REVISI PERATURAN BERSAMA Kepala Desa hukum

PERATURAN BERSAMA
KEPALA DESA

:

KEPALA DESA

:

KEPALA DESA

:

KEPALA DESA

:

KEPALA DESA

:


KEPALA DESA

:

KEPALA DESA

:

KEPALA DESA

:

KEPALA DESA

:

………………………

………………………


………………………

………………………

………………………

………………………

………………………

………………………

………………………


Nomo
r
Nomo
r
Nomo

r
Nomo
r
Nomo
r
Nomo
r
Nomo
r
Nomo
r
Nomo
r

: ………………………

: ………………………

: ………………………


: ………………………

: ………………………

: ………………………

: ………………………

: ………………………

: ………………………


TENTANG

KERJASAMA ANTAR DESA
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
KEPALA DESA
KEPALA DESA
KEPALA DESA

KEPALA DESA
KEPALA DESA
KEPALA DESA
KEPALA DESA

: …………………………

: …………………………

: …………………………

: …………………………

: …………………………

: …………………………

: …………………………



Menimbang

:

a. bahwa sesuai pasal 91 Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa dapat mengadakan kerja
sama dengan Desa lain dan/atau kerja sama dengan
pihak ketiga;
b. bahwa dalam rangka pelaksanakan kerjasama antar
desa mengacu pada ketantuan Pasal 92 UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014;
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
membentuk peraturan bersama kepala Desa
Tentang Badan Kerjasama Antar Desa.

Mengingat

: 1.


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

2.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);

3.

Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5539);

4.


Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5694);

6.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006

Tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme
Penyusunan Peraturan Desa;

7.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2007
Tentang Kerjasama Desa;

8.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan di Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2091);

9.

Peraturan
Menteri
Desa,

Pembangunan
Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
2 Tahun 2015
Tentang
Pedoman
Tata
Tertib
dan
Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa;

10. Peraturan
Menteri
Desa,
Pembangunan
Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
4 Tahun 2015
Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, Dan

Pembubaran Badan Usaha Milik Desa;
11. Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 05
Tahun 2006 Tentang Kerjasama Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Tulungagung Tahun 2006 Nomor 4 Seri D);
12. Peraturan Desa …………………… Nomor …… Tahun ……
Tentang Kerjasama Desa;
13. Peraturan Desa …………………… Nomor …… Tahun ……
Tentang Kerjasama Desa;
14. Peraturan Desa …………………… Nomor …… Tahun ……
Tentang Kerjasama Desa;
15. Peraturan Desa …………………… Nomor …… Tahun ……
Tentang Kerjasama Desa;
16. Peraturan Desa …………………… Nomor …… Tahun ……
Tentang Kerjasama Desa;
17. Peraturan Desa …………………… Nomor …… Tahun ……
Tentang Kerjasama Desa;
18. Peraturan Desa …………………… Nomor …… Tahun ……
Tentang Kerjasama Desa.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bersama Kepala Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Kepala Desa adalah Kepala Desa yang besepakat membentuk Peraturan
bersama kepala desa ini.
2. BPD adalah Badan Permusyawaratan Desa di Desa-Desa yang memutuskan
untuk melaksanakan Kerjasama Antar Desa dengan membentuk Badan
Kerjasama Antar Desa Kecamatan........... Kabupaten................
3. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asalusul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
4. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
ditetapkan secara demokratis.

5. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah
antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
6. Musyawaraha antar desa adalah forum musyawarah tertinggi untuk
pengambilan keputusan yang dihadiri oleh seluruh anggota Badan Kerjasama
Antar Desa.
7. Kerjasama Desa adalah suatu rangkaian kegiatan bersama antar desa atau
desa dengan pihak ketiga dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan.
8. Delegasi Desa adalah tim yang dibentuk melalui musyawarah desa untuk
mewakili desa dalam badan kerjasama antar desa.
9. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) adalah lembaga yang didirikan untuk
menjadi pelaksana kerjasama antar desa di tingkat kecamatan yang terdiri
dari anggota-anggota Badan Kerjasama Desa.
10.Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa, adalah perangkat kelembagaan yang
bertugas menjalankan operasionalisasi bidang-bidang kegiatan yang
dikerjasamakan dalam Badan Kerjasama antar Desa, disingkat menjadi Unit
Kerja BKAD.
11.Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

12.Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala
Desa
setelah
dibahas
dan
disepakati
bersama
Badan
Permusyawaratan Desa.
13.Peraturan Bersama Kepala Desa adalah peraturan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa dari 2 (dua) Desa atau lebih yang melakukan kerja sama antarDesa.
14.Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
15.Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
16.Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
17.Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa,
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
atau perolehan hak lainnya yang sah.

