LPSE Universitas Airlangga APIP

Probity Advising dan
Peningkatan Peran APIP
dalam Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
Emin Adhy MUhaemin- Direktur Advokasi dan Penyelesaian Sanggah Wilayah II
dalam
Rapat Kerja Nasional Pengadaan Tahun 2014
Jakarta – 18 November 2014

Garis Besar Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah

SKEMA HUKUM PROSES PENGADAAN
Persiapan

1. Perencanaan Umum
2. Perencanaan
Pelaksanaan
3. Perencanaan Pemilihan

Pemilihan Penyedia


1. Pengumuman
2. Pendaftaran dan Pengambilan
Dokumen Pengadaan
3. Penjelasan
4. Pemasukan Dokumen
penawaran
5. Pembukaan dan evaluasi
dokumen penawaran
6. Pengumuman Hasil
Evaluasi/Pemenang
7. Sanggah

TATA USAHA NEGARA (TUN)
PIDANA

Pelaksanaan Kontrak

1. Persiapan dan
Pelaksanaan Kontrak

2. Serah Terima

PERDATA

Pertanyaan Mendasar
Bagaimana mengelola risiko
dalam rangka proses
pengadaan barang/jasa?

Risiko pengadaan bukan hanya terkait hukum, tetap lebih luas antara lain berupa tidak
terpenuhinya kebutuhan barang/jasa bagi masyarakat secara tepat waktu, tepat guna, dan
tepat lokasi, berhentinya pelayanan publik, dan mandeknya pembangunan

KONSEPSI MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH (1)

Sumber : UN Procurement Capacity Development Centre, May 2012

KONSEPSI MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH (2)


Sumber : UN Procurement Capacity Development Centre, May 2012

STRATEGI MITIGASI RISIKO
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Sumber : UN Procurement Capacity Development Centre, May 2012

APBN/D-DIPA /DPA : Pemaketan
(Spek, RAB), Sistem Anggaran, Perubahan APBN/D
Kebijakan /Peraturan Mengenai Kontrak Tahun
Jamak Masih Sektoral

PERENCANAAN

Data dasar penyusunan HPS tidak selalu tersedia
Penafsiran Peraturan (Penunjukan Langsung,
Pengadaan Langsung, Kontrak Tahun
Tugggal/Jamak, Pasal 93 : Pemutusan Kontrak,
Swakelola??

Penetapan Personil Pengadaan
(KPA=PPK, PPHP), Sertifikasi.

Sistem LPSE terintervensi,
Pemilihan Sistem Pemilihan tidak tepat,

Kriteria evaluasi tidak rinci, tidak jelas,
PEMILIHAN

Pelaksanaan evaluasi, pembuktian kualifikasi tidak
profesional
Penyedia tidak profesional
(Penawaran jauh di bawah HPS)

Penyedia berkolusi untuk pengaturan penawaran

Klausul kontrak tidak lengkap, tidak jelas, dan
tidak ada sanksi
Spesifikasi /KAK tidak sesuai dengan Kondisi
Lapangan

PELAKSANAAN

Penyedia tidak profesional
Jadwal pelaksanaan tidak logis
( Mendekati akhir tahun?)
Kondisi alam, kebijakan perekonomian,

Pengujian kualitas B/J

PERANAN APARAT
PENGAWASAN INTERNAL
PEMERINTAH (APIP) DALAM
MENGURANGI RISIKO
PENGADAAN

PENGERTIAN PENGAWASAN INTERNAL
Seluruh proses kegiatan audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain penyelenggaraan
tugas dan fungsi organisasi dalam

rangka memberikan keyakinan yang
memadai bahwa kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur
yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik.

DASAR HUKUM PERANAN APIP DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
MENURUT PERPRES NO. 54 TAHUN 2010 JO. PERPRES NO 70 TAHUN 2012

Ps 116
K/L/D/I melakukan
pengawasan
terhadap PPK, ULP,
Pejabat Pengadaan
dan
menugaskan
APIP untuk
melakukan Audit

sesuai ketentuan

Ps 32 (4)
APIP pada K/L/D/I
Penanggung Jawab
Anggaran
melakukan audit
terhadap
pelaksanaan
Swakelola

Ps 81 (2)

Ps 99

Menindaklanjuti
(pantau) atas
penyelesaian
sanggah yang
terjadi dalam proses

pengadaan
barang/jasa

Mengaudit
pemenuhan
produksi dalam
negeri dalam
pengadaan
barang/jasa, dan
melakukan langkah/
tindakan perbaikan
bila terjadi
ketidaksesuai dalam
penggunaan TKPDN

Probity Advising, upaya
mengurangi risiko
dalam pengadaan.
Dari mana kita mulai?


Public Sector Audit
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to
determine and report on the degree of correspondence between the information and
established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person” (Alvin
A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J.Elder, 2011:4)

Audit sektor publik
digambarkan, salah
satunya, dengan
menggunakan
pendekatan hubungan
Principal Agent Theory
yaitu interaksi dua
pihak yang terdiri dari
principal dan agent.

