Analisis Pembentukan Karakter Siswa Mela (1)

Analisis Pembentukan Karakter Siswa Melalui
Pembelajaran Bahasa Inggris Di Kelas XI IPA 6
SMA N 15 Semarang
Barokatun Nasikha
Testiana Deni W, S.Pd, M,Pd
Barokatunnasikha@gmail.com
Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Muhammadiyah Semarang
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pembentukan karakter pada siswa melalui proses pembelajaran
bahasa Inggris, di SMA N 15 Semarang. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sampel dari
penelitian ini diambil dari kelas XI IPA 6. Data diperoleh melalui
observasi kegiatan siswa saat proses pembelajaran bahasa
Inggris. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, dari
beberapa indikator dari Kemendiknas, 2010 PP No 12 yaitu :
religiusitas, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, dan bertanggung jawab. Dari indikator tersebut ada
beberapa yang telah dicapai oleh siswa yakni : religiusitas,
toleransi, kerja keras, dan kreatif. Jika ditinjau dari aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Sedangkan indikator
lainnya belum tercapai oleh siswa, hal itu dikarenakan masih
adanya keterbatasan siswa yang mudah terpengaruh hal negatif
seperti membolos, dan menginginkan hasil yang instan misalnya
mencontek saat ujian akhir sekolah.
Kata kunci : pembentukan karakter, proses pembelajaran,
bahasa Inggris
Abstract
This study aimed to analyze the character buiding of
students through English learning process, in Senior High
School State of 15 Semarang. The method used in this research
is descriptive qualitative. The samples of this research taken in
1

the class XI of science 6. The data was collected by observing
the activities of students in English learning process. The result
of this research showed, from these indicator by Kemendiknas
2010 PP No 12, it is religious, honest, tolerance, discipline, hard
work, creative, independent, and responsible. From these
indicator that has been achieved by students : religious,

tolerance, hard work, and creative. It has been reviewed by
students activities on learning process in the class. whereas, the
other indicator has not achieved by students because, the
limitation of students that contaminated easlily about negative
things like ditching, and want to get immediate result for
example they are cheating when the final examination.
Keywords : character buiding, learning process, English
PENDAHULUAN
Pembentukan karakter merupakan salah satu hal yang
akan berpengaruh terhadap kelangsungan suatu bangsa dan
negara di masa yang akan datang. Karena melalui pendidikan
karakter khususnya di sekolah hal tersebut akan menjadi tolak
ukur seorang siswa dalam berperilaku pada kehidupan sehariharinya baik di sekolah maupun di luar sekolah. Namun pada
kenyataannya kini karakter siswa belum menunjukkan karakter
yang baik, seperti masih terlihatnya perilaku siswa yang
menyimpang dari nilai-nilai, moral, dan norma yang berlaku.
Oleh karena itu sekarang ini dunia pendidikan sedang
menerapkan penguatan pembentukan karakter pada siswa,
berdasarkan
kurikulum

yang
mulai
diterapkan
dan
dikembangkan Kurikulum 2013 yang merupakan sistem
pendidikan yang mengarah kepada pembentukan sebuah sikap
dan perilaku yang baik, mendidik anak untuk jujur, adil,
menghormati orang tua, bermoral, dll. Hal tersebut dikarenakan
pendidikan tidak hanya berkaitan dengan ilmu pengetahuan
tetapi berkenaan pula dengan pembentukan kepribadian,
karakter masyarakat, dan kurikulum yang digunakan.
Berbicara mengenai kurikulum merupakan hal yang akan
terus berkembang dan berubah seiring perkembangan zaman
dan kebutuhan yang diperlukan pada dunia pendidikan pada
saat itu. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi
guru berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
kegiatan belajar mengajar. Sementara bagi kepala sekolah dan
pengawas kurikulum berfungsi pedoman dalam melakukan

