Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013
KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2009-2013
SKRIPSI
OLEH RIRIN GULTOM
NIM. 081000049
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2009-2013
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH RIRIN GULTOM
NIM. 081000049
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(3)
(4)
ABSTRAK
Bayi berat lahir rendah ialah bayi yang lahir dengan berat 2.500 gram atau kurang tanpa memerhatikan usia kehamilan. Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh berat bayi lahir rendah. Terdapat sebanyak 149 kasus BBLR di RS Santa Elisabeth Medan dari tahun 2009-2013.
Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi BBLR dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel sebanyak 149 data (total sampling). Data dianalisis secara deskriptif menggunakan uji Chi-Square dan Kruskall Wallis.
Proporsi berdasarkan sosiodemografi tertinggi pada kelompok umur 20-35 tahun 79,2%, pendidikan akademi/perguruan tinggi 52,3%, pekerjaan ibu rumah tangga 39,6%, daerah asal Kota Medan 62,4%. Proporsi berdasarkan mediko obstetri tertinggi terdapat pada umur kehamilan 26-36 minggu 47,0%, paritas nullipara 49,0%, frekuensi pemeriksaan >4 kali 90,6%, riwayat kehamilan baik 81,2 %. Lama rawatan rata-rata 13,38 hari, keadaan ibu saat pulang sembuh 91,9%, keadaan bayi saat pulang sembuh 75,2%, cara persalinan seksio caesaria 55,7%. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur ibu berdasarkan kategori BBLR (p=1,000), frekuensi pemeriksaan kehamilan berdasarkan kategori BBLR (p=0,615), riwayat kehamilan berdasarkan kategori BBLR (p=0,167). Terdapat perbedaan yang bermakna antara umur kehamilan berdasarkan kategori BBLR (p=0,0001), lama rawatan rata-rata bayi dengan keadaan sewaktu pulang bayi (p=0,0001).
Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk melengkapi pencatatan rekam medik yang berkaitan dengan BBLR seperti umur kehamilan, paritas, frekuensi pemeriksaan kehamilan, kadar Hb, dan riwayat kehamilan. Meningkatkan pelayanan dan manajemen khususnya untuk penatalaksanaan medis bagi bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sehingga dapat mengurangi tingginya angka kematian yang disebabkan BBLR.
(5)
ABSTRACT
Low birth weight babies are babies that born with weight 2.500 g or less regardless of gestational age. Every year in the world about 20 million babies are estimated born with low birth weight. Based on report by WHO quoted from the State of the World's Mother in 2007 stated that 27% of neonatal deaths are caused by low birth weight. There are 149 cases of LBW in Santa Elisabeth Hospital Medan from year 2009 to 2013.
Descriptive study with case series design are conducted in order to know the characteristics of mothers that gave birth to babies with low birth weight,. Population and samples as much as149 data (total sampling). Data were analyzed descriptively using Chi-Square test and Kruskal Wallis.
The highest sociodemographic proportion in the age group of 20-35 years 79.2%, education academy / university 52.3%, occupation housewives 39.6%, stay in Medan 62.4%. The highest proportion based on medico obstetric are gestational age 26-36 weeks 47.0%, parity nullipara 49.0%, antenatal care > 4 times 90.6%, obstetric history 81.2% with good obstetric history. The average length of stay 13.38 days, mother who discharged as recovered 91.9%, baby who discharged as recovered 75.2%, Caesaria section 55.7%. There is no significant difference between maternal age by LBW categories (p = 1.000), between frequency of antenatal care by LBW categories (p = 0.615), between obstetric history based on LBW categories (p = 0.167). There is a significant difference between gestational age based on LBW categories (p = 0.0001), between the average length of stay of the baby based on the babies state when discharged (p = 0.0001).
The hospital are expected to complete the medical record, especially relevant to low birth weight such as gestational age, parity, frequency of pregnancy examination, Hb, and obstetric history, and also to improve the service and management specifically the medical treatment for babies born with low birth weight to reduce the high mortality rate that caused by LBW.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda M. Gultom dan ibunda R. Sibarani yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta memberikan dukungan dan doa yang tak pernah henti kepada penulis dalam meyelesaikan pendidikan.
Terima kasih kepada dosen pembimbing I Ibu drh.Rasmaliah, M.Kes dan dosen pembimbing II Bapak Drs. Jemadi, M.Kes serta dosen penguji I Bapak Prof.dr.Sori Muda Sarumpaet, MPH dan dosen penguji II Ibu drh. Hiswani, M.Kes yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi saran, kritikan, bimbingan serta masukan kepada penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
2. Ibu drh.Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah setia membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Direktur dan Kepala Bagian Rekam Medis RS Santa Elisabeth Medan beserta staf yang telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.
(7)
5. Seluruh Dosen serta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
6. Kepada keluargaku tersayang : Matta Ernita Gultom dan Eka Andi Gultom kalian telah memberikan arti dalam hidupku melalui dorongan semangat, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Buat teman-temanku seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan.
8. Kepada pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberi bantuan selama penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Medan, Juni 2015 Penulis
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ...i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
RIWAYAT HIDUP ... ix
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Rumusan Masalah ...5
1.3 Tujuan Penelitian ...5
1.3.1 Tujuan Umum ...5
1.3.2 Tujuan Khusus ...5
1.4 Manfaat Penelitian ...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8
2.1 Definisi BBLR ...8
2.2 Masalah Pada BBLR ...10
2.2.1 Sistem Pernafasan ...11
2.2.2 Sistem Neurologi ...11
2.2.3 Sistem Kardiovaskuler ...11
2.2.4 Sistem Gastrointestinal ...12
2.2.5 Sistem Termoregulasi ...12
2.2.6 Sistem Hematologi ...13
2.2.7 Sistem Imunologi ...13
2.2.8 Sistem Perkemihan ...13
2.2.9 Sistem Integumen...13
2.2.10 Sistem Penglihatan ...14
2.3 Epidemiologi BBLR ...14
2.3.1 Distribusi dan Frekuensi ...14
2.3.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kejadian BBLR ...15
2.4 Pencegahan BBLR ...23
2.4.1 Pencegahan primer ...23
2.4.2 Pencegahan sekunder ...24
2.4.3 Pencegahan tersier ...26
2.5 Kerangka Konsep ...27
(9)
3.1 Jenis Penelitian ...28
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...28
3.3 Populasi dan Sampel ...28
3.3.1 Populasi ...28
3.3.2 Sampel ...28
3.4 Metode Pengumpulan Data ...29
3.5 Teknik Analisa Data ...29
3.6 Definisi Operasional ...29
BAB IV HASIL PENELITIAN ...33
4.1 Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ...33
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...33
4.1.2 Visi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ...33
4.1.3 Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ...33
4.1.4 Pelayanan Medis ...33
4.1.5 Pelayanan Penunjang Medis...34
4.1.6 Penunjang Umum...34
4.2 Analisa Deskriptif ...35
4.2.1 Sosiodemografi Ibu dengan Bayi BBLR ...35
4.2.2 Mediko Obstetri Ibu dengan Bayi BBLR ...36
4.2.3 Lama Rawatan Rata-Rata Bayi ...37
4.2.4 Keadaan Saat Pulang Ibu ...38
4.2.5 Keadaan Saat Pulang Bayi...38
4.2.6 Cara Persalinan...40
4.3 Analisa Statistik...40
4.3.1 Umur Ibu Berdasarkan Kategori BBLR ...40
4.3.2 Umur Kehamilan Ibu Berdasarkan Kategori BBLR ...41
4.3.3 Pemeriksaan Kehamilan Berdasarkan Kategori BBLR ...42
4.3.4 Riwayat Kehamilan Berdasarkan Kategori BBLR ...43
4.3.5 Lama Rawatan Bayi Berdasarkan Keadaan Pulang ...43
BAB V PEMBAHASAN ...45
5.1 Sosiodemografi Ibu ...45
5.1.1 Umur ...45
5.1.2 Suku ...46
5.1.3 Pendidikan ...47
5.1.4 Pekerjaan ...48
5.1.5 Daerah Asal ...50
5.2 Mediko Obstetri Ibu ...51
5.2.1 Umur Kehamilan ...51
5.2.2 Paritas ...53
5.2.3 Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan ...54
(10)
5.3 Lama Rawatan Rata-Rata Bayi ...57
5.4 Cara Persalinan ...58
5.5 Bayi BBLR Berdasarkan Keadaan Saat Pulang ...60
5.5.1 Bayi BBLR yang Meninggal Berdasarkan Umur Kehamilan Ibu ...61
5.5.2 Bayi BBLR yang Meninggal Berdasarkan Kategori BBLR ...62
5.6 Analisa Statistik...63
5.6.1 Umur Ibu Berdasarkan Kategori BBLR ...63
5.6.2 Umur Kehamilan Ibu Berdasarkan Kategori BBLR ...64
5.6.3 Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Berdasarkan Kategori BBLR ...66
5.6.4 Riwayat Kehamilan Berdasarkan Kategori BBLR ...67
5.6.5 Lama Rawatan Bayi Berdasarkan Keadaan Pulang ...69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...71
6.1 Kesimpulan ...71
6.2 Saran ...73
DAFTAR PUSTAKA ...74 DAFTAR LAMPIRAN
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR
Berdasarkan Sosiodemografi di RS Santa Elisabeth Medan
Tahun 2009-2013 ...35 Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR
berdasarkan Mediko Obstetri di RS Santa Elisabeth Medan
Tahun 2009-2013 ...36 Tabel 4.3 Distribusi Bayi BBLR Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata
di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...37 Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR
Berdasarkan Keadaan Saat Pulang di RS Santa Elisabeth
Medan Tahun 2009-2013 ...38 Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Bayi BBLR Berdasarkan Keadaan Saat
Pulang di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...38 Tabel 4.6 CFR Bayi BBLR Berdasarkan Umur Kehamilan Ibu di RS
Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...39 Tabel 4.7 CFR Bayi BBLR Berdasarkan Kategori BBLR di RS Santa
Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...39 Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR
Berdasarkan Cara Persalinan di RS Santa Elisabeth Medan
Tahun 2009-2013 ...40 Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Umur Ibu Berdasarkan Kategori BBLR di
RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...40 Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Umur Kehamilan Ibu Berdasarkan Kategori
BBLR di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...41 Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan
Berdasarkan Kategori BBLR di RS Santa Elisabeth Medan
Tahun 2009-2013 ...42 Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Riwayat Kehamilan Terdahulu
(12)
Tabel 4.13 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Saat Pulang
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan Umur di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2009-2013...45 Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR
Berdasarkan Suku di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2009-2013...46 Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR
Berdasarkan Pendidikan di RS Santa Elisabeth Medan
Tahun 2009-2013 ...47 Gambar 5.4 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR
Berdasarkan Pekerjaan di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2009-2013...49 Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR
Berdasarkan Daerah Asal di RS Santa Elisabeth Medan
Tahun 2009-2013 ...50 Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR
Berdasarkan Umur Kehamilan di RS Santa Elisabeth Medan
Tahun 2009-2013 ...51 Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR
Berdasarkan Paritas di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2009-2013...53 Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR
Berdasarkan Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan di RS Santa
Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...54 Gambar 5.9 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR
Berdasarkan Riwayat Kehamilan di RS Santa Elisabeth
Medan Tahun 2009-2013 ...56 Gambar 5.10 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR
Berdasarkan Cara Persalinan di RS Santa Elisabeth Medan
(14)
Gambar 5.11 Diagram Pie Proporsi Bayi BBLR Berdasarkan Keadaan
Saat Pulang di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...60 Gambar 5.12 Diagram Bar CFR Bayi BBLR Berdasarkan Umur
Kehamilan Ibu di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2009-2013 ...61 Gambar 5.13 Diagram Bar CFR Bayi BBLR Berdasarkan Kategori
BBLR di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...62 Gambar 5.14 Diagram Bar Proporsi Umur Ibu yang Melahirkan Bayi
BBLR Berdasarkan Kategori BBLR di RS Santa Elisabeth
Medan Tahun 2009-2013 ...63 Gambar 5.15 Diagram Bar Proporsi Umur Kehamilan Ibu yang
Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan Kategori BBLR di RS
Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...65 Gambar 5.16 Diagram Bar Proporsi Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan
Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan Kategori
BBLR di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...67 Gambar 5.17 Diagram Bar Proporsi Riwayat Kehamilan Ibu yang
Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan Kategori BBLR di RS
Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 ...68 Gambar 5.18 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Bayi BBLR
Berdasarkan Keadaan Saat Pulang di RS Santa Elisabeth
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Izin Penelitian ... 79
Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 80
Lampiran 3. Master Data ... 81
(16)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ririn Gultom
Tempat Lahir : Sibolga Tanggal Lahir : 9 Mei 1990 Suku Bangsa : Batak Toba
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : M. Gultom
Suku Bangsa Ayah : Batak Toba
Nama Ibu : R. Sibarani
Suku Bangsa Ibu : Batak Toba
Pendidikan Formal
1. SD/ Tamat tahun : SD RK No. 1 Sibolga/ 2002 2. SLTP/ Tamat tahun : SMP Fatima Sibolga/ 2005 3. SLTA/ Tamat tahun : SMAN 1 Matauli Pandan/ 2008 4. Lama studi di FKM USU : Tujuh tahun
(17)
ABSTRAK
Bayi berat lahir rendah ialah bayi yang lahir dengan berat 2.500 gram atau kurang tanpa memerhatikan usia kehamilan. Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh berat bayi lahir rendah. Terdapat sebanyak 149 kasus BBLR di RS Santa Elisabeth Medan dari tahun 2009-2013.
Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi BBLR dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel sebanyak 149 data (total sampling). Data dianalisis secara deskriptif menggunakan uji Chi-Square dan Kruskall Wallis.
Proporsi berdasarkan sosiodemografi tertinggi pada kelompok umur 20-35 tahun 79,2%, pendidikan akademi/perguruan tinggi 52,3%, pekerjaan ibu rumah tangga 39,6%, daerah asal Kota Medan 62,4%. Proporsi berdasarkan mediko obstetri tertinggi terdapat pada umur kehamilan 26-36 minggu 47,0%, paritas nullipara 49,0%, frekuensi pemeriksaan >4 kali 90,6%, riwayat kehamilan baik 81,2 %. Lama rawatan rata-rata 13,38 hari, keadaan ibu saat pulang sembuh 91,9%, keadaan bayi saat pulang sembuh 75,2%, cara persalinan seksio caesaria 55,7%. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur ibu berdasarkan kategori BBLR (p=1,000), frekuensi pemeriksaan kehamilan berdasarkan kategori BBLR (p=0,615), riwayat kehamilan berdasarkan kategori BBLR (p=0,167). Terdapat perbedaan yang bermakna antara umur kehamilan berdasarkan kategori BBLR (p=0,0001), lama rawatan rata-rata bayi dengan keadaan sewaktu pulang bayi (p=0,0001).
Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk melengkapi pencatatan rekam medik yang berkaitan dengan BBLR seperti umur kehamilan, paritas, frekuensi pemeriksaan kehamilan, kadar Hb, dan riwayat kehamilan. Meningkatkan pelayanan dan manajemen khususnya untuk penatalaksanaan medis bagi bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sehingga dapat mengurangi tingginya angka kematian yang disebabkan BBLR.
(18)
ABSTRACT
Low birth weight babies are babies that born with weight 2.500 g or less regardless of gestational age. Every year in the world about 20 million babies are estimated born with low birth weight. Based on report by WHO quoted from the State of the World's Mother in 2007 stated that 27% of neonatal deaths are caused by low birth weight. There are 149 cases of LBW in Santa Elisabeth Hospital Medan from year 2009 to 2013.
Descriptive study with case series design are conducted in order to know the characteristics of mothers that gave birth to babies with low birth weight,. Population and samples as much as149 data (total sampling). Data were analyzed descriptively using Chi-Square test and Kruskal Wallis.
The highest sociodemographic proportion in the age group of 20-35 years 79.2%, education academy / university 52.3%, occupation housewives 39.6%, stay in Medan 62.4%. The highest proportion based on medico obstetric are gestational age 26-36 weeks 47.0%, parity nullipara 49.0%, antenatal care > 4 times 90.6%, obstetric history 81.2% with good obstetric history. The average length of stay 13.38 days, mother who discharged as recovered 91.9%, baby who discharged as recovered 75.2%, Caesaria section 55.7%. There is no significant difference between maternal age by LBW categories (p = 1.000), between frequency of antenatal care by LBW categories (p = 0.615), between obstetric history based on LBW categories (p = 0.167). There is a significant difference between gestational age based on LBW categories (p = 0.0001), between the average length of stay of the baby based on the babies state when discharged (p = 0.0001).
The hospital are expected to complete the medical record, especially relevant to low birth weight such as gestational age, parity, frequency of pregnancy examination, Hb, and obstetric history, and also to improve the service and management specifically the medical treatment for babies born with low birth weight to reduce the high mortality rate that caused by LBW.
(19)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud (Depkes RI, 2009). Pembangunan kesehatan diarahkan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut dan keluarga miskin. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak (Depkes RI, 2009).
