Al-Hawalah dan Relevansinya denganPerekonomian Islam Modern Suprihatin

Al-Haw alah dan Relevansinya dengan
Perekonomian Islam M odern
Suprihat in
Abstract. The purpose of t his paper is t o describe al-haw alah and it s relevance t o
m odern Islam ic econom y. From t his paper can be concluded t hat t he
applicat ion of al-Haw alah t oday st ill refer t o t he sources of Islamic law
w hich allow s t ransfer of debt payment s. Some changes in placem ent and
t he addit ion of elem ent s of al-Haw alah at t his t im e because of differences
of background of t he development of al-Hawalah at this t ime w ith alHaw alah at t he beginning of it s form at ion. The relevance of t he concept of
early al-Haw alah w it h m odern Islam ic economics lies in t he funct ions of
Islamic banks as part of t he econom ic st ruct ure of m odern Islam as
channeling funds t o comm unities w hose posit ion can be convert ed int o
M uhal Alaih as paying debt s.

Pendahuluan
Dalam dunia perekonom ian Islam
m odern saat ini, t erdapat beragam
akad
t ransaksi
keuangan
yang

dikem bangkan di lem baga keuangan
syariah. Di ant ara akad t ersebut
adalah al-Hawalah . Al-Hawalah m erupakan salah sat u ent it as budaya
M uslim pada m asa aw al Islam yang
dim aksudkan unt uk m em enuhi janji
dalam melunasi hut ang karena secara
t ersirat dalam hut ang piut ang t erkandung sebuah janji unt uk m em bayar hut ang. Hal ini sesuai dengan
surat al-Israa ayat 34 sebagai berikut :

 
 













 
 
Dan janganlah kam u m endekat i
hart a anak yat im , kecuali dengan cara
yang lebih baik (berm anfaat ) sam pai
ia dew asa dan penuhilah janji;
Sesungguhnya janji it u past i dim int a
pert anggungan jawabnya.
Dengan demikian, adanya unsur
m em enuhi
janji
dalam
bent uk
pem bayaran hut ang m enjadikan alHaw alah dalam perekonom ian Islam
m em iliki dua fungsi yang bersifat sim ult an dalam pelaksanaanya. Pert ama , unt uk menjamin t erpenuhinya
pert anggungjaw aban pada Allah Sw t .
Kedua , memudahkan dan m elindungi

hak para pihak yang m elakukan
hut ang piut ang.

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

Keberadaan al-Hawalah sebagai
salah sat u ent it as budaya M uslim
pada m asa aw al Islam yang m em ilki
t ujuan m ulia t ersebut t erus dipert ahankan dalam perekonomian Islam
m odern saat ini dengan beberapa
m odifikasi. Perubahan al-Haw alah
t ersebut tidak m enyangkut pada
dasar hokum kebolehan m elakukan
pengalihan
pembayaran
hut ang,
m elainkan sebat as pada elem enelem en al-Haw alah. Adapun fact or
yang m enyebabkan adanya m odifikasi
al-Haw alah dikarenakan lat ar penerapan al-Haw alah saat ini berada
dalam kebijakan m akro yang berbeda

dengan kebijakan m akro pada aw al
saat dilahirkannya al-Haw alah.
Pada saat aw al dilahirkannya, alHaw alah dikem bangkan pada m asyarakat t radisional yang belum m engenal lem baga perbankan. Sedangkan pengem bangan al-Haw alah pada
saat ini m em iliki kait an erat dengan
kebijakan m akro yang diant aranya
dikendalikan m elalui lem baga perbankan.
Adapun bent uk m odifikasi alHaw alah di lem baga perbankan syariah adalah m enyangkut pengam bilan
fee dan posisi M uhil sebagai orang
t idak t erbebas dari hut ang sebagaim ana pada m asa aw al praktik alHaw alah. Adanya perubahan-perubahan ini berpotensi m enim bulkan
kesalahpaham an di ant ara umm at
Islam yang belum mengetahui dasardasar pertim bangan dilakukannya

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

m odifikasi al-Haw alah di perbankan
syariah.

