T1 232010006 Full text
TUNNELING
SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN
LABA MELALUI TRANSAKSI PIHAK BERELASI DI
SEKITAR PENAWARAN SAHAM PERDANA
Oleh:
AYU SURYANDARI NIM: 232010006
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS
: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
(2)
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Jl. Diponegoro 52-60 : (0298) 321212, 311881 Telex 322364 ukswsaia Salatiga 50711-Indonesia Fax. (0298)-321433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : AYU SURYANDARI NIM : 232010006
Program Studi : AKUNTANSI
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi,
Judul : TUNNELING SEBAGAI INSENTIF DARI MANAJEMEN LABA MELALUI TRANSAKSI PIHAK BERELASI DI SEKITAR PENAWARAN SAHAM PERDANA
Pembimbing : MI Mitha Dwi Restuti, SE., MSi Tanggal diuji : 25 April 2014
adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, April 2014
Yang memberi pernyataan,
(3)
(4)
MOTTO
Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu'
(Al. Baqarah: 45)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan
yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya kamu
berharap.
(5)
ABSTRACT
This study aimed to examine the influence of related party transaction by related party receivable transaction (RPT Receivable), related party payable transaction (RPT Payable) on earnings management is proxied by ROA in the period before initial public offering (IPO). Such actions can also be an opportunity to perform tunneling as measured by net outstanding corporate loans to the year -end total assets (NOREC) are seen through the performance of the company's shares using buy-and-hold returns in the period after initial public offering (IPO). By using the control variable is a non-related party transactions receivables, debt, firm size, and market returns. The population of this study is 32 samples
from non-financial firms that conduct IPO’s in the Indonesia Stocked Exchange in 2007 to
2011. The results of this study in Indonesia indicate that earnings management and tunneling does not occur through related party transactions. But the loan transactions between related parties after the IPO is viewed by investors as opportunistic actions that degrade the performance of the company's shares after the IPO.
(6)
SARIPATI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh transaksi pihak berelasi melalui transaksi piutang pihak berelasi (RPT Piutang), transaksi hutang pihak berelasi (RPT Hutang) terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan ROA pada periode sebelum penawaran saham perdana (IPO). Tindakan tersebut juga dapat menjadi kesempatan untuk melakukan
tunneling yang diukur dengan net outstanding corporate loans to year -end total assets
(NOREC) yang dilihat melalui kinerja saham perusahaan menggunakan buy-and-hold return
pada periode setelah penawaran saham perdana (IPO). Dengan menggunakan variabel kontrol yaitu transaksi piutang non pihak istimewa, debt, ukuran perusahaan, dan market return.
Penelitian ini menggunakan 32 sampel dari perusahaan non-keuangan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 sampai tahun 2011. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa di Indonesia manajemen laba dan tunneling tidak terjadi melalui transaksi pihak berelasi. Namun transaksi pinjaman antar pihak hubungan berelasi setelah IPO dipandang oleh investor sebagai tindakan yang oportunistik sehingga menurunkan kinerja saham perusahaan setelah IPO.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang oleh karena segala limpahan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Tunneling sebagai Insentif dari Manajemen Laba melalui Transaksi Pihak Berelasi Di Sekitar Penawaran Saham Perdana“. Penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Namun, penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis harapkan. Semoga berkat kasih karunia Allah SWT selalu menyertai kita.
Salatiga, April 2014
(8)
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan segenap kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas karunia dan pimpinan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah senantiasa membantu, mendorong, dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi.
Ucapan terima kasih penulis tujukan terutama kepada:
1. Bapak dan almarhumah Ibu yang tercinta yang telah memberi kasih sayang, perhatian, dan segala pengorbanan baik materiil maupun spirituil kepada penulis. Terima kasih atas doanya.
2. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana.
3. Bapak Dr. Usil Sis Sucahyo, SE, MBA selaku Kaprodi Akuntansi.
4. Ibu MI Mitha Dwi Restuti, SE., MSi. selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan mencurahkan perhatiannya dalam memberi petunjuk-petunjuk dan saran yang sangat berharga.
5. Bapak Prof. Supramono, S.E., MBA., DBA. dan Ibu Like Soegiono, S.E., M.Si. selaku penguji kertas kerja penulis yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan kertas kertas kerja ini.
6. Ibu Suzy Noviyanti, SE., MM, Akt., CPA selaku wali studi.
7. Ibu Supatmi, SE., M.Akt., CA dan Ibu Linda Ariany Mahastanti, SE., M.Sc. terima kasih atas diskusinya.
(9)
8. Seluruh staff pengajar, tata usaha, dan perpustakaan yang telah membantu penulis baik dalam studi maupun penulisan skripsi.
9. Saudara-saudaraku Mas Eko, Mas Dwi, Mas Deby, Mbak Rini, Mbak Nita, Mbak Vivi dan seluruh keluarga besar tercinta yang selama ini mendoakan, memberikan semangat, kasih sayang kepada penulis.
10. Buat sahabat-sahabat penulis, Diva, Dwi, Nita, Murta yang sudah menjadi teman, dan sahabat baik selama penulis menempuh kuliah di FEB-UKSW dalam suka maupun duka. Terima kasih juga atas semua dukungan, motivasi, bantuan dan dorongan semangat kepada penulis.
11. Buat semua teman-teman: Asna, Nindi, Dhoni, Monic, Rara, dan yang lain-lain tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang sudah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
12. Semua teman-teman angkatan 2010 dan teman-teman sebimbingan yang telah senantiasa sama-sama berjuang dalam penulisan skripsi.
Ada nama-nama yang lainya yang berhak dan pantas mendapatkan ucapan terima kasih, namun penulis menyadari sepenuhnya, tidak mungkin untuk menyebut satu persatu. Kiranya kasih dan berkat Allah SWT selalu melimpahkan atas kebaikan mereka.
Salatiga, April 2014
(10)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi ... ii
Halaman Persetujuan / Pengesahan ... iii
Halaman Motto ... iv
Abstract ... v
Saripati ... vi
Kata Pengantar ... vii
Ucapan Terima Kasih ... viii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xii
Daftar Lampiran ... xii
PENDAHULUAN ... 1
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 4
Tunneling ... 4
Manajemen Laba ... 5
Transaksi Dengan Pihak-Pihak Berelasi ... 7
Tunneling sebagai Insentif Manajemen Laba ... 9
Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Pasca-IPO ... 9
Rumusan Hipotesis ... 10
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO ... 10
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO ... 12
METODE PENELITIAN ... 14
Data dan Sampel ... 14
Operasionalisasi Variabel ... 15
Variabel Dependen ... 15
Variabel Independen ... 16
Variabel Kontrol ... 18
Metode Analisis ... 19
Analisis Regresi ... 19
(11)
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 22
Analisis Data ... 22
Statistika Deskriptif RPT ... 22
Statistika Deskriptif Variabel ... 24
Uji Asumsi Klasik ... 29
Pengujian Hipotesis ... 31
Pembahasan ... 34
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO ... 34
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO ... 37
KESIMPULAN DAN KETERBATASAN ... 41
Kesimpulan ... 41
Keterbatasan dan Saran Penelitian ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 46
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pemilihan Sampel Penelitian ... 14
Tabel 2. Deskripsi Variabel Model 1 ... 20
Tabel 3. Deskripsi Variabel Model 2 ... 21
Tabel 4. Statistika Deskriptif RPT ... 23
Tabel 5. Ringkasan Hasil Regresi Model 1 ... 34
Tabel 6. Ringkasan Hasil Regresi Model 2 ... 37
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan ... 46
Lampiran 2. Sampel Data ... 47
Lampiran 3. Statistik Deskriptif ... 52
Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik ... 53
(13)
PENDAHULUAN
Perkembangan pasar modal Indonesia yang pesat menyebabkan munculnya banyak investor maupun perusahaan publik baru. Dalam proses Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana disyaratkan penerbitan suatu prospektus, yang diharapkan dapat memberi informasi bagi investor sebelum berinvestasi. Namun, Rao (1993) dalam Kusumawardhani dan Veronica (2009) menyatakan bahwa pada periode sebelum terjadinya IPO, hampir tidak ada pemberitaan apapun mengenai perusahaan yang bersangkutan baik di media massa maupun media elektronik. Adanya keterbatasan informasi yang dimiliki para investor mengharuskan mereka untuk mengandalkan laporan keuangan yang ada untuk melakukan penilaian atas kinerja saham sebelum IPO dan juga menilai kemungkinan terjadinya manajemen laba. Manajemen laba adalah tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan dan atau nilai pasar perusahaan (Scott, 1997). Manajer dapat menyusun laporan keuangan dengan memilih metode akuntansi atau akrual yang akan meningkatkan laba, dan laba yang tinggi diharapkan akan dihargai tinggi oleh investor berupa harga penawaran yang tinggi (Assih et al., 2005).
