Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Konstruksi yang Terpapar Semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors Tahun 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERMATITIS
KONTAK IRITAN PADA TANGAN PEKERJA KONSTRUKSI YANG
TERPAPAR SEMEN DI PT. WIJAYA KUSUMA CONTRACTORS
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :
DWI AMBANG PRASETYO
NIM : 107101003796

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014/1435 H

i

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Juli 2014
Dwi Ambang Prasetyo, NIM : 107101003796
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERMATITIS
KONTAK IRITAN PADA TANGAN PEKERJA KONSTRUKSI YANG
TERPAPAR SEMEN DI PT. WIJAYA KUSUMA CONTRACTORS
TAHUN 2014
(xvi+ 97 halaman, 12 tabel, 8 gambar, 4 lampiran)
ABSTRAK
Angka kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja di bidang konstruksi
terbilang cukup tinggi. Di Indonesia, data mengenai insiden dan prevalensi penyakit
kulit seperti dermatitis kontak iritan pada proyek konstruksi sulit didapat, umumnya
pelaporan tidak lengkap sebagai akibat tidak terdiagnosisnya atau tidak terlaporkannya
penyakit tersebut. Dermatitis kontak iritan pada pekerja konstruksi terjadi akibat kontak
dengan bahan atau material yang banyak digunakan di proyek konstruksi seperti semen.
semen mengandung komposisi bahan bahan yang dapat menyebabkan dermatitis kontak
iritan karena komposisi alkali (kapur) didalamnya. Dari hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di PT. Wijaya Kusuma Contractors terhadap 10 orang pekerja yang kontak
dengan semen, melalui wawancara dan observasi gejala klinis yg dilakukan oleh

peneliti, ditemukan 3 orang pekerja dengan hasil wawancara dan gejala klinis yang
mengarah kepada dermatitis kontak iritan kronis akibat terpapar semen pada tangan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional, yang dilakukan pada bulan april-juli 2014 di PT. Wijaya Kusuma Contractors.
Sampel penelitian merupakan seluruh total populasi pekerja yang terpapar semen di
PT. Wijaya Kusuma Contractors sebanyak 32 orang pekerja. Variabel independen dalam
penelitian ini meliputi lama kontak, usia, masa kerja, frekuensi mencuci tangan, jenis
keahlian pekerja, riwayat penyaklit kulit sebelumnya dan penggunaan APD . Penentuan
penyakit dermatitis kontak iritan didapatkan dari hasil diagnosa dokter, variabel
penggunaan APD didapatkan dengan observasi langsung dan variabel lainnya
didapatkan dengan menyebarkan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dilakukan
uji statistik dengan uji chi square dan Mann Whitney
Hasil penelitian menunjukan bahwa 34,4% pekerja mengalami dermatitis kontak
iritan ,.Faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak iritan dalam penelitian
ini yaitu frekuensi mencuci tangan ( P value 0,028) Untuk mereduksi resiko dermatitis
kontak iritan disarankan agar pekerja tidak terlalu sering mencuci tangan dan disiplin
dalam menggunakan APD berupa sarung tangans erta adanya pengawasan yang ketat
dari perusahaan mengenai penggunaan APD
Daftar bacaan : 59 (1980 – 2012)


ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
Paper, July 2014
Dwi Ambang Prasetyo , NIM : 107101003796
FACTORS ASSOCIATED WITH HAND IRRITANT CONTACT DERMATITIS
AT CONSTRUCTION WORKERS THAT CONTACT WITH CEMENT IN
PT. WIJAYA KUSUMA CONTRACTORS YEAR 2014
xvi+ 97 pages, 12 tables, 8 pictures, 4 attachments

ABSTRAK
Hand irritant contact dermatitis prevalence at construction workers are fairly
high. In Indonesia, incidence and prevalence of occupational dermatitis such as irritant
contact dermatitis on construction is difficult obtained. Generally, there is uncomplete
report because undiagnosed and unreported these case. Irritant contact dermatitis due to
construction workers occur because contact with materials that usually used in
contraction such as cement. Cement consist of materials substance that cause irritant
contact dermatitis because composition of alkali inside them. Based on preeliminary

study at PT. Wijaya Kusuma Contractors toward 10 workers that contact with cement using
interview and observation showed that 3 workers suffered hand irritant contact dermatitis.
This research is a quantitative study used a cross sectional method, and held in
April-Juli 2014 in PT. Wijaya Kusuma Contractors. Thirty two workers was taken as total
sampling in PT. Wijaya Kusuma Contractors. The independent variables are duration
contact, age,years of employment, frequence of hand washing, kind of job,skin diseases
history, and used of PPE (Personal Protective Equipment). For contact dermatitis and
obtained by diagnose doctor, used of PPE was collected by direct observation, and the other
variables was collected by questionnaire. Afterwards, tests such as chi square and mann
whitney, are used to analyze the data.
Results showed that 34,4% workers suffered irritant contact dermatitis. Factors
associated with contact dermatitis frequence of hand washing (Pvalue: 0.028). To reduce
irritant contact dermatitis risk, workers should not wash his hand too frequent and should
discipline wearing PPE (hand gloves) during work. Company also should improve PPE
monitoring.
References : 59 (1980 – 2012)

iii

iv


v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
Nama
: Dwi Ambang Prasetyo
TTL
: Cilacap, 13 Desember 1989
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Ponsel
: 087887974609
Alamat
: Jln. H. Wangsa RT 01 RW 13 Kel. Jatimakmur,
Kec. Pondok Gede, Bekasi

E-mail
: Ambankprasetyo@gmail.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
2007 – Sekarang
: Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2004 – 2007
: SMAN 1 Cilacap (Jurusan IPA)
2001 – 2004
: SLTPN 1 Patimuan
1995 – 2001
: SDN 1 Purwodadi
III. PENGALAMAN ORGANISASI
2010 – 2011
: Anggota Departemen Olah raga dan Kesenian BEM J Kesmas
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
IV. PENGALAMAN BEKERJA
Februari – Maret 2011 : Magang Kerja bidang K3 di Project Novotel,

PT. Wijaya Kusuma Contractors
Oktober 2011
: Safety Man Project Turn Around Maintenance Chandra
Asri petrochemical di PT. Kota Minyak Internusa
Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Atas
perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih
Bekasi,

Juli 2014

Saya yang bertanda tangan

Dwi Ambang Prasetyo

vi

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan
limpahan rahmat dan nikmat-Nya yang tak terbatas bagi penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan skripsi ini. Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad

SAW semoga kelak kita mendapat syafa’at nya.
Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Dermatitis
Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Konstruksi yang Terpapar Semen di PT. Wijaya
Kusuma Contractors Tahun 2014” ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Penulis menyadari dalam
penyusunan laporan ini banyak kesulitan yang dihadapi, tapi dengan bantuan dari
berbagai pihak, penulisan laporan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dari itu pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. ; selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

2.

