Faktor Penyebab Kelelahan Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelelahan Kerja
2.1.1 Definisi Kelelahan Kerja
Menurut Suma’mur (2009), kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik
dan mental yang berbeda tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan
berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu
kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot ditandai antara lain oleh tremor
atau rasa nyeri yang terdapat pada otot. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya
kemauan untuk bekerja yang penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral atau
kondisi psikis-psikologis. Akar masalah kelelahan umum adalah monotonnya
pekerjaan, intensitas dan lamanya kerja mental serta fisik yang tidak sejalan dengan
kehendak tenaga kerja yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari
estimasi semula, tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan
konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja.
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar
dari kerusakan yang lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan Saraf terdapat sistim
aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan
biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda pada setiap individu tetapi

semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja
serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2015).

7
Universitas Sumatera Utara

8

Menurut Mississauga yang dikutip oleh (Adelina,2014) Kelelahan adalah
proses yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja
sebagai akibat dari aktivitas kerja.Menurut WSHCouncil yang dikutip oleh
(Adelina,2014) Kelelahan adalah suatu keadaan ketika seseorang merasa lelah
secara fisik dan/atau mental, yang dapat disebabkan oleh :
1.

Jam kerja yang panjang tanpa intervensi istirahat/periode penyembuhan

2.

Aktivitas fisik yang kuat dan berkelanjutan


3.

Usaha mental yang kuat dan berkelanjutan

4.

Bekerja selama beberapa atau semua waktu alami untuk tidur (sebagai akibat
dari shift atau bekerja untuk waktu yang panjang)

5.

Tidur dan istirahat yang kurang cukup
Kelelahan kerja termasuk suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan

adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan atau
kebosanan. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output menurun,
dan kondisi fisiologis yang dihasilkan dari aktivitas yang berlebihan.Kelelahan
akibat kerja juga sering kali diartikan sebagai menurunnya performa kerja dan
berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang

harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2008).
Definisi kelelahan yang dikemukakan oleh banyak ahli sangat beragam, namun
dapat disimpulkan bahwa kelelahan merupakan kondisi fisiolgis tubuh yang
menunjukan penurunan daya kerja yang akhirnya dapat memengaruhi produktifitas.

Universitas Sumatera Utara

9

2.1.2

Jenis-jenis Kelelahan

Ada beberapa pendapat mengenai tipe kelelahan akibat kerja. Menurut Muchinsky
yang dikutip oleh ( Putri,2008), menyatakan ada empat tipe kelelahan yakni:
1.

Kelelahan otot (muscular fatigue), disebabkan oleh aktivitas yang
membutuhkan tenaga fisik yang banyak dan berlangsung lama. Tipe ini
berhubungan dengan perubahan biokimia tubuh dan dirasakan individu dalam

bentuk sakit yang akut pada otot. Kelelahan ini dapat dikurangi dengan
mendesain prosedur kerja baru yang melindungi individu dari pekerjaan yang
terlalu berat, misalnya dengan mendesain ulang peralatan atau penemuan alatalat baru serta melakukan sikap kerja yang lebih efisien.

2.

Kelelahan mental (mental fatigue), berhubungan dengan aktivitas kerja yang
monoton. Kelelahan ini dapat membuat individu kehilangan kendali akan pikiran
dan perasaan, individu menjadi kurang ramah dalam berinteraksi dengan orang
lain, pikiran dan perasaan yang seharusnya ditekan karena dapat menimbulkan
konflik dengan individu lain menjadi lebih mudah diungkapkan. Kelelahan ini
diatasi dengan mendesain ulang pekerjaan sehingga membuat karyawan lebih
bersemangat dan tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan.

3.

Kelelahan emosional (emotional fatigue), dihasilkan dari stres yang hebat dan
umumnya ditandai dengan kebosanan. Kelelahan ini berasal dari faktor-faktor luar
di tempat kerja, perusahaan dapat mengatasi kelelahan ini dengan memberikan
pelayanan konseling bagi karyawan agar kelelahan emosional yang dirasakan

karyawan dapat teratasi dan performansi kerja karyawan meningkat.

Universitas Sumatera Utara

10

4.

