LIBRARY RESEARCH IKHDA ZIKRA and DUROTUN
ANALISIS KASUS PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH PT
MARIMAS DI KOTA SEMARANG DALAM UPAYA PENEGAKAN
PRIORITAS LEGISLASI NASIONAL BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009
Disusun Oleh :
1. Durotun Nafiah
2. Ikhda Zikra
8111416085
8111416096
FAKULTAS ILMU HUKUM
UNIVERSITAS NEGRI SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam
karena atas izin dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami
rampungkan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Hukum Lingkungan adapun yang kami bahas dalam makalah
sederhana ini mengenai.
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang
dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan
dengan penulisan makalah ini.
Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen yang
telah memberikan tugas mata kuliah hukum dan ham yakni yaitu bapak
Ridwan Arif yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir
dalam
makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi kami yakin
makalah ini masih banyak kekurangan disana-sini.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun
agar lebih maju di masa yang akan datang.
Harap kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi
referensi bagi kami dalam mengarungi masa depan kami juga berharap agar
makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.
Semarang,15 Oktober 2017
2
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................
............1
KATA
PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR
ISI......................................................................................................................3
DAFTAR
GANMBAR
DAN
PUTUSAN
KASUS..............................................................4
BAB
1
PENDAHULUAN...................................................................................................5
1.1
Latar
Belakang......................................................................................................
1.2
....5
Rumusan
1.3
Masalah....................................................................................................6
Metode
Penulisan ....................................................................................................
6
BAB
2
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
2.1
Apa
Makna
Pencemaran
Air
dalam
Pencemaran
Lingkungan.........................................7
2.2 Pelanggaran yang dilakukan PT Marimas terhadap ketentuan dalam UU
No. 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup..........................................9
2.3
Penegakan
Hukum
Pencemaran
Air
oleh
Limbah
Pabrik
PT.
Marimas...........................12
BAB
3
PENUTUP..............................................................................................................1
5
3
KESIMPULAN..........................................................................................................
........15
DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................................................15
DAFTAR TABEL atau GAMBAR
Gambar 1: Pencemaran Saluran Air Limbah PT.Marimas
4
DAFTAR PUTUSAN KASUS
Pengaturan tentang limbah B3 dimulai sejak tahun 1992 dengan diterbitkannya
Keputusan Menteri Perdagangan No. 394/Kp/XI/92 tentang Larangan Impor
Limbah Plastik. Selanjutnya diterbitkan keputusan presiden No.61 Tahun 1993
tetang
Ratifikasi
pemerintah
Konvensi
Indonesia
Basel
tentang
1989
adanya
yang
mencerminkan
pencemaran
kesadaran
lingkungan
akibat
masuknya limbah B3 dari luar wilayah Indonesia.Dalam perkembangan setelah
diundangkan
Undang-Undang
No.23
Tahun
1997
tentang
Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagai uapaya untuk mewujudkan pengelolaan limbah B3,
pemerintah telah mengundangkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999
tentang pengelolaan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Peraturan Pemerintah Limbah B3), sebagaimana telah dirubah dengan
Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999. Dengan diundangkannya Peraturan
Pemerintah Limbah B3 diharapkan pengelolaan limbah B3 dapat lebih baik
sehingga tidak lagi terjadi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
limbah B3. Selain itu diharapkan pula dengan diundangkannya Peraturan
Pemerintah Limbah B3 para pelaku industry dan pelaku kegiataan lainnya
tunduk dan taat terhadap ketentuan tersebut. Tidak ditaatinya Peraturan
Pemerintah Limbah B3 oleh para pelaku indistri dan pelaku kegiatan lainnya
dalam hal ini pencemaran yang dilakukan PT. Marimas di Semarang diduga
dikarenakan
oleh
faktor
penataan
dan
penegakan
hukum
lingkungan
khususnya yang terdapat dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tenang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan terdiri atas komponen biotik dan abiotik yang saling
berkesinambungan satu sama lain yang berada pada waktu dan tempat
tertentu dalam suatu ekosistem tertentu. Untuk menjaga kelangsungan dan
kelestariannya makhluk hidup perlu dijaga dan dilindungi di Indonesia sendiri
instrument perlindungan lingkungan ini sendiri telah diatur dalam melalui
substansi, struktur, dan Kultur. Substansinya adalah melaui tata peraturan
5
perundang-undangan yang berlaku yakni dengan dibentuknya Undang-Undang
nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang memuat mengenai aturan-aturan yang harus ditaati oleh setiap orang
dalam hal Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Khususnya dalam
Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan
perilakunya,
perikehidupan,
yang
dan
mempengaruhi
kesejahteraan
alam
manusia
itu
serta
sendiri,
kelangsungan
makhluk
hidup
lain. 1
kemudian terkait strukturnya meliputi badan yang menjalankan fungsinya
dalam upaya Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup itu sendiri yakni
melalui badan pengadilan karena memang belum ada pengaturan khusus yang
mengatur tentang pengadilan khusus tentang Lingkungan setidaknya yurisdiksi
peradilan Umum yakni pengadilan Negeri dalam menegakkan dan melindungi
kelestarian Lingkungan Hidup telah berupaya semaksimal mugkin.
Kemudian setelah adanya Undang-Undang yang mengatur serta ada
badan yang akan menjalankan isi undang-undang itu diharapkan adanya
output (keluaran)
berupa kultur atau budaya hidup yang peduli terhadap
lingkungan sehingga tidak mudah untuk berbuat kerusakan berupa deforestasi,
illegal loging, dan masih banyak lagi. Selain alasan-alasan tersebut diatas ada
beberapa langkah lagi yang dapat dilakukan dalam rangka menjaga dan
menumbuhkan jiwa kecintaan dan kepekaan terhadap lingkungan salah satu
langkah yang efektif adalah melalui jalur pendidikan dengan dimasukkan mata
kuliah Pendidikan Konservasi kedalam muatan kurikulum seperti halnya yang
dilakukan
oleh
Universitas
Negeri
Semarang
sebagai
Universitas
yang
“Berwawasan Konservasi dan Bereputasi Internasional”demikian Visi UNNES
dalam mengembangkan budaya, semangat, dan nilai-nilai Konservasi yang
mengacu pada Prinsip-prinsip Konservasi, dan tata peraturan perundangundangan yang berlaku guna terciptanya implementasi yang nyata bagi
segenap civitas akademika Universitas Negeri Semarang sebagai persiapan
kaderisasi atau regenerasi keemimpinan (Kader) Konservasi kedepannya.
Sadar atau tidak bahwa manusia dan lingkungan sebenarnya tidak dapat
dipisahkan dan memiliki peranan yang sama pentingnya satu sama lain yang
menunjukkan rangkaian dari alur siklus kehidupan misalnya saja tanah sebagai
1 Penjelasan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009.
6
benda
non
abiotik
sangat
berpengaruh
terhadap
kelangsungan
hidup
tumbuhan yang menopang diatasnya, yang menjadi titik fokusnya adalah
kualitas tanah dalam menghasilkan zat/unsur hara yang berpengaruh pada
tingkat kesuburan tanaman kemudia dalam relasional yang lain kita melihat
tumbuhan yang hidup disekitar manusia menghasilkan oksigen (O2) yang
sangat diperlukan dalam proses dan siklus pernafasan manusia kemudian
manusia mengeluarkan karbndioksida (CO2) yang sangat diperlukan oleh
tumbuhan dalam kapasitas tertentu untuk melakukan fotosintesis. Selaian itu
yang tidak kalah penting adalah dalam hal pembuangan limbah indusri
kesungai yang mengandung bahan/zat B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
diundangkannya Peraturan Pemerintah Limbah B3 diharapkan pengelolaan limbah B3 dapat
lebih baik sehingga tidak lagi terjadi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah B3.