Ibu Febrianti ,M.Si ; selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.


3.

Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK; selaku dosen pembimbing pertama, terima kasih
ibu atas bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi, saran-saran, dan doa yang sangat
berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4.

Ibu Minsarnawati, S.K.M, M.kes; selaku dosen pembimbing kedua, terima kasih
ibu atas bimbingan, saran-saran, arahan, motivasi, dan doa yang selalu ada selama
penyusunan skripsi.

5.

dr. Yuli Prapanca Satar, MARS; selaku penguji sidang skripsi, terima kasih bapak
atas bimbingan, arahan serta kesediaan untuk memberikan waktu konsultasi selama
penyusunan skripsi.

6.


Ibu Dewi Utami Iriani, M.Kes; selaku penguji sidang skripsi, terima kasih ibu atas

vii

bimbingan, arahan serta kesediaan untuk memberikan waktu konsultasi selama
penyusunan skripsi.
7.

dr. Usep Saepul Imam, terima kasih atas saran, bimbingan, waktu serta bantuannya
selama proses pengumpulan data, semoga kebaikan dokter dibalas Allah SWT,
amin.

8.

Bapak Andi Nugroho, S.T; selaku Project Manager, yang telah memberikan izin,
sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian di PT. Wijaya Kusuma
Contractors.

9.


Para pekerja PT. Wijaya Kusuma Contractors terimakasih atas kerjasamanya dalam
proses pengumpulan data.

Selain itu dengan segala kerendahan hati penulis juga bermaksud mengucapkan
Special Thanks To :
1. Keluargaku Tercinta; Ayah dan Ibu, Kakak- adik; terimakasih banyak atas segala
dukungan baik moril maupun materil, serta doa yang tulus sehingga saya

bisa

menyelesaikan kuliah dan menuju masa depan yang lebih cerah, amiin
2. Pacar tercinta Wiwin Widyastuti, terima kasih atas support yang kamu berikan
hingga akhirnya aku bisa lulus kuliah
3. Sobat karib; Asep Muadibu , Kholil, Asep Dani,Riswanto, Toni
4. Sahabat seperjuangan; Arif, Faiz, Vai, Fadhlie, Azhara, Agista, Yogie, Ricky, Hadi,
Zakiah, Rita,
5. Nur Najmi Laila, terima kasih banyak atas semua dukungan dan bantuan yang kamu
berikan hingga kami ( angkatan veteran ) akhirnya bisa lulus.
6. Sahabat-sahabat Kesmas angkatan 2007 (OPUS) FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tetap semangat untuk masa depan yang lebih baik!!
7. Sanak family ; Tegar, Oko, Mput, Bulek, Om terima kasih atas dukungan
semangatnya
8. Dan seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung.

viii

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat balasan yang setimpal
dari Allah Subhanahu Wata’ala. Penulis dengan penuh kesadaran menyadari bahwa
laporan ini masih cacat dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan oleh penulis. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juli 2014

Penulis

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................

i

ABSTRAK ......................................................................................................

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...............................................................

iv

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................

vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................

vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

x

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

xv

DAFTAR BAGAN.........................................................................................

xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang .....................................................................................

1

1.2

Rumusan Masalah ................................................................................

7

1.3

Pertanyaan Penelitian ...........................................................................

7

1.4

Tujuan Penelitian .................................................................................

9

1.4.1 Tujuan Umum…………………………………………………

9

1.4.2 Tujuan Khusus…………………………………………………

9

Manfaat Penelitian ...............................................................................

11

1.5.2

Manfaat Bagi Perusahaan.........................................................

11

1.5.2

Manfaat Bagi Pekerja ...............................................................

11

1.5.3

Manfaat Bagi Peneliti ..............................................................

11

Ruang Lingkup Penelitian....................................................................

11

1.5

1.6

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Kesehatan Kerja ...................................................................................

13

2.2

Proyek Konstruksi ................................................................................

13

2.3

Tenaga Kerja di Konstruksi .................................................................

14

2.4

Paparan Semen……………………………………………………….

17

2.4.1

Bahan Kimia Berbahaya yang Terkandung dalam Semen.......

19

2.5

Penyakit Akibat Kerja ..........................................................................

21

2.6

Penyakit Kulit Akibat Kerja .................................................................

21

2.7

Dermatitis Kontak Akibat Pekerjaan ...................................................

22

2.8

Dermatitis Kontak Iritan ......................................................................

24

2.8.1

Definisi Dermatitis Kontak Iritan…………………………….

24

2.8.2

Epidemiologi Dermatitis Kontak Iritan………………………

25

2.8.3

Patogenesis Dermatitis Kontak Iritan………………………...

26

2.8.4

Gambaran Klinis Dermatitis Kontak Iritan…………………...

29

2.8.5

Diagnosis Dermatitis Kontak Iritan…………………………..

36

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak Iritan.............

39

2.9.1

Faktor Iritan…………………………………………………..

41

2.9.2

Faktor Individu………………………………………………

43

2.9.3

Faktor Lingkungan…………………………………………...

51

Kerangka Teori ....................................................................................

52

2.9

2.10

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1

Kerangka Konsep .................................................................................

53

3.2

Definisi Operasional ............................................................................

58

3.3

Hipotesis ..............................................................................................

60

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1.

Jenis Penelitian.....................................................................................

61

4.2.

Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................

61

4.3.

Populasi dan Sampel ............................................................................

61

xi

4.4.

Pengumpulan Data ...............................................................................

