Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Gejala Penyakit Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Kecantikan Kuku (Manicure-Pedicure) di Salon The Nail Shop Medan TAHUN 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dermatitis
2.1.1 Definisi
Dermatitis adalah suatu keadaan terjadinya sensitisasi kulit akibat pajanan
substansi eksternal. Berdasarkan etiologinya, dermatitis dapat dibagi menjadi
dermatitis eksogen bila diakibatkan oleh faktor-faktor dari dalam tubuh sendiri
(Harrianto, 2013)
2.1.2 Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
Kimia (contoh: deterjen, asam, basa, oli, semen), Fisik (contoh: sinar, suhu),
Mikro-Organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopic dan sebagian lainnya tidak diketahui etiologi yang pasti
(Djuanda, 2011)
Tabel 2.1 Klasifikasi Dermatitis Berdasarkan Etiologinya
Dermatitis Eksogen
Dermatitis Endogen
Dermatitis Atopik
Dermatitis Kontak
Dermatitis discoi

- Iritan
Dermatitis seborrhoeic
- Alergi
Dermatitis kaki/tangan
- Urticarial Kontak
Dermatitis statis
Fotodermatitis
(Goh CL, Handbook of Occupational Skin Disease, 1990. Dalam Harrianto, 2013)
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), seperti misalnya
bahan kimia, fisik (sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur), ataupun dari dalam
(endogen).

12
Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Patogenesis
Banyak dermatitis yang belum diketahui dengan pasti patogenesisnya,
terutama yang penyebabnya faktor endogen. Yang telah banyak dipelajari adalah
tentang dermatitis kontak (baik iritan maupun alergi), dan dermatitis atopik.
2.1.4 Gejala Klinis

Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit
bergantung pada stadium penyakit,

batasnya sirkumskrip, dapat pula difus.

Penyebaran dapat setempat, generalisata, dan universalis (Djuanda, 2011). Pada
stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasi, sehingga tampak basah ( madidans ). Stadium subakut, eritema dan
edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta. (Djuanda, 2011).
Gambaran klinik akut berupa kemerahan dan pembengkakan dengan batas
yang sakit. Papula, vesikel, bula, krusta, dermatografisme putih. Gambaran klinik
subakut eritema, krusta. Gambaran klinik kronis lebih berkerak, berpigmen dan
menebal. Lebih seperti likenifikasi dan mempunyai fisura. Asma dan rhinitis
sering berkaitan dengan bentuk atopic (Sabarguna, 2006).
2.1.5 Pengobatan
Pengobatan dilakukan setelah mendapatkan hasil melalui anamnesis dan
pemeriksaaan fisik (Djojodibroto, 1999). Pengobatan yang tepat didasarkan kausa,
yaitu menyingkarkan penyebabnya. Tetapi, seperti diketahui penyebab dermatitis
multi faktor, kadang juga tidak diketahui dengan pasti. Jadi pengobatan bersifat
simtomatis, yaitu dengan menghilangkan/ mengurangi keluhan dan gejala, dan

menekan peradangan (Djuanda. 2011)

Universitas Sumatera Utara

2.2 Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi
yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam dermatitis kontak yaitu dermatitis
kontak iritan dan dermatitis kontak alergik; keduanya dapat bersifat akut maupun
kronis. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit nonimunologik, jadi
kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitalisasi. Sebaliknya
dermatitis kontak alergik terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitasi
terhadap suatu alergen (Djuanda, 2011).
Smeltzer dan Bare (2001) dalam astrianda juga mengatakan dermatitis
kontak merupakan reaksi imflamasi kulit terhadap unsure-unsur fisik, kimia yang
berulang-ulang. Dermatitis kontak bisa berupa tipe iritan-primer dimana reaksi
non-alergik akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergik (dermatitis
kontak alergik) yang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap
alergen kontak. Reaksi pertama dari dermatitis kontak mencakup rasa gatal,
terbakar, eritema yang segara diikuti oleh gejala edema, papula, vesikel serta
perembasan cairan atau secret. Sedangkan pada fase subakut, perubahan vesikuler

ini tidak begitu mencolok lagi dan berubah menjadi pembentukkan krusta,
pengeringan, pembentukan fisura serta pengelupasan kulit. Jika terjadi reaksi yang
berulang ulang atau bila pasien terus-menerus menggaruk kulitnya, penebalan
kulit (likenifikasi) dan pigmentasi (perubahan warna) akan terjadi.
Menurut Harrinto (2013) dermatitis kontak ialah reaksi peradangan yang
terjadi pada kulit akibat pajanan dengan suatu substansi dari luar tubuh, baik dari
substansi iritan maupun subastansi alergen. Dermatitis merupakan penyakit kulit