Selain itu diharapkan pula dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Limbah B3 para pelaku
industry dan pelaku kegiataan lainnya tunduk dan taat terhadap ketentuan tersebut.
Tidak ditaatinya Peraturan Pemerintah Limbah B3 oleh para pelaku indistri
dan pelaku kegiatan lainnya dalam hal ini pencemaran yang dilakukan PT.
Marimas
di
Semarang
diduga
dikarenakan oleh
faktor
penataan
dan
penegakan hukum lingkungan khususnya yang terdapat dalam Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 tenang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Maka kami akan mengkaji lebih dalam sejauh manakah efektifitas penataan
dan penegakan hukum lingkungan pereturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan limbah B3 di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tenang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
.
2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Dampak Pencemaran Air dalam Pencemaran Lingkungan ?
2.
Bagaimana
konsekuensi
pencemaran
yang
dilakukan
pabrik
PT. Marimas terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ?
3. Bagaimanakah penerapan sanksi yang tepat terhadap PT. Marimas
sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ?
1.3 Metode Penulisan
7
Metode dan teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan karya
tulis ini adalah metode studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk
mendapatkan data dan informasi yang bersifat teoritis yang kemudian data
tersebut
akan
dijadikan
dasar
atau
pedoman
untuk
melihat
adanya
ketidaksesuaian antara teori dengan kenyataan sebagai penyebab dari
permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini. Sumber – sumber yang
dijadikan sebagai rujukan untuk studi pustaka diperoleh dari berbagai sumber
bacaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pencemaran Air dalam Pencemaran Lingkungan
Pencemaran air yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Kualitas air sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan bagi makhluk hidup
pada dasarnya air dapat dibedakan menjadi dua yaitu air laut yang asin dan air
tawar yang terdapat di darat, keduanya pun merupakan sumber kehidupan
bagi makhluk hidup yang ada di bumi. Air laut merupakan sumber kehidupan
bagi berbagai jenis ikan, tanaman atau rumput laut, organisme yang hidup di
air asin.
Sedangkan air tawar merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup yang
ada di darat seperti manusia, hewan dan tanaman daerah pegunungan atau
hutan yang jauh dari kegiatan industri dengan udara yang sejuk dan bersih, air
huajn mengandung karbondiokasida, gas oksigen, dan gas nitrogen, serta
bahan – bahan tersuspensi seperti debu dan partikel – pertikel yang terbawa
dari atmosfer.
Sedangkan air permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung bahan
– bahan terlarut seperti Na, Mg, Ca dan Fe. Jadi, air yang tidak tercemar,
merupakan air yang tidak mengandung bahan – bahan asing tertentu dalam
jumlah yang melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat
digunakan secara normal untuk berbagai keperluan.
8
Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan pengujian untuk membuktikan
apakah air layak untuk dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu
minimal yang harus di penuhi telah di tentukan oleh standar baik internasional,
nasional maupun perusahaan. Pengujian air minum pada dasarnya terdiri dari
tiga hal yaitu pengujian fisik, kimia, dan mikrobiologi. Pengujian fisika, untuk
mengetahui rasa dan bau dari air yang diuji. Pengujian kimia, untuk
mengetahui komposisi kimia yang terkandung dalam air sedangkan pengujian
mikro biologi, untuk mengetahui kandungan mikro organisme lainnya yang
terdapat dalam air.2
Efek pencemaran air dijelaskan sebagai berikut :
a.Lingkungan Hidup dan Pencemaran Air
Pelepasan atau pembuangan air dapat mempengaruhi kualitas lingkungan
hidup atau perairan umum akan merubah ekosistemnya penguraian tersebut
merupakan suatu klasifikasi kualitas air di daerah perairan yang menggunakan
biota sebagai indek seperti berikut ini :
1. Zone oligosaprobic
Hampir semua jumlah zat organik dibusukkan dengan melayang bebas
(aerobik) konsentrasi oksigen larutan (DO) mendekati titik jenuhnya. BOD lebih
kecil dari tiga PPM kondisi sedimen dasar adalah non organik.
2. Zone ß-mesosaprobic
DO nya tinggi; BOD minimal tiga PPM. Kondisi aerobic masih mengambang.
3. Zone ά-mesosaprobic
DO nya rendah; BOD meningkat. Pembusukan anaerobic banyak terjadi di
dasar sedimen,warna sedimen dasar tidak hitam. Bau H2S tidak teramati
sejumlah alga naik terutama yang berwarna hijau-biru.
4. Zone polysaprobic
BOD tinggi. Hampir tidak ada DO karena konsentrasi yang tinggi zat – zat
organik. Pembusukan anaerobic terjadi di zone atas atau dasar. Bau senyawa
belerang seperti H2Steramati.
2. Pengaruh Pada Kesehatan Bagi Manusia
Air yang telah tercemar oleh organisme pathogen dapat secara langsung
mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Tipe pencemaran yang disebabkan
2 Sudikno, Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1988, hlm. 134-135.
9
zat racun yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh manusia dapat diamati
melalui :
1) Pengaruh zat racun pasa benda hidup, seharusnya diuji dari dua aspek.
a. Kemungkinan hidup organisme tertentu dalam air yang mengandung racun
tertentu dan batas konsentrasinya.
b. Proses konsentrasi zat racun oleh berbagai organisme bagian dari ekosistem
umum melalui rantai makanan.
2) Pengaruh zat racun pada kesehatan manusia.
a. Pengaruh keracunan akibat meminum air tercemar secara langsung
b. Pengaruh keracunan akibat makan ikan atau produksi laut lainnya
dimana zat racun
sudah diakumulasi
c. Pengaruh akibat makan produksi pertanian yang zat racunnya telah
diakumulasi dengan cara air irigasi atau tanah tercemar.
3. Indikator Pencemaran Air
Eksploitasi sumber air tanah secara berlebihan yang tidak
mempertimbangkan
daya
dukung
lingkungan
serta
upaya
konservasi
lingkungan yang tidak seimbang, akan mempengaruhi kualitas air.
Di samping itu juga kurangnya kesadaran berbagai pihak baik langsung
maupun tidak langsung seperti membuang limbah akan mengakibatkan
pencemaran
air
semakin
meningkat.
Pada
dasarnya, polutan
air
dapat
dibedakan menjadi dua yaitu limbah degradable dan non-degradable.