62

4.4.1. Sumber Data.............................................................................

62

4.4.2. Metode dan Instrumen .............................................................

63

4.5.

Pengolahan Data ..................................................................................

65

4.6.

Analisis Data ........................................................................................

66

BAB V HASIL PENELITIAN
5.1

Gambaran Proses Kerja di Proyek Konstruksi ....................................

68

5.2

Analisis Univariat…………………………………………………….

68

5.2.1

Gambaran Kejadian Dermatitis Kontak Iritan……………….

68

5.2.2

Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak
Iritan…………………………………………………………..

5.3

Analisis Bivariat……………………………………………………….
5.3.1

69
73

Hubungan antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Dermatitis kontak Iritan dengan Kejadian Dermatitis
Kontak Iritan………………………………………………….

72

BAB VI PEMBAHASAN
6.1

Keterbatasan Penelitian……………………………………………….

78

6.2

Kejadian Dermatitis Kontak Iritan……………………………………

78

6.3

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak Iritan…

80

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1

Simpulan………………………………………………………………

95

7.2

Saran…………………………………………………………………..

96

xii

DAFTAR TABEL

No.Tabel

Halaman

3.1. Definisi Operasional ............................................................................................... 58
5.1. Distribusi Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Tangan Pekerja Konstruksi
yang Terpapar Semen di PT Wijaya Kusuma Contractors Tahun 2014…………..69
5.2. Distribusi Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak Iritan
pada Tangan Pekerja Konstruksi yang Terpapar Semen di PT Wijaya
Kusuma Contractors Tahun 2014.............................................................................70
5.3. Distribusi Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak Iritan
pada Tangan Pekerja Konstruksi yang Terpapar Semen
di PT Wijaya Kusuma Contractors Tahun 2014…………………………………...70
5.4 Distribusi Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak Iritan
dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Tangan yang dialami Pekerja
Konstruksi yang Terpapar Semen di PT Wijaya Kusuma Contractors
Tahun 2014………………………………………………………………………...74
5.5 Distribusi Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak Iritan
dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Tangan yang Dialami Pekerja
Konstruksi yang Terpapar Semen di PT Wijaya Kusuma Contractors
Tahun 2014 ………………………………………………………………………..74
6.1 Tabulasi Silang Variabel Lama Kontak, Variabel Frenkuensi Mencuci Tangan
dan Variabel Dermatitis Kontak Iritan…………………………………………….83
6.2 Tabulasi Silang Variabel Usia, Variabel Frenkuensi Mencuci Tangan dan
Variabel Dermatitis Kontak Iritan………………………………………………....85
6.3 Tabulasi Silang Variabel Masa Kerja, Variabel Frenkuensi Mencuci Tangan
dan Variabel Dermatitis Kontak Iritan…………………………………………….87
6.4 Tabulasi Silang Variabel Jenis Keahlian Pekerja, Variabel Frenkuensi Mencuci
Tangan dan Variabel Dermatitis Kontak Iritan………………………………........89

xiii

6.5 Tabulasi Silang Variabel Jenis Riwayat penyakit Kulit Sebelumnya, Variabel
Frenkuensi Mencuci Tangan dan Variabel Dermatitis Kontak Iritan…………….91
6.6 Tabulasi Silang Variabel Penggunaan APD, Variabel Frenkuensi Mencuci
Tangan dan Variabel Dermatitis Konta Iritan……………………………………..94

xiv

DAFTAR GAMBAR
No.Gambar

Halaman

2.1.

Salah Satu Jenis Semen Portland..........................................................................19

2.2.

Anatomi Kulit Manusia.........................................................................................27

2.3.

DKI akut akibat penggunaan pelarut industri.......................................................30

2.4.

DKI kronis akibat efek korosif dari semen...........................................................31

2.5.

DKI Reaksi Iritan..................................................................................................33

2.6.

DKI gesekan......................................................................................................... 35

2.7.

DKI Akneiform................................................................................................….35

2.8.

DKI Asteatotik......................................................................................................36

xv

DAFTAR BAGAN

No.Bagan

Halaman

2.1. Kerangka Teori ........................................................................................................52
3.1. Kerangka Konsep......................................................................................................57

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sektor konstruksi merupakan salah satu sektor yang penting dalam
pembangunan nasional. Perkembangan sektor konstruksi, khususnya dalam
pembangunan infrastruktur, mendukung terciptanya sarana dan prasarana sosial
dan ekonomi yang lebih baik bagi masyarakat. Sektor konstruksi di Indonesia telah
tumbuh sejak awal 1970an. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa
kontribusi sektor konstruksi nasional terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB)
terus meningkat dari 3,9 % di tahun 1973 hingga mencapai lebih dari 8 % di tahun
1997. Meskipun sempat mengalami penurunan akibat krisis ekonomi sejak 1998
menjadi hanya sekitar 6 % di tahun 2002, namun sejak tahun 2003 sektor ini
kembali bangkit ditandai dengan peningkatan kontribusi terhadap PDB sebesar
10,33 % di triwulan kedua tahun 2013 (Suraji, 2007; BPS, 2013).
Seiring dengan berkembangnya industri konstruksi di Indonesia, berdampak
pula pada meningkatnya masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Sektor
konstruksi adalah salah satu sektor yang paling berisiko terhadap masalah K3
disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan
pertambangan. Hal ini dikarenakan kondisi proyek konstruksi yang lokasi kerjanya
berbeda-beda, terbuka, dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas,
dinamis, menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga
kerja yang tidak terlatih (Wirahadikusumah, 2007).