Sebelumnya bayi baru lahir yang berat badannya 2.500 g atau kurang disebut bayi prematur. Istilah prematur tersebut telah diganti menjadi berat badan lahir rendah (BBLR) oleh World Health Organization (WHO) sejak 1960, hal ini karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2.500 g pada waktu lahir adalah bayi prematur (Syafrudin dan Hamidah, 2009). Dokumentasi fenomena penelitian oleh Gruenwald (1960) menunjukkan bahwa sepertiga bayi berat lahir rendah sebenarnya adalah bayi yang lahir cukup bulan (Damanik, 2010).
(20)
Menurut WHO (2004) berat badan lahir rendah didefenisikan sebagai berat saat lahir yang kurang dari 2.500 g. Hal ini didasari dari pengamatan epidemiologi bahwa bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 g, memiliki kemungkinan dua puluh kali untuk meninggal dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lebih dari 2.500 g.
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata berat bayi normal (usia gestasi 37 sampai dengan 41 minggu) adalah 3.200 g. Secara umum bayi berat lahir rendah dan bayi dengan berat berlebih (≥ 3.800 g) lebih besar risikonya untuk mengalami masalah kesehatan. Masa gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi (Damanik, 2010).
Secara garis besar angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator yang paling sensitif untuk mencerminkan permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat kesehatan ibu dan anak, status gizi ibu, upaya keluarga berencana (KB), kondisi kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi keluarga (Maryunani, 2010).
Menurut Depkes RI (2008) yang mengutip WHO, terdapat 5 juta kematian neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang. Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1.000 kelahiran hidup. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the World’s Mother (2007) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh berat badan lahir rendah (data tahun
(21)
2000-2003). Di Indonesia, menurut survey ekonomi nasional (SUSENAS) 2005, kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR saja sebesar 38,85% (Maryunani dan Nurhayati , 2009).
WHO (2004) menyatakan secara global berdasarkan data dari tahun 2000, lebih dari 20 juta bayi dilahirkan dengan berat lahir rendah. Pada tahun 2007 angka kematian bayi di Amerika adalah 6,8 per 1.000 kelahiran hidup, dan sekitar 16 % dari kematian tersebut disebabkan oleh prematur atau berat badan lahir rendah (Lissauer dan A.A. Fanaroff, 2013).
Sebanyak 95,6 % bayi yang lahir dengan BBLR terdapat di negara-negara berkembang. Jumlah bayi dengan BBLR terkonsentrasi di dua wilayah yaitu Asia dan Afrika. Sebanyak 72% dari bayi yang lahir dengan BBLR tersebut terdapat di Asia, di mana sebagian besar kelahiran terjadi, dan sebanyak 22% lahir di Afrika. Terdapat lebih dari 1 juta bayi yang lahir dengan BBLR di Cina dan hampir 8 juta di India. Amerika Latin dan Karibia, dan Oceania memiliki jumlah bayi dengan BBLR, yaitu masing-masing sebesar 1,2 juta dan 27.000 (WHO, 2004).
Di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, morbiditas dan mortalitas bayi masih tinggi. Jika dilihat dari umur bayi saat meninggal berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 sekitar 47% kematian terjadi di masa neonatal dengan penyebab utama kematian adalah prematuritas dan BBLR sebesar 29% (Depkes RI, 2009).
Penelitian dengan analisis lanjut dari data Riskesdas 2010 di Indonesia terdapat sebanyak 5,8% bayi memiliki berat badan lahir rendah. Hanya sekitar 11% yang sudah mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi, namun terdapat
(22)
6,7 persen sampel yang tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD, lebih dari 60 persen keluarga sampel tergolong kelompok ekonomi menengah kebawah. Sebanyak 85 persen sampel melakukan pemeriksaan kehamilan minimal satu kali pada trimester pertama, dan hampir semua sampel yaitu 96,4 persen telah melakukan pemeriksaan kehamilan sedikitnya satu kali pada trimester kedua, dan sebanyak 87 persen sampel sedikitnya dua kali memeriksakan kehamilannya pada trimester ke-3 (Ernawati dkk, 2010).
Berdasarkan penelitian Leni Sri Rahayu dan Mira Sofyaningsih di Kota dan Kabupaten Tangerang didapatkan bahwa sebanyak 88,4% bayi memiliki berat badan lahir normal sedangkan bayi yang lahir dengan BBLR ditemukan sebesar 6% (Rahayu dan Mira ,2011). Dari hasil penelitian Pipit Festy di Sumenep, dari tahun 2009 sampai Maret 2010 didapatkan dari 337 bayi sebanyak 128 (38%) bayi yang memiliki berat kurang dari 2.500 g pada 5 puskesmas (Festy, 2010).
Penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang, dari 66 bayi yang lahir dengan BBLR didapatkan hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR (p=0,000 < 0,05) dimana angka kejadian BBLR lebih tinggi pada ibu usia resiko tinggi dibandingkan pada ibu usia resiko rendah yang berpengaruh sebesar 11%. (Rahardjo dkk, 2011).
Widarsa dan Ketut (2011) meenemukan hasil penelitian di RSUD Wangaya Denpasar yang menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami anemia trimester I berisiko 10 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan yang ibu hamil tidak anemia [RR=10,29; 95% CI 2,21-47,90], sedangkan ibu hamil yang mengalami anemia trimester II memiliki risiko 16 kali lebih besar
(23)
untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil yang tidak anemia [RR=16; 95%CI 3,49-73,41). Tidak terdapat perbedaan angka kejadian BBLR antara anemia trimester I dengan anemia trimester II (p=0,297).
Hasil survei pendahuluan di RS Santa Elisabeth Medan didapatkan sebanyak 149 bayi dengan BBLR dari tahun 2009-2013, dengan rincian yaitu 40 bayi tahun 2009, 39 bayi tahun 2010, 23 bayi tahun 2011, 40 bayi tahun 2012, 7 bayi tahun 2013.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2009-2013.
1.2 Rumusan Masalah
Belum diketahuinya karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di Rumah RS Santa Elisabeth Medan tahun 2009-2013.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2009-2013.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR menurut sosiodemografi meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dan daerah asal.
(24)
b. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berdasarkan mediko obstetri meliputi umur kehamilan, paritas, kadar Hb, frekuensi pemeriksaan kehamilan, dan riwayat kehamilan.
c. Mengetahui lama rawatan rata-rata bayi yang lahir dengan BBLR
d. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berdasarkan keadaan waktu pulang.
e. Mengetahui distribusi proporsi bayi dengan BBLR berdasarkan keadaan waktu pulang.
f. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berdasarkan cara persalinan.
g. Mengetahui distribusi proporsi umur ibu berdasarkan kategori BBLR. h. Mengetahui distribusi proporsi umur kehamilan ibu berdasarkan kategori
BBLR.
i. Mengetahui distribusi proporsi kadar Hb ibu berdasarkan kategori BBLR. j. Mengetahui distribusi proporsi frekuensi pemeriksaan kehamilan
berdasarkan kategori BBLR.
k. Mengetahui distribusi proporsi riwayat kehamilan terdahulu berdasarkan kategori BBLR.
l. Mengetahui lama rawatan rata-rata bayi BBLR berdasarkan keadaan waktu pulang berdasarkan kategori BBLR.
(25)
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Sebagai bahan masukan informasi untuk perencanaan bagi pihak RS Santa Elisabeth Medan dalam upaya meningkatkan perawatan dan pelayanan kesehatan bayi BBLR.
1.4.2 Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis. 1.4.3 Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis
tentang bayi BBLR dan merupakan kesempatan bagi penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU.
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi BBLR
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2.500 g disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah) (Surasmi dkk, 2003). Menurut Syafrudin dan Hamidah (2009) yang mengutip dari Depkes RI, bayi berat lahir rendah ialah bayi yang lahir dengan berat 2.500 g atau kurang tanpa memerhatikan usia kehamilan. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam, bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1.500-2.500 g, bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir kurang dari 1.500 g, dan bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1.000 g (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Ketahanan hidup bayi BBLSR (berat lahir sangat rendah < 1.500 g) di negara maju telah meningkat secara dramatis, namun demikian peningkatan ketahanan hidup ini dicapai dengan akibat tingginya angka neurodisabilitas. Bayi dengan berat lahir sangat rendah memiliki risiko yang sangat meningkat terhadap terjadinya palsi serebral. Saat pemulangan dari rumah sakit, lebih dari 90% bayi BBLSR memiliki berat, panjang, dan lingkar kepala dibawah persentil ke-10 (Lissauer dkk, 2009).
(27)
Pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970) dibuat keseragaman defenisi bayi menurut usia kehamilan, yaitu sebagai berikut:
a. Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari).
b. Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari).
c. Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih).
