JPB Vol 3 (1) mei 2016 Tuwuh LMS Riyanto.compressed

PEMBELA]AR.AN

BIOLOGI
l
---*

J

Ji

-

--^--'i

Ji
ri

J

ti'


a:
i.
i:J

:

1

ISSN

2355-7192

JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI
Kajian Biologi dan Pembelajarannya
Ketua Penyunting
Riyanto

Wakil Ketua Penyunting
Yenny Anwar


Penyunting Pelaksana
Rahmi Susanti
Kodri Madang
Safira Permata Dewi
Pelaksana Tata Usaha
Rizky Permata Aini
Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan
MIPA, FKIP Universitas Sriwijaya; Telepon (0711) 580085; (0711) 8070421 - 807044. Email: pedilo giunsri@ gmail.com

JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Biologi,
Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya, sejak

Mei20l4. Dekan: Sofendi, Ketua Jurusan: Ismet. Ketua Program Studi: Kodri Madang
Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain.
Naskah diketik di kertas I{VS ,A.4 dengan spasi ganda,pdJang 12--15 halaman (lebih lanjut baca

Petunjuk Bagi Penulis pada sampul dalam belakang). Naskah yang masuk dievaluasi oleh
penyunting ahli. Penyunting dapat melakukan perubahan tulisan yang dimuat untuk l{eseragaman
format, tanpa mengubah maksud dan isinya.
Berkala ini diterbitkan di bawah pimpinan Unit Akreditasi dan Publikasi FKIP Universitas

Sriwijaya. Pembina: Sofendi (Dekan). Penanggung Jawab: Hartono (Wakil Dekan I), Ketua:
Yosef, Sekretaris Bidang Publikasi: Kasmansyah, PelaksanaTata Usaha Bidang Publikasi:
Rachmat Firdaus Falka dan Muhammad

Ali

Ramadhan.

JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI
Kajian Biologi dan Pembelajarannya
Volume 3, Nomor 1, Mei 2016, ISSN 2355-7192

DAFTAR ISI
.

PROFIL GURU SEKOLAH DASAR DALAM MENGAJAR IPA

I--7

ELEMENTARY SCHOOL TEACHER PROFILE IN TEACHING SCIENCE

Tri Jalmo

EFEK TERATOGENIK EKSTRAK CIPLTIKAN (PITYSALIS MINIMA
LINN.) TERIIADAP FETUS MENCIT (MUS MUSCULUS) GALTIR SUB

8--21

SWISS WEBSTER
Tuwuh Purnomo, Lttcia Maria Santoso, Riyanto

DITINJAU

22--26

PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRrH (PIPER BETTLE LINN.) TERTTADAP
EFEK SEDASI MENCIT (MUS MUSCULUS L.) DAN SUMBANGANI\IYA
PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA

27--34


KESIAPAI\ CALON GURU DALAM PELAKSANAAN PPL:
DARI KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE
Yenny Anwar

Siti Rakhmi

Afriani, Riyanto, Kodri Madang

JENIS.JENIS BASIDIONTYCOTA DI AREA AIR TERJUN CURUG EMBT]N 35--48
KOTA PAGARALAM DAN SI]MBANGANYA PADA PELAJARAN
BIOLOGI DI SMA
Efrida Br Sirutrat, Endang Dayat, Khoiron Nazip
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS
LEARNING CYCLE 7E MATERI SISTEM SIRI(ULASI PADA MANUSIA
T]NTUK KELAS XI. SMA

49-.57

Widy Anggraini, Yenny Anwar, Kodri Madang


PENGAR{IH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATTF
TERIIADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA DI KELAS XI SMA PADA
i

i

i
I

I
I

58-65

MATERI SISTEM SIRI(ULASI
Henni Riyanti, Yenny Anwar, Kodri Madang

JENIS.JENIS BASIDIOMYCOTA DI KAWASAN AIR TERJUN CURUG
PANDAN KABTJPATEN LAHAT SBRTA SUMBANGANNYA PADA
PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA (BASIDIOMYCOTA TYPES IN TI{E

WATERT'ALL CURUG PANDAN LAHAT AND CONTRIBUTION TO IIIGH
scHool. BroLocY LEARMNG)

,66--74

Putri Hera.Mayang Sari, Khoiron Nazip, Endang Dayat

KOMPOSISI SERANGGA GOLONGAN HERBIVORA, PREDATOR

DI

DAN

PERI(EBUNAN KELAPA SAWIT PT. PN VII
KECAMATAN NATAR DAN SUMBAI\GANNYA PADA PEMBELAJARAN
PARASITOID

15.-87

BIOLOGI DI SMA

Redita Alvionita, Riyanto, Kodri Madang

','