1

2

Salah satu masalah K3 yang muncul di proyek konstruksi adalah dermatitis
kontak (Australian Government,2006). Dermatitis kontak merupakan 50% dari
semua penyakit akibat kerja (PAK) (Kosasih,2004). Jika dibandingkan dengan
jenis pekerjaan lain, angka kejadian dermatitis kontak pada pekerja di bidang
konstruksi terbilang cukup tinggi. Menurut sebuah studi di Jerman (Diepgen,2003)
angka kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja di bidang konstruksi
menduduki peringkat ke 4 (dengan 8,1 kasus per 10.000 pekerja) dari 12 jenis
pekerjaan yang diteliti, setelah pekerja salon di urutan pertama (46,9 kasus/10.000
orang) tukang roti di urutan kedua (23,5 kasus/10.000 orang) dan tukang masak
/koki (16,9 kasus/10.000 orang).
Dermatitis kontak adalah suatu peradangan kulit yang disertai adanya
spongiosis/edema interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan
bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan pada kulit (Harahap M, 2000).
Dermatitis kontak dapat mengurangi produktifitas pekerja karena gejalanya yang
dapat mengganggu pekerjaan. Di Amerika Serikat biaya yang digunakan untuk
menanggulangi kelainan kulit akibat kerja cukup besar,yang mencakup kehilangan
penghasilan, produktifitas dan pemindahan tenaga kerja, ganti rugi, biaya
pengobatan dan asuransi (Djunaedi , Lokomanto,2003). Walaupun penyakit ini
jarang membahayakan jiwa namun dapat menyebabkan morbiditas yang tinggi dan
penderitaan bagi pekerja, sehingga dapat mempengaruhi kebutuhan ekonomi dan
kualitas hidup penderita (Brown, 2004)

3

Terdapat dua jenis dermatitis kontak, yaitu dermatitis kontak iritan yang
merupakan respon nonimunologi dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan
oleh mekanisme imunologik spesifik (Djuanda, 2007). Menurut Siregar (2002)
dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang timbul
setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi. Sedangkan dermatitis
kontak iritan didefinisikan oleh Krasteva (1993) sebagai reaksi inflamasi pada
kulit yang disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan bersifat iritan.
Menurut Keefner (2004) jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih
sedikit dibanding jumlah penderita dermatitis kontak iritan karena hanya mengenai
orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul
pada 80 % dari seluruh penderita dermatitis kontak.
Dermatitis kontak pada pekerja konstruksi terjadi akibat kontak dengan
bahan atau material yang banyak digunakan di proyek konstruksi seperti semen
(Winder C, Carmody M, 2002). Meskipun saat ini mekanisme kerja di proyek
konstruksi sudah cukup maju dan banyak mempergunakan beton siap pasang
(precast concrete section ) akan tetapi kontak antara tangan pekerja dengan semen
masih banyak ditemui (Frimat P, 2002). Dari beberapa literatur yang ada,
diketahui semen mengandung komposisi bahan bahan yang dapat menyebabkan
dermatitis

kontak

iritan

karena

komposisi

alkali

(kapur)

didalamnya

(Mulyono,2005 ; Fregert, 1981).
Dari hasil sebuah studi di Jerman yang dilakukan oleh M Bock, et all pada
tahun 2003 mengenai insiden penyakit kulit akibat kerja di proyek konstruksi
diperoleh 5,1 kasus per 10.000 pekerja. Insiden tertinggi dialami oleh tile setter

4

and terazzo worker (pekerja pemasang lantai/terrazzo) yaitu 19,9 kasus per 10.000
pekerja, selanjutnya adalah painter (tukang cat) 7,8 kasus per 10.000 pekerja, dan
construction and cement worker ( termasuk, tukang plester, pembantu tukang, dan
pekerja pengaduk semen) 5,2 kasus per 10.000 pekerja. Sebagian besar penyakit
kulit yang diderita adalah dermatitis kontak, hanya sebesar 26,6 % yang menderita
penyakit kulit selain dermatitis kontak. Jika dilihat dari bagian tubuh pekerja yang
menderita dermatitis, tangan merupakan bagian yang paling banyak mengalami
dermatitis kontak yaitu sebanyak 73,7 % dari seluruh kasus penyakit kulit di
proyek konstruksi.
Di Indonesia, data mengenai insiden dan prevalensi penyakit kulit seperti
dermatitis kontak pada proyek konstruksi sulit didapat. Umumnya pelaporan tidak
lengkap sebagai akibat tidak terdiagnosisnya atau tidak terlaporkannya penyakit
tersebut (Kompas, 2007 dalam Florence,2008). Penelitian tentang penyakit kulit
akibat kerja

di Indonesia sebenarnya

sudah banyak dilakukan,diantanya

dermatitis akibat kerja pada pekerja perkebunan karet, dermatitis akibat kerja pada
pengrajin batik, dermatitis akibat kerja pada pabrik penyamakan kulit,dan
sebagainya, akan tetapi penelitian mengenai dermatitis akibat kerja pada pekerja
konstruksi jarang dilakukan (Widjajahakim, 2001). Hasil penelitian Widjajahakim
(2001) pada pekerja konstruksi di Kodya Semarang menunjukkan sebanyak 25
dari 600 pekerja konstruksi yang dilakukan skrining dermatologi secara klinis
menderita dermatitis kontak.
Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (A2K4)
Indonesia menilai perlindungan keselamatan pekerja konstruksi di Indonesia

5

selama ini masih minim. Sejauh ini, penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
hanya dilakukan perusahaan konstruksi skala besar. Jumlah perusahaan konstruksi di

Indonesia saat ini mencapai lebih dari 100 ribu unit, perusahaan konstruksi yang
berskala besar ada sekitar 150 unit, selebihnya adalah skala menengah ke bawah.
Perusahaan besar umumnya memiliki sertifikasi K3 yang seperti menjadi
keharusan, karena para mitra perusahaan, terutama dari luar negeri memang
menjadikannya sebagai prasyarat. Penerapan program K3 pada perusahaan
konstruksi skala menengah ke bawah

masih minim dikarenakan karena masih

kurangnya kesadaran dan tuntutan dari mitra perusahaan konstruksi tersebut untuk
menerapkan program K3 secara maksimal (Antara News, 2011).
PT. Wijaya Kusuma Contractors merupakan salah satu perusahaan
konstruksi skala menengah yang berkantor di Jakarta. Salah satu proyek konstruksi
yang dikerjakan adalah pembangunan rumah tinggal dengan tiga lantai di Jakarta
Pusat. Jenis pekerjaan yang kontak dengan semen yang ditemukan antara lain
pemasangan bata, pemasangan keramik, pemlesteran dan

pengacian dinding.