Mengenal al-Hawalah dalam Fikih
Dalam Kit ab al-Fiqh ‘ala alM adzahibi al-Arba’ah yang ditulis
oleh Abd al-Rahm an al-Jaziri t elah

dijelaskan bent uk al-Hawalah secara
ant ropologis m aupun norm ative. Secara ant ropologis, al-Haw alah dapat
dit em ukan dalam bahasa sehari-hari
yang dikembangkan dalam bahasa
Arab.
Al-Hawalah (‫ )اﻟﺤﻮاﻟﺔ‬adalah
bent uk m ashdar dari ‫ ا ﺣﺎ ﻟﺔ‬yang
secara et im ologi bermakna berpindah
dari sat u t em pat ke t em pat yang lain.
Adapun pengert ian secara bahasa
adalah m em indahkan barang sepert i
m em indahkan bot ol dari sat u t em pat
at au t em pat yang lain at au m em indahkan hut ang dari sat u perjanjian hut ang kepada perjanjian hut ang yang lain. Sedangkan pe-ngert ian
secara normat if al-Hawalah adalah
m em indahkan hut ang dari perjanjian
hut ang yang sat u dengan perjanjian
hut ang yang lain dengan jum lah
hut ang yang sam a. Sem ent ara it u
Wahbah az-Zuhaili dengan m engut ip
kit ab al-Inayah m endefinisikan alHaw alah sebagai perpindahan dari

Ashil (M uhil) kepada M uhal Alaih
(orang yang bert anggungjaw ab set elah adanya akad Haw alah).
Al-Haw alah sebagai ornam ent
budaya m asyarakat Arab pada m asa
aw al Islam dalam m elakukan peng-

alihan pembayaran hut ang mendapat kan just ifikasi hokum m elalui alQur’an dan al-Hadit s. Al-Haw alah
m engandung nilai t olong m enolong
sebagaim ana dijelaskan dalam surat
al-M aidah ayat 2 sebagai berikut :



 




 


















 
 
 



  










 





   




Hai orang-orang yang berim an,
janganlah kam u m elanggar syi'ar-

syi'ar Allah, dan jangan m elang-gar
kehorm at an bulan-bulan haram[390],
jangan (mengganggu) binat ang-binat ang hadya dan binat ang-binat ang
qalaa-id, dan jangan (pula) m engganggu orang-orang yang m engunjungi
Bait ullah
sedang
m ereka
m encari kurnia dan keredhaan dari
Tuhannya dan apabila kam u Telah
m enyelesaikan ibadah haji, M aka
bolehlah berburu. dan janganlah
sekali-kali
kebencian(m u) kepada
sesuat u kaum Karena mereka m enghalang-halangi kam u dari M asjidilharam , mendorongm u berbuat aniaya
(kepada mereka). dan t olong-m enolonglah kam u dalam (m engerjakan)

kebajikan dan t akw a, dan jangan
t olong-m enolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. dan bert akw alah
kam u kepada Allah, Sesungguhnya
Allah am at berat siksa-Nya.
Sedangkan dasar hukum lainnya
yang secara rinci jelas mengarah pada
pem bolehan m engalihkan pem bayaran hut ang adalah sat u hadit s yang
dikut ip oleh Ibn Rusyd dalam Kit ab
Bidayah al-M ujt ahid sebagai berikut :

‫ وادا اﺣﯿﻞ اﺣﺪﻛﻢ ﻋﻠﻲ ﻏﻨﻲ‬, ‫ﻣﻄﻞ اﻟﻐﻨﻲ ﻇﻠﻢ‬
(‫ﻓﻠﯿﺴﺘﺤﻞ )اﺧﺮﺟﮫ اﻟﺒﺨﺎري و اﺣﻤﺪ‬
Penangguhan orang kaya (unt uk
t idak bayar hut ang) itu aniaya, dan
apabila salah seorang kam u dipindahkan kepada orang kaya, hendaklah
ia m enerim anya (HR. Bukhori dan
Ahm ad)