Dalam Irawan dan Gumanti (2009), Barth et al., (1999) meneliti hubungan antara laba perusahaan sebelum go pubic dan harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga saham akan lebih tinggi jika dimiliki oleh perusahaan yang memiliki keuntungan yang konsisten dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki laba yang tidak konsisten. Hasil penelitian ini mampu menjelaskan kenapa manajer menggunakan metode akuntansi tertentu untuk menilai besaran laba perusahaan pada periode menjelang go public, dan tindakan ini lebih dikenal sebagai earning management. Dengan asumsi demikian, diperkirakan bahwa praktik manajemen laba yang dilakukan pada saat IPO dimaksudkan untuk mendongkrak harga saham perdana.
(14)
Manajemen laba salah satunya dapat dilakukan melalui transaksi pihak-pihak berelasi (Related party transaction - RPT), dalam hal ini hubungan antara induk dan anak perusahaan (McKay, 2002). RPT dapat menyebabkan perpindahan laba dari perusahaan anak ke induk (Cheung et al., 2006). Contoh, Coca-Cola pernah memanfaatkan RPT dengan mempengaruhi pihak pembuat botolnya untuk membebankan harga botol yang lebih rendah agar Harga Pokok Penjualan Coca-Cola turun dan laba Coca-Cola meningkat (McKay, 2002). Penelitian Geriesh (2003) juga menemukan bahwa perusahaan yang terlibat dalam kecurangan akuntansi lebih banyak melibatkan RPT.
Melihat lebih jauh lagi, RPT dapat memunculkan motif oportunistik baru yaitu
tunneling. Menurut Johnson et al. (2000) tunneling adalah pengalihan keluar aset dan
keuntungan dari anak perusahaan untuk kepentingan induk perusahaan yang berdampak pada ekspropriasi pemegang saham non-pengendali. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa perusahaan induk di Cina melakukannya dengan cara tidak membayar hutang kepada anak perusahaan yang IPO, yang berdampak pada buruknya kinerja anak perusahaan (Aharony et al., 2010). Selain itu Cheung et al. (2006) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pinjaman perusahaan cenderung mengakibatkan ekspropriasi hak pemegang saham non-pengendali, yang diukur menggunakan cummulative abnormal market-adjusted
returns (CAR). Penelitian mereka juga berhasil menafsirkan bahwa transaksi tersebut
merupakan bukti tunneling oleh pemegang saham mayoritas dan merupakan RPT yang tidak didasarkan pada alasan ekonomi. Pemahaman ini menjadi penting karena dalam Teoh et al. (1998) dibuktikan bahwa investor tidak dapat mendeteksi hasil rekayasa pada saat IPO. Akibatnya, terjadi kesalahan pengambilan keputusan investasi oleh investor.
Penelitian ini sudah dilakukan oleh Aharony et al. (2010) mengenai Tunneling
sebagai insentif untuk melakukan manajemen laba selama proses IPO di Cina. Sedangkan, di Indonesia penelitian ini sudah dilakukan oleh Guing dan Aria (2011) mengenai manajemen
(15)
laba dan tunneling melalui transaksi pihak istimewa di sekitar penawaran saham perdana. Penelitian ini berusaha meneliti kembali lebih dalam mengenai perilaku manajemen laba yang dilakukan perusahaan sebelum IPO di Bursa Efek Indonesia beserta potensi kegiatan tunneling yang mungkin muncul sebagai insentif dari manajemen laba dengan mengubah jenis transaksi RPT. Dalam penelitian ini akan digunakan RPT Piutang dan RPT Hutang dalam mendeteksi manajemen laba. Penelitian ini memilih transaksi piutang-hutang karena transaksi ini memiliki pengaruh langsung terhadap laporan keuangan, khususnya pada perhitungan laba akuntansi suatu perusahaan. Transaksi piutang-hutang ini dapat timbul karena adanya transaksi penjualan atau pembelian kepada pihak berelasi (Jian dan Wong, 2003). Chang (2002) juga memaparkan bahwa adanya transaksi penjualan atau pembelian kepada pihak berelasi yang menimbulkan piutang atau hutang pihak berelasi tersebut, dapat digunakan untuk melakukan earnings management. Selain itu penelitian ini juga menggunakan data laporan keuangan yang lebih terbaru, yaitu laporan keuangan perusahaan non-keuangan yang IPO dari tahun 2007 sampai tahun 2011.
Secara spesifik maka tujuan dan permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Mengetahui pengaruh antara RPT dengan keberadaan manajemen laba pada periode sebelum IPO, sehingga dapat diketahui apakah RPT tersebut dilakukan sebagai sarana dalam manajemen laba pada periode sebelum IPO. (2) Mengetahui pengaruh RPT pada periode sebelum IPO dan pinjaman kepada pihak berelasi pada periode setelah IPO dengan kinerja saham perusahaan setelah IPO, sehingga dapat diketahui apakah RPT dan pinjaman tersebut berpengaruh negatif dengan kinerja saham perusahaan setelah IPO.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada investor dalam membuat keputusan investasi terutama yang berkaitan dengan penawaran saham perdana, sehingga menghindari terjadinya kesalahan dalam membuat keputusan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat membangun kepustakaan yang merupakan informasi tambahan
(16)
yang berguna bagi pembaca mengenai perilaku manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO melalui transaksi pihak berelasi dan pinjaman kepada pihak berelasi pada periode setelah IPO dengan kinerja saham perusahaan setelah IPO.
KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Tunneling
Istilah "tunneling" awalnya digunakan untuk menggambarkan kondisi ekspropriasi pemegang saham non-pengendali di Republik Ceko melalui pengalihan aset dan keuntungan dari perusahaan demi kepentingan pemegang saham pengendali (Guing dan Aria, 2011). Menurut Johnson et al., (2000) tunneling adalah pengalihan keluar aset dan keuntungan dari anak perusahaan untuk kepentingan induk perusahaan yang berdampak pada ekspropriasi pemegang saham non-pengendali.
Tunneling merupakan perilaku manajemen atau pemegang saham mayoritas yang
mentransfer aset dan profit perusahaan untuk kepentingan mereka sendiri, namun biaya dibebankan kepada pemegang saham minoritas (Zhang, 2004 dalam Mutamimah, 2008). Sansing (1999) menunjukkan bahwa pemegang saham mayoritas dapat mentransfer kekayaan untuk dirinya sendiri dengan mengorbankan hak para pemilik minoritas, dan terjadi penurunan pengalihan kekayaan ketika persentase kepemilikan pemegang saham mayoritas menurun.
Tunneling muncul dalam dua bentuk. Pertama, peran pemegang saham pengendali
dalam memindahkan sumber daya perusahaan untuk kepentingannya sendiri melalui transaksi pihak berelasi yang diatur sedemikian rupa. Kedua, pemegang saham pengendali dapat meningkatkan porsi sahamnya tanpa memberikan kontribusi aset apapun bagi perusahaan melalui isu-isu saham dilutif, pembatasan terhadap pemegang
(17)
saham non-pengendali, atau transaksi lainnya yang merugikan kelompok non-pengendali (Johnson et al., 2000).
Tunneling dapat juga dilakukan dengan cara menjual produk perusahaan kepada
perusahaan yang memiliki hubungan dengan manajer dengan harga yang lebih rendah dibandingkan mempertahankan posisi/ jabatan pekerjaannya meskipun mereka sudah tidak kompeten atau berkualitas lagi dalam menjalankan usahanya atau menjual aset perusahaan kepada perusahaan yang memiliki hubungan dengan manajer (Dwinanto, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Johnson et al., (2000) dan Cheung (2006) terbukti bahwa di negara berkembang, pemilik saham mayoritas terlibat dalam praktek ekspropriasi atau tunneling
yang dilakukan terhadap pemegang saham minoritas.
Manajemen Laba
Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Informasi laba merupakan unsur dalam laporan keuangan yang penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif. Berdasarkan hal tersebut membuat pihak manajemen berusaha untuk melakukan manajemen laba agar kinerja perusahaan tampak baik oleh pihak eksternal.
Earnings management merupakan upaya-upaya manajemen menggunakan
pertimbangannya dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat menyesatkan para pengambil keputusan dalam menilai kinerja perusahaan atau dapat mempengaruhi kontrak-kontrak pendapatan yang telah ditetapkan berdasarkan angka-angka laporan keuangan (Healy dan Wahlen, 1998). Sedangkan menurut Setiawati dan Na’im (2000) earnings management
diartikan sebagai campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri. Earnings management merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan.
(18)
Terdapat dua cara pandang dalam memahami manajemen laba menurut Scott (2000) dalam Rahmawati et al., (2006) yaitu: Pertama, memandang sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utulitias manajemen (opportunistic behavior). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (efficient earnings
management), manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri
mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga sehingga dapat menguntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Scott (2000) dalam Rahmawati et al., (2006) juga mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mendorong manajer melakukan manajemen laba, diantaranya:
1. Bonus Purpose
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara
opportunistic untuk melakukan laba dengan memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985).
2. Motivasi Politik (Political Motivation)
Manajemen laba dilakukan oleh perusahaan agar mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Motivasi Pajak (Taxation Motivation)
Perusahaan yang mendapatkan laba lebih tinggi akan membayar pajak yang tinggi pula. Akan tetapi, manajer perusahaan akan melakukan rekayasa agar laba yang dilaporkan tidak seperti yang sebenarnya, sehingga pajak yang dibayarkan tidak terlalu tinggi. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan. Motivasi inilah yang mendasari praktik manajemen laba.
