Peran Ganda Perempuan Pada Keluarga Masyarakat Petani Di Desa Tampeng, Kecamatan Kutapanjang, Kabupaten Gayo Lues Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif, dimana

kajian dilakukan untuk mendapat gambaran tentang peran istri petani dalam
meningkatkan ekonomi keluarganya dan bentuk partispasi yang dilakukan istri
petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya serta untuk mendapat gambaran
bagaimana

respon masyarakat Gayo Lues terhadap istri yang bekerja untuk

meningkatkan ekonomi keluarga.

3.2.


Subjek dan Objek Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian, maka yang dijadikan sebagai subyek

penelitian adalah perempuan (ibu rumah tangga) petani dan telah terdaftar sebagai
anggota desa

dan termasuk dalam usia produktif, serta berdomisili di Desa

Tampeng, Kecamatan Kuta Panjang, Kabupaten Gayo Lues. Subyek penelitian
ditentukan secara bertujuan (purposive) yaitu dipilih dan disesuaikan dengan
tujuan, jumlah dan jenisnya dikembangkan menurut prinsip snowball sampling,
bergulir hingga mencapai titik jenuh dimana informasi telah terkumpul secara
tuntas. Sebagai obyek dalam penelitian ini adalah : peran istri petani dalam
meningkatkan ekonomi keluarganya dan bentuk partispasi yang dilakukan istri
petani dalam meningkatkan ekonomi keluarga.

58

Universitas Sumatera Utara


Sesuai dengan tujuan penelitian ini (tujuan 1 dan tujuan 2 dalam
penelitian), dibutuhkan data tentang : 1) Peran perempuan dalam rumah tangga
petani, berdasarkan data yang dibutuhkan maka

alat/instrumen yang akan

digunakan untuk menjaring data tersebut di atas menggunakan lembar observasi,
pedoman wawancara dan pedoman studi dekumentasi.2) Bentuk partisipasi istri
petani dan peran aktif perempuan dalam pengentasan membantu ekonomi
keluarga petani, berdasarkan data yang dibutuhkan maka

alat/instrumen yang

akan digunakan untuk menjaring data tersebut di atas menggunakan pedoman
wawancara terstruktur. Sedangkan untuk menjawab tujuan penelitian ketiga dalam
penelitian ini yakni melihat respon masyarakat terhadap istri yang bekerja untuk
meningkatkan ekonomi keluarga, berdasarkan data yang dibutuhkan maka
alat/instrumen yang akan digunakan untuk menjaring data tersebut di atas
menggunakan teknik wawancara terstruktur .Data yang diperoleh dalam penelitian
ini dianalisis dengan teknik deskriptif yaitu penggalian dan penyajian secara

aktual dan faktual tentang fokus penelitian.
3.3.

Lokasi Penelitian
Lokasi dari penelitian ini adalah Desa Tampeng, Kecamatan Kuta Panjang

yang merupakan salah satu desa pertanian di kabupaten Gayo Lues, sehingga
fenomena permasalahan penelitian ini justru menjadi sangat nyata pada lokasi
penelitian, yakni dimana secara umum mata pencaharian masyarakat di lokasi
penelitian ini yakni petani dan tentunya masih memiliki tingkat kesejahteraan
yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

Universitas Sumatera Utara

3.4.

Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data primer dilaksanakan melalui wawancara mendalam,
yaitu suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan data dan informan
yang diperlukan untuk menggunakan panduan wawancara yang memang
sudah disediakan oleh peneliti sebelumnyaberupa data tentang peran istri
dalam meningkatkan ekonomi keluarga, bentuk partispasi istri dalam
meningkatkan ekonomi keluarga dan respon masyarakat terhadap istri
yang bekerja.
2. Observasi, yaitu penulis mengadakan pengamatan secara langsung objek
peneliti atau keadaan yang kaitannya dengan masalah peneliti. Data
observasi yang dibutuhkan terutama berkaitan dengan kondisi ekonomi
keluarga masyarakat yang dijadikan objek penelitian, sepertri kondisi
perumahan, dan fasilitas ekonomi keluarga.
3. Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder didasarkan pada
data yang tersedia di kantor, yaitu demografi, sarana, prasarana, dan
dokumen-dokumen lain yang terkait dan berbagai literatur yang
menunjang penelitian.

3.5.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena
beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode penelitian lebih mudah

Universitas Sumatera Utara

apabila berhadapan dengan kenyataan. Kedua, pendekatan ini menyajikan secara
langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan. Ketiga, pendekatan ini
lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak petani desa di
Kabupaten Gayo Lues. Seperti yang dikemukakan oleh Saifuddin Azwar, dalam
bukunya metode penelitian (1999:7) bahwasanya : “Penelitian deskriptif bertujuan
secara sistematik dan akurat fakta karakteristik mengenai populasi atau bidang
tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi dan kejadian data yang
dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari
penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi dan mempelajari implikasi”.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

4.1.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1. Kondisi Geografis dan Sejarah Kabupaten Gayo Lues
Daerah Kabupaten Gayo Lues terletak di ketinggian berkisar dari 4001200 meter di atas permukaan laut (m dpl) yang merupakan daerah perbukitan
dan pegunungan. Sebagian kawasan wilayah Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh
merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser yang diandalkan
sebagai paru-paru dunia.
Luas Kabupaten Gayo Lues adalah 5.719,67 km2, yang terdiri dari 11
kecamatan, 11 mukim, 135 desa dan 1 kelurahan. Kecamatan yang terluas adalah
Kecamatan Gayo Lues 1.139,88 km2, sedangkan wilayah yang terkecil adalah
Kecamatan Putri Betung 139 km2.
Terbentuknya Kabupaten Gayo Lues
Dengan berlakunya UU No 5 Tahun 1974, maka status Kewedanaan
diganti dengan sebutan Pembantu Bupati. Namun sejak tahun 1975 s.d 1981

status Gayo Lues masih dalam status transisi karena Gayo Lues dijadikan daerah
koordinator Pemerintahan untuk 4 Kecamatan.

