REKOM_DDRT-SRT PAGERHARJO
C.4. ANALISIS HASIL KAJIAN
DESA PAGERHARJO, KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO
INDIKATOR
KEBERHASILAN
1. Meningkatnya
ketersediaanpangan
yang beragam di
tingkat rumah tangga
dan wilayah
2. Meningkatnya daya
beli dan akses pangan
rumah tangga dan di
wilayah
3. Meningkatnya pola
konsumsi pangan
KELEMAHAN
(WEAKNESSES)
KEKUATAN (STRENGTHS)
Luas wilayah : 1.069 Ha
dengan potensi
pertanian yang masih
luas untuk tanaman
pangan, hortikultura
dan tanaman
perkebunan
terdapat 91%
masyarakat yang
memiliki persediaan
pangan (DDRT)
Kepemilikan hewan
ternak rendah (DDRT) =
76%
Memiliki kelompok
tani, gapoktan dan
pengusaha olahan
pangan yang aktif
Lebih dari 50% telah
memiliki berbagai aset
penting penunjang
ekonomi
52% mampu membeli 1
stel pakaian dalam 1
tahun (DDRT)
Aspek distribusi desa
terus berkembang
Adanya kader gizi, PPL
Memiliki potensi
Tingginya angka
kemiskinan = 53%
(DDRT)
Masih banyak lahan
tidur yang belum
dimanfaatkan
REKOMENDASI
Penumbuhan / Pengembangan
Kelompok Lumbung Pangan
Pembangunan Fisik Lumbung
Pangan
Pengembangan usaha usaha
produktif
Pengembangan pemanfaatan
lahan tidur dan lahan pekarangan
Pengembangan usaha ternak
Pengembangan usaha pertanian
INSTANSI
PENANGGUNG
-JAWAB
BKPP
BKPP
BKPP
Dinas
Peternakan
Dinas pertanian
Pendapatan
ekononomi keluarga
masih rendah (keluarga
miskin)
69% tidak pernah
mengkonsumsi pangan
KETERANGAN
Faktor kualitas
Sumber Daya
Manusia
menyebabkan belum
optimalnya
pengelolaan potensi
desa.
Penguatan Permodalan usaha
Produktif
Pelatihan motivasi usaha dan
inovasi produk
Pelatihan usaha perdagangan
untuk meningkatkan kontribusi
terhadap akses pangan rumah
tangga
BKPP
Dinas
Perindustrian
Dan Koperasi
Akses pangan rumah
tangga semakin
meningkat namun
rendahnya
kemampuan daya
beli akibat inflasi dan
rendahnya
pendapatan keluarga
Pelatihan B2SA pada para Kader
Gizi dan PKK.
BKPP
Dinas Kesehatan
Pengertian dan
kesadaran
beragam bergizi
berimbang dan aman
pangan lokal
4. Berkembangnya usaha
produktif berbasis
sumberdaya lokal
(pangan segar atau
olahan) yang mampu
menjangkau pasar
yang lebih luas
55 % memiliki aset
kendaraan bermotor
untuk meningkatkan
akses distribusi (DDRT)
yang lengkap (SRT)
56 % jarang
mengkonsumsi protein
hewani (DDRT)
Masih rendahnya
inovasi olahan pangan
Pengertian dan
kesadaran masyarakat
mengenai B2SA masih
rendah
Semangat wirausaha
rendah = 11 % (SRT)
5. Berkembangnya
lembaga layanan
permodalan lokal
(LKM atau koperasi)
yang melayani
kebutuhan
permodalan bagi
masyarakat setempat
52% kk miskin memiliki
kebiasaan menabung
Terdapat LKM dan
Koperasi
Masih terdapat
masyarakat yang
meminjam uang di
renten
Tidak mengenal
perbankan 80% (SRT)
Kebiasaan meminjam
uang = saudara 28%, 28
% di tetangga
Kurangnya sosialisasi
pemasaran
permodalan
Program Sosialisasi B2SA melalui
pertemuan pertemuan tingkat
desa hingga tingkat kelompok
masyarakat serta memasang
spanduk gerakan B2SA
Mencanangkan Gerakan B2SA.
Secara kontinyu melaksanakan
lomba olah pangan B2SA untuk
memotivasi masyarakat.