2


supervisi atau pengawas. Bagi orang tua kurikulum berfungsi
sebagai pedoman guna membimbing anaknya belajar di rumah.
Selanjutnya, bagi masyarakat kurikulum berfungsi sebagai
pedoman untuk memberikan bantuan dalam terselenggaranya
proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi peserta didik,
kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar.
Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan saat
proses pembelajaran bahasa Inggris di kelas XI IPA 6 SMA N 15
Semarang. XI IPA 6 SMA adalah salah satu kelas dengan siswa
yang paling aktif. Hal tersebut juga diungkapkan oleh salah
seorang guru mata pelajaran bahasa Inggris. Kurikulum 2013
telah diterapkan pada kelas tersebut. Dimana kurikulum 2013
tersebut menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran di kelas. Akan tetapi tidak hanya terkait keaktifan
siswa kurikulum 2013 juga bertujuan untuk membentuk
karakter pada siswa. Dalam hal perangkat pembelajaran
maupun kompetensi pendidiknya saat proses pembelajaran
berlangsung sudah memadai, sehingga proses pembelajaran
yang berlangsung berkualitas. Namun apakah hal-hal tersebut

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan
karakter siswa. Maka dari itu, adapun tujuan dari penelitian
yang dilakukan pada tanggal 31 Juli - 11 Agustus 2017 ini
adalah untuk menganalisis pembentukan karakter pada siswa
melalui proses pembelajaran bahasa Inggris di kelas XI IPA 6
SMA N 15 Semarang.

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Ramli (2011 : 43) pembentukan karakter
memiliki esensi yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak
supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan
warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik,
warga masyarakat, dan warga negara yang baik bagi suatu
masyarakat atau bangsa. Oleh karena itu,
hakikat dari
pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia
adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nila-nilai luhur
bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka
membina kepribadian generasi muda.


3

Selanjutnya Wuryanto (2011 : 11) mengemukakan bahwa
perspektif pembentuan karakter adalah peranan pendidikan
dalam membangun karakter anak. Pola pengasuhan pada
pembentukan perilaku anak sejak usia dini adalah mendidik dan
membangun kemandirian anak. Konsep kasih sayang dalam
proses pembelajaran untuk pengembangan karakter anak.
Pendidikan karakter diintegrasikan dengan kognitif, afektif,
psikomotor,
keteladanan,
pembiasaan,
pengkondisian
lingkungan dan kegiatan terprogram diversifikasi.
Dari penjabaran tersebut maka dapat dikatakan bahwa
pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan dari
pendidikan nasional. Pendidikan nasional itu sendiri bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Hal tersebut dibuat

agar pendidikan itu tidak hanya membentuk insan Indonesia
yang cerdas, namun juga berkepribadian atau lebih berkarakter.
Sehingga nantinya akan melahirkan generasi-generasi bangsa
yang unggul dan tumbuh berkembang dengan karakter yang
bernafaskan nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Pembentukan
karakter yang sedemikian rupa diyakini akan berpengaruh
terhadap
ketercapaian
suatu
pendidikan.
Sehingga
pembentukan karakter ini dikaitkan dengan berbagai materi
pembelajran di sekolah. salah satunya melalui proses
pembelajaran bahasa asing.
Proses pembelajaran itu sendiri merupakan suatu proses
interaksi antara peserta didik dan pendidik dengan sumber
belajar dalam suatu lingkungan. Pembelajaran merupakan
bentuk bantuan yang diberikan pengajar agar tercipta proses
memperoleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran
serta tabiat, pembentukan sikap dan kepercayaan pada murid.

Dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses untuk
mengarahkan peserta didik agar bisa belajar secara baik dan
dapat mencapai tujuan dari pembelajran itu sendiri.
Jogiyanto (2007 : 12) berpendapat bahwa proses
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang
mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi suatu
situasi yang dihadapi dan karakteristik-karakteristik dari
perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan
kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan atau
perubahan-perubahan sementara. Dari pendapat tersebut dapat
katakan bahwa proses pembelajaran adalah segala upaya
bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah
informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan

4

bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar yang
berkelanjutan. Untuk terciptanya suatu proses pembelajaran
yang berkualitas maka diperlukan adanya sebuah sistem yang
dapat menkoordinir proses pembelajaran tersebut melalui

pnggunaan kurikulum.
Latifatul (2013 : 147) berpendapat bahwa kurikulum 2013
adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas
dalam rintisan Kurikulum Berbasis Bompetensi ( KBK) 2004,
tetapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera
mengimplementasikan kurikulum tingkat satuan pendidikan
2006.
Nuh (2013 : 81A) Kurikulum 2013 dirancang sebagai
upaya mempersiapkan generasi Indonesia 2045 ( 100 tahun
Indonesia merdeka ), sekaligus memanfaatkan momentum
populasi usia produktif yang jumlahnya sangat melimpah agar
menjadi bonus demografi dan tidak menjadi bencana demografi.
Rancangan yang dibuat hendaknya memenuhi targetindikator
yang dicapai dan dikolaborasikan dengan pembentukan
karakter.
Untuk mengetahui apakah siswa telah mencapai ranah
yang menjadi sasaran dalam pembelajaran diperlukan indikatorindikator. Indikator ini digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran dan
mengintegrasikan
nilai-nilai