Baru pada tahun 1982

Kewedanaan Gayo Lues dijadikan Wilayah Pembantu Bupati Gayo Lues dipimpin
oleh Pembantu Bupati. Berhubung karena keterbatasan wewenang ditambah lagi
luasnya daerah yang harus dikoordinir dan lagi pula minimnya PAD Aceh
Tenggara ada kesan kemajuan pembangunan Gayo Lues dianaktirikan. Pada
62

Universitas Sumatera Utara

pertengahan tahun 90-an transportasi Gayo Lues agak mendekati titik terang
dengan berfungsinya sarana jalan, sehingga menjadikan Kota Blang Kejeren
sebagai simpang empat, yaitu : Blang Kejeren -Takengon ; Blang Kejeren - Aceh
Selatan ; Blang Kejeren Kutacane dan Blang Kejeren - Aceh Timur. Hal ini
memicu percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah Gayo Lues yang mendukung
PMDN dan PMDA untuk menanam modal. Faktor intern di atas ditambah lagi
dengan faktor ekstern dengan diresmikannya Pembantu Bupati Simeulu menjadi

Kabupaten Administratif, menyusul Pembantu Bupati Bireuen dan Pembantu
Bupati Singkil menjadi Kabupaten. Hal inilah yang merangsang masyarakat
Gayo Lues untuk mengikuti jejak daerah tersebut di atas. Atas dasar pertimbangan
tersebut di atas, maka pada akhir tahun 1997 beberapa orang tua bermusyawarah
di Blang Kejeren untuk memperjuangkan Gayo Lues menjadi Kabupaten
Administratif.
Maksud dan tujuan panitia ini disampaikan kepada Bupati Aceh Tenggara.
Dan mendapat respon yang positif, Bupati sangat setuju dan mendukung gagasan
yang baik ini. Panitia meminta Bupati agar menyurati Gubernur dan Ketua DPRD
I Aceh. Permitaan ini disanggupi Bupati dan Ketua DPRD II Aceh Tenggara
dengan mengirim surat kepada Gubernur dan Ketua DPRD Aceh. Petinggi Aceh
lalu menyurati menteri yang terkait di Jakarta termasuk pimpinan DPR, pimpinan
Parpol dan lain-lain yang di rasa patut. Proses di Jakarta sedikit agak terhambat
mengingat situasi negarapun belum begitu stabil. Karena itu Panitia, Pemerintah
Daerah Aceh Tenggara masyarakat Gayo Lues yang berdomisili di Jakarta
berjuang terus tanpa mengenal lelah, tanpa biaya yang berlimpah, bekerja tanpa
pamrih demi terwujudnya sebuah Kabupaten. Tahun 2000 delegasi dikirim ke

Universitas Sumatera Utara


Jakarta dari Aceh Tenggara untuk penjajakan dan menemui Menteri Dalam Negri,
pimpinan DPR dan Pimpinan parpol untuk mohon bantuan. Setelah melalui proses
yang agak panjang akhirnya pada tanggal 30 Agustus 2001 DPOD menetapkan 4
Calon Kabupaten dari Aceh dinyatakan lulus menjadi Kabupaten, sedangkan
Gayo Lues dikaji ulang. Masyarakat Gayo Lues, Pemda Aceh Tenggara, Pemda
Daerah Aceh, merasa tidak puas dan kecewa, lalu mengirim delegasi lagi ke
Jakarta menemui Petinggi di Jakarta termasuk Wapres. Kepada mereka dimohon
dengan hormat agar Gayo Lues dapat diluluskan menjadi Kabupaten.
Akhirnya DPOD menyetujui Gayo Lues menjadi Kabupaten dalam
sidangnya pada tanggal 18 Oktober 2001. Tidak lama kemudian pemerintah
mengusulkan RUU pembentukan Kabupaten Gayo Lues ke DPR-RI. Dalam
sidang Paripurna DPR-RI tanggal 11 Maret 2002 seluruh fraksi menyetujui Gayo
Lues menjadi Kabupaten beserta 21 Kabupaten/Kota lainya.
Pada tanggal 2 Juli 2002 Gayo Lues beserta 21 Kabupaten/Kota lainya
diresmikan oleh Mendagri Hari Sabarno sebagai sebuah Kabupaten. Pada tanggal
6 Agustus 2002 Gubernur NAD, Ir. Abdullah Puteh melantik Ir. Muhammad Ali
Kasim, MM menjadi Penjabat Bupati Gayo Lues di Kutacane. Dengan demikian
selesailah sebuah perjuangan yang suci untuk mewujudkan sebuah Kabupaten
yang dicita-citakan. Akhir tahun 2005 di Kabupaten Gayo Lues terbentuk
kecamatan baru dari 5 kecamatan menjadi 11 kecamatan, sedangkan jumlah desa

masih tetap.

Kecamatan Gayo Lues merupakan wilayah yang terbanyak

dilakukan pemecahan kecamatan, sedangkan Kecamatan Pining tidak mendapat
pemecahan kecamatan.

Universitas Sumatera Utara

Kecamatan Kutapanjang dimekarkan menjadi Kecamatan Kutapanjang
dan Blang Jerango. Kecamatan Blang Kejeren dipecah menjadi: Kecamatan
Blang Kejeren, Putri Betung, Debun Gelang, dan Blang Pegayon. Kecamatan
Rikit Gaib dipecah menjadi Kecamatan Rikit Gaib dan Pantan Cuaca, Kecamatan
Terangon mekar menjadi Kecamatan Terangon dan Tripe Jaya.
Kecamatan Blang Kejeren merupakan ibukota kabupaten, sedangkan
Kecamatan Tripe Jaya yang beribukota kecamatan di Rerebe berjarak 47
kilometer dari Blang Kejeren.
Kabupaten Gayo Lues yang mempunyai 20 mukim, sebanyak 65 desa
diantaranya berkatagori swadaya, 43 swakarsa, dan 28 berkatagori swasembada.
Setiap kecamatan membawahi 1-3 kemukiman, dimana Kecamatan Blang Kejeren

mempunyai 3 buah kemukiman dan Kecamatan Blang Pegayon, Debun Gelang,
Tripe Jaya masing-masing membawahi 1 kemukiman, serta kecamatan lainnya
membawahi 2 kemukiman.
Keregenan yang mempunyai bilangan penduduk yang kebanyakannya dari
kaum Gayo ini sedang berusaha untuk mencapai pembangunan. Potensi yang
dikembangkan adalah pertanian, seperti lada besar di mana Gayo Lues merupakan
pengedar utama lada ini di pasar-pasar kota Medan, selain itu terdapat hutan pinus
yang berpotensi untuk pengembangan tanaman serai wangi dan di kawasan
Terangon yang mulai dihuni transmigrasi dapat mengembangkan budidaya nilam,
tembakau virginia dan koko disamping kopi Arabika.
Dengan rancangan pembangunan Jalur Ladia Galaska (Lautan Hindi,
Gayo, Alas dan Selat Melaka) yang menghubungkan Lautan Hindi dengan Selat

Universitas Sumatera Utara

Melaka, meski mendapat tentangan dari kalangan pelestari lingkungan hidup,
diharapkan ekonomi masyarakat Gayo Lues yang sebelumnya tertinggal akan
meningkat. Keregenan Gayo Lues merangkumi 57 peratus dari wilayah Aceh
Tenggara, dan terdiri dari lima sub-daerah dengan pecahan sebagai berikut:
Dataran Tinggi Gayo adalah daerah yang berada di kawasan pegunungan
Aceh Tengah,Bener meriah daan Gayo Lues dengan tiga kota utamanya yaitu
Takengon,

Blang

Kejeren

Dan

Simpang

Tiga

Redelong.

