09 Revitalisasi Pertanian

BAHASAN UTAMA

REVITALISASI PERTANIAN DAN UPAYA
PERBAIKAN PENGUASAAN LAHAN
DI TINGKAT PETANI
Erizal Jamal 1

Abstract
Revitalizing agricultural and rural sectors which is in accordance with the effort
of combating poverty, is one of the strategies chosen by The Kabinet Indonesia
Bersatu (The United Indonesian Cabinet) in the frame of making the
'Development of the Whole Indonesian People' come true, wherein the target is
the continuous economic growth, job vacancies availability, and poverty
combat. However, this activity is, unfortunately, predictive and not based on
accurate data, so that some determined targets seem incompatible with one
another, especially those of monopolizing lands and of the peasants working in
agricultural lands. In addition, it is not very clear what kind of effort to do to
improve the land monopoly system in peasant level. This passage is trying to
view the chances of improving the land monopoly system in peasant level,
through a land consolidation started, with the land monopolizing improvement
/land tenure reform, in peasant level. Such an effort could be of an initiation

basic for the continued effort of consolidation that would enable peasants to get
lands of certain width in one space. This effort is furthermore expected to open
any other attempt related to agricultural attempts carried out by peasants.

Pendahuluan

secara menyeluruh melalui upaya
Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan

Keinginan pemerintah untuk menata

Kehutanan, yang telah dicanangkan

kembali

oleh Presiden pada tanggal 11 Juni

pembangunan

pertanian


1 Ahli Peneliti Madya pada Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Departemen

Pertanian.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

105

REVITALISASI PERTANIAN DAN UPAYA PERBAIKAN PENGUASAAN LAHAN DI TINGKAT PETANI

yang lalu merupakan suatu angin

dominan akhir-akhir ini—atau hanya

segar bagi upaya peningkatan kese-

petani yang mengusahakan lahan.

jahteraan masyarakat desa, setelah


Karena bila dihitung dari seluruh ru-

selama ini mereka hanya menjadi alat

mah tangga yang mengusahakan ta-

produksi dan pelengkap dalam pelak-

naman padi di Jawa saja misalnya,

sanaan pembangunan secara umum.

menurut data BPS pada sensus per-

Berbagai peringatan telah dilontarkan

tanian

banyak kalangan agar program ini ti-


8.457.724 KK, sementara lahan sa-

dak terjebak dalam retorika politik

wah di Jawa cuma tersedia 3.334.627

dan menjadi proyek departemen tek-

hektar. Dengan cara perhitungan se-

nis semata (Kompas, 16 Juli 2005).

derhanapun tidak mungkin setiap ru-

Hal ini terutama berkaitan dengan ku-

mah tangga dapat mengusahakan la-

rang kuatnya dasar penetapan berba-


han sawah minimal satu hektar.

2003,

jumlahnya

sebesar

gai target dalam program ini.
Tulisan ini akan mencoba melihat beSalah satu target yang perlu dikritisi

berapa

menyangkut rencana pencanangan

mungkin dapat dilakukan dalam upa-

lahan abadi 15 Juta hektar dan pemi-


ya memperbaiki distribusi lahan di

likan lahan pertanian di Jawa dan Bali

tingkat

seluas minimal 1 hektar per kepala

kaitannya dengan luas pengusahaan

keluarga dan luar Jawa/Bali 2,5 hek-

minimal seperti yang telah ditarget-

tar per KK (Bab IV tentang Manaje-

kan di atas. Pendekatan yang diguna-

men Pelaksanaan RPPK (Revitalisasi


kan dalam tulisan ini adalah pene-

Pertanian, Perikanan, dan Kehutan-

laahan terhadap berbagai hasil pene-

an, dalam buku Revitalisasi Perta-

litian yang ada, yang terkait dengan

nian,

Kehutanan,

isu lahan dan reforma agraria. Bebe-

2005). Masalahnya, dalam buku pro-

rapa data primer dalam tulisan ini di-


gram yang dikeluarkan kantor Menko

ambil dari hasil penelitian penulis ten-

Perekonomian tersebut tidak begitu

tang Efficiency of Land Tenure Con-

jelas pola dan cara yang akan ditem-

tracts in West Java, Indonesia (2005).