18.Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian
dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap,
keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan
sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan
pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan
masyarakat Desa.
19.Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
20.Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

21.Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
22.Menteri adalah menteri yang menangani Desa.
BAB II
JENIS DAN RUANG LINGKUP KERJASAMA ANTAR DESA
Pasal 2
Ruang lingkup kerjasama antar desa yang diatur didalam keputusan bersama
kepala desa ini meliputi :
a. Kerjasama antar desa dalam wilayah Kecamatan
b. Kerjasama antar desa dengan pihak ketiga
Pasal 3
Ruang lingkup kegiatan
kerjasama antar desa yang disepakati untuk
dilaksanakan adalah kerjasama pelestarian sistem kelembagaan dan aset
Program PNPM Mandiri Perdesaan dan Program Pemberdayaan Masyarakat
lainnya termasuk pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk
mencapai nilai ekonomi yang berdaya saing, kegiatan sosial kemasyarakatan,
pelayanan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat antar desa dan/atau
keamanan ketertiban.

Pasal 4
Bidang kegiatan kerjasama antar desa yang dapat dilakukan untuk memenuhi
ruang lingkup kegiatan sebagaimana didalam pasal 3 adalah :

a.

Kerjasama pengelolaan asset dana bergulir milik masyarakat desa-desa di
kecamatan……………… oleh unit kerja pelaksana Kerjasama Antar Desa.

b.

Kerjasama pelestarian sarana dan prasarana dalam bentuk penyelenggaraan
monitoring, evaluasi dan penguatan kapasitas lembaga pelestarian hasilhasil kegiatan di desa oleh unit kerja pelaksana Kerjasama Antar Desa yang
membidang pelestarian sarana dan prasarana.

c.

Kerjasama pengembangan potensi sumber daya dan asset desa melalui
pengembangan ekonomi perdesaan.

d.

Kerjasama advokasi kebijakan publik, hasil-hasil perencanaan pembangunan
partisipatif kepada pemerintah daerah dan DPRD demi terwujudnya
integrasi sistem perencanaan didukung regulasi dan penganggaran yang
dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat.

e.

Kerjasama penanganan permasalahan dana bergulir yang disebabkan oleh
masalah manajerial maupun implementasi kegiatan

f.

Kerjasama pengembangan kapasitas masyarakat dan kelembagaan melalui
pengembangan pelatihan oleh unit kerja pelaksana Kerjasama Antar Desa
yang membidangi penguatan kapasitas masyarakat.
Pasal 5

Kerjasama Antar Desa dengan pihak ketiga dapat dilakukan dalam bidang :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

peningkatan perekonomian masyarakat desa;
peningkatan pelayanan pendidikan;
kesehatan;
sosial budaya;
ketentraman dan ketertiban;
pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan;
g. tenaga kerja;
h. pekerjaan umum;
i. batas desa; dan
j. lain-lain kerjasama yang menjadi kewenangan desa.

BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 6
Kerjasama Antar Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dimaksudkan untuk
kepentingan desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pasal 7
(1)

Kerjasama Antar Desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
bersama dan mencegah ketimpangan antar Desa;

(2)

Kerjasama Antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berorientasi
pada kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.

BAB IV
PELAKSANA KERJASAMA ANTAR DESA

Bagian Kesatu
Lembaga Pelaksana Kerjasama Antar Desa
Pasal 8
Pelaksana Kerjasama
Kecamatan……

Antar

Desa

adalah

Badan

Kerjasama

Antar

Desa

Pasal 9
Badan Kerjasama Antar Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 terdiri dari :
a. Anggota Badan Kerjasama Antar Desa, seluruh anggota Delegasi Desa
b. Pengurus Harian Badan Kerjasama Antar Desa; dan
c. Unit-Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa
Pasal 10
Anggota BKAD sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf (a) adalah seluruh
anggota Delegasi Desa dari desa-desa yang bersepakat melakukan Kerjasama
Antar Desa.