Jalan

yang

menghubungkan ketiga kota ini melewati daerah dengan pemandangan yang
sangat indah. Mata pencarian masyarakat Gayo yang pada umumnya adalah
bertani dan berkebun antara lain padi, sayur-sayuran, kopi dan tembakau.
Kegiatan perkebunan kopi dan tembakau dilakukan dengan membuka wilayah
hutan yang ada di wilayah ini.
Pada umumnya mayarakat Nanggroe aceh darussalam, orang Gayo juga
dikenal karena sifat mereka yang sangat menentang segala bentuk penjajahan dan
daerah ini dulu dikenal sebagai kawasan yang sangat menentang pemerintahan
kolonial Belanda. Suku Gayo Terkenal dengan sifat ramah tamah, beragama Islam
dan mereka dikenal taat dalam agamanya. Suku Gayo menggunakan bahasa yang
disebut bahasa Gayo. Komoditi Utama Masyarakat Gayo adalah Kopi, kopi Gayo
yang telah terkenal sampai ke manca negara.di Gayo banyak yang memelihara
kerbau, sehingga ada yang mengatakan jika melihat banyak kerbau di Nangroe
Aceh Darussalam maka orang itu pasti berada di Gayo. Seperti suku-suku Di
Indonesia suku gayo juga memiliki Seni budaya Tersendiri.
Kabupaten ini berada di gugusan pegunungan Bukit Barisan, sebagian
besar wilayahnya merupakan area Taman Nasional Gunung Leuser yang telah

Universitas Sumatera Utara

dicanangkan sebagai warisan dunia. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang
paling terisolasi di NAD.

4.2.

Hasil Penelitian
Tabel 4.1. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Perempuan

Jumlah

Frekwensi

Persen

39

100,0

39

100

Sumber : Kuesioner 2013

Tabel di atas menunjukkan jumlah keseluruhan subyek penelitian
yang menjadi narasumber penelitian yang berjenis kelamin perempuan
dikarenakan dalam pengambilan subyek penelitian, peneliti menggunakan
teknik purposive sampling dengan pendekatan prinsip snowball untuk
mendapatkan jawaban dari subyek penelitian sampai pada titik jenuh
jawaban atau tidak ditemukannya lagi variasi jawaban dari subyek
penelitian mengenai peran ganda perempuan dalam keluarga petani.
Jumlah keseluruhan dari subyek penelitian sebanyak 39 orang atau
100% yang semuanya berjenis kelamin perempuan dan merupakan ibu
rumah tangga/istri dari keluarga petani dan telah terdaftar sebagai anggota
desa dan termasuk dalam usia produktif

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2. Usia

Usia Responden
26 – 33 tahun

Frekwensi

Persen

16

41,0

34 – 41 tahun

15

38,5

42 – 49 tahun

7

17,9

=> 50 tahun

1

2,6

Jumlah

39

100

Sumber : Kuesioner 2013

Tabel di atas menunjukkan usia dari subyek penelitian, dari hasil
penelitian yang dilakukan di dapat usia yang paling banyak adalah usia
antara 26 – 33 tahun sebanyak 16 orang, atau 41,0 %, kemudian usia
antara 34 – 41 tahun sebanyak 15 orang atau 38,5 %, kemudian usia antara
42 – 49 tahun sebanyak 7 orang atau 17,9%, dan usia 50 tahun keatas
sebanyak 1 orang atau 2,6 %. Usia responden tersebut mewakili dari usia
istri petani (ibu rumah tangga) yang produktif hal ini dapat dilihat dari
banyaknya jumlah subyek penelitian yang berada di usia produktif yaitu
usia antara 26 – 33 tahun sebanyak 16 orang (41%), dan usia antara 34 –
41 tahun sebanyak 15 orang (38,5%), dengan demikian usia dari subyek
penelitian sudah mewakili dari tujuan penelitian yang ingin megetahui
peran ganda perempuan pada keluarga petani di Desa Tempeng,
Kecamatan Kutapanjang, Kabupaten Gayo Lues. Hal ini dikarenakan
untuk melihat peran ganda tersebut dilihat dari peran istri petani dalam
meningkatkan ekonomi keluarganya dan bentuk partispasi yang dilakukan
istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarga, yang berada pada usia
produktif

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Terakhir

Pendidikan

Frekwensi

Tamat SD

Persen

5

12.8

Tamat SLTP

16

41.0

Tamat SLTA

18

46.2

39

100

Jumlah
Sumber : Kuesioner 2013

Tabel di atas menunjukkan tingkat pendidikan terakhir, berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa pendidikan terakhir subyek penelitian yang paling
banyak adalah tamatan SLTA sebanyak 18 orang atau 41,0 %, kemudian tamat
SLTP sebanyak 16 orang atau 41,0 %, dan tamat SD sebanyak 5 orang atau 12,8
%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan istri petani memadai walaupun
tidak ada pendidikan tinggi (Sarjana, Magister, Doktor) yang dimiliki istri petani
di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang, Kabupaten Gayo Lues, data yang di
dapat sangat signifikan antara tingkat pendidikan, masyarakat petani yang ada di
Indonesia yang selalu memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan di desa atau
keluarga petani umumnya masih rendah, untuk kasus di Desa Tempeng
Kecamatan Kutapanjang, Kabupaten Gayo Lues juga terjadi hal yang senada,
tingkat pendidikan masyarakat petani didominasi tamatan SLTA dan tamatan
SLTP

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.4. Tanggapan terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu
rumah tangga di desa yang bekerja di luar rumah
Keterangan

Frekwensi

Persen

Tidak Setuju

1

2.6

Kurang Setuju

2

5.1

Biasa Saja

2

5.1

Setuju

26

66.7

Sangat Setuju

8

20.5

39

100

Jumlah
Sumber : Kuesioner 2013

Tabel di atas menunjukkan tanggapan subjek penelitian terhadap kegiatan
dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di Desa Tempeng Kecamatan
Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues terhadap perempuan/ibu rumah tangga di
Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues yang bekerja di
luar rumah, dari hasil penelitian diketahui bahwa subjek penelitian yang
berpendapat kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di luar
rumah dengan pendapat setuju sebanyak 26 orang atau 66,7%, kemudian sangat
setuju sebanyak 8 orang atau 20,5%, dan yang berpendapat biasa saja 2 orang atau
5,1 %, kurang setuju 2 orang atau 5,1%, serta tidak setuju sebanyak 1 orang atau
2,6%.
Tanggapan terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah
tangga di desa yang bekerja di luar rumah seperti hasil wawancara dengan ibu
Andrian (40 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Saya setuju, karena sekarang perempuan juga boleh bekerja di luar
rumah, kalau dirumah saja seharian tidak ada kerjaan kan bingung juga mau
melakukan apa.”

