MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

(1)

MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

1. Konseling Sebagai Bentuk Aktivitas Membantu

Kehidupan masyarakat yang kian kompleks seiring dengan perkembangan tuntutan dan harapan yang harus dipenuhi serta kurangnyapengahuan dan rendahnya kerampilan dalam menghadapi masalah maka untuk memenuhi perkembangan di maksud menjadikanbeban hidup semaki n berat. Tak hanya orang dewasa dan orang tua saja yang banyak bermasalah, tapi juga anak-anak banyak terlibat dalam masalah.

Manusia sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, ia memiliki akal dan menggun akannya untuk memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidupnya, termasuk dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Maka dalam kehidupan bermasyarakat banyak dijumpai adanya beragam profesi membantu untuk menyelesaikan masalah, termasuk satu di antaranya adalah profesi konseling.

Konseling sebagai salah satu bentuk dari aktivitas membantu untuk menyelesaikan masalah melalui wawancara, yang dilaksanakan dengan menggunakan model pendekatan (tata cara tertentu) yang sudah dibakukan. Sehingga model pendekatan tertentu yang dipergunakan dalam konseling m erupakan suatu penciri dari aktivitas yang disebut konseling, dan sekaligusmerupakan pembeda dari bentuk-bentuk bantuan yang diberikan oleh bermacam profesi yang menggunakan wawancara sebagai cara membantu orang lain yang bermasalah.

Ada sejumlah model pendekatanyang dibakukan dalam konseling yang dapa t dipilih, dan/atau dikembangkan oleh konselor dalam membantu mengatasi persoalan konselinya. Dikatakan model pendekatana, hal itu memiliki arti bahwa untuk membantu penyelesaianmasalah konseli, konselor mencoba mendekati (menyentuh) aspek tertentu dalam diri konseli, agar aspekyang disentuh tersebut dapat berkembang dan diberdayakan untukmengatasi masalah yang dihadapi. Oleh karena itu dalam konseling dikenal ada kelompok model konseling yang dapat dikelompokkanke dalam pendekatan kognitif, afektif dan pendekatan tingkah laku. Kelompok pendekatan dalam konseling di ma ksud adalah:

Kelompok konseling dengan pendekatan kognitif, meliputi: 1) Model konseling Analisis Transaksional (AT)


(2)

3) Model konseling Trait and Factor (TF)

Kelompok konseling dengan pendekatan afektif, meliputi: 1) Model konseling Psikoanalisis (PA)

2) Model konseling Eksistensial Humanistik (EH) 3) Model konseling Gestalt (G)

4) Model konseling Client Centered Approach (CCA) 5) Psikologi Individual (PI)

Kelompok konseling dengan pendekatan tingkah laku, meliputi: 1) Reality therapy (R)

2) Behavioristik (Bh)

Berdasarkan ragam model pendekatan konseling tersebut, idealnya semua model konseling dikuasai oleh seorang konselor sehingga dapat dipergunakan untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli sesuai dengan masalahnya masing-masing. Namun disadari tidak semua konselor memilikikemampuan dan minat untuk menguasai semua model, oleh karena itu seorang konselor dapat memilih suatu model pendekatan konseling tertentu yang diminati sehingga dapat merupakan penciri dari dirinya (spesialis) sebagai konselor dengan pendekatan tertentu. Dengan pendekatan tertentu yang dikuasai dan dikembangkan sesuai dengan berbagai latar budaya konseli, dapat dipergunakan sebagai sapu jagada (alat), bagi seorang konselor untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi semua konselinya.

2. Konseling

a. Pengertian Umum Konseling

Konseling merupakan serangkaian kegiatan yang terintegrasi, merupakan kesatuan dari unsur-unsur pengahuan, kerampilan danseni. Pengahuan dan kerampilan konseling lebih banyak diperoleh melalui proses belajar-mengajar dan pengalaman, sedangkan seni konseling lebih banyak dipengaruhi oleh faktor bakat, kekhususan individu yang mewarnai pribadi konselor. Seni konseling juga dapat dipelajari, namun secara terkontrol belum banyak dilakukan.

Counseling is an interactive process characterized by an unique relationship bween counselor andclient leading to change in the client in one or more of the following areas: 1) Behavior 2) Personal constructs 3) Ability to cope with life


(3)

situations so as to maximize adverse environmental conditions 4) Decision-making knowledge and skills. Change : 1) Feeling 2) Values 3) Attitude 4) Thought 5) Action ).