SERANGGA ORDO
KEANEKARAGAMAN DAN KETTMT
SEBAGAI
PALEMBANG
KOTA
MUSI
COLEOPTERA DI TNTIr{N STINGAI
SI]MBANGAN MATERI PADA MATA KULIAII ENTOMOLOGI DI

88--100

PENDIDIKAN BIOLOGI TKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Riyanto

UCAPAIT TERIMA KASIH KEPADA DEWAN PEI\TYUNTING OTTTRA
BEBESTARI)

PETUNJT'K BAGI PENULIS JTIRNAL PEMBILAJAfi.AN BIOLOGI

l0l
102*103

EFEK TERATOGENIK EKSTRAK CIPLUKAN (PHYSALIS MINIMA
LINN.) TERTTADAP FETUS MENCIT (XIUS MUSCULaS)
GALUR SUB SWISS WEBSTER
Tuwuh Purnomo, Lucia Maria Santoso, Riyanto
Universitas

Sriwijaya

,

Email : riyant o I 9 7 0 @y ahoo. c om

Abstract: A study concerning the teratogenic effect oJ Physalis m,inima Linn. on fetal mice
(Mus muscuh,ts). Experiment with completely randomized design consistirtg 4 treatments and 5
replayments was applied. The treatments consisted control, Pl dose (1,4 mg/0,1 ml Tweett

20/10 gweigh), P2 dose (2,8 mg/0,1 ml Tween 20/10 gweight), and P3 dose (5,6 mg/0,1 ml
Tween 20/10 g weight). Physalis minima Linn.extrdct solution was given by gevage on
gestation day at the 9th until 17th. Day 18th treatment, the mice were weighed, was kelled by
neck dislocation, and then preparations .fetal skeleton was made. Datq were analiyzed by
Anovq and Dwrcen test. Extract of Physalis minima Linn. lead. to decrease .fetal weight and
delayed supraocciptal, ceryical yertebrae bodies, sallolcaudal vertebrae arches, sternebrae,
and posterior intennediet p(alanges ossification. It can be concluded that Phltsalis minima
Linn. extract have teratogenic effect on mice.fetal.

Key words: nicefetal, Physatis minima Linn., teratogenic eff'ect

Abstrak: Telah dilakukan penelitian tentang efek teratogenik daun ciplukan (Physalis minimq
Linn.) terhadap fetus mencit (Mus musculus) dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
pemberian ekstrak daun ciplukan dengan potensi teratogenik daun ciplukan terhadap fetus
mencit. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap
terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan terdiri dari kontrol, dosis Pl (1,4 mg/0,1 ml
Tween 20110 gBB), P2 (2,8 mg/O,1 ml Tween 20110 gBB), dan P3 (5,6 mg/O,1 ml Tween 20/10
gBB). Larutan ekstrak daun ciplukan diberikan secara gavage pada hari kehamilan ke-9 hingga
ke-17. Hari ke-18 pedakuan, mencit ditimbang berat badannya, dimatikan dengan cara
dislokasi leher, dan diambil fehrsnya kemudian dibuat pfeparat skeleton fetus. Data dianalisis

dengan perhitungan anava dan uji BJND.Ekstrak daun ciplukan menyebabkan penurunan berat
badan fetus, panjang badan fetus, dan keterlambatan osifikasi tulang supraoksipital, badan

vertebra servikalis, lengkung vertebra sakrokaudalis, sternum, dan falang intermediet
posterior.Dapat disimpulkan bahwa ekstrak ciplukan memiliki efek teratogenik terhadap fetus
mencit.

Kata lamc

i:

Jbtus mencit,

c

ip lu

kan, terato ge nik

PENDAHULUAN
Ciplukan (Physalis minimd Linn.)
merupakan herba musiman yang memiliki
tinggi 0,5 hingga 1,5 meter, aun ciplukan
berbentuk bulat telur dengan ujungnya yang

meruncing, tepi berombak dengan panjang
daun antara 5-15 cm dan lebar 2-10 cm.
Ciplukan dapat hidup di dataran rendah
hingga datarun dengan ketinggian sekitar
1.650 m dari permukaan laut, memiliki suhu

lingkungan berkisar 15-30" C dengan curah
hujan hampir merata dan tanah cukup basah,
gernbur, dan tidak tergenang air (Parmar dan
Kausal, 1982). Ciplukan dikenal di Indonesia
dengan berbagai flama, diantaranya Ceplukan,
Cecendet, Keceplokan, dan l.eletokan. Buah
ciplukan berwama kekuningan jika matang
dan dapat dimakan.Ciplukart digunakan
sebagai obat tradisional untuk menurirnkan

