantungan yang besar pada keluarga
dan orang lain serta pengaruh proses
penuaan menimbulkan berbagai masalah baik
fisik, mental, maupun sosial ekonomi
(Hardywinoto, 2005).
Perubahan fisik dan kemampuan
fungsional yang dimiliki lansia, tidak banyak
melakukan
aktivitas
fisik,
sehingga
memerlukan tidur yang lebih sedikit daripada
remaja. Kebutuhan tidur lansia semakin
menurun karena dorongan homeostatik untuk
tidurpun berkurang. Pada lansia perempuan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan
pembangunan adalah semakin meningkat-nya
usia harapan hidup penduduk. Semakin
meningkatnya usia harapan hidup penduduk,
menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia
terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut
Depkes (2012) penduduk lanjut usia
mencapai 9,77% dari total penduduk pada
tahun 2010 dan diperkirakan meningkat
menjadi 11,34 % pada tahun 2020 (Depkes,
2012).
Pada tahun 2025 diperkirakan akan
terdapat 1,2 milyar lansia yang merupakan
21% dari total populasi dunia dan sekitar 80%
diantaranya hidup di negara berkembang.
Populasi
lansia
di
Indonesia
terus
berkembang
dan
dikhawatirkan
akan
meningkatkan angka beban ketergantungan
atau dependency ratio (Depkes, 2012).
Berdasarkan data dari Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Kedeputian I Bidang Kesejahteraan Sosial
penduduk lanjut usia di Indonesia tahun 2010
sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia
harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun
2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%)
dengan usia harapan hidup 71,1 tahun
(Amelia dan Endang, 2011). Hasil Sensus
Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa
Indonesia termasuk lima besar negara
dengan jumlah penduduk lanjut usia
terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta
jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah
penduduk (Menkokesra, 2013).
Provinsi Jawa Tengah termasuk salah
satu dari tujuh provinsi di Indonesia yang
berpenduduk dengan struktur tua (lansia). Di
Jawa Tengah pertumbuhan Lansia sama
lebih
banyak
mengalami
insomnia
dibandingkan laki-laki yang lebih banyak
menderita sleep apnea atau kondisi medis
2
lainnya
yang dapat mengganggu tidur
(Rizema, 2011). Insomnia atau gangguan sulit
tidur merupakan suatu keadaan dimana
seseorang mengalami penurunan kuantitas
dan kualitas tidur (Lanywati, 2001).
Masalah tidur mungkin memiliki dampak
negatif pada kualitas hidup yang terkait
kesehatan
dengan peningkatan resiko
kecelakaan, antibodi menjadi lemah, rentan
terserang diabetes dan kelelahan kronis.
Kualiats tidur yang buruk dikaitkan dengan
penurunan memori dan konsentrasi, dan
gangguan kinerja dalam uji psikomotorik.
Gangguan tidur juga dikaitkan dengan
peningkatan resiko jatuh, penurunan kognitif,
dan tingkat kematian lebih tinggi (Poppy,
2011). Untuk mengatasi gangguan tidur pada
lansia, hal yang perlu dilakukan melakukan
kebiasaan hidup sehat. Orang yang
senantiasa menerapkan kebiasaan hidup
sehat akan memperoleh tingkat kesehatan
yang menjanjikan, artinya bahwa lansia yang
melakukan kebiasaan hidup sehat akan
terpelihara kesehatannya (Arifin, 2012).
Wilayah
Jawa
Tengah
tercatat
2.336.115 jiwa merupakan Lansia dari total
penduduk 32.864.563 (Susenas, 2009).
Provinsi Jawa Tengah termasuk salah satu
dari tujuh provinsi di Indonesia yang
berpenduduk dengan struktur tua (lansia).
Data
Departemen
Sosial
(Depsos)
menyebutkan jumlah penduduk dengan
struktur tua (lansia) mencapai 9,36%.
Menurut data statistik tahun 2011,
jumlah lansia di Kabupaten Karanganyar
sebanyak 821.694 orang dengan 408.585
orang laki-laki dan 413.109
orang
mempunyai jumlah penduduk sekitar 3.832
jiwa. Dari data kependudukan Kelurahan
Blulukan tahun 2013, terdapat lanjut usia
diatas 60 tahun mencapai 225 jiwa.
Berdasarkan studi pendahuluan pada Lansia
di Posyandu Lansia Ngudi Waras kelurahan
Blulukan, bahwa lansia pernah mengalami
kesulitan tidur, meskipun tingkat kesulitan
tidur berbeda pada masing-masing individu.
Lansia juga mengeluhkan sulit untuk masuk
tidur, sulit menahan tidur, tidur tidak tenang,
dan sering terbangun lebih awal. Tiga dari
lima lansia mengatakan bahwa setiap hari
sulit untuk tertidur kembali setelah terbangun
ditengah malam, adapun kegiatan dikala
bangun dan sulit tidur diantaranya adalah
menghisap rokok dan menonton televisi
sampai pagi.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mushoffa, dkk (2013), tentang
hubungan antara perilaku merokok dan
kejadian
insomsia
pada
mahasiswa,
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
resiko terjadinya insomnia pada mahasiswa
perokok di Fakultas Kesehatan Universitas
Lampung.
Menurut Rosmalawati dan Jupriyono
(2008) yang meneliti tentang hubungan
gangguan tidur dengan gangguan efek pada
individu usia 50 tahun ke atas, di Kabupaten
Purworejo,
Propinsi
Jawa
Tengah,
menunjukkan
hasil
bahwa
prevalensi
gangguan tidur pada individu usia 50 tahun ke
atas lebih besar dibandingkan dengan
prevalensi gangguan tidur menurut WHO; dan
gangguan tidur mempunyai hubungan yang
bermakna
dengan
gangguan
affektif,
perempuan. Kecamatan Colomadu terdiri
dari 14 kelurahan, yang diantaranya adalah
kelurahan Blulukan. Kelurahan Blulukan
maksudnya
bahwa
gangguan
tidur
meningkatkan resiko terjadinya gangguan
3
Tahun di Posyandu Lansia Desa Blulukan,
affektif baik pada laki-laki maupun perempuan
pada usia 50 tahun ke atas.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka
penulis
ingin
meneliti
tentang
”Hubungan antara kebiasaan hidup dengan
kejadian insomnia pada lansia di Posyandu
Lansia
desa
Blulukan,
Colomadu,
Kaanganyar.”
