HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA

   SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA ( Studi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Propinsi Kalimantan Selatan ) Oleh : M I S B A H FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2006

  PENGESAHAN

  Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan

  Diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

  Pada tanggal 30 Juni 2006 Mengesahkan

  Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat

  Dekan, Prof. Dr. H. Tjipto Suwandi, dr., M.OH., SpOk

  NIP. 130517177 Tim Penguji :

  1. Ernawaty, drg., M.Kes

  2. Fariani Syahrul, S.KM., M.Kes

  3. Waloejo Soetoto, dr

  SKRIPSI

  Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

  Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat

  Universitas Airlangga Oleh:

  M I S B A H

  NIM. 100431362 Surabaya, Juli 2006

  Mengetahui, Menyetujui, Ketua Bagian Pembimbing Dr. Chatarina U.W,dr.,M.S.,M.PH Fariani Syahrul, S.KM,M.Kes NIP. 131290054 NIP. 132087862

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikannya skripsi dengan judul

  “HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA (Studi di Posyandu Lansia wilayah kerja

  Puskesmas Barabai Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Propinsi Kalimantan Selatan) “, sebagai salah satu persyaratan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM).

  Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah , yang cukup mengganggu kesehatan masyarakat. Ada beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi antara lain faktor keturunan, karakteristik orang dan kebiasaan hidup. Oleh karena itu peneliti ingin mempelajari apakah ada hubungan antara kebiasaan hidup dengan kejadian hipertensi di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Barabai Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah sehingga dapat dilakukan pencegahan secara dini.

  Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Fariani Syahrul, S.KM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sabar serta memberi saran, petunjuk, arahan dan semangat sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Kemudian penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

  1. Bapak Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr., M.OH., SpOk selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya

  2. Ibu Dr. Chatarina U.W., dr., M.S, M.PH selaku Ketua Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

  3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah

  4. Kepala Puskesmas Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah beserta staf

  5. Orang Tua, semua Kakakku dan Kakak Ipar yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta do’a

  6. Om Eddy Setiadi terima kasih telah memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materil

  7. Rekan – rekan Mahasiswa Minat Epidemiologi Lapangan dan Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

  Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala jerih payah yang diberikan dan skripsi ini berguna bagi peneliti sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.

  Surabaya, Juli 2006 Penulis

  ABSTRACT

  Hypertension represent one of disease mounting its patient amount every year, causing the increasing of risk stroke, aneurisma, heart failure, heart attack and kidney damage. Factor causing the happening of hypertension for example clan factor, people characteristic (age, gender) and the life habit (salt consumption, cigarette, alcohol, hypercholesterolemia and stress).

  This research aim to learn the relation of between life habit with the hypertension occurence of at compact service post work region Barabai sub district public health center Middle River Pate District Province South Kalimantan.

  This Research type is analytic research observasional by using design of research of cross sectional. Sampel is resident of elderly have age to 60 years noted as member of compact service post elderly in region work the public health center Barabai as much 58 people. To know the relation between variable with the hypertension occurence of elderly used by a statistical test of chi square and fisher’s exact test.

  Result of research show which is a lot of suffering hypertension of according to age is which have age to 60-69 year 81,03%, woman gender 68,97%, education do not school / finish do not elementary School 72,41%, status marry which still has the couple 72,41% and status work as farmer. Life habit which deal with hypertension occurence of elderly is salt consumption ( p = 0,003) while life habit which not relate to the hypertension occurence of elderly is cigarette ( p = 1,000), athletic activity ( p = 0,450) and leeway exploiting ( p = 0,206).

  Is Suggested to do the screening hypertension of to be hypertension patient earn in detecting early before happened by the more fatal risk factor the example is risk stroke, aneurisma, heart failure, heart attack and kidney damage so that can degrade the number prevalence in the area.

  Keyword : Life Habit, Hypertension, Elderly

  ABSTRAK

  Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang meningkat jumlah penderitanya setiap tahun, menyebabkan meningkatnya risiko stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi antara lain faktor keturunan, karakteristik orang (umur, jenis kelamin) dan kebiasaan hidup ( konsumsi garam, merokok, konsumsi alkohol, kolesterol tinggi, kopi dan stress).

  Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara kebiasaan hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Propinsi Kalimantan Selatan.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yang menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas yang tercatat sebagai anggota Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Barabai dengan besar sampel 58 orang. Untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan kejadian hipertensi pada lansia digunakan uji statistik chi square dan fisher’s exact test.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang menderita hipertensi berusia 60 - 69 tahun sebesar 81,03%, jenis kelamin perempuan sebesar 68,97%, pendidikan tidak sekolah / tidak tamat SD sebesar 72,41%, status kawin yang masih mempunyai pasangan hidup sebesar 72,41% dan status bekerja sebagai petani sebesar 79,31 %. Kebiasaan hidup yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia adalah konsumsi garam (p = 0,003) sedangkan kebiasaan hidup yang tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia adalah merokok ( p = 1,000), aktivitas olahraga (p = 0,479) dan pemanfaatan waktu luang (p = 0,154).