Terdapat kurang lebih 20-30 orang pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di proyek tersebut terhadap 10
orang pekerja yang kontak dengan semen, melalui wawancara dan observasi gejala
klinis yg dilakukan oleh peneliti, ditemukan 3 orang pekerja

dengan hasil

wawancara dan gejala klinis yang mengarah kepada dermatitis kontak iritan
kronis akibat terpapar semen pada tangan, seperti kulit kemerahan, pelepasan
lapisan kulit yg mati, terdapat retakan (fisura) pada ujung jari. Dari hasil
wawancara juga diketahui bahwa pekerja tersebut terpapar semen dalam waktu

6

yang cukup lama yaitu 3 bulan, tidak memakai sarung tangan, bekerja dalam suhu
dan kelembaban yang tinggi, sering mencuci tangan saat bekerja, dan terus
menerus melakukan pekerjaan yang kontak dengan semen. Tujuh orang pekerja
lainnya merupakan pekerja yang belum lama bekerja di proyek tersebut, sehingga
belum menampakkan adanya gejala yang mengarah pada dermatitis kontak iritan,
meskipun ada kemungkinan pekerja tersebut hanya menderita dermatitis kontak
iritan kategori ringan.
Dari hasil-hasil penelitian sebelumnya (Fregert (1998), Safeguard (2000),
Streit (2001), Djuanda (2003), Beltrani et all (2006) , Erliana (2008), Hogan
(2009), Mausulli (2010), Suryani (2011) dan Adillah (2012), diketahui faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak iritan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 3 faktor utama yaitu dari faktor iritan itu sendiri (ukuran
molekul, konsentrasi / jumlah, daya larut, vehikulum, suhu, lama kontak,
terjadinya gesekan) faktor lingkungan ( suhu dan kelembaban yang tinggi, suhu
dan kelembaban yang rendah) dan faktor individu (ketebalan kulit di berbagai
permukaan kulit, usia, ras, jenis kelamin, masa kerja, riwayat penyakit kulit yang
sedang dialami frekuensi mencuci tangan ketika bekerja, dan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD)).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian dermatitis kontak iritan pada tangan pekerja
konstruksi yang terpapar semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors. Dengan
adanya penelitian ini diharapkan dapat dilakukan tindakan preventif pada pekerja

7

untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja seperti dermatitis kontak iritan di
PT. Wijaya Kusuma Contractors.
1.2

Rumusan Masalah
Dari hasil studi pendahuluan di salah satu proyek yg di kerjakan PT. Wijaya
Kusuma Contractors terhadap 10 pekerja yg terpapar semen, ditemukan 3 orang
pekerja

dengan hasil wawancara dan gejala klinis

dermatitis kontak iritan kronis akibat

yang mengarah kepada

pada tangan. Berdasarkan teori dari

penelitian – penelitian sebelumnya diketahui faktor –faktor yang mempengaruhi
dermatitis kontak iritan antara lain faktor iritan itu sendiri ( lama kontak, jenis
keahlian pekerja) dan faktor individu (usia, masa kerja, riwayat penyakit kulit
yang sedang dialami , frekuensi mencuci tangan ketika bekerja dan penggunaan
APD). Dengan demikian diperlukan suatu penelitian yang membuktikan adanya
faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak iritan pada pekerja
konstruksi yang terpapar semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors.

1.3

Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kejadian dermatitis kontak iritan pada tangan pekerja
konstruksi yang terpapar dengan semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors?
2. Bagaimana gambaran lama kontak tangan pekerja dengan semen di

PT.

Wijaya Kusuma Contractors?
3. Bagaimana gambaran jenis keahlian pekerja di PT. Wijaya Kusuma
Contractors?
4. Bagaimana gambaran usia pekerja PT. Wijaya Kusuma Contractors?

8

5. Bagaimana gambaran masa kerja pekerja di PT. Wijaya Kusuma Contractors ?
6. Bagaimana gambaran riwayat penyakit sebelumnya yang sedang diderita oleh
pekerja di PT. Wijaya Kusuma Contractors ?
7. Bagaimana gambaran frekuensi mencuci tangan yang dilakukan pekerja di PT.
Wijaya Kusuma Contractors ?
8. Bagaimana gambaran penggunaan APD di PT. Wijaya Kusuma Contractors?
9. Apakah ada hubungan antara lama kontak tangan pekerja dengan semen
dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada tangan pekerja konstruksi di PT.
Wijaya Kusuma Contractors?
10. Apakah ada hubungan antara jenis keahlian pekerja dengan kejadian dermatitis
kontak iritan pada tangan pekerja konstruksi di PT. Wijaya Kusuma
Contractors?
11. Apakah ada hubungan antara usia pekerja dengan kejadian dermatitis kontak
iritan pada tangan pekerja konstruksi di PT. Wijaya Kusuma Contractors?
12. Apakah ada hubungan antara masa kerja pekerja dengan kejadian dermatitis
kontak iritan pada tangan pekerja konstruksi di PT. Wijaya Kusuma
Contractors?
13. Apakah ada hubungan antara riwayat penyakit sebelumnya yang sedang
diderita pekerja dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada tangan pekerja
konstruksi di PT. Wijaya Kusuma Contractors?
14. Apakah ada hubungan antara frekuensi mencuci tangan yang dilakukan pekerja
dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada tangan pekerja konstruksi di PT.
Wijaya Kusuma Contractors?

9

15. Apakah ada hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian dermatitis
kontak iritan pada tangan pekerja konstruksi di PT. Wijaya Kusuma
Contractors?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis
kontak iritan pada tangan pekerja konstruksi yang terpapar dengan semen di
PT. Wijaya Kusuma Contractors tahun 2014

1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran kejadian dermatitis kontak iritan pada tangan
pekerja konstruksi yang terpapar dengan semen di PT. Wijaya Kusuma
Contractors .
2. Diketahuinya gambaran lama kontak tangan pekerja dengan semen di
PT. Wijaya Kusuma Contractors .
3. Diketahuinya gambaran jenis keahlian pekerja di PT. Wijaya Kusuma
Contractors .
4. Diketahuinya gambaran usia pekerja di PT. Wijaya Kusuma Contractors.
5. Diketahuinya gambaran masa kerja pekerja di PT. Wijaya Kusuma
Contractors.
6. Diketahuinya gambaran riwayat penyakit sebelumnya yang diderita
pekerja di PT. Wijaya Kusuma Contractors