Optimalisasi perkebunan Kopi,
Teh
Optimalisasi pemanfaatan lahan
pekarangan
Optimalisasi budidaya sayuran
Pelatihan manajemen usaha dan
kewirausahaan
Pelatihan teknis usaha pertanian,
peternakan, dan olahan
- Efisiensi proses produksi
- Inovasi produk
- Sertifikasi
- Pemasaran
Penguatan modal usaha
Penguatan Modal Usaha
LKM/LKD
Penumbuhan LKM /LKD
Gerakan menabung
Pinjaman Lunak tanpa jaminan
masyarakat
mengenai B2SA
masih rendah
BKPP
Dinas
Perindustrian
Dan Koperasi
Motivasi usaha dan
ketrampilan
(khususnya keluarga
tidak mampu) masih
rendah dan sebagian
besar memilih
menjadi buruh
daripada
berwirausaha
Dinas
Perindustrian
Dan Koperasi
BKPP
Keberanian
mengakses modal ke
bank dan lembaga
keuangan masih
rendah yang
disebabkan oleh :
- Kurangnya
sosialisasi dari
lembaga
permodalan
- KK miskin tidak
memiliki jaminan
6. Desa (Lokasi)
penerima manfaat
sudah tidak lagi masuk
kategori rawan
pangan, tidak lagi
dijumpai orang yang
kelaparan /rawan
pangan
91 % masyarakat
memiliki persediaan
pangan (DDRT)
Desa memiliki SDA
yang potensial.
Semangat
Kebersamaan dan
gotong royong warga
masih tinggi
7.
8.
Mantapnya
organisasi /
kelembagaan yang ada
(TPD, Gapoktan,
LKM/Koperasi,
Asosiasi Komoditas
/olahan pangan)
Pembentukan jaringan
usaha / kemitraan dan
pemupukan sumber
Telah memiliki
kelembagaan
Gapoktan, LKM, TPD
(baru)
52% kk miskin memiliki
kebiasaan menabung
Tersedia berbagai jenis
KK Miskin tidak
memiliki jaminan untuk
mengakses
permodalan
KK Miskin tidak
memiliki usaha
(sebagian besar
pekerjaan utama buruh
tani)
Tingginya angka
kemiskinan = 53%
(DDRT)
Laju Pertumbuhan
penduduk semakin
meningkat
Seiring perkembangan
waktu lahan pertanian
semakin berkurang.
Livelihood dan mindset
masyarakat masih
rendah
Belum ada kerjasama
antar lembaga atau
organisasi di tingkat
desa untuk
mewujudkan tujuan
pembangunan desa
Masih lemahnya
dinamika kelembagaan
yang ada (krisis SDM
yang memiliki kemauan
dan kemampuan
mengelola)
Kerjasama antar
pengusaha masih
rendah
-
Pemantauan / Evaluasi secara
intensif mengenai kondisi rawan
pangan di desa ini.
Pengembangan Program program
berbasis kemandirian
Penguatan Kelembagaan desa
(lembaga sosial dan ekonomi)
berbasis kemandirian
Penguatan aspek ketersediaan,
distribusi dan konsumsi, serta
sarana dan prasarana
Koordinasi antar lembaga desa
secara rutin
Pembinaan dinamika kelompok
yang berkelanjutan
Pembentukan asosiasi komoditas
Program temu usaha antar desa
Pameran produk lokal
Penguatan LKM
KK Miskin
sebagian besar
tidak memiliki
usaha (pekerjaan
utama buruh)
BKPP
BPS
PEMDA
PEMDES
BKKBN
Tingkat kemiskinan,
Laju pertumbuhan
penduduk yang terus
meningkat,
ketersediaan lahan
yang semakin
berkurang, kualitas
SDM yang rendah
menjadi faktor
kerawananpangan
Pemerintah
Desa
Dinas Pertanian,
Dinas
Perindustrian
Dan Koperasi
BKPP
Kurangnya kerjasama
antar lembaga,
terbatasnya SDM
yang memiliki
kemauan dan
kemampuan dalam
mengelola lembaga
yang ada.
BAPEDA
BKPP
Dinas
Jaringan usaha dan
kemitraan belum
kuat akibat
permodalan
masyarakat
usaha produktif
9.