  Disarankan melakukan skrining hipertensi agar penderita hipertensi dapat di deteksi secara dini sebelum terjadi faktor risiko yang lebih fatal seperti stroke, aneurisma, gagal jantung, dan kerusakan ginjal serta dapat menurunkan angka prevalensi di daerah tersebut.

  Kata kunci : Kebiasaan hidup, Hipertensi, Lansia

  DAFTAR ISI

  11 III.2 Hipertensi ............................................................................

  27 IV.2 Hipotesis ..............................................................................

  27 IV.1 Kerangka Konseptual ..........................................................

  26 BAB IV KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS .....................

  25 III.4 Usaha Pencegahan Hipertensi .............................................

  20 III.3 Kebiasaan Pemanfaatan Waktu Luang ...............................

  19 III.2.6 Faktor-faktor Risiko yang Berhubungan dengan Terjadinya Hipertensi ......................................................

  18 III.2.5 Komplikasi Hipertensi .....................................................

  15 III.2.4 Gejala Hipertensi .............................................................

  14 III.2.3 Hipertensi pada Lansia ....................................................

  13 III.2.2 Penyebab (Etiologi) .........................................................

  13 III.2.1 Pengertian ........................................................................

  9 III.1.3 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia ..............................

  Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................. iv ABSTRACT ................................................................................................. vi ABSTRAK ................................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ................................... xvi BAB I PENDAHULUAN .........................................................................

  9 III.1.2 Batasan Lanjut Usia .........................................................

  9 III.1.1 Pengertian Lansia ............................................................

  9 III.1 Lanjut Usia .........................................................................

  8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA .............................................................

  7 II.3 Manfaat Penelitian ...............................................................

  7 II.2 Tujuan Khusus .....................................................................

  7 II.1 Tujuan Umum ......................................................................

  5 BAB II TUJUAN DAN MANFAAT ......................................................

  4 1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................

  1 1.2 Identifikasi Masalah .............................................................

  1 1.1 Latar Belakang .....................................................................

  28

  BAB V METODE PENELITIAN ............................................................

  29 V.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian ..................................

  29 V.2 Populasi Penelitian ...............................................................

  29 V.3 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel ........

  29 V.3.1 Sampel ...............................................................................

  29 V.3.2 Besar Sampel .....................................................................

  30 V.3.3 Cara Pengambilan Sampel .................................................

  31 V.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................

  31 V.5 Variabel, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran ..........

  31 V.5.1 Variabel yang Diteliti .........................................................

  31 V.5.2 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran .......................

  32 V.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................

  34 V.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................

  34 BAB VI HASIL PENELITIAN ..................................................................

  35 VI.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................

  35 VI.1.1 Keadaan Geografi Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Barabai ............................................................ 35

  VI.1.2 Keadaan Demografis .......................................................... 35

  VI.1.3 Sosial Ekonomi .................................................................. 37

  VI.1.4 Sarana Pendidikan .............................................................. 37

  VI.2 Karakteristik Responden ....................................................... 37

  VI.2.1 Umur dan Jenis Kelamin .................................................... 37

  VI.2.2 Pendidikan .......................................................................... 38

  VI.2.3 Status Kawin ....................................................................... 38

  VI.2.4 Status Bekerja...................................................................... 39

  VI.2.5 Konsumsi Garam ................................................................ 39

  VI.2.6 Merokok ............................................................................. 40

  VI.2.7 Aktivitas Olahraga ............................................................. 40

  VI.2.8 Pemanfaatan Waktu Luang ................................................ 41

  VI.3 Gambaran Karakteristik Lansia Menurut Kejadian Hipertensi .............................................................................. 41

  VI.3.1 Gambaran Umur Menurut Kejadian Hipertensi ................. 41

  VI.3.2 Gambaran Jenis Kelamin Menurut Kejadian Hipertensi .... 42

  VI.3.3 Gambaran Pendidikan Menurut Kejadian Hipertensi ........ 42

  VI.3.4 Gambaran Status Kawin Menurut Kejadian Hipertensi ...... 43

  VI.3.5 Gambaran Status Bekerja Menurut Kejadian Hipertensi ... 44

  VI.4 Hubungan Antara Kebiasaan Hidup Lansia dengan Kejadian Hipertensi ................................................................ 44

  VI.4.1 Hubungan Antara Konsumsi Garam dengan Kejadian Hipertensi ............................................................. 44

  VI.4.2 Hubungan Antara Merokok dengan Kejadian Hipertensi ... 45

  VI.4.3 Hubungan Antara Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Hipertensi ............................................................................. 46