Dari pengertian tersebut BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu prematuritas murni dan dismaturitas. Disebut prematuritas murni jika masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya, biasa pula disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. Dismaturitas ialah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Artinya bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (Syafrudin dan Hamidah, 2009).
Menurut Manuaba (2005) persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Bentuk persalinan berdasarkan defenisi adalah sebagai berikut:
a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
(28)
b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar, contoh ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, dan seksio caesaria.
c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan ransangan.
Menurut Rustam yang dikutip oleh Syafrudin dan Hamidah (2009), diagnosis dan gejala klinik BBLR dibagi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Sebelum bayi lahir.
Pada anamnesis sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, lahir mati, pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan, pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, pertambahan berat badan ibu sangat lambat tidak seperti seharusnya, sering dijumpai kehamilan denga oligohidramnion, hiperemesis gravidarum, dan perdarahan antepartum.
b. Setelah bayi lahir.
Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin, secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini ialah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat. Bayi prematur, memiliki verniks kaseosa, jaringan lemak bawah kulit sedikit, menangis lemah, tonus otot hipotoni, kulit tipis, kulit merah dan transparan.
2.2 Masalah pada BBLR
Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama yang prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem
(29)
pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal, dan termoregulasi (Maryunani dan Nurhayati, 2009).
2.2.1 Sistem pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian dalam alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Lumen sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thoraks, lemah atau tidak adanya gag refleks dan pembuluh darah yang imatur. Hal-hal inilah yang mengganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
2.2.2 Sistem neurologi (susunan saraf pusat)
Bayi dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain, perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi/iskemia.
2.2.3 Sistem kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/kelainan janin, yaitu Patent Ductus Arteriosus, yang merupakan akibat dari gangguan adaptasi dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus. Terdapat beberapa faktor yang memperlambat
(30)
penutupan ductus arteriosus, antara lain berupa kurangnya otot polos pembuluh darah, dan rendahnya kadar oksigen pada bayi BBLR.
2.2.4 Sistem gastrointestinal
Bayi dengan BBLR terutama yang kurang bulan umumnya saluran pencernaannya belum berfungsi seperti pada bayi cukup bulan. Hal ini diakibatkan antara lain karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33-34 minggu, kurangnya cadangan beberapa nutrisi seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein, jumlah enzim yang belum mencukupi, waktu pengosongan lambung yang lambat dan penurunan/ tidak adanya motilitas, dan meningkatkan resiko NEC (Netrikans Entero Colitis). 2.2.5 Sistem termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang disebabkan antara lain:
a. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife luas )
b. Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat ) c. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit
d. Kekurangan oksigen yang dapat berpengaruh pada penggunaan kalori e. Tidak memadainya aktivitas otot
f. Ketidakmatangan pusat pengaturan suhu di otak
(31)
2.2.6 Sistem hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain karena bayi BBLR terutama yang kurang bulan, adalah:
a. Usia sel darah merahnya lebih pendek b. Pembentukan sel darah merah yang lambat c. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
d. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium yang sering
e. Deposit vitamin E yang rendah 2.2.7 Sistem imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, seringkali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi daripada bayi cukup bulan.
2.2.8 Sistem perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, dimana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk mengelola air, elektrolit dan asam basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat-obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urine.
2.2.9 Sistem integumen
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
(32)
2.2.10 Sistem penglihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.
2.3 Epidemiologi BBLR
2.3.1 Distribusi dan frekuensi
Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh bayi berat lahir rendah. Namun demikian, sebenarnya jumlah ini diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya kematian yang disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital sebagian juga adalah BBLR (Depkes RI, 2008).
Berat lahir merupakan faktor risiko utama untuk mortalitas neonatal. Oleh karena itu, angka mortalitas neonatal sangat ditentukan oleh distribusi berat lahir dan angka mortalitas yang spesifik untuk berat lahir. Pada tahun 2000 di Amerika Serikat terdapat 7,6 % bayi berat badan lahir rendah dengan angka mortalitas neonatal 48 per 1.000 kelahiran hidup pada kelompok khusus (Lissauer dan Fanaroff, 2009).
Kasus BBLR masih terjadi 12,4% kelahiran kulit hitam dan 5,4% kelahiran kulit putih. Ras menjadi faktor penentu kuat, tetapi faktor penentu ini tampat diperantarai oleh masalah status sosioekonomi yang umumnya lebih rendah dan masa pendidikan yang lebih singkat (Picket dan Hanlon, 2009). Menurut Depkes RI (2009) di negara-negara berkembang termasuk Indonesia morbiditas dan mortalitas bayi masih tinggi. Jika dilihat dari umur bayi saat
(33)
meninggal berdasarkan SKRT 2001 sekitar 47% kematian terjadi di masa neonatal dengan penyebab utama kematian adalah prematuritas dan BBLR (29%). Di Indonesia, menurut survey ekonomi nasional (SUSENAS) 2005, kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR saja sebesar 38,85% (Depkes RI, 2008) .
Berdasarkan laporan dari University of California San Francisco Children’s Hospital (2004), bayi campuran Afrika Amerika dua kali lebih mungkin untuk memiliki berat badan lahir sangat rendah, sama halnya dengan bayi kaukasia. Ibu usia remaja terutama yang kurang dari 15 tahun, memiliki risiko lebih tinggi memiliki bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Bayi dari kehamilan ganda meningkat risikonya untuk mengalami berat badan lahir sangat rendah karena biasanya mereka dilahirkan prematur. Lebih dari 50% bayi kembar dan kehamilan ganda lainnya memiliki berat badan lahir sangat rendah.
Wanita yang terpapar narkoba, alkohol, dan rokok selama kehamilan lebih mungkin untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Ibu dari status sosial ekonomi rendah juga lebih cenderung untuk mendapat gizi yang buruk selama kehamilan, perawatan prenatal yang tidak memadai, dan komplikasi kehamilan.
2.3.2 Faktor-faktor yang memengaruhi kejadian BBLR
Menurut Ambarwati dan Rismintari (2009) yang mengutip pendapat Manuaba, faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya berat badan lahir rendah adalah:
(34)
a. Faktor ibu
1. Gizi saat hamil yang kurang. Kekurangan zat gizi yang diperlukan selama pertumbuhan dapat menyebabkan makin tingginya kehamilan prematur atau BBLR dan cacat bawaan.
2. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
3. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat (kurang dari 1 tahun). Jarak kehamilan sebaiknya lebih dari 2 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu punya waktu yang terlalu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya ke kondisi sebelumnya.
4. Paritas
5. Penyakit ibu, yaitu penyakit yang diderita ibu sebelum hamil atau penyakit yang menyertai kehamilan.
b. Faktor kehamilan
1. Hamil dengan hidramnion 2. Perdarahan antepartum
3. Komplikasi hamil meliputi preeklamsi/eklamsi, dan ketuban pecah dini. c. Faktor janin
1. Cacat bawaan 2. Infeksi dalam rahim
Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009) penyebab bayi dengan berat badan lahir rendah yang lahir kurang bulan antara lain disebabkan oleh:
a. Berat badan ibu rendah b. Ibu hamil yang masih remaja
(35)
c. Kehamilan kembar
d. Ibu pernah melahirkan bayi prematur/ berat badan lahir rendah sebelumnya e. Ibu dengan inkompeten serviks (mulut rahim yang lemah sehingga tidak
mampu menahan berat bayi dalam rahim) f. Ibu hamil yang sedang sakit
Pada bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan kurang antara lain disebabkan oleh:
a. Ibu hamil dengan gizi buruk/kekurangan nutrisi
b. Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, preeklampsia, anemia
c. Ibu menderita penyakit kronis (penyakit jantung sianosis), infeksi (infeksi saluran kemih), malaria kronik.
d. Ibu hamil yang merokok dan penyalahgunaan obat.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat memengaruhi kejadian BBLR, yaitu:
a. Umur
Kehamilan risiko tinggi tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil dan bayi menjadi sakit dan atau meninggal. Banyak faktor risiko ibu hamil dan salah satu faktor yang penting adalah usia. Ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun lebih berisiko tinggi untuk hamil dibandingkan bila hamil pada usia normal yang biasanya terjadi sekitar umur 21-30 tahun. Saat ini, kita melihat banyak perempuan cenderung hamil pada usia tua karena usia pernikahan juga terlambat (Sinsin, 2008). Angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal terendah adalah pada umur kehamilan ibu 20-29 tahun, jadi wanita yang lebih
(36)
muda dan lebih tua mempunyai risiko yang lebih besar. Kehamilan remaja mempunyai frekuensi bayi berat lahir rendah yang lebih tinggi (Benson dan Pernoll, 2009).
b. Umur kehamilan
Berdasarkan usia kehamilan, bayi yang baru lahir mungkin kurang bulan, aterm, atau lebih bulan. Berdasarkan ukuran bayi yang baru lahir mungkin tumbuh normal dan sesuai masa kehamilan, kecil ukurannya yaitu kecil masa kehamilan, atau tumbuh berlebihan yaitu besar masa kehamilan. Secara umum disepakati bahwa bayi-bayi yang lahir sebelum 26 minggu, terutama mereka dengan berat badan lahir 750 g, berada di ambang batas kelansungan hidup dan bahwa bayi-bayi kurang bulan ini memunculkan berbagai pertimbangan medis, sosial, dan etika yang kompleks (Cunningham dkk, 2013)..
