Materi Pelatihan Jurnalistik Untuk Mahasiswa PTS Tahun 2014 (Update) | Kopertis III

ETIKA JURNALISTIK
Drs. Rachman Achdiat, M.Si
Disampaikan dalam Workshop Jurnalistik untuk Mahasiswa
16 September 2014 di Cisarua, Bogor

CONTOH KASUS

FENOMENA

ILMU JURNALISTIK

Hoeta Soehoet (2006)

• JURNALISTIK adalah ilmu terapan
dari Ilmu Komunikasi
• ILMU KOMUNIKASI: ilmu yang
mempelajari usaha manusia
dalam menyampaikan isi
pernyataannya kepada manusia
lain
• ILMU JURNALISTIK: ilmu yang

mempelajari cara penyampaian
isi pernyataan melalui media
massa periodik

ILMU JURNALISTIK
PROSES KOMUNIKASI
PERSONAL
TAHAP I
TAHAP II
Komunika
HASIL
tor
PERALAT
KERJA
AN
PERALAT
- Hati
ROHANIA
AN
Nurani - Falsaf

H
ROHANIA
- Akal
ah
H
- Budi
Hidup
- Naluri Kebah
Konse
agiaan
psi
Kebah
Naluri
agiaan
Sosial
Motif
- Naluri
Komun
Ingin
ikasi

- Isi
Tahu
TAHAP
- Naluri
Pernya
V
Komun
taan
ikasi
PJ

ISI
PERNYATA
AN
TINDAK
KOMUNIKA
SI

Feedb
ack

TAHAP
IV

Hoeta Soehoet (2006)

TAHAP III
Komunika
HASIL
n
PERALAT
KERJA
AN
PERALAT
- Hati
ROHANIA
AN
Nurani - Falsaf
H
ROHANIA
- Akal

ah
H
- Budi
Hidup
- Naluri Kebah
Konse
agiaan
psi
Kebah
Naluri
agiaan
Sosial
Motif
- Naluri
Komun
Ingin
ikasi
- Isi
Tahu
- Naluri

Pernya
Komun
taan
ikasi
PJ

TINDAK
KOMUNIKA
SI

ILMU JURNALISTIK
CARA PENYAMPAIAN ISI PERNYATAAN
MELALUI MEDIA MASSA PERIODIK

ISI
PERNYATAA
N
MEDIA
MASSA
PERIODIK


KOMUNIKAT
OR

SK

MJ

RD

TV

FI

OL

KOMUNIKAN

Kegiatan Jurnalistik
menurut UU No. 40/1999 tentang PERS


Mencari
Memperoleh
Memiliki
Menyimpan
Mengolah
Menyampaikan

INFORMASI:
a. Tulisan
b. Suara
c. Gambar
d. Suara dan
Gambar
e. Data
f. Grafik
g. bentuk lain

MENGGUNAKA
N


a. Media
Cetak
b. Media
Elektronik
c. segala
jenis
saluran
yang
tersedia

Produk Jurnalistik
1. Berita
2. Pendapat : Opini, Karikatur, Tajuk Rencana,
Pojok, Kolom, Feature

BERITA
1. BERITA ADALAH KETERANGAN
MENGENAI PERISTIWA ATAU ISI
PERNYATAAN MANUSIA

2. BERITA BAGI SESEORANG ADALAH
KETERANGAN MENGENAI
PERISTIWA ATAU ISI PERNYATAAN
MANUSIA YANG PERLU BAGINYA
UNTUK MEWUJUDKAN FALSAFAH
HIDUPNYA
3. BERITA BAGI SUATU SURAT KABAR
ADALAH KETERANGAN MENGENAI
PERISTIWA ATAU ISI PERNYATAAN
MANUSIA YANG PERLU BAGI
PEMBACANYA UNTUK
MEWUJUDKAN FALSAFAH
HIDUPNYA (Hoeta Soehoet, 2003, h.
23)