Pasal 11
Pengurus harian BKAD sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 Huruf (b) terdiri
dari:
a. Ketua
b. Sekertaris ; dan
c. Bendahara
Bagian Kedua
Persyaratan Pengurus Harian Badan Kerjasama Antar desa
Pasal 12
Pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa berasal dari anggota Badan
Kerjasama Antar Desa, yang telah diseleksi dan dinyatakan memenuhi syarat
untuk dipilih menjadi pengurus harian dalam Musyawarah Antar Desa.
Pasal 13
(1) Dalam rangka mengoptimalkan peran yang harus dijalankan, seseorang
yang akan mencalonkan diri menjadi pengurus BKAD harus memiliki
kualifikasi minimal, sebagai berikut:

a. Jujur.
b. Bertanggung jawab.
c. Mempunyai jiwa kader dan pengabdian kepada masyarakat
d. Mempunyai pengalaman dalam organisasi
e. Mempunyai bakat kepemimpinan lokal
f. Memiliki visi dan perspektif membangun masyarakat
g. Mempunyai ketrampilan komunikasi dan fasilitasi.
h. Mempunyai kemampuan/keterampilan
dalam melakukan resolusi
penyelesaian masalah.
i. Mempunyai motivasi untuk mengembangkan lembaga dan atau
organisasi.
(2) Kualifikasi sebagaimana dimaksud didalam ayat 1 perlu didukung kapasitas
yang berkaitan dengan bakat, jiwa/karakter, pengalaman sosial, visi,
ketrampilan sosial, pengetahuan.
Bagian Ketiga
Makanisme Pencalonan dan Seleksi Calon Pengurus Harian
Badan Kerjasama Antar Desa
Pasal 14
Langkah-langkah fasilitasi untuk mendapatkan calon pengurus harian Badan
Kerjasama Antar Desa adalah :
1. Sosialisasi ke desa tentang rekrutmen calon pengurus harian
2. Pengajauan nama calon pengurus harian dari tiap desa
3. Seleksi calon pengurus harian
Pasal 15
Seleksi calon pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa dilakukan di
kecamatan, oleh panitia seleksi pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa .
Pasal 16
(1) Panitia seleksi pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa dapat berasal
dari unsur :
a. Kasie Pengembangan dan Perekonomian Masyarakat Desa di Kecamatan
b. Lembaga Swadaya Masyarakat di Kecamatan/Lembaga lain yang
kompeten
c. Unsur masyarakat kecamatan yang kompeten
(2) Fasilitasi proses pembentukan Panitia Seleksi Calon Pengurus Badan
Kerjasama Antar Desa dilakukan oleh Camat/Sekretaris Kecamatan dan dapat
dibantu oleh Fasilitator/Tenaga Pendamping.
Pasal 17
Metode dan proses penjaringan bakal calon pengurus harian Badan Kerjasama
Antar Desa diatur didalam Kerangka Acuan Seleksi yang disusun oleh Panitia
Seleksi Bakal Calon Pengurus Badan Kerjasama Antar Desa.
Pasal 18

Panitia seleksi bakal calon pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa
Sekurang-kurangnya dapat menetapkan 5 (lima) orang calon yang dapat dipilih
menjadi pengurus harian Badan kerjasama Antar Desa dalam Musyawarah Antar
Desa.
Pasal 19
Hasil seleksi oleh panitia seleksi calon pengurus harian Badan Kerjasama Antar
Desa untuk menetapkan calon pengurus yang memnuhi syarat untuk dipilih
menjadi pengurus harian BKAD ditetapkan dengan Surat Keputusan Panitia
Seleksi Calon Pengurus Harian Badan Kerjasama Antar Desa.

