MAKALAH BIMBINGAN KONSELING (1). docx

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan
Bentuk nyata dari gerakan bimbingan dan konseling yang formal
berasal dari Amerika Serikat yang telah dimulai pengembangannya sejak
Frank Parson mendirikan sebuah badan bimbingan yang disebut Vocational
Bureau di Boston pada tahun 1908. Badan ini selanjutnya diubah namanya
menjadi Vocational Guideance Bureau. Usaha inilah yang menjadi cikal
bakal pengembangan gerakan bimbingan dan konseling di dunia. Banyak
ahli yang mengemukakan pengertian bimbingan, yaitu:
a. Menurut Crow & Crow dalam Prayitno, bimbingan adalah bantuan yang
diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan yang memiliki
kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individuindividu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya
sendiri, membuat keputusan dan menanggung bebannya sendiri.
b. Menurut Mortensen & Schemuller dalam Prayitno, bimbingan dapat
diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu
menyediakan kesempatan pribadi dan layanan staf ahli dengan cara setiap
individu dapat mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya
sepenuh-penuhnya sesuai dengan ide-ide demokrasi.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka yang dimaksud

dengan bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anakanak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan

dirinya

sendiri dan

mandiri

dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.1
Hera Lestari Mikarsa berpendapt bahwa bimbingan pada umumnya
dipahami sebagai upaya memberikan arahan, panduan, nasihat dan biasanya
mengandung nilai-nilai yang bersifat menuntun kearah yang baik. Dalam
1 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2008), h. 93-99.


pembahasan ini, bimbingan perlu dipahami bukan hanya sebagai suatu
istilah umum yang mengandung arti-arti seperti itu melainkan harus
dipahami sebagai suatu konsep yang utuh, yang menjelaskan bagaimana
seharusnya mambantu siswa secara tepat dalam keseluruhan upaya
pendidikan disekolah.2
Menurut Samsul Munir Amin berpendapat bahwa bimbingan adalah
bantuan yang diberikan secara sistematis kepada seseorang atau masyarakat
agar mereka memperkembangkan potensi-potensi yang dimilikinya sendiri
dalam upaya mengatasai berbagai permasalahan, sehingga mereka dapat
menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus
bertanggung kepada orang lain, dan bantuan ini dilakukan secara terus
menerus.3
Menurut Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah berpendapat bahwa
hakikat bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang
ditujukan kepada siswa/individu agar yang bersangkutan dapat mengenali
dirinya sendiri, mampu memecahkan sendiri kesulitan yang dihadapi serta
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungnnya secara tepat dan akhirnya
dapat memperoleh kebahagian hidup. Dengan demikian arah pemberian
bantuan dalam bimbingan di sekolah adalah individunya bukan pemecahan
kesulitannya, sebab pada akhirnya individu tersebutlah yang harus

menentukan sendiri jalan pemecahannya. Oleh karena itu, berhasil tidaknya
suatu usaha bimbingan ditentukan oleh kesediaan dan kesadaran siswa itu
sendiri4
2. Pengertian Konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu
“consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan
“menerima” atau “memahami”. Menurut Tolbert dalam Prayitno konseling
adalah hubungan yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dimana

2 Hera Lestari Mikarsa, Pendidikan Anak di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h.
117.
3 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 7.
4 Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah Dasar,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.54 – 55.

konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus
yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar.
Dalam hal ini konseling dibantu untuk memahami diri sendiri,
keadaannya sekarang dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat
ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya demi untuk

kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseling dapat
belajar

bagaimana

memecahkan

masalah-masalah

dan

menemukan

kebutuhan yang akan datang.
Menurut Bernard & Fullmer dalam Prayitno, konseling meliputi
pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhankebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan
membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasi ketiga hal
tersebut. Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu
mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai
perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses

tersebut dapat terjadi setiap waktu.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi oleh klien. Proses konseling pada dasarnya adalah
usaha menghidupkan dan mendayagunakan secara penuh fungsi-fungsi yang
minimal secara potensial organismik ada pada diri klien. Jika fungsi ini
berjalan baik dapat diharapkan dinamika hidup klien akan kembali berjalan
dengan wajar mengarah kepada tujuan yang positif.5
Shertzer dan Stone dalam Hera Lestari Mikarsa menyatakan bahwa
konseling merupakan kegiatan profesionl dari seseorang yang disebut
konselor. Artinya layanan konseling hanya dapat diberikan oleh orang yang
telah memiliki kemampuan dan keterampilan tertentu yang diperoleh
memalui pendidikan khusus untuk itu. Dengan kata lain, konseling tidak
dapat dilakukan pada sembarang orang yang tidak memiliki latar belakang
5 Prayitno & Erman Amti., op.cit, h. 99-101.