Pengujian diperlukan untuk menentukan sifat - sifat air sehingga dapat
diketahui apakah suatu air terpolusi atau tidak, antara lain :
Nilai pH, keasaman dan alkalinitas, Suhu, Warna, bau dan rasa, Jumlah
padatan, Nilai BOD/COD, Pencemaran mikroorganisme patogen, Kandungan
minyak, Kandungan logam berat, Kandungan bahan radioaktif.3
2.2 Pelanggaran yang dilakukan PT Marimas terhadap ketentuan
dalam UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Pembangunan disamping memberikan dampak positif berupa kesejahteraan,
namun disisi yang lain juga menimbulkan dampak negatif yaitu terjadinya
kerusakan atau tercemarnya lingkungan hidup. Oleh karena itu, apabila terjadi
penurunan fungsi lingkungan hidup akibat perusakan dan/atau pencemaran
3 Lihat, Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkunagan Hidup.
10
lingkugan
hidup,
maka
serangkain
kegiatan
penegakan
hukum
(law
enforcement) harus dilakukan.
Penegakan hukum mempunyai makna, bagaimana hukum itu harus
dilaksanakan, sehingga dalam penegakan hukum tersebut harus diperhatikan
unsur-unsur kepastian hukum. Kepastian hukum menghendaki bagaimana
hukum dilaksanakan, tanpa perduli bagaimana pahitnya (fiat jutitia et pereat
mundus; meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakkan). Hal ini
dimaksudkan agar tercipta ketertiban dalam masyrakat.sebaliknya masyarakat
menghendaki adannya manfaat dalam pelaksanaan peraturan atau penegakan
hukum lingkungan tersebut. Hukum lingkungan dibuat dengan tujuan untuk
melindungi lingkungan dan memberi manfaat kepada masyarakat.
Artinya peraturan tersebut dibuat adalah untuk kepentingan masyarakat,
sehingga jangan sampai terjadi bahwa, karena dilaksanakannya peraturan
tersebut, masyarakat justru menjadi resah. Unsur ketiga adalah keadilan.
Dalam penegakan hukum lingkungan harus diperhatikan, namun demikian
hukum tidak identik dengan keadilan, Karena hukum itu sifatnya umum,
mengikat
semua
orang,
dan
menyamaratakan.
Dalam
penataan
dan
penegakan hukum lingkungan, unsur kepastian, unsur kemanfaatan ,dan unsur
keadilan harus dikompromikan, ketiganya harus mendapat perhatian secara
proporsional. Sehingga lingkungan yang tercemar dapat dipulihkan kembali. 4
Upaya pemulihan lingkungan hidup dapat dipenuhi dalam kerangka
penanganan sengketa lingkungan melalui penegakkan hukum lingkungan.
Penegakan hukum lingkungan merupakan bagian dari siklus pengaturan
(regulatory chain) perencanaan kebijakan (policy planning) tentang lingkungan.
Penegakan
hukum
lingkungan
di
Indonesia
mencakup
penataan
dan
penindakan (compliance and enforcement) yang meliputi bidang hukum
administrasi negara, bidang hukum perdata dan bidang hukum pidana.
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang penegakan hukum lingkungan
terlebih dahulu kita harus megtahui definisi dari lingkungan hidup sendiri
menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,termasuk manusia dan
4Lihat, Pasal 1 angka 14 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkunagan Hidup.
11
perilakunya,
yang
mempengaruhi
alam
itu
sendiri,
kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.5
Selanjutnya kita akan membahas definsi dari pencemaran. Menurut UndangUndang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan. Namun dewasa ini masih saja terdapat beberapa pihak yang
melakukan pencemaran lingkungan hidup, salah satunya yang dilakukan oleh
pabrik PT Marimas di Semarang Menurut warga, Pabrik PT Marimas telah
mencemari aliran sungai disekitar pabrik selamat 2 sampai 3 tahun terakhir.
Pencemaran semakin parah karena saluran pembuangan limbah jebol, yang
mana mengakibatkan bau menyengat yang berasal dari pembuangan limbah
tersebut. Selain mencemari lingkungan, kini warga kesulitan untuk mencari air
bersih karena limbah telah bercampur dengan air sumur. Pencemaran tersebut
telah melanggar ketentuan dalam Pasal 69 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mana setiap
orang dilarang untuk:6
a. melakukan
perbuatan
yang
mengakibatkan
pencemaran
dan/atau
perusakan lingkungan hidup;memasukkan B3 yang dilarang menurut
peraturan
perundang-undangan
ke
dalam
wilayah
Negara
Kesatuan
Republik Indonesia;
b. memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia
d. membuang limbah ke media lingkungan hidup;
e. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
f. melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;
g. melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
5 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (Peraturan Pemerintah Limbah B3).Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun
1999 Tentang Limbah B3
6Lihat, pasal 69 ayat 1 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkunagan Hidup.
12
h.
menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal;
i.
dan/atau
memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi,
merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar.
Dapat disimpulkan bahwa pabrik PT Marimas telah melanggar beberapa
ketentuan dalam pasal 69 UU No. 32 Tahun 2009. Maka pihak dari pabrik PT
Marimas
harus
melakukan
penanggulangan
dan
pemulihan
terhadap
lingkungan yang sudah tercemar oleh limbah pabrik tersebut. Sebagaimana
yang diatur dalam pasal 53 UU No. 32 Tahun 2009, setiap orang yang
melakukan pencemaran lingungan hidup wajib melakukan penanggulangan
lingkungan hidup yang dilakukan dengan:
a. pemberian
informasi
peringatan
pencemaran
dan/atau
kerusakan
lingkungan hidup kepada masyarakat;
b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
dan/atau
d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Apabila tahap penanggulangan lingkungan hidup telah dilaksanakan maka
pihak
yang
mengakibatkan
pencemaran
lingkungan
hidup
wajib
untuk
melakukan pemulihan lingkungan hidup sebagaimana yang diatur dalam pasal
54 UU No. 32 Tahun 2009, dilakukan dengan tahapan penghentian sumber
pencemaran dan pembersihan unsur pencemar, remediasi, . rehabilitasi,
restorasi, cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.7
Untuk mencegah pencemaran lingkungan hidup maka dibutuhkanlah
pengelolaan limbah yang baik dan benar, pengelolaan limbah diatur dalam
pasal 59 UU No. 32 Tahun 2009 mengenai pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun, yang dilakukan dengan:8
a. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan
limbah B3 yang dihasilkannya.
7Lihat, pasal 54 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkunagan Hidup.
8Lihat, Pasal 59 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkunagan Hidup
13
b. Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) telah
kedaluwarsa, penn gelolaannya mengikuti ketentuan pengelolaan limbah
B3.
c. Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah
B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
d. Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
e. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib mencantumkan persyaratan
lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi
pengelola limbah B3 dalam izin.
f. Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.
g. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
2.3 Penegakan Hukum Pencemaran Air oleh Limbah Pabrik PT.
Marimas
Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai arti dan fungsi sangat
penting bagi manusia air dibutuhkan oleh manusia, dan makhluk hidup lainnya
seperti tetumbuhan, berada di permukaan dan di dalam tanah, di danau dan
laut, menguap naik ke atmosfer, lalu terbentuk awan, turun dalam bentuk
hujan, infiltrasi ke bumi/tubuh bumi, membentuk air bawah tanah, mengisi
danau dan sungai serta laut, dan seterusnya.9
Sekali siklus air tersebut terganggu ataupun dirusak, sistemnya tidak akan
berfungsi sebagaimana diakibatkan oleh adanya limbah industri, pengrusakan
hutan atau hal-hal lainnya yang membawa efek terganggu atau rusaknya
sistem itu. Suatu limbah industri yang dibuang ke sungai akan menyebabkan
tercemarnya sungai dan terjadi pencemaran lingkungan. Dalam UndangUndang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup pasal 1 angka 14 menyebutkan bahwa “Pencemaran Lingkungan Hidup
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”.