Berdasarkan pengertian konseling, diperoleh suatu pemahaman bahwa konseling merupakan proses interaksi konselor aE" konseli yang memiliki ciri yang khas, yang mengarah pada terjadinya perubahan dalam diri konseli, terkait dengan tingkah laku, dan/atau konstruk personal, dan/ataukemampuan mengatasi situasi yang tidak didukung oleh lingkungan, dan/atau kerampilan dan kemampuan dalam membuat keputusan. Perubahan yang terjadi dalam diri konseli seiring dengan terjadinya perubahan pada perasaan, nilai-nilai, sikap, pikiran dan tindakan konseli sebagai wujud dan hasil dari konseling yang dijalaninya.

b. Kegiatan Pra-Konseling (Pra-Bantuan)

Pelayanan konseling tidak serta merta dapat dilaksanakan manakala konselor bertemu dengan konseli. Pelaksanaan konseling baru dapat dimulai jika konseli sudah ada pada kondisi terbuka, dan secara suka rela mau dibantu. Jika kondisi kerbukaan, dan kesukarelaan belumdapat diwujudkan pada diri konseli, maka terbuka peluang konseling yang dilaksanakan akan mengalami kegagalan. Sebab konseli yang masih tertutup, dirinya belum dan bahkan tidak rela kalau permasalahan (baca: rahasia) dikahui orang lain. Jika konseli dalam kondisi tertutup namun dipaksa untuk mengutarakan, maka dalam keadaan terpaksa ia akan menyampaikan suatu informasi yang dirasa dapat menyenangkan pihak konselor. Maka tidak heran jika didapati adanya konseli yang banyak bicara ( talk a lot ), maupun sebaliknya konseli yang menunjukkan sikap enggan ( reluctance ) dan bahkan menolak ( resistance ) dalam proses konseling, semuanya itu dilakukan sebagai upaya konseli menyamarkan permasalahan dan bahkan menghindarkan masalahnya dari sentuhan konselor.

Konseli dalam kondisi terpaksa akan memberikan informasi sekenanya, yang penting dapat segera pergi dari hadapan konselor. Informasi-informasi yang tidak menggambarkankondisi yang sebenarnya, dan selanjutnya dianggap sebagai data terkait dengan masalah yang dihadapikonseli akan berakibat pada penentuan diagnosis masalah yang tidak tepat dan akibat selanjutnya adalah pada pemberian treatment yang salah dan pada ujungnya konseling tidak menghasilkan buah. Oleh


(4)

karena itu untuk menghindarkan diri dari kesalahan yang fatal, sebelum konseling dilaksanakan perlu dilakukan wawancara pendahuluan ( intake-interview ) sebagai bentuk aktivitas pra-bantuan (pra-konseling) yang diarahkan pada terciptanya hubungan baik, terciptanya kondisi saling mempercayai antara konselor aE" konseli, dan pada akhirnya pada diri konseli terwujud kerbukaan dan kesukarelaan untuk mau terlibat dalam pelayanan kegiatan konseling.

Kegiatan pra-bantuan (pra-konseling)dapat dilaksanakan manakala pada diri konselor mampu menerapkan kerampilan-kerampilan dasar konseling, yang meliputi: (1) Attending, kerampilan ini sangat berguna dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Perilaku attending yang jitu akan memberikan kesan pada konseli bahwa konselor menghargainya sebagai pribadi. Konselor menaruh perhatian secara penuh kepada konseli, sehingga konseli sanggup mengembangkan harga diri serta melakukan ekspresi secara bebas. Kerampilan attending iimeliputi:

 Penempatan posisi dan jarak duduk, mencakup posisi tempat duduk dalam kondisi seperti tidak dalam pengadilan, jarah tempat duduk tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat.

 Posisi badan, isyarat gerak tubuh dan ekspresi wajah, yang m eliputi posisi badan masih dalam wilayah pandang, cara duduk konselor wajar dan menggunakan gerak tangan seperlunya untuk menyertai komunikasi verval, responsive dlam mneggunakan wajahn(sebagai tanda pemahaman atau penolakan), serta penggunaan gerak badan yang merupakan pertanda kebersamaan dengan konseli.

 Kontak mata, diupayakan berlangsung dan ditujukan kepada konseli terutama saat berbicara. Kontak mata yang merupakan pandangan spontan ini memberikan kesan kepada konseli bahwa konselormempunyai minat yang penuh serta responsive terhadap konseli.