Efek Teratogenik El I%).Hal ini bermakna bahwa

osifikasi meningkat pada dosis Pl
dibandingkan dosis kontrol, selanjutnya

ekstrak ciplukan mampu

menyebabkan

keterlambatan osifikasi tulang supraoksipital.

kembali meningkat pada dosis P2 dan P3.F

supraoksipital yang
Garnbar 2.a) Tulang supraoksipital yang osifikasi sempurna; b) dan c)
mengalami keterlambatan osifikasi.
dibahdingkan dosis kontrol,
pada dosis
Rata-rata hrlang interparietal yang

Pl

mengalami keterlambatan osifikasi meningkat

namun kembali mengalami penurunan pada

14 JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 3, NOMOR 1,

dosis P2.F Hitung rata-rata tulang interparietal

memiliki nilai yang berbeda tidak nyata (a<
S%).Hal ini bermakna bahwa ekstrak ciplukan
tidak menyebabkan keterlambatan osifikasi
pada tulang interparietal.

Rata-rata tulang badan vertebra
servikalis yang mengalami keterlambatan
osifikasi meningkat Pada dosis P1

MEI2016

dibandingkan dosis kontrol, dan kembali
mengalami peningkatan pada dosis P2 dan

dosis P3.F Hitung memiliki nilai Yang
berbeda sangat nyata (a> l%).Hal ini
bermakna bahwa ekstrak ciplukan mampu
menyebabkan keterlambatan osifikasi pada
tulang badan vertebra servikalis.

Gambar 3.a) Tulang badan vertebra servikalis yang osifikasi sempurna; b) dan c) Keterlambatan
osifikasi pada tulang badan vertebra servikalis.
vertebra

keterlambatan osifikasi terdapat pada dosis

salaokaudalis yang mengalami keterlambatan

P3.F Hitung memiliki nilai yang berbeda
nyata (a> 5%). Hal ini bermakna bahwa

Rata-rata tulang badan

osifikasi meningkat Pada dosis

P1

ekstrak ciplukan mampu

dibandingkan dengan dosis kontrol. F Hitung
memiliki nilai yang berbeda tidak nyata (a<
S%).Hal ini bermakna baliwa ekstrak ciplukan
tidak menyebabkan keterlambatan osifikasi

menyebabkan
keterlambatan osifikasi pada tulang lengkung
vertebra sala okaudalis.

tulang badan vertebra sakrokaudalis.

mengalami keterlambatan osifikasi meningkat
pada dosis Pl dibandingkan dosis konffol, dan
kembali meningkat pada dosis P2 dan dosis

Rata-rata tulang lengkung vertebra
sakokaudalis yang mengalami keterlambatan
osifikasi meningkat pada dosis Pl
dibandingkan dengan dosis konttol.Namun
kembali mengalami penurunan pada dosis P2
dan rata-rata tertinggi tulang lengkung
vefiebra sakrokaudalis yang mengalami

Rata-rata

P3.F Hitung memiliki nilai yang berbeda
sangat nyata (a> l%).Hal ini bermakna bahwa

ekstrak ciplukan mampu

menyebabkan

keterlambatan osifikasi tulang stemum.

Gambar 4.a) Tulang falang sternum yang osifikasi sempurna;
mengalami keterlambatan osifi kasi.

tulang sternum Yaxg

b) dan c) Tulang sternum

yang

Efek Teratogenik Ekstrak Ciplukan (Physalis Minima Linn.), Tuwuh P., Lucia M. 5., Riyantol1

4 rata-rata tulang
fet*ng proksimal yang mengalami

peningkatan pada dosis P2.F Hitung memiliki
nilai yang berbeda tidak nyata (a< S%).Hal ini

keterlambatan osifikasi meningkat pada dosis

bermakna bahwa ekstrak ciplukan tidak
menyebabkan keterlambatan osifikasi pada

Berdasarkan Tabel

Pl

dibandingkan dengan dosis.Rata-rata

rnleng falang proksimal kernbali mengalami

tulang falang proksimal anterior.

Cmbar 5.a) Tulang falang proksimal dan intermediet anggota gerak depan yang osifikasi
sempurna (P0); b) dan c) Tulang falang proksimal dan intermediet angota gerak depan
yang mengalami keterlambatan osifikasi.