Universitas Sumatera Utara

yang sring dijumpai dalam kehidupan sehari hari, baik dimasyarakat umum,
terlebih lagi masyarakat industry. Dalam era industrialisasi saat ini, terdapat
kecenderungan untuk semakin banyak menggunakan bahan-bahan industry, yang
meruoakan substansi alergen dan iritan, sehingga menyebabkan kenaikan
prevalensi dermatitis kontak,
Dermatitis kontak adalah penyakit CD4+ yang dapat terjadi akibat kontak
dengan bhan tidak berbahaya, merupakan contoh reaksi DTH. Kontak dengan
bahan seperti formaldehid, nikel, terpenting dan berbagai bahan aktif dalam cat
rambut dan cat kuku yang menimbulkan dermatitis kontak.
Tabel 2.2 Patofisiologi dermatitis kontak

Infiltrasi selular pada dermis oleh:
Iritan ringan
Eritema dan vesikel-vesikel kecil yang
mengeluarkan cairan, bersisik dan
gatal.
Iritan kuat
Bula dam ulserasi
Alergen
Lesi yang berbentuk sangat jelas,
dengan garis-garis lurus yang, yang
mengikuti titik-titik kontak (respon
klasik); eritema yang mencolok,
pembentukan bula, dan edema pada
area yang terkena (respon yang berat)
(Sosiawa, 2014)
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas
pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi
permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah

terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang
masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan

Universitas Sumatera Utara

lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan
merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit
atau dermatitis..
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Banyak litelatur yang menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
dermatitis kontak. Pernyataan-pernyataan tersebut mengarah pada dua kategori
penyebab

dermatitis

kontak

yaitu

direct


causes/influence

dan

indirect

causes/influences. Secara garis besar faktor-faktor tersebut antara lain (Lestari dan

Utomo, 2007):
1. Direct causes (penyebab langsung) yaitu bahan kimia, mekanik,fisika,
racun tanaman, dan biologi.
2. Inderct causes (penyebab tak langsung) yaitu faktor genetic (alergi),
penyakit kulit yang telah ada sebelumnya, usia, lingkungan, personal
hygiene, jenis kelamin, ras, ketebalan kulit, pigmentasi, daya serap,
keringat, obat/pengobatan, lama kerja, alat pelindung diri dan musim.
1. Lama Kerja
Menurut Cohen (1999), lama kerja mempengaruhi kejadian dermatitis
kontak, karena semakin lama kontak dengan bahan kimia maka akan
semakin merusak sel kulit hingga kelapisan yang lebih dalam dan resiko

terjadinya dermatitis kontak akan semakin tinggi, (Agius, 2004) juga
mengatakan bahwa semakin lama bahan kimia kontak dengan kulit, makan
penetrasi bahan kikia terhadap lapisan kulit akan semakin luas dan dalam
hingga menyebabkan reaksi peradangan/iritasi yang lebih berat.

Universitas Sumatera Utara

2. Personal Hygiene
Kebiasaan mencuci tangan yang tidak sesuai prosedur akan menyebabkan
kontak bahan kimia terhadap kulit menjadi lebih lama sehingga dapat
merugikan kulit (Cohen, 1999). Hipp dalam (Lestari dan Utomo, 2007)
berpendapat bahwa mencuci pakaian juga merupakan salah satu usaha
untuk mencegah terjadinya gejala dermatitis kontak. Sebaiknya pakaian
kerja yang telah terkontaminasi bahan kimia tidak digunakan kembali
sebelum dicuci.
3. Penggunaan APD
Menurut Suma’mur (2014), Alat Pelindung Diri adalah suatu alat untuk
melindungi diri atau tubuh dari bahaya-bahaya kecelakaan kerja, namun
diakui secara tekhnis Alat Pelindung Diri tidak sempurna untuk
melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan pada

kecelakan yang terjadi.
4. Masa Kerja
Cohen (1999) mengatakan bahwa pekerja dengan masa kerja ≤ 2 tahun
dapat menjadi salah satu faktor yang mengindikasi bahwa pekerja tersebut
belum memiliki pengalaman yang cukup dalam melakukan pekerjaanya.
Jika pekerja ini masih sering ditemui melakukan kesalahan dalam prosedur
penggunaan bahan kimia, maka hal ini berpotensi meningkatkan angka
kejadian dermatitis kontak pada pekerja dengan masa kerja ≤ 2 tahun.
Pekerja dengan masa kerja > 2 tahun dapat dimungkinkan telah memiliki