 Mendengarkan, yang perlu diperhatikan dalam mendengarkan terhadap pembicaraan konseli adalah:mendengarkan dan memahami seluruh pesan-pesan konseli, memelihara perhatian yang terpusat pada konseli, serta mengarhkan diri terhadap apa yang telah dinyatakan konseli.

(2) Kerampilan mengundang pembicaraan terbuka aE" kerampilan iniamat berperan pada permulaan wawancara, yaitu mempersilakan secara leluasa untuk berbicara,


(5)

menggerakkan konseli atau menimbulkan keinginan konseli berbicara dan mengutarakan masalahnya. Di samping itu kerampilan ini akan memberikan dorongan pada konseli mengutarakankonsep-konsep pikiran dan perasaannya. Karena itu, kerampilanini akan selalu diperlukan oleh konselor, khususnya dalam hal:

 Memulai wawancara

 Terjadinya penolakan konseli  Pengungkapan masalah

 Mendapatkan kejelasan tentang spesifikasi masalah konseli

 Mendapatkan ilustrasi atau contoh-contoh perilaku khusus yang belum dipahami konselor.

Perlu dicatat di sini bahwa dalam mengajukan pertanyaan selain memperhatikan kepentingannya, jugapenggunaan bahasanya perlu disesuaikan dengan taraf perkembangan intelektual dan perasaan konseli. Hindarkan pertanyaan-pertanyaan tertutup dan pertanyaan mengapaa.

Pertanyaan tertutup akan dijawab secara singkat dengan kata Yaa, atau Tidaka, sehingga konselor tidak banyak mendapatkan informasi. Pertanyaan mengapaa selain sulit untukdijawab, sebenarnya justru inilah yang perlu dikemukan konselor dengan berbagai teknik wawwancara.Konseli akan merasa mendapat kesempatan untuk mengungkapkan pembicaraan terbuka bila dimulai dengan: bagaimana, apa, dapatkah.... Untuk lebih menimbulkan dorongan konseli perlu disertai atending yang jitu, baik secara non verbal (kontak mata, gerak tangan, anggukan) maupun secara verbal (ungkapan dan ucapan singkat).

(3) Personalizing, (4) Initiating,

3. Pendekatan Trait and Factor a. Tujuan


(6)

Konselor mengajak klien berfikir mengenai dirinya dan menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari masalahnya. Untuk itu secaraumum konseling trait and factor dimaksudkan untuk membantu klien agar mengalami:

(1) Klarifikasi diri ( Self-clarification ) (2) Pemahaman diri ( Self-understanding ) (3) Penerimaan diri ( Self-acceptance ) (4) Pengarahan diri ( Self-direction ) (5) Aktualisasi diri ( Self-actualization ) b. Permasalahan

Permasalahan konseli yang kompleks,selah diklasifikasi/digolong-golongkan, dicari hubungan-hubungannya dapat ditarik ke dalam salah satu kategori-kategori berikut ini.

1) Kergantungan ( Dependence )

2) Kurang informasi ( Lack of information ) 3) Konflik diri ( Self-conflict )

4) Merasaa tidak bermasalah ( No Problem ) 5) Kecemasan dalam memilih ( Choice-anxiy ) 6) Kekurangpastian / ragu-ragu ( Lack of assurance ) 7) Kurang kerampilan ( Lack of skill )

c. Pengembangan Pemecahan Masalah/Konseling

Upaya membantu mengatasi masalah konseli, sesuai dengan masalah dan kondisi konseli seorang konselor dapat memilih salah satu dari cara-carapenyelesaian masalah berikut ini.

1) Memaksaa u/ kompromi ( Forcing conformity ) 2) Mengubah sikap ( Changing attitude )

3) Belajar kerampilan yang dibutuhkan ( Learning the needed skills ) 4) Mengubah lingkungan ( Changing environment )


(7)

d. Teknik Konseling/Pemecahan Masalah

Pelaksanaan cara pemecahan masalah yang dipilih dilakukan konselor dengan melalui:

1) Pengokohan hubungan baik ( Establishing Rapport )

2) Memperbaiki pemahaman diri ( Cultivating Self-Understanding )

3) Menasihati atau merencanakan program tindakan ( Advising or Planning a Program of Action )

e. Konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.