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara kebiasaan
hidup dengan kejadian insomnia pada lansia
di
Posyandu
Lansia
desa
Blulukan,
Colomadu, Kaanganyar
Colomadu
Karanganyar
dilihat
dari
olahraga tergolong tidak baik (65,7%) dan
yang
tergolong
Responden
baik
yang
hanya
tergolong
34,3%.
kegiatan
olahraga tidak baik disebabkan karena
saat ini tidak mesti seminggu sekali
mengikuti
senam
jantung
sehat
di
Posyandu, mereka juga jarang mengikuti
senam Lansia setiap minggu. Namun
demikian, apabila mereka diajak teman
untuk
berolahraga
mereka
baru
penelitian
nyang
menyetujuinya.
Sebagaimana
METODE PENELITIAN
dilakukan oleh Sumedi, dkk (2010), bahwa
Jenis penelitian adalah penelitian
observasional
dengan
menggunakan
pendekatan cross-sectional. Penelitian ini
dilaksanakan di Posyandu Desa Blulukan,
Kecamatan Colomadu Karanganyar, Adapun
waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
September 2013.
Populasi dalam penelitian ini adalah
lansia yang terdaftar di Posyandu Desa
Blulukan Colomadu, Karanganyar yang
berjumlah 225 orang dan diambil sampel
sebanyak 70 orang dengan teknik accidental
sampling.
Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah kebiasaan hidup (olahraga teratur,
makan teratur, dan merokok, dan kegiatan
sosial). Adapun Variabel terikat kejadian
insomnia.
Dalam penelitian ini untuk menguji dan
menganalisa data yang telah diperoleh,
penulis menggunakan uji Chi-Square ( 2).
dengan hanya berolahraga ringan seperti
berjalan kaki saja dapat membantu tubuh
mencegah penurunan daya kerja otak
pada wanita lanjut usia. Semakin lama
dan seringnya kegiatan berjalan kaki ini
dilakukan maka ketajaman pikiran juga
akan
semakin
membaik.
Kegiatannya
tidak perlu terlalu tinggi intensitasnya,
cukup
dengan
penting
daya
meningkat
berkeliling
pacu
sehingga
saja,
jantung
akan
yang
dapat
berdampak
pada penurunan insomnia pada lansia
(Sumedi, dkk, 2010).
2. Makan Teratur
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang termasuk makan
teratur lebih dari separuh (62,9%) dan
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
lansia yang tergolong makan tidak teratur
Analisis Univariate
hanya 26 orang (37,1%). Makan tidak
1. Kegiatan Olahraga
teratur merupakan salah satu contoh
penelitian
perilaku atau gaya hidup yang tidak
diketahui mayoritas Lansia Usia 55-60
teratur dan tidak sehat. Gaya hidup
Berdasarkan
hasil
4
adalah
suatu
dilakukan
kebiasaan
seseorang
mengganggu
yang
dan
kesehatan.
rutin
Blulukan, Colomadu Karanganyar dapat
dapat
diketahui
Kebiasaan-
bahwa
responden
yang
termasuk merokok sebanyak 28 orang
kebiasaan yang sering dilakukan oleh
(40,0%)
lansia di Posyandu Lansia Desa Blulukan
sebanyak 42 orang (60,0%). Hal ini berarti
antara
lain sangat menyukai makan
responden kebanyakan tidak merokok,
makanan asin, mereka suka makanan
namun demikian mereka dulu pernah
berlemak seperti gorengan, jeroan, daging
merokok dan mau merokok jika ditawari
kambing, daging sapi dan mereka juga
rokok
biasa makan makanan berlemak asal
merokok
tidak berlebihan dalam memakannya.
karena menambah kenikmatan setelah
Namun demikian, mereka secara rutin
makan dan memang bagi yang merokok
setiap kali makan selalu ada sayur dan
mereka
lauk serta terbiasa makan 3 kali sehari.
ditinggalkan. Merokok yang ada pada
dan
kategori
secara gratis,
mereka
sudah
tidak
dan
merokok
bagi
mempunyai
ketagihan
yang
alasan
dan
sulit
Namun demikian, makan teratur yang
lansia akan berdampak pada terjadinya
dilakukan oleh lansia belum tentu akan
insomnia, hal ini senada dengan penelitian
berdampak pada terjadinya Insomnia. Hal
yang dilakukan oleh Mushoffa, dkk (2013),
ini
tentang
didukung
oleh
penelitian
yang
hubungan
antara
perilaku
dilakukan oleh Ernawati dan Agus (2012)
merokok dan kejadian insomsia pada
yang meneliti tentang faktor-faktor yang
mahasiswa, menunjukkan bahwa terdapat
berhubungan dengan terjadinya Insomnia
peningkatan resiko terjadinya insomnia
pada
pada mahasiswa perokok di Fakultas
Lanjut
Kecamatan
Usia
di
Desa
Sukoharjo
Gayam
Kabupaten
Kesehatan Universitas Lampung.
Sukoharjo. Hasil penelitian menyebutkan
4. Kegiatan Sosial
bahwa terdapat hubungan yang signifikan
Gambaran kegiatan sosial pada
antara kebiasaan makan teratur dengan
Lansia di Posyandu Lansia Desa Blulukan,
kejadian insomnia pada Lansia di Desa
Colomadu Karanganyar diketahui bahwa
Gayam Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
responden
Sukoharjo.
menunjukkan
sosial baik sebanyak 38 orang (54,3%)
bahwa semakin baik gaya hidup lansia
dan kategori kegiatan sosial tidak baik
seperti makan teratur maka semakin
sebanyak 32orang (45,7%). Menurut hasil
rendah tingkat insomnianya.
jawaban
Penelitian
mempunyai
responden
kegiatan
diketahui
bahwa
kegiatan sosial yang ada pada Lansia
3. Merokok
Gambaran
yang
merokok
sebagian besar tergolong baik, hal ini
responden
ditunjukkan
pada Lansia di Posyandu Lansia Desa
5
oleh
Lansia
yang
suka
mengikuti
kegiatan
sosial
seperti
penderita
dengan
gejala-gejala
selalu
mengikuti kerja bhakti kampung, mereka
merasa letih dan lelah sepanjang hari dan
selalu
mengunjungi
secara terus menerus (lebih dari sepuluh
tetangga yang sakit, dan apabila di
hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau
kampung
bersama
selalu terbangun di tengah malam dan
Namun
tidak dapat kembali tidur. Di samping itu
demikian bagi yang mempunyai kegiatan
kondisi fisik dan psikologis responden
sosial tidak baik karena mereka kurang
seiring dengan terjadinya proses penuaan
bisa mengikuti pengajian setiap sepekan
berdampak pada terjadinya insomnia pada
sekali untuk mengurangi kebosanan hidup
lansia.