Fng

Rata-rata tulang falang intermediet
mengalami keterlambatan osifikasi

rsringkat pada dosis Pl dibandingkan
hgan dosis kontrol.F Hitung memiliki nilai
3ug berbeda tidak nyata (a< S%).Hal ini
bErmakna bahwa ekstrak ciplukan tidak
myebabkan keterlarnbatan osifikasi pada
trleng falang intermediet anterior.
Rata-rata tulang falang distal anggota
grrak depan yang mengalami keterlambatan

osifikasi meningkat pada dosis Pl
dibandingkan dosis kontrol, dan kembali
r.rcningkat pada dosis P2. F Hitung memiliki
ailai yang berbeda tidak uyata (a< S%).Halint

bennakna bahwa ekstrak ciplukan tidak
rnenyebabkan keterlambatan osifikasi pada
tulang falang distal anterior.

Rata-rata tulang falang proksimal
anggota gerak belakang yang mengalami
keterlambatan osifikasi meningkat pada dosis
P1 dibandingkan dosis kontrol.Rata-rata
tulang falang proksimal yang mengalami
keterlambatan osifikasi kembali meningkat
pada dosis P2 dan dosis P3.F Hitung memiliki
nilai yang berbeda tidak nyata (a< S%).Hal ini
bermakna bahwa ekstrak ciplukan tidak
menyebabkan keterlambatan osifikasi pada
tulang lalang proksimal posterior.

Gambar 6.a) Tulang falang proksimal dan intermediet anggota gerak belakang yang osifikasi
sempurna (P0); b) dan c) Tulang falang proksirnal dan intennediet angota gerak
belakang yang mengalami keterlambatan osifikasi.

Rata-rata tulang falang intermediet
rnggota gerak belakang yang mengalami
kcterlambatan osifikasi rneningkat pada dosis

Pl jika dibandingkan

dengan dosis kontrol.
Rata-rata tulang falang intermediet yang
mengalami keterlambatan osifikasi kembali

3, NOMOR 1,
16 JURNAL PEMBELAJAMN BIOLOGI, VOLUME

meningkat pada dosis P2, namun mengalami
penurnan pada dosis P3 jika dibandingkan
dengan dosis P2.F Hitung merniliki nilai yang

berbeda sangat nyata (a> l%)'Hal ini
bermakna bahwa ekstrak ciplukan mampu
menyebabkan keterlambatan osifikasi pada
tulang falang intermediet posterior'
Rata-rata tulang distal anggota gerak

belakang yalg mengalami keterlambatan
osifikasi meningkat pada dosis Pl jika
dibandingkan dengan dosis kontrol' Rata-rata

terendah terdapat pada dosis konffol,
sedangkan rata-rata tertinggi terdapat pada
dosis P3.F Hitung rnemiliki nilai yang
berbeda tidak nyata (a< 5%)' Hal ini
bermakna bahwa ekstrak ciplukan tidak
menyebabkan ketellambatan osifikasi pada
tulang falang distal Posterior.

PEMBAHASAN
Penampilan ReProduksi fuIencit
Implantasi merupakan proses penetrasi
embrio ke dinding uterus (Gilbert, 2010)'

Setelah implantasi embrio mendapatkan
nutrisi untuk perkembangannya dari
induk.Nutrisi tersebut diterima embrio melalui
plasenta yang berkembang dari tropoblas'
Sedangkan sel massadalam akan berkembang,

berdiferensiasi

dan setelah

proses

organogenesis akan menjadi fetus' Jumlah
implantasi pada setiap mencit dipengaruhi
oleh jumlah oosit yang dilepaskan oleh

ovarium, jumlah oosit yang dibuah oleh sel
spenna, kesiapan blastosis melakukan

peneffasi, dan kesiapan dingding uterus
menerima blastosis. Implantasi terjadi pada
hari kehamilan ke- 4,5 setelah fertilisasi
(Rugh, 1967). Pemberian ekstrak ciplukan
tidak berpengaruh terhadap jumlah implantasi
kalena diberikan pada hari kehamilan ke-9'
Fetus hidup adalah fetus yang memiliki

struktur morfologi organ yar;g baik dan
merespon rangsangan sentuhan (Taylor,
1986). anava pada tata-rata jumlah fetus
hidup menunjukkan nilai berbeda tidak
nyata.Hal ini menunjuk&an bahwa ekstrak

MEI2016

ciplukan tidak berpengaruh terhadap jumluh
fetus hidup.Fetus mati adalah fetus yang
memiliki struktur organ yang baik, panjang
tubuh dapat diukur tetppi tidak merespon
rangsangan sentuhan (Taylor, 1986)'Uji anaYa
pada rata'rata jumlah fetus mati menunjukkan
nilai berbeda tidak nyata.Hal ini menunjukkan
bahwa kemaJian fetus tidak dipengaruhi oleh
ekstrak ciplukan.Kematian fetus yang tejadi
disebabkan oleh faktor internal, yaitu faktor

genetik.Kelainan genetik menyebabkan
terhambatnya perkembangan fetus sehingga
fetus mati.
Resorpsi merupakan proses penyerapan
kembali embrio yang berhenti berkembang
dan kemudian mati oleh maloofag pada masa

kehamilan setelah irnplantasi'