pendidikan dan latihan yang dipersiapkan sebelumnya, lain halnya dengan
bentuk kegiatan bimbingan yang lain, seperti memberi informasi tentang

cara belajar yang baik kepada siswa, mengumpulkan data tentang latar
belakang keluarga siswa.6
Menurut Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah berpendapat bahwa
konseling adalah suatu bimbingan yang diberikan kepada individu (siswa)
dengan tatap muka melalui wawancara.

Hubungan timbal balik dan

wawancara ini merupakan ciri konseling. Umumnya konseling diberikan
secara individual, namun juga dapat diberikan secara berkelompok.
Konseling merupakan bagian dari bimbingan sehingga setiap konseling
pasti merupakan bimbingan, namun sebaliknya setiap bimbingan tidak harus
berupa konseling.7
Menurut Samsul Munir Amin bimbingan dapat melalui konseling,
dengan kata lain konseling merupakan suatu saluran bagi pemberian
bimbingan. Konseling diadakan melalui diskusi antara seorang konselor
dengan beberapa orang atau satu orang saja. Konselor membantu orang itu
untuk mencari penyelesaian terhadap masalah.8
B. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Menurut Samsul Munir Amin fungsi bimbingan dan konseling secara

umum adalah sebagai fasilitator dan motivator klien dalam upaya mengatasai
dan memecahkan problem kehidupan klien dengan kemampuan yang ada pada
dirinya. Adapun tugas bimbingan dan konseling secara umum adalah
memberikan pelayanan kepada klien agar mampu mengaktifkan potensi fisik
dan psikisnya sendiri dalam menghadapi dan memecahkan berbagai kesulitan
hidup yang dirasakan sebagai penghalanag atau penghambat perkembangan
lebih lanjut dalam bidang-bidang tertentu.9
Fungsi bumbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaatnya,
dibagi menjadi empat yaitu:
1. Fungsi Pemahaman

6
7
8
9

Hera Lestari Mikarsa., op.cit, h. 217.
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, op.cit, h. 56-57.
Samsul Munir Amin, op.cit, h. 13
Samsul Munir Amin, Ibid, h. 44


Pemahaman yang sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan bimbingan
konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya
oleh klien sendiri dan oleh pihak-pihak yang akan membantu klien, serta
pemahaman tentang lingkungan klien oleh klien.
a. Pemahaman tentang klien
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian
bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor atau pihak-pihak lain
dapat memberikan layanan tertentu kepada klien, maka mereka perlu
terlebih dahulu memahami individu yang akan dibantu tersebut.
Pemahaman tersebut tidak hanya sekedar mengenal diri klien, melainkan
lebih jauh lagi yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi
klien, kekuatan dan kelemahannya, serta kondisi lingukngannya.
Materi pemahaman itu lebih lanjut dapat dikelompokkan ke dalam
berbagai data tentang: identifikasisi individu nama, jenis kelamin, tempat
dan tanggal lahir, orang tua, status dalam keluarga, dan tempat tinggal,
pendidikan, status perkawinan (bagi klien dewasa), status sosial-ekonomi
dan pekerjaan, kemampuan dosen (intelegensi), bakat, minat, hobi,
kesehatan, kecenderungan sika dan kebiasaan, cita-cita pendidikan dan
pekerjaan, keadaaan lingkungan tempat tinggal, kedudukan dan prestasi

yang pernah dicapai, dan kegiatan sosial kemasyarakatan.
Untuk individu-individu yang masih mengikuti jenjang pendidikan
tertentu perlu ditambahkan: jurusan/program studi yang diikuti, mata
pelajaran yang diambil, nilai-nilai yang diperoleh dan prestasi menonjol
yang pernah dicapai, kegiatan ekstrakurikuler, sikap dan kebiasaan
belajar, dan hubungan dengan teman sebaya.
Pemahaman konselor terhadap klien dipergunakan oleh konselor
baik untuk secara langsung membantu klien dalam pelayanan bimbingan
dan konseling lebih lanjut, maupun sebagai bahan acuan utama dalam
rangka kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam membantu klien
(terutama orang tua dan guru untuk para siswa di sekolah). Bagi
konselor, upaya mewujudkan fungsi pemahaman merupakan tugas paling

awal dalam seiap kali penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling terhadap individu tertentu.
b. Pemahaman tentang masalah klien
Pemahaman tentang masalah klien merupakan sesuatu yang wajib
dilakukan. Tanpa pemahaman terhadap masalah, penanganan terhadap
masalah itu tidak mungkin dilakukan. Permahaman terhadap masalah
klien itu terutama menyangkut jenis masalahnya, untesitasnya, sangkutpautnya, sebab-sebabnya dan kemungkinan berkembangnya.