Universitas Sumatera Utara

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Santy Mutiara
(33 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Setuju, perempuan harus bisa mandiri, jangan berdiam diri di rumah
saja, kalau ada kegiatan kan tidak suntuk dirumah.
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Srtika Ratu (36
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Setuju, kalau di rumah tidak ada kerjaan kan suntuk, yang penting
pekerjaan rumah seperti mengurus rumah tangga, memasak, mencuci pakaian,
beres-beres rumah, mengurus suami, mengurus anak sudah dilakukan dengan
baik, jadi saya setuju jika kaum ibu beraktifitas di luar rumah biar ada kegiatan.”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sakinah
Mawaddah (38 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Saya tidak setuju, karena perempuankan seharusnya di rumah
membereskan rumah, mengurus suami, anak, memasak, mencuci dan sebagainya,
urusan di luar rumah ya urusan suami sebagai kepala keluarga.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Yuli Novita Sari
(31 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“ Biasa saja sekarang perempuan beraktifitas diluar rumah, ada yang
bekerja, ada yang berjualan, kan tidak ada larangan selama masih tidak
bertentangan dengan hukum agama, ya boleh-boleh saja menurut saya
perempuan/ibu rumah tangga beraktifitas di luar rumah.”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sri Wesaka
Giara Laen (45 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Saya tidak setuju jika para istri/ibu rumah tangga harus di rumah saja
(tidak perlu bekerja di luar) dan mengurus keluarga dan anak-anaknya, karena
jika hanya di rumah saja akan membosankan dikarenakan tidak ada pekerjaan
sampingan, perempuan juga perlu ke luar rumah agar bisa mengetahui dunia
luar asalkan tetap menjaga martabat suami dan tidak melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan hukum agama.”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Hinayah (37
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

“Kalau dirumah saja setiap harinya akan bosan, maka saya bekerja
setelah melakukan tugas rumah tangga, saya berladang dari siang sampai sore
hari untuk mengisi waktu luang, dari hasl panen ladang bisa digunakan untuk
keperluan sehari-hari dan membantu perekonomian keluarga juga.”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sri Batu mren
(33 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Penghasilan suami saya sebagai buruh tani tidak mencukupi
keperluan rumah tangga selama satu bulan, maka saya bekerja membantu
menjadi buruh tani juga, terkadang saya menganyam tikar untuk mengisi
luang di rumah, dan saya juga berladang menanam cabai, jagung
tambahan uang belanja dan kebutuhan sehari-sehari.”

untuk
suami
waktu
untuk

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Mukminah (45
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Saya setuju, karena kita juga perlu bermasyarakat, mengenal tetangga,
bergorong royong sesekalinya, saya tetap melakukan tugas dan fungsi saya
sebagai ibu rumah tangga tetapi saya juga melakukan aktifitas di luar rumah
seperti ikut pengajian, wirid ibu-ibu, kelompok tani untuk mengisi kekosongan
waktu agar bermanfaat dibandingkan saya menghabiskan waktu di rumah lebih
baik saya melakukan kegiatan yang positif, asalkan pekerjaan dan tanggung
jawab kita sebagai seorang ibu dan seorang istri telaj kita laksanakan dengan
baik.”
Berdasarkan hasil penelitian tersebut para perempuan/ibu rumah tangga
yang merupakan istri petani mayoritas setuju dengan aktifitas perempuan/ibu
rumah tangga di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues
yang bekerja di luar rumah. Hal ini menggambarkan bahwa para perempuan/ibu
rumah tangga di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues
sering melakukan aktifitas diluar rumah seperti berjualan, berbelanja, dan
kegiatan lainnya dan umumnya masyarakat disana setuju jika para perempuan/ibu
melakukan aktifitas di luar rumah

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5. Tanggapan jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam
upaya membantu ekonomi keluarga
Keterangan

Frekwensi

Persen

Tidak Setuju

1

2.6

Kurang Setuju

4

10.3

Setuju

29

74.4

Sangat Setuju

5

12.8

39

100

Jumlah

Sumber : Kuesioner 2013
Tabel di atas menunjukkan tanggapan subjek penelitian jika ibu rumah
tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga di Desa
Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues, dari hasil penelitian
diketahui bahwa subjek penelitian yang berpendapat jika ibu rumah tangga
membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga dengan
pendapat setuju sebanyak 29 orang atau 74,4%, kemudian sangat setuju sebanyak
5 orang atau 12,8%, dan yang berpendapat kurang setuju sebanyak 4 orang atau
10,3 %, kurang setuju 2 orang atau 5,1%, serta tidak setuju sebanyak 1 orang atau
2,6%.
Tanggapan jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya
membantu ekonomi keluarga seperti hasil wawancara dengan ibu Rahmi (36
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Saya setuju jika para perempuan/ibu melakukan aktifitas diluar rumah,
kegiatan yang saya lakukan diluar rumah adalah bertani, biasanya menanam
cabai, jagung, sayur-sayuran yang bisa dikonsumsi sendiri, apabila hasil
panennya lebih bisa dijual di pasar untuk menambah keuangan keluarga, untuk
membeli kebutuhan sehari-hari, apabila ada uang berlebih maka ditabung”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Ira Rita Niate
(32 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