“Internal auditing is an independent, objective
assurance and consulting activity designed to add
value and improve an organization’s operations. It
helps an organization accomplish its objectives by

bringing a systematic, disciplined approach to
evaluate and improve the effectiveness of risk
management, control, and governance processes.”
— The IIA, 2011

Peran APIP dalam Probity Advising - Audit
AUDIT

PROBITY
POST
AUDIT

PENDAMPINGAN

ADVISING

• a probity adviser provides advice on issues
which may arise before and during the
procurement. While probity advisers
cannot act as decision makers, they are

involved in ensuring the integrity of the
process in real-time and are likely to be
under the broad direction of the client; and
• a probity auditor’s role is to provide a
review of the procurement process, or a
review of key phases, after completion. A
probity auditor should be largely self
directing and, as a result, should have a
higher degree of independence than a
probity adviser.
Sumber: Australian National Audit Office, Fairness and Transparency in
Purchasing Decisions: Probity in Australian Government Procurement,
2007, p. 34

LAPORAN
PENDAMPINGAN

Perbedaan Advising dan Auditing (1)
Approach

Advising

Auditing

Timeframe

“Forward-looking”– primarily done
before the fact

“Backward-looking”--primarily
done after the fact

Opinion

Provides both opinions and advice
contemporaneously, to ensure that an
established guideline, standard, or
principle is followed

Provides an audit opinion on
compliance with an established
guideline, standard, or principle

Independence

Independent, but as an adviser, has a
level of direct interest in the project.
More likely to be under the direction
of the client.

High degree of independence.
Largely self-directing

Service

Provides consulting services—
anticipates and prevents lapses in
probity. More likely to be involved in
implementing solutions to probity
problems.

Provides assurance services—
finds discrepancies and
monitors compliance.

Perbedaan Advising dan Auditing (2)
Approach

Advising

Auditing

Reporting

Mainly reports to and liaises with the
project manager and/or project team.
Less responsibility to external
stakeholders.

Generally reports to a senior
manager or steering committee,
above the project manager.

Report Format

Higher degree of verbal, informal
reporting. However, must still provide
written reports.

Emphasis on formal, written
reports.

Methodology

Unlikely to employ a strict audit
methodology; more likely to use own
standards or approach.

Adopts an audit methodology
and adheres to audit
conventionsand professional
standards.

Probity plan

Likely to be involved in overseeing the
preparation of a probity plan or
similar document

Likely to be involved in verifying
compliance with a probity plan
or similar document, but not in
its preparation.

Sumber: The New South Wales Independent Commission Against Corruption (ICAC), Probity and probity advising—guidelines for managing public sector
projects, November 2005.

Probity Advising
Secara garis besar, probity advising
merupakan gabungan antara probity plan
dan
proses
advokasi
barang/jasa
pemerintah.

Probity Plan
Berisikan pertanyaan uji
dan panduan untuk
meminimalkan potensi
resiko

Advokasi
Proses konsultasi untuk
mengantisipasi resiko,
atau menyelesaikan
masalah yang sedang
berjalan

Probity
Advising

Kriteria Penggunaan Probity Advising untuk
Pengadaan Barang/Jasa
√ Nilai pengadaan besar (relatif untuk
setiap K/L/D/I)

√ Menjadi perhatian publik
√ Pekerjaan kompleks
√ Potensi conflict of interests tinggi
Probity

√ Pokja ULP belum cukup memiliki
kompetensi dan pengalaman untuk
pengadaan tsb
Sumber: Michael Shatter, RSM Bird Cameron, The role of Probity auditors and
advisors and where to use them in a practical sense, 2010.

AREA PROBITY ADVISING – PROBITY AUDIT
Probity Advising

Persiapan

Pemilihan

Probity Audit

Pelaksanaan

• Sistem E-Procurement sdh siap
• Pokja ULP sdh terbentuk dan beroperasi
• Layanan dan dukungan LPSE makin mantap

Pemeliharaan/
Garansi

TITIK REVIEW PROBITY ADVISING PADA E-TENDERING

Dokumen
Pengadaan

Pemberian Penjelasan
(Aanwijzing) via SPSE dan Adendum
Dokumen Pengadaan (bila ada)

Pengumuman lelang dan upload
Dokumen Pengadaan
01

02
Pendaftaran dan
download
dokumen
Pemasukan Dokumen
Penawaran via SPSE
(Teknis & harga)

Evaluasi
Penawaran

Pembuktian
Kualifikasi &
Penetapan
Pemenang
03

Pembukaan Dokumen
Penawaran

KONTRAK

05
Pengumuman
Pemenang

Masa sanggah

04

Penunjukan penyedia
barang/jasa

KUNCI SUKSES PENERAPAN PROBITY ADVISING (1)
1. Kesamaan persepsi terhadap Probity
Advising sebagai instrumen risk
management;
probity
2. Penggunaan
diprioritaskan
untuk
pengadaan yang strategis;

advising
paket

3. Pelaksanaan
probity
advising
dilakukan oleh ahli pengadaan
barang/jasa yang berintegritas.

KUNCI SUKSES PENERAPAN PROBITY ADVISING (2)
4. Adanya political will dan komitmen
bersama
untuk
menyukseskan
pengadaan dan menghindari risiko