Pendekatan ini dapat digunakan kepada konseli yang berpegang teguh kepada pilihan kegiatannya, yang oleh konselor diyakini bahwa keguhan konseli akan membawa kegagalan.

a. Mode Persuasif

Menunjukkan pilihan yang pasti secara jelas. Konselor menata evidensi secara logis dan beralasan sehingga konseli melihat alternatif tindakan yang mungkin dilakukan. b. Mode Penjelasan

Konselor secara hati-hati dan perlahan-perlahan menjelaskan data diagnostik dan menunjukkan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli. Mode ini merupakan pemikiran yang hati-hati dan mendail tentang implikasi data individu.

c. Melaksanakan Rencana

Konselor memberikan bantuan dalam menapkan pilihan atau keputusan serta implementasinya.

4) Melaksanakan rencana penyelesaian masalah ( Carrying-out the Plan ) 5) Alih tangan ( Referral )

f. Peran Konselor

Peran konselor menunjuk pada apa yang harus dilakukan dan bagaimana hal tersebut dijalankan oleh konselor dalam membantu konseli selama proses konseling berlangsung. Berikutperan di maksud:

a. Menempatkan diri sebagai guru


(8)

c. Bersedia mengarahkan klien ke arah yang lebih baik d. Tidak nral sepenuhnya terhadap nilai-nilai

e. Yakin terhadap asumsi konseling yang efektif

Peran tersebut dijalankan dengan cara: 1) mengajar individu belajar, 2) mengajar individu mengenali motivasi-motivasinya, 3) mengajar individu mengubah perilakunya menjadi perilaku yang memadai untuk mencapai tujuan pribadinya.

g. Hubungan Konseling

1. Konseling merupakan thinking relationship yang lebih menekankan peranan berfikir rasionalwalaupun tidak sama sekali meninggalkan aspek emosional. 2. Konseling berlangsung dalam situasihubungan yang bersifat pribadi, akrab, dan

empatik.

3. Konseling yang berlangsung dapat bersifat remidiatif maupun developmental. h. Proses Konseling

Ada enam tahap yang harus dilalui dalam konseling Trait and Factor: 1. Analisis

2. Sintesis 3. Diagnosis

1) Identifikasi Masalah 2) iologi

3) Prognosis

4. Konseling (treatment)

a. Pengembangan pemecahan masalah b. Pegujian alternatif pemecahan masalah c. Pengambilan keputusan

5. Follow Up


(9)

ANALISIS A Mengumpulkan informasitentang konseli dan latar kehidupannya u/ tujuan memperoleh pemahaman tentang dirinya agar dapat memperoleh penyesuaian diri pada saat sekarang dan yg akan datang.

Data yang telah terekam pada catatan kumulatif. Teknik yang dipakai misalnya, angk, observasi, dsb.

 Data self-report selama ataumelalui wawancara.

 Data hasil observasi dari orang lain (report by others), seperti wawancara.  Data hasil tes psikologi, dari tes psikologi seperti Tes Inteligensi, Bakat,Minat

dan Kepribadian.

SINTESIS A Usaha merangkum , menggolong-golongkan , serta menghubung-hubungkan data yg telah dikumpulkan sehingga tergambarkan keseluruhan pribadi konseli, termasuk kelebihan dan kelemahannya, sehingga diperoleh simpulan tentang kekuatan, kelemahan dan gambaran secara umum tentang konseli.

DIAGNOSIS A Menarik simpulan logis mengenai masalah-masalah yang dihadapi konseli atas dasar gambaran pribadi konseli hasil analisis dan sintesis .

Sumber :


(1)

karena itu untuk menghindarkan diri dari kesalahan yang fatal, sebelum konseling dilaksanakan perlu dilakukan wawancara pendahuluan ( intake-interview ) sebagai bentuk aktivitas pra-bantuan (pra-konseling) yang diarahkan pada terciptanya hubungan baik, terciptanya kondisi saling mempercayai antara konselor aE" konseli, dan pada akhirnya pada diri konseli terwujud kerbukaan dan kesukarelaan untuk mau terlibat dalam pelayanan kegiatan konseling.