Kelelahan ketrampilan (skills fatigue), berhubungan dengan menurunnya perhatian
pada tugas-tugas tertentu seperti tugas pilot atau pengontrol lalu lintas udara. Pada
kelelahan tipe ini standar akurasi dan penampilan kerja menurun secara progresif.
Penurunan ini diperkirakan menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan mobil
dan pesawat terbang, sehingga karyawan harus selalu diawasi dan diupayakan agar
terhindar dari kelelahan ini dengan pemberian waktu istirahat yang cukup
Menurut Soetomo yang dikutip oleh (Adiningsari,2009) mengklasifikasikan

kelelahan berdasarkan faktor penyebabnya, diantaranya:
1. Kelelahan Fisik (physical/muscular fatigue)
Kelelahan fisik disebabkan oleh kelemahan pada otot. Suplai darah yang
mencukupi dan aliran darah ke otot sangat penting, dikarenakan menentukan

kemampuan metabolisme dan memungkinkan kontraksi otot tetap berjalan.
Kontraksi otot yang kuat mengakibatkan tekanan pada otot dan dapat
menghentikan aliran darah. Sehingga kontraksi maksimal hanya dapat
berlangsung beberapa detik. Gangguan pada alirandarah dapat menyebabkan
kelelahan otot yang berakibat otot tidak dapat berkontraksi, meskipun
rangsangan syaraf motorik masih berjalan.
2. Kelelahan Psikologi
Kelelahan psikologi berkaitan dengan depresi, gugup, dan kondisi psikologi
lainya. Kelelahan jenis ini diperburuk dengan adanya stress.
3. Kelelahan Mental (Mental Fatigue)
Kelelahan mental disebabkan karena faktor psikis. Pekerja memiliki persoalan
kejiwaan yang belum terselesaikan dan menyebabkan stress psikis.

Universitas Sumatera Utara

11

4. Kelelahan Keterampilan (Skill Fatigue)
Kelelahan ini terjadi karena adanya tugas-tugas yang memerlukan ketelitian
dan penyelesaian permasalahan cukup sulit.

Menurut Silaban yang dikutip oleh (Putri.2009) menerangkan mengenai jenisjenis kelelahan bahwa klasifikasi atau jenis kelelahan terbagi 3 yaitu, proses
dalam otot, waktu terjadi kelelahan dan penyebabnya yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan waktu kejadian
a. Kelelahan akut
Kelelahan akut terjadi pada aktifitas tubuh terutama yang banyak menggunakan
otot. Hal ini disebabkan karena suatu organ atau seluruh tubuh bekerja secara
terus menerus dan berlebihan. Kelelahan dengan jenis ini dapat hilang dengan
beristirahat cukup dan menghilangkan gangguan-gangguannya.
b. Kelelahan kronis
Kelelahan kronis sebenarnya adalah kelelahan akut yang bertumpuktumpuk. Hal ini disebabkan oleh adanya tugas terus-menerus tanpa
penggaturan jarak tugas yang baik dan teratur. Menurut Grandjean dalam
bukunya yang berjudul Fitting The Task to The Human, kelelahan kronis
berlangsung setiap hari dan berkepanjangan, dan bahkan telah terjadi
sebelum memulai suatu pekerjaan. Kelelahan yang diperoleh dari tugastugas terdahulu belum hilang dan disusul lagi dengan tugas berikutnya.
Kondisi ini terjadi secara berulang-ulang. Dengan beristirahat biasa belum
bisa menghilangkan kelelahan jenis kronis ini. Pekerja yang mengalami
kelelahan kronis ini sudah merasa lelah sebelum memulai pekerjaan,

Universitas Sumatera Utara


12

ketika bangun tidur perasaan lelah masih ada. Jika kondisi ini dibiarkan
maka dapat membahayakan tugas yang sedang dilakukanya atau dalam
jangka waktu panjang dapat menyebabkan kecelakaan.
2. Berdasarkan proses dalam otot
a. Kelelahan otot
Kelahan otot yaitu menurunya kinerja setelah mengalami stress tertentu
yang ditandai dengan menurunya kekuatan dan kelambatan gerak.
b. Kelelahan umum
Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya keinginan untuk
bekerja yang disebabkan oleh persyarafan ataupun psikis. Kelelahan
umum ialah suatu perasaan yang menyebar dan disertai dengan
penurunan kesiagaan dan kelambatan pada setiap aktivitas. Kelelahan
umum pada dasarnya adalah gejala penyakit dan erat hubungannya
dengan faktor psikologis seperti penurunan motivasi, dan kejenuhan
yang mengakibatkan menurunya kapsitas kerja seseorang. Kelelahan
umum dicirikan dengan menurunnya perasaan ingin bekerja.
Kelelahan umum disebut juga kelelahan fisik dan juga kelelahan
syaraf.

3. Berdasarkan penyebabnya
a. Kelelahan fisiologis yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat)
dalam darah dan faktor psikologis yaitu konflik yang menyebabkan stress
emosional yang berkepanjangan.