Jajanan anak sekolah
aman dari cemaran
mikrobiologi, kimia
dan fisik
Adanya pengusaha
olahan lokal yang
masih mampu dibina
dan dikembangkan
untuk membuat
produk lokal yang
aman
10. Menurunya
prosentase jumlah
keluarga miskin
Berkembangnya usaha
usaha produktif
Akses ekonomi
semakin berkembang
Pemupukan sumber
permodalan belum
dioptimalisasi
Masyarakat kurang
percaya terhadap
lembaga permodalan
yang belum berbadan
hukum
Kemampuan
pengusaha
memproduksi produk
jajanan sekolah yang
aman dan inovatif
masih rendah
Kesulitan ekonomi
menyebabkan
beberapa pengusaha
produk pangan
menggunakan bahan
bahan yang tidak aman
untuk meningkatkan
pendapatan
Siswa tidak terbiasa
membawa bekal
makanan kesekolah
Pembentukan kelompok asosiasi
Gerakan menabung
Fasilitasi Badan Hukum Bagi
Lembaga Permodalan
Tingginya angka
kemiskinan = 53%
(DDRT)
Masih banyak rumah
tidak layak huni
Pertumbuhan
penduduk dan keluarga
baru yang terus
berkembang
Semangat motivasi
usaha dan ketrampilan
Sosialisasi kepada anak didik
serta pengusaha kantin sekolah
melalui guru mengenai jajanan
anak sekolah yang aman
Sosialisasi kepada masyarakat
tentang produk pangan yang
aman
Pembinaan kepada pengusaha
agar menyediakan produk
jajanan anak sekolah yang amab
Test sampel produk jajanan
sekolah dan mensosialisasikan
hasilnya kepada masing masing
pengusaha
Penerapan sanksi tegas bagi
pengusaha yang tidak
menyediakan produk pangan
yang aman
Peningkatan program – program
pemberdayaan berbasis
pengentasan kemiskinan dan
singkronisasinya
Peningkatan berbagai akses
ekonomi yang dibutuhkan
masyarakat
Peningkatan Skill / ketrampilan
berwirausaha
Penyediaan Kredit lunak untuk
usaha
Perindustrian
Dan Koperasi
kurangnya kerjasama
antar pengusaha.
BKPP
Dinas
Perindustrian
Dan Koperasi
Dinas Kesehatan
Badan POM
Terdapat beberapa
pengusaha olahan
yang berpotensi
untuk memproduksi
jajanan sekolah
namun kemampuan
inovasi produk masih
rendah dan dampak
dari lemahnya
ekonomi
menyebabkan
beberapa pengusaha
menggunakan bahan
bahan yang tidak
aman untuk
meningkatkan
pendapatannya.
Dinas
Perindustrian
Dan Koperasi
BAPEDA
Kemenpera
Dinas PU
Usaha produktif dan
berbagai akses
ekonomi desa terus
berkembang namun
seiring
perkembangan
ekonomi desa
tersebut juga
terdapat KK baru
(hasil pernikahan)
khususnya dari
11. Tingkat partisipasi
masyarakat
bertambah
12. Prosentase tingkat laju
pertumbuhan
penduduk tidak
mengalami kenaikan
dibanding tahun
sebelumnya
13. Tersedianya air bersih
dan infrastruktur fisik
memadai
Semangat gotong
royong masyarakat
masih tinggi
Kesadaran KB
meningkat
Bantuan Perumahan Swadaya
Peningkatan sarana dan
prasarana fisik penunjang
ekonomi desa
Masuknya budaya luar
yang individualise
Program Peningkatan
Pemberdayaan masyarakat desa
Gerakan cinta produk lokal
Pemberdayaan partisipasi
masyarakat desa dari
perencanaan hingga pengawasan
program
BAPEDA
BKPP
PEMERINTAH
DESA
Pembinaan kepada para remaja
akan dampak pernikahan dini
Sosialisasi Program KB
BKKBN
DINAS SOSIAL
Pembangunan jalan nglinggo –
sarigono
Rehabilitasi talud dan drainase di
jobolawang
Rhabilitasi jembatan di sarigono
yang sangat rawan
SAB : di mendolo – jogolawang
Rehabilitasi Pasar Desa
DINAS PU
DINAS PMD
PEMDA
Semangat swadaya
masyarakat tinggi
Tersedianya sumber
mata air
masih rendah
Kurangnya akses
permodalan
Tingkat pendidikan
rendah
Jumlah anggota rumah
tangga yang lebih dari
4 = 16% (DDRT)
Kondisi jalan ekonomi
nglinggo – sarigono
rusak
Kondisi drainase dan
talud di jobolawang
rusak
Terdapat jembatan
pengghubung di
sarigono yang telah
rusak
Kurangnya jaringan SAB
keluarga miskin yang
belum memiliki
kematangan ekonomi
sehingga
memunculkan kk
miskin baru.