Resorpsi

ditandai dengan adanya plasenta dan sisa-sisa
embrio (Taylor, 1936). Pengukuran panjang
badan pada embrio yang diresorpsi tidak dapat
dilakukan karena kematiannya terjadi sebelum
organogenesis selesai. Sehingga organ-organ

tubuh belum terbentuk dengan sempurna'
Berdasarkan uji anava, F hitung memiliki nilai
yang berbeda tidak nYata'Hal ini
menurryukkan bahwa ekstrak ciplukan tidak
berpengaruh terhadap jumlah tesorpsi embrio'

Resorpsi disebabkan oleh dua faktor,
yaitufaktor eksternal dan faktor internal'
Faktor eksternal disebabkan oleh masuknya

benda asing

ke

embrio Yang

berkembang, sedangkan

faktor

sedang

internal

merupakan resorPsi spontan.

Penambahan berat badan induk
dipengaruhi oleh jumlah nuhisi yang diserap
oleh tutuh induk.Berdasarkan uji anava yang
dilakukan, penarnbahan berat badan induk
berbeda tidak nyata.Hal tersebut menunjukkan
bahwa ekstak ciplukan tidak menyebabkan

induk sakit.

Berat badan fetus dan panjang fetus
merupakan parameter yafrg penting pada
penelitian teratogenik. Penurunan berat badan
fetus dan panjang fetus merupakan efek
jelas
teratogenik yang dapat terlihat dengan
(Wilson, lg72). Berdasarkan uji anava, nilai F

Efek Teratogenik Ekstrak Ciplukan (Physalis Minima Linn.), Tuwuh P., Lucia M. 5., RiltantolT

hitung rata-rata berat badan fetus memiliki
*r-lai yang berbeda nyata, sedangkan hasil uji
mava pada rata-rata panjang badan fetus, F
hitung memiliki nilai yang berbeda sangat
4v"ata. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak

ciplukan memiliki pengaruh

terhadap

penurunan berat badan dan panjang badan
fetus.

Penurunan berat badan dan panjang
badan fetus dipengaruhi oleh nutrisi yang

diterima embrio, fungsi plasenta dalam
mengantarkan nutrisi, dan genetik
embrio.ketiga faktor tersebut kemudian
mempengaruhi perkembangan embrio.
Kandungan senyawa tanin yang terdapat pada

ekstrak ciplukan diduga

menyebabkan

p€tryerapan nutrisi di dalarn usus induk
terhambat, menurut Cannas (2013) tanin

mampu berikatan dengan protein

dan

meningkatkan ekskresi protein dan asam
mino.Terhambatnya penyerapan pada usus
induk menyebabkan embrio kekurangan
nutrisi yang dibutuhkan untuk melakukan
pembelahan sel pada rnasa pembentukan
organ.Hal ini menyebabkan peningkatan
jumlah sel terhambat dan berat badan fetus
menjadi lebih rendah.

Osifikasi dapat melalui dua cara, yaitu
intramembran dan endokondral. Tulang pipih
seperti tulang tengkorak terbentuk melalui
osifikasi intramembran, sedangkan tulang
aksial dan apendikular terbentuk melalui
osifikasi endokondral. Osifikasi intamembran

dimulai dengan diferensiasi sel mesenkim
menjadi osteoblas. Osteoblas yang dibentuk
akan mensekresikan matriks ekstraseluler,
selanjutnya matriks akan berikatan dengan
kalsium. Osifikasi endokondral dirnulai
dengan penimbunan sel mesenkim dan

kernudian berdiferensiasi menjadi

sel

kondrosit. Sel kondrosit kemudian akan
digantikan oleh sel osteoblas, sel osteoblas
akan rrensekresi matriks ekstraseluler yang
akan berikatan dengan kalsium (Gilbert,
2010). Diferensiasi sel mesenkim menjadi sel
kondrosit, penggantian sel kondrosit oleh sel

osteoblas, proliferasi

sel

osteoblas, dan

penimbunan matrik tulang merupakan tahapan

kritis yang rentan dipengaruhi oleh tanin,
saponin, alkaloid, dan steroid.Hal ini
menyebabkan keterlambatan osifi kasi tulang.