4. Perubahan Chief Executive Officer (CEO)
CEO perusahaan yang akan habis masa jabatannya atau mendekati masa pensiun akan berusahaan menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus yang diterimanya dan jika
(19)
kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5. Penawaran Saham Perdana (IPO)
Pada perusahaan yang akan go public tetapi belum memiliki harga pasar sehingga perlu menetapkan nilai saham yang akan ditawarkan. Hal ini mengakibatkan manajer perusahaan yang go public melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas saham. Dengan menaikkan laba perusahaan akan mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan investasi.
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Kinerja perusahaan akan diinformasikan kepada investor sehingga pelaporan laba harus disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut berada dalam kinerja yang baik.
Transaksi Dengan Pihak-Pihak Berelasi
Di Indonesia, pengungkapan transaksi dengan pihak-pihak yang berelasi diatur dalam PSAK No.7 (R2010) mengenai “Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi”, pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangannya (dalam Pernyataan ini dirujuk sebagai “entitas pelapor”). Transaksi pihak berelasi adalah suatu pengalihan sumber daya, jasa atau kewajiban antara entitas pelapor dengan pihak-pihak berelasi, terlepas apakah ada harga yang dibebankan.
Berikut ini adalah contoh transaksi yang diungkapkan jika pihak tersebut adalah pihak berelasi:
a) Pembelian atau penjualan barang (barang jadi atau setengah jadi) b) Pembelian atau penjualan properti dan aset lainnya
c) Penyediaan atau penerimaan jasa d) Sewa
(20)
e) Pengalihan riset dan pengembangan f) Pengalihan di bawah perjanjian lisensi
g) Pengalihan di bawah perjanjian pembiayaan (termasuk pinjaman dan kontribusi ekuitas dalam bentuk tunai atau dalam bentuk natura)
h) Provisi atas jaminan atau agunan
i) Komitmen untuk berbuat sesuatu jika peristiwa khusus terjadi atau tidak terjadi dimasa depan, termasuk kontrak eksekutori* (diakui atau tidak diakui)
j) Penyelesaian liabilitas atas nama entitas atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
Dalam penelitian Cheung, Rau dan Stouraitis (2006) yang melihat pengaruh pengumuman transaksi pihak berelasi terhadap abnormal stock return, membagi sifat RPT menjadi tiga kelompok yang tidak semuanya merugikan, yaitu (1) transaksi yang apriori menyebabkan ekspropriasi pemegang saham minoritas perusahaan, antara lain akuisisi aset, penjualan aset, penjualan ekuitas, hubungan perdagangan, dan pembayaran tunai; (2) transaksi yang cenderung menguntungkan pemegang saham minoritas, seperti penerimaan kas dan hubungan antara anak perusahaan; dan (3) transaksi dengan alasan strategis dan mungkin tidak bersifat ekspropriasi, seperti takeover dan joint venture, akuisisi joint venture, dan penjualan antara sesama joint venture.
Ryngaert dan Thomas (2007) membagi RPT ke dalam dua kategori yaitu transaksi ex-ante dan ex-post. Transaksi ex-ante didefinisikan sebagai transaksi dimana suatu perusahaan dan related party melakukan transaksi sebelum perusahaan tersebut menjadi perusahaan publik atau sebelum tertentu menjadi related party dengan perusahaan. Sedangkan, transaksi ex-post adalah transaksi yang muncul setelah perusahaan go public dan setelah suatu pihak memiliki hubungan khusus dengan perusahaan. Jenis transaksi ini cenderung merugikan outside shareholder. Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan
(21)
istimewa (RPT) memiliki dua hipotesis yang bertolak belakang yaitu sebagai transaksi opportunis atau sebagai transaksi yang efisien.
Tunneling sebagai Insentif Manajemen Laba
Jian dan Wong (2003) meneliti penggunaan RPT sebagai sarana praktik manajemen laba dan tunneling pada perusahaan di Cina. Mereka menemukan bahwa perusahaan yang masih tergabung dalam satu konglomerasi cenderung melaporkan nilai RPT yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki konglomerasi. Selain itu dapat dibuktikan juga bahwa RPT tersebut digunakan untuk memanipulasi laba dalam rangka memenuhi syarat agar bisa sukses melakukan IPO. Ketika perusahaan IPO tersebut telah menghasilkan aliran dana yang cukup, cenderung terjadi pengalihan sumber daya tersebut kepada perusahaan afiliasinya dalam bentuk pinjaman lunak. Sedangkan ketika dilihat pengaruhnya terhadap kinerja saham, ditemukan bahwa transaksi antara afiliasi tersebut lebih mengarah kepada tindakan oportunistik dibandingkan tindakan yang efisien.
Senada dengan Jian dan Wong, Aharony et al. (2010) juga menemukan penggunaan RPT sebagai sarana manajemen laba menjelang IPO dan lebih jauh juga membuktikan bahwa perilaku tersebut muncul karena adanya kesempatan untuk melakukan praktik tunneling pada masa setelah IPO. Tunneling biasanya dilakukan dalam bentuk pinjaman dari perusahaan IPO kepada induk perusahaannya, eksploitasi sumber daya dilakukan dengan tidak melunasi pinjaman tersebut yang berakibat pada buruknya kinerja keuangan perusahaan IPO.
Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Pasca-IPO
Theo et al., (1998) meneliti hubungan manajemen laba dengan penurunan kinerja jangka panjang perusahaan dan mengungkapkan bahwa perusahaan yang melaporkan positif akrual pada saat IPO, setelah 3 tahun pasca IPO perusahaan tersebut mengalami kinerja saham yang buruk dan semakin besar (agresif) akrual diskresioner yang dimiliki
(22)
perusahaan akan semakin buruk pula kinerja saham jangka panjang yang dialami perusahaan. Temuan Jain dan Kini (1994) juga menyebutkan bahwa akan terjadi penurunan kinerja laba (underperformance) pasca penawaran, meskipun ada pertumbuhan penjualan dan pengeluaran modal yang tinggi.
Assih et al. (2005) melakukan penelitian menggunakan ROA (return on asset) sebagai proksi kinerja perusahaan. Hasil pengujian pengaruh manajemen laba pada kinerja perusahaan menunjukkan bahwa manajemen laba mempunyai pengaruh negatif pada kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROA pada periode-periode setelah penawaran publik perdana. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen laba yang dilakukan manajemen pada periode sebelum IPO adalah sebuah tindakan yang sifatnya oportunistik dan tidak dapat dipertanggungjawabkan melalui kinerja perusahaan pasca-IPO.
Rumusan Hipotesis
Penelitian ini berfokus pada tiga jenis RPT: (1) piutang oleh perusahaan IPO kepada perusahaan pihak berelasi (RPT Piutang), (2) hutang oleh perusahaan IPO dari perusahaan pihak berelasi (RPT Hutang), (3) selisih saldo akhir akun piutang dan hutang lain-lain dengan pihak berelasi yang tercatat pada perusahaan IPO (Net
Outstanding Corporate Loans).
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO
Manajemen laba dapat digambarkan sebagai perilaku manajemen dalam memilih kebijakan akuntansi tertentu, atau melalui penerapan aktivitas tertentu, yang bertujuan mempengaruhi laba untuk mencapai sebuah tujuan spesifik (Scott, 2009). Salah satu motivasi yang dapat menjadi pemicu munculnya manajemen laba adalah motivasi untuk memanfaatkan kegiatan Initial Public Offering (IPO) sebagai sebuah kondisi asimetri informasi dalam rangka mendapatkan harga saham perdana yang tinggi (Scott, 2009). Investor memiliki informasi yang relatif terbatas tentang perusahaan
(23)
yang akan melakukan IPO. Dengan demikian mereka hanya akan merujuk pada prospektus yang merupakan informasi utama tentang perusahaan di pasar. Sejalan dengan temuan Barth et al. (1999) pemilik perusahaan akan berupaya menaikkan atau menjaga tingkat keuntungan perusahaan guna memaksimalkan harga penawaran. Karena harga penawaran yang tinggi akan berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan issuer.
Jian dan Wong (2003) menemukan bahwa transaksi dengan pihak berelasi (RPT) menunjukkan kecenderung opportunis. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya tingginya tingkat penjualan dengan RPT, terutama kepada pemegang saham kendali dan anggota lain perusahaan dalam grup, ketika perusahaan memiliki insentif untuk memanipulasi laba (menjelang di delisted atau menjelang penerbitan saham baru).
Aharony et al. (2010) dalam penelitiannya di China berhasil membuktikan bahwa transaksi RPT menjadi salah satu sarana manajemen laba menjelang proses IPO. RP Sales dan RP Purchases diperkirakan menjadi faktor utama dalam pengaturan laba menjelang IPO, dengan cara memperbesar tingkat penjualan dan memperkecil biaya pembelian sehingga akan membentuk laba yang besar dan pada akhirnya akan meningkatkan besarnya dana yang diterima perusahaan sehubungan dengan proses IPO.