10

7. Diketahuinya gambaran frekuensi mencuci tangan yang dilakukan
pekerja di PT. Wijaya Kusuma Contractors.
8. Diketahuinya gambaran penggunaan APD pada pekerja yang terpapar
semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors.
9. Diketahuinya hubungan antara lama kontak tangan pekerja dengan semen
dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada tangan pekerja konstruksi
yang terpapar semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors.
10. Diketahuinya hubungan antara jenis keahlian pekerja dengan kejadian
dermatitis kontak iritan pada tangan pekerja konstruksi yang terpapar
semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors
11. Diketahuinya hubungan antara usia pekerja dengan kejadian dermatitis
kontak iritan pada tangan pekerja konstruksi yang terpapar semen di PT.
Wijaya Kusuma Contractors
12. Diketahuinya hubungan antara masa kerja pekerja dengan kejadian
dermatitis kontak iritan pada tangan pekerja konstruksi yang terpapar
semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors
13. Diketahuinya hubungan antara riwayat penyakit sebelumnya yang
diderita pekerja dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada tangan
pekerja konstruksi yang terpapar semen di

PT. Wijaya Kusuma

Contractors
14. Diketahuinya hubungan antara frekuensi mencuci tangan yang dilakukan
pekerja dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada tangan pekerja
konstruksi yang terpapar semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors

11

15. Diketahuinya hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian
dermatitis kontak iritan pada tangan pekerja konstruksi yang terpapar
semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors.
1.5

Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi Perusahaan
Dapat melakukan upaya-upaya perlindungan terhadap pekerja agar terhindar
dari penyakit akibat kerja khususnya resiko terjadinya dermatitis kontak
iritan.
1.5.2 Manfaat Bagi Pekerja
Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai bahaya di tempat kerja
khususnya mengenai dermatitis kontak sehingga pekerja dapat melakukan
upaya-upaya perlindungan agar terhindar dari penyakit tersebut.
1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti
1. Dapat mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan dan kesehatan kerja
yang diterima selama kuliah dalam lingkungan kerja yang sesungguhnya
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kalangan akademisi
sebagai informasi bagi penelitian selanjutnya.

1.6

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian dermatitis kontak iritan pada tangan yang dialami pekerja yang terpapar
semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors tahun 2014.

Penelitian akan

12

dilaksanakan pada bulan April – Juni 2014 oleh mahasiswa jurusan Kesehatan
Masyarakat, Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta di salah satu proyek yang sedang dikerjakan oleh PT Wijaya
Kusuma Contractors yaitu Proyek Temprint yang berlokasi di Palmerah, Jakarta
Barat. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode pendekatan
potong lintang (cross sectional). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
pekerja yang kontak dengan semen (total sampling). Hal ini dikarenakan karena
proyek ini tidak terlalu besar, sehingga tidak mempekerjakan banyak pekerja.
Data-data yang diperoleh berasal dari data primer. Data primer didapatkan dari
hasil pemeriksaan klinis, kuesioner dan observasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Kesehatan Kerja
Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I
pasal 2, Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja maupun penyakit umum
Tujuan dari kesehatan kerja yaitu untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat
dan produktif dan dapat dicapai bila didukung oleh lingkungan kerja yang
memenuhi syarat kesehatan. Salah satu tujuan dari pelaksanaan kesehatan kerja
dalam

bentuk

operasional

adalah

pencegahan

penyakit

akibat

kerja

(Notoatmodjo,2003)
2.2

Proyek Konstruksi
Menurut Gould (2002) mendefinisikan proyek konstruksi sebagai suatu
kegiatan yang bertujuan untuk mendirikan suatu bangunan yang membutuhkan
sumber daya baik biaya, tenaga kerja, material, dan peralatan. Proyek konstruksi
dilakukan secara detail dan tidak berulang.
Dari pengertian dan batasan di atas, maka dapat dijabarkan beberapa
karakteristik proyek sebagai berikut :

13

14

1. Waktu proyek terbatas, artinya jangka waktu, waktu mulai (awal proyek dan
waktu finish (akhir proyek) sudah tertentu.
2. Hasilnya tidak berulang, artinya produk suatu proyek hanya sekali, bukan
produk rutin/berulang (Pabrikasi).
3. Mempunyai tahapan kegiatan-kegiatan berbeda-beda, dengan pola di awal
sedikit, berkembang makin banyak, menurun dan berhenti.
4. Intensitas kegiatan-kegiatan (tahapan, perencanaan, tahapan perancangan dan
pelaksanaan).
5. Banyak ragam kegiatan dan memerlukan klasifikasi tenaga beragam pula.
6. Lahan/lokasi proyek tertentu, artinya luasan dan tempat proyek sudah
ditetapkan, tidak dapat sembarang tempat.
7. Spesifikasi proyek tertentu, artinya persyaratan yang berkaitan dengan bahan,
alat, tenaga dan metoda pelaksanaannya yang sudah ditetapkan dan harus
memenuhi prosedur persyaratan tersebut.
Proses pembangunan proyek konstruksi pada umumnya merupakan kegiatan
yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan proyek
konstruksi memiliki catatan yang buruk dalam hal keselamatan dan kesehatan
kerja (Ervianto, 2005)
2.3

Tenaga Kerja di Konstruksi
Tenaga kerja adalah salah satu komponen penting dalam industri jasa
pelaksanaan konstruksi (Alfian,2010). Hampir semua bagian dan detail pekerjaan
konstruksi masih memerlukan tenaga kerja manusia. Secara umum terdapat lima

15

macam tenaga kerja dalam bidang konstruksi yaitu konsultan, arsitektur,
pengawas, mandor dan tukang (Wibowo dan Pasulu, 2009)
Tenaga kerja yang paling beresiko terpapar bahaya di proyek konstruksi
adalah tukang, karena tukang adalah tenaga kerja yang kontak langsung dengan
hazard di tempat kerja . Tukang di kepalai oleh kepala tukang atau disebut
mandor, setiap mandor biasanya membawahi belasan hingga ratusan tukang.
Dalam melakukan pekerjaannya, tukang juga dibantu oleh kenek (Wibowo dan
Pasulu, 2009)
Tukang yang dibutuhkan dalam suatu proyek konstruksi untuk berbagai jenis
pekerjaan yang ada dilapangan akan berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Menurut Ikatan Arsitek Indonesia perbedaan ini disebabkan karena setiap jenis
pekerjaan konstruksi yang dilakukan membutuhkan keahlian yang berbeda beda
(Wibowo dan Pasulu, 2009)
Menurut Alfian (2010), pembagian spesifikasi tukang berdasarkan keahliannya
adalah sebagai berikut :
a. Tukang Rangka Baja
b. Tukang Kayu
c. Tukang Listrik / Instrumen
d. Tukang Besi
e. Tukang Keramik
f. Tukang Batu
g. Tukang Cat
h. Tukang Batu

16

i.