  VI.4.4 Hubungan Antara Pemanfaatan Waktu Luang dengan Kejadian Hipertensi ............................................................. 47

  VI.5 Hasil Analisis Statistik Menurut Variabel Penelitian ............. 48

  BAB VII PEMBAHASAN ............................................................................. 49 VII.1 Karakteristik Lansia .............................................................. 49 VII.1.1 Gambaran Umur Menurut Kejadian Hipertensi ................. 49 VII.1.2 Gambaran Jenis Kelamin Menurut Kejadian Hipertensi .... 50 VII.1.3 Gambaran Pendidikan Menurut Kejadian Hipertensi ........ 50 VII.1.4 Gambaran Status Kawin Menurut Kejadian Hipertensi ..... 51 VII.1.5 Gambaran Status Bekerja Menurut Kejadian Hipertensi .... 51 VII.2 Hubungan Antara Kebiasaan Hidup Lansia dengan Kejadian Hipertensi ............................................................................... 52 VII.2.1 Hubungan Antara Konsumsi Garam dengan Kejadian Hipertensi ............................................................ 52 VII.2.2 Hubungan Antara Merokok dengan Kejadian Hipertensi ... 54 VII.2.3 Hubungan Antara Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Hipertensi ............................................................. 55 VII.2.1 Hubungan Antara Pemanfaatan Waktu Luang dengan Kejadian Hipertensi ............................................................ 56 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 58 VIII.1 Kesimpulan ............................................................................ 58 VIII.2 Saran ...................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 60 LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Nomor Judul Tabel Halaman

  III.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut Joint Nationale Committee VI

  14 III.2 Perubahan Pada Kardiovaskuler, Endokrin dan Ginjal Sehubungan dengan Perubahan Umur

  16 III.3 Aliran Darah, Volume Cairan dan Endokrin Dalam Rangkaian Penyakit Kardiovaskuler Hipertensi

  16 III.4 Prevalensi Hipertensi Pada Umur Lebih dari 60 Tahun

  17 VI.1 Distribusi Jumlah Penduduk per Desa / Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2005

  36 VI.2 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2005

  37 VI.3 Distribusi Lansia Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  38 VI.4 Distribusi Lansia Menurut Tingkat Pendidikan Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  38 VI.5 Distribusi Lansia Menurut Status Kawin di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  39 VI.6 Distribusi Lansia Menurut Status Bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  39 VI.7 Distribusi Lansia Menurut Konsumsi Garam di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  40 VI.8 Distribusi Lansia Menurut Kebiasaan Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  40 VI.9 Distribusi Lansia Menurut Aktivitas Olahraga di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  41 VI.10 Distribusi Lansia Menurut Pemanfaatan Waktu Luang di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  41 VI.11 Distribusi Umur Menurut Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  42 VI.12 Distribusi Jenis Kelamin Menurut Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  42 VI.13 Distribusi Pendidikan Menurut Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  43 VI.14 Distribusi Status Kawin Menurut Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  43 VI.15 Distribusi Status Bekerja Menurut Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  44 VI.16 Distribusi Konsumsi Garam Menurut Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  45 VI.17 Distribusi Merokok Menurut Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  45 VI.18 Distribusi Aktivitas Olahraga Menurut Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  46 VI.19 Distribusi Pemanfaatan Waktu Luang Menurut Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  47 VI.20 Distribusi Pemanfaatan Waktu Luang Berdasarkan Kejadian Hipertensi di Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

  48 VI.21 Hasil Analisis Statistik Menurut Variabel Penelitian

  48

  DAFTAR GAMBAR

  Nomor Judul Gambar Halaman

  IV.1 Kerangka Konseptual Hubungan Antara Kebiasaan Hidup 27 Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia

DAFTAR LAMPIRAN

  Nomor Judul Lampiran Halaman

  1. Kuesioner (Form Wawancara)

  63

  2. Hasil Uji Statistik

  66

  3. Surat Ijin Penelitian

  70

  DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN Arti Lambang

  % = persentase > = lebih besar < = lebih kecil α = alfa > = lebih besar atau sama dengan < = lebih kecil atau sama dengan n = jumlah p = probabilitas

  Singkatan

  Lansia = Lanjut Usia Depkes = Departemen Kesehatan dkk = dan kawan – kawan Posyandu = Pos Pelayanan Terpadu PT = Perguruan Tinggi PNS = Pegawai Negeri Sipil Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat KB = Keluarga Berencana SD = Sekolah Dasar MI = Madrasah Ibtidaiyah SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama MTsN = Madrasah Tsanawiyah Negeri SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SMU = Sekolah Menengah Umum SMK = Sekolah Menengah Kejuruan TNI = Tentara Nasional Indonesia POLRI = Polisi Republik Indonesia WHO - ISH = World Health Organization – International Society of

  Hypertension

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil

  meningkatkan derajat kesehatan yang cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan. Reformasi dibidang kesehatan dimulai dengan dicanangkannya Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 (Depkes RI, 2000).