Tulang sternum, badan

vertebra

servikalis, lengkung vertebra salaokaudalis,
dan intermediet anggota gerak belakang
adalah tulang yang terbentuk melalui osifikasi

Kaerlambatan Osifilcasi Tulang Fetus

endokondral. Sedangkan tulang supraoksipital

Ekstrak ciplukan menyebabkan
keterlambatan osifikasi pada tulang
supraoksipital, badan vertebra servikalis,

terbentuk melalui osifikasi intramembran.
Keterlambatan tulang ini diduga karena
terhambatnya proliferasi sel osteoblas oleh

lengkung vertebra sakrokaudalis, sternum, dan
falang intermediet anggota gerak

saponin, alkaloid, dan steroid dan
terganggunya penyerapan kalsium oleh

belakang. Keterlambatan

senyawa tanin yang terdapat pada ekstrak
ciplukan.
Tanin mampu berikatan dengan protein
dan menyebabkan kurangnya protein yang
diserap tubuh induk sehingga mengganggu

penulangan

(osifikasi) dapat diarnati dengan melakukan
pewarnaan pada tulang fetus menggunakan

pewama Alizarin Red ,S (Conn, dkk.,
1960).Pewarna tersebut mampu berikatan
dengan kalsium yang terdapat pada tulang
yang telah mengalami osifikasi sehingga

proliferasi

sel

osteoblas pada

proses

pembentukan tulang. Menurut Cannas (2013)

tulang berwarna merah. Pengamatan osifikasi
tulang merupakan indikator yang baik untuk

tanin merupakan senyawa yarry

sifat teratogen senyawa dan
merupakan indikator keterlambatan

dan meningkatkan ekskresi protein dan asam

mengetahui

pertumbuhan fetus (Beck, 1989).

dapat

mengharnbat penyerapan nutrisi di dalam usus

amino. Terhambatnya penyerapan nutrisi

tersebut

menyebabkan

kurangnya

18 JUKNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 3, NOMOR 1,

MEI2016

ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh
embrio yang sedang berkembang (malnutrisi).
Malnuhisi terutama kalsium yang dibutuhkan

tidak dapat melanjutkan ke fase S, G2, dan M.
menyebabkan sel gagal melakukan
mitosis. Kegagalan mitosis sel osteoblas yang

oleh embrio selama pembentukan tulang dapat
menyebabkan keterlambatan osifikasi.

disebabkan

Menurut Nogrady (1992) dalam
Widyastuti, dkk. (2006) alkaloid mampu

yang akan membentuk tulang.

mengganggu pembelahan sel sehingga tetap

dalam eksffak ciplukan adalah fisalin dan

pada fase metafase dengan menghambat
fungsi spindel mitosis sehingga akan

withanolide. Fisalin merupakan senyawa yang
mampu menghambat proses proliferasi sel
melalui mekanisme penghambatan aktifasi

menyebabkan kromosom pecah, rtenyebar,

atau mengelompok dan mengakibatkan sel
mati. Spindel mitosis berfungsi sebagai
penarik kromosom yang berada pada bidang
ekuator pada tahap rnetafase. Spindel mitosis
tersusun atas mikrotubul, filamen terpolaris asi
yang terdiri da,'jl xlp tubulin.Alkaloid mampu

menghambat polirnerisasi mikrotubul
sehingga tidak dapat mencapai kinetokor
sehingga tahap metafase tidak terjadi dan
mitosis sel tidak dilakukan, sedangkan
saponin mampu rnenghambat siklus sel
osteoblas tetap pada fase Gl.Fase Gl
merupakan fase antara fase mitosis dan fase
sintesis DNA.Terhambatnya siklus sel tetap
pada fase G1 oleh saponin menyebabkan sel

Hal ini

oleh alkaloid dan

saponin

menyebabkarr kurangnya jumlah. osteoblas
Jenis senyawa steroid yang terdapat di

faktor transkripsi NF-kB (Wu, dkk., zA12),
Sebelurn mendapat sinyal untuk membelah,
NF-kB berada di dalam sitosol dan berikatan
dengan protein inhibitor IkB. Setelah sel
mendapat sinyal untuk membelah, IkB
berikatan dengan fosfat. Setelah berikatan
dengan fosfat, kemudian terjadi perambahan
ligan ubiquitin. Ikatan tersebut membuat IkB
hancur dan melepas NF-kB sehingga NF-/cB
menjadi aktif. Kandungan senyawa fisalin di
dalam ekstrak ciplukan menghambat rkatan
antara protein IkB dan fosfor sehingga NF-kB
tidak aktif. Diagram penghambatan aktifasi
NF-kB dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Diagram Jalur Sinyal NF-kB yang dihambat oleh fisalin

Proliferasi sel osteoblas yang terhambat

oleh senyawa yang terdapat pada ekstrak
ciplukan menyebabkan sintesis matriks
ektraseluler oleh sel osteoblas menjadi
terhambat. Penimbunan nratriks ekstraseluler

yang terhambat menyebabkan keterlambatan
pengikatan kalsium oleh matriks ekstraseluler
pada proses osifikasi tulang.
Tulang merupakan penyedia nutrien
penting, mineral, lipid, tempat pembentukan
.