Universitas Sumatera Utara

13

b. Kelelahan fisik (kelelahan karena kerja fisik); kelelahan patologis
(kelelahan yang ada hubunganya dengan penyakit); dan kelelahan
psikologis yang diatandai dengan menurunya prestasi kerja, rasa lelah dan
ada hubunganya dengan faktor psikososial.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kelelahan
Beberapa faktor individu yang dapat mempengaruhi kelelahan yang dikutip
oleh (Adelina, 2014) yaitu :
1. Faktor Internal
a. Usia
Subjek


yang berusia lebih muda mempunyai

kekuatan

fisik

dan

cadangan tenaga lebih besar daripada yang berusia tua. Akan tetapi pada
subjek yang lebih tua lebih mudah melalui hambatan (Setyawati,
2010).Tenaga kerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita
kelelahan dibandingkan tenaga kerja yang relatif lebih muda (Oentoro,
2004).
b. Jenis kelamin
Ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga

kerja wanita relatif kurang

dibanding pria. Secara biologis wanita mengalami siklus haid, kehamilan
dan menopause dan secara social wanita berkedudukan sebagai ibu rumah

tangga (Suma’mur, 2009).
c. Psikis
Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis sangat mudah
mengalami suatu bentuk kelelahan kronis. Salah satu penyebab dari reaksi

Universitas Sumatera Utara

14

psikologis adalah pekerjaan yang monoton yaitu suatu kerja yang
berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu dan
dalam jangka waktu

yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu

produksi yang besar (Budiono, 2003)
d. Kesehatan
Kesehatan dapat mempengaruhi kelelahan kerja yang dapat dilihat
dari riwayat penyakit yang diderita. Beberapa penyakit yang dapat
mempengaruhi kelelahan, yaitu (Suma’mur, 2009):
a) Penyakit Jantung
b) Penyakit Gangguan Ginjal
c) Penyakit Asma
d) Tekanan darah rendah
e) Hipertensi
e. Status pernikahan
Pekerja yang sudah berkeluarga dituntut untuk memenuhi tanggung jawab
tidak hanya dalam hal pekerjaan melainkan juga dalam hal urusan rumah
tangga sehingga resiko mengalami kelelahan kerja juga akan bertambah
(Inta, 2012).
f. Sikap kerja
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja
akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja. Semua sikap
tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau
barang yang melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan. Penggunaan

Universitas Sumatera Utara

15

meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran
tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak
akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan menyebabkan
kelelahan (Budiono, 2003)
g. Status Gizi
Kesehatan

dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi

seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan
tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut
diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih
beratnya pekerjaan (Suma’mur, 2009).Menurut hasil riset Oentoro (2004)
menunjukkan bahwa secara klinis

terdapat hubungan antara status gizi

seseorang dengan performa tubuh secara keseluruhan, orang yang berada
dalam kondisi gizi yang kurang baik dalam arti intakemakanan dalam tubuh
kurang maupun berlebih dari normal maka akan lebih mudah mengalami
kelelahan kerja.Status gizi bisa dihitung salah satunya dengan menghitung
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus:
IMT = Berat badan (kg)
(Tinggi badan)²(m)²

Tabel 2.1 Status Gizi
IMT
30

Kategori
Berat badan kurang
Berat badan normal
Kelebihan berat badan
Beresiko menjadi obesitas
Obesitas I
Obesitas II

Sumber: Centre for Obesity Research and Education, 2007

Universitas Sumatera Utara

16

2. Faktor Eksternal
a. Masa kerja
Seseorang yang bekerja dengan masa kerja yang lama lebih banyak
memiliki pengalaman dibandingkan dengan yang bekerja dengan masa
kerja yang tidak terlalu lama. Orang yang bekerja lama sudah terbiasa
dengan pekerjaan yang dilakukannya sehingga tidak menimbulkan kelelahan
kerja bagi dirinya (Setyawati, 2010).
b. Beban kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud
fisik, mental atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri
dalam hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka ada yang lebih
cocok untuk beban fisik, mental ataupun sosial (Suma’mur, 2009). Bahkan
banyak juga dijumpai kasus kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai
akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan (Budiono dkk, 2003).
c. Shift kerja
Salah satu penyebab kelelahan adalah kekurangan waktu tidur dan terjadi
gangguan pada cyrcardian rhythms akibat jet lag atau shift work. Cyrcardian
rhythms berfungsi dalam mengatur tidur, kesiapan untuk bekerja, proses
otonom dan vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak
jantung dan tekanan darah. Fungsi tersebut dinamakan siklus harian
yang teratur (Setyawati, 2010).
Cyrcardian rhythms dalam fungsi normal mengatur siklus biologi irama
tidur-bangun dimana 1/3 waktu untuk