Tukang Pemasang Pipa

j.

Dan lain sebagainya

Biasanya seorang tukang hanya dapat mendalami satu keahlian saja, namun
ada juga tukang yang dapat menguasai lebih dari satu keahlian. Contohnya tukang
keramik dapat mengerjakan tugas dari tukang batu namun tidak semua tukang batu
dapat mengerjakan tugas seorang tukang keramik.
Bock, et all (2003) dalam sebuah penelitian di Jerman tentang penyakit kulit
akibat kerja di konstruksi, mengklasifikasikan tenaga kerja menjadi 4 kelompok
yaitu :
1. Construction and cement workers ( tukang yg berhubungan langsung dengan
bangunan dan semen ) termasuk di dalamnya yaitu bricklayers (

tukang

batu/tembok), cement workers ( tukang pengaduk semen), unskilled
construction workers (kenek) dan plasterers ( tukang plester dan aci )
2. Tile setter and terrazzo workers ( tukang keramik dan terazo)
3. Wood processor (tukang yang berhubungan dengan perkayuan)

termasuk

didalamnya yaitu carpenter (tukang kayu), dan tillers (tukang pasak)
4. Painters (tukang cat).
Berdasarkan penelitian tersebut, tukang keramik dan terazo diketahui
memiliki angka kejadian penyakit kulit akibat kerja tertinggi dengan 19,9 kasus
per 10.000 pekerja, selanjutnya adalah tukang cat dengan 7,8 kasus , tukang yang
berhubungan dengan bangunan dan semen 5,2 kasus dan yang terakhir tukang
yang berhubungan dengan perkayuan dengan 2,6 kasus.

17

Kaitannya dengan paparan semen, tukang yang beresiko antara lain
bricklayer ( tukang batu/tembok), cement worker ( tukang pengaduk semen),
unskilled construction worker (kenek), plasterers ( tukang plester dan aci ) serta
setter and terrazzo workers ( tukang keramik dan terazo) karena pekerjaan tersebut
menggunakan semen dalam pengaplikasiannya.
2.4

Paparan Semen
Semen merupakan bahan yang banyak digunakan di proyek konstruksi. Salah
satu komposisi dari beton adalah semen. Semen berasal dari kata caementum yang
berarti perekat yang mampu mempersatukan atau mengikat bahan-bahan padat
menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang berfungsi sebagai bahan
perekat antara dua bahan atau lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian yang
kompak atau dalam pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan
sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi bangunan (Walter, 1976)
Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu semen non - hidrolik
dan semen hidrolik. Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di
dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen nonhidrolik adalah kapur. Sedangkan semen hidrolik memiliki kemampuan untuk
mengikat dan mengeras didalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur
hidrolik, semen pozzolan, semen terak, semen alam, semen portland, semenportland-pozzolan, semen portlan terak tanur tinggi, semen alumina, semen
expansif, semen putih, semen warna, dan semen-semen untuk keperluan khusus
(Mulyono, 2005).

18

Pada umumnya, semen untuk bahan bangunan adalah tipe semen portland.
Semen ini dibuat dengan cara menghaluskan silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis dan dicampur bahan gips. Semen portland merupakan perekat hidrolis
yang dihasilkan dari penggilingan klinker yang kandungan utamanya adalah
kalsium silikat dan satu atau dua buah bentuk kalsium sulfat sebagai bahan
tambahan (Puslitbang Pemukiman, 1982) Penemu semen (semen portland) adalah
Joseph Aspadin di tahun 1824, seorang tukang batu berkebangsaan Inggris
dinamakannya portland cement karena semen yang dihasilkannya mempunyai
warna serupa dengan tanah liat alam pulau portland. Komposisi yang sebenarnya
dari berbagai senyawa yang ada berbeda-beda dari jenis semen yang satu dengan
yang lain, untuk berbagai jenis semen ditambahkan berbagai jenis material mentah
lainnya.
Bahan pembentuk semen portland antara lain :
a. Kapur (CaO) , dari batu kapur
b. Silika (SiO2), dari tanah lempung
c. Alumunium (Al2O3)
Sedangkan bahan utama campuran semen portland antara lain :
a. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) atau C3S
b. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) atau C2S
c. Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) atau C3A
d. Tetrakalsium Alumino Ferrid (4 CaO.Al2O3.Fe2O3) atau C4AF
e. Gypsum (CaSO4.2H2O)

19

Gambar 2.1 Salah Satu Jenis Semen Portland

2.4.1 Bahan Kimia Berbahaya Yang Terkandung Dalam Semen
Semen yang paling banyak digunakan saat ini terutama mengandung
kalsium, silikat, alumunium, dan senyawa besi. Selain itu, semen juga
mengandung kromium (VI) atau disebut juga dengan kromat dalam jumlah
yang sedikit. Kromat dikenal sebagai penyebab utama terjadinya dermatitis
kontak pada pekerja yang sering terpapar (kontak) dengan

semen

(Mulyono,2005).
Kromium adalah baja berwarna abu-abu, logam yang mengkilat, yang
digunakan digunakan pada industri baja krom atau bijih nikel krom
(stainless steel) dan untuk pelapis krom logam lain (Marks & Deleo, 1992).
Menurut Cronin (1980), Pajanan kromium

terhadap kulit dapat

menimbulkan dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan,
Dermatitis kontak iritan primer dihubungkan dengan kandungan kromium
yang bersifat sitotoksik (merusak sel), sementara itu dermatitis kontak alergi
diakibatkan adanya respon inflamasi yang diperantarai oleh sistem imun.
Menurut Mulyono (2005) yang mengutip pendapat Cronin(1980)
mengemukakan bahwa kandungan kromat dalam semen tidak dapat