Bagian Ketiga
Pemilihan Pengurus Unit-Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa
Pasal 20
(1)

(2)

(3)

Dalam rangka efektifitas pelaksanaan Kerjasama Antar Desa Badan
Kerjasama Antar Desa membentuk unit kerja sesuai bidang yang
dikerjasamakan.
Personil Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa berasal dari tenaga
profesional yang direkrut sesuai dengan kapasitas dan kompetensi yang
dibutuhkan.
Unit kerja Badan Kerjasama Antar Desa sekurang-kurangnya terdiri dari Unit
Kerja Pelaksana Teknis, Unit Kerja Verifikasi dan Unit Kerja Pengawasan
seluruh kegiatan Kerjasama Antar Desa.
Pasal 21

Proses rekrutmen calon pengurus Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa
dilakukan melalui pengumuman terbuka kepada semua desa, untuk selanjutnya
setiap calon yang diusulkan oleh desa diseleksi oleh pengurus harian.
Pasal 22
Calon pengurus Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa yang memenuhi
kualifikasi diajukan oleh pengurus harian kepada Musyawarah Antar Desa untuk
dipilih menjadi pengurus harian berdasarkan suara terbanyak.
Pasal 23
(1) Masa kerja kepengurusan di dalam Badan Kerjasama Antar desa dibatasi
dalam periode kepengurusan yang diatur didalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga dan ditetapkan melalui Musyawarah Antar Desa
(MAD).
(2) Pembatasan periodisasi dimaksudkan untuk melakukan penyegaran,
regenerasi dan pemerataan pengalaman mengurus organisasi. Setelah
berakhir masa bakti seseorang dalam kelembagaan antar desa, maka yang
bersangkutan dapat dipilih dan diangkat kembali di lembaga atau unit kerja
yang berbeda.
Pasal 24
Mekanisme pemilihan pengurus Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa oleh
Musyawarah Antar Desa sebagaimana dimaksud pasal 22 diatur lebih lanjut
didalam Anggaran Dasar Badan Kerjasama Antar Desa.
Pasal 25
Hasil pemilihan pengurus Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa oleh
Musyawarah Antar Desa dituangkan didalam Berita Acara Pemilihan dan

ditetapkan dengan Surat Keputusan Pengurus Harian Badan Kerjasama Antar
Desa.
Bagian keempat
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Badan Kerjasama Antar desa
Pasal 26
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Kerjasama Antar Desa
digunakan :
1. Sebagai acuan dasar bagi organisasi Badan Kerjasama Antar Desa dan UnitUnit Kerja dibawahnya.
2. Sebagai Pedoman dasar hubungan kelembagaan antar desa
3. Sebagai acuan penyusunan Standar Opersional Prosedur (SOP) unit-unit kerja
dibawah Badan Kerjasama Antar Desa
4. Sebagai dasar pengambilan keputusan bagi organisasi
Pasal 27
Dalamrangka menjamin aspirasi dan menumbuhkan rasa memiliki serta
menjunjung tinggi prinsip keterbukaan, penyusunanAnggaranDasardanAnggaran
RumahTanggaBadan Kerjasama Antar Desa harus melibatkan perwakilan BKD
desa serta komponen masyarakat lainnya yang dianggap memiliki kapasitas
dalam menyusun AD/ART tersebut.
Pasal 28
(1) Fasilitasi penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan
Kerjasama Antar Desa dibantu oleh Fasilitator/Pendamping program yang ada
di kecamatan.

(2) Fasilitasi Penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan
Kerjasama Antar Desa di kecamatan yang sudah tidak lagi menjadi lokasi
program pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh Fasilitator/Pendamping
yang ada di kabupaten.
Pasal 29
Hal-hal yang wajib diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
adalah :
a.
b.