Seiring
perkembangan
jaman masuknya
budaya luar dari
perpindahan
penduduk dapat
menjadi faktor
mundurnya
kebersamaan
gotongroyong dan
partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan
Tingkat pendidikan
yang rendah
menyebabkan
kurangnya
pengetahuan akan KB
Terdapat beberapa
potensi SDA,
smangat swadaya
dan gotongroyong
yang dapat
dimanfaatkan untuk
meningkatkan
fasilitas infrastruktur
fisik namun rusaknya
fasilitas
membutuhkan dana
yang cukup besar
14. Terfasilitasinya
kelompok – kelompok
belajar untuk
meningkatkan SDM
Tersedianya fasilitas
pendidikan
Adanya pendidikan
gratis SD hingga SMP
di daerah mendolo dan
jogolawang
KK Tidak tamat SD =
6,7%. (DDRT),
KK Tamat SD 48%
Bantuan Sarana Pendidikan SD
dan SMP
Bantuan sarana Pendidikan PAUD
dan TK
Bantuan Sarana Pendidikan NonFormal
Pembentukan Kelompok Belajar
Masyarakat berbasis Usaha dan
bantuan sarana pendidikannya
DINAS
PENDIDIKAN
PEMDA
Kesadaran
pendidikan tinggi
(SMK, SMA, PT)
masih rendah
khususnya keluarga
miskin yang
mengalami kesulitan
ekonomi.
DESA PAGERHARJO, KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO
INDIKATOR
KEBERHASILAN
1. Meningkatnya
ketersediaanpangan
yang beragam di
tingkat rumah tangga
dan wilayah
2. Meningkatnya daya
beli dan akses pangan
rumah tangga dan di
wilayah
3. Meningkatnya pola
konsumsi pangan
KELEMAHAN
(WEAKNESSES)
KEKUATAN (STRENGTHS)
Luas wilayah : 1.069 Ha
dengan potensi
pertanian yang masih
luas untuk tanaman
pangan, hortikultura
dan tanaman
perkebunan
terdapat 91%
masyarakat yang
memiliki persediaan
pangan (DDRT)
Kepemilikan hewan
ternak rendah (DDRT) =
76%
Memiliki kelompok
tani, gapoktan dan
pengusaha olahan
pangan yang aktif
Lebih dari 50% telah
memiliki berbagai aset
penting penunjang
ekonomi
52% mampu membeli 1
stel pakaian dalam 1
tahun (DDRT)
Aspek distribusi desa
terus berkembang
Adanya kader gizi, PPL
Memiliki potensi
Tingginya angka
kemiskinan = 53%
(DDRT)
Masih banyak lahan
tidur yang belum
dimanfaatkan
REKOMENDASI
Penumbuhan / Pengembangan
Kelompok Lumbung Pangan
Pembangunan Fisik Lumbung
Pangan
Pengembangan usaha usaha
produktif
Pengembangan pemanfaatan
lahan tidur dan lahan pekarangan
Pengembangan usaha ternak
Pengembangan usaha pertanian
INSTANSI
PENANGGUNG
-JAWAB
BKPP
BKPP
BKPP
Dinas
Peternakan
Dinas pertanian
Pendapatan
ekononomi keluarga
masih rendah (keluarga
miskin)
69% tidak pernah
mengkonsumsi pangan
KETERANGAN
Faktor kualitas
Sumber Daya
Manusia
menyebabkan belum
optimalnya
pengelolaan potensi
desa.