Keputusan untuk melahirkan prematur adalah paling sulit pada titik kemungkinan kehidupan, yaitu usia kehamilan 23-26 minggu, dan harus melibatkan ahli kandungan, ahli neonatologi dan orangtua (Lissauer dan Fanaroff, 2013). The neonatal research network meninjau 4.446 bayi yang lahir pada usia gestasi antara 22 dan 25 minggu . Mereka melaporkan bahwa kemungkinan keluaran yang baik dengan perawatan intensif dapat diperkirakan dengan mempertimbangkan usia gestasional, jenis kelamin, paparan terhadap kortikosteroid antenatal, persalinan bayi tunggal versus multifetal, dan berat lahir. berdasarkan ini tersedia sebuah alat bagi klinisi untuk mempergunakan faktor-faktor tersebut (Cunningham dkk, 2013).
(37)
c. Pendidikan
Pendidikan masyarakat memegang peranan penting yang meliputi pentingnya arti pengawasan hamil, mengajarkan tentang makanan yang berpedoman pada empat sehat dan lima sempurna, pentingnya arti tetanus toksoid, pentingnya arti pelaksanaan keluarga berencana, mengarahkan tempat persalinan dilakukan untuk mendapatkan well born baby. Tujuan pendidikan kesehatan masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, mengarahkan masyarakat memilih tenaga kesehatan terlatih, meningkatkan pengertian masyarakat tentang imunisasi, keluarga berencana, dan gizi sehingga mengurangi ibu hamil dengan anemia (Manuaba dkk, 2009).Kematian ibu sering disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks yang menjadi tanggung jawab lebih dari satu sektor. Terdapat korelasi yang jelas antara pendidikan, penggunaan kontrasepsi dan persalinan yang aman (Efendi dan Makhfudli, 2009).
c. Pekerjaan
Penelitian yang dilakukan di California tahun 2000 menemukan bahwa berat badan bayi secara signifikan berkurang pada ibu yang pengangguran atau bekerja paruh waktu daripada Ibu yang memiliki pekerjaan tetap (p<0,05). Kemungkinan berat badan lahir rendah (<2.500 g) adalah 6,4 kali lebih besar bagi ibu yang bekerja paruh waktu dibandingkan yang memiliki pekerjaan tetap (p <.05) (Dooley dan Prause, 2005).
d. Paritas
BBLR merupakan masalah kesehatan yang erat hubungannya dengan kematian bayi. Faktor - faktor yang mempengaruhi diantaranya usia ibu dan
(38)
paritas, karena menurunnya fungsi hormon reproduksi dan perubahan pembuluh darah. Dari penelitian Bambang Rahardjo, Uswatun Khasanah, Khoirotul Habibahini di RSU Dr.Saiful Anwar Malang didapatkan ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR dimana angka kejadian BBLR lebih tinggi pada ibu paritas tinggi dibandingkan pada ibu paritas rendah yang berpengaruh sebesar 4% (Rahardjo dkk, 2011).
e. Kadar Hb
Menurut catatan dan perhitungan Depkes RI di Indonesia sekitar 67% bumil mengalami anemia. Berdasarkan ketetapan WHO anemia bumil adalah bila kadar Hb kurang dari 11 gr%. Sebagian besar anemia adalah anemia defisiensi besi yang dapat disebabkan oleh konsumsi besi dari makanan yang kurang atau terjadi perdarahan menahun akibat parasit. Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan adanya anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu, dan salah satu akibatnya adalah BBLR (Manuaba dkk, 2007).
f. Pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil selain bertujuan untuk mengetahui keadaan ibu dan janin saat ini, juga bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada pemeriksaan berikutnya. Setiap pemeriksaan kehamilan petugas akan mengetahui apakah ibu sehat, janin tumbuh dengan baik, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur kehamilan atau tidak, serta dimana letak janin (Hidayati, 2009). Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
(39)
obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Bila kehamilan termasuk risiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat kali. Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan (Prawirohardjo dkk, 2008).
Secara khusus, pengawasan antenatal bertujuan untuk:
a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas.
c. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi dan aspek keluarga berencana.
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal (Manuaba dkk, 2010).
Standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) 10 T meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
(40)
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan. 2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas). 4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. 8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berrisiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia. Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu hamil adalah dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat (Depkes RI, 2009).
Penelitian Fitrah Ernawati dkk. dari analisis lanjut data Riskesdas 2010 dengan populasi semua rumah tangga sampel Riskesdas 2010 yang mempunyai
(41)
bayi (umur < 12 bulan) di seluruh Indonesia ditemukan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pemeriksaan kehamilan (antenatal care) dengan kejadian BBLR dengan OR 1,8 (CI 95%: 1.3 - 2.5). Artinya ibu yang melakukan kunjungan antenatal care lebih dari 4 kali, mempunyai peluang untuk tidak melahirkan anak BBLR sebesar 1,8 kali dibandingkan dengan ibu yang melakukan antenatal care kurang dari 4 kali (Ernawati dkk, 2010).
g. Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan buruk yaitu pernah keguguran, pernah mengalami persalinan prematur, bayi lahir mati, riwayat persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, seksio sesaria), pre-eklampsia/eklampsia, gravida serotinus, kehamilan dengan perdarahan antepartum (Manuaba dkk, 2009).. Berdasarkan penelitian K.S. Negi dkk di Rural Health Training Centre (RHTC) Department of Community Medicine and the Obstetric and Gynaecology Wards of the Himalayan Institute of Medical Sciences, Dehradun India tahun 2009 ibu dengan riwayat obstetri yang buruk cenderung untuk melahirkan bayi dengan BBLR, terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat obstetri yang buruk dengan BBLR (p<0,1) (Negi dkk, 2006).
2.4 Pencegahan BBLR 2.4.1 Pencegahan primer
Menurut University of Rochester Medical Center (2014) dan Shore (2009) pencegahan ini merupakan upaya untuk mencegah ibu hamil melahirkan bayi dengan BBLR, antara lain sebagai berikut:
(42)
prematur dan bayi berat lahir rendah. Pada kunjungan prenatal, kesehatan ibu dan janin dapat diperiksa.
b. Gizi dan berat badan ibu berhubungan dengan pertambahan berat janin dan berat bayi saat lahir, maka makan makanan yang sehat dan mendapatkan berat badan yang tepat saat kehamilan sangat penting.
c. Ibu harus menghindari alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang, yang dapat berkontribusi untuk pertumbuhan janin yang buruk, diluar dari komplikasi lainnya.
d. Anjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau istirahat baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari normal.
e. Tingkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana. 2.4.2 Pencegahan sekunder
Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009) upaya ini dilakukan untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi akibat BBLR, yaitu:
a. Pengaturan suhu badan /thermoregulasi
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) terutama yang kurang bulan membutuhkan suatu thermoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan secara fisiologis dengan mengatur pembentukan atau pendistribusian panas, dan pengaturan terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan dan pertambahan panas. Berikut ini adalah beberapa cara pencegahan panas pada bayi berat lahir rendah yang sehat antara lain:
1. Segera setelah lahir, bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok hangat 2. Pemeriksaan di kamar bersalin dilakukan di bawah radiant warmer (box bayi
(43)
hangat)
3. Topi dipakaikan untuk mecegah kehilangan panas melalui kulit kepala 4. Bila suhu bayi stabil, bayi dapat dirawat di boks terbuka dan diselimuti.