“Setuju jika para perempuan/ibu rumah tangga melakukan aktifitas diluar
rumah, saya dan kebanyakan para ibu-ibu disini biasanya beraktifitas diluar
rumah setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak,
mencuci, mengurus anak, suami, biasanya kami berladang menanam jagung,
cabai, yang hasil panennya bisa kami gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, ada
juga yang menjadi buruh tani, mengayam tikar, hasilnya cukup lumayanlah dari
pada kami tidak melakukan aktifitas di rumah.”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sri Jemat (35
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Ya, Sangat setuju sekali, apalagi aktifitas yang bermanfaat yang
dilakukan diluar rumah, yang penting menjaga nama baik keuarga, suami, tidak
melakukan hal-hal yang dilarang agama, kegiatannya biasanya menanam jagung,
palawija,terkadang menganyam tikar, yang penting pekrjaannya halal dan bisa
membantu untuk menambah penghasilan.”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Yeni Susanti
(32 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Kalau bermanfaat dan tidak bertentangan dengan agama ya saya setuju,
aktifitas saya di luar rumah mengikuti pengajian ibu-ibu, wirit yasin, berladang
menanam cabai, jagung, sayur-mayur, yang hasilnya bisa kita gunakan seharihari. Kalau hasil panennya banyak bisa di jual, menambah penghasilan
keluarga.”
Narasumber yang tidak setuju Ibu Sri Murni (33 tahun) mengatakan
tanggapannya sebagai berikut:
Saya tidak setuju, karena tugas istri itu dirumah mengurus rumah tangga,
mengurus suami, anak-anak, memasak, mencuci, dan lainnya, kalau saya
beraktifitas di luar rumah maka rumah tangga saya tidak ada yang mengurus,
dan suami saya pasti marah kepada saya.
Narasumber yang mengatakan tanggapannya biasa saja IbuSuci Cahaya
Fitri (33 tahun) jika para perempuan/ibu rumah tangga beraktifitas di luar rumah
mengarakan sebagai berikut:
“Itu kan menjadi hal yang biasa sekarang ini, perempuan bekerja di luar
rumah, tujuannya kan baik untuk membantu perekonomian keluarga, sudah biasa
sekarang ini, karena kalau tidak dibantu pendapatan suami kan terkadang tidak
cukup.”

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil penelitian tersebut para perempuan/ibu rumah tangga
yang merupakan istri petani mayoritas setuju jika ibu rumah tangga membantu
ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga di Desa Tempeng
Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues. Hal ini menggambarkan bahwa
para perempuan/ibu rumah tangga di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang
Kabupaten Gayo Lues turut membantu ekonomi keluarga dengan bekerja setelah
menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya, pekerjaan yang dilakukan beraneka
macam ada yang menganyam, berjualan di pasar, membantu pekerjaan suami di
sawah/ladang dan sebagainya, dikarenakan kesulitan ekonomi yang terjadi mereka
berpendapat para perempuan/ibu rumah tangga harus bekerja juga membantu
perekonomian keluarga tidak hanya membebankan kepada suami yang mencari
nafkah, memang pendapatan yang didapat tidak besar tetapi bisa membantu untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari, tetapi ada juga subjek penelitian yang
mengatakan kurang setuju, hal ini dikarenakan mereka berpendapat sebaiknya
para perempuan/ibu rumah tangga di rumah saja menyelesaikan pekerjaan rumah
tangga dan mengurus anak beserta rumah, sementara yang mencari nafkah adalah
para suami.
Tabel 4.6. Tanggapan mengenai ibu rumah tanggga telah mempergunakan
kemampuannya untuk membantu kelancaran pekerjaan suami di
rumah
Keterangan

Frekwensi

Persen

Buruk

2

5.1

Biasa Saja

1

2.6

Baik

35

89.7

Sangat Baik

1

2.6

Jumlah

39

100

Sumber : Kuesioner 2013

Universitas Sumatera Utara

Tabel di atas menunjukkan tanggapan subjek penelitian mengenai ibu
rumah tanggga telah

mempergunakan kemampuannya untuk

membantu

kelancaran pekerjaan suami di rumah, dari hasil penelitian diketahui bahwa subjek
penelitian yang berpendapat mengenai ibu rumah tanggga telah mempergunakan
kemampuannya untuk membantu kelancaran pekerjaan suami di rumah dengan
pendapat baik sebanyak 35 orang atau 89,7%, kemudian buruk sebanyak 2 orang
atau 5,1%, dan yang berpendapat kurang setuju sebanyak 4 orang atau 10,3 %,
kurang setuju 2 orang atau 5,1%, serta sangat setuju sebanyak 1 orang atau 2,6%,
biasa saja sebanyak 1 orang atau 2,6%.
Tanggapan

mengenai

ibu

rumah tanggga

telah

mempergunakan

kemampuannya untuk membantu kelancaran pekerjaan suami di rumah seperti
hasil wawancara beriku ini dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Dessy
Mutiara Candra (33 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“saya kalau di rumah membantu pekerjaan suami juga, misalnya
memabntu menyemai bibit padi, menyiapkan peralatan bertani sebelum berangkat
ke sawah.”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sri Senin
Pudaha (32 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“ Ya, pasti kita membantulah pekerjaan suami di rumah, kalau saya
membantu menyiapkan jualan suami, karena suami saya kalau lagi tifak ke sawah
biasanya berjualan barang pecah belah keliling gampong”
Narasumber

Ibu

Noviana

(35

tahun)

yang

mengatakan

buruk

tanggapannya sebagai berikut:
“Kalau sudah bekerja seharian diluar rumah kan sudah lelah, jadi di
rumah tidak maksimal membantu pekerjaan suami, apa lagi kalau istrinya pergi
pagi pulangnya sore, sudah tidak terurus lagi rumah tangganya.”

Universitas Sumatera Utara

Narasumber Ibu Susiana (39 tahun) yang mengatakan tanggapannya biasa
saja jika para perempuan/ibu rumah tangga beraktifitas di luar rumah mengarakan
sebagai berikut:
Seperti biasa, membantu menyiapkan keperluan suami sebelum berangkat
ke sawah/ladang, terkadang membantu menyemai cabai, padi untuk meringankan
pekerjaan suami.”

Berdasarkan hasil penelitian tersebut para perempuan/ibu rumah tangga
yang merupakan istri petani mayoritas berpendapat baik mengenai ibu rumah
tanggga telah mempergunakan kemampuannya untuk membantu kelancaran
pekerjaan suami di rumah. Hal ini menggambarkan bahwa para perempuan/ibu
telah menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik di rumah dan telah
mempergunakan kemampuannya untuk membantu kelancaran pekerjaan suami di
rumah. Biasanya para istri petani membantu pekerjaan suami di rumah seperti
membantu menjemur biji koko, kopi,membantu dalam produksi hasil pertanian
dan sebagainya, tetapi subjek penelitian yang megatakan ibu rumah tanggga telah
mempergunakan kemampuannya untuk membantu kelancaran pekerjaan suami di
rumah dengan pendapat buruk berpendapat bahwa para ibu/perempuan yang telah
bekerja di luar rumah tidak maksimal membantu pekerjaan suami dirumah
dikarenakan waktu, tenaga, yang telah habis digunakan bekerja di luar rumah
sehingga kinerjanya dalam membantu pekerjaan suami dirumah tidak maksimal.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7. Tanggapan mengenai peran ibu rumah tanggga didalam
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai ibu rumah tangga
Keterangan