Penguatan Permodalan usaha
Produktif
Pelatihan motivasi usaha dan
inovasi produk
Pelatihan usaha perdagangan
untuk meningkatkan kontribusi
terhadap akses pangan rumah
tangga
BKPP
Dinas
Perindustrian
Dan Koperasi
Akses pangan rumah
tangga semakin
meningkat namun
rendahnya
kemampuan daya
beli akibat inflasi dan
rendahnya
pendapatan keluarga
Pelatihan B2SA pada para Kader
Gizi dan PKK.
BKPP
Dinas Kesehatan
Pengertian dan
kesadaran
beragam bergizi
berimbang dan aman
pangan lokal
4. Berkembangnya usaha
produktif berbasis
sumberdaya lokal
(pangan segar atau
olahan) yang mampu
menjangkau pasar
yang lebih luas
55 % memiliki aset
kendaraan bermotor
untuk meningkatkan
akses distribusi (DDRT)
yang lengkap (SRT)
56 % jarang
mengkonsumsi protein
hewani (DDRT)
Masih rendahnya
inovasi olahan pangan
Pengertian dan
kesadaran masyarakat
mengenai B2SA masih
rendah
Semangat wirausaha
rendah = 11 % (SRT)
5. Berkembangnya
lembaga layanan
permodalan lokal
(LKM atau koperasi)
yang melayani
kebutuhan
permodalan bagi
masyarakat setempat
52% kk miskin memiliki
kebiasaan menabung
Terdapat LKM dan
Koperasi
Masih terdapat
masyarakat yang
meminjam uang di
renten
Tidak mengenal
perbankan 80% (SRT)
Kebiasaan meminjam
uang = saudara 28%, 28
% di tetangga
Kurangnya sosialisasi
pemasaran
permodalan
Program Sosialisasi B2SA melalui
pertemuan pertemuan tingkat
desa hingga tingkat kelompok
masyarakat serta memasang
spanduk gerakan B2SA
Mencanangkan Gerakan B2SA.
Secara kontinyu melaksanakan
lomba olah pangan B2SA untuk
memotivasi masyarakat.
Optimalisasi perkebunan Kopi,
Teh
Optimalisasi pemanfaatan lahan
pekarangan
Optimalisasi budidaya sayuran
Pelatihan manajemen usaha dan
kewirausahaan
Pelatihan teknis usaha pertanian,
peternakan, dan olahan
- Efisiensi proses produksi
- Inovasi produk
- Sertifikasi
- Pemasaran
Penguatan modal usaha
Penguatan Modal Usaha
LKM/LKD
Penumbuhan LKM /LKD
Gerakan menabung
Pinjaman Lunak tanpa jaminan
masyarakat
mengenai B2SA
masih rendah
BKPP
Dinas
Perindustrian
Dan Koperasi
Motivasi usaha dan
ketrampilan
(khususnya keluarga
tidak mampu) masih
rendah dan sebagian
besar memilih
menjadi buruh
daripada
berwirausaha
Dinas
Perindustrian
Dan Koperasi
BKPP
Keberanian
mengakses modal ke
bank dan lembaga
keuangan masih
rendah yang
disebabkan oleh :
- Kurangnya
sosialisasi dari
lembaga
permodalan
- KK miskin tidak
memiliki jaminan
6. Desa (Lokasi)
penerima manfaat
sudah tidak lagi masuk
kategori rawan
pangan, tidak lagi
dijumpai orang yang
kelaparan /rawan
pangan
91 % masyarakat
memiliki persediaan
pangan (DDRT)
Desa memiliki SDA
yang potensial.
Semangat
Kebersamaan dan
gotong royong warga
masih tinggi
7.
8.
Mantapnya
organisasi /
kelembagaan yang ada
(TPD, Gapoktan,
LKM/Koperasi,
Asosiasi Komoditas
/olahan pangan)
Pembentukan jaringan
usaha / kemitraan dan
pemupukan sumber
Telah memiliki
kelembagaan
Gapoktan, LKM, TPD
(baru)
52% kk miskin memiliki
kebiasaan menabung
Tersedia berbagai jenis
KK Miskin tidak
memiliki jaminan untuk
mengakses
permodalan
KK Miskin tidak
memiliki usaha
(sebagian besar
pekerjaan utama buruh
tani)
Tingginya angka
kemiskinan = 53%
(DDRT)
Laju Pertumbuhan
penduduk semakin
meningkat
Seiring perkembangan
waktu lahan pertanian
semakin berkurang.