Berkurangnya
sendiri dan mereka kurang mengetahui
adaptasi
lansia
agar hidupnya berarti mereka berusaha
perubahan merupakan hal yang normal
untuk
yang
pada lansia. Perubahan-perubahan ini
sedang membutuhkan. Oleh karena itu
bersamaan dengan perubahan fisik dan
menurut
lain. Pada lansia, umumnya dorongan
berusaha
mereka
untuk
diadakan
selalu
rekreasi
mengikutinya.
membantu
saudara
Abdulrohman
peningkatan
gejala
lain
(2011)
bahwa
insomnia
dapat
homeostatistik
kemampuan
terhadap
untuk
tidur
perubahan-
lebih
dulu
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
menurun, baru diikuti oleh dorongan irama
adalah aktivitas sosial yang berkurang.
sirkandian untuk terjaga (Rafknowledge,
5. Kejadian Insomnia
2004).
Gambaran kejadian insomnia pada
Penelitian menunjukkan sebagian
Lansia di Posyandu Lansia Desa Blulukan,
besar responden mengalami insomnia, hal
Colomadu Karanganyar diketahui bahwa
tersebut sesuai dengan hasil penelitian
lansia termasuk kategori tidak insomnia
Amir (2007), yang menyatakan bahwa
sebanyak 29 orang (41,4%) dan sebanyak
setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-
41
orang
insomnia.
(58,6%)
Hal
ini
termasuk
terjadi
50% orang dewasa melaporkan adanya
ditunjukkan
bahwa
gangguan
tidur
dan
sekitar
17%
mereka waktu untuk tidur kurang dari 7-8
mengalami gangguan tidur yang serius,
jam per hari dan mereka saat terbangun
sedangkan
merasa kurang bersemangat, dan mereka
pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%.
prevalensi
gangguan
tidur
terbangun terbangun lebih ari 2 kali
sepanjang
malam,
dengan
KESIMPULAN DAN SARAN
kejadian
tersebut maka akan berdampak pada
Kesimpulan
terjadinya insomnia pada lansia.
1. Ada hubungan signifikan antara kebiasaan
olahraga dengan kejadian insomnia pada
lansia di Posyandu Lansia Desa Blulukan,
Colomadu Karanganyar.
Insomnia
gangguan
tidur
merupakan
yang
dialami
suatu
oleh
6
memberikan pelayanan dalam
upaya promotif dan preventif.
2. Tidak ada hubungan signifikan antara
makan teratur dengan kejadian insomnia
pada lansia di Posyandu Lansia Desa
Blulukan, Colomadu Karanganyar.
3. Ada hubungan signifikan antara merokok
dengan kejadian insomnia pada lansia di
Posyandu
Lansia
Desa
Blulukan,
Colomadu Karanganyar.
4. Tidak ada hubungan signifikan antara
kegiatan sosial dengan kejadian insomnia
pada lansia di Posyandu Lansia Desa
Blulukan, Colomadu Karanganyar.
bentuk
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 2012. Hubungan antara Kebiasaan
Hidup
Sehat
dengan
Kebugaran
Jasmani Lansia Kelompok Elderly pada
Persatuan
Olahraga
Pernafasan
Indonesia.
Jurnal
Olahraga
dan
Kesehatan.
Pkr-ikor.com/artikel/243jurnal.doc. Diakses tanggal Oktober
2012.
Amelia, WS dan Endang SI. 2011. Hubungan
antara Dukungan Sosial dengan Depresi
pada Lanjut Usia yang Tinggal di Panti
Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah.
Jurnal Psikologi UNDIP. Vol. 9. No. 1
April. 2011. Semarang: Undip.
Saran
1. Bagi Lansia. Diharapkan lansia berupaya
memperbaiki gaya hidupnya yaitu dengan
lebih banyak mengkonsumsi air putih, rajin
berolahraga dan juga menjaga jam tidur
yang teratur dan seimbang.
2. Bagi peneliti berikutnya. Hasil penelitian
dapat menjadi acuan untuk dikembangkan
pada penelitian yang lebih luas, misalnya
dengan menambah faktor-faktor lain yang
mempengaruhi insomnia pada lansia
misalnya faktor motivasi, umur, gangguan
medis dan lingkungan.
3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten.
Diharapkan dapat menfasilitasi gangguan
tidur yang terjadi pada lansia dengan
memanfaatkan posyandu lansia yang
sudah ada, sehingga keluhan yang
dihadapi lansia yang berhubungan dengan
tidurnya dapat tercakup.
4. Bagi Masyarakat. Diharapkan dapat
membentuk perkumpulan lansia misalnya
Carpenito, L.J,. 1998. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan (terjemahan), Edisi 8,
Penerbit
Buku
Kedokteran
EGC,
Jakarta.
Damayanti, P, Rompas dan Engka. 2012.
Dampak Merokok terhadap Pola Tidur.
Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Depkes, 2006. Panduan Pelaksanaan Posyandu
Lansia. Jakarta: Depkes.
Depkes. 2012. Penduduk Lanjut Usia. BPSSusenas, 2007.
Effendi, Nasrul, 2009. Dasar-Dasar Perawatan
Kesehatan Masyarakat, Jakarta : EGC.
Erliana, Haroen dan Susanti. 2009. Perbedaan
Tingkat Insomnia Lansia Sebelum dan
Sesudah
Latihan
Relaksasi
Otot
Progresif
(Profressive
Muscle
Relaxation) di BPSTW Cipary Bandung.
Ernawati dan Agus S. 2012. Faktor-faktor yang
Berhubungan
dengan
Terjadinya
Insomnia pada Lanjut Usia di Desa
Gayam
Kecamatan
Sukoharjo
Kabupaten
Sukoharjo.