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011


Berdasarkan
pada
kebolehan
m engalihkan pem bayaran hut ang
t ersebut , para fuqaha salaf telah
m enyusun rukun dan syarat sebagai
t anda sah dilakukannya al-Haw alah
m enurut agam a.
Im am Syafii sangat rinci dalam
m engemukakan rukun al-Haw alah
yait u ; M uhil, M uhal, M uhal Alaih,
piut ang M uhal ke M uhil, Hut ang
M uhil kepada M uhal Alaih dan yang
t erakhir adalah sighat. Adapun syarat
al-Haw alah m eliputi 6 syarat yang
dapat diringkas m enjadi 4 syarat
yait u kerelaan M uhil,M uhal, M uhal
Alaih, piut ang M uhal diket ahui kadar
m aupun sifat nya, hut ang M uhal Alaih
bersifat lazim , kesam aan jum lah
hut ang m uhil kepada M uhal dan
piut ang M uhil kepada M uhal Alaih.

Pemaham an al-Haw alah sebagaim ana dijelaskan di at as dapat
dicont ohkan sebagai berikut . M isalnya Pihak Pert am a m em injam kan
sejum lah uang kepada Pihak Kedua,
nam un sebelum nya pihak pert am a
t elah m em injam kan uang kepada
Pihak Ketiga dengan jum lah pinjam an
yang sam a dengan pihak kedua.
Dalam kont eks praktik Haw alah pihak
pert am a dapat m em buat perjanjian
dengan Pihak Kedua dan Pihak Ketiga
agar pihak ketiga dapat mem bayar
hut ang pihak pertam a kepada pihak
Kedua.
Secara garis besar praktik alHaw alah dalam konsep dasar fikihnya
sebagai berikut :

Waktu
Akad Hawalah

Muhal Alaih Berhutang Muhil Berhutang Muhal
Pihak Ketiga
Pihak Pertama
Pihak Kedua

Membayar Hutang Muhil
Sebelum
Gambar 1. Konsep al-Hawalah Ulama Syafiiyyah

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

Kini

Sedangkan di kalangan fuqaha
Hanafiyah m engem ukakan rukun alHaw alah sangat sederhana nam un
progresif yait u sighat ijab dan Kabul.

Ulama Hanafiah t idak m ensyarat kan
M uhal Alaih m em iliki hut ang kepada
M uhil ( ‫ﻻ ﯾﺴﺘﺮط ان ﯾﻜﻮن ﻟﻠﻤﺤﯿﻞ دﯾﻦ ﻋﻠﻲ‬
‫) اﻟﻤﺤﺎل ﻋﻠﯿﮫ‬

Muhil
Hutang

Muhal Alaih

Membayar

Muhal

Gambar 2. Skema al-Hawalah dalam Konsep Ulama Hanafiah
Sebagai salah sat u bent uk perjanjian, al-Haw alah dapat berakhir
dalam beberpa keadaan yait u :
1. Karena dibat alkan at au fasakh
2. Hilangnya hak M uhal Alaih
karena meninggal dunia at au
bangkrut at au ia m engingkari
adanya
akad
al-Haw alah
sem ent ara M uhal t idak dapat
m enghadirkan saksi
3. Jika
M uhal
Alaih
telah
m elaksanakan kew ajibannya
kepada M uhal
4. M eninggalm ua M uhal, sem ent ara M uhal Alaih m ew a-

5.
6.