Musyawarah Antar Desa (MAD) adalah forum tertinggi pengambilan
keputusan BKAD. Penyusunan dan penetapan AD/ART organisasi dilakukan
dan ditetapkan dalam MAD.
AD sekurang-kurangnya memuat tentang para pendiri BKAD; dasar dan azas
organisasi; visi-misi dan tujuan organisasi; tata cara pembentukan dan

c.
d.
e.

pembubaran organisasi; keanggotaan dan kepengurusan; tata cara
pemilihan dan pemberhentian anggota, pengurus atau staf profesional;
kekayaan/harta benda.
ART mengatur tentang, mekanisme kerja dan fungsi, tugas, hak dan
kewajiban, peran dan tanggung jawab BKAD serta tata hubungan dengan
unit-unit kerja dibawahnya.
Kepengurusan BKAD terdiri dari Pengurus Harian dan Anggota.
Pengurus Harian BKAD dengan mempertimbangkan bahwa Pengurus Harian
bekerja secara penuh waktu. Untuk itu diperlukan pengaturan mekanisme
insentif dan biaya operasional kantor.
Tugas Pengurus Harian :
1. Ketua; bertindak sebagai penanggung jawab secara menyeluruh
pengelolaan kegiatan kerjasama antar desa;
2. Sekretaris; bertugas mengerjakan urusan administrasi kesekretariatan
dan membuat laporan pengelolaan seluruh kegiatan dan laporan
rekapitulasi seluruh aktifitas unit kerja dibawahnya.
3. Bendahara; bertugas melakukan pengelolaan keuangan BKAD dan
menyusun laporan keuangan;
4. Anggota BKAD adalah seluruh anggota Delegasi Desa sekaligus
bertindak sebagai mandataris dalam Musyawarah Antar Desa (MAD)
yaitu 6 (enam) orang wakil per desa terdiri dari 1 Kepala Desa, 1 orang
wakil dari BPD, 1 orang wakil dari Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat/nama-sebutan lain yang sejenis, dan 3 (tiga) orang wakil
masyarakat (sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dari keenam wakil
tersebut adalah dari unsur perempuan).
Pasal 30

Dalam menyusun Anggaran Dasar dan Anggran Rumah Tangga beberapa
ketentuan dasar yang perlu diperhatikan adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada,
karakteristik lokal, dan pengalaman selama ini,
Memuat sekurang-kurangnya status definisi dan kepemilikan, keanggotaan
dan keterwakilan, hubungan antar kelembagaan, kewenangan mengambil
keputusan, bentuk-bentuk keputusan, serta sasaran yang harus dicapai.
Menjelaskan definisi dan kepemilikan mencakup ketentuan umum, nama
tempat dan kedudukan, serta azas BKAD.
Menjelaskan keanggotaan dan keterwakilan mencakup keanggotaan,
kepengurusan dan masa bakti.
Pencapaian sasaran menjabarkan visi dan misi BKAD.
Bab tentang ketentuan umum berisi pasal tentang status kepemilikan,
keanggotaan, cara mengambil keputusan, serta kewenangan BKAD.
Bab tentang nama, tempat kedudukan berisi nama dan alamat kedudukan
BKAD.
Bab tentang azas BKAD berisi azas idiil dan azas operasional.
Bab tentang keanggotaan berisi pasal tentang status, hak dan kewajiban
anggota.
Bab tentang kepengurusan berisi pasal tentang syarat-syarat, mekanisme
pemilihan, serta masa bakti.
Bab tentang hubungan kelembagaan berisi pasal-pasal hubungan BKAD
dengan unit-unit kerja yang ada dan kelembagaan pendukung lainnya.

l.