Jurnal
Keperawatan UMS. Surakarta: UMS
Publisser.
“Bina Keluarga Lansia” yang merupakan
organisasi para lanjut usia dan sebagai
tempat saling bercerita antara para lansia.
Bina Keluarga Lansia merupakan salah
satu
wadah
di
masyarakat
yang
7
Ivan, A. 2012. Jumlah Lansia Akan Terus
Bertambah.
http://kedaulatanrakyat.co.id/read/149636/jumlah Lansia
akan terus bertambah.kr,13. Diakses
tanggal 13 November 2012.
Rosmalawati, Dwi, Jupriyono. 2008. Hubungan
Gangguan Tidur dengan Gangguan
Affek pada Individu Usia 50 Tahun Ke
atas di Kabupaten Purworejo, Propinsi
Jawa Tengah. Poltikes Dekpes Malang.
Laniwati, E. 2001. Insomnia, Gangguan Sulit
Tidur. Yogyakarta: Kanesius.
Sadock B, Greb J. Kaplan dan Sadock. 2007.
Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Psikiatri Klinis. Edisi Ketujuh. Jilid Dua.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Marchira, Curla R. 2007. Insomnia pada Lansia
dan
Penatalaksanaannya.
Jurnal
Fakultas Ilmu Kedokteran. FK UGM/RS.
Dr. Sardjito. Yogyakarta.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Menkokesra, 2013. Jumlah Lansia Indonesia,
Lima Besar Terbanyak di Dunia. Dari
http://www.menkokesra.go.id/content/ju
mlah-lansia-indonesia-lima-besarterbanyak-di-dunia. Diakses tanggal 10
November 2013.
Silitonga,
R.
2007.
Faktor-faktor
yang
Berhubungan dengan Kualitas Hidup.
Semarang: Undip Press.
Sugiyono.
2008.
Metodologi
Bandung: Alfabeta.
Mushoffa, Annari, Huesin, dan Bakhriansyah.
2013.
Hubungan
antara
Perilaku
Merokok dan Kejadian Insomnia pada
Mahasiswa
Fakultas
Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal
Fakultas
Kedokteran.
Universitas
Lambung Mangkurat.
Penelitian.
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Yulia,
Notoadmojo. S. 2008. Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Rineka cipta: Jakarta.
Vaora, Sabrian. 2011. Hubungan
Kebiasaan Merokok Remaja dengan
Gangguan Pola Tidur. Program Studi
Keperawatan Universitas Riau.
Notoadmodjo,
S.
2010,
Ilmu
Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Poppy.
* Legi Retno Palupi Dwi A: Cantel Wetan
RT 01/XV Sragen.
** Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid).
Dosen Keperawatan FIK UMS Jln. A Yani
Tromol Post 1 Kartasura.
*** Farid Setyo Nugroho, SKM. Dosen
Keperawatan FIK UMS Jln. A Yani Tromol
Post 1 Kartasura
2011.
Penyakit
Geriatric.
http://poppyherlianty.com/2011/01/
penyakit Geriatric.html. Diakses tanggal
09 November 2012.
Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur pada
Kelompok
Usia
Lanjut
dan
Penatalaksanaan.
Jurnal
Ilmu
Kesehatan Jiwa. FK. Universitas Trisakti.
Republika. 2012. Wah, Lansia Indonesia Masuk
Lima
Besar
Dunia.
http://www.republika.co.id/berita/nasional
/umum/12/05/30/m4tiuu-wah-lansiaindonesia-masuk-lima-besar-dunia.
Diakses tanggal 30 Mei 2012.
Rafknowledge. 2004. Insomnia dan Gangguan
Tidur Lainnya. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
8
INSOMNIA PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA
KALURAHAN BLULUKAN, COLOMADU KARANGANYAR
NASKAH PUBLIKASI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
LEGI RETNO PALUPI DWI ANDARI
J 410 070 058
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
0
ST]RAT PERI\TYATAANI
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
B
ismillahirrahmanirrohim
Yang bertandatangan di bawatr ini, saya
]$ama
NI},T/NIK/NIP
Jenis
Legi Retno Palupi Dwi Andari
I 4t0 070 058
Skripsi
ftdul
HIIlt p DENGAI\t KEJADIAN INSOMIIIA
POSYAI\IDU LAITSIA KALURAIIAN BLULUKAI\I,
"HUBUNGAI\I AI\ITARA KEBIASAAIT
PADA LAltSrA DI
C
OLOMADU KARANGAI\IYAR-
Dengan ini rnenyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1' Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiatr
saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan / mengalih formatkan,
mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), mendistibusikannya, ser&a menampilkannya
dalam benhlk softcopy unttrk kepentingan akademis kepada perpustakaan
UMS, tanpa
perlu me'lrrinta ijin dari saya selamateirap mercaotumkan n:rma saya
sebagai penulis /
pencipta.
2'
3' Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatlcan pihak
Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang
timbul atas pelanggaran
hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian prnyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan
sebagaimana mestinya.
Surakarta, Juli 2014
LEGI RETNO PALT]PI DWI A.
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN HIDUP DENGAN KEJADIAN INSOMNIA
PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA KALURAHAN BLULUKAN,
COLOMADU KARANGANYAR
Legi Retno Palupi Dwi A*
Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid).**
Farid Setyo Nugroho, SKM.***
ABSTRAK
Gangguan tidur sering terjadi pada Lansia meskipun tingkat kesulitan tidur berbeda pada
masing-masing individu, mengeluhkan sulit untuk masuk tidur, sulit menahan tidur, tidur
tidak tenang, dan sering terbangun lebih awal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara kebiasaan hidup dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu
Lansia. Metode penelitian ini menggunakan rancangan observasional dengan pendekatan
cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang menggunakan layanan
Posyandu yang berdomisili di Desa Blulukan, Colomadu, Karanganyar yang berjumlah
225 orang. Pemilihan sampel dengan acidentalsampling dengan jumlah sampel sebanyak
70 orang. Uji statistik menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan signifikan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian insomnia pada lansia (p
= 0,005), tidak ada hubungan antara makan teratur dengan kejadian insomnia pada lansia
(p = 0,523), ada hubungan signifikan antara merokok dengan kejadian insomnia pada
lansia (p = 0,012), dan tidak ada hubungan antara kegiatan sosial dengan kejadian
insomnia pada lansia di Posyandu Lansia Kalurahan Blulukan, Colomadu Karanganyar (p
= 0,179).