7.

risi hart a haw alah karena
pew arisan merupakan salah
sat u sebab kepem ilikan. Jika
akad ini haw alah muqayyadah, m aka berakhirlah sudah
akad haw alah.
Jika M uhal menghibahkan
hart anya kepada M uhal Alaih
Jika M uhal m enyedahkan
hart a
al-Haw alah
kepada
M uhal Alaih
Jika M uhal m enghapusbukukan kew ajiban membayar
hut ang kepada M uhal Alaih

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

Pengembangan Al-Hawalah Dalam
Perekonomian Islam Modern
Islam sebagai agam a yang berpangkal pada keim anan pada Allah
Sw t ., sist em ajarannya memiliki
kem anfaat an di dunia dan akhirat
secara sim ult an. Artinya ajaran Islam
yang dikem bangkan
dengan baik
didunia akan m em iliki dam pak positif
t idak saja di dunia tet api juga di
akhirat sekaligus. Dalam im an, Seorang M uslim / M uslim ah t idak saja
dit unt ut unt uk m enget ahui dzat Allah
Sw t ., t et api juga t unduk dan pasrah
pada ket ent uan Allah dalam set iap
t indakannya, baik dalam bidang
ibadah m aupun m uam alah.
Dalam hal ini, kit a dapat menyaksikan
kekonsist enan para fuqaha
salaf yang sangat luar biasa m engaw al
ram bu-ram bu kepat uhan t erhadap
ket ent uan Allah ini m elalui beberapa
kaidah fikih sebagai berikut :

‫اﻻﺻﻞ ﻓﻲ اﻟﻌﺒﺎد ا ت اﻟﺘﻮﻗﯿﻒ‬
‫اﻻﺻﻞ ﻓﻲ اﻟﻤﻌﺎ ﻣﻠﺔ اﻻﺑﺎﺣﺔ ﺣﺘﻲ ﯾﺪل اﻟﺪﻟﯿﻞ‬
‫ﻋﻠﻲ اﻟﺘﺤﺮﯾﻤﮫ‬
Keberadaan
kaidah
di
at as
m enjelaskan pada kit a tent ang keharusan t iap t indakan M uslim / M uslim ah
dalam beribadah m aupun berm uam alah t unduk pada ket ent uan Allah
Sw t . yang diket ahui baik m elalui ayat
kauniyah m aupun qauliyah.
Dalam konteks
m uam alah ,
bent uk ket erikat an t indakan M uslim /
M uslim ah unt uk pat uh dalam ket en-

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

t uan Allah diant aranya dapat dilihat
pada aplikasi
al-Hawalah
pada
perekonomian Islam sejak pada m asa
nabi M uhamm ad hingga m asa sekarang. Nam un, penenerapan
alHaw alah dalam perekonom ian pada
m asa Nabi M uham mad berbeda
dengan penerapannya pada perekonom ian Islam m odern saat ini. Pada
m asa Nabi M uhamm ad, al-Hawalah
dilakukan dalam t at aran m ikro m aupun m akro yang diw arnai dan dipengaruhi oleh perilaku individu dan
nilai-nilai yang bersum ber pada alQur’an m aupun al-Sunnah. Pada m asa
perekonomian Islam m odern saat ini,
al-Hawalah juga dit erapkan secara
m ikro m aupun secara m akro. Nam un
penerapan al-Haw alah secara m akro
dalam perekonomian Islam m odern
m enunt ut perluasan dasar hokum
yang bisa saja t idak sesuai dengan
st rukt ur dasar al-Haw alah, diant aranya adalah prinsip-prinsip Bank
Indonesia m enyangkut liquidit as, rent abilit as
dan
solvabilit as
dan
Perat uran Bank Indonesia Nom or
7/ 46/ PBI/ 2005yang bert um pu pada
Fat w a DSN- M UI No. 12/ DSNM UI/ IV/ 2000 t ent ang Haw alah dan
Fat w a DSN-M UI No. 58 / DSNM UI/ V/ 2007 tent ang Haw alah bil
ujroh
Konsekuensi diim plem ent asikannya al-Haw alah dalam syst em perekonom ian
Islam
m odern
pada
akhirnya m enunt ut penyesuaian-penyesuaian dengan ketent uan yang