tidur

dan

2/3

waktu untuk

Universitas Sumatera Utara

17

bangun atau aktivitas. Cyrcardia rhythms dapat terganggu apabila
mengalami pergeseran.
a) Sementara (acute shift work, jet lag)
b) Menetap (shiftworker) jika irama tidur cyrcardian terganggu akan
terjadi perubahan pemendekan waktu tidur dan perubahan fase REM
(Rosati, 2011).
Tubuh manusia yang seharusnya istirahat, tetapi karena diharuskan bekerja
maka keadaan ini akan memberikan beban tersendiri dalam mempengaruhi
kesiagaan seorang pekerja yang dapat berkembang menjadi kelelahan karena
pada malam hari semua fungsi tubuh akan menurun dan timbul rasa kantuk
sehingga kelelahan relatif besar pada pekerja malam (Wijaya, 2005).
d. Penerangan
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek yang
dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak diperlukan.
Lebih

dari

itu,

penerangan

yang

memadai

memberikan

kesan

pemandangan yang lebih baik dan keadaan linkungan yang menyegarkan
(Suma’mur, 2009). Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan
kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja, keluhan
pegal di daerah mata dan sakit kepala, kerusakan indera mata, kelelahan
mental dan menimbulkan terjadinya kecelakaan (Budiono dkk, 2003).
e. Kebisingan
Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada
tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak

Universitas Sumatera Utara

18

alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan
pada saraf otonom yang ditandai

dengan

bertambahnya metabolisme,

bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan (Setiarto, 2002).
f. Iklim kerja
Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan kaku dan kurangnya
koordinasi

sistem

tubuh, sedangkan

suhu

yang terlalu tinggi

akan

menyebabkan kelelahan akibat menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung
dan tekanan darah meningkat, aktivitas organ-organ pencernaan menurun,
suhu tubuh meningkat dan produksi keringat meningkat (Inta, 2012).
2.1.4 Gejala-Gejala Kelelahan Kerja
Suma’mur (2009), mengemukakan bahwa gejala atau perasaan atau tanda
yang ada hubunganya dengan kelelahan adalah:
1.Perasaan berat dikepala
2.Menjadi lelah diseluruh badan
3.Kaki meras berat
4.Menguap
5.Merasa kacau pikiran
6.Mengantuk
7.Merasa berat pada mata
8.Kaku dan canggung dalam gerakan
9.Tidak seimbang dalam berdiri
10.Mau berbaring
11.Merasa susah berfikir
12.Lelah bicara
13.Gugup
14.Tidak dapat berkonsentrasi
15.Tidak dapat memfokuskan perhatian
terhadap sesuatu

16.Cendrung untuk lupa
17.Kurang kepercayaan diri
18.Cemas terhadap sesuatu
19.Tidak dapat mengontrol sikap
20.Tidak dapat tekun dalam melakukan
pekerjaan
21.Sakit kepala
22.Kekakuan dibahu
23.Merasa nyeri dipunggung
24.Merasa pernafasan tertekan
25.Merasa haus
26.Suara serak
27.Pusing
28.Spasme kelopak mata
29.Tremor pada anggota badan
30.Merasa kurang sehat.

Gejala perasaan atau tanda 1-10 menunjukan melemahnya kegiatan, 11-20
menunjukan melemahnya motivasi, dan 20-30 menunjukan kelelahan fisik sebagai
akibat dari keadaan umum yang melelahkan (Suma’mur, 2009).

Universitas Sumatera Utara

19

Seseorang yang mengalami kelelahan akan menunjukan tanda-tanda sperti: sakit
kepala (pusing), melamun, kurang konsentrasi, penglihatan kabur, susah menjaga mata
agar tetap terbuka, konstan menguap bahkan tertidur saat bekerja, mudah tersinggung,
jangka waktu menyimpan memori (ingatan) singkat, motivasi rendah, halusinasi,
gangguan dalam mengambil keputusan dan penilaian, memperlambat refleks dan
tanggapan, fungsi sistem kekebalan tubuh berkurang, frekuensi melakukan salah
meningkat (Australian Safety and Compentation Counsil, 2006).
Kelelahan merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
suatu keadaan yang dialami oleh seseorang yang ditandai dengan berbagai gejala
seperti, lemah, lesu, jenuh, menurunya perhatian konsentrasi berkurang, dan
sebaginya (Grandjean, 1985 dalam Adiningsari, 2009)
1.

Gejala kelelahan otot: antara stimulus dengan kontraksi awal jaraknya sangat
lama. Kontraksi dan relaksasi melamban.

2.