Sementara itu, pada bayi berat lahir rendah yang sakit, cara untuk mencegah kehilangan panas, antara lain:
1. Bayi harus segera dikeringkan
2. Untuk mentransportasi bayi, digunakan transport inkubator yang sudah hangat 3. Tindakan terhadap bayi dilakukan di bawah radiant warmer
4. Suhu lingkungan netral dipertahankan b. Metode kanguru
Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir rendah untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, yang diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Columbia pada tahun 1979. Rey dan Martinez melaporkan skin to skin contact dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama yang mengalami BBLR atau prematur. Prinsip dasar dari metode kanguru ini adalah mengganti perawatan bayi BBLR dalam inkubator dengan metode kanguru. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas terutama inkubator dan tenaga kesehatan dalam perawatan bayi BBLR, penggunaan inkubator memiliki beberapa keterbatasan antara lain, memerlukan tenaga listrik dan memudahkan infeksi nosokomial, rujukan ke rumah sakit untuk bayi BBLR sangat tinggi sebelum dilakukan metode kanguru.
Berikut ini beberapa kriteria bayi yang dapat dilakukan metode kanguru, antara lain bayi dengan berat badan lahir kurang lebih 1.800 g atau antara
(44)
1.500-2.500 g bayi prematur, bayi yang tidak terdapat kegawatan pernafasan dan sirkulasi, bayi mampu bernafas sendiri, bayi yang tidak terdapat kelainan bawaan berat, dan suhu tubuh bayi stabil (36,5-37,5ᴼC).
2.4.3 Pencegahan tersier a. Pemberian ASI
Mengutamakan pemberian ASI adalah hal yang paling penting karena: 1. ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi, laktalalbumin, zat
kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa dan oligosakarida. 2. ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk memacu
motilitas usu dan perlindungan terhadap penyakit.
3. Dari segi psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi.
4. Bayi kecil/ berat rendah rendah rentan terhadap kekurangan nutrisi, fungsi organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit sehingga pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang yang optimal bagi bayi.
b. Pemijatan bayi
Ternyata dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi prematur yang biasanya lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami kenaikan berat badan yang lebih besar dan berkembang lebih baik setelah dilakukan pemijatan secara teratur. Margaret Ribbie, seorang psikiater pada tahun 1940 mengamati bahwa bayi yang lebih banyak dipegang akan terangsang pernafasannya dan peredaran darah menjadi lebih baik.
(45)
Pemijatan pada bayi berat badan lahir rendah bertujuan untuk, antara lain: 1. Memacu pertumbuhan berat badan bayi
2. Membantu bayi melepaskan rasa tegang dan gelisah 3. Menguatkan dan meningkatkan sistem imunologi
4. Merangsang pencernaan makanan dan pengeluaran kotoran 5. Membuat bayi tidur lebih tenang
6. Menjalin komunikasi dan ikatan antara bayi atau orangtuanya.
2.5 Kerangka Konsep
Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR 1. Sosiodemografi
Umur Pendidikan Pekerjaan Daerah Asal 2. Mediko Obstetri
Umur Kehamilan Paritas
Kadar Hb
Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Riwayat Kehamilan
3. Lama Rawatan Rata-Rata Bayi 4. Keadaan Sewaktu Pulang Ibu 5. Keadaan Sewaktu Pulang Bayi 6. Cara Persalinan
(46)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat dekriptif dan menggunakan desain case series.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan Desember 2013 di RS Santa Elisabeth Medan. Pemilihan lokasi dilakukan atas pertimbangan bahwa belum pernah dilakukan penelitian Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RS Santa Elisabeth Medan pada tahun 2009-2013.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh data ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah pada tahun 2009-2013 yang tercatat dalam laporan rekam medik RS Santa Elisabeth Medan yang berjumlah 149 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah pada tahun 2009-2013 di RS Santa. Elisabeth Medan yang tercatat dalam kartu status. Besar sampel adalah sama dengan populasi (Total Sampling).
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status ibu yang melahirkan bayi BBLR yang terdapat di rekam medik RS Santa
(47)
Elisabeth Medan tahun 2009-2013. Berkas rekam medis dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang diteliti.
3.5 Teknik Analisa Data
Data yang dikumpulkan diolah dengan computer dan dianalisa secara statistik deskriptif dengan bantuan program SPSS ( Statistical Product and Service Solutions) menggunakan uji Chi-Square dan Kruskal Wallis. Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, proporsi, diagram pie dan diagram bar.
3.6 Definisi Operasional
3.6.1 Ibu bayi BBLR adalah ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah yang tertulis pada kartu status.
3.6.2 Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 g yang tertulis pada kartu status, dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
1. BBLER (Berat badan lahir ekstrim rendah) yaitu bayi dengan berat lahir kurang dari 1.000 g.
2. BBLSR (Berat badan lahir sangat rendah) yaitu bayi dengan berat lahir antara 1.000 sampai dengan 1.499 g.
3. BBLR (Berat badan lahir rendah) yaitu bayi dengan berat lahir antara 1.500 sampai dengan 2.500 g.
Untuk analisa statistik, kategori berat badan lahir rendah dikategorikan menjadi (Lissauer dkk, 2009):
1. Berat badan lahir < 1.500 g 2. Berat badan lahir 1.500-2.500 g
3.6.3 Umur ibu adalah umur ibu saat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas : 1. Umur < 20 tahun dan > 35 tahun (risiko tinggi)
(48)
3.6.4 Suku adalah keterangan etnik ibu yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :
1. Jawa 2. Batak 3. Tionghoa 4. Minang 5. Lain-lain
3.6.5 Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang ditamatkan oleh ibu, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :
1. SD 2. SLTP 3. SLTA
4. Akademi/Perguruan Tinggi
3.6.6 Pekerjaan adalah kegiatan yang paling utama dilakukan oleh ibu, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2. Pegawai Swasta
3. Wiraswasta
4. Ibu Rumah Tangga
3.6.7 Daerah asal adalah wilayah atau tempat darimana ibu berasal, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :
1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan
3.6.8 Umur kehamilan adalah umur kandungan ibu saat melahirkan, dikategorikan atas :
1. < 26 minggu 2. 26 - 36 minggu 3. ≥ 37 minggu
Untuk analisa statistik, kategori berat badan lahir rendah dikategorikan menjadi:
(49)
1. < 26 minggu 2 . ≥ 26 minggu
3.6.9 Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu sampai anak terakhir,dikategorikan atas :
1. Nullipara (Belum pernah melahirkan) 2. Primipara (Pernah melahirkan satu kali)
3. Multipara (Pernah melahirkan dua kali atau lebih)
3.6.10 Kadar Hb adalah g % kadar hemoglobin di dalam darah ibu menjelang persalinan sesuai yang tertulis di kartu status, dikategorikan atas:
1. Hb < 11 gr % (Anemia)
2. Hb ≥ 11 gr % (Tidak anemia)
3.6.11 Frekuensi pemeriksaan kehamilan adalah jumlah kunjungan pemeriksaaan kehamilan (Antenatal Care) semasa kehamilan, dikelompokkan atas: 1. ≤ 4 kali
2. > 4 kali
3.6.12 Riwayat kehamilan terdahulu adalah kondisi dari akhir kehamilan yang pernah dialami ibu sebelum kehamilan ini, dikategorikan atas:
1. Riwayat baik: kondisi dari kehamilan terdahulu yang pernah dialami ibu berlangsung normal atau belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya.
2. Riwayat buruk: kondisi dari kehamilan terdahulu yang pernah dialami ibu mengalami gangguan seperti persalinan prematur, abortus, lahir mati, dan lain-lain.
3.6.13 Lama rawatan rata-rata bayi adalah rata-rata lamanya hari rawatan bayi yang dihitung dari tanggal masuk sampai keluar dari rumah sakit.
3.6.14 Keadaan sewaktu pulang ibu adalah kondisi ibu sewaktu pulang dari rumah sakit, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :
(50)
1. Pulang sembuh
2. Pulang Atas Permintaan Sendiri 3. Meninggal
3.6.15 Keadaan sewaktu pulang bayi adalah kondisi bayi sewaktu pulang dari rumah sakit, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :
1. Pulang sembuh
2. Pulang Atas Permintaan Sendiri 3. Meninggal
3.6.16 Cara persalinan adalah cara yang dilakukan dalam proses persalinan, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas :
1. Normal
2. Ekstraksi vakum 3. Seksio caesaria
(51)
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 4.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terletak di Jalan H. Misbah No.7 Medan dan berdiri sejak tanggal 23 Desember 1960. Rumah Sakit Santa Elisabeth merupakan rumah sakit milik Kongregasi Suster Fransiskanes Santa Elisabeth Medan.
4.1.2 Visi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Menjadikan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan mampu berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi atas dasar cinta kasih dan persaudaraan sejati dalam era globalisasi.
4.1.3 Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Meningkatkan derajat kesehatan, melalui sumber daya manusia yang profesional, sarana dan prasarana yang memadai, dengan tetap memperhatikan masyarakat lemah.