berlaku, sepert i tidak t erpenuhinya
syarat M uhal Alaih memiliki hut ang
yang semisal dengan hut ang M uhil ke
M uhal sebagaim ana dikem ukakan
ulam a di kalangan Syafiiyyah dan
dibolehkannya mengam bil keunt ungan dalam bent uk fee jasa penagihan
yang besarnya m em perhat ikan besar
kecilnya resiko t idak t ert agihnya
hut ang.
Hal ini diperkuat oleh pendapat
M . Syafii Ant onio, dalam bukunya
Bank Syariah dari Teori ke Prakt ik,
diant ara m anfaat diadopsinya al-

Haw alah sebagai produk bank adalah
:
1.
Unt uk menyelesaikan ut ang
piut ang secara cepat dan sim ult an
2.
Tersedianya talangan dana
unt uk hibah bagi yang m em but uhkan
3.
Sebagai salah sat u fee based
income bagi bank syariah.
Skem a al-Haw alah di perbankan
Syariah dapat dilihat pada cont oh
yang diberikan oleh Veit hzal dan
Andria Perm at a Veit hzal dalam
bukunya Islamic Financial M anagement sebagai berikut :

Penunjukkan supplier

(1)
Supply Barang

2

Invoice 3
PT. Carefour Ind

PT. Nyiur Melambai

(Pembeli/Muhil)

(Suplier/Muhal)

Tagih (invoice (7)

Akad Hawalah (4)

Bayar (8)
Invoice (5)

55(5)
Bayar (6)

Bank Syariah (Muhal alaih)
Gambar 2. Contoh Skema al-Hawalah di Perbankan Syariah

Analisis

M erujuk pada Hadit s t ent ang
dibolehkannya pengalihan pem bayar-

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

an hut ang sebagaim ana disebut kan di
at as, m aka m enghidupkan al-Haw alah
dalam perekonomian Islam m odern
t idak bertent angan dengan ketent uan
Islam. Bahkan hal ini dapat dijadikan
sebagai bent uk kem udahan (rukhshoh ) bagi orang yang memiliki
hut ang dan dalam keadaan kesulit an
dalam m em bayar kew ajibannya, t et api m asih memiliki asset pada pihak
lain.
M aka
unt uk
m em ast ikan
kew ajibannya dalam
mem bayar
hut angnya pada pihak lain dapat
m elakukan al-Hawalah.
Dalam kont eks ini, al-Haw alah
dim aksudkan unt uk m em enuhi janji
yang secara t ersirat ada pada hut ang
piut ang. Dalam al-Qur’an dijelaskan
bahw a m em enuhi janji m erupakan
salah sat u perilaku yang mengandung
kebaikan
yang
set ara
dengan
perilaku-perilaku kebaikan lainnya
sepert i berim an pada Allah, M alaikat ,
Kit a, Nabi m em bagikan hart a yang
disukainya pada kerabat dekat , anak
yat im dsb., hal ini t elah dijelaskan dal
surat al-Baqarah : 177 sebagai berikut
:











































 





 









Bukanlah m enghadapkan w ajahm u ke arah t im ur dan barat it u suat u
kebajikan, akan t et api Sesungguhnya
kebajikan it u ialah berim an kepada
Allah, hari Kem udian, m alaikat m alaikat , kit ab-kit ab, nabi-nabi dan
m em berikan hart a yang dicint ainya