Gejala Kelelahan umum: perasaan subjektif lelah, mengantuk, pusing tidak
suka bekerja, pikiran loyo/lamban, berkurangnya kewaspadaan, persepsi
lamban, ketidakinginan untuk bekerja, performa menurun baik pekerjaan fisik
maupun mental.

3.

Kelelahan kronis menunjukan gejala: sakit kepala, menggigil, kehilangan
waktu tidur, irregular heart rate, tiba-tiba berkeringat, kehilangan nafsu
makan, permasalahan pencernaan.

2.1.5 Proses Terjadinya Kelelahan
Kelelahan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran
yaitu korteks serebri yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik yaitu sistem

Universitas Sumatera Utara

20

penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat
dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan
menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Sistem penggerak terdapat dalam
formation retikularis yang dapat merangsang peralatan dalam tubuh ke arah bekerja,
berkelahi, melarikan diri dan sebagainya.
Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja
diantara dua sistem antagonis dimaksud. Apabila sistem penghambat lebih kuat,
seseorang dalam keadaan lelah. Sebaliknya manakala sistem aktivasi lebih kuat,
seseorang dalam keadaan segar untuk bekerja. Konsep ini dapat dipakai dalam
menjelaskan peristiwa-peristiwa yang sebelumnya tidak jelas. Misalnya peristiwa
seseorang dalam keadaan lelah, tiba-tiba kelelahan hilang oleh karena terjadi
peristiwa yang tidak diduga sebelumnya atau terjadi

tegangan emosi. Dalam

keadaan ini, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan dapat mengatasi sistem
penghambat. Demikian pula peristiwa monotoni, kelelahan terjadi oleh karena
hambatan dari sistem penghambat, walaupun beban kerja tidak begitu berat.
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat, terdapat
sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadangkadang salah satunya lebih dominan sesuai dengan keperluan. Sistem aktivasi
bersifat simpatis, sedangkan inhibisi bersifat parasimpatis. Agar tenaga kerja
berada dalam keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut harus berada
pada kondisi yang memberikan stabilitasi kepada tubuh (Suma’mur, 2009).

Universitas Sumatera Utara

21

2.1.6 Akibat Kelelahan Kerja
Efek dari kelelahan pada kesehatan dan prestasi kerja dapat bersifat jangka
pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendek pada individu

mencakup

pekerjaan terganggu kinerja, seperti mengurangi kemampuan untuk:
1.

Berkonsentrasi dan menghindari gangguan

2.

Berpikir lateral dan analitis

3.

Membuat keputusan

4.

Mengingat dan mengingat peristiwa-peristiwa dan urutan mereka

5.

Memelihara kewaspadaan

6.

Kontrol emosi

7.

Menghargai situasi yang kompleks

8.

Mengenali risiko

9.

Mengkoordinasikan gerakan tangan-mata, dan

10. Berkomunikasi secara efektif.
Kelelahan juga dapat meningkatkan kesalahan, membuat waktu reaksi menjadi
lambat, meningkatkan kemungkinan kecelakan dan cedera serta dapat menyebabkan
mikro-tidur. Efek jangka panjang pada kesehatan yang berkaitan dengan shift dan
kurang tidur kronik mungkin termasuk (Work Safe Victoria, 2008):
1.

Penyakit jantung

2.

Diabetes

3.

Tekanan darah tinggi

4.

Gangguan pencernaan

5.

Depresi dan

6.

Kecemasan

Universitas Sumatera Utara

22

2.1.7 Cara Mengatasi Kelelahan
Untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat
faktor kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar (Budiono, 2003) :
1.

Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk

2.

Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif

3.

Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi standar
ergonomi

4.

Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga kerja

5.

Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi
tenaga kerja

6.

Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik

7.

Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan manusiawi
dan fleksibilitas yang tinggi.
Menurut Tarwaka dkk (2015) upaya agar tingkat produktivitas kerja

tetap baik atau bahkan meningkat, salah satu faktor pentingnya adalah pencegahan
terhadap kelelahan kerja.
Cara mengatasi kelelahan kerja :
1.

Sesuai kapasitas kerja fisik

2.

Sesuai kapasitas kerja mental

3.

Redesain stasiun kerja ergonomis

4.

Sikap kerja alamiah

5.

Kerja lebih dinamis

6.

Kerja lebih bervariasi

Universitas Sumatera Utara

23

7.

Redesain lingkungan kerja

8.

Reorganisasi kerja

9.

Kebutuhan kalori seimbang

10. Istirahat setiap 2 jam
2.1.8 Pengukuran Kelelahan
Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara
langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya
hanya berupa indiktor yang menunjukan kelelahan akibat kerja (Tarwaka, 2015)
1.