Kata Kunci
: Kebiasaan hidup, insomnia.
ABSTRACT
Sleep disorders, happen in the elderly often, despite different levels of difficulty
sleeping on each individual, complained of difficult to get to sleep, difficult to resist sleep,
restless sleep, and often woke up early. The purpose of this study to determine the
relationship between living habits with the incidence of insomnia in elderly Posyandu
elderly. Methods this study used an observational design with cross-sectional approach.
The population in this study is the elderly who use Posyandu services who live in the
village Blulukan, Colomadu, Karanganyar totaling 225 people. Selection of samples with
acidentalsampling with a total sample of 70 people. Test using chi-square statistics. The
results showed no significant association between exercise habits with the incidence of
insomnia in the elderly p = 0,005, there was no association between regular meals with
the incidence of insomnia in the elderly p = 0,523, there is a significant association
between smoking and the incidence of insomnia in the elderly p = 0,012, and there is no
relationship between social events with an incidence of insomnia the elderly in the village
of Posyandu elderly Blulukan, Colomadu Karanganyar p = 0,179.
Keywords: living habits, insomnia.
1
dengan pertumbuhan tingkat nasional. Data
Departemen Sosial (Depsos) menyebutkan
jumlah penduduk dengan struktur tua (Lansia)
mencapai 9,36%. Daerah lain yang juga
masih tujuh besar diantaranya Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 2,48%,
Jawa Timur 9,36%, Bali 8,77% dan Jawa
Barat 7,09%. Jumlah tersebut diprediksi akan
terus meningkat setiap tahun lantaran tingkat
harapan hidup di Jawa Tengah tergolong
tinggi
(49%)
sehingga
pembangunan
infrastruktur
harus
mempertimbangkan
keramahan bagi lansia. Peningkatan proporsi
penduduk lansia merupakan imbas dari
peningkatan ekonomi, pendidikan, sistem
kesehatan, sanitasi dan nutrisi (Ivan, 2012).
Pada saat ini, gaya hidup penduduk
Lanjut Usia (Lansia) sudah mengalami
perubahan, lansia harus menyesuaikan diri
karena berkurangnya fungsi alat indera dan
anggota tubuh secara alamiah, baik fisik,
mental maupun emosional. Menurunnya
kemampuan lansia akibat adanya cacat tubuh
dan berbagai penyakit degeneratif yang
diderita,
sehingga
lansia
mempunyai
ketergantungan yang besar pada keluarga
dan orang lain serta pengaruh proses
penuaan menimbulkan berbagai masalah baik
fisik, mental, maupun sosial ekonomi
(Hardywinoto, 2005).
Perubahan fisik dan kemampuan
fungsional yang dimiliki lansia, tidak banyak
melakukan
aktivitas
fisik,
sehingga
memerlukan tidur yang lebih sedikit daripada
remaja. Kebutuhan tidur lansia semakin
menurun karena dorongan homeostatik untuk
tidurpun berkurang. Pada lansia perempuan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan
pembangunan adalah semakin meningkat-nya
usia harapan hidup penduduk. Semakin
meningkatnya usia harapan hidup penduduk,
menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia
terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut
Depkes (2012) penduduk lanjut usia
mencapai 9,77% dari total penduduk pada
tahun 2010 dan diperkirakan meningkat
menjadi 11,34 % pada tahun 2020 (Depkes,
2012).
Pada tahun 2025 diperkirakan akan
terdapat 1,2 milyar lansia yang merupakan
21% dari total populasi dunia dan sekitar 80%
diantaranya hidup di negara berkembang.
Populasi
lansia
di
Indonesia
terus
berkembang
dan
dikhawatirkan
akan
meningkatkan angka beban ketergantungan
atau dependency ratio (Depkes, 2012).
Berdasarkan data dari Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Kedeputian I Bidang Kesejahteraan Sosial
penduduk lanjut usia di Indonesia tahun 2010
sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia
harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun
2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%)
dengan usia harapan hidup 71,1 tahun
(Amelia dan Endang, 2011). Hasil Sensus
Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa
Indonesia termasuk lima besar negara
dengan jumlah penduduk lanjut usia
terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta
jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah
penduduk (Menkokesra, 2013).
Provinsi Jawa Tengah termasuk salah
satu dari tujuh provinsi di Indonesia yang
berpenduduk dengan struktur tua (lansia). Di
Jawa Tengah pertumbuhan Lansia sama
lebih
banyak
mengalami
insomnia
dibandingkan laki-laki yang lebih banyak
menderita sleep apnea atau kondisi medis
2
lainnya
yang dapat mengganggu tidur
(Rizema, 2011). Insomnia atau gangguan sulit
tidur merupakan suatu keadaan dimana
seseorang mengalami penurunan kuantitas
dan kualitas tidur (Lanywati, 2001).
Masalah tidur mungkin memiliki dampak
negatif pada kualitas hidup yang terkait
kesehatan
dengan peningkatan resiko
kecelakaan, antibodi menjadi lemah, rentan
terserang diabetes dan kelelahan kronis.
Kualiats tidur yang buruk dikaitkan dengan
penurunan memori dan konsentrasi, dan
gangguan kinerja dalam uji psikomotorik.
Gangguan tidur juga dikaitkan dengan
peningkatan resiko jatuh, penurunan kognitif,
dan tingkat kematian lebih tinggi (Poppy,
2011). Untuk mengatasi gangguan tidur pada
lansia, hal yang perlu dilakukan melakukan
kebiasaan hidup sehat. Orang yang
senantiasa menerapkan kebiasaan hidup
sehat akan memperoleh tingkat kesehatan
yang menjanjikan, artinya bahwa lansia yang
melakukan kebiasaan hidup sehat akan
terpelihara kesehatannya (Arifin, 2012).
Wilayah
Jawa
Tengah
tercatat
2.336.115 jiwa merupakan Lansia dari total
penduduk 32.864.563 (Susenas, 2009).
Provinsi Jawa Tengah termasuk salah satu
dari tujuh provinsi di Indonesia yang
berpenduduk dengan struktur tua (lansia).