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

kepada kerabat nya, anak-anak yatim ,
orang-orang m iskin, m usafir (yang
m em erlukan pert olongan) dan orangorang yang m em int a-mint a; dan
(m em erdekakan)
ham ba
sahaya,
m endirikan shalat , dan m enunaikan
zakat ; dan orang-orang yang menepat i janjinya apabila ia berjanji, dan
orang-orang yang sabar
dalam
kesem pit an, penderit aan dan dalam
peperangan. mereka It ulah orangorang yang benar (im annya); dan
m ereka It ulah orang-orang yang
bert akw a.
Dalam hal ini. adanya keset araan
pem enuhan janji dalam hut ang piut ang dengan im an dan takw a m enunjukkan bahw a melaksanakan alHaw alah merupakan bagian dari
keimanan dan ket akw aan yang
bersifat sinergis. Bahw a seorang yang
berim an pada Allah Sw t . semest inya
dapat menggerakkan ket akwaan dan
m enghasilkan
akhlak m ulia dalam
bent uk mem enuhi janji diant aranya
dalam m em bayar hut ang. Hubungan
sinergis ini bersifat m engunci sat u
sam a lain sehingga dapat m enghasilkan suat u gerak yang harm onis
dalam orbit nya sebagaim ana dapat
dijelaskan dalam skem a sebagai
berikut :

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

Gam bar 3. Skem a Hubungan Sinergis
Keim anan, ket akw aan dan Pem enuhan Janji dalam Hut ang
Dengan dem ikian, dalam perspekt if m ikro ekonom i, seorang M uslim
at au M uslim ah w ajib mem bayar
hut angnya baik dengan m elakukan
pem bayaran sendiri m aupun dengan
m elakukan al-Haw alah . Hal ini sesuai
landasan normat if dan elemen-elem en al-Haw alah sebagai salah sat u
ent it as budaya yang pernah berkembang pada m asa Nabi M uhamm ad
dan sesuai dengan pem ikiran m ainst ream fikih di kalangan Syafiiyyah.
Im plem ent asi
al-Haw alah
di
perbankan syariah sebagaim ana dicont ohkan oleh Veit hzal Rifai dan
Andria Perm at a Veit hzal sebagian
besar memiliki kesesuaian dengan
fikih di kalangan ulam a Hanafiah.
Kesesuaianya t erlet ak pada posisi
M uhal Alaih sebagai pem bayar hut ang pada M uhal t idak memiliki
hut ang pada M uhil. Sedangkan let ak

ket idaksesuaiannya t erlet ak pada
pengam bilan fee dan posisi M uhil
yang just ru berhut ang pada M uhal
Alaih. Sedangkan jika ditinjau dari
perspekt if fikih di kalangan ulam a
Syafiiyyah, im plement asi al-Haw alah
di perbankan syariah t idak memiliki
kesesuaian.
Nam paknya perbedaan yang ada
hanya pada penem pat an dan penam bahan
elem en-elemen
alHaw alah. Terut am a pada elem en
M uhil yang m em iliki posisi sebagai
orang yang t erbebas dari hut ang
m enjadi orang yang m em iliki hut ang,
elem en M uhal Alaih yang dalam fikih
Syafiiyah m emiliki hut ang pada M uhil
just ru t idak m em iliki hut ang pada
M uhil dan adanya penam bahan
elem en fee sebagai ujroh pengalihan
hut ang. Namun m enyangkut t ujuan
im plem ent asi al-Haw alah di perbankan syariah sam a dengan t ujuan
al-Haw alah pada konsep asalnya yait u
sebagai sarana pengalihan mem bayar
hut ang dan ini, tidak bert ent angan
dengan sum ber hukum Islam . Dengan
demikian dapat ditarik garis benang
m erah bahw a im plem ent asi al-Haw alah pada syst em perekonomian Islam
m odern t elah m engalam i perubahan.
Keadaan ini m enim bulkan pert anyaan
apakah perubahan al-Haw alah yang
dilakukan pada saat ini dibolehkan?
Pada prinsipnya, budaya yang bisa
m endapat legalit as syar’i adalah
budaya yang berlaku secara t et ap,
dengan dem ikian budaya yang ber-