Livelihood dan mindset
masyarakat masih
rendah
Belum ada kerjasama
antar lembaga atau
organisasi di tingkat
desa untuk
mewujudkan tujuan
pembangunan desa
Masih lemahnya
dinamika kelembagaan
yang ada (krisis SDM
yang memiliki kemauan
dan kemampuan
mengelola)
Kerjasama antar
pengusaha masih
rendah
-
Pemantauan / Evaluasi secara
intensif mengenai kondisi rawan
pangan di desa ini.
Pengembangan Program program
berbasis kemandirian
Penguatan Kelembagaan desa
(lembaga sosial dan ekonomi)
berbasis kemandirian
Penguatan aspek ketersediaan,
distribusi dan konsumsi, serta
sarana dan prasarana
Koordinasi antar lembaga desa
secara rutin
Pembinaan dinamika kelompok
yang berkelanjutan
Pembentukan asosiasi komoditas
Program temu usaha antar desa
Pameran produk lokal
Penguatan LKM
KK Miskin
sebagian besar
tidak memiliki
usaha (pekerjaan
utama buruh)
BKPP
BPS
PEMDA
PEMDES
BKKBN
Tingkat kemiskinan,
Laju pertumbuhan
penduduk yang terus
meningkat,
ketersediaan lahan
yang semakin
berkurang, kualitas
SDM yang rendah
menjadi faktor
kerawananpangan
Pemerintah
Desa
Dinas Pertanian,
Dinas
Perindustrian
Dan Koperasi
BKPP
Kurangnya kerjasama
antar lembaga,
terbatasnya SDM
yang memiliki
kemauan dan
kemampuan dalam
mengelola lembaga
yang ada.
BAPEDA
BKPP
Dinas
Jaringan usaha dan
kemitraan belum
kuat akibat
permodalan
masyarakat
usaha produktif
9.
Jajanan anak sekolah
aman dari cemaran
mikrobiologi, kimia
dan fisik
Adanya pengusaha
olahan lokal yang
masih mampu dibina
dan dikembangkan
untuk membuat
produk lokal yang
aman
10. Menurunya
prosentase jumlah
keluarga miskin
Berkembangnya usaha
usaha produktif
Akses ekonomi
semakin berkembang
Pemupukan sumber
permodalan belum
dioptimalisasi
Masyarakat kurang
percaya terhadap
lembaga permodalan
yang belum berbadan
hukum
Kemampuan
pengusaha
memproduksi produk
jajanan sekolah yang
aman dan inovatif
masih rendah
Kesulitan ekonomi
menyebabkan
beberapa pengusaha
produk pangan
menggunakan bahan
bahan yang tidak aman
untuk meningkatkan
pendapatan
Siswa tidak terbiasa
membawa bekal
makanan kesekolah
Pembentukan kelompok asosiasi
Gerakan menabung
Fasilitasi Badan Hukum Bagi
Lembaga Permodalan
Tingginya angka
kemiskinan = 53%
(DDRT)
Masih banyak rumah
tidak layak huni
Pertumbuhan
penduduk dan keluarga
baru yang terus
berkembang
Semangat motivasi
usaha dan ketrampilan
Sosialisasi kepada anak didik
serta pengusaha kantin sekolah
melalui guru mengenai jajanan
anak sekolah yang aman
Sosialisasi kepada masyarakat
tentang produk pangan yang
aman
Pembinaan kepada pengusaha
agar menyediakan produk
jajanan anak sekolah yang amab
Test sampel produk jajanan
sekolah dan mensosialisasikan
hasilnya kepada masing masing
pengusaha
Penerapan sanksi tegas bagi
pengusaha yang tidak
menyediakan produk pangan
yang aman
Peningkatan program – program
pemberdayaan berbasis
pengentasan kemiskinan dan
singkronisasinya
Peningkatan berbagai akses
ekonomi yang dibutuhkan
masyarakat
Peningkatan Skill / ketrampilan
berwirausaha
Penyediaan Kredit lunak untuk
usaha
Perindustrian
Dan Koperasi
kurangnya kerjasama
antar pengusaha.