Air merupakan salah satu bentuk lingkungan hidup fisik, dimana jika air ini
tercemar maka akan berdampak besar bagi kelangsungan hidup makhluk
9 Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan : Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan Hidup, Cetakan ketiga, Bandung, PT. Refika Aditama, 2011, hlm. 37.
14
hidup. Limbah pabrik PT. Marimas yang dibuang ke sungai jelas merupakan
salah satu bentuk pencemaran lingkungan hidup, apalagi dalam kasus tersebut
pipa saluran pembuangan limbah ke sungai bocor dan menyebabkan sumur
warga sekitar pabrik tercemar dan air tidak dapat digunakan. Oleh karena itu
perlu adanya penegakkan hukum terhadap pencemaran yang dilakukan oleh
PT. Marimas tersebut agar terciptanya keadilan, kemanfaatan, dan kepastian
hukum.
Penegakan hukum lingkungan berkaitan erat dengan kemampuan aparatur
dan kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku, yang
meliputi tiga bidang hukum, yaitu administratif, pidana, dan perdata.10
Berikut adalah sarana penegakan hukum:
1. Administratif
Sarana administrasi dapat bersifat preventif dan bertujuan menegakkan
peraturan perundang-undangan lingkungan.
Penegakan hukum dapat diterapkan terhadap kegiatan yang menyangkut
persyaratan perizinan, baku mutu lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan
(RKL), dan sebagainya. Disamping pembinaan berupa petunjuk dan panduan
serta pengawasan administratif, kepada
pengusaha di bidang industri,
hendaknya juga ditanamkan manfaat konsep “Pollution Prevention Pays” dalam
proses produksinya.11
Penindakan represif oleh penguasa terhadap pelanggaran peraturan
perundang-undangan lingkungan administratif pada dasarnya bertujuan untuk
mengakhiri secara langsung pelanggaran-pelanggaran tersebut.
Sanksi administratif terutama mempunyai fungsi instrumental, yaitu
pengendalian perbuatan terlarang disamping itu, sanksi administratif terutama
ditujukan kepada perlindungan kepentingan yang dijaga oleh ketentuan yang
dilanggar tersebut. Beberapa jenis sarana penegakkan hukum administrasi
adalah :
Paksaan pemerintah atau tindakan paksa, Uang paksa, Penutupan tempat
usaha, Penghentian kegiatan mesin perusahaan, Pencabutan izin melalui
proses teguran, paksaan pemerintah, penutupan, dan uang paksa.
10 Dania M. Heer, 1981, Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan, Jakarta : Ghalia
Indonesia
11 Absori. Hukum Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup. Sebuah Model Amriani,
Nurnaningsih. Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan. Rajawali pers,
Jakarta, 2011.
15
2. Kepidanaan
Tata cara penindakannya tunduk pada undang-undang No. 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana, Peranan Penyidik sangat penting, karena
berfungsi mengumpulkan bahan/alat bukti yang seringkali bersifat ilmiah
dalam kasus perusakan dan/atau pencemaran lingkungan terdapat kesulitan
bagi aparat penyidik untuk menyediakan alat bukti yang sah sesuai ketentuan
Pasal 183 dan Pasal 184 KUHAP.12
Selain itu, pembuktian unsur hubungan kausal merupakan kendala
tersendiri mengingat terjadinya pencemaran seringkali secara kumulatif,
sehingga untuk membuktikan sumber pencemaran yang bersifat kimiawi
sangat sulit. Penindakan atau pengenaan sanksi pidana adalah merupakan
upaya terakhir setelah sanksi administratif dan perdata diterapkan.
3. Keperdataan
Mengenai hal ini perlu dibedakan antara penerapan hukum perdata oleh
instansi yang berwenang melaksanakan kebijaksaan lingkungan dan penerapan
hukum perdata untuk memaksakan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan lingkungan.
Misalnya, penguasa dapat menetapkan persyaratan perlindungan lingkungan
terhadap penjualan atau pemberian hak membuka tanah atas sebidang tanah
selain itu, terdapat kemungkinan “beracara singkat” bagi pihak ketiga yang
berkepetingan untuk menggugat kepatuhan terhadap undang-undang dan
permohonan agar terhadap larangan atau keharusan dikaitkan dengan uang
paksa.
Penegakan hukum perdata ini dapat berupa gugatan ganti kerugian dan biaya
pemulihan lingkungan Menurut kami, penegakan hukum yang paling tepat
diterapkan terhadap pencemaran limbah oleh PT. Marimas tersebut adalah
dengan
hukum
keperdataan
mengingat
sudah
terjadinya
pencemaran
lingkungan hidup yang parah di lingkungan masyarakat Pemerintah bisa
mengenakan ganti kerugian terhadap PT. Marimas dan meminta biaya untuk
digunakan sebagai pemulihan lingkungan.
12Pendekta,2006,Jurnal Ilmu Hukum Universitas Negri Semarang ,Kajian Internasional Hukum
Lingkungan ,Volume 2 No.2,Juli-Desember 2008
16
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pencemaran air yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
berfungsi
lagi
sesuai
dengan
peruntukannya.
Kualitas
air
sangatlah
berpengaruh terhadap kesehatan bagi makhluk hidup. Penataan hukum
lingkungan di Indonesia khususnya dalam hal penegakannya masih belum
efektif terbukti dengan adanya pembuangan limbah industri yang dilakukan
oleh PT. Marimas di Semarang yang mengakibatkan tercemarnya air yang
berada di lingkungan sekitar pabrik yang menimbulkan keresahan warga
sekitar. Padahal air merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang
kehidupan manusia. Padahal ada banyak sekali langkah penegakan hukum
yang dapat dilakukan mulai dari saksi administrative, sanksi keperdataan dan
sanski
kepidanaan.
Sebab
dalam
menerapkan
saksi
hukum
sebaiknya
dijatuhkan sanksi yang tepat serta dapat mencakup komposisi dari fungsi
hukum itu sendiri seperti kepastian, kemafaatan, dan keadilan serta tidak
menimbulkan kerasahan pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Sudikno, Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty,
Yogyakarta, 1988
Dania
M.
Heer,
1981,
Prinsip-Prinsip
Masalah
Pencemaran
Lingkungan,Jakarta:Ghalia Indonesia
Muhamad
Erwin, Hukum
Pembangunan
Lingkungan
Lingkungan
Hidup,
:
Dalam
Cetakan
Sistem
Kebijaksanaan
ketiga, Bandung,
PT.
Refika
Aditama, 2011, hlm. 37.
Absori. Hukum Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup. Sebuah Model
Amriani, Nurnaningsih. Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di
Pengadilan. Rajawali pers, Jakarta, 2011.
Pendekta,2006,Jurnal Ilmu Hukum Universitas Negri Semarang ,Kajian
Internasional Terhadap Terhadap HAM,Volume 2 No.2,Juli-Desember 2008.
17
Santosa,
Edi.Jurnal
Internasional,Mengkaji
Pengatutran
kebijakan
pemerintah indonesia masalah lingkungan,Volume 3 No. 4, Oktober 2016
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkunagan Hidup.
Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang Limbah B3.
18
MARIMAS DI KOTA SEMARANG DALAM UPAYA PENEGAKAN
PRIORITAS LEGISLASI NASIONAL BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009
Disusun Oleh :
1. Durotun Nafiah
2. Ikhda Zikra
8111416085
8111416096
FAKULTAS ILMU HUKUM
UNIVERSITAS NEGRI SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam
karena atas izin dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami
rampungkan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Hukum Lingkungan adapun yang kami bahas dalam makalah
sederhana ini mengenai.
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang
dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan
dengan penulisan makalah ini.
Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen yang
telah memberikan tugas mata kuliah hukum dan ham yakni yaitu bapak
Ridwan Arif yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir
dalam
makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi kami yakin
makalah ini masih banyak kekurangan disana-sini.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun
agar lebih maju di masa yang akan datang.
Harap kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi
referensi bagi kami dalam mengarungi masa depan kami juga berharap agar
makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.
Semarang,15 Oktober 2017
2
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................
............1
KATA
PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR
ISI......................................................................................................................3
DAFTAR
GANMBAR
DAN
PUTUSAN
KASUS..............................................................4
BAB
1
PENDAHULUAN...................................................................................................5
1.1
Latar
Belakang......................................................................................................
1.2
....5
Rumusan
1.3
Masalah....................................................................................................6
Metode
Penulisan ....................................................................................................
6
BAB
2
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
2.1
Apa
Makna
Pencemaran
Air
dalam
Pencemaran
Lingkungan.........................................7
2.2 Pelanggaran yang dilakukan PT Marimas terhadap ketentuan dalam UU
No. 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup..........................................9
2.3
Penegakan
Hukum
Pencemaran
Air
oleh
Limbah
Pabrik
PT.
Marimas...........................12
BAB
3
PENUTUP..............................................................................................................1
5
3
KESIMPULAN..........................................................................................................
........15
DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................................................15
DAFTAR TABEL atau GAMBAR
Gambar 1: Pencemaran Saluran Air Limbah PT.Marimas
4
DAFTAR PUTUSAN KASUS
Pengaturan tentang limbah B3 dimulai sejak tahun 1992 dengan diterbitkannya
Keputusan Menteri Perdagangan No. 394/Kp/XI/92 tentang Larangan Impor
Limbah Plastik. Selanjutnya diterbitkan keputusan presiden No.61 Tahun 1993
tetang
Ratifikasi
pemerintah
Konvensi
Indonesia
Basel
tentang
1989
adanya
yang
mencerminkan
pencemaran
kesadaran
lingkungan
akibat
masuknya limbah B3 dari luar wilayah Indonesia.Dalam perkembangan setelah
diundangkan
Undang-Undang
No.23
Tahun
1997
tentang
Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagai uapaya untuk mewujudkan pengelolaan limbah B3,
pemerintah telah mengundangkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999
tentang pengelolaan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Peraturan Pemerintah Limbah B3), sebagaimana telah dirubah dengan
Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999. Dengan diundangkannya Peraturan
Pemerintah Limbah B3 diharapkan pengelolaan limbah B3 dapat lebih baik
sehingga tidak lagi terjadi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
limbah B3. Selain itu diharapkan pula dengan diundangkannya Peraturan
Pemerintah Limbah B3 para pelaku industry dan pelaku kegiataan lainnya
tunduk dan taat terhadap ketentuan tersebut. Tidak ditaatinya Peraturan
Pemerintah Limbah B3 oleh para pelaku indistri dan pelaku kegiatan lainnya
dalam hal ini pencemaran yang dilakukan PT. Marimas di Semarang diduga
dikarenakan
oleh
faktor
penataan
dan
penegakan
hukum
lingkungan
khususnya yang terdapat dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tenang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan terdiri atas komponen biotik dan abiotik yang saling
berkesinambungan satu sama lain yang berada pada waktu dan tempat
tertentu dalam suatu ekosistem tertentu. Untuk menjaga kelangsungan dan
kelestariannya makhluk hidup perlu dijaga dan dilindungi di Indonesia sendiri
instrument perlindungan lingkungan ini sendiri telah diatur dalam melalui
substansi, struktur, dan Kultur. Substansinya adalah melaui tata peraturan
5
perundang-undangan yang berlaku yakni dengan dibentuknya Undang-Undang
nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang memuat mengenai aturan-aturan yang harus ditaati oleh setiap orang
dalam hal Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Khususnya dalam
Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan
perilakunya,
perikehidupan,
yang
dan
mempengaruhi
kesejahteraan
alam
manusia
itu
serta
sendiri,
kelangsungan
makhluk
hidup
lain. 1
kemudian terkait strukturnya meliputi badan yang menjalankan fungsinya
dalam upaya Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup itu sendiri yakni
melalui badan pengadilan karena memang belum ada pengaturan khusus yang
mengatur tentang pengadilan khusus tentang Lingkungan setidaknya yurisdiksi
peradilan Umum yakni pengadilan Negeri dalam menegakkan dan melindungi
kelestarian Lingkungan Hidup telah berupaya semaksimal mugkin.
Kemudian setelah adanya Undang-Undang yang mengatur serta ada
badan yang akan menjalankan isi undang-undang itu diharapkan adanya
output (keluaran)
berupa kultur atau budaya hidup yang peduli terhadap
lingkungan sehingga tidak mudah untuk berbuat kerusakan berupa deforestasi,
illegal loging, dan masih banyak lagi. Selain alasan-alasan tersebut diatas ada
beberapa langkah lagi yang dapat dilakukan dalam rangka menjaga dan
menumbuhkan jiwa kecintaan dan kepekaan terhadap lingkungan salah satu
langkah yang efektif adalah melalui jalur pendidikan dengan dimasukkan mata
kuliah Pendidikan Konservasi kedalam muatan kurikulum seperti halnya yang
dilakukan
oleh
Universitas
Negeri
Semarang
sebagai
Universitas
yang
“Berwawasan Konservasi dan Bereputasi Internasional”demikian Visi UNNES
dalam mengembangkan budaya, semangat, dan nilai-nilai Konservasi yang
mengacu pada Prinsip-prinsip Konservasi, dan tata peraturan perundangundangan yang berlaku guna terciptanya implementasi yang nyata bagi
segenap civitas akademika Universitas Negeri Semarang sebagai persiapan
kaderisasi atau regenerasi keemimpinan (Kader) Konservasi kedepannya.
Sadar atau tidak bahwa manusia dan lingkungan sebenarnya tidak dapat
dipisahkan dan memiliki peranan yang sama pentingnya satu sama lain yang
menunjukkan rangkaian dari alur siklus kehidupan misalnya saja tanah sebagai
1 Penjelasan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009.
6
benda
non
abiotik
sangat
berpengaruh
terhadap
kelangsungan
hidup
tumbuhan yang menopang diatasnya, yang menjadi titik fokusnya adalah
kualitas tanah dalam menghasilkan zat/unsur hara yang berpengaruh pada
tingkat kesuburan tanaman kemudia dalam relasional yang lain kita melihat
tumbuhan yang hidup disekitar manusia menghasilkan oksigen (O2) yang
sangat diperlukan dalam proses dan siklus pernafasan manusia kemudian
manusia mengeluarkan karbndioksida (CO2) yang sangat diperlukan oleh
tumbuhan dalam kapasitas tertentu untuk melakukan fotosintesis. Selaian itu
yang tidak kalah penting adalah dalam hal pembuangan limbah indusri
kesungai yang mengandung bahan/zat B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
diundangkannya Peraturan Pemerintah Limbah B3 diharapkan pengelolaan limbah B3 dapat
lebih baik sehingga tidak lagi terjadi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah B3.