Perikanan

dan

langkah

petani,


pragmatis

terutama

yang

dalam

puh dalam mencapai target tersebut.
Selain itu perlu juga ada kejelasan

Secara detil runut dari tulisan ini akan

petani mana yang menjadi target dari

diawali dengan mengutip beberapa

program tersebut, apakah seluruh pe-

konsep dan target Revitalisasi perta-


tani dalam arti luas—termasuk petani

nian yang telah dicanangkan peme-

tidak berlahan yang jumlahnya makin

rintah berikut beberapa tinjauan kritis

106

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA

terhadap konsep dan target tersebut.

baru sekitar 33,3 persen yang menga-

Pada bagian selanjutnya, akan dilihat


ku membaca keseluruhan konsep

beberapa fakta yang ada di lapangan

yang ada, sisanya hanya mengetahui

dan kemungkinan pencapaian target

dari pidato pejabat di atasnya tanpa

yang ditetapkan. Di bagian akhir akan

membacanya. Tentu kalau dilakukan

diuraikan beberapa langkah prag-

penelitian yang lebih mendalam, teru-

matis yang mungkin dilakukan, teru-

tama pada para pengambil kebijakan

tama dalam kaitannya dengan pe-

di luar Departemen Pertanian, tingkat

ngembangan berbagai pola pengusa-

pemahaman terhadap program ini

haan lahan yang ada di masyarakat.

akan lebih kecil lagi.
Kabinet Indonesia bersatu sebenar-

Konsep Revitalisasi Pertanian

nya telah menetapkan revitalisasi
sektor pertanian dan perdesaan yang

Konsep Revitalisasi Pertanian menjadi

sejalan dengan upaya pengentasan

begitu populer saat ini, sehingga rasa-

kemiskinan sebagai salah satu dari

nya tiada hari tanpa ada pejabat yang

tiga strategi yang digunakan untuk

berbicara tentang revitalisasi perta-

operasionalisasi konsep pembangun-

nian, mulai di tingkat lokal sampai na-

an yang menggunakan strategi tiga

sional. Sepertinya tidak lengkap bila

jalur (triple track strategy) yang ber-

tidak menyinggung konsep ini jika

azas

berbicara tentang pembangunan pe-

dan pro-poor. Dua strategi lainnya

desaan, apalagi pembangunan perta-

adalah

nian dalam arti umum. Dengan demi-

ekonomi diatas 6,5 persen per tahun

kian, dalam arti pengenalan program,

melalui percepatan investasi dan eks-

pencanangan yang dilakukan presi-

por serta pembenahan sektor riil un-

den telah mencapai sasarannya.

tuk mampu menyerap tambahan ang-

pro-gowth,

pro-employment,

peningkatan

pertumbuhan

katan kerja dan menciptakan lapangNamun demikian, jika berbicara ten-

an kerja baru (Bab I buku Revitalisasi

tang pemahaman terhadap konsep

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

utuh dari program ini, nampaknya

2005).

masih memerlukan waktu untuk sosialisasi, karena ketika penulis secara

Secara konsepsi, Revitalisasi Perta-

acak melakukan wawancara pada be-

nian mengandung arti kesadaran un-

berapa pejabat di lingkup Departe-

tuk menempatkan kembali arti pen-

men Pertanian di Pusat dan daerah,

ting sektor pertanian secara propor-

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

107

REVITALISASI PERTANIAN DAN UPAYA PERBAIKAN PENGUASAAN LAHAN DI TINGKAT PETANI

sional dan kontekstual, dalam arti

pertanian lebih pada potret keadaan

menyegarkan kembali vitalitas serta

saat ini, dan bukan suatu data yang

memberdayakan

bersifat prediktif tentang kondisi 5—

kemampuan

dan

meningkatkan kinerja pertanian da-

25 tahun ke depan.

lam pembangunan nasional dengan
Seharusnya suatu program besar se-

tidak mengabaikan sektor lain.