4.1.4 Pelayanan medis
Rumah Sakit ini telah dilengkapi berbagai prasarana yang terdiri dari Poli Umum, Spesialis, Unit Gawat Darurat (UGD), Intensive Care Unit (ICU). Masing-masing unit dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan kebutuhan pelayanan. UGD sebagai unit pelayanan kegawatdaruratan, dilengkapi dengan ruang tindakan, ruang resusitasi, ruang bedah, ruang one day care dan fasilitas yang memadai. Poli umum dilayani dokter umum yang melayani pasien rawat jalan nonemergensi dan pemeriksaan kesehatan dari perusahaan. Poli Spesialis
(52)
rumah sakit melayani penyakit yang berkaitan dengan penyakit urologi, neurologi/saraf, THT, jantung, paru, anak, onkologi, kulit/kelamin, mata, gigi, bedah umum, dan bedah saraf. Kamar bedah yang tersedia adalah kamar bedah digestif, thorax, orthopedi, urologi, saraf, anak, THT, mata, mulut, kebidanan, dan onkologi. Rumah Sakit ini memiliki 4 kamar operasi, 2 kamar tindakan untuk bedah minor, dan 1 kamar ruang pemulihan (recovery room).
4.1.5 Pelayanan penunjang medis
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan memiliki pelayanan penunjang medis seperti laboratorium, rontgen, farmasi, fisioterapi, ruang diagnostik, hemodialisa. Laboratorium buka selama 24 jam. Pemeriksaan di laboratorium dapat dilakukan dengan darurat dan bukan darurat.
4.1.6 Penunjang umum
Penunjang umum yang terdapat di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terdiri dari administrasi, jaringan komputer, telepon, sumber air, sumber listrik, pengolahan air limbah, instalasi gizi dan dapur umum, Central Steril Supply Departement (CSSD), teknik pemeliharaan, kendaraan, dan fasilitas umum lainnya.
4.2 Analisis Deskriptif
4.2.1 Karakteristik ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan sosiodemografi
(53)
Proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR di RS Santa Elisabeth Medan pada tahun 2009-2013 berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Sosiodemografi di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013
Sosiodemografi f %
Umur
< 20 tahun dan > 35 tahun 20-35 tahun Tidak tercatat 26 118 5 17,4 79,2 3,4 Suku Jawa Batak Tionghoa Minang Lain-lain 13 111 11 3 11 8,7 74,5 7,4 2,0 7,4 Pendidikan SD SLTP SLTA
Akademi/ Perguruan tinggi Tidak Tercatat 0 7 62 78 2 0 4,8 41,6 52,3 1,3 Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil Pegawai swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga
12 51 27 59 8,1 34,2 18,1 39,6 Daerah asal Kota Medan Luar Kota Medan
93 56
62,4 37,6
Total 149 100,0
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan kelompok umur terdapat pada umur 20-35 tahun 79,2% dan terendah <20 dan >35 tahun 17,4 % serta terdapat yang tidak tercatat 3,4%. Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan suku yaitu Batak 74,5 % dan terendah Minang 2,0%. Proporsi ibu
(54)
yang melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan pendidikan yaitu akademi/perguruan tinggi 52,3% terendah SLTP 4,8% serta tidak tercatat 1,3%. Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan pekerjaan yaitu ibu rumah tangga 39,6% terendah PNS 8,1%. Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan daerah asal yaitu Kota Medan 62,4% terendah luar Kota Medan 37,6%.
4.2.2 Karakteristik ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan mediko obstetri
Proporsi karakteristik ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan mediko obstetri di RS Santa Elisabeth Medan pada tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR berdasarkan Mediko Obstetri di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013
Mediko Obstetri f %
Umur kehamilan < 26 minggu 26-36 minggu
≥ 37 minggu Tidak tercatat 10 70 61 8 6,7 47,0 40,9 5,4 Paritas Nullipara Primipara Multipara Tidak tercatat 73 45 28 3 49,0 30,2 18,8 2,0
(55)
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan umur kehamilan adalah 26-36 minggu 47,0% dan terendah adalah < 26 minggu 6,7% serta tidak tercatat 5,4%. Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan paritas adalah nullipara 49,0% dan terendah adalah multipara 18,8%. serta tidak tercatat 2,0%. Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan kadar Hb tidak dapat diketahui karena tidak tercatat di kartu status. Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi
berdasarkan frekuensi pemeriksaan adalah >4 kali 90,6% dan terendah ≤ 4 kali
5,4% serta tidak tercatat 4,0%. Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan riwayat kehamilan adalah baik 81,2 % dan terendah riwayat kehamilan buruk 18,1% serta tidak tercatat 0,7%.
4.2.3 Lama rawatan rata-rata bayi
Lama rawatan rata-rata bayi BBLR di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Bayi BBLR Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata Di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013
Lama Rawatan Rata-Rata Mean
Median
Standar Deviasi (SD) 95% Confidence Interval Minimum Maksimum 13,38 9,00 14,90 10,96-15,79 1 134 Pemeriksaan kehamilan
≤ 4 kali
> 4 kali Tidak tercatat 8 135 6 5,4 90,6 4,0 Riwayat kehamilan Baik Buruk Tidak tercatat 121 27 1 81,2 18,1 0,7
(56)
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata bayi BBLR adalah 13,38 hari atau 13 hari. SD (Standar Deviasi) 14,90 hari dengan lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawatan maksimum 134 hari.
4.2.4 Keadaan saat pulang ibu
Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan keadaan saat pulang di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi dengan BBLR Berdasarkan Keadaan Saat Pulang di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013
Keadaan saat pulang f %
Pulang sembuh 137 91,9
Pulang atas permintaan sendiri 12 8,1
Total 149 100,0
Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan keadaan pulang pulang sembuh 91,9% dan pulang atas permintaan sendiri 8,1%. Tidak terdapat ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan keadaan saat pulang yang meninggal.
4.2.5 Keadaan saat pulang bayi
Proporsi bayi BBLR berdasarkan keadaan saat pulang di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Bayi BBLR Berdasarkan Keadaan Saat Pulang di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013
Keadaan saat pulang f %
Pulang sembuh 112 75,2
Pulang atas permintaan sendiri 11 7,4
Meninggal 26 17,4
Total 149 100
Dari tabel 4.5. dapat diketahui bahwa proporsi bayi BBLR berdasarkan keadaan saat pulang, pulang sembuh 75,2% , pulang atas permintaan sendiri 7,4%,
(57)
dan meninggal 17,4%. Berikut ini merupakan tabel 4.6 Case Fatality Rate (CFR) bayi dengan BBLR berdasarkan umur kehamilan ibu dan kategori BBLR.
Tabel 4.6 CFR Bayi BBLR Berdasarkan Umur Kehamilan Ibu di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013
Umur kehamilan ibu f BBLR f meninggal %
< 26 minggu 10 9 90,0
26 - 36 minggu 70 12 17,1
≥ 37 minggu 61 2 3,3
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari CFR bayi BBLR tertinggi terdapat pada usia kehamilan < 26 minggu 90,0%. CFR bayi BBLR pada usia kehamilan 26-36 minggu 17,1%, usia kehamilan ≥ 37 minggu 3,3%.
Tabel 4.7 CFR Bayi BBLR Berdasarkan Kategori BBLR di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013
Kategori BBLR f BBLR f meninggal %
< 1.000 g 10 9 90,0
1.000-1.499 g 15 4 26,7
1.500-2.500 g 124 13 10,5
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa CFR bayi dengan berat badan lahir rendah tertinggi berdasarkan kategori BBLR adalah < 1.000 g 90,0%. Kategori berat badan lahir 1.000-1.499 g 26,7%, 1.500-2.500 g 10,5%.
4.2.6 Cara persalinan
Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan cara persalinan di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan
Cara Persalinan di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013
Cara persalinan f %
Normal 66 44,3
Seksio caesaria 83 55,7
Total 149 100
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan cara persalinan seksio caesaria 55,7% dan normal 44,3%.
(58)
Tidak terdapat ibu yang melahirkan dengan ekstraksi vakum berdasarkan cara persalinan.
4.3 Analisis Statistik
4.3.1 Distribusi proporsi umur ibu berdasarkan kategori BBLR
Proporsi umur ibu berdasarkan kategori BBLR di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Umur Ibu Berdasarkan Kategori BBLR di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013
Kategori BBLR
Umur ibu (tahun)
Total <20 dan >35 20-35
f % f % f %
< 1.500 g 4 16,7 20 83,3 24 100,0
1.500-2.500 g 22 18,3 98 81,7 120 100,0
p=1,000 Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir < 1.500 g pada kelompok umur <20 dan > 35 tahun yaitu sebanyak 4 ibu (16,7%) dan pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 20 ibu (83,3%). Ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir 1.500-2.500 g pada kelompok umur <20 dan > 35 yaitu sebanyak 22 ibu (18,3%) dan pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 98 ibu (81,7%).