Dalam penelitian ini menggunakan transaksi RPT Piutang dan RPT Hutang yang timbul karena adanya transaksi penjualan dan pembelian. Ketika tingkat penjualan kepada pihak berelasi meningkat maka akan mempengaruhi besarnya laba dalam Laporan Laba Rugi, dan peningkatan piutang akan memperbesar nilai asset perusahaan dalam Neraca sehingga laba dalam Laporan Laba Rugi dan Neraca akan terpengaruh menjadi lebih besar. Sedangkan, ketika pembelian kepada pihak berelasi dilakukan maka besarnya harga beli dapat diatur sesuai dengan kepentingan pihak-pihak tersebut. Saat perusahaan menetapkan menggunakan harga beli lebih rendah maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil,
(24)
beban bunga hutang lebih rendah dan HPP yang tercatat juga lebih rendah. Saat beban bunga dan HPP rendah, maka laba akan terpengaruh (laba akan meningkat). Kemudian, dalam penelitian ini dimasukkan beberapa variabel untuk mengontrol Return on Assets sebagai indikator dalam mendeteksi manajemen laba. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1a: Kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO. H1b: Kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO.
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO
Praktik manajemen laba menjelang IPO cenderung menaikkan labanya dengan cara menggeser pendapatan masa depan menjadi pendapatan sekarang. Akibatnya, laba perusahaan pada tahun berikutnya akan cenderung turun karena pendapatan pada tahun tersebut telah diakui tahun sebelumnya. Bahkan penurunan kinerja laba akan tetap terjadi meskipun terdapat pertumbuhan penjualan dan pengeluaran modal yang tinggi setelah IPO (Ritter, 1991).
Jika manajemen laba yang dilakukan sebelum IPO adalah sebuah tindakan oportunistik untuk mencapai tujuan tertentu, maka secara teoritis perusahaan tidak akan mampu mempertahankan kinerja perusahaan pasca-IPO. Beberapa peneliti terdahulu berhasil membuktikan adanya hubungan negatif yang signifikan antara manajemen laba sebelum IPO dengan kinerja perusahaan pasca-IPO. Teoh et al. (1998) menemukan perusahaan yang secara lebih agresif melakukan manajemen laba sebelum IPO akan mengalami penurunan nilai rata-rata return saham yang lebih buruk daripada perusahaan yang konservatif. Sementara itu Assih et al. (2005) menemukan bahwa ROA perusahaan pasca-IPO akan
(25)
menurun pada perusahaan-perusahaan yang melakukan manajemen laba menjelang IPO.
Selain itu dalam penelitian Aharony et al. (2010) terbukti bahwa terjadi praktek
tunneling pada periode setelah IPO, sebagai insentif manajemen laba. Tunneling ini
diukur melalui Net Outstanding Corporate Loans. Praktek tunneling yang terjadi dapat dilihat dari perilaku perusahaan IPO yang memberikan pinjaman yang tidak dilunasi kepada pihak berelasi untuk kemudian dimanfaatkan oleh para pemegang saham pengendali.
Semakin agresif praktek manajemen laba dan tunneling, para pemegang saham non pengendali akan semakin dirugikan. Hal ini akan terlihat dari kinerja saham perusahaan yang menurun pada periode setelah IPO. Sesuai dengan Gul et al. (2003) yang menemukan jika manajeman laba dilakukan dengan motivasi yang buruk, maka dalam jangka panjang kinerja aktual perusahaan akan menurun, dan para investor akan semakin tidak percaya kepada perusahaan yang berakibat pada turunnya kinerja saham perusahaan. Aharony et al. (2010) juga menemukan bahwa tunneling atau eksploitasi sumber daya akan berakibat pada buruknya kinerja keuangan perusahaan yang baru terdaftar itu. Untuk mendeteksi hal ini, dimasukkan juga faktor return pasar satu hari setelah IPO sebagai pengontrol kondisi pasar saat itu. Berikut adalah hipotesisnya:
H2a: Kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO.
H2b: Kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO.
H2c: Kenaikan Net Outstanding Corporate Loans pada periode setelah IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO.
(26)
METODE PENELITIAN Data dan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang masih terdaftar di Bursa Efek Indonesi (BEI) sampai tanggal 31 Desember 2011. Data tersebut diperoleh dari laporan keuangan perusahaan non-keuangan yang listing di BEI dari tahun 2007 sampai tahun 2011 yang diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory), dan website Bursa Efek Indonesia. Sedangkan data harga saham dan level IHSG diperoleh dari internet, yaitu www.yahoofinance.com. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling, adapun kriterianya adalah:
1. Perusahaan non-keuangan yang IPO dari tahun 2007 sampai tahun 2011. 2. Perusahaan yang memiliki anak perusahaan.
3. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan atau prospektus satu tahun sebelum melakukan penawaran umum perdana (IPO), pada saat IPO, dan satu tahun setelah IPO. 4. Perusahaan yang memiliki minimal satu transaksi yang tergolong sebagai transaksi
dengan pihak berelasi kategori piutang dan hutang.
Berikut adalah sampel penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan: Tabel 1. Pemilihan Sampel Penelitian
Deskripsi Jumlah
Perusahaan non-keuangan yang IPO dari tahun 2007-2011 Perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan
Perusahaan dengan data RPT tidak lengkap Keterbatasan data tidak lengkap
95 (22) (34) (7)
Perusahaan Sampel 32
(27)
Operasionalisasi Variabel Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas (Sekaran, 2003). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Return on Assets (ROA) merupakan indikator yang umum dalam mendeteksi
manajemen laba (Aharony et al., 2000). Dalam penelitian Aharony et al., (2010) kinerja laba diukur dengan menggunakan ROA jika ROA memuncak pada tahun IPO tetapi pada pasca IPO, ROA kembali menurun sehingga terlihat apakah RPT berhubungan dengan pola ROA pada saat IPO dengan cara menunjukkan manajemen laba.Nilai ROA didapat dari perbandingan antara laba bersih perusahaan yang melakukan IPO pada tahun IPO dengan jumlah aset kecuali kas pada saldo akhir tahun IPO. Jumlah kas tidak diperhitungkan untuk menghilangkan cash effect akibat IPO. Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011).
ROAt=0 =
Laba Bersih Total Aset∗
*Total aset yang digunakan kecuali kas pada tahun IPO
Buy-and-Hold Return (BHR) merupakan variabel yang akan digunakan untuk melihat
kinerja saham perusahaan pada periode setelah IPO. Metode buy-and-hold return dapat diukur dengan rumusan berikut (Rahman dan Gutagol, 2008):
BHRi,t = ��=1 1 +��,� − ��=1(1 +��,�) Keterangan:
ri,t = imbal hasil saham i pada hari t yang dihitung sebagai berikut: ri,t =
harga penutupan saham i hari t0−harga penutupan saham i t−1 Harga penutupan saham i hari t−1
(28)
sedangkan mi,t adalah imbal hasil dari Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t yang didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:
mi,t = harga penutupan IHSG hari t0−harga penutupan IHSGi t−1
Harga penutupan IHSG t−1
Pengukuran kinerja jangka panjang imbal hasil saham perusahaan karena perbedaan periode (tahun) IPO, maka akan digunakan imbal hasil harian perusahaan selama 1 tahun yang akan dikategorikan ke dalam imbal hasil bulanan, dimana imbal hasil bulanan terdiri dari 21 imbal hasil harian. Abnormal return saham 1 tahun dihitung dari awal April setelah perusahaan melakukan IPO (tahun fiscal 0 berakhir) dihitung kedepan sampai dengan 252 hari perdagangan.
Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang membantu menjelaskan varians dalam variabel terikat (Sekaran, 2003). Variabel independen dalam penelitian ini, yaitu:
Related Party Receivable (RPT Piutang) merupakan perubahan rasio Related Party
Receivable terhadap jumlah aset pada saldo akhir tahun. Pengukuran ini
dimaksudkan untuk mendeteksi jumlah RPT Piutang yang tidak normal selama proses IPO. Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011).
∆RPT-Piutangi,t=0 =
Piutang kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO Total Aset pada tahun IPO - Piutang kepada Pihak Berelasi pada tahun sebelum IPO
Total Aset pada tahun sebelum IPO
∆RPT-Piutangi,t= 1 =
Piutang kepada Pihak Berelasi pada tahun setelah IPO Total Aset pada tahun setelah IPO - Piutang kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO
(29)
Related Party Payable (RPT Hutang) merupakan perubahan rasio Related Party
Payable terhadap jumlah liabilitas pada saldo akhir tahun. Pengukuran ini dimaksudkan
untuk mendeteksi jumlah RPT Hutang yang tidak normal selama proses IPO. Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011).
∆RPT-Hutangi,t=0 =
Hutang kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO Total Liabilitas pada tahun IPO
-
Hutang kepada Pihak Berelasi pada tahun sebelum IPOTotal Liabilitas pada tahun sebelum IPO
∆RPT-Hutangi,t= 1 =
Hutang kepada Pihak Berelasi pada tahun setelah IPO Total Liabilitas pada tahun setelah IPO -Hutang kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO
Total Liabilitas pada tahun IPO
Net Outstanding Corporate Loans to year -end Total Assets (NOREC) digunakan
untuk mengukur keberadaan tunneling pada periode setelah IPO. NOREC merupakan perubahan rasio Net Outstanding Corporate Loans (didapat dari selisih piutang dan hutang lain-lain kepada pihak berelasi) terhadap jumlah aset pada saldo akhir tahun. Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011).