Bab tentang pengambilan keputusan berisi pasal tentang jenjang keputusan
dan bentuk-bentuk keputusan dan bentuk-bentuk kerja sama.
m. Bab tentang visi menjabarkan tentang peran partisipasi dengan cara kerja
sama untuk menciptakan kemandirian dan kesejateraan bersama sesuai
potensi dan karakteristik lokal.
n. Bab tentang misi menjabarkan keputusan partisipatif pada proses
pembangunan dengan melakukan kerja sama.
o. Isi bab dan pasal-pasal
sesuai dengan ketentuan ini dapat dibahas,
dirumuskan di tiap kecamatan dengan difasilitasi oleh fasilitator kecamatan.
p. Dengan memperhatikan karakteristik lokal dan sesuai dengan pokok-pokok
ketentuan dasar AD/ART ini, muatan tiap-tiap kecamatan tidak selalu sama.
q. Penyusunan rancangan AD/ART ini setelah selesai ditetapkan menjadi
AD/ART BKAD dengan keputusan Musyawarah Antar Desa.
r. Keputusan AD/ART BKAD dikeluarkan dengan berita acara keputusan yang
disahkan dengan surat penetapan Camat, SK Bupati.
Pasal 31
Hasil perumusan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Kerjasama
Antar Desa oleh tim perumus dibahas dan ditetapkan dalam Musyawarah Antar
Desa.
Bagian Kelima
Pendanaan Badan Kerjasama Antar Desa
Pasal 32
Pendanaan BKAD bersumber dari alokasi surplus pengelolaan dana bergulir
sumbangan desa-desa, dukungan masyarakat, dukungan Pemerintah Daerah,
pihak swasta maupun sumber lain yang tidak melanggar peraturan.
BAB IV
MODAL KERJASAMA ANTAR DESA
Pasal 33
Modal yang dikelola Badan Kerjasama Antar Desa dapat berasal dari :
a. Penyertaan asset masyarakat yang berasal dari dana milik masyarakat, atau
asset masyarakat seluruh desa-desa yang melakukan kerjasama antar desa
dalam bentuk Infrastrukture produktif maupun modal usaha bergulir yang
berasal dari pembiayaan BLM (bantuan langsung masyarakat).
b. Bantuan Pemerintah, Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten
c. Pinjaman dari lembaga lain
d. Modal kerjasama dengan pihak ketiga atau perorangan
BAB V

LINGKUP TUGAS DAN FUNGSI BADAN KERJASAMA ANTAR DESA
Bagian Kesatu
Lingkup Tugas
Pasal 34
(1)

Badan Kerjasama Antar Desa mempunyai tugas:
a.
b.
c.
d.

e.
f.

Menyelenggarakan, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan
kerjasama desa.
Melakukan supervisi dan evaluasi terhadap kinerja seluruh unit kerja
yang dibentuk oleh Badan Kerjasama Antar Desa.
Memfasilitasi dan mengkoordinasikan kerjasama Desa dengan pihak
ketiga;
Memberikan masukan dan saran kepada masing-masing Kepala Desa
mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan apabila ada
permasalahan;
Melaksanakan sistem pembangunan partisipatif;
Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Forum Musyawarah Antar Desa.
Bagian Kedua
Fungsi Badan Kerjasama Antar Desa

Pendanaan BKAD bersumber dari alokasi surplus pengelolaan dana bergulir
sumbangan desa-desa, dukungan masyarakat, dukungan Pemerintah Daerah,
pihak swasta maupun sumber lain yang tidak melanggar peraturan.
Pasal 35
Fungsi Badan Kerjasama Antar Desa antara lain adalah :
1. Pengawalan kegiatan perencanaan pembangunan partisipatif
2. Fasilitasi pengembangan kegiatan antar desa
3. Pengembangan asset produktif
4. Pengembangan kemitraan kegiatan antar desa
5. Pengorganisasian dan Pengembangan kemampuan pengelolaan programprogram pemberdayaan masyarakat.

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak

Pasal 36
(1)
(2)

Pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa dan pengurus Unit Kerja
pendukung berhak mendapatkan honor.
Penetapan honor dan tunjangan ditetapkan melalui MAD berdasarkan
kemampuan keuangan Badan Kerjasama Antar Desa
Pasal 37

Penetapan honor atau pemberian insentif pengurus harian Badan Kerjasama
Antar Desa diberikan dengan ketentuan :
1. Penetapan honor yang diberikan setiap bulan mempertimbangkan tugas
pokok, fungsi dan kewajiban kepengurusan yang dijabarkan dalam kegiatan
rutin.
2. Karena sifat Badan Kerjasama Antar Desa adalah lembaga non Profit, maka
pemberian honor adalah merupakan konversi jam kerja individu pengurus
yang dipergunakan selama melakukan tugas kepengurusan.
3. Perhitungan honor juga mempertimbangkan ketersediaan dana.
4. Prinsip pembiayaan adalah memprioritaskan pemenuhan kebutuhan
operasional kelembagaan dan penggajian (honor, tunjangan dan operasional)
staf-staf profesional di unit kerja pendukung Badan Kerjasama Antar Desa .
Pasal 38
Formulasi perhitungan honor hendaknya memperhatikan
1. Lama masa bakti kepengurusan;
2. Upah Minimum Regional (UMR) kabupaten yang disetarakan
keterampilan tenaga kerja dan jumlah jam kerja pelayanan;
3. Pagu dana yang tersedia untuk honorarium;
4. Jumlah kehadiran di kantor BKAD dan jumlah kunjungan ke desa.