karakter
dalam
sikapnya.
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui
melalui pencapaian indikator oleh siswa sebagaimana tercantum
dalam Standar Kompetensi Lulusan SMA yang dinyatakan dalam
indikator secara konsisten (Kemendiknas, 2010 : PP No 12 ),
yang meliputi:
a. Religius
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang diupayakan
selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran
agama.
b. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya. Hal ini
diwujudkan dalam hal perkataan, tindakan, dan pekerjaan
baik itu terhadap diri sendiri maupun pihak lain.
c. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang

berbeda dari dirinya.
5

d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas
(belajar atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara nyata atau logika
untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan mutakhir dari
sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain.
i. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari,
dilihat, dan didengar.
j. Semangat kebangsaan
Cara
berpikir,
bertindak
dan
berwawasan
yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas
kepentingan diri dan kelompoknya.
k. Cinta tanah air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.
l. Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
Bersahabat atau komunikatif tindakan yang memperlihatkan
rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan
orang lain.
n. Cinta damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar membaca
Kebiasaaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli lingkungan

6

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan
upaya-upaya
untuk
memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, sebagaimana yang seharusnya dilakukan
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial,
dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.
Ranah indikator di atas yang dapat diimplementasikan pada
proses pembelajaran di kelas khususnya bahasa Inggris
adalah religiusitas, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Subyek penelitian kelas XI IPA 6 SMA N 15
Semarang yang diperoleh dari teknik random sampling. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi kegiatan
pembelajaran bahasa Inggris siswa.
Sugiyono (2009 : 311) menyatakan bahwa dalam observasi
partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi
dalam aktivitas mereka. Dari pendapat tersebut dapat
diasumsikan bahwa observasi merupakan metode pengumpulan
data melalui pengamatan suatu lingkungan untuk memperoleh
data yang akurat dan bermanfaat.
Menurut Sudjana (2011 : 22) observasi atau pengamatan
sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan
yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat
mengukur atau menilai hasil proses belajar mengajar misalnya
tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada
waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam
simulasi, dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar.
Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan

7

perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasi
dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya,
kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya.
Dalam hal ini, penelitian ini menggunakan kerangka
teoritis yang relevan dengan tujuan penelitian. Adapun
kerangka teoritis adalah kerangka berpikir yang bersifat
konseptual mengenai masalah yang akan diteliti. Kerangka
berpikir tersebut menggambarkan hubungan antara konsepkonsep atau variabel-variabel yang akan diteliti. Konsep yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah tentang pelaksanaan
pembentukan karakter siswa melalui proses pembelajaran
bahasa Inggris, yang diuraikan secara detail dikerangka berpikir
berikut ini.
Karakter Peserta didik

Materi pelajaran

Guru bahasa
Inggris

Proses Pembelajaran

Meto
de

Evaluas
i

Pembentukan karakter
Siswa

Gambar 2: Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, objektif ,
logis dan rasional mengenai berbagai fenomena. Observasi
sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik
bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara
dan kuesioner dimana wawancara dan kuesioner selalu