∆NORECi,t= 0 =
(Piutang − Hutang Lain−Lain kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO ) Total Aset pada tahun IPO -(Piutang − Hutang Lain−Lain kepada Pihak Berelasi pada tahun sebelum IPO )
Total Aset pada tahun sebelum IPO
∆NORECi,t= 1 =
(Piutang − Hutang Lain−Lain kepada Pihak Berelasi pada tahun setelah IPO ) Total Aset pada tahun setelah IPO - (Piutang − Hutang Lain−Lain kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO )
(30)
Variabel Kontrol
Variabel kontrol digunakan untuk mengontrol hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, karena variabel kontrol diduga dapat mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan variabel kontrol, yaitu:
Non-Related Party Receivable (NRPT Piutang) merupakan perubahan rasio
Non-Related Party Receivable terhadap jumlah aset pada saldo akhir tahun. NRPT Piutang
diambil sebagai variabel kontrol karena pada kenyataannya dapat mempengaruhi besarnya pendapatan perusahaan. Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011).
∆NRPT-Piutangi,t=0 =
Piutang selain kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO Total Aset pada tahun IPO - Piutang selain kepada Pihak Berelasi pada tahun sebelum IPO
Total Aset pada tahun sebelum IPO
∆NRPT-Piutangi,t= 1 =
Piutang selain kepada Pihak Berelasi pada tahun setelah IPO Total Aset pada tahun setelah IPO - Piutang selain kepada Pihak Berelasi pada tahun IPO
Total Aset pada tahun IPO
IPO Firm’s Long-Term Debt to year-end Total Assets (DEBT) diambil sebagai variabel kontrol karena semakin tinggi financial leverage, pengawasan dari manajemen akan semakin ketat dan menyebabkan peningkatan kinerja perusahaan (Myers, 2001). Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011).
DEBTi,t= 0 =
Hutang Jangka Panjang
Total Aset Perusahaan pada tahun IPO
IPO Firm’s Natural Logarithm of the Market Value of Equity at year-end (SIZE)
diambil sebagai variabel kontrol karena semakin besar ukuran perusahaan, pengawasan dari manajemen akan semakin berkurang dan mempengaruhi kinerja
(31)
perusahaan (Williamson, 1967). Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony
et al., (2010), Guing dan Aria (2011).
SIZEi,t= 0 = Logaritma Natural dari Nilai Pasar Ekuitas Perusahaan pada tahun IPO
Market Return (MARKET) merupakan imbal hasil pasar (IHSG) dalam jangka waktu
satu hari sejak tanggal IPO untuk melihat risiko sistematis yang dialami perusahaan. Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011).
MARKETi = Imbal Hasil Pasar Perusahaan yang IPO dalam Periode 1 Hari
Metode Analisis
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini penulis melakukan analisis statistik regresi linear berganda dengan evaluasi hasil regresi menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan analisis regresi berganda.
Analisis Regresi
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Analisis regresi digunakan untuk memprediksi dan/atau mengestimasi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2011).
Model untuk mendeteksi manajemen laba dalam proses IPO
Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011).
ROAi,t= 0 = α0 + α1∆RPT-Piutangi,t=0 + α2∆RPT-Hutangi,t=0 + α3∆NRPT-Piutangi,t=0 +
α4∆DEBTi,t= 0+ α5∆SIZEi,t= 0 + ɛi,t (Model 1)
(32)
Tabel 2. Deskripsi Variabel Model 1
Variabel Deskripsi
ROAi,t= 0 Rasio Laba Perusahaan terhadap Total Aset kecuali Kas pada tahun IPO
∆RPT-Piutangi,t=0 Selisih Transaksi Piutang kepada Pihak-Pihak Berelasi pada tahun
IPO dengan tahun sebelum IPO
∆RPT-Hutangi,t=0 Selisih Transaksi Hutang dari Pihak-Pihak Berelasi pada tahun
IPO dengan tahun sebelum IPO ∆N
RPT-Piutangi,t=0
Selisih Transaksi Piutang selain RPT-Piutang pada tahun IPO dengan tahun sebelum IPO
DEBTi,t= 0 Rasio antara Hutang Jangka Panjang dengan Total Aset Perusahaan pada tahun IPO
SIZEi,t= 0 Logaritma Natural dari Nilai Pasar Ekuitas Perusahaan pada tahun IPO
Model untuk mengukur akibat dari manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO
Penggunaan model ini sesuai dengan penelitian Aharony et al., (2010), Guing dan Aria (2011)
BHRi = f0 + f1∆RPT-Piutangi,t=0+ f2∆RPT-Hutangi,t=0+ f3∆NORECi,t= 1 + f4∆N
RPT-Piutangi,t=0+ f5∆NORECi,t= 0 + f6∆RPT-Piutangi,t= 1 + f7∆RPT-Hutangi,t= 1+ f8∆
NRPT-Piutangi,t= 1 + f9∆MARKETi + f10∆ROAi,t= 0 + f11∆SIZEi,t= 0 + ɛi,t (Model 2)
(33)
Tabel 3. Deskripsi Variabel Model 2
Variabel Deskripsi
BHRi Imbal Hasil Buy-and-Hold perhitungan dari selisih return perusahaan dengan return market index
∆NORECi,t= 1 Perbandingan antara Selisih Piutang dan Hutang Lain-Lain dengan
Total Aset pada tahun setelah IPO dengan tahun IPO
∆NORECi,t= 0 Perbandingan antara Selisih Piutang dan Hutang Lain-Lain dengan
Total Aset pada tahun IPO dengan tahun sebelum IPO
∆RPT-Piutangi,t= 1 Selisih Transaksi Piutang kepada Pihak-Pihak Berelasi pada tahun
setelah IPO dengan tahun IPO
∆RPT-Hutangi,t= 1 Selisih Transaksi Hutang dari Pihak-Pihak Berelasi pada tahun
setelah IPO dengan tahun IPO
∆
NRPT-Piutangi,t= 1
Selisih Transaksi Piutang selain RPT-Piutang pada tahun setelah IPO dengan tahun IPO
MARKETi Imbal Hasil Pasar Perusahaan yang IPO dalam Periode 1 Hari
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah dengan koefisien determinasi (R2), uji signifikansi simultan (uji statistik F), dan uji signifikansi simultan (uji t).
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model untuk menerangkan variasi variabel independen. Dalam Ghozali (2011), nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.
(34)
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Penentuan penerimaan atau penolakan hipotesis sebagai berikut:
1. Apabila nilai F > 0,05, maka semua variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen.
2. Apabila nilai F < 0,05, maka semua variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Hipotesis akan diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar 5 persen atau 0.05. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis akan didasarkan pada nilai probabilitas signifikansi. Jika nilai probabilitas signifikansi < α, maka hipotesis diterima. Jika nilai probabilitas signifikansi > α, maka hipotesis ditolak.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis Data
Statistika Deskriptif RPT
Berikut adalah statistika deskriptif nilai rata-rata perusahaan non-keuangan yang IPO dari tahun 2007 sampai tahun 2011 untuk memberikan gambaran perubahan related party
(35)
Tabel 4. Statistika Deskriptif RPT
Tahun IPO = 0 -1 0 1 Diff0 Diff1
Piutang kepada
Related Party
(rata-rata dalam
ribuan Rupiah) 145,432,931 153,807,381 171,188,424 *Presentase
terhadap Total
Aset 3.066% 2.166% 2.082% -0.90% -0.08%
Piutang kepada
Non-Related
Party 253,491,504 363,296,108 470,369,841
8.804% 8.307% 8.285% -0.50% -0.02%
Hutang dari
Related Party 100,622,058 130,195,406 151,210,223
*Presentase terhadap Total
Liabilitas 3.303% 3.137% 3.003% -0.17% -0.13%
Piutang lain-lain 15,914,787 22,005,910 18,917,754
1.177% 0.876% 0.782% -0.30% -0.09%
Hutang lain-lain 37,882,211 22,161,949 24,837,152
1.412% 0.652% 0.664% -0.76% 0.01%
Selisih Piutang dan Hutang
lain-lain (21,967,424) (156,039) (5,919,398)
-0.236% 0.224% 0.119% 0.46% -0.11%
Keterangan Tabel: Diff0 = Perbandingan persentase antara tahun IPO dengan tahun
sebelum
IPO; Diff1 = Perbandingan persentase antara tahun setelah IPO dengan tahun IPO Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 4, terlihat RPT Piutang maupun NRPT Piutang perusahaan di Indonesia mengalami penurunan pada periode sebelum IPO (Diff0) dan mengalami penurunan lagi pada periode setelah IPO (Diff1). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Guing dan Aria (2011) di Indonesia dimana Diff0 dan Diff1 juga mengalami
(36)
penurunan. Namun, hal ini bertentangan dengan hasil penelitian di Cina yang dilakukan oleh Aharony et al. (2010) menunjukkan terjadinya peningkatan pada Diff0 sebagai pertanda peningkatan laba perusahaan. Tetapi, pada Diff1 di Cina juga mengalami penurunan yang mungkin terjadinya peningkatan laba pada Diff0 karena indikasi terjadinya manajemen laba.