macam Revitalisasi Pertanian diawali
Revitalisasi pertanian dimaksudkan

dari suatu analisis yang komprehensif

sebagai upaya membangun pertanian

tentang konfigurasi ruang dan lahan

dengan cara yang lebih partisipatif,

pada satu satuan waktu tertentu,

dan bukan berorientasi proyek untuk

dengan

menggalang dana. Melalui revitalisasi

perubahan yang terjadi di masyarakat

pertanian diharapkan tumbuh komit-

dan tataran global. Katakanlah de-

men dan kerjasama seluruh stake-

ngan memadukan data fisik keterse-

holder serta adanya perubahan para-

diaan lahan dan berbagai kemung-

digma pola pikir masyarakat dalam

kinan perubahan yang akan terjadi

memperhatikan

berbagai

melihat pertanian. Dalam hal ini per-

dalam 5—25 tahun ke depan serta

tanian seharusnya tidak hanya dilihat

kecenderungan permintaan masya-

sebagai urusan bercocok tanam yang

rakat terhadap berbagai produk yang

sekedar menghasilkan komoditas un-

terkait dengan penggunaan lahan,

tuk dikonsumsi, tetapi juga mempu-

akan

nyai multifungsi dan merupakan way

konfigurasi lahan dan ruang pada 5—

of life serta sumber kehidupan seba-

25 tahun ke depan. Kondisi inilah se-

gian besar masyarakat kita.

harusnya yang dijadikan pijakan da-

didapat

gambaran

tentang

lam membuat program atau kegiatan.
Lemahnya Dasar Penentuan Tar-

Berdasarkan data yang bersifat pre-

get Revitalisasi Pertanian

diktif 5—25 tahun ke depan, pemerintah bisa merencanakan berbagai

Satu persoalan berkaitan dengan pro-

perubahan, dengan melakukan pene-

gram revitaliasi pertanian adalah le-

kanan pada program tertentu. Misal-

mahnya dasar yang digunakan dalam

nya, dari data yang ada diketahui bah-

penyusunan target program. Seperti

wa tanpa intervensi pemerintah diper-

halnya dalam perencanaan pemba-

kirakan lahan pertanian akan berku-

ngunan lainnya, dasar pijakan yang

rang dalam jumlah tertentu pada 5—

digunakan dalam program revitalisasi

25 tahun ke depan. Bila pemerintah

108

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA

tidak menghendaki kondisi ini, maka

syarakat, terutama berkaitan dengan

pemerintah dapat menetapkan se-

kemungkinan pengembangan kegiat-

jumlah aturan yang mencegah terja-

an industri yang berbasis pertanian.

dinya perubahan peruntukan lahan

Menilik

dan melakukan percepatan pence-

(2004) yang mencoba menelaah ke-

takan

berbagai

terkaitan kegiatan usaha tani dan

lokasi. Selain itu dengan mengetahui

industri yang berbasis pertanian, de-

konfigurasi lahan dan ruang pada 5—

ngan mengambil contoh petani padi,

25 tahun ke depan, pemerintah dapat

menyatakan bahwa jumlah petani

menyusun target yang lebih realistis

yang terlibat dalam kegiatan budi-

dalam menetapkan luas satuan lahan

daya memang harus berkurang, na-

yang dikuasai oleh petani dan upaya

mun jumlah kesempatan kerja dalam

yang perlu dilakukan untuk menyerap

'sistem industri beras' harus mening-

kelebihan tenaga kerja yang ada di

kat. Secara teoretis konsep ini me-

pedesaan.

mang indah, namun secara faktual

lahan

baru

pada

pemikiran

Krisnamurthi

sulit sekali merealisasikannya, teruAkibat lemahnya dasar yang diguna-

tama karena terbatasnya pengem-

kan dalam penetapan target, antara

bangan yang bisa dilakukan untuk in-

satu target dan lainnya terkadang ti-

dustri berbasis padi atau beras.

dak saling mendukung. Sebagai contoh, penetapan dasar target untuk pe-

Analisis yang dilakukan Pakpahan, et.

nguasaan lahan dan jumlah petani

al. (2004) justru memperlihatkan

yang bekerja di pertanian terasa se-

bahwa salah satu hambatan perce-

perti saling bertolak belakang. Pe-

patan pembangunan pertanian di In-

nguasaan lahan di Jawa dan Bali ditar-

donesia dibandingkan dengan bebe-

getkan minimal 1,0 hektar per KK dan

rapa negara di Asia adalah lambatnya

luar Jawa/Bali 2,5 hektar per KK, se-

pengurangan orang yang bekerja di

mentara jumlah tenaga kerja yang

pertanian dibandingkan pengurangan

bekerja di pertanian justru diharap-

Produk Domestik Bruto (PDB) perta-

kan meningkat dari 41,2 juta orang

nian. Seperti terlihat pada Tabel 1, se-

tahun 2005 menjadi 44,5 juta orang

tiap 1% penurunan pangsa PDB per-

tahun 2009.