Efek Teratogenik Eksn'ak Ciplulcan (Physalis Minima Linn.),

rE{ darah, dan berperan penting

dalam

mtindungi organ

tubuh.Keterlambatan
gangguan
pada
menyebabkan
tulang
c'sifikasi

fisiologis pada fetus.Fungsi fisiologis yang
terganggu berkaitan dengan keterlambatan
osifikasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Keterlambatan Osifikasi
'f rrll**rng
lF:r rlgIs,i t'is{eXsg'i

3{o-

r-r1p

r';*

e-r

Xt:i i p, i.f a

E

-!ri-ertetlr-z:r

}'i:a:rag

Tergiilr}gge(:i.Faa} €9Eia:arl
fiir rr.gis i. t]J]tttrk
anae irr,eltera g1i {:}r.lgaai.a} .}l:*atrr
i tEaa flrf{
Gi,aa :trL usr "E4.a:a r:r fi-ur€isi
srartlf
i sis;seara
ran,eliarcla.na-q

-

repi.

St'e{a}.*-afi:r

c-a.

F€rL€n{aEr

{axte:tr-rra€{aie f

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpalan
Berdasarkatr hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa:
l. Ekstrak ciplukan memiliki efek teratogenik
terhadap fetus rnencit.

2. Efek teratogenik yang terjadi

(:i"r.r u r €9:Ef az a} ta I,)ea"I e ld t 6ira
t:zE*rap= rr.r st.ak- E{ta:ra Eit{ajrr.rra
s is;trra,z*. Ilea-alerf-lss.ft1]. - cltr.alt
E:eraaElgit.rra.al 1:r,ernt--realtLrka ar.
se,.& r:l*rr}}r.C;€Lr}€i ErF-Ea.rrL r= i Fitelu gger:a$c
€ra}E[Eio t:r* tr.rbzzh..

berupa

DAFTAR PUSTAKA
Azlan, G. Jualang., M. Marziah, M.

Radzali,

dan R. Johari. 2005. Accumulation of
Physalin in Cell and Tissue of Physalis
minimaL. Acta Hort, 676:53-59.
Beck, Sidney L. 1989.Prenatal Ossification as
an Indicator of Exposure to Toxic
Agent.T er ato lo gy, 40 : 3 65 -37 4.

penunrnan berat badan fetus, pemrrunan
panjang fetus, dan keterlambatan osifikasi
pada tulang supraoksipital, badan vertebra

Cannas, Antonello. 2013. Tannin: fascinating
but sometimes dangerous molecules.

vertebra

http //www. ansci.cornell. edu/plants/toxi

salrokaudalis, tulang sternum, dan falang
intermediet anggota gerak belakang.
3. Dosis minimum yang dapat rnenyebabkan
efek teratogenik yaitu dosis P1 (l,4mgl},l
ml Tween 20l10g BB).

cagents/tannin.html. Diakses tanggal 2

servikalis,

lengkung

Saran

Hasil

penelitian

ini

menunjukkan

bahwa senyawa aktif yang terdapat

pada

ciplukan berpotensi teratogen terhadap fetus

mencit. Namun belum diketahui efeknya
terhadap organ lain dan fungsi fisiologi tubuh
anak mencit. Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian efek teratogenik ekstrak ciplukan
terhadap organ lain dan fungsi fisiologi anak
mencit.

:

Februari 2014.
Choudhary, M. Iqbal., Sammer Yousaf, Shakil
Ahmed, Samreen, Kauser Yasmeen,

dan

Atta-ur-Rahman.

2005.
from
Physalis
Physalis
Antileishmanial
minima. Chemistry & Biodiversity, 2:

1r64-1t73.
Conn, H.J., Mary A. Darrow., dan Victor M.
Emmel. 1960. Staining Procedures. 2nd
Edition. The Williams & Wilkins Co,
Baltimore.

Fatzi,Ilham Agusta., Fikri Amalia, Nurma
Sabila, Adam Hetmawan, Muthi
Ikawati, dan Edy Meiyanto. 2011.