BKPP
Dinas
Perindustrian
Dan Koperasi
Dinas Kesehatan
Badan POM
Terdapat beberapa
pengusaha olahan
yang berpotensi
untuk memproduksi
jajanan sekolah
namun kemampuan
inovasi produk masih
rendah dan dampak
dari lemahnya
ekonomi
menyebabkan
beberapa pengusaha
menggunakan bahan
bahan yang tidak
aman untuk
meningkatkan
pendapatannya.
Dinas
Perindustrian
Dan Koperasi
BAPEDA
Kemenpera
Dinas PU
Usaha produktif dan
berbagai akses
ekonomi desa terus
berkembang namun
seiring
perkembangan
ekonomi desa
tersebut juga
terdapat KK baru
(hasil pernikahan)
khususnya dari
11. Tingkat partisipasi
masyarakat
bertambah
12. Prosentase tingkat laju
pertumbuhan
penduduk tidak
mengalami kenaikan
dibanding tahun
sebelumnya
13. Tersedianya air bersih
dan infrastruktur fisik
memadai
Semangat gotong
royong masyarakat
masih tinggi
Kesadaran KB
meningkat
Bantuan Perumahan Swadaya
Peningkatan sarana dan
prasarana fisik penunjang
ekonomi desa
Masuknya budaya luar
yang individualise
Program Peningkatan
Pemberdayaan masyarakat desa
Gerakan cinta produk lokal
Pemberdayaan partisipasi
masyarakat desa dari
perencanaan hingga pengawasan
program
BAPEDA
BKPP
PEMERINTAH
DESA
Pembinaan kepada para remaja
akan dampak pernikahan dini
Sosialisasi Program KB
BKKBN
DINAS SOSIAL
Pembangunan jalan nglinggo –
sarigono
Rehabilitasi talud dan drainase di
jobolawang
Rhabilitasi jembatan di sarigono
yang sangat rawan
SAB : di mendolo – jogolawang
Rehabilitasi Pasar Desa
DINAS PU
DINAS PMD
PEMDA
Semangat swadaya
masyarakat tinggi
Tersedianya sumber
mata air
masih rendah
Kurangnya akses
permodalan
Tingkat pendidikan
rendah
Jumlah anggota rumah
tangga yang lebih dari
4 = 16% (DDRT)
Kondisi jalan ekonomi
nglinggo – sarigono
rusak
Kondisi drainase dan
talud di jobolawang
rusak
Terdapat jembatan
pengghubung di
sarigono yang telah
rusak
Kurangnya jaringan SAB
keluarga miskin yang
belum memiliki
kematangan ekonomi
sehingga
memunculkan kk
miskin baru.
Seiring
perkembangan
jaman masuknya
budaya luar dari
perpindahan
penduduk dapat
menjadi faktor
mundurnya
kebersamaan
gotongroyong dan
partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan
Tingkat pendidikan
yang rendah
menyebabkan
kurangnya
pengetahuan akan KB
Terdapat beberapa
potensi SDA,
smangat swadaya
dan gotongroyong
yang dapat
dimanfaatkan untuk
meningkatkan
fasilitas infrastruktur
fisik namun rusaknya
fasilitas
membutuhkan dana
yang cukup besar
14. Terfasilitasinya
kelompok – kelompok
belajar untuk
meningkatkan SDM
Tersedianya fasilitas
pendidikan
Adanya pendidikan
gratis SD hingga SMP
di daerah mendolo dan
jogolawang
KK Tidak tamat SD =
6,7%. (DDRT),
KK Tamat SD 48%
Bantuan Sarana Pendidikan SD
dan SMP
Bantuan sarana Pendidikan PAUD
dan TK
Bantuan Sarana Pendidikan NonFormal
Pembentukan Kelompok Belajar
Masyarakat berbasis Usaha dan
bantuan sarana pendidikannya
DINAS
PENDIDIKAN
PEMDA
Kesadaran
pendidikan tinggi
(SMK, SMA, PT)
masih rendah
khususnya keluarga
miskin yang
mengalami kesulitan
ekonomi.