Universitas Sumatera Utara

resistensi terhadap bahan kimia yang digunakan. Resistensi ini dikenal
sebagai proses hardening yaitu kemampuan kulit yang menjadi lebih tahan
terhadap bahan kimia karena pajanan bahan kimia yang terus-menerus.
2.3 Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
2.3.1 Definisi
Dermatitis kontak iritan merupakan peradangan kulit akibat kontak
langsung dengan bahan yang menyebabkan iritasi. Dermatitis jenis ini merupakan
reaksi non-imunologis. Demrmatitis yang disebabkan oleh substansi iritan yang

kuat, seperti asam dan basa konsentrasi tinggi, dapat menyebabkan dermatitis
kontak iritan akut, tetapi bila disebabkan oleh substansi iritan yang lemah seperti
detergen dan air, manifestasinya sebagai dermatitis iritan kronis (Harrianto, 2013).
2.3.2 Epidemiologi
Dermatitis kontak akibat iritasi merupakan jenis yang paling umum
dijumoai diantara penyakit kulit akibat kerja lainnya, meliputi kira-kira dua
pertiga kasus penyakit akibat kerja. Penyakit ini lebih sering terjadi di industry
yang berkaitan dengan pekerjaan yang basah seperti catering, penyepuh secara
eletrik, dan industry yang banyak menggunakan bahan detergen (Harrianto, 2013).
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
umur, ras dan jenis kelamin. Jumlah penderita DKI diperkirakan cukup banyak,
terutama yang berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat kerja), namun,
angkanya secara tepat sulit diketahui. Hal ini disebabkan antara lain banyak
penderita yang kelainan ringan tidak dating berobat atau bahkan tidak mengeluh
(Djuanda, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Hampir tiga perempat dermatitis akibat kerja tergolong jenis ini, iritan
menghasilkan efek langsung pada kulit yang kontaknya dengan efek akan

tergantung pada dosis dan lama pajanan dibandingkan dengan reaksi apapun dari
seseorang (Harrington, 2003).
2.3.3

Etilogi
Penyebab munculnya dermatitis ini adalah bahan yang bersifat iritan,

misalnya bahan pelarut, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan
kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi
bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain (Djuanda, 2011).
Faktor lain yang mempengaruhi dermatitis kontak iritan:
1. Lama Kontak
2. Kekerapan (terus-menerus atau berselang)
3. Adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeable
4. Gesekan
5. Trauma fisis
6. Suhu dan kelembapan lingkungan.
Faktor individu juga ikut berpengaruh pada DKI:
1. Perbedaan ketebalan kulit diberbagai tempat menyebabkan perbedaan
permeabilitas.
2. Usia (anak dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi).
3. Ras (kulit hitam lebih tahan lama dari pada kulit putih).
4. Jenis Kelamin (insidens DKI lebih banyak pada wanita).

Universitas Sumatera Utara

5. Penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang
terhadap bahan iritan menurun).
2.3.4

Gejala Klinis
Kelainan kulit yang terjadi sangat beragam, bergantujg pada sifat iritan.

Iritan kuat member gejala akut, sedang iritan lemah member gejala kronis. Selain
itu juga banayk faktor yang mempengaruhi.
Berdasarkan penyebab dan pengaruh faktor-faktor tersebut ada yang
mengklasifikasikan DKI menjadi sepuluh macam, yaitu: DKI akut, lambat akut
(acute delayed ICD), reaksi iritan, kumulatif, traumatif, eksikasi ekxematik,
pustular dan akneformmis, noneritematosa, dan subjektif. Ada pula yang
membaginya menjadi dua kategori mayor yang terdiri atas DKI akt termasuk luka
bakar kimiawi dan DKI kumulatif. Kategori lain terdiri atas: DKI lambat akut,
reaksi iritasi, DKI traumatic, DKI eritematosa dan DKI subyektif.
1. DKI Akut
Luka bakar oleh bahan kimia juga termasuk dermatitis kontak iritan akut.
Penyebab DKI akut adalah iritan kuat, misalnya larutan asam sulfat dan
asam hidroklorid atau basa kuat, misalnya natrium dan kalium hidroksida.
Biasanya terjadi karena kecelakaan, dan reaksi segera timbul. Intesitas
reaksi sebanding dengan konsentrasi dan lamanya kontak dengan iritan,
terbatas pada tempat kontak. Kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar,
kelainan yang terlihat berupa eritema edema, bula, mungkin juga nekrosis.
Pinggir kelainan kulit berbatas tegas, dan pada umumnya asimetris.