Kegiatan pra-bantuan (pra-konseling)dapat dilaksanakan manakala pada diri konselor mampu menerapkan kerampilan-kerampilan dasar konseling, yang meliputi: (1) Attending, kerampilan ini sangat berguna dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Perilaku attending yang jitu akan memberikan kesan pada konseli bahwa konselor menghargainya sebagai pribadi. Konselor menaruh perhatian secara penuh kepada konseli, sehingga konseli sanggup mengembangkan harga diri serta melakukan ekspresi secara bebas. Kerampilan attending iimeliputi:

 Penempatan posisi dan jarak duduk, mencakup posisi tempat duduk dalam kondisi seperti tidak dalam pengadilan, jarah tempat duduk tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat.

 Posisi badan, isyarat gerak tubuh dan ekspresi wajah, yang m eliputi posisi badan masih dalam wilayah pandang, cara duduk konselor wajar dan menggunakan gerak tangan seperlunya untuk menyertai komunikasi verval, responsive dlam mneggunakan wajahn(sebagai tanda pemahaman atau penolakan), serta penggunaan gerak badan yang merupakan pertanda kebersamaan dengan konseli.

 Kontak mata, diupayakan berlangsung dan ditujukan kepada konseli terutama saat berbicara. Kontak mata yang merupakan pandangan spontan ini memberikan kesan kepada konseli bahwa konselormempunyai minat yang penuh serta responsive terhadap konseli.

 Mendengarkan, yang perlu diperhatikan dalam mendengarkan terhadap pembicaraan konseli adalah:mendengarkan dan memahami seluruh pesan-pesan konseli, memelihara perhatian yang terpusat pada konseli, serta mengarhkan diri terhadap apa yang telah dinyatakan konseli.

(2) Kerampilan mengundang pembicaraan terbuka aE" kerampilan iniamat berperan pada permulaan wawancara, yaitu mempersilakan secara leluasa untuk berbicara,


(2)

menggerakkan konseli atau menimbulkan keinginan konseli berbicara dan mengutarakan masalahnya. Di samping itu kerampilan ini akan memberikan dorongan pada konseli mengutarakankonsep-konsep pikiran dan perasaannya. Karena itu, kerampilanini akan selalu diperlukan oleh konselor, khususnya dalam hal:

 Memulai wawancara

 Terjadinya penolakan konseli  Pengungkapan masalah

 Mendapatkan kejelasan tentang spesifikasi masalah konseli

 Mendapatkan ilustrasi atau contoh-contoh perilaku khusus yang belum dipahami konselor.

Perlu dicatat di sini bahwa dalam mengajukan pertanyaan selain memperhatikan kepentingannya, jugapenggunaan bahasanya perlu disesuaikan dengan taraf perkembangan intelektual dan perasaan konseli. Hindarkan pertanyaan-pertanyaan tertutup dan pertanyaan mengapaa.

Pertanyaan tertutup akan dijawab secara singkat dengan kata Yaa, atau Tidaka, sehingga konselor tidak banyak mendapatkan informasi. Pertanyaan mengapaa selain sulit untukdijawab, sebenarnya justru inilah yang perlu dikemukan konselor dengan berbagai teknik wawwancara.Konseli akan merasa mendapat kesempatan untuk mengungkapkan pembicaraan terbuka bila dimulai dengan: bagaimana, apa, dapatkah.... Untuk lebih menimbulkan dorongan konseli perlu disertai atending yang jitu, baik secara non verbal (kontak mata, gerak tangan, anggukan) maupun secara verbal (ungkapan dan ucapan singkat).

(3) Personalizing, (4) Initiating,


(3)

Konselor mengajak klien berfikir mengenai dirinya dan menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar dari masalahnya. Untuk itu secaraumum konseling trait and factor dimaksudkan untuk membantu klien agar mengalami:

(1) Klarifikasi diri ( Self-clarification ) (2) Pemahaman diri ( Self-understanding ) (3) Penerimaan diri ( Self-acceptance ) (4) Pengarahan diri ( Self-direction ) (5) Aktualisasi diri ( Self-actualization )

b. Permasalahan

Permasalahan konseli yang kompleks,selah diklasifikasi/digolong-golongkan, dicari hubungan-hubungannya dapat ditarik ke dalam salah satu kategori-kategori berikut ini.

1) Kergantungan ( Dependence )

2) Kurang informasi ( Lack of information ) 3) Konflik diri ( Self-conflict )

4) Merasaa tidak bermasalah ( No Problem ) 5) Kecemasan dalam memilih ( Choice-anxiy ) 6) Kekurangpastian / ragu-ragu ( Lack of assurance ) 7) Kurang kerampilan ( Lack of skill )

c. Pengembangan Pemecahan Masalah/Konseling

Upaya membantu mengatasi masalah konseli, sesuai dengan masalah dan kondisi konseli seorang konselor dapat memilih salah satu dari cara-carapenyelesaian masalah berikut ini.