Uji Performa Mental
Uji performa mental meliputi:
a. Masalah aritmatika.
b. Uji konsentrasi (crossing-out tes).
c. Uji estimasi (dengan uji estimasi interfal waktu).
d. Uji memori atau ingatan.
Pada uji ini seseorang dipacu untuk menentukan dan mengeluarkan
tanda-tanda kelelahan. Faktor lain yang berpengaruh adalah pelatihan dan
pengalaman. Apabila uji ini terus dilakukan maka gejala kelelahan akan
muncul dengan sendirinya (Grandjean, 1997 dalam Andiningsari, 2009)

2. Uji Schneider
Dalam penelitiannya dokter Soetomo, (1981) beliau memaparkan bahwa
dalam melakukan uji ini harus mempertimbangkan 6 hal:
a.

Frekuensi nadi dalam sikap berbaring

b.

Frekuensi nadi dalam sikap berdiri

Universitas Sumatera Utara

24

c.

kenaikan antara Frekunsi nadi saat berdiri dan saat berbaring

d.

Kenaikan nadi setelah suatu kerja tertentu

e.

Waktu yang diperlukan nadi untuk kembali normal setelah melakukan
kerja tersebut

f.

Perubahan tekanan sistol pada saat berbaring dan berdiri
Keenam variabel diatas kemudian diberi nilai bekisar +3 dan -3 yang
kemudian diklasifikasikan sebagai berikut:
Nilai 100 %
Sumber : Tarwaka, 2010

Klasifikasi
Tidak terjadi kelelahan
Diperlukan perbaikan
Kerja dalam waktu singkat
Diperlukan tindakan segera
Tidak diperbolehkan beraktivitas

2.2 Perawat
2.2.1 Definisi Perawat
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berada di rumah sakit dimana
jumlah maupun keberadaanya dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien dan mempunyai hubungan langsung dengan pasien (Praptiningsih, 2006).
2.2.2

Peran dan Fungsi perawat

1. Peran Perawat
Peran perawat yaitu merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang
pasien dari seorang perawat sesuai dengan kedudukan dan sistem,
dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat
maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat menetap.
Menurut Wahit Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin (2009) ada beberapa peran
perawat yang terdiri dari:
a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.

Universitas Sumatera Utara

29

b. Peran sebagai advokat pasien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya
dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Juga dapat
berperan

mempertahankan

dan

melindungi hak-hak

pasien

yang

meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya dan hak atas privasi.
c. Peran edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan
pengetahuan kesehatan tentang, gejala penyakit, bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah
dilakukan

pendidikan

kesehatan. Peran

ini

dilaksanakan

dengan

mengarahkan, merencanakan serta mengorganisir pelayanan kesehatan
dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah
serta sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Peran koordinator
Peran

ini

dilaksanakan

dengan

mengarahkan,

merencanakan

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan, sehingga

dan

pemberi

pelayanan kesehatan terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien atau pasien.
e. Peran kolaborator
Peran perawat dalam hal ini dilakukan karena perawat bekerja sama
dengan tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterpis, ahli gizi dan

Universitas Sumatera Utara

30

lain-lain dengan berupaya

mengidentifikasi

pelayanan

keperawatan

yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Peran konsultan
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan

pasien

terhadap

informasi

tentang

tujuan

pelayanan

keperawatan yang diberikan.
g. Peran pembaharu
Peran ini dapat dilakukan dengan

mengadakan

perencanaan, kerja

sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.
2. Fungsi Perawat
Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya.
Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam
menjalankan perannya, perawat akan menjalankan berbagai fungsi diantaranya:
a. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan
kebutuhan oksigenasi,pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan
kebutuhan nutrisi,pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan

Universitas Sumatera Utara

31

kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai,
pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
b. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan
atau isntruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan
tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis
kepada perawat umum,atau dari perawat primer ke parawat pelaksana.
c. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan diantara satu tim dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi
apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian
pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat
diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun
lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja
sama dengan perawat dalam memantau reaksi obat yang telah
diberikan.(Helmida,2014).

2.3. Rumah Sakit Jiwa
2.3.1 Definisi Rumah Sakit Jiwa
Pengertian Rumah Sakit menurut surat keputusan menteri kesehatan Republik
Indonesia No. 031/Birhub/1972 tentang renefal adalah :
”Suatu komplek atau rumah atau ruangan yang dipergunakan untuk menampung
dan merawat orang sakit; kamar-kamar orang sakit yang berada dalam suatu
perumahan khusus, seperti Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus” .