Terjadi perbedaan juga dalam RPT Hutang yang dapat dilihat pada Diff0 dan Diff1, rata-rata perusahaan Indonesia mengalami penurunan jumlah hutang karena terjadi penurunan pembelian, sedangkan di Cina dalam penelitian Aharony et al. (2010) yang terjadi adalah peningkatan jumlah pembelian pada Diff 0 dan Diff1. Peningkatan jumlah pembelian di Cina disebabkan karena pada saat IPO, banyak perusahaan membebankan Harga Pokok Penjualan (HPP) yang lebih rendah sehingga dapat meningkatkan laba. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah pembelian pada tahun setelah IPO.
Selisih Piutang dan Hutang lain-lain, yang menunjukkan nilai negatif pada periode sekitar IPO, yang artinya lebih tinggi hutang dibanding piutang kepada pihak berelasi. Namun pada periode setelah IPO (Diff1) nilai ini semakin mengecil, yang dapat diartikan bahwa pinjaman yang diberikan kepada pihak berelasi semakin meningkat. Hal ini sudah dapat dijadikan indikasi awal terjadinya tunneling berupa pengalihan dana IPO dalam bentuk pemberian pinjaman kepada pihak berelasi yang meningkat pada periode setelah IPO. Sejalan dengan penelitian Aharony et al. (2010) di Cina dan Guing dan Aria (2011) di Indonesia, selisih Piutang dan Hutang lain-lain cenderung meningkat setiap tahunnya yang menunjukkan terjadinya pemberian pinjaman dari perusahaan yang IPO kepada pihak berelasi, dalam hal ini pemegang saham pengendali.
Statistika Deskriptif Variabel
Uji statistika deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum atau karakteristik data yang digunakan dalam penelitian ini. Deskripsi suatu data dapat dilihat dari nilai rata – rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum.
(37)
Pengujian statistika deskriptif variabel ROAt=0 memiliki nilai minimum 0,09% yang dimiliki oleh PT. Visi Media Asia Tbk dan nilai maksimum 20,88% yang dimiliki oleh PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk.Rata-rata ROA pada periode tahun IPO (ROAi,t=0) adalah sebesar 6,7322%. Nilai rata-rata menunjukkan ROA positif berarti bahwa perusahaan-perusahaan sampel cenderung memiliki laba positif pada laporan keuangan pada saat IPO. Nilai standar deviasi sebesar 5,52498 lebih kecil dari nilai rata-rata, dengan demikian data ROAi,t=0 dalam penelitian ini penyebarannya merata, artinya perbedaan data satu dengan yang lainnya tidak terlalu tinggi.
Pengujian statistika deskriptif variabel BHRi memiliki nilai minimum -0,03 yang dimiliki oleh PT. Bayan Resources Tbk dan nilai maksimum 0,17 yang dimiliki oleh PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk.Rata-rata BHRi yang digunakan untuk melihat kinerja saham perusahaan pada periode setelah IPO adalah sebesar 0,0227. Nilai rata-rata menunjukkan BHRi positif berarti bahwa perusahaan-perusahaan sampel cenderung memiliki
return saham yang meningkat setelah IPO. Nilai standar deviasi sebesar 0,04533 lebih besar
dari nilai rata-rata, dengan demikian data BHRi dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆RPT-Piutangi,t=0 memiliki nilai minimum -8,60 yang dimiliki oleh PT. Visi Media Asia Tbk dan nilai maksimum 3,45 yang dimiliki oleh PT. Bisi International Tbk. Rata-rata perubahan piutang pada pihak-pihak berelasi (∆RPT-Piutangi,t=0) dalam bentuk rasio terhadap total asset adalah sebesar -0,9002. Secara rata-rata ∆RPT-Piutangi,t=0 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan piutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat menjelang IPO. Nilai standar deviasi sebesar 2,19098 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆RPT-Piutangi,t=0 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
(38)
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆RPT-Piutangi,t=1 memiliki nilai minimum -2,05 yang dimiliki oleh PT. Harum Energy Tbk dan nilai maksimum 2,70 yang dimiliki oleh PT. Darma Henwa Tbk. Rata-rata perubahan piutang pada pihak-pihak berelasi (∆RPT -Piutangi,t=1) dalam bentuk rasio terhadap total asset adalah sebesar -0,0848. Secara rata-rata ∆RPT-Piutangi,t=1 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan piutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat setelah IPO. Nilai standar deviasi sebesar 0,95474 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆RPT-Piutangi,t=1 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆RPT-Hutangi,t=0 memiliki nilai minimum -5,33 yang dimiliki oleh PT. Panorama Transportasi Tbk dan nilai maksimum 3,83 yang dimiliki oleh PT. Harum Energy Tbk.Rata-rata perubahan hutang pada pihak-pihak berelasi (∆RPT-Hutangi,t=0) dalam bentuk rasio terhadap total kewajiban adalah sebesar -0,1655. Secara rata-rata ∆RPT-Hutangi,t=0 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan hutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat menjelang IPO. Nilai standar deviasi sebesar 2,02433 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆RPT-Hutangi,t=0 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆RPT-Hutangi,t=1 memiliki nilai minimum -3,13 yang dimiliki oleh PT. Panorama Transportasi Tbk dan nilai maksimum 2,13 yang dimiliki oleh PT. Darma Henwa Tbk. Rata-rata perubahan hutang pada pihak-pihak berelasi (∆RPT-Hutangi,t=1) dalam bentuk rasio terhadap total kewajiban adalah sebesar -0,1340. Secara rata-rata ∆RPT-Hutangi,t=1 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan hutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat setelah IPO. Nilai standar deviasi sebesar 1,17791 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆RPT-Hutangi,t=1 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
(39)
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆NORECi,t= 0 memiliki nilai minimum -3,63 yang dimiliki oleh PT. Wintermar Offshore Marine Tbk dan nilai maksimum 3,30 yang dimiliki oleh PT. Greenwood Sejahtera Tbk. Rata-rata perubahan Net Outstanding
Corporate Loans to year-end Total Assets (∆NORECi,t= 0) yang diproksikan dengan
menggunakan selisih piutang dan hutang lain-lain kepada pihak berelasi terhadap jumlah asset menunjukkan rata-rata sebesar 0,4601. Secara rata-rata ∆NORECi,t= 0 menunjukkan positif berarti bahwa terjadi kenaikan selisih piutang dan hutang lain-lain terhadap pihak-pihak berelasi pada saat menjelang IPO. Nilai standar deviasi sebesar 1,46240 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆NORECi,t= 0 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆NORECi,t= 1 memiliki nilai minimum -3,30 yang dimiliki oleh PT. Panorama Transportasi Tbk dan nilai maksimum 2,53 yang dimiliki oleh PT. Megapolitan Developments Tbk.Rata-rata perubahan Net Outstanding Corporate
Loans to year-end Total Assets (∆NORECi,t= 1) yang diproksikan dengan menggunakan
selisih piutang dan hutang lain-lain kepada pihak berelasi terhadap jumlah asset menunjukkan rata-rata sebesar -0,1060. Secara rata-rata ∆NORECi,t= 1 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan selisih piutang dan hutang lain-lain terhadap pihak-pihak berelasi pada saat setelah IPO. Nilai standar deviasi sebesar 0,968888 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆NORECi,t= 1 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆NRPT-Piutangi,t=0 memiliki nilai minimum -6,56 yang dimiliki oleh PT. Indo Tambangraya Megah Tbk dan nilai maksimum 5,84 yang dimiliki oleh PT. Bayan Resources Tbk. Rata-rata perubahan non-piutang pada pihak-pihak berelasi (∆NRPT-Piutangi,t=0) sebagai variable kontrol dalam bentuk rasio terhadap total asset adalah sebesar -0,4973. Secara rata-rata ∆NRPT-Piutangi,t=0 menunjukkan negatif berarti
(40)
bahwa terjadi penurunan non-piutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat menjelang IPO. Nilai standar deviasi sebesar 3,24190 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆NRPT-Piutangi,t=0 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
Pengujian statistika deskriptif variabel ∆NRPT-Piutangi,t=1 memiliki nilai minimum -4,34 yang dimiliki oleh PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk dan nilai maksimum 4,04 yang dimiliki oleh PT. Harum Energy Tbk.Rata-rata perubahan non-piutang pada pihak-pihak berelasi (∆NRPT-Piutangi,t=1) sebagai variable kontrol dalam bentuk rasio terhadap total asset adalah sebesar -0,0208. Secara rata-rata ∆NRPT-Piutangi,t=1 menunjukkan negatif berarti bahwa terjadi penurunan non-piutang terhadap pihak-pihak berelasi pada saat setelah IPO. Nilai standar deviasi sebesar 2,14971 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data ∆NRPT-Piutangi,t=1 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
Pengujian statistika deskriptif variabel kontrol DEBTi,t=0 memiliki nilai minimum 0,38 yang dimiliki oleh PT. PP (Persero) Tbk dan nilai maksimum 38,47 yang dimiliki oleh PT. Destinasi Tirta Nusantara Tbk. Variabel kontrol financial leverage (DEBTi,t=0) dalam penelitian ini yang diproksikan dengan menggunakan hutang jangka panjang dibagi dengan total asset perusahaan pada tahun IPO dari seluruh sampel penelitian selama tahun penelitian menunjukkan rata-rata sebesar 12,6616. Nilai standar deviasi sebesar 11,12179 lebih kecil dari nilai rata-rata, dengan demikian data financial leverage dalam penelitian ini penyebarannya merata, artinya perbedaan data satu dengan yang lainnya tidak terlalu tinggi.