tanian di Korea Selatan diikuti oleh
1,56% pengurangan tenaga kerja

Penetapan target cenderung bias pa-

pertanian, sementara di Indonesia se-

da perhitungan teoretis dan kurang

tiap penurunan 1% PDB pertanian ha-

didasarkan pada keadaan riil di ma-

nya diikuti penurunan pangsa tenaga

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

109

REVITALISASI PERTANIAN DAN UPAYA PERBAIKAN PENGUASAAN LAHAN DI TINGKAT PETANI

kerja di sektor pertanian sebesar

bahwa kunci bagi upaya percepatan

0,43%. Dengan demikian, sektor per-

pembangunan pertanian justru terle-

tanian di Indonesia menanggung be-

tak pada upaya pengembangan usaha

ban tenaga kerja yang terlalu berat di-

yang tidak berbasis lahan di pede-

bandingkan negara lain di Asia. Salah

saan. Revitalisasi pedesaan merupa-

satu solusi yang disarankan untuk

kan jawaban yang lebih tepat dengan

mempercepat pembangunan perta-

sasaran

nian di Indonesia, apalagi dalam u-

nonpertanian di pedesaan, atau upa-

paya

pengembangan

kegiatan

pe-

ya peningkatan sumberdaya manusia

nguasaan lahan, adalah dengan me-

di pedesaan yang dapat mengisi ke-

ngurangi tenaga kerja yang bekerja di

butuhan tenaga kerja terampil di per-

pertanian. Senada dengan pemikiran

kotaan atau pasar tenaga kerja di pa-

di atas, Simatupang, et. al. (1990)

saran global.

meningkatkan

rata-rata

sejak lima belas tahun yang lalu telah
digalakkan

Hal senada disampaikan oleh Hayami

upaya mengurangi pekerja di sektor

dan Kikuchi (1981) dalam mengana-

pertanian, dan ini merupakan titik

lisis keberhasilan Taiwan dan Jepang

kunci bagi peningkatan pendapatan

dalam memperbaiki distribusi pe-

petani.

nguasaan lahan petaninya. Menurut

menyarankan

perlunya

Hayami dan Kikuchi (1981), disamPengurangan disini diartikan sebagai

ping faktor lain seperti dukungan

upaya untuk mengurangi tekanan

yang kuat dari pemerintah dan keter-

terhadap lahan, dan dalam kondisi

sediaan data lahan yang akurat, Je-

seperti ini pengembangan kegiatan

pang dan Taiwan berhasil dalam

agroindustri memang solusi yang sa-

memperbaiki distribusi penguasaan

ngat diharapkan. Persoalannya seka-

lahan petaninya karena didukung oleh

rang, karena kegiatan pertanian uta-

cepatnya ekspansi sektor nonper-

ma di Jawa didominasi pada usaha

tanian dalam menyerap tenaga kerja

tani padi dan bahan pangan lainnya

pertanian yang ada, sehingga te-

yang lemah kaitan ke depannya,

kanan terhadap lahan menjadi menu-

maka peluang pengembangan agro

run dan upah di sektor pertanian me-

industri di Jawa kecil sekali.

ningkat.

Berdasarkan uraian di atas terlihat

110

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA
Tabel 1
Perbandingan perubahan struktur ekonomi di beberapa negara di Asia,
tahun 1957 dan 2002

Negara

GDP Pertanian (%)

Tenaga Kerja Pertanian (%)

56
17

61
44

45
9

58
21*

38
9

82
50*

41
4

70
12

1. Indonesia
1957
2002
2. Malaysia
1957
2002
3. Thailand
1957
2002
4. Korea Selatan
1957
2002
Catatan: * = tenaga kerja pria
Sumber: Pakpahan, et. al. (2005)