1) Memaksaa u/ kompromi ( Forcing conformity ) 2) Mengubah sikap ( Changing attitude )

3) Belajar kerampilan yang dibutuhkan ( Learning the needed skills ) 4) Mengubah lingkungan ( Changing environment )


(4)

d. Teknik Konseling/Pemecahan Masalah

Pelaksanaan cara pemecahan masalah yang dipilih dilakukan konselor dengan melalui:

1) Pengokohan hubungan baik ( Establishing Rapport )

2) Memperbaiki pemahaman diri ( Cultivating Self-Understanding )

3) Menasihati atau merencanakan program tindakan ( Advising or Planning a Program of Action )

e. Konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.

Pendekatan ini dapat digunakan kepada konseli yang berpegang teguh kepada pilihan kegiatannya, yang oleh konselor diyakini bahwa keguhan konseli akan membawa kegagalan.

a. Mode Persuasif

Menunjukkan pilihan yang pasti secara jelas. Konselor menata evidensi secara logis dan beralasan sehingga konseli melihat alternatif tindakan yang mungkin dilakukan. b. Mode Penjelasan

Konselor secara hati-hati dan perlahan-perlahan menjelaskan data diagnostik dan menunjukkan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli. Mode ini merupakan pemikiran yang hati-hati dan mendail tentang implikasi data individu.

c. Melaksanakan Rencana

Konselor memberikan bantuan dalam menapkan pilihan atau keputusan serta implementasinya.

4) Melaksanakan rencana penyelesaian masalah ( Carrying-out the Plan ) 5) Alih tangan ( Referral )

f. Peran Konselor

Peran konselor menunjuk pada apa yang harus dilakukan dan bagaimana hal tersebut dijalankan oleh konselor dalam membantu konseli selama proses konseling berlangsung. Berikutperan di maksud:


(5)

c. Bersedia mengarahkan klien ke arah yang lebih baik d. Tidak nral sepenuhnya terhadap nilai-nilai

e. Yakin terhadap asumsi konseling yang efektif

Peran tersebut dijalankan dengan cara: 1) mengajar individu belajar, 2) mengajar individu mengenali motivasi-motivasinya, 3) mengajar individu mengubah perilakunya menjadi perilaku yang memadai untuk mencapai tujuan pribadinya.

g. Hubungan Konseling

1. Konseling merupakan thinking relationship yang lebih menekankan peranan berfikir rasionalwalaupun tidak sama sekali meninggalkan aspek emosional. 2. Konseling berlangsung dalam situasihubungan yang bersifat pribadi, akrab, dan

empatik.

3. Konseling yang berlangsung dapat bersifat remidiatif maupun developmental.

h. Proses Konseling

Ada enam tahap yang harus dilalui dalam konseling Trait and Factor: 1. Analisis

2. Sintesis 3. Diagnosis

1) Identifikasi Masalah 2) iologi

3) Prognosis

4. Konseling (treatment)

a. Pengembangan pemecahan masalah b. Pegujian alternatif pemecahan masalah c. Pengambilan keputusan

5. Follow Up


(6)

ANALISIS A Mengumpulkan informasitentang konseli dan latar kehidupannya u/ tujuan memperoleh pemahaman tentang dirinya agar dapat memperoleh penyesuaian diri pada saat sekarang dan yg akan datang.

Data yang telah terekam pada catatan kumulatif. Teknik yang dipakai misalnya, angk, observasi, dsb.

 Data self-report selama ataumelalui wawancara.

 Data hasil observasi dari orang lain (report by others), seperti wawancara.  Data hasil tes psikologi, dari tes psikologi seperti Tes Inteligensi, Bakat,Minat

dan Kepribadian.

SINTESIS A Usaha merangkum , menggolong-golongkan , serta menghubung-hubungkan data yg telah dikumpulkan sehingga tergambarkan keseluruhan pribadi konseli, termasuk kelebihan dan kelemahannya, sehingga diperoleh simpulan tentang kekuatan, kelemahan dan gambaran secara umum tentang konseli.

DIAGNOSIS A Menarik simpulan logis mengenai masalah-masalah yang dihadapi konseli atas dasar gambaran pribadi konseli hasil analisis dan sintesis .

Sumber :