ubah-ubah tidak akan m endapat legalit as syar’i karena dapat m enim bulkan
kerancuan dalam pelaksanaannya
kecuali ada penjelasannya.
M odifikasi al-Haw alah yang dim plement asikan di bank syariah tidak
m enyangkut merubah dalil sebab
hukum kebolehan m engalihkan pem bayaran hut ang didasarkan pada
sum ber hokum Islam t idak dapat
dirubah secara m ut lak. Sem ent ara it u
hokum yang m endasari penyusunan
elem en-elem en al-Haw alah dilakukan
berdasarkan
pada
pertim bangan
w akt u at au zam an sehingga m asih
m em ungkinkan unt uk dirubah. Hal ini
sesuai dengan kaidah yang berbunyi :

‫ ﻻ اﺧﺘﻼف ﺣﺠﺔ‬, ‫اﻧﮫ اﺧﺘﻼف ﻋﺼﺮ وزﻣﺎن‬
‫وﺑﺮھﺎن‬
Perubahan hukum it u hanya
karena perbedaan zam an dan w aktu,
bukan karena perbedaan hujjah at au
dalil.
Penerapan al-Haw alah di perbankan syariah m enem ukan m om ent um nya pada fungsi bank sebagai
jant ung perput aran keuangan. M enurut
M udrajad
Kuncoro,
dalam
bukunya M anajemen
Perbankan ,
m enjelaskan fungsi ut am a bank
adalah :
1.
Sebagai lem baga penghim pun dana m asyarakat dalam bent uk
sim panan
2.
Sebagai lem baga yang m enyalurkan dana ke m asyarakat dalam

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

bent uk kredit
dan
pem biayaan
(penulis)
3.
Sebagai lem baga yang m elancarkan t ransaksi perdagangan dan
peredaran uang.
Dalam hal ini keberadaan fungsi
bank sebagai agen penyalur dana ke
m asyarakat dan agen yang m elancarkan transaksi perdagangan dan
peredaran uang t ent u sangat dibut uhkan oleh m asyarakat yang ingin
m enerim a dana dari bank yang
diant aranya digunakan unt uk m embayar hut ang. Fakt a ini m enunjukkan
adanya relevansi ant ara konsep asal
al-Haw alah sebagai pengalihan pem bayaran hut ang dengan fungsi bank
syariah sebagai penyalur
dana.
Kondisi inilah yang m em ungkinkan
dilakukannya konversi fungsi bank
sebagai agen penyalur dana m enjadi
M uhal Alaih yang berfungsi m em bayar hut ang M uhil kepada M uhal
dalam kont eks al-Haw alah.
Sedangkan posisi M uhil yang
t iidak bisa t erbebas dari hut ang
karena ia m enggunakan dana m asyarakat , sehingga ia berkew ajiban unt uk
m em bayarnya
juga.
Sem ent ara
penarikan fee sebagai ujroh pengalihan hut ang dikait kan dengan
prinsip rent abilit as yang ada dalam
bank sebagai badan
usaha unt uk
m endapatkan keunt ungan. Apabila
keadaan ini bisa dipahami dan dapat
dilaksanakan secara ajeg dalam
syst em perekonomian Islam m odern
ut am anya di bank syariah, m aka

M aslahah, Vol.2, No. 1, M aret 2011

hukum al-Haw alah di perbankan
syariah dapat dit erim a, sesuai dengan
kaidah ‫ اﻟﻌﺎ دة اﻟﻤﺤﻜﻤﺔ‬dengan beberapa
pert im bangan.
Pert ama, penerapan al-Haw alah di
bank syariah tidak m erubah dalil
kebolehan pengalihan hut ang. Kedua ,
ent it as budaya al-Haw alah dalam form at baru tidak bert ent angan dengan syar’I karena tidak mengandung
unsur kezalim an dan kerusakan.