Pengujian statistika deskriptif variabel kontrol SIZEi,t=0 memiliki nilai minimum 24,99 yang dimiliki oleh PT. Indika Energy Tbk dan nilai maksimum 30,94 yang dimiliki oleh PT. Harum Energy Tbk.Variabel kontrol ukuran perusahaan (SIZEi,t=0) dalam penelitian ini yang diproksikan dengan menggunakan nilai ekuitas perusahaan dalam bentuk transformasi logaritma natural dari seluruh sampel penelitian selama tahun penelitian menunjukkan rata-rata sebesar 28,5800. Nilai standar deviasi sebesar 1,63972 lebih kecil dari nilai rata-rata,
(41)
dengan demikian data ukuran perusahaan dalam penelitian ini penyebarannya merata, artinya perbedaan data satu dengan yang lainnya tidak terlalu tinggi.
Pengujian statistika deskriptif variabel kontrol MARKETi,t=0 memiliki nilai minimum -0,04 yang dimiliki oleh PT. Trada Maritime Tbk dan nilai maksimum 0,03 yang dimiliki oleh PT. Megapolitan Developments Tbk. Variabel kontrol market return (MARKETi,t=0) dalam penelitian ini yang diproksikan dengan menggunakan imbal hasil pasar (IHSG) dalam jangka waktu satu hari sejak tanggal IPO menunjukkan rata-rata sebesar -0,0009. Nilai standar deviasi sebesar 0,01383 lebih besar dari nilai rata-rata, dengan demikian data MARKETi,t=0 dalam penelitian ini memiliki penyebaran yang tidak merata.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Hipotesis akan diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar 5 persen atau 0,05. Jika nilai probabilitas signifikansi > α, maka hipotesis diterima yang berarti data residual berdistribusi normal.
Uji normalitas pada tabel lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov
model regresi 1 adalah 0,567 dan signifikan pada 0,905 yang melebihi nilai α = 0,05 dan nilai
Kolmogorov-Smirnov model regresi 2 adalah 1,030 dan signifikan pada 0,239 yang melebihi
nilai α = 0,05. Hal ini berarti bahwa data residual pada model 1 dan model 2 terdistribusi normal.
Uji Multikolinieritas
Dalam penelitian ini digunakan uji Multikolinieritas untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas (Ghozali, 2011).
(42)
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance di atas 10% dan nilai VIF di bawah 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas multikolinearitas.
Hasil perhitungan nilai Tolerance pada tabel lampiran 4 menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai kurang dari 0,10 dan hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi pada model 1 dan model 2.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011). Kriteria yang digunakan dalam mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi linier berganda adalah sebagai berikut (Santoso, 2000): 1. Jika nilai d < −2, maka ada autokorelasi positif.
2. Jika −2 ≤d ≤ 2, maka tidak ada autokorelasi. 3. Jika nilai d > 2, maka ada autokorelasi negatif.
Melihat dari nilai DW pada tabel lampiran 4 model regresi 1 adalah 1.710 maka berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada diantara -2 dan 2, yakni -2 ≤ 1.710 ≤ 2 dan nilai DW pada tabel model regresi 2 adalah 1.695 maka berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada diantara -2 dan 2, yakni -2 ≤ 1.695 ≤ 2 maka ini berarti tidak terjadi autokorelasi pada model 1 dan model 2.
Uji Hesteroskedastisitas
Heteroskedasitas merupakan kedalam menunjukan faktor penganggu (error) tidak konstan. Dalam hal ini terjadi korelasi antara faktor pengganggu dengan variabel penjelas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas
(43)
(Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas, salah satunya dapat menggunakan Uji Glejser, Jika probabilitas signifikan > 0.05, maka model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
Uji hesteroskedasitas pada tabel lampiran 4 menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt). Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi model 1 dan model 2 tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
Pengujian Hipotesis
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO (Model 1) Koefisien Determinasi (R2)
Tabel hasil regresi model 1 pada lampiran 5 menunjukkan bahwa besarnya adjusted R2 adalah 0,314. Hal ini berarti bahwa 31,4% terjadinya manajemen laba yang diwakili oleh ROAt=0 dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variabel kontrol yaitu ∆RPT -Piutangi,t=0, ∆RPT-Hutangi,t=0 , ∆NRPT-Piutangi,t=0, DEBTi,t=0, SIZEi,t=0, sedangkan sisanya sebesar 68,6% ROAt=0 dapat dijelaskan oleh variabel lain.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel hasil regresi model 1 pada lampiran 5 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 3,833 dengan probabilitas sebesar 0,010. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi manajemen laba yang diwakili oleh ROAt=0. Jadi dapat disimpulkan bahwa ∆RPT-Piutangi,t=0, ∆RPT -Hutangi,t=0 , ∆NRPT-Piutangi,t=0, DEBTi,t=0, SIZEi,t=0 secara bersama – sama berpengaruh terhadap ROAt=0.
(44)
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
Berdasarkan tabel hasil regresi model 1 pada lampiran 5 pengujian hipotesis 1a tentang kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO menghasilkan nilai t sebesar 2,386 dengan signifikansi sebesar 0,025. Nilai probabilitas signifikansi yang kurang dari 0,05 tersebut menunjukkan bahwa RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO. Oleh karena itu, hipotesis 1a yang menyatakan bahwa “Kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO” diterima.
Pengujian hipotesis 1b tentang kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO menghasilkan nilai t sebesar 2,179 dengan signifikansi sebesar 0,039. Nilai probabilitas signifikansi yang kurang dari 0,05 tersebut menunjukkan bahwa RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO. Namun, karena arah koefisien regresi RPT Hutang bertanda positif maka hipotesis 1b yang menyatakan bahwa “Kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO” tidak didukung.
Manajemen laba dan tunneling terhadap kinerja saham di pasar modal setelah proses IPO (Model 2)
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel hasil regresi model 2 pada lampiran 5 menunjukkan bahwa besarnya adjusted R2 adalah 0,534. Hal ini berarti bahwa 53,4% terjadinya buy-and-hold return (BHR) dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variabel kontrol yaitu ∆RPT-Piutangi,t=0, ∆RPT
(45)
-Hutangi,t=0, ∆NORECi,t=1, ∆NRPT-Piutangi,t=0, ∆NORECi,t=0, ∆RPT-Piutangi,t=1, ∆RPT -Hutangi,t=1, ∆NRPT-Piutangi,t=1, MARKETi,t=0, ROAt=0, SIZEi,t=0, sedangkan sisanya sebesar 45,2% BHRi dapat dijelaskan oleh variabel lain.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel hasil regresi model 2 pada lampiran 5 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 4,228 dengan probabilitas sebesar 0,003. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi buy-and-hold return
(BHRi). Jadi dapat disimpulkan bahwa ∆RPT-Piutangi,t=0, ∆RPT-Hutangi,t=0, ∆NORECi,t=1,
∆NRPT-Piutangi,t=0, ∆NORECi,t=0, ∆RPT-Piutangi,t=1, ∆RPT-Hutangi,t=1, ∆NRPT-Piutangi,t=1, MARKETi,t=0, ROAt=0, SIZEi,t=0 secara bersama – sama berpengaruh terhadap BHRi.
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
Berdasarkan tabel hasil regresi model 2 pada lampiran 5 pengujian hipotesis 2a tentang kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO menghasilkan nilai t sebesar -0,671 dengan signifikansi sebesar 0,510. Nilai probabilitas signifikansi yang lebih dari 0,05 tersebut menunjukkan bahwa kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO tidak berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO. Oleh karena itu, hipotesis 2a yang menyatakan bahwa “Kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO” tidak diterima.
Pengujian hipotesis 2b tentang kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO menghasilkan nilai t sebesar 1,625 dengan signifikansi sebesar 0,120. Nilai probabilitas signifikansi yang lebih dari 0,05 tersebut menunjukkan bahwa kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO tidak berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO. Oleh karena itu, hipotesis 2b yang menyatakan bahwa “Kenaikan transaksi
(46)
RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO” tidak diterima.
Pengujian hipotesis 2c tentang kenaikan Net Outstanding Corporate Loans pada periode setelah IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO menghasilkan nilai t sebesar -2,685 dengan signifikansi sebesar 0,014. Nilai probabilitas signifikansi yang kurang dari 0,05 tersebut menunjukkan bahwa kenaikan Net Outstanding
Corporate Loans pada periode setelah IPO berpengaruh negatif terhadap kinerja saham
perusahaan setelah IPO. Oleh karena itu, hipotesis 2c yang menyatakan bahwa “Kenaikan
Net Outstanding Corporate Loans pada periode setelah IPO berpengaruh negatif
terhadap kinerja saham perusahaan setelah IPO” diterima.