  Keberhasilan pembangunan ditandai juga dengan meningkatnya usia harapan hidup dari 45,7 tahun pada tahun 1968 menjadi 68 tahun pada tahun 1995. Usia harapan hidup penduduk Indonesia, diperkirakan terus meningkat diwaktu-waktu yang akan datang. Salah satu konsekuensi yang perlu diantisipasi sejak dini adalah meningkatnya persentase penduduk lansia. Pada tahun 1990 jumlah penduduk berusia 60 tahun keatas mencapai 11,3 juta sedangkan pada tahun 2010 diperkirakan akan melebihi jumlah anak Balita (Setyoko,1997).

  Perubahan demografi ini akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lanjut usia, seperti : sosial ekonomi, budaya, kesehatan fisik dan mentalnya. Dengan demikian, beberapa hal mendasar tentang aspek kesehatan lanjut usia perlu diketahui dan dipahami, serta dijadikan pedoman oleh lanjut usia dan berbagai pihak yang terkait dalam mengatasi permasalahan kesehatan lanjut usia (Hardywinoto,1999).

  Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992 diketahui bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu dari penyakit degeneratif yang sekarang sudah menduduki tempat nomor satu penyebab kematian di Indonesia. Dari berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara Dislipidemia, Diabetes Mellitus, Hipertensi dengan penyakit Jantung Koroner (Seminar, 2004).

  Angka kejadian Hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga. Hal ini cukup mengkhawatirkan, mengingat hipertensi merupakan salah satu penyakit yang jumlah penderitanya semakin meningkat setiap tahun. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan darah yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal

  Diantara penyakit kardiovaskuler ternyata hipertensi atau tekanan darah tinggi penyebab kematian utama tertinggi yaitu sebesar 53,8%.

  Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai angka 10-20 %, berbagai penelitian yang dikumpulkan Darmojo (1991) sebanyak 1,8 – 28,6 % penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi (Sidabutar,1993).

  Ada berbagai macam batasan tingginya tekanan darah untuk dapat disebut hipertensi menurut Joint Nationale Committee for Detection,

  Evaluation and Treatment for High Blood Pressure ke VI 1999 yaitu apabila mempunyai tekanan sistoliknya ≥ 140 mmHg dan /atau tekanan diastoliknya

  ≥ 90 mmHg. Hipersistolik apabila mempunyai tekanan sistoliknya saja ≥ 140 mmHg, sedangkan untuk hiperdiastolik apabila tekanan diastoliknya saja yang ≥ 90 mmHg (WHO, 1999).

  Gambaran umum masalah hipertensi ini adalah prevalensi 6 - 15% pada orang dewasa, sebagai suatu proses degeneratif dan ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia. Sebanyak 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita hipertensi mereka cenderung untuk menderita hipertensi yang lebih berat karena tidak berubah dan tidak menghindari faktor risiko. Hipertensi ringan sebanyak 70%, karena itu hipertensi banyak diacuhkan atau terabaikan sampai saat menjadi ganas (hipertensi maligna). Hipertensi esensial sebesar 90% tidak diketahui seluk beluk penyebabnya ( Bustan, 1997).

  Ada beberapa faktor risiko terjadinya hipertensi, yaitu umur, ras / suku, urban / rural, geografis, jenis kelamin, kegemukan, stress, tipe kepribadian, diet tinggi garam, Diabetes Mellitus, alkohol, rokok, kopi dan pil KB (Bustan, 1997).

  Dalam rekomendasi World Health Organization - International

  Society of Hypertension (WHO-ISH) bahwa pengobatan hipertensi pada usia

  lanjut sama seperti usia yang lebih muda. Tetapi terdapat beberapa hal yang khusus yang sering dijumpai pada usia lanjut antara lain banyak yang menderita hipertensi sistolik terisolasi, faktor-faktor risiko kardiovaskuler, komplikasi kardiovaskuler termasuk kerusakan organ target, banyaknya, gangguan kognitif, dan lain-lain. Pada usia lanjut hipertensi terbukti jauh lebih tinggi menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Hal ini mengakibatkan sebagian besar hipertensi usia lanjut termasuk dalam golongan risiko tinggi

  Di kecamatan Barabai kabupaten Hulu Sungai Tengah Propinsi Kalimantan Selatan tahun 2002 terbentuk Posyandu Lansia di bawah pembinaan puskesmas Barabai. Kegiatan posyandu yang dilakukan adalah pemantauan kesehatan lanjut usia serta pelayanan pengobatan rawat jalan. Selama pelaksanaan kegiatan posyandu para lansia yang melakukan pengobatan banyak yang menderita hipertensi. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lanjut usia di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Barabai Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

1.2 Identifikasi Masalah

  Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Namun banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Ada beberapa faktor risiko terjadinya hipertensi, baik faktor yang dapat diubah maupun faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat dihindarkan atau tidak dapat diubah meliputi umur, genetik, dan suku / ras. Sedangkan faktor risiko hipertensi yang dapat dihindari / diubah antara lain : rokok, kegemukan, kopi, alkohol, hiperkolesterolemia, obesitas, stress dan diet tinggi garam (Bustan,1997).