8

berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas
pada orang, tetapi juga objek-objek yang lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis pembentukan karakter di SMA
N 15 Semarang, secara garis besar pembelajaran bahasa Inggris
yang berlangsung yaitu, guru model di SMA N 15 Semarang
pada praktiknya menggunakan metode ceramah dan diskusi
informasi
dengan
siswa
dalam
menyampaikan
materi
pembelajaran. Metode ini juga cukup efektif digunakan karena
guru mengajak siswanya untuk berdiskusi, bertukar informasi
sehingga proses pembelajaran tidak terpusat pada guru saja
karena siswa dituntut berperan aktif pula saat proses
pembelajaran
berlangsung.
Media
pembelajaran
yang
digunakan dalam pembelajaran yaitu LKS (Lembar Kerja Siswa)
yang telah dimiliki masing-masing siswa. Ketersediaan sarana
prasarana pendukung pembelajaran dalam keadaan baik dan
guru memanfaatkannya pada saat proses pembelajaran seperti
LCD dan white board. Selain itu ada evaluasi terencana dalam
proses pembelajaran.
Evaluasi merupakan suatu keharusan bagi seorang guru,
dengan evaluasi inilah guru dapat mengetahui sejauh mana para
siswa telah dapat menerima materi yang disampaikan oleh guru
bahasa Inggris di SMA Negeri 15 Semarang. Penilaian yang
dilakukan oleh guru berupa penilaian proses dan penilaian
akhir.Penilaian proses biasanya tidak dalam bentuk tes yakni
dengan mengamati baik itu keaktivan siswa ketika kegiatan
belajar mengajar maupun diskusi, sedangkan penilaian akhir
dalam bentuk tes yakni mengerjakan soal ulangan. Penilaian
proses dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Siapa-siapa yang aktif bertanya atau menjawab, bagaimana
perilaku mereka selama pembelajaran, dan seperti apakah sikap
mereka terhadap guru dan siswa lain, serta kegiatan yang
dilakukan ketika bekerja kelompok. Adapun untuk penilaian
akhir dilaksanakan dengan tes ulangan. Untuk ulangan harian
biasanya dilaksanakan setelah selesai satu bab pelajaran. Guru
memberikan soal dalam bentuk uraian jumlahnya lima soal,
sedangkan untuk ulangan tengah semester dari sekolah
mengatur soal yang diberikan kepada siswa harus dalam bentuk
pilihan ganda. Karakter siswa tidak ada penilaian yang
dilakukan secara khusus, hanya
melalui pengamatan selama KBM. Karakter digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam membuat nilai rapor. Ketika

9

terdapat siswa yang nilainya kurang dari KKM sedangkan
selama ini karakter siswa tersebut bagus maka itu akan menjadi
pertimbangan guru untuk menaikkan nilai siswa tersebut
sehingga bisa mencapai KKM. Menurut guru, karakter siswa
lebih mudah dilihat ketika metode pembelajaran yang
diterapkan adalah diskusi. Di sana akan bisa diamati siswasiswa yang mau bekerja sama, berani, tanggung jawab, egois,
dan sebagainya.
Adapun observasi yang dilakukan adalah dengan observasi
partisipasi pasif. Jadi peneliti dalam hal ini datang di tempat
kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam
kegiatan tersebut. Peneliti disini hanya sebagai pengamat.Dalam
penelitian ini, peneliti mengamati secara langsung proses
pembelajaran sejarah di SMA Negeri 15 Semarang, dengan
menggunakan alat pengumpulan data yang berupa lembar
observasi dan foto. Melalui observasi maka peneliti terjun
langsung ke lokasi penelitian dengan alasan, untuk mengetes
kebenaran informasi karena ditanyakan langsung kepada subjek
secara lebih dekat dan untuk mencatat perilaku dan kejadian
yang sebenarnya.
Nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan dalam diri
siswa menurut pedoman dari kemendiknas terdapat 18 nilai
antara lain religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
jawab akan tetapi tidak semua nilai-nilai karakter tersebut
relevan dengan pembelajaran bahasa Inggris maka kemudian
dipilih yang sesuai dengan pembelajaran bahasa Inggris yaitu:
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
tanggung jawab.
a. Religiusitas
Dalam hal religiusitas guru bahasa Inggris sangat
menanamkan nilai karakter tersebut, melalui pembacaan
doa
sebelum
dan
sesudah
proses
pembelajaran
berlangsung. Sehingga hal tersebut telah tertanam dalam
keseharian siswa, yang dapat dilihat dari keseriusan siswa
saat berdoa.
b. Jujur
Kejujuran menjadi faktor yang diutamakan guru dalam
pembelajaran bahasa Inggris, karena melalui kejujuran
itulah guru dapat mengetahui kemampuan siswa yang

10

sebenar-benarnya dan guru sempat mengutarakan bahwa
akan lebih mengargai kejujuran siswa dibandingkan aspek
lainnya. Meski hal tersebut telah ditanamkan oleh guru
bahasa Inggris, namun masih dijumpai beberapa siswa
kurang jujur dalam praktek kesehariannya seperti
mencontek tugas teman dan mencontek saat ulangan
berlangsung.
c. Toleransi
Aspek toleransi dalam hal ini erat kaitannya dengan
religiusitas maupun ekonomi. Karena guru menghimbau
agar siswa tidak memandang sebelah mata pada siswa
lainnya yang berbeda dalam beberapa aspek. Hal ini pun
telah dipraktekan siswa dalam praktek kesehariaanya,
dimana
siswa
tidak
mempermasalahkan
berbagai
perbedaan yang ada.
d. Disiplin
Guru seringkali mencontohkan dalam hal ini, melalui
datang tepat waktu saat akan mengajar begitupun saat
mengakhiri jam pelajaran sesuai jadwal yang berlaku.
Dalam penerapannya pada siswa guru menghimbau agar
siswa tepat waktu saat datang ke sekolah, memasuki jam
pelajaran, dan mengumpulkan tugas-tugasa yang diberikan
oleh guru.
e. Kerja keras
Aspek tersebut adalah aspek yang harus dimiliki oleh guru
maupun siswa secara seimbang. Karena bila hanya satu
pihak saja yang bekerja keras dalam proses pembelajaran
maka hasil pembelajaran tersebut tidak akan tercapai
dengan maksimal. Sehingga guru selalu menanamkan sikap
pantang menyerah dalam menghadapi berbagai hal, hal
tersebut telah disambut baik oleh siswa. Sehingga terjalin
keselarasan antar kedua belah pihak.
f. Kreatif
Hal ini menjadi tugas berat bagi guru. Dimana guru harus
selalu berinovasi dan kreatif saat menyampaikan materi
pembelajaran Bahasa Inggis. Siswa juga dituntut kreatif
dalam hal ini, melalui pemberian penugasan yang dapat
mengasah kreatifitas siswa. Siswa cukup antusias dalam
menanggapi hal ini.
g. Mandiri
Aspek mandiri ini berkaitan erat dengan kejujuran, dimana
siswa dapat berperilaku mandiri bila telah menerapkan
aspek kejujuran tersebut. Dalam pengaplikasiaanya belum
sepenuhnya, karena pada hakikatnya siswa masih melihat
faktor-faktor pendukungnya seperti guru, orang tua, teman.

11

Hal
tersebut
yang
memungkinkan
siswa
masih
menggantungkan dirinya pada beberapa hal tersebut.
h. Tanggung Jawab
Guru juga menghimbau agar siswa mulai bertanggung
jawab atas hal maupun keputusan yang telah diambilnya.
Dalam penerapannya memang belum sepenuhnya, karena
masih dijumpai siswa yang tidak masuk sekolah tanpa
adanya keterangan apapun. Hal tersebut membuktikan
bahwa siswa belum mampu bertanggung jawab atas
kewajibannya sebagai pelajar.
Berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti, dapat
dilihat bahwa pembentukan karakter dalam pembelajaran
bahasa Inggris di SMA N 15 Semarang sudah diterapkan sejak
dahulu oleh para guru sebelum digalakkan oleh Depdikbud.
Namun untuk memasukkan nilai-nilai karakter dalam silabus
dan RPP hanya baru-baru ini saja namun pada dasarnya, nilainilai karakter yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran
sudah diintegrasikan sejak lama. Adapun faktor penghambat
dan faktor pendukung pembentukan karakter siswa yaitu :
1. Faktor Pendukung Pembentukan Karakter Siswa
Pelaksanaan pembentukan karakter dalam rangka
mengembangkan karakter peserta didik di SMA Negeri 15
Semarang memiliki beberapa faktor pendukung diantaranya
adalah sarana dan prasarana yang cukup memadai
memudahkan para siswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuannya. Seperti misalnya adanya wifi, LCD di setiap
kelas, serta mushola yang mendukung kegiatan yang
bernuansa agama di SMA Negeri 15 Semarang. Adanya wifi
para siswa akan lebih mudah dalam menggali informasi
melalui internet sehingga rasa ingin tahunya dapat terjawab.
Rasa ingin tahu yang besar akan mengantarkan siswa pada
pengetahuan yang lebih luas lagi. Peserta didik juga
difasilitasi
dengan
bermacam-macam
kegiatan
ekstrakurikuler. Diantaranya terdapat ekstra kurikuler
pramuka, PMR, bela diri, olahraga, dll. Dimana melalui
kegiatan yang melibatkan keaktifan gerak dan pikiran para
siswa inilah diharapkan karakter anak semakin kuat. Dengan
kegiatan ekstra kurikuler ini siswa dikondisikan untuk
bersosialisasi bersama teman dan lingkungan sekitar. Faktor
pendukung lainnya adalah guru yang senantiasa memberikan
motivasi-motivasi kepada peserta didik untuk dapat selalu
menggali kemampuan dan mengembangkan karakter baik

12

dalam diri mereka. Selain itu, Kepala Sekolah mempunyai
program, setiap pagi kepala sekolah dan beberapa guru
berdiri di dekat gerbang sekolah untuk menyambut
kedatangan para siswa. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan
agar para siswa merasa nyaman di sekolah dimana hari
disambut oleh para guru dengan senyum serta dibiasakan
untuk hormat kepada guru. Kemudian poster-poster serta
slogan-slogan
bermuatan
nilai-nilai
karakter
yang
ditempelkan di lingkungan sekitar sekolah akan membuat
peserta didik merasa selalu diingatkan ketika melihat poster
tersebut.
2. Faktor Penghambat Pembentukan Karakter Siswa
Pelaksanaan pendidikan karakter untuk mengembangkan
karakter siswa di SMA Negeri 15 Semarang tidak serta merta
berjalan lancar. Terdapat beberapa faktor yang menghambat
pengembangan karakter peserta didik ke arah yang lebih
baik. Adapun hambatan tersebut selain dari dalam diri siswa
juga dari luar lingkungan sekolah yang justru lebih sulit
untuk menanganinya. Diantara hambatan-hambatan tersebut
adalah karena latar belakang masing-masing siswa yang
berbeda. Salah satunya karena anak-anak itu dari golongan
ekonomi yang berbeda-beda, kebiasaan yang berbeda juga
nah itu kita harus meluruskan mereka yang benar itu apa,
yang baik itu bagaimana. Hambatan berikutnya yakni, dari
pihak guru bahasa Inggris sendiri belum memiliki instrumen
khusus yang digunakan untuk menilai karakter siswa.
Hambatan lain dalam pembentukan karakter siswa tidak
berasal dari diri siswa akan tetapi lingkungan di luar sekolah.
Saat ini banyak sekali terdapat warnet serta game on line
yang tempat dan harga yang ditawarkan terjangkau oleh
siswa. Di tempat-tempat tersebut tidak diberlakukan batasan
bagi pelajar sehingga dapat mengganggu waktu belajar siswa
ssaat di luar sekolah.
KESIMPULAN
Pengembangan nilai-nilai karakter yang baik dalam diri
peserta didik menjadi suatu hal yang sangat mendesak saat ini.
Karena pendidikan karakter tidak hanya menjadikan peserta
didik cerdas, tetapi juga mempunyai budi pekerti dan sopan
santun, sehingga keberadaanya sebagai anggota masyarakat
menjadi bermakna bagi dirinya mapun bagi orang lain karena
manusia tidak hanya dituntut untuk dapat menjadi pribadi yang
13

mandiri namun juga pribadi yang berkontribusi bagi orangorang di sekitarnya. Materi dalam pembelajaran bahasa Inggris
cukup strategis untuk mengembangkan karakter siswa karena
memuat beberapa nilai-nilai karakter bagi peserta didik seperti
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
tanggung jawab. Dari beberapa indikator tersebut ada beberapa
yang telah diaplikasikan sepenuhnya oleh siswa dalam
kesehariannya di sekolah yaitu religiusitas, toleransi, kerja
keras, dan kreatif. Meskipun belum semuanya diaplikasikan
dengan baik oleh siswa, hal itu dikarenakan masih adanya
keterbatasan siswa yang mudah terpengaruh hal negatif seperti
membolos, dan menginginkan hasil yang instan misalnya
mencontek saat ujian akhir sekolah. Namun beberapa indikator
yang telah dicapai tersebut mampu menjadikan siswa sebagai
pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

14

DAFTAR PUSTAKA
Jogiyanto H. M. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis.Yogyakarta:
BPFE
Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa. Jakarta:
Kementrian Pendidikan Nasional
Mida, Latifatul M. 2o13. Kupas Tuntas Kurikulum 2013: Kata
Pena: 2013
Nuh, Muhammad. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013
Tentang Implementasi Kurikulum. KEMENDIKBUD: 2013.
Ramli, Mansyur. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan
Karakter. Jakarta: Kemendiknas
Sudjana, nana, 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT Remaja Rosydakarya
Wuryanto, Agus. 2011. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam
Pembelajaran.Solo:
PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

15

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63