Pembahasan
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO (Model 1)
Tabel 5. Ringkasan Hasil Regresi Model 1
Variabel Koefesiensi Prob.
C -16.733 0.273
∆RPT-Piutangi,t=0 0.928 0.025**
∆RPT-Hutangi,t=0 0.929 0.039**
∆NRPT-Piutangi,t=0 0.341 0.223
DEBTi,t= 0 -0.146 0.075*
SIZEi,t= 0 0.926 0.090*
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014
Hasil analisis regresi model 1 (Tabel 5) mengenai pengaruh variabel ∆RPT
-Piutangi,t=0 terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan ROAi,t=0menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,025. Arah koefisien regresi bertanda positif sesuai dengan yang dihipotesiskan dan nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Maka hipotesis 1a yaitu kenaikan transaksi RPT Piutang pada periode sebelum IPO berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO, yang berarti hipotesis
(47)
1a diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada periode sebelum IPO, perusahaan melakukan manajemen laba dengan menaikkan transaksi penjualan dengan pihak berelasi yang mengakibatkan naiknya piutang terhadap pihak-pihak berelasi sehingga laba perusahaan meningkat menjelang periode IPO. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Aharony et al. (2010) dan Jian et al. (2003) bahwa terjadi kecenderungan tindakan opportunities dalam transaksi yang dilakukan oleh pihak berelasi (RPT) yang dibuktikan dengan adanya tingkat penjualan yang tinggi dengan RPT menjelang IPO. Perusahaan meningkatkan laba perusahaan melalui transaksi penjualan terhadap pihak-pihak berelasi dikarenakan laba perusahaan akan meningkat pada periode sebelum IPO sehingga laba terlihat tinggi dan akan menarik investor untuk berinvestasi.
Sebaliknya, ∆NRPT-Piutangi,t=0 tidak signifikan terhadap variabel ROAi,t=0 disebabkan kurangnya hubungan yang signifikan antara kinerja laba pada tahun IPO dengan perubahan NRPT Piutang pada tahun sebelum IPO menunjukkan bahwa manajer mungkin tidak menggunakan kebijakan mereka dalam memanfaatkan pendapatan dari NRPT Piutang yang dapat mempengaruhi besarnya pendapatan perusahaan sebagai sebuah alat manajemen laba selama melakukan proses IPO.
Pengujian hipotesis 1b mengenai pengaruh variabel RPT Hutang terhadap manajemen laba menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,039. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 akan tetapi arah koefisien regresi bertanda positif. Maka hipotesis 1b yaitu kenaikan transaksi RPT Hutang pada periode sebelum IPO berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan pada periode sebelum IPO, yang berarti hipotesis 1b tidak didukung. Alasan yang mendasar bahwa tidak adanya pengaruh dari transaksi hutang pihak berelasi terhadap manajemen laba adalah dikarenakan perusahaan lebih meningkatkan transaksi penjualan terhadap pihak berelasi agar laba perusahaan meningkat ketika periode sebelum IPO berlangsung, sedangkan jika perusahaan lebih meningkatkan transaksi pembelian akan
(1)
Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO (Model 1)
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 32
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 4.19199989 Most Extreme Differences Absolute .100
Positive .074
Negative -.100
Kolmogorov-Smirnov Z .567
Asymp. Sig. (2-tailed) .905
a. Test distribution is Normal.
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -16.733 14.926 -1.121 .273
RPT_Piutang0 .928 .389 .368 2.386 .025 .932 1.073
RPT_Hutang0 .929 .426 .340 2.179 .039 .908 1.102
NRPT_Piutang0 .341 .273 .200 1.250 .223 .864 1.157
Debt -.146 .079 -.294 -1.855 .075 .882 1.134
Size .926 .526 .275 1.761 .090 .908 1.101
a. Dependent Variable: ROA
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .651a .424 .314 4.57736 1.710
a. Predictors: (Constant), Size, Debt, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, NRPT_Piutang0 b. Dependent Variable: ROA
(2)
Uji Hesteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -8.433 7.836 -1.076 .292
RPT_Piutang0 .393 .204 .330 1.928 .065
RPT_Hutang0 .387 .224 .300 1.729 .096
NRPT_Piutang0 -.085 .143 -.106 -.596 .557
Debt -.036 .041 -.153 -.869 .393
Size .437 .276 .274 1.582 .126
a. Dependent Variable: Abs_Ut
Manajemen laba dan
tunneling
terhadap kinerja saham di pasar modal setelah
proses IPO (Model 2)
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 32
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .02486086 Most Extreme Differences Absolute .182
Positive .182
Negative -.097
Kolmogorov-Smirnov Z 1.030
Asymp. Sig. (2-tailed) .239
(3)
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .253 .118 2.137 .045
RPT_Piutang0 -.002 .003 -.110 -.671 .510 .562 1.779
RPT_Hutang0 .006 .004 .260 1.625 .120 .588 1.700
Norec1 -.025 .009 -.544 -2.685 .014 .366 2.731
NRPT_Piutang0 -.004 .003 -.251 -1.388 .181 .459 2.178
Norec0 .001 .004 .044 .340 .737 .895 1.118
RPT_Piutang1 -.020 .008 -.424 -2.494 .022 .521 1.920
RPT_Hutang1 .011 .007 .298 1.740 .097 .514 1.946
NRPT_Piutang1 -.012 .004 -.551 -3.266 .004 .528 1.893
Market 1.187 .541 .362 2.195 .040 .552 1.810
ROA .000 .001 .049 .310 .760 .601 1.664
Size -.008 .004 -.302 -1.980 .062 .647 1.546
a. Dependent Variable: BHR
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .836a .699 .534 .03095 1.695
a. Predictors: (Constant), Size, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, RPT_Piutang1, Norec0, Norec1, ROA, NRPT_Piutang1, Market, RPT_Hutang1, NRPT_Piutang0
b. Dependent Variable: BHR
Uji Hesteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .087 .074 1.184 .250
RPT_Piutang0 .002 .002 .192 .722 .479
RPT_Hutang0 .000 .002 .039 .150 .882
Norec1 -.002 .006 -.126 -.383 .706
NRPT_Piutang0 -.002 .002 -.387 -1.313 .204
Norec0 2.984E-6 .002 .000 .001 .999
RPT_Piutang1 -.001 .005 -.078 -.284 .780
RPT_Hutang1 .000 .004 -.036 -.128 .899
NRPT_Piutang1 -.001 .002 -.178 -.647 .525
Market .027 .336 .022 .081 .936
ROA 1.627E-5 .001 .005 .020 .984
Size -.002 .003 -.231 -.931 .363
(4)
Lampiran 5. Pengujian Hipotesis
Manajemen Laba Melalui Transaksi Pihak Berelasi dalam proses IPO (Model 1)
Koefisien Determinasi (R
2)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .651a .424 .314 4.57736
a. Predictors: (Constant), Size, Debt, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, NRPT_Piutang0
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAbModel Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 401.528 5 80.306 3.833 .010a
Residual 544.759 26 20.952
Total 946.286 31
a. Predictors: (Constant), Size, Debt, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, NRPT_Piutang0 b. Dependent Variable: ROA
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
CoefficientsaModel
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -16.733 14.926 -1.121 .273
RPT_Piutang0 .928 .389 .368 2.386 .025
RPT_Hutang0 .929 .426 .340 2.179 .039
NRPT_Piutang0 .341 .273 .200 1.250 .223
Debt -.146 .079 -.294 -1.855 .075
Size .926 .526 .275 1.761 .090
a. Dependent Variable: ROA
Manajemen laba dan
tunneling
terhadap kinerja saham di pasar modal setelah
proses IPO (Model 2)
Koefisien Determinasi (R
2)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .836a .699 .534 .03095
a. Predictors: (Constant), Size, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, RPT_Piutang1, Norec0, Norec1, ROA, NRPT_Piutang1, Market, RPT_Hutang1, NRPT_Piutang0
(5)
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVAbModel Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .045 11 .004 4.228 .003a
Residual .019 20 .001
Total .064 31
a. Predictors: (Constant), Size, RPT_Hutang0, RPT_Piutang0, RPT_Piutang1, Norec0, Norec1, ROA, NRPT_Piutang1, Market, RPT_Hutang1, NRPT_Piutang0
b. Dependent Variable: BHR
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)
CoefficientsaModel
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .253 .118 2.137 .045
RPT_Piutang0 -.002 .003 -.110 -.671 .510
RPT_Hutang0 .006 .004 .260 1.625 .120
Norec1 -.025 .009 -.544 -2.685 .014
NRPT_Piutang0 -.004 .003 -.251 -1.388 .181
Norec0 .001 .004 .044 .340 .737
RPT_Piutang1 -.020 .008 -.424 -2.494 .022
RPT_Hutang1 .011 .007 .298 1.740 .097
NRPT_Piutang1 -.012 .004 -.551 -3.266 .004
Market 1.187 .541 .362 2.195 .040
ROA .000 .001 .049 .310 .760
Size -.008 .004 -.302 -1.980 .062
(6)