  Usaha pencegahan bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi lebih parah antara lain : olahraga teratur, latihan meditasi atau relaksasi dan berusaha membina hidup yang positif (Gunawan, 2001).

  Besarnya jumlah penduduk lanjut usia dan tingginya persentase kenaikan lanjut usia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi lanjut usia. Menurut International Institue on

  Aging, World Health Organization , Malta (1998) jenis penyakit degeneratif

  pada lanjut usia yang penting diketahui adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi (Hardywinoto,1999).

  Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah jumlah penderita hipertensi tahun 2005 sebesar 7376 . Di Puskesmas Barabai Kecamatan Barabai pada tahun 2005 diketahui penyakit hipertensi termasuk 10 besar penyakit yang menempati urutan ke 7 ( 5,90 %) dengan jumlah kasus 841 dan penderita hipertensi terbanyak pada usia > 45 tahun.

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah Banyak faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi.

  Data – data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor risiko tersebut antara lain faktor keturunan / genetik, ras, obesitas, stress / ketegangan jiwa, alkohol, kopi, dan pola makan. Oleh karena keterbatasan kemampuan peneliti maka penelitian ini dibatasi hanya pada karakteristik lansia (umur, jenis kelamin, pendidikan, status kawin, dan status bekerja) dan kebiasaan hidup (konsumsi garam, merokok, aktivitas olahraga, dan pemanfaatan waktu luang ).

1.3.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : “ Apakah kebiasaan hidup berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lanjut usia di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Barabai Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah ?”

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT II.1 Tujuan Umum Mempelajari hubungan antara kebiasaan hidup dengan kejadian

  hipertensi pada lanjut usia di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Barabai Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Propinsi Kalimantan Selatan.

II.2 Tujuan Khusus

  1. Mempelajari karakteristik lansia (umur, jenis kelamin, pendidikan, status kawin dan status bekerja).

  2. Mempelajari hubungan antara konsumsi garam dengan kejadian hipertensi pada Lansia.

  3. Mempelajari hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi pada Lansia.

  4. Mempelajari hubungan antara aktivitas olah raga dengan kejadian hipertensi pada Lansia.

  5. Mempelajari hubungan antara pemanfaatan waktu luang dengan kejadian hipertensi pada Lansia.

II.3 Manfaat Penelitian 1. Bagi Program / Puskesmas

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi puskesmas Barabai sebagai tempat pelayanan kesehatan terutama dalam upaya pembinaan kesehatan lansia di Desa Babai.

  2. Bagi Institusi Pendidikan

  Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah informasi tentang faktor kebiasaan hidup yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia.

  3. Bagi Peneliti

  Dapat menambah wawasan dan mengetahui gambaran karakteristik tentang kejadian hipertensi pada Lansia serta menambah pengalaman dalam melakukan penelitian.

  9

BAB III TINJAUAN PUSTAKA III.1 LANJUT USIA III.1.1 Pengertian Lansia Lanjut usia adalah suatu keadaan alamiah sebagai proses menua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri yang beumur 60 tahun keatas (Bustan, 1997). III.1.2 Batasan Lanjut Usia Umur manusia tiap tahun bertambah, usia anak-anak meningkat remaja, kemudian dewasa dan akhirnya usia lanjut (Djiteng,1989). Peristiwa ketuaan merupakan peristiwa alami yang pasti akan

  dialami oleh setiap orang. Bila seserorang mulai menua, maka sel-sel tubuhnya akan mengalami proses degenerasi secara fisiologik. Peristiwa ini ditandai dengan semakin menurunnya kemampuan sel-sel tubuh untuk memperbaiki diri dari kerusakan dan efisiensi kerja yang berkurang dari kelenjar-kelenjar tubuh (Astawan,1998).

  Batasan usia lanjut yang dipakai selama ini adalah sebagai berikut :

  1. Kriteria PBB dalam World Assembly or Aging (WAA) di Wina pada tahun 1983, batasan usia untuk golongan usia lanjut adalah 60 tahun keatas.