Hal lain yang tidak kalah pentingnya

dalam usahatani, serta partisipasi da-

adalah kejelasan definisi petani yang

lam kegiatan berburuh tani. Dengan

digunakan. Menilik definisi yang digu-

cara seperti ini dia mendapatkan bah-

nakan Badan Pusat statistik (BPS),

wa yang benar-benar petani hanya

petani adalah orang yang mengu-

sekitar 20—25 persen dari seluruh

sahakan lahan untuk kegiatan budi-

penduduk desa.

daya pertanian atau orang yang bekerja di pertanian termasuk jasa per-

Kejelasan dalam definisi ini menjadi

tanian (BPS 2004). Dengan definisi

penting karena, dengan definisi yang

seperti ini tampak bahwa sebagian

ada saat ini, sepertinya seluruh pen-

besar penduduk pedesaan Indonesia

duduk desa itu hanyalah petani. Aki-

adalah petani. Bila kita lihat lebih jer-

bat cara pandang seperti ini, maka

nih, terutama kalau dihitung berda-

pembangunan

sarkan curahan waktu dan tenaga

hanya menjadi tanggung jawab de-

serta sumbangan pendapatan per ke-

partemen teknis yang terkait dengan

giatan, maka peran pertanian cende-

pertanian semata. Pola pikir semacam

rung

Pincus

ini nampaknya juga sudah merasuki

(1996) mencoba mengelompokkan

para pengambil kebijakan di negeri

penduduk desa berdasarkan pengua-

ini, sehingga ketika pencanangan re-

saan lahan, penggunaan buruh tani

vitalisasi pertanian beberapa waktu

semakin

mengecil.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

pedesaan

seakan

111

REVITALISASI PERTANIAN DAN UPAYA PERBAIKAN PENGUASAAN LAHAN DI TINGKAT PETANI

yang lalu, yang terlibat dalam ke-

ngan melihat besaran konversi atau

giatan ini hanyalah departemen tek-

alih fungsi lahan pertanian. Konversi

nis yang terkait dengan pertanian da-

lahan sawah menjadi lahan nonper-

lam arti umum.

tanian dari tahun 1999—2002 diperkirakan mencapai 330.000 ha atau
setara dengan 110.000 ha/tahun.

Potret Tentang Kondisi Lahan Sa-

Luas baku lahan sawah juga cende-

at Ini

rung menurun. Antara tahun 1981—
1999, neraca pertambahan lahan sa-

Berkaitan dengan lahan pertanian,

wah seluas 1,6 juta ha, tetapi antara

dasar yang digunakan dalam penyu-

tahun 1999 sampai 2002 terjadi pen-

sunan berbagai program dan kebi-

ciutan luas lahan sawah seluas 0,4

jakan dalam revitalisasi pertanian

juta ha karena tingginya angka kon-

adalah potret tentang keadaan saat

versi.

ini. Beberapa data yang digunakan
sudah terlalu sering kita dengar dan

Sementara itu potensi lahan yang ma-

baca. Salah satu fakta yang diung-

sih dapat digunakan juga diung-

kapkan adalah:

kapkan, tetapi kurang jelas keadaan
dan kemungkinan pemanfaatannya

Peningkatan jumlah penduduk
tahun 2000—2003 sekitar 1,5
persen per tahun menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan
terhadap sumberdaya lahan dan
air. Luas rata-rata kepemilikan
lahan sawah di Jawa dan Bali
hanya 0,34 ha per rumah tangga
petani. Secara nasional, jumlah
petani gurem (petani dengan
luas lahan garapan 2.00

Sumber: Jamal (2004)

Bila dilihat factor payment dari input

lahan di pedesaan, terutama pada pe-

yang digunakan, termasuk lahan dan

tani berlahan sempit dan tak berla-

curahan waktu penggarap (tabel 4),

han, adalah melalui penyempurnaan

terlihat bahwa secara rata-rata ba-

sistem bagi hasil yang ada. Penyem-

gian penggarap untuk bagi hasil rela-

purnaan yang dibutuhkan adalah da-

tif lebih baik dibandingkan sewa. Pada

lam hal kepastian lamanya waktu ga-

sistem sewa, penggarap menang-

rap bagi penggarap dan, bila jumlah

gung biaya relatif lebih tinggi untuk

persil yang digarap lebih dari satu,

lahan dibandingkan sistem lainnya.