Frekwensi

Persen

Sangat Buruk

1

2.6

Buruk

8

20.5

Biasa Saja

2

5.1

Baik

24

61.5

Sangat Baik

4

10.3

Jumlah

39

100

Sumber : Kuesioner 2013
Tabel di atas menunjukkan tanggapan subjek penelitian mengenai peran
ibu rumah tanggga didalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai ibu rumah
tangga, dari hasil penelitian diketahui bahwa subjek penelitian yang berpendapat
mengenai peran ibu rumah tanggga didalam menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai ibu rumah tangga dengan pendapat baik sebanyak 24 orang atau 61,5%,
kemudian buruk sebanyak 8 orang atau 20,5%, dan yang berpendapat sangat baik
sebanyak 4 orang atau 10,3 %, biasa saja 2 orang atau 5,1%, serta sangat buruk
sebanyak 1 orang atau 2,6%.
Tanggapan mengenai peran ibu rumah tanggga di dalam menjalankan
tugas dan fungsinya sebagai ibu rumah tangga seperti hasil wawancara dengan ibu
Sri Kamis (30 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Perannya yang pasti sebagai seorang ibu adalah mengurus rumah
tangga, mengurus anak-anak, sebagai seorang istri membantu pekerjaan suami di
rumah di luar rumah berladang menanam cabai, jagung dan sebagainya, semua
peran tersebut saya jalankan dengan baik”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Jariah (42
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

“Peran sebagai ibu dan istri saya jalankan dengan baik, semua pekerjaan
rumah tangga saya kerjakan dengan baik mulai dari memasak, mencuci pakaian,
mengurus anak, mengurus suami dan sebagainya. Di luar rumah saya membantu
bekerja dengan berladang menanam cabai, jagung, sayur mayur.”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Andira (42
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Peran saya sebagai seorang ibu sekaligus istri adalah mengurus rumah
tangga, mengurus anak-anak, membantu suami bekerja di ladang dengan
menanam cabai, sayuran, yang hasilnya bisa dipakai untuk kebutuhan seharihari, peran tersebut saya jalankan dengan baik setiap harinya”.
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Maryana (32
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Pastinya mengurus rumah tangga dulu yang di utamakan, mengurus
suami, mengurus anak, memasak, mencuci baju, karena itu adalah kewajiban
istri”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Juminten (35
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Pasti tugas dan fungsi saya sebagai ibu rumah tangga yang harus saya
utamakan, pekerjaan rumah nomor satu seperti mengurus rumah, mengurus
suami, mengurus anak, memasak, mencucu pakaian. Istri yang soleha harus
mengutamakan pekerjaanya sebagai ibu rumah tangga yang baik”

Narasumber yang mengatakan peran ibu rumah tanggga di dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dengan jawaban
buruk seperti hasil wawancara dengan Ibu Rahunah (39 tahun) mengatakan
tanggapannya sebagai berikut
“Jika seorang ibu/istri melakukan pekerjaan di luar rumah dari pagi hari
sampai dengan sore hari tentunya perannya sebagai seorang ibu/istri dalam
mengurus rumah tangga, mengurus suami, mengurus anak-anak akan terganggu,
da pasti tidak akan maksimal dalam mengurus rumah tangganya, oleh sebab itu
saya berpendapat bahwa istri/ibu yang bekerja di luar rumah dari pagi sampai
sore perannya pasti tidak maksimal dan akan buruk di dalam menjalankan tugas
dan fungsinya dengan baik.”

Universitas Sumatera Utara

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sri Rabu
Aradirie (36 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Jika ibu rumah tangga tersebut bekerja di luar rumah dari pagi sampai
sore hari tentu dalam menjalankan tugas dan fungsinya akan terganggu sehingga
perannya sebagai ibu rumah tangga akan buruk, tetapi jika ibu rumah tangga
tersebut bisa membagi dan menggunakan waktunya dengan baik sehingga tidak
bekerja seharian di luar rumah mungkin dalam menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai ibu rumah tangga akan bisa lebih baik.”
Berdasarkan hasil penelitian tersebut para perempuan/ibu rumah tangga
yang merupakan istri petani mayoritas berpendapat baik mengenai peran ibu
rumah tanggga didalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai ibu rumah
tangga. Hal ini menggambarkan bahwa para perempuan/ibu telah menjalankan
perannya dengan baik dan sesuai dengan tugas dan kewajibannya di rumah
tangga. Peran yang paling sentral adalah sebagai seorang istri yang melayani
kebutuhan suami, serta mengurus anak-anak, rumah, peran sebagai seorang istri
dan ibu bagi anak-anak tersebut telah dijalankan dengan baik dan sesuai dengan
tugas dan fungsinya sebagai seorang ibu rumah tangga.
Tabel 4.8. Tanggapan melihat aktivitas para perempuan di desa dalam
menjalankan perannya di dalam keluarga
Keterangan

Frekwensi

Persen

Sangat Buruk

1

2.6

Buruk

7

17.9

Biasa Saja

3

7.7

24

61.5

4

10.3

Baik
Sangat Baik
Jumlah

39

100

Sumber : Kuesioner 2013
Tabel di atas menunjukkan tanggapan subjek penelitian mengenai
tanggapan melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan perannya

Universitas Sumatera Utara

di dalam keluarga, dari hasil penelitian diketahui bahwa subjek penelitian yang
berpendapat melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan
perannya di dalam keluarga dengan pendapat baik sebanyak 24 orang atau 61,5%,
kemudian buruk sebanyak 7 orang atau 17,9%, dan yang berpendapat sangat baik
sebanyak 4 orang atau 10,3 %, biasa saja 3 orang atau 7,7%, serta sangat buruk
sebanyak 1 orang atau 2,6%.
Tanggapan melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan
perannya di dalam keluarga seperti hasil wawancara dengan ibu Apisah (50 tahun)
mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Peran di dalam keluarga yang pasti sebagai seorang ibu dan seorang istri,
sebagai seorang ibu saya bertanggung jawab terhadap anak-anak saya seperti
menjaga anak, menyediakan makanan, mencuci pakaian, dan sebagainya. Peran
sebagai istri saya menyiapkan kebutuhan suami sebelum berangkat ke sawah,
membantu pekerjaan suami di rumah, di luar rumah saya berladang menanam
cabai, sayuran, jagung untuk keperluan sehari-hari.”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Remiah (45
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
”Saya melihat peran yang dilakukan para perempuan/ibu rumah tangga
di dalam keluarga cukup baik karena mereka selalu mengutamakanpera sebagai
seorang ibu yang mengurus rumah tangga, mengurus suami dan anak-anak
sebelum melakukan pekerjaan sampingan seperti menganyam tikar, buruh tani,
berladang dan kegiatan lainnya.”