untuk

Pasal 39
Tunjangan Transport pembinaan disesuaikan berdasarkan realisasi pembinaan
dan diperhitungkan sebagai biaya operasional dengan besaran kewajaran,
misalnya: penggantian transport biaya reguler, penggantian bahan bakar minyak
dan sebagainya. Tunjangan yang bersifat kebutuhan individu secara langsung
misalnya: asuransi, tabungan pensiun, kesehatan, dan sejenisnya tidak
diperbolehkan dibayar dengan biaya operasional BKAD.

Bagian kedua
Kewajiban
Pasal 40
Pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa berkewajiban untuk :
1. Menyusun rencana kegiatan 3 (tiga) tahunan Badan Kerjasama Antar Desa
yang disampaikan dalam Rencana Strategis Badan Kerjasama Antar Desa
yang diuraikan dalam Rencana Kerja Tahunan BKAD.
2. Mengkonsolidasikan
dan
menselaraskan
kelembagaan
dan
pelaku
kelembagaan desa/antar desa.
3. Mensosialisasikan keberadaan Badan Kerjasama Antar Desa sebagai
pelaksana Kerjasama Antar Desa di Kecamatan………………….
4. Menjajaki dan mengembangkan peluang kerjasama Badan Kerjasama Antar
Desa dengan pemerintah/pemerintah daerah, pihak swasta.
5. Melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program
yang dikerjasamakan serta capaian kinerja Unit-Unit Kerja Pendukung Badan
Kerjasama Antar Desa.
6. Membuat laporan rutin capaian kegiatan Kerjasama Antar Desa, disampaikan
kepada seluruh desa yang bekerjasama ditembuskan kepada Bupati melalui
Camat.
7. Menyampaikan informasi peluang kerjasama antar desa, diluar lingkup
kerjasama yang dikelola Badan Kerjasama Antar Desa.
BAB VII
BAGI HASIL
Pasal 41
(1) Pembagianhasil usaha dari pendapatan unit kerja Badan Kerjasama Antar
desa ditetapkan berdasarkan prosentase kontribusi penyertaan modal dari
d e s a - d e s a y a n g b e k e r j a s a m a d engan berpedoman kepada
prinsip kerjasama yang saling menguntungkan yang ditetapkan dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Kerjasama Antar
Desa.
(2) Besarnya bagi hasil usaha unit kerja Badan Kerjasama Antar Desa diarahkan
untuk:
a. pengembangan Modal Usaha minimal 50 % dari surplus tahun berjalan
b. bantuan langsung Rumah tangga miskin minimal 15% dari surplus tahun
berjalan
c. pendanaan bagi kelembagaan kegiatan dana bergulir termasuk
pemberian bonus dan peningkatan kapasitas. Maksimal 35% dari surplus
tahun berjalan.
(3) Dana peningkatan kapasitas sebagaimana ketentuan point c ayat 2 adalah
meliputi berbagai metode peningkatan kompetensi dan kapasitas pengurus
dan kelompok yang meluputi :

a.
b.
c.
d.
e.

Pelatihan Internal
Magang
Mengundang Narasumber/Tenaga Ahli
Studi Komparatif
Seminar, kursus dan bentuk pengembangan kapasitas lainnya
Pasal 42