  10

  2. Batasan menurut WHO

  a. Usia pertengahan (Middle Age) adalah kelompok usia antara 49 – 59 tahun.

  b. Usia lanjut (Elderly) adalah kelompok usia antara 60-70 tahun.

  c. Tua (old) adalah kelompok usia antara 70-90 tahun.

  d. Sangat Tua (Very Old) adalah kelompok usia lanjut lebih dari 90 tahun

  3. Indonesia

  a. UU RI No.4 tahun1996, batasan usia lanjut adalah berusia 55 tahun keatas dalam program usia pensiun.

  b. Menurut Dokumen Pelembagaan Lanjut Usia Dalam Kehidupan Bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka pencanangan Hari Lansia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI, batas umur usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih (Pedoman Binkes Usila Bagi Petugas Puskesmas Kesehatan,1998).

  c. Pedoman Pembinaan kesehatan usia lanjut bagi petugas kesehatan tahun 2001, membagi menjadi :

  1. Usia Prasenilis / virilitas adalah seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

  2. Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas.

  11

  3. Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun lebih, atau seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan.

III.1.3 Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

  Pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan, baik secara fisik maupun mental. Perubahan ini akan mempengaruhi kondisi seseorang dari aspek psikologis, fisiologis dan sosio ekonomi. Perubahan – perubahan tersebut akan mengakibatkan terjadinya kemunduran biologis. Kemunduran tentunya akan berpengaruh terhadap penurunan fungsi beberapa organ tubuh (Wiratakusumah, 2001). Oleh karenanya manusia juga harus menyadari bahwa proses menjadi tua tidak bisa dihindari dan harus diterima dengan segala kewajaran sehingga sekarang terletak pada upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup pada tahun – tahun terakhir tadi agar tetap sehat dan berguna bagi masyarakat serta lingkungannya mengingat kondisi anatomi dan faali organ-organ tubuhnya tidak sesempurna ketika berusia muda (Nurkusuma, 2001).

  Adapun proses menjadi tua tersebut ditandai dengan perubahan aspek dalam kehidupan lanjut usia, antara lain :

  1. Perubahan Fisiologis Perubahan ini sering ditandai dengan adanya kemunduran fungsi panca indra, berkurangnya elastisitas organ paru, jantung, ginjal, dan tulang, tekstur kulit menjadi kering, kekakuan dan kerapuhan pada

  12 sendi serta penurunan fungsi faal tubuh secara keseluruhan sehingga kerentanan terhadap penyakit akan meningkat yang biasanya bersifat kronis dan progresif.

  Pada lansia tanpa latihan jasmani akan terjadi penurunan absorbsi oksigen dan kapasitas aerobik. Masalah kurang gerak beserta segala dampaknya akan mengarah pada penyakit kardiovaskuler dan menurunnya kebugaran jasmani pada gilirannya akan menurunkan produktivitas kerja dan kualitas fisiknya (Depkes RI, 2002).

  2. Perubahan Psikologis Perubahan ini sering ditandai dengan berkurangnya daya intelektual dan menyempitnya konsentrasi sehingga orang yang mendekati tua seyogyanya berspesialisasi agar lebih matang dalam bidang yang sempit. Kehidupan orang tua biasanya lebih mudah sedih, curiga dan perasaan kurang dihargai sehingga sering merasa kesepian, murung atau bahkan depresi.

  3. Perubahan Sosiologis Berkurangnya keikutsertaan dan partisipasi lansia dalam lingkungannya serta semakin terbatasnya komunikasi dengan orang lain akan berpengaruh terhadap kehidupan emosionalnya. Misalnya masih akan lebih mudah mengalami depresi akibat kehilangan status atau pekerjaan, kehilangan orang yang dicintai serta rasa khawatir yang berlebihan. Keseluruhan perubahan tersebut diatas

  13 kemungkinan akan sangat berpengaruh terhadap perubahan kepribadiannya.

  III.2 HIPERTENSI

  III.2.1 Pengertian

  Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat yang memberikan gejala yang akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (otak), penyakit jantung koroner (pembuluh darah jantung) dan hipertropi ventrikel kiri (untuk otot jantung) (Soeparman,1998).

  Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg, merupakan penyakit yang cukup banyak diderita masyarakat (Sidabutar,1999). Kebanyakan penderita hipertensi tidak memberikan gejala sehingga dikenal dengan sebagai “Silent Disease”.

  Keadaan hipertensi yang tidak dikendalikan dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan organ target (www.indomedia.com,2005).

  Menurut Joint Nationale Committee for Detection, Evaluation

  and Treatment for High Blood Pressure ke VI 1999 yaitu apabila

  responden mempunyai tekanan sistolik > 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik > 90 mmHg.