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 1 sel (25,0%) yang memiliki nilai expected count kurang dari 5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p> 0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur ibu berdasarkan kategori berat badan lahir rendah.
(59)
Proporsi umur kehamilan ibu berdasarkan kategori BBLR di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Umur Kehamilan Ibu Berdasarkan Kategori BBLR di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013
Kategori BBLR
Umur Kehamilan (minggu)
Total
< 26 ≥ 26
f % f % f %
< 1.500 g 9 36,0 16 64,0 25 100,0
1.500-2.500 g 1 0,9 115 99,1 116 100,0
p=0,0001
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa kelompok ibu yang melahirkan bayi berat badan lahir < 1.500 g pada umur kehamilan < 26 minggu terdapat sebanyak
9 ibu (36,0%), sedangkan pada umur kehamilan ≥ 26 minggu terdapat sebanyak
16 ibu (64,0%). Kelompok ibu yang melahirkan bayi berat badan lahir 1.500-2.500 g pada umur kehamilan < 26 minggu terdapat sebanyak 1 ibu (0,9%),
sedangkan pada umur kehamilan ≥ 26 minggu terdapat sebanyak 115 ibu (99,1%).
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 1 sel (25,0%) yang memiliki nilai expected count kurang dari 5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p< 0,05 artinya secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara proporsi umur kehamilan berdasarkan kategori berat badan lahir rendah. 4.3.3 Distribusi proporsi frekuensi pemeriksaan kehamilan ibu berdasarkan
kategori BBLR
Proporsi frekuensi pemeriksaan kehamilan ibu berdasarkan kategori BBLR di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
(1)
Descriptives
13,38 1,221
10,96
15,79
11,67 9,00 222,047 14,901 1 134 133 14
4,255 ,199
29,338 ,395
Mean
Lower Bound Upper Bound 95% Conf idence
Interv al f or Mean
5% Trimmed Mean Median
Variance Std. Dev iat ion Minimum Maximum Range
Interquartile Range Skewness
Kurt osis Lama rawat an
rata-rat a bay i
Stat istic Std. Error
Statistics
Keadaan sewakt u pulang ibu 149
0 Valid
Missing N
Keadaan sewaktu pulang ibu
137 91,9 91,9 91,9
12 8,1 8,1 100,0
149 100,0 100,0
Pulang sembuh Pulang atas permintaan sendiri Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e Percent
Statistics
Keadaan sewaktu pulang bay i 149
0 Valid
Missing N
Keadaan sewaktu pulang bayi
112 75,2 75,2 75,2
11 7,4 7,4 82,6
26 17,4 17,4 100,0
149 100,0 100,0
pulang sembuh pulang atas permintaan sendiri meninggal Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e Percent
(2)
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KSB meninggal * kategori
umur kehamilan 141 94,6% 8 5,4% 149 100,0%
KSB meni nggal * kategori umur kehamilan Crosstabulati on
1 58 59 118
,8% 49,2% 50,0% 100,0%
9 12 2 23
39,1% 52,2% 8,7% 100,0%
10 70 61 141
7,1% 49,6% 43,3% 100,0%
Count
% wit hin KSB meninggal Count
% wit hin KSB meninggal Count
% wit hin KSB meninggal Sembuh at au PAPS
Meninggal KSB meninggal
Total
< 26 minggu
26 - 36
minggu >= 37 kategori umur kehamilan
Total
Case Processing Summary
149 100,0% 0 ,0% 149 100,0%
KSB meninggal * kategori berat bay i
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
KSB meninggal * kategori berat bayi Crosstabulation
1 11 111 123
,8% 8,9% 90,2% 100,0%
9 4 13 26
34,6% 15,4% 50,0% 100,0%
10 15 124 149
6,7% 10,1% 83,2% 100,0%
Count
% wit hin KSB meninggal Count
% wit hin KSB meninggal Count
% wit hin KSB meninggal Sembuh atau PAPS
Meninggal KSB meninggal
Total
< 1.000 gram
1.000 - 1. 499 gram
1.500-2. 500 gram kategori berat bay i
Total
Statistics Cara persalinan
149 0 Valid
Missing N
(3)
Cara persalinan
66 44,3 44,3 44,3
83 55,7 55,7 100,0
149 100,0 100,0
Normal
Seksio caesaria Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e Percent
kategori berat bayi * kategori umur ibu Crosstabul ation
4 20 24
16,7% 83,3% 100,0%
22 98 120
18,3% 81,7% 100,0%
26 118 144
18,1% 81,9% 100,0%
Count
% wit hin kategori berat bay i Count
% wit hin kategori berat bay i Count
% wit hin kategori berat bay i < 1.500 gram
1.500 - 2. 500 gram kategori berat
bay i
Total
<20 dan
>35 tahun 20-35 tahun kategori umur ibu
Total
Chi-Square Tests
,038b 1 ,846
,000 1 1,000
,038 1 ,845
1,000 ,555
,037 1 ,847
144 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Computed only f or a 2x2 table a.
1 cells (25,0%) hav e expect ed count less than 5. The minimum expected count is 4,33.
(4)
kategori berat bayi * kategori umur kehamilan Crosstabulation
kategori umur kehamilan Total
< 26 minggu ≥ 26 minggu
kategori berat bayi
< 1.500 gram Count
9 16 25
% within kategori
berat bayi 36,0% 64,0% 100,0%
1.500 - 2.500 gram Count 1 115 116
% within kategori
berat bayi ,9% 99,1% 100,0%
Total Count 10 131 141
% within kategori
berat bayi 7,1% 92,9% 100,0%
Chi-Square Tests
38,539b 1 ,000
33,391 1 ,000
28,027 1 ,000
,000 ,000
38,265 1 ,000
141 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Computed only f or a 2x2 table a.
1 cells (25,0%) hav e expect ed count less than 5. The minimum expected count is 1,77.
b.
kategori berat bayi * Frekuensi pemeriksaan kehamilan Crosstabulation
2 21 23
8,7% 91,3% 100,0%
6 114 120
5,0% 95,0% 100,0%
8 135 143
5,6% 94,4% 100,0%
Count
% wit hin kat egori berat bay i Count
% wit hin kat egori berat bay i Count
% wit hin kat egori berat bay i < 1.500 gram
1.500 - 2. 500 gram kategori berat
bay i
Total
<= 4 kali > 4 kali Frekuensi pemeriksaan
kehamilan
(5)
kategori berat bayi * Riwayat kehamilan terdahulu Crosstabulation
Riwayat kehamilan
terdahulu Total
baik buruk baik
kategori berat bayi
< 1.500 gram Count 18 7 25
% within kategori
berat bayi 72,0% 28,0% 100,0%
1.500 - 2.500 gram Count 103 20 123
% within kategori
berat bayi 83,7% 16,3% 100,0%
Total Count 121 27 148
% within kategori
berat bayi 81,8% 18,2% 100,0%
Chi-Square Tests
,499b 1 ,480
,045 1 ,833
,444 1 ,505
,615 ,378
,496 1 ,481
143 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Computed only f or a 2x2 table a.
1 cells (25,0%) hav e expect ed count less than 5. The minimum expected count is 1,29.
b.
Chi-Square Tests
1,920b 1 ,166
1,213 1 ,271
1,757 1 ,185
,167 ,136
1,907 1 ,167
148 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Computed only f or a 2x2 table a.
1 cells (25,0%) hav e expect ed count less than 5. The minimum expected count is 4,56.
(6)
Kruskal-Wallis Test
Tests of Normality
,203 149 ,000 ,658 149 ,000
Lama rawatan rata-rata bay i
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk
Lillief ors Signif icance Correction a.
Ranks
112 88,18
11 43,91
26 31,37
149 Keadaan sewakt u
pulang bay i pulang sembuh pulang atas permintaan sendiri meninggal Total Lama rawatan
rata-rata ibu
N Mean Rank
Test Statisticsa,b
42,856 2 ,000 Chi-Square
df
Asy mp. Sig.
Lama rawat an rata-rata ibu
Kruskal Wallis Test a.
Grouping Variable: Keadaan sewaktu pulang bay i b.
Descriptives
Lama rawat an rata-rata ibu
112 16,15 15,929 1,505 13,17 19,13 1 134
11 5,82 4,285 1,292 2,94 8,70 3 18
26 4,62 6,413 1,258 2,03 7,21 1 31
149 13,38 14,901 1,221 10,96 15,79 1 134
pulang sembuh pulang atas permintaan sendiri meninggal Total
N Mean Std. Dev iat ion Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Conf idence Interv al f or Mean