Kesimpulan
Set elah mengkaji keberadaan alHaw alah dan dan pengem bangannya
dalam syst em Perekonom ian Islam
m odern dapat disim pulkan bahw a :
1.
Penerapan al-Haw alah saat
ini t et ap m engacu pada sum ber
hokum Islam yang m em bolehkan
m elakukan pengalihan pem bayaran
hut ang
2.
Beberapa perubahan penem pat an dan penambahan elem en alHaw alah pada saat ini dikarenakan
adanya perbedaan
lat ar pengem bangan al-Haw alah pada saat ini
dengan al-Haw alah pada saat aw al
pem bent ukannya.

3.
Relevansi konsep aw al alHaw alah dengan perekonomian Islam
m odern terlet ak pada adanya fungsi
bank syariah sebagai bagian dari
st rukt ur perekonomian Islam m odern
sebagai penyalur dana ke m asyarakat

yang posisinya dapat dikonversi
m enjadi
M uhal
Alaih
sebagai
pem bayar hut ang.

Daftar Rujukan
Abd al-Rahm an al-Jaziri, al-Fiqh ala alM adzahibi al-Arba’ah, juz II, Dar
al-Hadit s al-Kohiroh
Ibn Rusyd, Bidayah al M ujtahid w a
Nihayah al-M uqt ashid , M akt abah
Wa M at ba’ah Karyat a Put era
Sem arang
M . Syafii Ant onio, Bank Syariah Dari
Teori ke Praktik, Gem a Insani
Press Jakart a
M aim un Zubair, Formulasi Nalar Fikih
; Telaah Kaidah Fikih Konsept ual,
Kaki Lima , Khalist a Surabaya
M udrajad Kuncoro dan Suharjono,
M anajemen Perbankan Teori dan
Aplikasi , Fakult as Ekonomi UGM
Yogyakart a
Veit hzal Rifai dan Andria Perm at a
Veit hzal,
Islamic
Financial
M anagement , Rajaw ali
Press
Jakart a

M aslahah , Vol.2, No. 1, M aret 2011

Dokumen yang terkait

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IBN QAYYIM: RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN MODERN.

0 0 44

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IBN SINA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN MODERN

0 0 22

PEMIKIRAN MUHAMMAD QURAISH SHIHAB (RELIGIUS-RASIONAL) TENTANG PENDIDIKAN ISLAM DAN RELEVANSINYA TERHADAP DUNIA MODERN

0 0 16

MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN RELEVANSINYA DENGAN MANAJEMEN MODERN - Raden Intan Repository

0 1 23

PENDIDIKAN ISLAM DAN RELEVANSINYA DALAM KONTEKS MODERN A. Penegasan Judul - NILAI-NILAI TASAWUF AL-GHAZALI DALAM PENDIDIKAN ISLAM DAN RELEVANSINYA DALAM KONTEKS MODERN - Raden Intan Repository

0 0 21

NILAI-NILAI TASAWUF AL-GHAZALI DALAM PENDIDIKAN ISLAM DAN RELEVANSINYA DALAM KONTEKS MODERN - Raden Intan Repository

0 0 32

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI TASAWUF AL-GHAZALI DALAM PENDIDIKAN ISLAM DAN RELEVANSINYA DALAM KONTEKS MODERN A. Corak Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali - NILAI-NILAI TASAWUF AL-GHAZALI DALAM PENDIDIKAN ISLAM DAN RELEVANSINYA DALAM KONTEKS MODERN - Raden Intan R

0 0 33

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF MUHAMMAD ABDUSSALAM AL-AJAMI DALAM KITAB AT TARBIYATUL AL ISLAM AL USHUL WA AT TATHBIQOT DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN MODERN - STAIN Kudus Repository

0 4 151

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF MUHAMMAD ABDUSSALAM AL-AJAMI DALAM KITAB AT TARBIYATUL AL ISLAM AL USHUL WA AT TATHBIQOT DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN MODERN - STAIN Kudus Repository

0 0 6

KONSEP KEHORMATAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN MASYARAKAT MODERN

0 0 87