Data
Departemen
Sosial
(Depsos)
menyebutkan jumlah penduduk dengan
struktur tua (lansia) mencapai 9,36%.
Menurut data statistik tahun 2011,
jumlah lansia di Kabupaten Karanganyar
sebanyak 821.694 orang dengan 408.585
orang laki-laki dan 413.109
orang
mempunyai jumlah penduduk sekitar 3.832
jiwa. Dari data kependudukan Kelurahan
Blulukan tahun 2013, terdapat lanjut usia
diatas 60 tahun mencapai 225 jiwa.
Berdasarkan studi pendahuluan pada Lansia
di Posyandu Lansia Ngudi Waras kelurahan
Blulukan, bahwa lansia pernah mengalami
kesulitan tidur, meskipun tingkat kesulitan
tidur berbeda pada masing-masing individu.
Lansia juga mengeluhkan sulit untuk masuk
tidur, sulit menahan tidur, tidur tidak tenang,
dan sering terbangun lebih awal. Tiga dari
lima lansia mengatakan bahwa setiap hari
sulit untuk tertidur kembali setelah terbangun
ditengah malam, adapun kegiatan dikala
bangun dan sulit tidur diantaranya adalah
menghisap rokok dan menonton televisi
sampai pagi.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mushoffa, dkk (2013), tentang
hubungan antara perilaku merokok dan
kejadian
insomsia
pada
mahasiswa,
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
resiko terjadinya insomnia pada mahasiswa
perokok di Fakultas Kesehatan Universitas
Lampung.
Menurut Rosmalawati dan Jupriyono
(2008) yang meneliti tentang hubungan
gangguan tidur dengan gangguan efek pada
individu usia 50 tahun ke atas, di Kabupaten
Purworejo,
Propinsi
Jawa
Tengah,
menunjukkan
hasil
bahwa
prevalensi
gangguan tidur pada individu usia 50 tahun ke
atas lebih besar dibandingkan dengan
prevalensi gangguan tidur menurut WHO; dan
gangguan tidur mempunyai hubungan yang
bermakna
dengan
gangguan
affektif,
perempuan. Kecamatan Colomadu terdiri
dari 14 kelurahan, yang diantaranya adalah
kelurahan Blulukan. Kelurahan Blulukan
maksudnya
bahwa
gangguan
tidur
meningkatkan resiko terjadinya gangguan
3
Tahun di Posyandu Lansia Desa Blulukan,
affektif baik pada laki-laki maupun perempuan
pada usia 50 tahun ke atas.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka
penulis
ingin
meneliti
tentang
”Hubungan antara kebiasaan hidup dengan
kejadian insomnia pada lansia di Posyandu
Lansia
desa
Blulukan,
Colomadu,
Kaanganyar.”
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara kebiasaan
hidup dengan kejadian insomnia pada lansia
di
Posyandu
Lansia
desa
Blulukan,
Colomadu, Kaanganyar
Colomadu
Karanganyar
dilihat
dari
olahraga tergolong tidak baik (65,7%) dan
yang
tergolong
Responden
baik
yang
hanya
tergolong
34,3%.
kegiatan
olahraga tidak baik disebabkan karena
saat ini tidak mesti seminggu sekali
mengikuti
senam
jantung
sehat
di
Posyandu, mereka juga jarang mengikuti
senam Lansia setiap minggu. Namun
demikian, apabila mereka diajak teman
untuk
berolahraga
mereka
baru
penelitian
nyang
menyetujuinya.
Sebagaimana
METODE PENELITIAN
dilakukan oleh Sumedi, dkk (2010), bahwa
Jenis penelitian adalah penelitian
observasional
dengan
menggunakan
pendekatan cross-sectional. Penelitian ini
dilaksanakan di Posyandu Desa Blulukan,
Kecamatan Colomadu Karanganyar, Adapun
waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
September 2013.
Populasi dalam penelitian ini adalah
lansia yang terdaftar di Posyandu Desa
Blulukan Colomadu, Karanganyar yang
berjumlah 225 orang dan diambil sampel
sebanyak 70 orang dengan teknik accidental
sampling.
Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah kebiasaan hidup (olahraga teratur,
makan teratur, dan merokok, dan kegiatan
sosial). Adapun Variabel terikat kejadian
insomnia.
Dalam penelitian ini untuk menguji dan
menganalisa data yang telah diperoleh,
penulis menggunakan uji Chi-Square ( 2).
dengan hanya berolahraga ringan seperti
berjalan kaki saja dapat membantu tubuh
mencegah penurunan daya kerja otak
pada wanita lanjut usia. Semakin lama
dan seringnya kegiatan berjalan kaki ini
dilakukan maka ketajaman pikiran juga
akan
semakin
membaik.
Kegiatannya
tidak perlu terlalu tinggi intensitasnya,
cukup
dengan
penting
daya
meningkat
berkeliling
pacu
sehingga
saja,
jantung
akan
yang
dapat
berdampak
pada penurunan insomnia pada lansia
(Sumedi, dkk, 2010).
2. Makan Teratur
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang termasuk makan
teratur lebih dari separuh (62,9%) dan
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
lansia yang tergolong makan tidak teratur
Analisis Univariate
hanya 26 orang (37,1%). Makan tidak
1. Kegiatan Olahraga
teratur merupakan salah satu contoh
penelitian
perilaku atau gaya hidup yang tidak
diketahui mayoritas Lansia Usia 55-60
teratur dan tidak sehat. Gaya hidup
Berdasarkan
hasil
4
adalah
suatu
dilakukan
kebiasaan
seseorang
mengganggu
yang
dan
kesehatan.
rutin
Blulukan, Colomadu Karanganyar dapat
dapat
diketahui
Kebiasaan-
bahwa
responden
yang
termasuk merokok sebanyak 28 orang
kebiasaan yang sering dilakukan oleh
(40,0%)
lansia di Posyandu Lansia Desa Blulukan
sebanyak 42 orang (60,0%). Hal ini berarti
antara
lain sangat menyukai makan
responden kebanyakan tidak merokok,
makanan asin, mereka suka makanan
namun demikian mereka dulu pernah
berlemak seperti gorengan, jeroan, daging
merokok dan mau merokok jika ditawari
kambing, daging sapi dan mereka juga
rokok
biasa makan makanan berlemak asal
merokok
tidak berlebihan dalam memakannya.