Selain itu diharapkan pula dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Limbah B3 para pelaku
industry dan pelaku kegiataan lainnya tunduk dan taat terhadap ketentuan tersebut.
Tidak ditaatinya Peraturan Pemerintah Limbah B3 oleh para pelaku indistri
dan pelaku kegiatan lainnya dalam hal ini pencemaran yang dilakukan PT.
Marimas
di
Semarang
diduga
dikarenakan oleh
faktor
penataan
dan
penegakan hukum lingkungan khususnya yang terdapat dalam Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 tenang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Maka kami akan mengkaji lebih dalam sejauh manakah efektifitas penataan
dan penegakan hukum lingkungan pereturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan limbah B3 di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tenang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
.
2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Dampak Pencemaran Air dalam Pencemaran Lingkungan ?
2.
Bagaimana
konsekuensi
pencemaran
yang
dilakukan
pabrik
PT. Marimas terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ?
3. Bagaimanakah penerapan sanksi yang tepat terhadap PT. Marimas
sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ?
1.3 Metode Penulisan
7
Metode dan teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan karya
tulis ini adalah metode studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk
mendapatkan data dan informasi yang bersifat teoritis yang kemudian data
tersebut
akan
dijadikan
dasar
atau
pedoman
untuk
melihat
adanya
ketidaksesuaian antara teori dengan kenyataan sebagai penyebab dari
permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini. Sumber – sumber yang
dijadikan sebagai rujukan untuk studi pustaka diperoleh dari berbagai sumber
bacaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pencemaran Air dalam Pencemaran Lingkungan
Pencemaran air yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Kualitas air sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan bagi makhluk hidup
pada dasarnya air dapat dibedakan menjadi dua yaitu air laut yang asin dan air
tawar yang terdapat di darat, keduanya pun merupakan sumber kehidupan
bagi makhluk hidup yang ada di bumi. Air laut merupakan sumber kehidupan
bagi berbagai jenis ikan, tanaman atau rumput laut, organisme yang hidup di
air asin.
Sedangkan air tawar merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup yang
ada di darat seperti manusia, hewan dan tanaman daerah pegunungan atau
hutan yang jauh dari kegiatan industri dengan udara yang sejuk dan bersih, air
huajn mengandung karbondiokasida, gas oksigen, dan gas nitrogen, serta
bahan – bahan tersuspensi seperti debu dan partikel – pertikel yang terbawa
dari atmosfer.
Sedangkan air permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung bahan
– bahan terlarut seperti Na, Mg, Ca dan Fe. Jadi, air yang tidak tercemar,
merupakan air yang tidak mengandung bahan – bahan asing tertentu dalam
jumlah yang melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat
digunakan secara normal untuk berbagai keperluan.
8
Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan pengujian untuk membuktikan
apakah air layak untuk dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu
minimal yang harus di penuhi telah di tentukan oleh standar baik internasional,
nasional maupun perusahaan. Pengujian air minum pada dasarnya terdiri dari
tiga hal yaitu pengujian fisik, kimia, dan mikrobiologi. Pengujian fisika, untuk
mengetahui rasa dan bau dari air yang diuji. Pengujian kimia, untuk
mengetahui komposisi kimia yang terkandung dalam air sedangkan pengujian
mikro biologi, untuk mengetahui kandungan mikro organisme lainnya yang
terdapat dalam air.2
Efek pencemaran air dijelaskan sebagai berikut :
a.Lingkungan Hidup dan Pencemaran Air
Pelepasan atau pembuangan air dapat mempengaruhi kualitas lingkungan
hidup atau perairan umum akan merubah ekosistemnya penguraian tersebut
merupakan suatu klasifikasi kualitas air di daerah perairan yang menggunakan
biota sebagai indek seperti berikut ini :
1. Zone oligosaprobic
Hampir semua jumlah zat organik dibusukkan dengan melayang bebas
(aerobik) konsentrasi oksigen larutan (DO) mendekati titik jenuhnya. BOD lebih
kecil dari tiga PPM kondisi sedimen dasar adalah non organik.
2. Zone ß-mesosaprobic
DO nya tinggi; BOD minimal tiga PPM. Kondisi aerobic masih mengambang.
3. Zone ά-mesosaprobic
DO nya rendah; BOD meningkat. Pembusukan anaerobic banyak terjadi di
dasar sedimen,warna sedimen dasar tidak hitam. Bau H2S tidak teramati
sejumlah alga naik terutama yang berwarna hijau-biru.
4. Zone polysaprobic
BOD tinggi. Hampir tidak ada DO karena konsentrasi yang tinggi zat – zat
organik. Pembusukan anaerobic terjadi di zone atas atau dasar. Bau senyawa
belerang seperti H2Steramati.
2. Pengaruh Pada Kesehatan Bagi Manusia
Air yang telah tercemar oleh organisme pathogen dapat secara langsung
mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Tipe pencemaran yang disebabkan
2 Sudikno, Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1988, hlm. 134-135.
9
zat racun yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh manusia dapat diamati
melalui :
1) Pengaruh zat racun pasa benda hidup, seharusnya diuji dari dua aspek.
a. Kemungkinan hidup organisme tertentu dalam air yang mengandung racun
tertentu dan batas konsentrasinya.
b. Proses konsentrasi zat racun oleh berbagai organisme bagian dari ekosistem
umum melalui rantai makanan.
2) Pengaruh zat racun pada kesehatan manusia.
a. Pengaruh keracunan akibat meminum air tercemar secara langsung
b. Pengaruh keracunan akibat makan ikan atau produksi laut lainnya
dimana zat racun
sudah diakumulasi
c. Pengaruh akibat makan produksi pertanian yang zat racunnya telah
diakumulasi dengan cara air irigasi atau tanah tercemar.
3. Indikator Pencemaran Air
Eksploitasi sumber air tanah secara berlebihan yang tidak
mempertimbangkan
daya
dukung
lingkungan
serta
upaya
konservasi
lingkungan yang tidak seimbang, akan mempengaruhi kualitas air.
Di samping itu juga kurangnya kesadaran berbagai pihak baik langsung
maupun tidak langsung seperti membuang limbah akan mengakibatkan
pencemaran
air
semakin
meningkat.
Pada
dasarnya, polutan
air
dapat
dibedakan menjadi dua yaitu limbah degradable dan non-degradable.
Pengujian diperlukan untuk menentukan sifat - sifat air sehingga dapat
diketahui apakah suatu air terpolusi atau tidak, antara lain :
Nilai pH, keasaman dan alkalinitas, Suhu, Warna, bau dan rasa, Jumlah
padatan, Nilai BOD/COD, Pencemaran mikroorganisme patogen, Kandungan
minyak, Kandungan logam berat, Kandungan bahan radioaktif.3
2.2 Pelanggaran yang dilakukan PT Marimas terhadap ketentuan
dalam UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Pembangunan disamping memberikan dampak positif berupa kesejahteraan,
namun disisi yang lain juga menimbulkan dampak negatif yaitu terjadinya
kerusakan atau tercemarnya lingkungan hidup. Oleh karena itu, apabila terjadi
penurunan fungsi lingkungan hidup akibat perusakan dan/atau pencemaran
3 Lihat, Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkunagan Hidup.
10
lingkugan
hidup,
maka
serangkain
kegiatan
penegakan
hukum
(law
enforcement) harus dilakukan.