Dengan adanya pelayanan bimbingan dan konseling, diharapkan
mampu mengantarkan klien memahami masalah yang dihadapinya.
Apabila pemahaman masalah klien oleh klien sendiri teah tercapai,
berarti pelayanan bimbingan dan konseling telah berhasil menjalankan
fungsi pemahaman dengan baik.
c. Pemahaman tentang lingkungan yang “lebih luas”
Secara sempit lingkungan diartikan sebagai kondisi sekitar individu
yang

secara

langsung

mempengaruhi

individu

tersebut.

Yang


dimaksudkan lingkungan yang lebih luas disini adalah seperti lingkungan
sekolah bagi para siswa, lingkungan kerja dan industri bagi karyawan,
dan lingkungan-lingkungan kerja bagi inidividu-iindividu sesuai dengan
sangkut-paut masing-masing. Termasuk lingkungan yang lebih luas
adalah informasi yang diperlukan oleh individu, seperti informasi
pendidikan dan jabatan bagi para siswa, informasi promosi dan
pendidikan lebih lanjut bagi karyawan, dan lain sebagainya.
2. Fungsi Pencegahan
Slogan yang sering kita dengar “mencegah lebih baik daripada
mengbati” ini relevan dengan bidang bimbingan dan konseling yang sangat
menginginkan sebaiknya indivdu tidak mengalami suatu masalah. Apabila
individu tidak mengalami suatu masalah, maka besar kemungkinan ia akan
dapat melaksanakan proses perkembangannya dengan baik, dan kegiatan
kehidupannya pun dapat terlaksana tanpa adanya hambatan yang berarti dan
prestasi yang ingin dicapainya akan diraih.

a. Pengertian Pencegahan
Dalam dunia kesehatan mental, pencegahan didefinisikan sebagai
upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana lingkungan
yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan atau
kerugian itu benar-benar terjadi. Lingkungan yang baik akan memberikan
pengaruh positif terhadap individu.10
Menurut Samsul Munir Amin dalam fungsi pencegahan dalam
bimbingan dan konseling akan menghasilkan tercegahnya atau
terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin
timbul yang akan dapat mengganggu, ataupun menimbulkan kesulitan
dalam proses perkembangannya.11
Aplikasi rumusan terhadap upaya pencegahan adalah:
1) Mencegah adalah menghindari timbulnya atau meningkatknya
kondisi bermasalah pada diri klien.
2) Mencegah adalah mempunyai dan menurunkan faktor organik dan
strees.
3) Mencegah adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
penilaian positif terhadap diri sendiri, dan dukungan kelompok.
b. Upaya Pencegahan
Terdapat dua sikap yang berbeda terhadap upaya pencegahan,
khususnya dalam bidang kesehatan mental yaitu, skeptik dan optimistik.
Sikap skeptik, meskipun menerima konsep pencegahan sebagai sesuatu
yang bagus, namun meragukan apakah upaya pencegahan memang dapat
dilakukan. Mereka yang bersikap skeptik itu menganggap bahwa
gangguan mental emosional itu tidak dapat dicegah. Sikap skeptik
menganggap bahwa upaya pencegahan itu tidak praktis. Sebaliknya
golongan

yang

bersikap

optimistik

menganggap

bahwa

upaya

pencegahan itu sangat penting dan pelaksanaannya mesti diusahakan.
Upaya pencegahan yang perlu dilakukan oleh konselor:
1) Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan
berdampak negatif terhadap individu yang bersangkutan.
10Prayitno dan Erman Amti, op.cit, h. 203
11 Samsul Munir Amin, op.cit, h. 46