  14 Tabel III.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut Joint Nationale Committee VI

  Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

  Optimal < 120 <80 Normal <130 <85 Normal Tinggi 130-139 85-89 Glade 1. Hipertensi Ringan Borderline

  140-159 140-149

  90-99 90-94

  Glade 2. Hipertensi Sedang 160-179 100-109 Glade 3. Hipertensi Berat Isolated Systolic Hypertension Borderline

  > 180 > 140

  140-149 > 110

  < 90 <90

III.2.2 Penyebab (Etiologi)

  Hipertensi berdasarkan penyebab dapat dibedakan menjadi 2 (dua ) golongan besar ( www. indomedia.com. 2005) :

  1. Hipertensi Esensial (Primer) Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Berbagai faktor yang diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stress psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90 % penderita hipertensi diperkirakan dalam kategori ini.

  2. Hipertensi Sekunder Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit. Golongan hipertensi ini yang penyebabnya diketahui secara pasti, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.

  15

III.2.3 Hipertensi Pada Lansia

  Proses menjadi tua adalah proses yang alamiah dan tidak bisa kita hindarkan, selama proses ini berlangsung akan terjadi pula perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia dari organ tubuh termasuk pula sistem kardiovaskuler .

  Lansia seringkali menderita lebih dari satu macam penyakit, sehingga pengelolaan hipertensi pada lansia berbeda dengan hipertensi pada orang muda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan atau menjadi perhitungan dalam pengelolaan hipertensi pada lansia adalah : A. Patofisiologi

  Sebagian besar etiologi dari hipertensi pada lansia maupun orang muda adalah sama yaitu tidak diketahui (esensial) meskipun demikian sifat dan kelainan hemodinamik yang ada sangatlah berbeda. Hipertensi pada lansia lebih didominasi oleh hipertensi sistolik. Dengan bertambahnya umur terjadi pula proses aterosklerosis sehingga terjadi penurunan compliance pembuluh darah besar, berarti elastisitas dan distensibilitas dari aorta dengan cabangnya menurun. Keadaan inilah yang menimbulkan terjadinya peningkatan tekanan sistolik dan pulse pressure.

  Disamping itu pada lansia terjadi pula penurunan sensitivitas dari baroreseptor, rangsangan reseptor simpatis, gangguan sistem renin angiostensin dan sistem renal.

  16 Tabel III.2 Perubahan pada Kardiovaskuler, Endokrin dan Ginjal

  Sehubungan dengan Perubahan Umur Perubahan pada Kardiovaskuler, Endokrin dan Perubahan Ginjal Sehubungan dengan Perubahan Umur Kekakuan arteri Tinggi Hambatan perifer Tinggi Serum katekolamin Tinggi Curah jantung

  Rendah Kepekaan baroreseptor Rendah Kepekaan reseptor beta adrenal Rendah Massa renal

  Rendah Kecepatan ginjal dalam menyaring darah Rendah Aliran darah yang melewati ginjal Rendah Kemampuan untuk menjaga sodium Rendah Aktivitas plasma rennin Rendah Volume plasma

  Rendah

  Sumber : Yogiarto,1990

  Karakteristik penderita hipertensi pada golongan lanjut usia berbeda dengan golongan usia dewasa. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel III.3 Aliran Darah, Volume Cairan dan Endokrin Dalam

  Rangkaian Penyakit Kardiovaskuler Hipertensi

  Hipertensi Pasien dengan

  Tekanan

  gangguan Usia Lanjut dewasa usia jantung Curah jantung Normal Rendah Rendah

  Total hambatan perifer Tinggi Tinggi Tinggi Volume cairan diluar sel Normal Normal Tinggi Volume cairan dalam pembuluh darah Rendah Rendah Rendah Aktivitas plasma rennin Normal Rendah Tinggi Plasma katekolamin Normal Rendah Tinggi Sumber : Yogiarto,1990.

  17 B. Prevalensi

  Prevalensi hipertensi pada lansia cenderung meningkat. Hal ini terjadi karena dengan bertambahnya umur, terjadi pula peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Tekanan sistolik akan meningkat terus setiap pertambahan umur 10 tahun, sedangkan tekanan darah diastolik akan meningkat lalu mendatar atau menurun setelah umur 40 – 60 tahun.

  Tabel III.4 Prevalensi Hipertensi Pada Umur Lebih Dari 60 Tahun Referensi Tipe Hipertensi Ras Pemotongan Rata-rata

  Nilai Prevalensi HANES Diastolik Putih > 95 > 40 % HDFP Diastolik Hitam > 90 > 11 % SHEP Sistolik Putih > 160 > 10 %

  Sumber : Yogiarto, 1990

  Dahulu para klinisi beranggapan bahwa penurunan tekanan darah diastolik adalah lebih penting daripada penurunan tekanan darah sistolik pada lansia. Pada kenyataannya dari banyak penelitian Framingham a.l. Chicago Stroke Studi terbukti ada korelasi yang kuat antara tingginya tekanan darah sistolik dengan terjadinya stroke dan gangguan jantung serta penyakit jantung koroner. Penelitian dari HDFP dilaporkan mortalitas hipertensi sistolik terisolasi lebih tinggi 2 kali dari mortalitas dari semua sebab. Jadi peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler adalah akibat peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik (Yogiarto, 1990).