Penegakan hukum mempunyai makna, bagaimana hukum itu harus
dilaksanakan, sehingga dalam penegakan hukum tersebut harus diperhatikan
unsur-unsur kepastian hukum. Kepastian hukum menghendaki bagaimana
hukum dilaksanakan, tanpa perduli bagaimana pahitnya (fiat jutitia et pereat
mundus; meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakkan). Hal ini
dimaksudkan agar tercipta ketertiban dalam masyrakat.sebaliknya masyarakat
menghendaki adannya manfaat dalam pelaksanaan peraturan atau penegakan
hukum lingkungan tersebut. Hukum lingkungan dibuat dengan tujuan untuk
melindungi lingkungan dan memberi manfaat kepada masyarakat.
Artinya peraturan tersebut dibuat adalah untuk kepentingan masyarakat,
sehingga jangan sampai terjadi bahwa, karena dilaksanakannya peraturan
tersebut, masyarakat justru menjadi resah. Unsur ketiga adalah keadilan.
Dalam penegakan hukum lingkungan harus diperhatikan, namun demikian
hukum tidak identik dengan keadilan, Karena hukum itu sifatnya umum,
mengikat
semua
orang,
dan
menyamaratakan.
Dalam
penataan
dan
penegakan hukum lingkungan, unsur kepastian, unsur kemanfaatan ,dan unsur
keadilan harus dikompromikan, ketiganya harus mendapat perhatian secara
proporsional. Sehingga lingkungan yang tercemar dapat dipulihkan kembali. 4
Upaya pemulihan lingkungan hidup dapat dipenuhi dalam kerangka
penanganan sengketa lingkungan melalui penegakkan hukum lingkungan.
Penegakan hukum lingkungan merupakan bagian dari siklus pengaturan
(regulatory chain) perencanaan kebijakan (policy planning) tentang lingkungan.
Penegakan
hukum
lingkungan
di
Indonesia
mencakup
penataan
dan
penindakan (compliance and enforcement) yang meliputi bidang hukum
administrasi negara, bidang hukum perdata dan bidang hukum pidana.
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang penegakan hukum lingkungan
terlebih dahulu kita harus megtahui definisi dari lingkungan hidup sendiri
menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,termasuk manusia dan
4Lihat, Pasal 1 angka 14 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkunagan Hidup.
11
perilakunya,
yang
mempengaruhi
alam
itu
sendiri,
kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.5
Selanjutnya kita akan membahas definsi dari pencemaran. Menurut UndangUndang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan. Namun dewasa ini masih saja terdapat beberapa pihak yang
melakukan pencemaran lingkungan hidup, salah satunya yang dilakukan oleh
pabrik PT Marimas di Semarang Menurut warga, Pabrik PT Marimas telah
mencemari aliran sungai disekitar pabrik selamat 2 sampai 3 tahun terakhir.
Pencemaran semakin parah karena saluran pembuangan limbah jebol, yang
mana mengakibatkan bau menyengat yang berasal dari pembuangan limbah
tersebut. Selain mencemari lingkungan, kini warga kesulitan untuk mencari air
bersih karena limbah telah bercampur dengan air sumur. Pencemaran tersebut
telah melanggar ketentuan dalam Pasal 69 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mana setiap
orang dilarang untuk:6
a. melakukan
perbuatan
yang
mengakibatkan
pencemaran
dan/atau
perusakan lingkungan hidup;memasukkan B3 yang dilarang menurut
peraturan
perundang-undangan
ke
dalam
wilayah
Negara
Kesatuan
Republik Indonesia;
b. memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia
d. membuang limbah ke media lingkungan hidup;
e. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
f. melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;
g. melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
5 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (Peraturan Pemerintah Limbah B3).Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun
1999 Tentang Limbah B3
6Lihat, pasal 69 ayat 1 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkunagan Hidup.
12
h.
menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal;
i.
dan/atau
memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi,
merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar.
Dapat disimpulkan bahwa pabrik PT Marimas telah melanggar beberapa
ketentuan dalam pasal 69 UU No. 32 Tahun 2009. Maka pihak dari pabrik PT
Marimas
harus
melakukan
penanggulangan
dan
pemulihan
terhadap
lingkungan yang sudah tercemar oleh limbah pabrik tersebut. Sebagaimana
yang diatur dalam pasal 53 UU No. 32 Tahun 2009, setiap orang yang
melakukan pencemaran lingungan hidup wajib melakukan penanggulangan
lingkungan hidup yang dilakukan dengan:
a. pemberian
informasi
peringatan
pencemaran
dan/atau
kerusakan
lingkungan hidup kepada masyarakat;
b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
dan/atau
d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Apabila tahap penanggulangan lingkungan hidup telah dilaksanakan maka
pihak
yang
mengakibatkan
pencemaran
lingkungan
hidup
wajib
untuk
melakukan pemulihan lingkungan hidup sebagaimana yang diatur dalam pasal
54 UU No. 32 Tahun 2009, dilakukan dengan tahapan penghentian sumber
pencemaran dan pembersihan unsur pencemar, remediasi, . rehabilitasi,
restorasi, cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.7
Untuk mencegah pencemaran lingkungan hidup maka dibutuhkanlah
pengelolaan limbah yang baik dan benar, pengelolaan limbah diatur dalam
pasal 59 UU No. 32 Tahun 2009 mengenai pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun, yang dilakukan dengan:8
a. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan
limbah B3 yang dihasilkannya.
7Lihat, pasal 54 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkunagan Hidup.
8Lihat, Pasal 59 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkunagan Hidup
13
b. Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) telah
kedaluwarsa, penn gelolaannya mengikuti ketentuan pengelolaan limbah
B3.
c. Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah
B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
d. Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
e. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib mencantumkan persyaratan
lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi
pengelola limbah B3 dalam izin.
f. Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.
g. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
2.3 Penegakan Hukum Pencemaran Air oleh Limbah Pabrik PT.
Marimas
Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai arti dan fungsi sangat
penting bagi manusia air dibutuhkan oleh manusia, dan makhluk hidup lainnya
seperti tetumbuhan, berada di permukaan dan di dalam tanah, di danau dan
laut, menguap naik ke atmosfer, lalu terbentuk awan, turun dalam bentuk
hujan, infiltrasi ke bumi/tubuh bumi, membentuk air bawah tanah, mengisi
danau dan sungai serta laut, dan seterusnya.9
Sekali siklus air tersebut terganggu ataupun dirusak, sistemnya tidak akan
berfungsi sebagaimana diakibatkan oleh adanya limbah industri, pengrusakan
hutan atau hal-hal lainnya yang membawa efek terganggu atau rusaknya
sistem itu. Suatu limbah industri yang dibuang ke sungai akan menyebabkan
tercemarnya sungai dan terjadi pencemaran lingkungan. Dalam UndangUndang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup pasal 1 angka 14 menyebutkan bahwa “Pencemaran Lingkungan Hidup
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”.