2) Mendorong perbaikan kondisi diri pribadi klien.
3) Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan
dan mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya.
4) Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan
memberikan resiko yang besar, dan melakukan sesuatu yang akan
memberikan manfaat.
5) Menggalang

dukungan

kelompok

terhadap

individu

yang

bersangkutan.
3. Fungsi Pengentasan
Ketika seorang demam lalu meminum obat warung dan penyakitnya
belum sembuh, maka orang tersebut akan pergi ke dokter dengan harapan
mendapatkan pelayanan dokter dan penyakit tersebut akan sembuh. Begitu
pula seseorang yang mempunyai masalah dan pergi ke konselor. Ia
mengharapkan teratasi masalah tersebut.
a. Langkah-langkah pengentasan masalah
Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara
perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah-masalah yang
diderita

oleh

individu-individu

yang

berbeda

tidak

boleh

disamarkan.Dengan demikian penanganannya pun harus secara unik
disesuaikan terhadap kondisi masing-masing masalah tersebut.
b. Pengentasan masalah berdasarkan diagnosis
Pengertian dignostik yang dipakai oleh Bordin dalam pelayanan
bimbingan dan konseling sekarang lebih dikenal dengan dignostik
pengklasifikasian.
diklasifikasikan,

Dalam
dilihat

upaya

dignostik

sebab-sebabnya,

itu

dan

masalah-maslah
ditentukan

cara

pengentasannya.
C. Tujuan Bimbingan Konseling
Sejalan dengan perkembangannya konsepsi bimbingan dan konseling,
maka tujuan bimbingan dan konseling pun mengalami perubahan, dari yang
sederhana sampai yang lebih komperhensif.
Dengan proses konseling klien dapat:

1. Mendapat dukungan selagi klien memadukan segenap kekuatan dan
kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang di hadapi.
2. Memperoleh wawasan baru yang lebih segar tentang berbagai alternatif,
pandangan dan pemahaman-pemahaman, serta keterampilan-keterampilan
baru.
3. Menghadapi ketakutan-ketakutan sendiri; mencapai kemampuan untuk
mengambil keputusan dan keberanian untuk melaksanakannya; kemampuan
untuk mengambil resiko yang mungkin ada dalam proses pencapaian tujuantujuan yang dikehendaki.
Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahapan perkembangan
dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakatbakatnya), sebagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga,
pendidikan, setatus sosial dan ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif
lingkungannya. Dalam kaitan ini, bimbingan dan konseling membantu individu
untuk menjadi insane yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki
berbagai wawasan, pandangan, interprestasi, pilihan, penyesuaian, dan
keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya.
Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran
tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan
yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas
permasalahannya itu. Masalah individu bermacam ragam jenis, intensitas dan
sangkut pautnya, serta , masing-masing bersifat unik.
Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masingmasing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling untuk
seorang individu berbeda dari (dan tidak boleh disamakan dengan) tujuan
bimbingan dan konseling untuk individu lainnya.12
Menurut Samsul Munir Amin beliau berpendapat lebih khusus kepada
anak bimbing yaitu memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut :
a. Membantu anak bimbing agar dapat membuat pilihan pendidikan dan
jabatan secara bijkasana.

12 Prayitno dan Erman Amti., op.cit, h. 112-114

b. Membantu anak bimbing agar dapat melalui tahap-tahap transisi di
lingkungan ke dalam dunia kerja dengan baik.
c. Membantu anak bimbing agar memperoleh penyesuaian kepribadian
yang baik.
d. Membantu anak bimbing agar memperoleh penyesuaian diri dengan baik
dalam

menghadapai

perubahan-perubahan

yang

terjadi

dalam

masyarakat.13
Tujuan konseling mempunyai kedudukan sangat penting dan harus ada
dalam upaya konseling. Tujuan konseling berguna untuk memberi arah yang
menuntut proses konseling, dan juga memungkinkan diketahui apakah upaya
konseling berhasil atau tidak. Stewart dalam Andi Mappiare menyatakan
bahwa tugas awal konselor adalah sebagai berikut :
1) Membantu klien mengenali, mengidentifikasi, tujuan-tujuan yang
akan mengarahkan aktivitas belajar klien.
2) Tujuan-tujuan merupakan target menspesifikasi arah dan memberi
kepastian kapan selesai.
3) Tujuan-tujuan adalah motivator, memberi dorongan, memotivasi
karena jelas apa yang akan dicapai.
4) Pencapaian tujuan memberi ganjaran bahwa pengetahuan akan hasil
memberi rasa senang dan mendorong berbuat lagi.
5) Tujuan-tujuan menyediakan perubahan berencana, memberi jalan
untuk mempertimbangkan perubahan yang hendak dilakukan.14

13 Samsul Munir Amin, op.cit, h. 42-43
14 Andi Mappiare, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
hal 53-54.