Aktivitas Antiproliferasi
Etanolik Herba Ciplukan

Ekstrak

(Physalis

angulata L.) Terhadap Sel Hepar Tikus

Betina Galur Sprague DawleY

20 JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME J, NOMOR

Terinduksi 1,L}-Dimetllbenz [a]
antrasena. Majalah Kesehatan
PharmaMedika, 3 ( I ): 194-199'
Gilbert, Scott F. 2010. Developmental

Biology, 9th

Edition.S'snderland:

Sinauer Associates, Inc.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan'

2013. Kuriulum 2013 KomPetensi
Dasar Selcolah Menengah Atas
(SMA) /lvtadr as ah Aliy

ah (MA)' J akarta:

Kemendikbud.
Kispert, Andreas dan Achim Gossler' 2012'
EarlY Mouse DeveloPment. Dalam
Hedrich, Hans J. (Ed): The Laboratory
Mouse: ll7-143.
Khan M A., Khan H, Khan S, Mahmood T,
Khan P. M, dan Jabar A. 2009' Antiinfl ammatory, analgesic and antipyretic

activities of Physalis minima Linn"'I
Enzyme Inhibit Med Chem, 24: 632637.

Leong, Ooi Kheng., Tengku Sifzizul Tengku

Muhammad, dan Shaida Faiza
Sulaiman. Cytotoxic Activities of
Physalis minima L. Chloroform Extract
on Human Lung Adenocarcinoma
NCL-H23 Cell Lines bY Induction of

.

Apoptosis.eCAM: l-t0.
Nathiya M. dan Dorcus D. 2012. Preliminary
phytochemical and antibacterial studies

on Physalis minima Liwr.'Int

J

Curr

Parmar, C. dan M.K. Kaushal. 1982' Physalis

Wild

Fruits'

http //www.hort.purdue.edu/newcrop/pa
rmar/16.html. Diakses tanggal 4
:

Februari 2014.

Patel, T.,

.,

I(.

Shah,

K.

Jiwan, dan Neeta

Shrivastava. 2011, StudY the
Antibacterial Potential of Physalis
minima Linn. Indian Journal of
Pharmacetfiical Sciences, 73(1): 1111

MEI2016

MinneaPolis: Burgess

15.

Rugh, Robert. 1967. The Mouse hs
ReProduction and DeveloPment'

Publishing

CompanY.

Santoso, Hieronymus Budi. 2008. Ragam &
Khasiat Tanaman', Obat: Sehat Alami

dari

Halaman

Asri.

Jakarta: PT'

Agromedia Pustaka.
Sucharitha, Esampally dan Mamidala Estari'
2013. Evaluation of antidiabetic activity
of medical plant extract used by tribal
communities in rural areas of Warangal

distric, Andhra Pradesh, lndia. Biologt
and Medicine, 5:20-25.
Syamsudin., Yayan Rizikiyan, dan Darmono'
2006. Efek Tetatogenik Ekstrak

Metanol

Blji

Petai Cina (Leucaena

De Wit)

leucocePhala (Lmk)

Mencit Hamil'Jurnal Bahan
Indonesia, 6( ): 33-36.

Pada

Alam

1

K.

Venkata Rarnana,
Sreenu Thalla, dan Narasimha Raju Bh'
2012. Ditrretic activity of methanolic
extract of Physalis minima leaves' Der
Pharmacia Lettre, 4 (6) : t832-1834'
1986. Practical
Taylor, P.
Teratologlt.London: Academic Press,

Tammu, Jyothibasu.,

Harcourt Brace Jovanonic Publishers'
Wahyudi, Budi Eko' 2013. Efek Teratogenik

Ekstrak Daun Keji

Beling

(Strobilanthes crispus Bl.)
Fetus Mencit (Mus musculus) Galw
Sub Swiss Webster serta Rancangan
terhadap

PembelajarannYa

Scr, pP: 24-30.

minima In:

1,

Pada

Sekolah

Menengah Atas.Skrip si. Indralaya: FKIP
Universitas Sriwij aYa.
Widyastuti, Nurul., Tetri Widiyani, dan Shanti
Listyawati. 2006. Efek Teratogenik
Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpd (Scheff.) Boerl')pada

Tikus Putih (Raffiis norvegicus L')
Galur Winstar. Bioteknologi,

j(2): 56'

62.

Wilson, James G. 1972.
Effects on

Environmental
Development Teratology'

Dalam Assali, Nicholas
Pathophysiolog

of

S'

(Ed):

Gestation, Fetal

Placenta Disorders, 2: 270-27

l.

Tadogenik Elu*ak Ciplukan (Physalis Minima Linn.), Tuwuh P., L;uciaM. 5., RiyantoLl

{ing., Yann-Lii Leu,

Ya-Ling
Tian-Shung Wu, Ping-Chun
f,io, Yu-Ren Liao, Che-Ming Teng,
Shiow-Lin Pan. 2012. Physalin F
tccs Cell Apoptosis in Human Renal
inoma Cells by Targeting NF-

and
Species.

Generating Reactive
Plos ONE,7(7): l-10.