Air merupakan salah satu bentuk lingkungan hidup fisik, dimana jika air ini
tercemar maka akan berdampak besar bagi kelangsungan hidup makhluk
9 Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan : Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan Hidup, Cetakan ketiga, Bandung, PT. Refika Aditama, 2011, hlm. 37.
14
hidup. Limbah pabrik PT. Marimas yang dibuang ke sungai jelas merupakan
salah satu bentuk pencemaran lingkungan hidup, apalagi dalam kasus tersebut
pipa saluran pembuangan limbah ke sungai bocor dan menyebabkan sumur
warga sekitar pabrik tercemar dan air tidak dapat digunakan. Oleh karena itu
perlu adanya penegakkan hukum terhadap pencemaran yang dilakukan oleh
PT. Marimas tersebut agar terciptanya keadilan, kemanfaatan, dan kepastian
hukum.
Penegakan hukum lingkungan berkaitan erat dengan kemampuan aparatur
dan kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku, yang
meliputi tiga bidang hukum, yaitu administratif, pidana, dan perdata.10
Berikut adalah sarana penegakan hukum:
1. Administratif
Sarana administrasi dapat bersifat preventif dan bertujuan menegakkan
peraturan perundang-undangan lingkungan.
Penegakan hukum dapat diterapkan terhadap kegiatan yang menyangkut
persyaratan perizinan, baku mutu lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan
(RKL), dan sebagainya. Disamping pembinaan berupa petunjuk dan panduan
serta pengawasan administratif, kepada
pengusaha di bidang industri,
hendaknya juga ditanamkan manfaat konsep “Pollution Prevention Pays” dalam
proses produksinya.11
Penindakan represif oleh penguasa terhadap pelanggaran peraturan
perundang-undangan lingkungan administratif pada dasarnya bertujuan untuk
mengakhiri secara langsung pelanggaran-pelanggaran tersebut.
Sanksi administratif terutama mempunyai fungsi instrumental, yaitu
pengendalian perbuatan terlarang disamping itu, sanksi administratif terutama
ditujukan kepada perlindungan kepentingan yang dijaga oleh ketentuan yang
dilanggar tersebut. Beberapa jenis sarana penegakkan hukum administrasi
adalah :
Paksaan pemerintah atau tindakan paksa, Uang paksa, Penutupan tempat
usaha, Penghentian kegiatan mesin perusahaan, Pencabutan izin melalui
proses teguran, paksaan pemerintah, penutupan, dan uang paksa.
10 Dania M. Heer, 1981, Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan, Jakarta : Ghalia
Indonesia
11 Absori. Hukum Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup. Sebuah Model Amriani,
Nurnaningsih. Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan. Rajawali pers,
Jakarta, 2011.
15
2. Kepidanaan
Tata cara penindakannya tunduk pada undang-undang No. 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana, Peranan Penyidik sangat penting, karena
berfungsi mengumpulkan bahan/alat bukti yang seringkali bersifat ilmiah
dalam kasus perusakan dan/atau pencemaran lingkungan terdapat kesulitan
bagi aparat penyidik untuk menyediakan alat bukti yang sah sesuai ketentuan
Pasal 183 dan Pasal 184 KUHAP.12
Selain itu, pembuktian unsur hubungan kausal merupakan kendala
tersendiri mengingat terjadinya pencemaran seringkali secara kumulatif,
sehingga untuk membuktikan sumber pencemaran yang bersifat kimiawi
sangat sulit. Penindakan atau pengenaan sanksi pidana adalah merupakan
upaya terakhir setelah sanksi administratif dan perdata diterapkan.
3. Keperdataan
Mengenai hal ini perlu dibedakan antara penerapan hukum perdata oleh
instansi yang berwenang melaksanakan kebijaksaan lingkungan dan penerapan
hukum perdata untuk memaksakan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan lingkungan.
Misalnya, penguasa dapat menetapkan persyaratan perlindungan lingkungan
terhadap penjualan atau pemberian hak membuka tanah atas sebidang tanah
selain itu, terdapat kemungkinan “beracara singkat” bagi pihak ketiga yang
berkepetingan untuk menggugat kepatuhan terhadap undang-undang dan
permohonan agar terhadap larangan atau keharusan dikaitkan dengan uang
paksa.
Penegakan hukum perdata ini dapat berupa gugatan ganti kerugian dan biaya
pemulihan lingkungan Menurut kami, penegakan hukum yang paling tepat
diterapkan terhadap pencemaran limbah oleh PT. Marimas tersebut adalah
dengan
hukum
keperdataan
mengingat
sudah
terjadinya
pencemaran
lingkungan hidup yang parah di lingkungan masyarakat Pemerintah bisa
mengenakan ganti kerugian terhadap PT. Marimas dan meminta biaya untuk
digunakan sebagai pemulihan lingkungan.
12Pendekta,2006,Jurnal Ilmu Hukum Universitas Negri Semarang ,Kajian Internasional Hukum
Lingkungan ,Volume 2 No.2,Juli-Desember 2008
16
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pencemaran air yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
berfungsi
lagi
sesuai
dengan
peruntukannya.
Kualitas
air
sangatlah
berpengaruh terhadap kesehatan bagi makhluk hidup. Penataan hukum
lingkungan di Indonesia khususnya dalam hal penegakannya masih belum
efektif terbukti dengan adanya pembuangan limbah industri yang dilakukan
oleh PT. Marimas di Semarang yang mengakibatkan tercemarnya air yang
berada di lingkungan sekitar pabrik yang menimbulkan keresahan warga
sekitar. Padahal air merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang
kehidupan manusia. Padahal ada banyak sekali langkah penegakan hukum
yang dapat dilakukan mulai dari saksi administrative, sanksi keperdataan dan
sanski
kepidanaan.
Sebab
dalam
menerapkan
saksi
hukum
sebaiknya
dijatuhkan sanksi yang tepat serta dapat mencakup komposisi dari fungsi
hukum itu sendiri seperti kepastian, kemafaatan, dan keadilan serta tidak
menimbulkan kerasahan pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Sudikno, Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty,
Yogyakarta, 1988
Dania
M.
Heer,
1981,
Prinsip-Prinsip
Masalah
Pencemaran
Lingkungan,Jakarta:Ghalia Indonesia
Muhamad
Erwin, Hukum
Pembangunan
Lingkungan
Lingkungan
Hidup,
:
Dalam
Cetakan
Sistem
Kebijaksanaan
ketiga, Bandung,
PT.
Refika
Aditama, 2011, hlm. 37.
Absori. Hukum Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup. Sebuah Model
Amriani, Nurnaningsih. Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di
Pengadilan. Rajawali pers, Jakarta, 2011.
Pendekta,2006,Jurnal Ilmu Hukum Universitas Negri Semarang ,Kajian
Internasional Terhadap Terhadap HAM,Volume 2 No.2,Juli-Desember 2008.
17
Santosa,
Edi.Jurnal
Internasional,Mengkaji
Pengatutran
kebijakan
pemerintah indonesia masalah lingkungan,Volume 3 No. 4, Oktober 2016
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkunagan Hidup.
Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang Limbah B3.
18