upaya

Pada sistem gadai, penerima gadai

lahan garapan pada hamparan yang

cenderung menikmati bagian hasil

sama dan dengan lusan minimal ter-

yang lebih baik. Hal ini disebabkan

tentu. Secara umum pola ini diharap-

petani yang menggadai umumnya

kan dapat menginisiasi pola konso-

adalah petani yang terdesak untuk

lidasi lahan lanjutan sebagaimana

mendapatkan uang tunai dan posi-

yang dikonsepkan dalam corporate

sinya sangat lemah dalam proses

farming misalnya, tapi tentunya bu-

transaksi.

kan dalam arti menghilangkan kepas-

agar

penggarap

mendapat

tian batas kepemilikan lahan petani.
Dari gambaran di atas, terlihat bahwa
salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki penguasaan

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

117

REVITALISASI PERTANIAN DAN UPAYA PERBAIKAN PENGUASAAN LAHAN DI TINGKAT PETANI
Tabel 4
Factor payments(a) dan factor shares (b) per hektar dalam usahatani padi
pada berbagai sistem penguasaan lahan di Jawa Barat tahun 2004

Bagi hasil
INPUT
Biaya Transaksi
Benih dan lainnya (c)
Tenaga kerja
Kapital (d)
Lahan
Lainnya (e)
Bagian untuk Penggarap
Total output/ hektar (kg)

Sewa

Gadai

Factor
Payment

Factor
Share

Factor
Payment

Factor
Share

Factor
Payment

Factor
Share

22
745
1429
281
2016
35
1127

0.4
13.2
25.3
5.0
35.7
0.6
19.9

124
840
1355
314
2166
60
806

2.2
14.8
23.9
5.5
38.2
1.0
14.2

142
923
1531
312
1345
24
1651

2.4
15.6
25.8
5.3
22.7
0.4
27.8

5,654

5,666

5,928

(a) Factor payment dikonversi dari nilai input dalam rupiah kedalam satuan fisik output, dalam hal ini padi.
(b) Factor share: % factor payment pada setiap input dari total padi yang dihasilkan petani.
(c) Benih, pupuk, herbisida dan pestisida.
(d) Sewa alat , mesin, dan bunga pinjaman uang.
(e) Biaya irigasi dan pajak

Konsolidasi lahan dalam satu hampar-

suatu program nasional, namun kare-

an tidak saja akan memudahkan pe-

na data dasar yang digunakan dalam

ngelolaan, tetapi juga akan membuka

perencanaan masih berupa potret

berbagai kemungkinan pengembang-

keadaan saat ini dan bukan data yang

an kegitan pendukung, seperti pe-

bersifat prediktif, maka ditemukan

ngembangan usahatani terpadu de-

beberapa kelemahan mendasar da-

ngan ternak. Upaya ini diharapkan

lam penetapan target, terutama ber-

dapat membuka peluang usaha baru

kaitan dengan luas penguasaan mini-

dan peluang kerja baru bagi pendu-

mal dan jumlah total petani. Kedua

duk pedesaan.

target ini terasa bertolak belakang,
terutama karena terbatasnya peluang
pengembangan

agroindustri

untuk

usahatani yang berbasis komoditi pa-

Kesimpulan dan Saran

ngan seperti padi.
Revitalisasi pertanian sudah disepakati merupakan salah satu upaya

Upaya perbaikan distribusi pengua-

yang sistematis untuk memperbaiki

saan lahan di tingkat petani dapat

kehidupan petani di pedesaan. Wa-

dilakukan melalui pendekatan struk-

laupun sudah diluncurkan sebagai

tural dan sporadis. Melalui pende-

118

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA

katan struktural, penataan pengua-

Pada tataran praktis, kedua pende-

saan dilakukan by design melalui

katan di atas masih terkendala berba-

suatu aturan hukum/kebijakan pe-

gai sebab, diantaranya lemahnya da-

merintah. Salah satu bentuk utama

ta lahan yang ada dan belum berfung-

dari pendekatan ini adalah penataan

sinya

pemilikan/penguasaan melalui land-

baik. Salah satu upaya pragmatis

mekanisme
mungkin

kontrol

dilakukan

dengan

reform. Pendekatan kedua yang ber-

yang

sifat teknokratis intinya adalah bahwa

penataan sistem penguasaan lahan di

adalah

struktur penguasaan lahan tidak ha-

tingkat petani, dengan memberikan

rus by design, karena struktur pe-

penekanan pada upaya bagi hasil.