20

diturunkan meskipun dengan melakukan penggantian bahan mentah atau
merubah proses pembuatan. Namun, telah ditemukan suatu cara yaitu
dengan cara penambahan fero sulfat dapat menurunkan bentuk kromium
(VI) menjadi kromium (III) yang tidak bersifat iritan dan allergen terhadap
kulit. Fero sulfat merupakan senyawa kimia yang tidak mahal, jumlah yang
dibutuhkan untuk menurunkan kromat sangat sedikit dan keberadaannya
tidak mempengaruhi senyawa lain dalam semen.
Semen dapat menyebabkan dermatitis dengan mekanisme adanya
iritasi dan atau sensititasi dengan kromat. Semen yang pada kenyataannya
adalah agen yang bersifat alkali, abrasif, dan hidroskopis diduga menjadi
alasan mengapa lebih banyak pria yang alergi terhadap kromat dalam semen
daripada lewat kontak dengan sumber lain yang mempunyai konsentrasi
kromat yang sama (Mulyono, 2005). Semen portland mempunyai pH lebih
dari 12 sehingga bersifat alkalis yang kuat yang dapat menyebabkan
dermatitis kontak iritan primer. Bahan alkalis pada konsentrasi yang kecil
apabila kontak berulang-ulang dengan kulit

juga dapat menimbulkan

dermatitis kontak iritan kumulatif, dengan gejala gatal-gatal, fisura, dan
nyeri pada daerah kulit yang terpapar ( Fregert, 1981)
Menurut Cronin (1980), semen yang kering relatif tidak berbahaya
dan sangat sedikit kasus dermatitis akibat semen yang terjadi di pabrikpabrik pembuatan semen. Semen yang basah lebih bersifat alkali dibanding
semen kering karena air membebaskan kalsium hidroksida menyebabkan

21

peningkatan pH dan adanya campuran dengan pasir yang bersifat abrasif
yang secara mekanis dapat mengiritasi kulit dan menyebabkan dermatitis.
2.5

Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini timbul disebabkan oleh adanya
pekerjaan. Berat ringannya penyakit dan cacat tergantung dari jenis dan tingkat sakit
sehingga sering kali terjadi cacat yang berat sehingga pencegahannya lebih baik
daripada pengobatan (Anies, 2005).
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan kerja dari masyarakat
pekerja bukan hanya dipengaruhi oleh bahaya-bahaya kesehatan ditempat kerja dan
lingkungan kerja, tetapi juga faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja
serta faktor-faktor lainnya (Depkes RI, 1992)

2.6

Penyakit Kulit Akibat Kerja
Menurut Wahyudi (2005), penyakit kulit akibat kerja atau Occupational
Dermatitis adalah penyakit kulit yang disebabkan atau diperburuk oleh pekerjaan
seseorang. Nama lain Occupational Dermatitis adalah dermatitis industrial,
dermatitis kontak, dermatitis kontak eksematosa , dermatitis iritan primer dan
dermatitis eksematosa alergika.

22

Menurut Suma’mur (2009) Penyebab dari penyakit ini dapat digolongkan atas:
a. Faktor Mekanik
Gesekan,

tekanan

trauma,

menyebabkan

hilangnya

barrier

sehingga

memudahkan terjadinya sekunder infeksi. Penekanan kronis menimbulkan
penebalan kulit seperti pada kuli bangunan dan pelabuhan.
b. Faktor Fisik
1. Suhu tinggi di tempat kerja dapat menyebabkan miliara, combustion.
2. Suhu rendah menyebabkan chillblains, trenchfoot, frostbite.
3.Kelembaban yang menyebabkan kulit menjadi basah, hal ini dapat
menyebabkan malerasi, paronychia dan penyakit jamur.
c. Faktor Biologi
Bakteri, virus, jamur, serangga, kutu, cacing menyebabkan penyakit pada
karyawan pelabuhan, rumah potong, pertambangan, peternakan, tukang cuci
dan lain-lain.
d. Faktor Kimia
Apabila kulit terpapar dengan bahan kimia dapat terjadi kelainan kulit berupa
dermatitis kontak iritasi atau dermatitis kontak alergi
2.7

Dermatitis Kontak Akibat Pekerjaan
Dermatitis kontak akibat pekerjaan (occupational contact dermatitis) secara
medis dapat diartikan sebagai dermatitis kontak dimana pekerjaan merupakan
penyebab utama atau salah satu diantara faktor-faktor yang menyebabkan
dermatitis kontak tersebut. Menurut Fregert (1981), be

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Di Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015

6 71 101

Faktor-faktor yang berhubungan dermatitis kontak iritan pada pekerja pengolahan sampah di TPA Cipayung kota Depok tahun 2010

9 56 136

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Gejala Penyakit Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Kecantikan Kuku (Manicure-Pedicure) di Salon The Nail Shop Medan TAHUN 2016

0 0 16

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Gejala Penyakit Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Kecantikan Kuku (Manicure-Pedicure) di Salon The Nail Shop Medan TAHUN 2016

0 1 2

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Gejala Penyakit Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Kecantikan Kuku (Manicure-Pedicure) di Salon The Nail Shop Medan TAHUN 2016

1 1 11

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Gejala Penyakit Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Kecantikan Kuku (Manicure-Pedicure) di Salon The Nail Shop Medan TAHUN 2016

0 3 27

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Gejala Penyakit Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Kecantikan Kuku (Manicure-Pedicure) di Salon The Nail Shop Medan TAHUN 2016

0 4 3

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Gejala Penyakit Dermatitis Kontak Iritan Pada Tangan Pekerja Kecantikan Kuku (Manicure-Pedicure) di Salon The Nail Shop Medan TAHUN 2016

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GEJALA DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BENGKEL MOTOR DI WILAYAH KOTA KENDARI TAHUN 2016

0 0 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GEJALA DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BENGKEL KELURAHAN MERDEKA KOTA MEDAN TAHUN 2015

0 1 17