Universitas Sumatera Utara

32

Rumah Sakit Jiwa termasuk kedalam Rumah Sakit Khusus (kelas E), karena
melayani pasien yang menderita penyakit yang lebih dikhususkan, seperti
penyakit jiwa, penyakit jantung, penyakit mata dan lainnya.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992 Pelayanan
Rumah Sakit Umum Pemerintah Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah
diklasifikasikan menjadi kelas/tipe A,B,C,D dan E (Azwar,1996):
Rumah sakit kelas E merupakan rumah sakit khusus (Special Hospital) yang
menyelenggaraan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini banyak
tipe E yang didirikan pemerintah, misal Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Kusta,
Rumah Sakit Paru-paru, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Ibu dan Anak.
2.3.2 Spesifikasi Rumah Sakit Jiwa
Perbedaan antara Rumah Sakit Jiwa dengan Rumah Sakit Umum ialah:
1.

Pasien terdiri dari orang yang berperilaku abnormal walau fisiknya dalam
keadaan sehat.

2.

Terdapat tiga tahap penyembuhan yaitu pengobatan melalui fisik, jiwa, dan
sosialnya.

3.

Dibutuhkan ruang-ruang bersama (lebih cenderung merupakan bangsal) baik
untuk perawat maupun untuk bersosialisasi.

4.

Dibutuhkan ruang untuk terapi dan rehabilitasi yang dilakukan dalam
ruangan.

5.

Tanah yang luas untuk menyediakan lahan bagi terapi kerja lapangan seperti
pertanian, perkebunan dan terapi lainnya yang berada di luar ruangan.

Universitas Sumatera Utara

33

2.3.3 Fungsi dan Tujuan Rumah Sakit Jiwa
Fungsi Rumah Sakit jiwa berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.
135/Men.Kes/SK/IV/78 tentang susunan organisasi dan tata kerja rumah sakit
jiwa adalah:
1.

Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan jiwa pencegahan

2.

Melaksanakan usaha kesehatan jiwa pemulihan

3.

Melaksanakan usaha kesehatan jiwa rehabilitasi

4.

Melaksanakan usaha kesehatan jiwa kemasyarakatan

5.

Melaksanakan sistem rujukan (sistem Renefal)
Sedangkan tujuan dari Rumah Sakit Jiwa:

1.

Mencegah terjadinya gangguan jiwa pada masyarakat (promosi prefentif)

2.

Menyembuhkan penderita gangguan jiwa dengan usaha-usaha penyembuhan
optimal

3.

Rehabilitasi di bidang kesehatan jiwa

2.3.4 Klasifikasi Rumah Sakit Jiwa
Rumah sakit jiwa dibagi dalam 3 klasifikasi :
1.

Rumah Sakit jiwa kelas A, adalah rumah sakit jiwa yang mmpunyai
spesifikasi luas dalam bidang kesehatan jiwa, serta dipergunakan untuk
tempat pendidikan kesehatan jiwa intramular dan ekstramular

2.

Rumah Sakiit Jiwa kelas B, adalah rumah sakit jiwa yang belum mempunyai
spesifikasi luas, tetapi melaksanakan kesehatan jiwa intramular dan ekstramular.

3.

Rumah Sakit Jiwa Kelas C adalah Rumah Sakit Jiwa yang hanya memberikan
pelayanan.

Universitas Sumatera Utara

34

2.3.5 Lingkup Pelayanan Rumah Sakit Jiwa
Secara garis besar dibedakan menjadi 4 kegiatan, yaitu :
1.

Kegiatan pelayanan medis, terdiri dari pencegahan, pengobatan dan
perawatan serta rehabilitasi (pembinaan)

2.

Pendidikan dan Latihan, usaha untuk meningkatkan kualitas rumah sakit

3.

Kegiatan Penelitian dan Pengembangan, usaha untuk menemukan faktor
penyebab gangguan jiwa sedini mungkin.

4.

Informasi dan rujukan
Berdasarkan bentuk pelayanannya:

1.

Intramular (pelayanan dalam rumah sakit)
a. memberikan pelayanan perawatan kesehatan dan pengobatan
b. memberika pembinaan
c. melayani pengawasan penyakuran kembali ke lingkungan masyarakat

2.