nguasaan lahan bersifat dinamis dan

Penataan diharapkan tidak saja mem-

surplus ekonomi tanah (land rent)

perbaiki luasan lahan yang dapat di-

akan menjadi penentu dalam pola

usahakan petani, tetapi juga mening-

alokasi antar sektor maupun antar in-

katkan efisiensi usahatani dan mem-

dividu dalam masyarakat.

buka peluang pengembangan usaha
lain yang terkait dengan usaha tani.

Daftar Pustaka

Badan Litbang Deptan. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Jakarta: Badan Litbang Deptan.
Biro Pusat Statistik. 2004. Sensus Pertanian 2003 Hasil Pendaftaran Rumah
Tangga. Jakarta: BPS.
Hayami & M. Kikuchi. 1981. Asian Village Economy at the Crossroads. Tokyo:
University of Tokyo Press. p.275.
Jamal, Erizal. 2005. Efficiency of Land Tenure Contracts in West Java, Indonesia.
Dissertation at University of Philippines Los Banos.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

119

REVITALISASI PERTANIAN DAN UPAYA PERBAIKAN PENGUASAAN LAHAN DI TINGKAT PETANI

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2005. Revitalisasi Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan Indonesia 2005, untuk Rakyat, Tanah Air dan
Generasi Indonesia Mendatang. Jakarta: Kantor Menko Bidang Perekonomian.
Krisnamurthi, B. 2004. “Arti Penting Pertanian: Masa Lalu dan Masa Depan”.
Agro-Ekonomika XXXIV(2). Jakarta: PERHEPI.
Moniaga, S. 1993. “Toward Community-based Forestry and Recognition of Adat
Property Rights in the Outer Islands of Indonesia”, in J. Fox (ed.). Legal
Frameworks for Forest Management in Asia: Case Studies of
Community/State Relations. Honolulu: East West Center Program on
Environment. pp. 131—150.
Nasoetion, L. I. dan J. Winoto. 1996. Masalah Alih Fungsi Lahan Pertanian dan
Dampaknya Terhadap Keberlanjutan Swasembada Pangan. Prosiding
Lokakarya Persaingan dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air.
Kerjasama Puslit Sosial Ekonomi Pertanian dan Ford Foundation. Bogor.
Pakpahan, A., H. Kartodihardjo, R. Wibowo, H. Nataatmadja, S. Sadjad, E. Haris
dan H. Wijaya. 2005. Membangun Pertanian Indonesia: Bekerja,
Bermartabat dan Sejahtera. Cetakan II. Bogor: Himpunan alumni IPB
Bogor.
Pincus, J. 1996. Class Power and Agrarian Change: Land and Labor in Rural West
Java. London: MacMillan Press.
Rusastra, I. W., S.K. Darmoredjo, Wahida, dan A. Setiyanto. 2001. “Konsolidasi
Lahan untuk Mendukung Pengembangan Agribisnis”, dalam Rusastra,
dkk. (peny.). Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan
Kehutanan Tahun 2001 ke depan. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Simatupang, P., S.H. Susilowati, dan Markos. 1990. “Pengganda Tenaga Kerja
dan Pendapatan Agro-industri di Indonesia”, dalam P. Simatupang, dkk
(peny.). Agro Industri Faktor Penunjang Pembangunan Pertanian di
Indonesia. Bogor: Pusat Penelitian Agro Ekonomi.

120

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

BAHASAN UTAMA

Sumaryanto, Syahyuti, Saptana, dan B. Irawan. 2002. “Masalah Pertanahan di
Indonesia dan Implikasinya Terhadap Tindak Lanjut Pembaruan Agraria”. Forum penelitian Agro Ekonomi 20(2). Bogor: Puslitbang Sosek Pertanian.
Wiradi, G and Makali. 1984. ”Penguasaan Tanah dan Kelembagaan”, dalam F.
Kasryno (peny.). Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hlm. 43—130.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006

121