5. Saling mempercayai antara PA/KPA,
PPK, ULP, LPSE dan Probity Advisor

PERAN APIP DALAM PENETAPAN
SANKSI DAFTAR HITAM (BLACK LIST)
DALAM RANGKA MENGURANGI
RISIKO GUGATAN

URUTAN PENETAPAN DAFTAR HITAM
PENGUSULAN

PEMBERITAHUAN

PPK/
ULP

PPK/ULP
mengusulkan
kepada PA/KPA

PENCANTUMAN
DAFTAR HITAM
NASIONAL

LKPP

LKPP
mencantumkan
Penyedia tsb
dalam Daftar
Hitam Nasional

KEBERATAN

PA/
KPA

PA/
KPA

PPK/U
LP

Meminta
rekomendasi
APIP

Penyedia setelah
mendapatkan surat
usulan tsb. Dapat
menyamapikan
keberatan ke PA/KPA

PPK/ULP juga
menembuskan
surat usulan tsb. ke
Penyedia

PENCANTUMAN DAFTAR
HITAM

PERMINTAAN REKOMENDASI

PENETAPAN

PA/
KPA

PA/KPA Mencatumkan
penyedia yang dikenakan
sanksi tsb ke Daftar
Hitam &
mengirimkannya ke LKPP

PEMERIKSAAN USULAN

PA/
KPA
Atas dasar
rekomendasi APIP,
PA/KPA kemudian
mengeluarkan surat
keputusan

APIP

APIP melakukan
pemeriksanaan
dengan mengundang
Penyedia

PERBUATAN YG DIKENAKAN
SANKSI DAFTAR HITAM
a) berusaha mempengaruhi Kelompok Kerja
ULP/Pejabat Pengadaan/pihak lain yang berwenang;
b) melakukan persekongkolan dengan Penyedia
Barang/Jasa lainnya;
c) membuat dan/atau menyampaikan dokumen
dan/atau keterangan lain yang tidak benar;
d) mengundurkan diri setelah batas akhir pemasukan
penawaran;
e) mengundurkan diri dari pelaksanaan kontrak;
f) tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
kontrak;

PERBUATAN YG DIKENAKAN
SANKSI DAFTAR HITAM
Lanjutan ……

g) berdasarkan hasil pemeriksaan APIP terhadap
pemenuhan penggunaan produksi dalam negeri;
h) ditemukan penipuan/pemalsuan atas informasi yang
disampaikan;
i) dilakukan pemutusan kontrak secara sepihak oleh
PPK;
j) tidak bersedia menandatangani Berita Acara Serah
Terima;
k) terbukti terlibat kecurangan dalam pengumuman
pelelangan;
l) ditemukan bukti adanya persaingan usaha yang tidak
sehat;

PERBUATAN YG DIKENAKAN
SANKSI DAFTAR HITAM
Lanjutan ……

m)menolak menaikkan nilai jaminan
pelaksanaan;
n) hasil pembuktian kualifikasi ditemukan
pemalsuan data;
o) menolak Surat Penunjukan Penyedia
Barang/Jasa (SPPBJ);
p) mengundurkan diri dan masa
penawarannya masih berlaku;
q) menawarkan, menerima, atau menjanjikan
untuk memberi atau menerima hadiah atau
31

BERLAKUNYA SANKSI DAFTAR HITAM
a) Penyedia Barang/Jasa yang melakukan perbuatan dimaksud
dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam selama 2 (dua)
tahun;
b) Seluruh Penyedia Barang/Jasa yang bergabung dalam satu
konsorsium/kemitraan dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar
Hitam;
c) Sanksi yang dikenakan kepada kantor pusat perusahaan berlaku
juga untuk seluruh kantor cabang/perwakilan perusahaan
d) Sanksi yang dikenakan kepada kantor cabang/perwakilan
perusahaan berlaku juga untuk kantor cabang/perwakilan lainnya
dan kantor pusat perusahaan;
e) Sanksi yang dikenakan kepada perusahaan induk tidak berlaku untuk
anak perusahaan;
f)

Sanksi yang dikenakan kepada anak perusahaan tidak berlaku untuk
perusahaan induk.
32

Terima Kasih
LKPP
SME Tower – Lantai 7
Jln. Jend Gatot Subroto Kav.94 – Jakarta Selatan 12780
Tel/Fax 021-7989517
Website: www.lkpp.go.id