Universitas Sumatera Utara

2. DKI Akut Lambat
Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI akut, tetapi baru muncul 8
sampai 24 jam atau lebih setelah kontak. Bahan iritan yang dapat
menyebabkan DKI akut lambat, misalnya podofilin, antralin, tretinoin,
etilen oksida, benzalkonium klorida, asam hidrofliorat. Contohnya
dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada malam
hari (dermatitis venenata). Penderita baru merasa pedih esok harinya, pada
awal terlihat eritema dan sore harinya sudah menjadi vesikel atau bahkan
nekrosis.
3.

DKI Kumulatif
Jenis dermatitis kontak ini paling sering terjadi, nama lainnya adalah
dermatitis kronis. Penyebabnya ialah kontak berulang-ulang dengan iritan
lemah (faktor fisis, misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah,
panas atau dingin, juga bahan, misalnya detergen, sabun, pelarut, tanah,
bahkan juga air). DKI kumulatif mungkin terjadi karena kerjasama
berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat
menyebabkan dermatitis iritan, tetapi baru mampu bila bergabung dengan
faktor lain. Kelainan baru nyata setelah kontak seminggu-minggu atau
bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudia, sehingga waktu dan rentetan
kontak merupakan faktor penting.
Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal
(hiperkeratosis) dan likenifikasi, difus. Bila kontak terus berlangsung
akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit

Universitas Sumatera Utara

tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan detergen.
Keluhan penderita pada umunya rasa gatal karena kulit retak (fisur). Ada
kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema,
sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah mengganggu, baru mendapat
perhatian.
DKI kumulatif sering berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu lebih
banyak ditemukan ditangan dibandingkan dengan bagian lain tubuh.
Contoh pekerjaan yang beresiko tinggi untuk DKI kumulatif yaitu: tukang
cuci, kuli bangunan, montir bengkel, juru masak, tukang kebun, penata
kecantikan (rambut dan kuku).
4.

Reaksi Iritan
Reaksi iritan merupakan dermatitis subklinis pada seseorang yang
terpanjan dengan pekerjaan basah. Misalnya penata rambut dan pekerja
logam dalam beberapa bulan pertama pelatihan. Kelainan kulit monomorf
dapat berupa skuama, eritema, vesikel, pustul, dan erosi. Umumnya dapat
sembuh sendiri, menimbulkan penebalan kulit (skin hardening), kadang
dapat berlanjut menjadi DKI kumulatif.

5.

DKI Traumatik
Kelainan kulit berkembang lambat setelah trauma panas dan laserasi.
Gejala seperti dermatitis numularis, penyembuhan lambat, paling cepat 6
minggu. Paling sering terjadi di tangan.

Universitas Sumatera Utara

6. DKI Noneritematosa
DKI noneritematosa merupakan bentuk subklinis DKI, ditandai perubahan
fungsi sawar stratum korneum tanpa disertai kelainan klinis.
7. DKI Subyektif
Juga disebut DKI sensori; kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita
merasa seperti tersengat (pedih) atau terbakar (panas) setelah ontak dengan
bahan kimia tertentu, misalnya asam laktat.
2.3.5

Pencegahan
Upaya pengobatan DKI yang terpenting adalah menghindari pajanan

bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis, maupun kimiawi serta
menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan
sempurna dan tidak terjadi komplikasi, maka DKI tersebut akan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan topical, mungkin cukup dengan pelembab untuk
memperbaiki kulit kering. Pendidikan kepada pekerja suatu perusahaan tempat
usuda tentang penggunaan alat dan akibat buruk yang mungkin terjadi kalau
terpajan.