karena menambah kenikmatan setelah
Namun demikian, mereka secara rutin
makan dan memang bagi yang merokok
setiap kali makan selalu ada sayur dan
mereka
lauk serta terbiasa makan 3 kali sehari.
ditinggalkan. Merokok yang ada pada
dan
kategori
secara gratis,
mereka
sudah
tidak
dan
merokok
bagi
mempunyai
ketagihan
yang
alasan
dan
sulit
Namun demikian, makan teratur yang
lansia akan berdampak pada terjadinya
dilakukan oleh lansia belum tentu akan
insomnia, hal ini senada dengan penelitian
berdampak pada terjadinya Insomnia. Hal
yang dilakukan oleh Mushoffa, dkk (2013),
ini
tentang
didukung
oleh
penelitian
yang
hubungan
antara
perilaku
dilakukan oleh Ernawati dan Agus (2012)
merokok dan kejadian insomsia pada
yang meneliti tentang faktor-faktor yang
mahasiswa, menunjukkan bahwa terdapat
berhubungan dengan terjadinya Insomnia
peningkatan resiko terjadinya insomnia
pada
pada mahasiswa perokok di Fakultas
Lanjut
Kecamatan
Usia
di
Desa
Sukoharjo
Gayam
Kabupaten
Kesehatan Universitas Lampung.
Sukoharjo. Hasil penelitian menyebutkan
4. Kegiatan Sosial
bahwa terdapat hubungan yang signifikan
Gambaran kegiatan sosial pada
antara kebiasaan makan teratur dengan
Lansia di Posyandu Lansia Desa Blulukan,
kejadian insomnia pada Lansia di Desa
Colomadu Karanganyar diketahui bahwa
Gayam Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
responden
Sukoharjo.
menunjukkan
sosial baik sebanyak 38 orang (54,3%)
bahwa semakin baik gaya hidup lansia
dan kategori kegiatan sosial tidak baik
seperti makan teratur maka semakin
sebanyak 32orang (45,7%). Menurut hasil
rendah tingkat insomnianya.
jawaban
Penelitian
mempunyai
responden
kegiatan
diketahui
bahwa
kegiatan sosial yang ada pada Lansia
3. Merokok
Gambaran
yang
merokok
sebagian besar tergolong baik, hal ini
responden
ditunjukkan
pada Lansia di Posyandu Lansia Desa
5
oleh
Lansia
yang
suka
mengikuti
kegiatan
sosial
seperti
penderita
dengan
gejala-gejala
selalu
mengikuti kerja bhakti kampung, mereka
merasa letih dan lelah sepanjang hari dan
selalu
mengunjungi
secara terus menerus (lebih dari sepuluh
tetangga yang sakit, dan apabila di
hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau
kampung
bersama
selalu terbangun di tengah malam dan
Namun
tidak dapat kembali tidur. Di samping itu
demikian bagi yang mempunyai kegiatan
kondisi fisik dan psikologis responden
sosial tidak baik karena mereka kurang
seiring dengan terjadinya proses penuaan
bisa mengikuti pengajian setiap sepekan
berdampak pada terjadinya insomnia pada
sekali untuk mengurangi kebosanan hidup
lansia.
Berkurangnya
sendiri dan mereka kurang mengetahui
adaptasi
lansia
agar hidupnya berarti mereka berusaha
perubahan merupakan hal yang normal
untuk
yang
pada lansia. Perubahan-perubahan ini
sedang membutuhkan. Oleh karena itu
bersamaan dengan perubahan fisik dan
menurut
lain. Pada lansia, umumnya dorongan
berusaha
mereka
untuk
diadakan
selalu
rekreasi
mengikutinya.
membantu
saudara
Abdulrohman
peningkatan
gejala
lain
(2011)
bahwa
insomnia
dapat
homeostatistik
kemampuan
terhadap
untuk
tidur
perubahan-
lebih
dulu
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
menurun, baru diikuti oleh dorongan irama
adalah aktivitas sosial yang berkurang.
sirkandian untuk terjaga (Rafknowledge,
5. Kejadian Insomnia
2004).
Gambaran kejadian insomnia pada
Penelitian menunjukkan sebagian
Lansia di Posyandu Lansia Desa Blulukan,
besar responden mengalami insomnia, hal
Colomadu Karanganyar diketahui bahwa
tersebut sesuai dengan hasil penelitian
lansia termasuk kategori tidak insomnia
Amir (2007), yang menyatakan bahwa
sebanyak 29 orang (41,4%) dan sebanyak
setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-
41
orang
insomnia.
(58,6%)
Hal
ini
termasuk
terjadi
50% orang dewasa melaporkan adanya
ditunjukkan
bahwa
gangguan
tidur
dan
sekitar
17%
mereka waktu untuk tidur kurang dari 7-8
mengalami gangguan tidur yang serius,
jam per hari dan mereka saat terbangun
sedangkan
merasa kurang bersemangat, dan mereka
pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%.
prevalensi
gangguan
tidur
terbangun terbangun lebih ari 2 kali
sepanjang
malam,
dengan
KESIMPULAN DAN SARAN
kejadian
tersebut maka akan berdampak pada
Kesimpulan
terjadinya insomnia pada lansia.
1. Ada hubungan signifikan antara kebiasaan
olahraga dengan kejadian insomnia pada
lansia di Posyandu Lansia Desa Blulukan,
Colomadu Karanganyar.
Insomnia
gangguan
tidur
merupakan
yang
dialami
suatu
oleh
6
memberikan pelayanan dalam
upaya promotif dan preventif.
2. Tidak ada hubungan signifikan antara
makan teratur dengan kejadian insomnia
pada lansia di Posyandu Lansia Desa
Blulukan, Colomadu Karanganyar.
3. Ada hubungan signifikan antara merokok
dengan kejadian insomnia pada lansia di
Posyandu
Lansia
Desa
Blulukan,
Colomadu Karanganyar.
4. Tidak ada hubungan signifikan antara
kegiatan sosial dengan kejadian insomnia
pada lansia di Posyandu Lansia Desa
Blulukan, Colomadu Karanganyar.
bentuk
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 2012. Hubungan antara Kebiasaan
Hidup
Sehat
dengan
Kebugaran
Jasmani Lansia Kelompok Elderly pada
Persatuan
Olahraga
Pernafasan
Indonesia.
Jurnal
Olahraga
dan
Kesehatan.
Pkr-ikor.com/artikel/243jurnal.doc. Diakses tanggal Oktober
2012.
Amelia, WS dan Endang SI. 2011. Hubungan
antara Dukungan Sosial dengan Depresi
pada Lanjut Usia yang Tinggal di Panti
Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah.
Jurnal Psikologi UNDIP. Vol. 9. No. 1
April. 2011. Semarang: Undip.
Saran
1. Bagi Lansia. Diharapkan lansia berupaya
memperbaiki gaya hidupnya yaitu dengan
lebih banyak mengkonsumsi air putih, rajin
berolahraga dan juga menjaga jam tidur
yang teratur dan seimbang.
2. Bagi peneliti berikutnya. Hasil penelitian
dapat menjadi acuan untuk dikembangkan
pada penelitian yang lebih luas, misalnya
dengan menambah faktor-faktor lain yang
mempengaruhi insomnia pada lansia
misalnya faktor motivasi, umur, gangguan
medis dan lingkungan.
3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten.
Diharapkan dapat menfasilitasi gangguan
tidur yang terjadi pada lansia dengan
memanfaatkan posyandu lansia yang
sudah ada, sehingga keluhan yang
dihadapi lansia yang berhubungan dengan
tidurnya dapat tercakup.
4. Bagi Masyarakat. Diharapkan dapat
membentuk perkumpulan lansia misalnya
Carpenito, L.J,. 1998. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan (terjemahan), Edisi 8,
Penerbit
Buku
Kedokteran
EGC,
Jakarta.
Damayanti, P, Rompas dan Engka. 2012.
Dampak Merokok terhadap Pola Tidur.
Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Depkes, 2006. Panduan Pelaksanaan Posyandu
Lansia. Jakarta: Depkes.
Depkes. 2012. Penduduk Lanjut Usia. BPSSusenas, 2007.
Effendi, Nasrul, 2009. Dasar-Dasar Perawatan
Kesehatan Masyarakat, Jakarta : EGC.
Erliana, Haroen dan Susanti. 2009. Perbedaan
Tingkat Insomnia Lansia Sebelum dan
Sesudah
Latihan
Relaksasi
Otot
Progresif
(Profressive
Muscle
Relaxation) di BPSTW Cipary Bandung.
Ernawati dan Agus S. 2012. Faktor-faktor yang
Berhubungan
dengan
Terjadinya
Insomnia pada Lanjut Usia di Desa
Gayam
Kecamatan
Sukoharjo
Kabupaten
Sukoharjo.
Jurnal
Keperawatan UMS. Surakarta: UMS
Publisser.
“Bina Keluarga Lansia” yang merupakan
organisasi para lanjut usia dan sebagai
tempat saling bercerita antara para lansia.
Bina Keluarga Lansia merupakan salah
satu
wadah
di
masyarakat
yang
7
Ivan, A. 2012. Jumlah Lansia Akan Terus
Bertambah.
http://kedaulatanrakyat.co.id/read/149636/jumlah Lansia
akan terus bertambah.kr,13. Diakses
tanggal 13 November 2012.
Rosmalawati, Dwi, Jupriyono. 2008. Hubungan
Gangguan Tidur dengan Gangguan
Affek pada Individu Usia 50 Tahun Ke
atas di Kabupaten Purworejo, Propinsi
Jawa Tengah. Poltikes Dekpes Malang.
Laniwati, E. 2001. Insomnia, Gangguan Sulit
Tidur. Yogyakarta: Kanesius.
Sadock B, Greb J. Kaplan dan Sadock. 2007.
Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Psikiatri Klinis. Edisi Ketujuh. Jilid Dua.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Marchira, Curla R. 2007. Insomnia pada Lansia
dan
Penatalaksanaannya.
Jurnal
Fakultas Ilmu Kedokteran. FK UGM/RS.
Dr. Sardjito. Yogyakarta.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Menkokesra, 2013. Jumlah Lansia Indonesia,
Lima Besar Terbanyak di Dunia. Dari
http://www.menkokesra.go.id/content/ju
mlah-lansia-indonesia-lima-besarterbanyak-di-dunia. Diakses tanggal 10
November 2013.
Silitonga,
R.
2007.
Faktor-faktor
yang
Berhubungan dengan Kualitas Hidup.
Semarang: Undip Press.
Sugiyono.
2008.
Metodologi
Bandung: Alfabeta.
Mushoffa, Annari, Huesin, dan Bakhriansyah.
2013.
Hubungan
antara
Perilaku
Merokok dan Kejadian Insomnia pada
Mahasiswa
Fakultas
Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal
Fakultas
Kedokteran.
Universitas
Lambung Mangkurat.
Penelitian.
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Yulia,
Notoadmojo. S. 2008. Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Rineka cipta: Jakarta.
Vaora, Sabrian. 2011. Hubungan
Kebiasaan Merokok Remaja dengan
Gangguan Pola Tidur. Program Studi
Keperawatan Universitas Riau.
Notoadmodjo,
S.
2010,
Ilmu
Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Poppy.
* Legi Retno Palupi Dwi A: Cantel Wetan
RT 01/XV Sragen.
** Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid).
Dosen Keperawatan FIK UMS Jln. A Yani
Tromol Post 1 Kartasura.
*** Farid Setyo Nugroho, SKM. Dosen
Keperawatan FIK UMS Jln. A Yani Tromol
Post 1 Kartasura
2011.
Penyakit
Geriatric.
http://poppyherlianty.com/2011/01/
penyakit Geriatric.html. Diakses tanggal
09 November 2012.
Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur pada
Kelompok
Usia
Lanjut
dan
Penatalaksanaan.
Jurnal
Ilmu
Kesehatan Jiwa. FK. Universitas Trisakti.
Republika. 2012. Wah, Lansia Indonesia Masuk
Lima
Besar
Dunia.
http://www.republika.co.id/berita/nasional
/umum/12/05/30/m4tiuu-wah-lansiaindonesia-masuk-lima-besar-dunia.
Diakses tanggal 30 Mei 2012.
Rafknowledge. 2004. Insomnia dan Gangguan
Tidur Lainnya. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
8