Ekstramular (pelayanan keluar) kerjasama dengan pihak luar
a. memberi penuluhan
b. mendeteksi gangguan jiwa yang ada di masyarakat
c. memberi perawatan bagi pasien rawat jalan
d. melaksanaan pembinaan dan perawatan lanjutan

2.3.6 Persyaratan Rumah Sakit Jiwa
1. Persyaratan bagunan (Peraturan MenKes RI no.920/MenKes/per/XII/1986)
a. Memiliki gedung yang terdiri dari:
1) Bangunan rawat jalan dan UGD
2) Bangunan instalasi penunjang medikyaitu laboratorium dan radiologi

Universitas Sumatera Utara

35

3) Bangunan sarana rumah sakit seperti gudang, bengkel dan sebagainya
4) Bangunan rawat inap minimal 50 tempat tidur
5) Bangunan administrasi, ruang tenaga medic dan paramedic
6) Bangunan instalasi non medis seperti dapur, laundry, dan sebagainya
7) Taman dan parkir
8) Bangunan lain yang diperlukan berkaitan dengan usaha penyembuhan
gangguan jiwa seperti ruang terapi, ruang rehabilitasi dan sebagainya.
b. Luas tanah untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas
bangunan yang direncanakan
c. Luas tanah untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan yang
direncanakan
2. Persyaratan kapasitas tempat tidur:
a. Perhitungan satu tempat tidur untuk 600-800 penduduk.
b. Pada rumah sakit pemerintah disediakan fasilitas untuk merawat penderita
disabled sebanyak 75% dan fasilitas keseluruhan.
c. Pada rumah sakit swasta disediakan fasilitas untuk merawat penderita
disabled sebanyak25% dan fasilitas keseluruhan.
3. Persyaratan keamanan secara umum, karena karakter pasien gangguan jiwa
berat mempunyai karakter kecenderungan untuk melukai orang lain maupun
diri sendiri:
a. Menghindari bentuk-bentuk tajam, bersudut.
b. Menghindari pemakaian kaca

Universitas Sumatera Utara

36

c. Alat pemanas ruangan, ventilasi, dan AC diletakkan pada plafond atau
bagian tembok yang tinggi.
d. Menghindari desain dengan detail yang mudah dirusak
e. Penggunaan pintu dengan dua arah
f. Pengoperasian lift hanya dengan kunci
g. Dan sebagainya.
5. Persyaratan lokasi :
a. Rumah sakit jiwa tidak bersifatisolatif, letaknya tidak boleh jauh dari pusat
kota, tidak lebih dari 15Km
b. Perlu adanya fasilitas penunjang
1) Kemudahan transportasi dan komunikasi
2) Berada pada derah datar dan tenang
3) Terdapat jalur listrik dan telepon
4) Terdapat sumber air bersih
5) Bebas dari banjir
2.3.7 Sarana dan Prasarana dalam Rumah Sakit jiwa
Unit dalam Rumah sakit Jiwa
1.

Unit out patient

2.

Unit rawat tinggal

3.

Unit gangguan mental organik

4.

Unit rehabilitasi

5.

Unit elektromedik

6.

Unit apotek

Universitas Sumatera Utara

37

7.

Unit laboratorium

8.

Unit dapur

9.

Unit Service

10. Kebutuhan Ruang

Tabel 2.4 Kebutuhan Ruang RSJ
KELOMPOK
Kelompok Umum

Kelompok Administrasi

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

KELOMPOK
Poliklinik

Fasilitas Sosial

Workshop

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

RUANG
Ruang Parkir
Pos Satpam
Hall
Ruang Pimpinan
Ruang Direktur
Ruang Wakil Direktur
Ruang Sekretaris
Ruang Tata Usaha
Ruang Informasi
Ruang Dokumentasi
Lobby
Ruang Rapat
Ruang Istirahat
Lavatory
RUANG
Ruang Tunggu
Ruang Konsultasi
Ruang Psikologi
Apotek
Ruang Pekerja Sosial
Laboratorium
Ruang Dokter/Psikiater
Ruang Emergency
Ruang Terapi
Ruang Ibadah
Toko
Cafetaria
Perpustakaan
Ruang Serbaguna
Lavatory
Unit-unit workshop
Gudang
Lavatory

Universitas Sumatera Utara

38

KELOMPOK
Kelompok Rawat Tinggal

Kelompok Service

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

RUANG
Ruang Tidur Pasien
Lavatory
Ruang Perawat
Gudang Linen
Ruang Tamu
Ruang Keluarga
Pantry
Ruang Treatment
Ruang Konsultasi
Dapur Pusat
Gudang
Garasi/Bengkel
Ruang Di sel
Kamar Mayat
Laundry

Universitas Sumatera Utara

39

2.4 Kerangka Teori
Usia
Jenis Kelamin
Psikis
Kesehatan
Status Perkawinan
Sikap Kerja
Status Gizi
Masa Kerja

Kelelahan Kerja

Beban Kerja
Shift Kerja
Kebisingan
Penerangan
Iklim Kerja

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara

40

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Independen

Variabel Dependen

Faktor Internal
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Status pernikahan

Kelelahan kerja

Faktor Eksternal
a. Beban kerja
b. Masa kerja

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara