Pengetahuan Ibu tentang Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal yang Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Hj. T. Syarifah Amelia Silvia tahun 2013

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan Notoadmodjo, ( 2007) yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartiakan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkat pengetahuan ini adalah kembali (recall), sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyabutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar. Orang yang telah paham secara objek atau materi harus dapat menjelaskan, memberi, memberi contoh, menyimpulkan, meramalkan


(2)

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (Analisys)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluasi)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian- penilaian itu berdasarkan suatu kriteria, yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

3. Kategori Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi 3 kategori: 1. Baik : 76-100%

2. Sedang : 56-75% 3. Kurang : <56%

4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu 1. Umur

Umur adalah variable yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan- penyelidikan epidemiologi. Angka- angka kesakitan maupun kematian di


(3)

dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoadmodjo, 2007).

Menurut Nursalam dan pariani (2001), orang lebih muda mempunyai daya ingat yang lebih kuat dan kreativitas lebih tinggi dalam mencari dan mengenal sesuatu yang belum diketahui dibandingkan dengan orang yang lebuh tua. Disamping itu kemampuan untuk menyerap pengetahuan baru lebih mudah dilakukan pada umur yang lebih muda karena otak berfungsi maksimal pada umur muda.

2. Pendidikan

Pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang yang lain agar menjadi lebih dewasa atau mencapai tingkat hidup atau kehidupan yang lebih tinggi dalam arti mental ( Hasbullah, 2009).

Tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka tingkat pemahaman juga meningkat serta tepat dalam pengambilan sikap. Menurut Depertemen pendidikan Nasional (2003) berupa UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional menyebutkan bahwa pendidikan dibagi tiga yaitu pendidikan dasar meliputi SD/SMP, pendidikan menengah meliputi SMU/SMK, dan pendidikan tinggi meliputi Perguruan Tinggi (Ajunk, 2011).

3. Paritas

Menurut Ajunk (2009), paritas merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim. Paritas sangat berpengaruh sekali terhadap penerimaan seorang terhadap pengetahuan


(4)

dimana sengakin banyak pengalaman seorang ibu akan menerima akan semakin mudah, paritas dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Primipara : wanita yang telah melahirkan anak satu kali dengan usia kehamian >28 minggu.

b. Multipara : seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari seorang anak. c. Grandemultipara : wanita yang telah melahirkan lima orang anak atau

lebih. B. Faktor Maternal

Menurut Proverawati dan Ismawati, (2010). Faktor ibu yang menyebabkan BBLR adalah umur, paritas, keadaan sosial, dan sebab-sebab lain. a. Usia ibu:

1. Usia < 16 tahun 2. Usia > 35 tahun b. Paritas

1. Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat. c. Keadaan sosial:

1. Golongan sosial ekonomi rendah 2. Perkawinan yang tidak syah d. Sebab lain:

1. Ibu yang perokok 2. Ibu peminum alkohol 3. Ibu pecandu narkotik


(5)

1. Faktor yang mempengaruhi kehamilan

Tujuan dari asuhan kebidanan adalah guna mendeteksi adanya kelainan atau risiko pada ibu hamil. Kehamilan menyebabkan timbulnya banyak perubahan pada ibu.

1. Status Kesehatan

a. Kehamilan pada usia tua 1. Segi negatif pada usia tua

a) Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun akan sangat menentukan proses kelahirannya. Hal ini turut mempengaruhi kondisi janin.

b) Pada proses pembuahan, kualitas sel telur perempuan pada usia ini telah menurun jika dibandingkan dengan sel telur pada perempuan dengan usia reproduksi sehat ( 25-30 tahun).

c) Kontraksi uterus juga sangat mempengaruhi oleh kondisi fisik ibu. Jika ibu mengalami penurunan kondisi, terlebih pada primitua (hamil pertama dengan usia lebih dari 40 tahun), keadaan ini harus benar- benar diwaspadai.

2. Segi positif hamil tua.

a) Kepuasan peran sebagai ibu b) Merasa lebih siap

c) Pengetahuan mengenai perawatan kehamilan dan bayi lebih baik d) Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan

e) Mampu mengambil keputusan f) Karir baik, status ekonomi lebih baik g) Perkembangan intelektual anak lebih tinggi


(6)

h) Periode menyusui lebih lama

i) Toleransi pada kelahiran lebih besar b. Kehamilan ganda

1) Pada kasus kehamilan multiple (kehamilan lebih dari satu janin), biasanya kondisi ibu lemah, ini disebabkan oleh adanya beban ganda yang harus ditanggung, baik dari pemenuhan nutrisi, oksigen dan lain- lain. Biasanya kehamilan ganda mengindikasikan adanya beberapa penyulit pada proses persalinan. Selain itu risiko adanya kelahiran premature, kematian dan cacat juga harus dipertimbangkan.

2. Status gizi

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang cukup sangat mutlak dibutuhkan oleh ibu hamil agar bisa memenuhi kebutuhan atau nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dikandungnya, sekali gus bagi persiapan fisik ibu untuk menghadapi persalinan dengan aman. Selama masa kehamilan bayi sangat membutuhkan zat- zat penting yang hanya dapat dipenuhi dari ibu. Penting bagi bidan untuk memberikan informasi kepada ibu karena terkadang ibu kurang memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsi. Biasanya masyarakat di era sekarang lebih mementingkan selera dengan mengabaikan kualitas makanan yang dikonsumsi. Pemenuhan gizi seimbang selama hamil akan meningkatkan kesehatan bayi dan ibu, terutama dalam menghadapi masa nifas sebagai modal awal untuk menyusui.

3. Gaya hidup

Selain pola makan yang dihubungkan sdengan gaya hidup masyarakat sekarang, ternyata ada gaya hidup lain yang cukup merugikan kesehatan seorang perempuan hamil, misalnya kebiasaan begadang, bepergian jauh


(7)

dengan kendaraan bermotor dan lain- lain. Gaya hidup ini akan mengganggu kesejahteraan bayi yang dikandung karena kebutuhan istirahat mutlak haru dipenuhi.

a. Perokok

Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan diri sendiri dan bayinya. Bayi akan kekurangan oksegen dan racun yang akan dihisap melalui rokok isa ditransfer melalui plasenta kedaam tubuh bayi. Pada ibu hami dengan perokok berat kita harus waspada akan risiko keguguran, kelahiran premature, BBLR bahkan kematian janin.

b. Hamil diluar nikah/ kehamilan tidak diharapkan

Jika kehamilan tidak diharapkan, secara otomatis ibu akan sangat membenci kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan untuk melakukan hal- hal positif yang akan meningkatkan kesehatan bayinya. Pada kasus ini kita waspada akan adanya keguguran dan kematian janin. Pada kehamilan diluar nikah, hampir bisa di pastikan bahwa pasangan masih belum siap dalam hal ekonomi ( Asrinah, 2010).

2. Penyakit yang menyertai kehamilan a. Anemia

Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil pada trimester I akan dapat mengakibatkan: abortus, missed abortus, dan kelainan konginital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan: persalinan premature, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterine sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.


(8)

b. Epilepsi

Epilepsi merupakan kelainan neurologik. Ibu hamil yang menderita epilepsy membutuhkan penanganan yang tepat, agar tidak berisiko terhadap ibu dan bayi. Menurut statistik Amerika Serikat, 0,5% kehamian dijumpai pada wanita epilepsi. Risiko pada wanita penderita epilepsy yang hamil, lebih besar dari pada wanita normal yang hamil. Angka kematian neonates pada pasien epilepsy yang hamil adalah tiga kali dibandingkan wanita normal. Dampak epilepsi pada kehamilan:

1. Melahirkan bayi premature, didapat 4-11%

2. Berat badan lahir rendah, kurang dari 2700 gr, ditemukan pada 7-19% 3. Mikrosefal

4. Skor apgar rendah ( Alam, 2012). C. Kualitas Pelayanan Antenatal

1. Defenisi Antenatal Care

Pelayanan antenatal care adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan untuk memelihara kehamilannya dilaksanakan sesuai standar pelayanan Antenatal yang telah ditetapkan oleh standar pelayanan kebidanan (Depkes RI, 2004).

2. Kualiatas Pelayanan Antenatal

Kualitas pelayanan antenatal diberikan selama masa hamil secara berkala sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi sehat. Pelayanan antenatal yang berkualitas dimulai dari pelayanan di tempat pendaftaran, pelayanan kesehatan, meliputi anamnese,


(9)

pelayanan fisik maupun laboratorium, penyuluhan perorangan atau konseling sampai dengan pelayanan obat dan rujukan. Proses pelayanan tersebut dipengaruhi tenaga professional, dana, sarana dan prosedur kerja yang tersedia agar mendapatkan kualitas yang baik.

Standar pelayanan antenatal yang berkualitas ditetapkan oleh Depertemen Kesehatan RI (2003) meliputi:

a. Memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III untuk memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama, sehingga dapat dideteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara cepat dan tepat.

b. Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan atas secara teratur mempunyai arti klinis penting, karena ada hubungan yang erat antara pertambahan berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir bayi. Pertambahan yang optimal adalah kira-kira 20% dari berat badan ibu hamil sebelum hamil, jika berat badan tidak bertambah dan lingkar lengan atas < 23,5 cm menunjukkan ibu mengalami kurang gizi.

c. Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya preeklamsi, tekanan darah, protein urine positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstrimitas atas.

d. Pengukuran TFU dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin.


(10)

e. Melaksanakan palpasi abdominal setiap kunjungan untuk mengetahui usia kehamilan, letak, bagian terendah, letak punggung, menentukan janin tunggal atau kembar dan mendengarkan denyut jantung janin, menentukan asuhan selanjutnya.

f. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) kepada ibu hamil sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas. g. Pemeriksaan hemoglobin (Hb) pada kunjungan pertama dan pada

kehamilan 30 minggu.

h. Memberikan tablet zat besi, 90 tablet selama 3 bulan dan diminum setiap hari.

i. Pemeriksaan urine jika ada indikasi (tes protein dan glukosa), pemeriksaan penyakit- penyakit infeksi (HIV/ AIDS dan PMS).

j. Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil, perawatan payudara, gizi ibu selama hamil, tanda- tanda bahaya pada kehamilan dan pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambi keputusan dalam perawatan selanjutnya.

k. Bicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami dan keuarga pada trimester III, memastikan bahwa persiapan persalinan bersih, aman dan suasana yang menyenangkan, persiapan transportasi, dan biaya untuk merujuk.

l. Tersedianya alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik dan dapat digunakan, obat- obatan yang diperlukan waktu pencatan kehamilandan mencatat semua temuan pada KMS ibu hamil untuk menentukan tindakan selanjutnya ( Mufdlilah, 2009).


(11)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan menurut (Engeenderhealth, 2003) ialah:

1. Adanya komitmen petugas kesehatan (Bidan).

2. Terpenuhinya kebutuhan bidan akan supervisi yang memfasilitasi. 3. Managemen, informasi, pelatihan dan pengembangan polindes. 4. Terpenuhinya kebutuhan akan bahan, peralatan dan insfrastruktur.

5. Terpenuhinya hak ibu hamil untuk memperoleh informasi agar ibu hamil mendapatkan pelayanan yang diharapkan, diantaranya:

a. Pelayanan yang aman dan nyaman.

b. Pelayanan yang mengutamakan privasi dan menjaga kerahasiaan. c. Pelayanan yang sopan, ramah, dan nyaman.

d. Dapat mengemukakan pendapat atau masalah secara bebas. e. Hak untuk kelangsungan pelayanan.

Rendahnya kualitas pelayanan Antental menurut Engeenderhealth, 2003 dipengaruhi oleh:

1. Bidan yang belum memiliki komitmen yang tinggi terhadap kualitas pelayanan antenatal.

2. Belum terpenuhinya kebutuhan bidan akan supervise yang memfasilitasi (kunjungan rumah).

3. Lama waktu pemerikasaan antenatal.

4. Belum terpenuhinya hak-hak ibu hamil untuk memperoleh informasi dan mendapatkan pelayanan yang diharapkan

3. Tujuan Asuhan Antenatal

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.


(12)

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk rewayat penyakit secara umum, kebidana dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminima mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. ( Prawirohardjo, 2009). 4. Manfaat Antenatal Bagi Ibu Hamil

Antenatal care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum melahirkan, yang berguna untuk menfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan. Asuhan Antenatal penting untuk menjamin proses alamiah kelahiran berjalan normal dan sehat, baik kepada ibu maupun bayi yang akan dilahirkan ( Mufdlilah, 2009).

D. Berat Badan Lahir Rendah

1. Defenisi Berat Badan lahir Rendah

Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499). Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam:


(13)

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram. b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram. c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.

Bera badan lahir rendah mungkin premature (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur).

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas:

a. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membrane hialin). b. Pneumonia aspirasi, karena reflek menelan dan batuk belum sempurna. c. Perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat

kaitannya dengan gangguan pernafasan).

d. Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang. e. Hipotermi.

Beberapa penyakit yang berhubungan dismaturitas: a. Sindrom aspirasi mekonium

b. Hipoglikemia c. Hiperbilirubinemia d. Hipotermi

Oleh karna itu bayi berat lahir rendah mempunyai resiko kematian tinggi. 2. Faktor yang dapat Menyebabkan Terjadinya Persalinan Preterm (

Prematur) atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Adapun penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Pantiawati,2010) adalah sebagai berikut:

1. Faktor ibu

a. Gizi saat hamil yang kurang


(14)

c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

d. Penyakit menahun ibu : Hipertensi, Jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)

e. Faktor pekerja yang terlalu berat. 2. Faktor kehamilan

a. Hamil dengan hidramnion b. Kehamilan ganda

c. Perdarahan antepartum

d. Komplikasi hamil : pre-eklamsia/ eklamsia, ketuban pecah dini 3. Faktor janin

a. Cacat bawaan

b. Infeksi dalam rahim ( Manuaba, 1998).

3. Tanda dan Gejala Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 33 cm, rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan masih tipis atau kurang, tulang rawan dan telinga belum sempurna pertumbuhannya, tumit mengkilap, telapak kaki halus, genetalia belum sempurna, labia minore belum tertutup oleh labia mayore, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun kedalam skrotum, pigmentasi dan rague pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki), tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan lemah, fungsi saraf yang belum atau yang tidak efektif dan tangisnya lemah, jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan


(15)

otot dan jaringan lemak masih kurang, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada (Rukiyah, 2010).

4. Penanganan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah (Arief, 2009) sebagai berikut:

a. Membersihkan jalan nafas

b. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat

c. Membersihkan badan bayi dengan kapas dan baby oil atau minyak d. Memberikan obat mata

e. Membungkus bayi dengan kain hangat

f. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah. g. Mempertahankan suhu tubuh bayi

1. Membingkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan terlebih dahulu.

2. Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari bulu-buli panas atau botol yang diisi air panas

3. Suhu lingkungan bayi harus dijaga: a. Kamar dapat masuk sinar matahari

b. Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi hilangnya panas daritubuh bayi melalui proses radiasi dan konveksi.

4. Badan bayi harus dalam keadaan kering untuk mencegah terjadinya evaporasi


(16)

b. Mengajar ibu/ orang tua cara: c. Memberikan jalan nafas d. Mempertahan suhu tubuh e. Mencegah terjadinya infeksi f. Perawatan bayi sehari-hari

a. Memandikan b. Merawat tali pusat c. Pemberian ASI

g. Menjelaskan pada ibu (orang tua) 1. Pemberian ASI

2. Makanan bergizi bagi ibu

3. Meningkatkan program KB segera mungkin

h. Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari tidak ada perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk kerumah sakit.

5. Masalah Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Menurut maryanti (2011) masalah langsung yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah antara lain:

1. Kerusakan pernafasan : Fungsi organ belum sempurna 2. Pneumonia, aspirasi : Reflek menelan dan batuk belum

sempurna

3. Pedarahan Intraventrikuler : Perdarahan spontan di ventrikel otak Lateral disebabakan anoksia


(17)

menimbulkan terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik.


(1)

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk rewayat penyakit secara umum, kebidana dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminima mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. ( Prawirohardjo, 2009).

4. Manfaat Antenatal Bagi Ibu Hamil

Antenatal care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum melahirkan, yang berguna untuk menfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan. Asuhan Antenatal penting untuk menjamin proses alamiah kelahiran berjalan normal dan sehat, baik kepada ibu maupun bayi yang akan dilahirkan ( Mufdlilah, 2009).

D. Berat Badan Lahir Rendah

1. Defenisi Berat Badan lahir Rendah

Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499). Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam:


(2)

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram. b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram. c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.

Bera badan lahir rendah mungkin premature (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur).

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan prematuritas:

a. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membrane hialin). b. Pneumonia aspirasi, karena reflek menelan dan batuk belum sempurna. c. Perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat anoksia otak (erat

kaitannya dengan gangguan pernafasan).

d. Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang. e. Hipotermi.

Beberapa penyakit yang berhubungan dismaturitas: a. Sindrom aspirasi mekonium

b. Hipoglikemia c. Hiperbilirubinemia d. Hipotermi

Oleh karna itu bayi berat lahir rendah mempunyai resiko kematian tinggi.

2. Faktor yang dapat Menyebabkan Terjadinya Persalinan Preterm (

Prematur) atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Adapun penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Pantiawati,2010) adalah sebagai berikut:

1. Faktor ibu


(3)

c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

d. Penyakit menahun ibu : Hipertensi, Jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)

e. Faktor pekerja yang terlalu berat. 2. Faktor kehamilan

a. Hamil dengan hidramnion b. Kehamilan ganda

c. Perdarahan antepartum

d. Komplikasi hamil : pre-eklamsia/ eklamsia, ketuban pecah dini 3. Faktor janin

a. Cacat bawaan

b. Infeksi dalam rahim ( Manuaba, 1998).

3. Tanda dan Gejala Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 33 cm, rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan masih tipis atau kurang, tulang rawan dan telinga belum sempurna pertumbuhannya, tumit mengkilap, telapak kaki halus, genetalia belum sempurna, labia minore belum tertutup oleh labia mayore, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun kedalam skrotum, pigmentasi dan rague pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki), tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan lemah, fungsi saraf yang belum atau yang tidak efektif dan tangisnya lemah, jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan


(4)

otot dan jaringan lemak masih kurang, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada (Rukiyah, 2010).

4. Penanganan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah (Arief, 2009) sebagai berikut:

a. Membersihkan jalan nafas

b. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat

c. Membersihkan badan bayi dengan kapas dan baby oil atau minyak d. Memberikan obat mata

e. Membungkus bayi dengan kain hangat

f. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah. g. Mempertahankan suhu tubuh bayi

1. Membingkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan terlebih dahulu.

2. Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari bulu-buli panas atau botol yang diisi air panas

3. Suhu lingkungan bayi harus dijaga: a. Kamar dapat masuk sinar matahari

b. Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi hilangnya panas daritubuh bayi melalui proses radiasi dan konveksi.

4. Badan bayi harus dalam keadaan kering untuk mencegah terjadinya evaporasi


(5)

b. Mengajar ibu/ orang tua cara: c. Memberikan jalan nafas d. Mempertahan suhu tubuh e. Mencegah terjadinya infeksi f. Perawatan bayi sehari-hari

a. Memandikan b. Merawat tali pusat c. Pemberian ASI

g. Menjelaskan pada ibu (orang tua) 1. Pemberian ASI

2. Makanan bergizi bagi ibu

3. Meningkatkan program KB segera mungkin

h. Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari tidak ada perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk kerumah sakit.

5. Masalah Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Menurut maryanti (2011) masalah langsung yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah antara lain:

1. Kerusakan pernafasan : Fungsi organ belum sempurna 2. Pneumonia, aspirasi : Reflek menelan dan batuk belum

sempurna

3. Pedarahan Intraventrikuler : Perdarahan spontan di ventrikel otak Lateral disebabakan anoksia


(6)

menimbulkan terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik.


Dokumen yang terkait

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013

6 80 114

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS Haji Medan Tahun 1997 - 2000

0 40 72

Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2002

0 54 100

Faktor Yang Berhubungan Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Pada Bayi Yang Dilahirkan Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2003 -2004

0 33 99

Pengetahuan Ibu tentang Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal yang Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Hj. T. Syarifah Amelia Silvia tahun 2013

0 32 66

Pengetahuan Ibu tentang Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal yang Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Hj. T. Syarifah Amelia Silvia tahun 2013

0 0 11

Pengetahuan Ibu tentang Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal yang Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Hj. T. Syarifah Amelia Silvia tahun 2013

0 0 1

Pengetahuan Ibu tentang Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal yang Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Hj. T. Syarifah Amelia Silvia tahun 2013

0 0 3

Pengetahuan Ibu tentang Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal yang Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Hj. T. Syarifah Amelia Silvia tahun 2013

0 1 2

Pengetahuan Ibu tentang Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal yang Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Klinik Hj. T. Syarifah Amelia Silvia tahun 2013

0 1 16