Pengelolaan terhadap dana bantuan langsung RTM dan pendanaan bagi
kelembagaan yang berasal dari surplus dikelola oleh BKAD melalui keputusan
Musyawarah Antar Desa. dengan membuka rekening atas nama BKAD. Specimen
atas pembukaan rekening tersebut terdiri dari tiga unsur yaitu ketua BKAD, salah
satu pengurus kelompok dan salah satu kepala desa/lurah
BAB VIII
MEKANISME PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 43
(1) Unit-Unit Kerja Badan Kerja Antar Desa, mempertanggungjawabkan
pelaksanaan bidang kerjasama kepada pengurus harian BKAD dihadapan
Musyawarah Antar Desa
(2) Pengurus harian BKAD melaksanakan pertanggungjawaban tahunan kepada
Forum Musyawarah Antar Desa yang dihadiri Camat selaku Pengawas dan
Pembina Kerjasama Antar desa.
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 44
(1) Pembinaan dan Pengawasan atas pelaksanaan kerjasama desa dilakukan
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten sesuai peraturan
perundang-undangan;
(2) Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. menetapkan pengaturan yang berkaitan dengan kerjasama desa;
b. memberikan pedoman teknis pelaksanaan kerjasama desa;
c. melakukan evaluasi dan pengawasan pelaksanaan kerjasama desa; dan
d. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan kerjasama
desa.
(3) Pembinaan dan Pengawasan Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a.
b.
c.

memfasilitasi kerjasama desa;
melakukan pengawasan kerjasama desa; dan
memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan kerjasama
desa.

BAB X
PERUBAHAN DAN PEMBATALAN
Pasal 45
Perubahan dan pembatalan Kerjasama Desa harus dimusyawarahkan untuk
mencapai mufakat dengan melibatkan berbagai pihak yang terikat dalam
Kerjasama Desa.
Pasal 46
Perubahan kerjasama desa dapat dilakukan apabila:

a.
b.
c.
d.

terjadi situasi force majeur;
atas permintaan salah satu pihak dan/atau kedua belah pihak;
atas hasil pengawasan dan evaluasi Badan Permusyawaratan Desa;
kerjasama desa telah habis masa berlakunya.
Pasal 47

Pembatalan kerjasama desa dapat dilakukan apabila:

a. salah satu pihak dan/atau kedua belah pihak melanggar kesepakatan;
b. kerjasama desa bertentangan dengan ketentuan di atasnya;
c. merugikan kepentingan masyarakat.
BAB XI
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 48
(1) Apabila dalam pelaksanaan kerjasama terjadi perselisihan, maka pada
tahap awal diselesaikan secara musyawarah oleh kedua belah pihak yang
melakukan kerjasama.
(2)

Apabila melalui musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak bisa
diselesaikan, maka perselisihan dimaksud diajukan kepada pejabat yang
berwenang untuk mendapatkan penyelesaian.
Pasal 49

(1)

Perselisihan kerjasama antar desa dalam satu Kecamatan, difasilitasi dan
diselesaikan oleh Camat setempat.

(2)

Perselisihan kerjasama antar Desa pada Kecamatan yang berbeda dalam
satu Kabupaten, difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati.

(3)

Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilakukan secara adil dan tidak memihak.

(4)

Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) bersifat final.
Pasal 50

(1)

Perselisihan kerjasama Desa dengan Pihak Ketiga dalam satu Kecamatan,
difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat.

(2)

Perselisihan kerjasama Desa dengan Pihak Ketiga pada Kecamatan yang
berbeda dalam satu Kabupaten, difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati.

(3)

Apabila Pihak Ketiga tidak menerima penyelesaian perselisihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat mengajukan
penyelesaian ke Pengadilan.
BAB XII
PENUTUP
Pasal 47

Peraturan Bersama Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.Agar
setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bersama ini dengan penempatannya dalam lembaran desa masing-masing.
………………, ……………………2015
Kepala Desa
……………………

Kepala Desa
……………………

Kepala Desa
……………………

_________________

_________________

__________________

Kepala Desa
……………………

Kepala Desa
……………………

Kepala Desa
……………………

_________________

_________________

__________________

Diundangkan di ……………………
pada tanggal :

Diundangkan di ……………………
pada tanggal :

SEKRETARIS DESA

SEKRETARIS DESA

________________________

________________________

Diundangkan di ……………………
pada tanggal :

Diundangkan di ……………………
pada tanggal :

SEKRETARIS DESA

SEKRETARIS DESA

________________________

________________________

Diundangkan di ……………………
pada tanggal :

Diundangkan di ……………………
pada tanggal :

SEKRETARIS DESA

SEKRETARIS DESA

________________________

________________________