Jika pederita adalah pekerja yang sering kontak dengan bahan-bahan
iritan, dapat memberikan edukasi ke pasien dan perusahaan tempatnya bekerja
berupa pencegahan seperti pemakaian masker, sarung tangan, perawatan kulit
sehari-hari terutama yang mempunyai kulit sensitif. Penggunaan bahan-bahan
iritan di dalam rumah tangga sehari-hari seperti detergent, larutan pembersih,
kosmetik, dan obat-obatan topikal tertentu juga harus dipantau, jika terjadi reaksi

Universitas Sumatera Utara

akut, maka penghentian pemakaian substansi tersebut harus segera dilakukan dan
segera menghubungi pelayanan kesehatan setempat.

Pelaksanaan uji tempel pada calon pekerja, sehingga dapat menempatkan
pekerja di bagian yang tidak kontak dengan bahan iritan. Pemeriksaan kesehatan
secara rutin dan berkala kepada para pekerjaan, dalam penggunaan bahan-bahan
tertentu di dalam keseharian di rumah dan jangan menggunakan bahan yang
sensitif terhadap kulit.

Kedisiplinan dalam hal pemakaian alat pelindung diri diperlukan bagi
mereka yang bekerja dengan bahan iritan, sebagai salah satu upaya utama
pencegahan.
2.4 Dermatitis Kontak Alergi (DKA)
2.4.1 Definisi
Dermatitis kontak alergi adalah suatu proses peradangan kulit akibat
kontak dengan substansi eksternal, tetapi berbeda dengan dermatitis kontak akibat
iritasi, kelainan kulit ini diakibatkan oleh suatu proses imunologis. Tidak seperti
dermatitis kontak akibat iritasi, kelainan kulit ini tidak menyebabkan kerusakan
langsung pada lapisan korneum kulit. Sebelum individu menjadi sensitive pada
suatu alergen, ia harus menaglami beberapa kali kontak dengan substansi alergen
tersebut terlebih dahulu (Harrianto, 2013).
2.4.2 Epidemiologi
Bila dibandingkan dengan DKI jumlah penderita DKA lebih sedikit,
karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sengat peka (hipersensitif).

Universitas Sumatera Utara

Diramalkan bahwa jumlah DKA maupun DKI makin bertambah siring dengan
bertambahnya jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh
masyarakat sangat sedikit, sehingga berapa angka yang mendekati kebeneran
belum didapat (Djuanda, 2011).
Dermatitis kontak alergik merupakan 15-20% dari semua dermatitis akibat
kerja. Respon biasanya spesifik untuk satu bahan, tetapi biasanya tertunda satu
minggu atau lebih setelah kontak. Episode sensitisasi pertama mungkin
memerlukan waktu beberapa jam, tetapi reaksi berikutnya dapat tercetus oleh
pemajanan yang sangat singkat (Harrington, 2005).
Dahulu diperkiran bahwa kejadian DKI akibat kerja sebanyak 80% dan
DKA 20% tetapi data baru dari Inggris dan Amerika Serikat menunjukan bahwa
dermatitis kontak akibat kerja tiga kali lebih sering dari pada DKA akibat kerja
(Djuanda, 2011).
2.4.3 Etiologi
Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul
umumnya rendah (

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015

6 71 101

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Konstruksi yang Terpapar Semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors Tahun 2014

1 22 142

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Gejala Penyakit Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Kecantikan Kuku (Manicure-Pedicure) di Salon The Nail Shop Medan TAHUN 2016

0 0 16

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Gejala Penyakit Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Kecantikan Kuku (Manicure-Pedicure) di Salon The Nail Shop Medan TAHUN 2016

0 1 2

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Gejala Penyakit Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Kecantikan Kuku (Manicure-Pedicure) di Salon The Nail Shop Medan TAHUN 2016

1 1 11

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Gejala Penyakit Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Kecantikan Kuku (Manicure-Pedicure) di Salon The Nail Shop Medan TAHUN 2016

0 4 3

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Gejala Penyakit Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Kecantikan Kuku (Manicure-Pedicure) di Salon The Nail Shop Medan TAHUN 2016

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GEJALA DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BENGKEL MOTOR DI WILAYAH KOTA KENDARI TAHUN 2016

0 0 8

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel di Kelurahan Merdeka Kota Medan 2015

0 2 19

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GEJALA DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BENGKEL KELURAHAN MERDEKA KOTA MEDAN TAHUN 2015

0 1 17