Berdasarkan hasil penelitian tersebut para perempuan/ibu rumah tangga
yang merupakan istri petani mayoritas berpendapat baik mengenai tanggapan
melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan perannya di dalam
keluarga. Hal ini menggambarkan bahwa para perempuan/ibu telah menjalankan
perannya dengan baik dan sesuai dengan tugas dan kewajibannya di rumah
tangga. Peran yang paling sentral adalah sebagai seorang istri yang melayani

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan suami, serta mengurus anak-anak, rumah, peran sebagai seorang istri
dan ibu bagi anak-anak tersebut telah dijalankan dengan baik dan sesuai dengan
tugas dan fungsinya sebagai seorang ibu rumah tangga.
Tabel 4.9. Tanggapan melihat aktivitas para perempuan di desa dalam
menjalankan perannya di dalam masyarakat
Keterangan

Frekwensi

Persen

Sangat Buruk

1

2.6

Buruk

4

10.3

Biasa Saja

4

10.3

25

64.1

5

12.8

Baik
Sangat Baik
Jumlah

39

100

Sumber : Kuesioner 2013
Tabel di atas menunjukkan tanggapan subjek penelitian mengenai
tanggapan melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan perannya
di dalam masyarakay, dari hasil penelitian diketahui bahwa subjek penelitian yang
berpendapat melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan
perannya di dalam masyarakay dengan pendapat baik sebanyak 25 orang atau
64,1%, kemudian biasa saja sebanyak 4 orang atau 10,3%, dan yang berpendapat
buruk sebanyak 4 orang atau 10,3 %, serta sangat buruk sebanyak 1 orang atau
2,6%.
Tanggapan melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan
perannya di dalam masyarakat seperti hasil wawancara dengan ibu Wahyu Lina
(37 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Perannya baik, hal ini dapat dilihat dari keaktifan para ibu-ibu dalam
pengajian, gorong-royong, kemudian jika diundang dalam saru acara gampong

Universitas Sumatera Utara

baik itu acara adat maupun acara dari pemerintahan gampong banyak yang
ikut.”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Jumiati (38
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Jika melakukan kegiatan yang positif pastinya bermanfaat, dan saya rasa
para ibu-ibu di desa Tempeng ini melakukan aktifitas yang positif jika berada di
luar rumah (bermasyarakat), hal ini dapat di lihat dari ikut serta dalam acara
gotong royong, pengajian, hari-hari keagamaan, dan sebagainya.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Mahmani (32
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Kalau di Desa kan kemasyarakatannya mash kuat, saling pedulinya
tinggi, cukup baik lah aktivitas yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga disini di
masyarakat, misalnya jika ada kemalangan ramai-ramai datang untuk membantu
menyumbang hasil panen, gotong royong, dan sebagainya.”

Hal berbeda dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sumaidah (39
tahun)

mengatakan aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan

perannya di dalam masyarakat tanggapannya sebagai berikut:
“Terkadang memang ada ibu-ibu di desa ini yang kurang baik dalam
bermasyarakat, hak ini memang dikarenakan tidak ada lagi waktu luang karena
bekerja seharian sehingga tidak bisa lagi hadir bersama-sama dengan ibu-ibu
yang lain jika ada acara di desa.”
Berdasarkan hasil penelitian tersebut para perempuan/ibu rumah tangga
yang merupakan istri petani mayoritas berpendapat baik mengenai tanggapan
melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan perannya di dalam
masyarkat. Hal ini menggambarkan bahwa para perempuan/ibu telah menjalankan
perannya dengan baik di masyarakat khususnya di Desa Tempeng Kecamatan
Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues. Peran yang paling sentral dalam
bermasyarakat adalah gotong royong, kepedulian sosial, adat istiadat, dan

Universitas Sumatera Utara

sebagainya dilakukan dengan baik oleh para perempuan/ibu di Desa Tempeng
Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues, dikarenakan kehidupan yang
dijalani selama ini adalah kehidupan petani yang erat kaitannya dengan gorong
royong, kepedulian sosial, adat istiadat secara sosiologis dan antropolgis tetap
melekat di kehidupan masyarakat petani khususnya istri petani di Desa Tempeng
Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues.
Tabel

4.10. Apakah adat istiadat di daerah ini melarang para
istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah?
Keterangan

Frekwensi

Persen

Ya, Melarang

13

33.3

Tidak, Melarang

26

66.7

Jumlah

39

100

Sumber : Kuesioner 2013
Tabel di atas menunjukkan apakah adat istiadat di Desa Tempeng
Kecamatan

Kutapanjang

Kabupaten

Gayo

Lues

melarang

para

istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah?, dari hasil
penelitian diketahui bahwa subjek penelitian yang menjawab apakah adat istiadat
di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues melarang para
istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah?, dengan jawaban
tidak, melarang sebanyak 26 orang atau 66,7%, kemudian yang menjawab apakah
adat istiadat di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues
melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah?,
dengan jawaban ya, melarang sebanyak 13 orang atau 33,3%

Universitas Sumatera Utara

Tanggapan

apakah

adat

istiadat

di

daerah

ini

melarang

par

istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah? seperti hasil
wawancara dengan ibu Ridah (43 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai
berikut:
“Tidak ada larangan adat di sini yang melarang kaum perempuan/ibu
rumah tangga untuk bekerja di luar rumah, selama melakukan pekerjaan yang
halal untuk membantu pekerjaan suami saya rasa hal tersebut wajar-wajar saja.”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Murhani (35
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Larangan kaum perempuan/ibu rumah tangga bekerja di luar rumah
tidak ada, selama bekerja halal, tidak melarang norma agama, sah-sah saja
bekerja di luar rumah bagi kaum perempuan/inu rumahtangga.”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Rahmah (33
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Bukan larangan adat istiadat yang melarang perempuan bekerja di luar
rumah, hanya saja mungkin bagi sebagian orang tidak wajr jika istri turut
bekerja sampai satu harian di luar rumah, seharusnya yang bekeja adalah
suami”.
Narasumber (Ibu Ratna Diana (37 tahun) yang mengatakan ada larangan
adat istiadat di daerah ini melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk
bekerja di luar rumah menyatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Kalau melihat kondisi sekarang ini mungkin larangan tersebut sudah
tidak berlaku lagi, karena kemampuan ekonomi yang terbatas jadi para istri turut
membantu bekerja di luar rumah untuk membantu perekonomian keluarga.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sarainah (39
tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Áda larangan dari para orang tua kita dulu, yang mengatakan istri/ibu
rumah tangga itu seharusnya dirumah mengurus rumah tangga, mengurus suami,