  18 Pada Lansia yang menderita hipertensi akan terjadi perubahan-perubahan antara lain (Idham, 2002) : a. Perubahan Vaskuler

  Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik pada lansia adalah hilangnya distensibilitas dan elastisitas pada arteri kapasitas besar.

  b. Hipotensi Postural Disebut hipotensi postural bila terdapat penurunan tekanan sistolik 20 mmHg pada saat berdri. Pada studi SHEP (The

  Systolic Hypertension in Elderly Program ), hipotensi postural terdapat 10,4 % populasi manula.

III.2.4 Gejala Hipertensi

  Peninggian tekanan darah sering merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial. Hipertensi esensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala hipertensi seperti sakit kepala, mimisan, pusing atau migren sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi esensial. Pada survey hipertensi di Indonesia gejala-gejala hipertensi misalnya : pusing, mudah marah, sukar tidur, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang- kunang, dan telinga berdenging (www.Novita.2002).

  19

III.2.5 Komplikasi Hipertensi

  Berbagai macam komplikasi dapat timbul akibat tekanan darah tinggi dalam jangka waktu yang lama. Komplikasi dapat berupa terganggunya fungsi atau kerusakan berbagai organ tubuh.

  Organ yang paling sering menjadi target kerusakan akibat hipertensi menurut Hembing (2004) adalah :

  1. Kerusakan pada Otak Kerusakan ini terjadi akibat stroke karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Akibatnya timbul kelemahan atau kelumpuhan separuh badan dengan berbagai gangguan lainnya dan dapat menyebabkan kematian.

  2. Kerusakan pada Jantung Komplikasi tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembesaran otot jantung kiri yang berakhir dengan gagalnya jantung menjalankan fungsinya untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Keadaan ini ditandai dengan bengkak pada kaki dan kelopak mata, cepat lelah dan sesak napas.

  3. Kerusakan pada Ginjal Kerusakan pada ginjal sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan gagalnya fungsi ginjal.

  4. Kerusakan pada Mata Kerusakan pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan sampai kebutaan.

  20

III.2.6 Faktor – faktor Risiko yang Berhubungan dengan Terjadinya Hipertensi

  Adapun faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi adalah sebagai berikut :

  1. Umur Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan lanjut usia cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % di atas usia 65 tahun (Nurkhalida, 2003).

  2. Pendidikan Peran pendidikan mempunyai peran terbalik terhadap tekanan darah, dengan alasan tergantung pada sosial ekonomi itu sendiri (Padmawinata, 2001). Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi dalam mencari alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi gangguan kesehatan yang dialaminya. Tingkat pendidikan juga berperan penting dalam beradaptasi dengan lingkungannya termasuk dalam mencegah, mengobati dan memelihara kesehatan dari gangguan penyakit (Notoatmodjo, 2003).

  3. Jenis kelamin Wanita memiliki risiko yang lebih besar untuk terjadinya hipertensi daripada laki-laki (Bustan, 1997).

  4. Status bekerja Di usia muda pada saat produktif selalu dibebani pekerjaan padat sehingga menyita seluruh waktunya, tetapi saat memasuki masa tua tidak ada lagi kesibukan atau memasuki masa pensiun tertentu

  21 mengalami kebosanan, hidup serba cukup atau dekat dengan anak cucu yang menyayanginya (Trimarjono, 1995). Terdapat banyak bukti bahwa pekerjaan tidak banyak mempengaruhi peningkatan tekanan darah dengan alasan bergantung pada sosio ekonomi (Padmawinata, 2001).

  5. Minum kopi Pengaruh kopi terhadap kejadian hipertensi belum ditemukan tapi kemungkinan besar disebabkan oleh cafein yang ada dalam kopi tersebut (Bustan, 1997).

  6. Genetik Seorang yang mempunyai keluarga, orang tua yang menderita hipertensi maka orang tersebut akan memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita hipertensi (Leonard, 1992). Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua maka terjadinya hipertensi esensial lebih besar.

  7. Obesitas Seseorang yang memiliki berat badan yang berlebihan cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada orang yang kurus.

  Hal ini sebagian disebabkan karena tubuh orang yang memiliki berat badan yang berlebihan harus bekerja lebih keras untuk membakar kelebihan kalori yang dikonsumsi (Beevers, 2002).

  8. Konsumsi garam Hipertensi jarang diderita oleh orang dewasa dengan konsumsi garam rendah. Dunia kedokteran juga telah membuktikan bahwa