Sumber BERITA
• PERISTIWA. contoh: gempa,
pertandingan olahraga, banjir,
sidang kabinet, dll
• MANUSIA, dalam hal ini adalah

pendapat manusia
• SAKSI PERISTIWA
• BUKAN SAKSI PERISTIWA

Penggolongan BERITA
• MASALAH, contoh: ekonomi,
kriminal, hukum, olahraga, iptek,
dan lain-lain.
• TEMPAT PERISTIWA TERJADI
• DALAM NEGERI: kota tempat
terbit, daerah
• LUAR NEGERI
• DAYA PENGARUHNYA
• LOKAL
• REGIONAL
• NASIONAL
• INTERNASIONAL

1

Penggolongan BERITA
• SUMBER BERITA
• PERISTIWA
• PENDAPAT
• PERISTIWA + PENDAPAT
• KANDUNGAN FAKTA
• BERITA FAKTA
• BERITA FAKTA + PENJELASAN
FAKTA
• BERITA FAKTA TERCAMPUR
PENDAPAT WARTAWAN
• BERITA BOHONG

2

Nilai BERITA
• KEGUNAAN BERITA
• AKTUALITAS
• HUBUNGAN PEMBACA DENGAN
PERISTIWA
• KELENGKAPAN BERITA

KELENGKAPAN BERITA
• APA

A

• SIAPA

S

• DI MANA

D

• APABILA

A

• MENGAPA

M

• BAGAIMANA

BA

KEMERDEKAAN PERS
PRINSIP DASAR :
 KEMERDEKAAN PERS BUKAN BERARTI
KEBEBASAN TANPA BATAS
 Kemerdekaan media tidak pernah berarti
kemerdekaan bagi media massa untuk
menyiarkan informasi apapun tanpa batas

KEMERDEKAAN PERS
DUA BENTUK KONTROL MEDIA:
1. Kontrol Formal: Peraturan-perundangan
(Undang-undang, Regulasi yang dikeluarkan
Badan Regulator), sensor
2. Kontrol Informal: Kode Etik, Tekanan
Masyarakat.

ETIKA
Secara harfiah etika berasal dari bahasa Yunani
Yaitu ethos yang artinya kebiasaan dalam
tingkah laku manusia.
Kajian etika mencari ukuran baik buruk bagi
tingkah laku manusia dan untuk mengetahui
bagaimana manusia bertindak.
(Poedjawijatna , “Filsasat Tingkah Laku”)

KODE
Kode berasal dari code. Menurut Oxford Advanced
Learner’s Dictionary of Current English, kode
adalah sistem aturan-aturan dan prinsip-prinsip
yang telah disetujui dan diterima oleh masyarakat
atau kelas tertentu atau kelompok tertentu.
Profesi menurut H De Vos adalah sebagai
pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjutan
dan latihan khusus seperti kedokteran, hukum,
kewartawanan, arsitektur, dll.

ETIKA BERITA
• BENAR TERJADI
• DUA SISI
• SEIMBANG
• HAK JAWAB
• HAK KOREKSI

Etika Jurnalistik
- Menurut Wina Armada (anggota Dewan Pers) :
Pers adakalanya melakukan kesalahan atau kekhilafan sehingga
melanggar kode etik jurnalistik. Biasanya disebabkan oleh faktor
kesengaajaan dan faktor ketidak sengajaan.
Faktor kesengajaan:
1. Tahu kode etik tapi punya niat tidak baik.
2. Kurang tahu kode etik punya niat kurang baik.
3. Persaingan pers
4. Pers hanya topeng untuk tindakan kriminalitas.

Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan
secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang
menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah

Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis,
dan cabul

Pasal 5

Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas
korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak
yang menjadi pelaku kejahatan

Pasal 6

Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak
menerima suap

Pasal 7

Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi
narasumber yang tidak bersedia diketahui identitasnya maupun
keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar
belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan

Pasal 8
Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita
berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang
atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang
lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani

Pasal 9
Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang
kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik

Pasal 10
Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki
berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan
maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa

Pasal 11
Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proporsional

PELANGGARAN KEJ :

1)
2)
3)
4)
5)
6)

Mengutamakan kecepatan tanpa dibarengi verivikasi
Berita tidak akurat
Mencampuradukan fakta dan opini yang menghakimi
Tidak berimbang
Tidak menyembunyikan identitas korban kejahatan susila
Tidak jelas sumbernya

Kode Etik Penyiaran
KEKERASAN
 Program yang mengandung muatan kekerasan
secara dominan, atau mengandung adegan
kekerasan eksplisit dan vulgar, hanya dapat
disiarkan pada pukul 22.00–03.00
 Adegan yang dianggap di luar perikemanusiaan
atau sadistis dilarang disiarkan.
 Lagu-lagu atau klip video musik yang
mengandung muatan pesan menggelorakan atau
mendorong kekerasan dilarang disiarkan.

Produk Jurnalistik
PELIPUTAN KEKERASAN
 gambar luka-luka yang diderita korban
kekerasan, kecelakaan, dan bencana tidak
boleh disorot secara close up;
 gambar korban kekerasan tingkat berat,
serta potongan organ tubuh korban dan
genangan darah yang diakibatkan tindak
kekerasan, kecelakaan dan bencana, harus
disamarkan

Kode Etik Penyiaran
REKONSTRUKSI KEJAHATAN
 Adegan rekonstruksi kejahatan tidak boleh disiarkan
secara rinci.
 Adegan rekonstruksi kejahatan seksual dan
pemerkosaan tidak boleh disiarkan.
 Siaran rekonstruksi kejahatan harus memperoleh izin
dari korban kejahatan atau pihak-pihak yang dapat
dipandang sebagai wakil korban.

Kode Etik Penyiaran
SEKS YANG TERLARANG
 Ciuman, hubungan seks, suara-suara yang dapat diasosiasikan
dengan kegiatan hubungan seks.
 Program yang memuat pembenaran bagi berlangsungnya
hubungan seks di luar nikah.
 Pemerkosaan atau pemaksaan seksual
 Lagu dan klip video berisikan lirik bermuatan seks
 Adegan tarian dan atau lirik yang dapat dikategorikan sensual
 Program, adegan dan atau lirik yang dapat dipandang
merendahkan perempuan menjadi sekadar obyek seks.
 Tayangan yang menjadikan anak-anak dan remaja sebagai obyek
seks

Kode Etik Penyiaran
KATA KATA KASAR DAN MAKIAN
 Lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan
penggunaan bahasa atau kata-kata makian yang
mempunyai kecenderungan
menghina/merendahkan martabat manusia,
memiliki makna jorok/mesum/cabul/vulgar
 Kata-kata kasar dan makian yang dilarang
disiarkan mencakup kata-kata dalam bahasa
Indonesia, bahasa asing, dan bahasa daerah, baik
diungkapkan secara verbal maupun non-verbal.

CONTOH KASUS

CONTOH KASUS

CONTOH KASUS

CONTOH KASUS

KESIMPULAN
Setidaknya ada tiga alasan mengapa
penerapan etika komunikasi menjadi mendesak
(Boris Libois, 1994: 3) :
1. Media mempunya kekuasaan dan efek yang
dahsyat Terhadap publik, padahal media
mudah memanipulasi audiens. Dengan
demikian, etika komunikasi mau melindungi
publik yang lemah.

KESIMPULAN
2. Etika komunikasi adalah upaya untuk menjaga
keseimbangan antara kebebasan berekspresi
dan tanggung jawab.
3. Mencoba menghindari sedapat mungkin
dampak negatif dari logika instrumental. Logika
instrumental dalam media terkait dengan terkait
persoalan ekonomi dan teknologi. (Haryatmoko,
2007: 38)

TERIMA
KASIH