Universitas Sumatera Utara

anak, dan yang bekerja mencari nafkah di luar rumah adalah suami bukannya
istri.”
Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Riska
Andaiyani (33 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:
“Larangannya ada, tetapi sudah bergeser pemaknaanya, mungkin yang
idlarang adalah perempuan yang bekerja di luar rumah sehingga menimbulkan
fitnah, sehingga dilarang jika istri beraktifitas di luar rumah tanpa seijin suami
karena dapat menimbulkan fitnah.”
Berdasarkan hasil penelitian tersebut para perempuan/ibu rumah tangga
yang merupakan istri petani mayoritas berpendapat tidak ada larangan adat
istiadat bagi para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah di
Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues. Hal ini
menggambarkan bahwa tidak ada larangan adat bagi para perempuan/ibu rumah
tangga di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues untuk
bekerja di luar rumah. Sehingga banyak dari istri petani perempuan/ibu rmah
tangga melakukan pekerjaan di luar rumah setelah melakukan tugas dan
kewajibannya dalam rumah tangga seperti berjualan, menjadi buruh tani,
menganyam, dan pekerjaan lainnya yang menambah penghasilan untuk ekonomi
keluarga, sementara itu ada juga subjek penelitian yang mengatakan ada larangan
adat istiadat di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gato Lues
bagi para istri/perempuan/ibu rumahtangga untuk bekerja di luar rumah, larangan
adat istiadat tersebut sudah lama bergeser dan mulai ditinggalkan masyarkat
petani di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gato Lues, hal ini
dikarenakan kesulitan ekonomi rumahtangga dan niat para istri/perempuan/ibu
rumah tangga untuk membantu perekonomian keluarga serta meringankan
pekerjaan suami mencari nafkah, ada juga dikarenakan para perempuan/ibu rumah
tangga ini bosan jika harus berada di rumah terus, dan kesetaraan gender yang

Universitas Sumatera Utara

mereka inginkan bahwa perempuan juga bisa bekerja mencari nafkah membantu
suami.
Tabel 4.11. Kegiatan yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di dalam
rumah
Keterangan
Mengurus rumah
tangga (menjaga
anak, memasak,
mencuci, dsb)
Jumlah

Frekwensi

Persen

39

100.0

39

100

Sumber : Kuesioner 2013
Tabel di atas menunjukkan Kegiatan yang dilakukan para istri/ibu rumah
tangga di dalam rumah, dari hasil penelitian di ketahui bahwa pekerjaan yang
paling banyak dan dilakukan secara berulang-ulang oleh para istri/ibu rumah
tangga di dalam rumah adalah mengurus rumah tangga (menjaga anak, memasak.
Mencuci, dan sebagainya) hal ini terlihat jelas dari jawaban-jawaban narasumber
penelitian. Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan wajib bagi para istri/ibu
rumah tangga yang harus dilakukan di dalam rumah, jadi jika para istri/ibu rumah
tangga akan melakukan aktifitas di luar rumah mereka harus menyelesaikan
pekerjaan rumah tangganya terlebih dahulu baru beraktifitas di luar rumah.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.12. Kegiatan/aktifitas yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di
luar rumah
Jenis Kegiatan

Frekwensi

Persen

Bersawah/Berladang

16

41,0

Buruh Tani

3

7,7

Pengajian

7

17,9

Berjualan

3

7,7

Kegiatan adat

4

10,3

Kegiatan sosial/gotong
royong

4

10,3

Kegiatan lainnya

2

5,1

39

100

Sumber : Kuesioner 2013
Tabel di atas menunjukkan kegiatan/aktifitas yang dilakukan para istri/ibu
rumah tangga di luar rumah, berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa
kegiatan /aktifitas yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di luar rumah yang
paling banyak dilakukan adalah bersawah/berladang sebanyak 16 orang atau 41,0
%, kemudian pengajian sebanyak 7 orang atau 17,9 %, kemudian kegiatan adat
sebanyak 4 orang atau 10,3 %, kegiatan sosial/gotong royong sebanyak 4 orang
atau 10,3 %, kemudian buruh tani sebanyak 3 orang atau 7,7 %, kemudian
kegiatan berjualan sebanyak 3 orang atau 7,7 %, kemudian kegiatan lainnya 2
orang atau 5,1% seperti menganyam tikar dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitian kegiatan/aktifitas yang dilakukan para
istri/ibu rumah tangga di luar rumah tersebut adalah aktifitas/kegiatan sehari-hari
yang rutin dilakukan para istri/ibu rumah tangga di Desa Tempeng Kecamatan
Kutapanjang Keabupaten Gayo Lues, kegiatan/aktifitas yang dilakukan para

Universitas Sumatera Utara

istri/ibu rumah tangga di luar rumah tersebut biasanya dilakuka setelah para
istri/ibu rumah tangga telah selesai melakakn tugas dan fungsinya sebagai istri/ibu
rumah tangga di dalam keluarga seperti melakukan pekerjaa rumah (memasak
makanan untuk suami dan anak-anak, membereskan rumah, mencuci pakaian,
mengurus keperluan suami sebelum berangkat kerja, mengurus keperluan anak
sebelum berangkat sekolah, dan kegiatan lainnya yang berhubunga dengan
pekerjaan rumah).
Kegiatan/aktifitas yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di luar
rumah yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga tersebut umumnya telah
mendapatkan ijin

dari suami sebagai kepala rumah tangga,

biasanya

kegiatan/aktifitas yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di luar rumah yang
berhubungan dengan perekonomian keluarga seperti berjualan, buruh tani,
berladang/bersawah dilakukan para istri/ibu rumah tangga sebagai bentuk peran
gendernya dalam membantu suami mencari nafkah. Sedangkan kegiatan-kegiatan
lain seperti pengajian, kegiatan sosial.gotong royong merupakan bentuk dari
aktifitas masyarakat setempat yang lekat dengan adat istiadat serta agama, dalam
menjalankan kegiatan/aktifitas yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di luar
rumah para istri/ibu rumah tangga tetap menjalankan kegiatan lainnya di dalam
masyarakat dan keluarga misalnya seperti ikut gotong royong, mengikuti kegiatan
adat, jika di dalam keluarga para istri/ibu rumah tangga menjalankan tugas dan
fungsinya dengan baik sehingga peran sebagai istri/ibu rumah tangga tetap
berjalan dengan semestinya.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.13. Pendapatan suami selama satu bulan
Pendapatan suami/bulan

Frekwensi

Persen