pedoman penanggulangan kebakaran hutan

http://piba.tdmrc.org/content/pedoman-penanggulangan-kebakaran-hutan
Pedoman Penanggulangan Kebakaran Hutan
Manajemen Kebakaran Berbasis Masyarakat
Pada saat kebakaran yang tidak diinginkan merusak hutan dan aset lainnya, masyarakat
lokal seringkali dianggap dan dicurigai sebagai penyebab karena mereka membakar hutan
sewaktu menyiapkan lahan untuk kegiatan pertanian. Kalaupun tidak dipersalahkan,
masyarakat lokal cenderung dipandang sebagai korban yang tidak berdaya, yang harus
menanggung dampak negatif dari kebakaran hutan dan/atau lahan. Berbagai penelitian
yang dilakukan di seluruh dunia menunjukkan bahwa persepsi ini perlu ditinjau kembali
karena masyarakat lokal melakukan pengelolaan kebakaran dalam berbagai situasi dan
untuk berbagai alasan yang berbeda. Bahkan masyarakat lokal seringkali menjadi yang
terbaik dalam mengelola atau mencegah kebakaran pada skala lokal. Masyarakat lokal
pun mempunyai peran yang semakin penting dalam manajemen kebakaran di negaranegara yang pemerintahannya memiliki keterbatasan untuk menangani kebakaran hutan.
Keberhasilan pelibatan masyarakat dalam manajemen kebakaran bergantung pada
berbagai faktor. Motivasi masyarakat untuk mengelola kebakaran dipengaruhi oleh
seberapa besar ketergantungan mereka dan/atau hak yang mereka miliki untuk
menggunakan dan memiliki akses terhadap sumber-sumber daya hutan. Meskipun
demikian, penting untuk disadari bahwa masyarakat tidak dapat memberikan solusi
lengkap dalam menangani kebakaran hutan yang berbahaya. Pihak-pihak lain yang
terlibat, termasuk pemerintah dan sektor swasta, harus ikut memainkan peranan penting,
khususnya dalam persiapan menghadapi dan memadamkan kebakaran yang luas.

Berkaitan dengan penggunaan api untuk pertanian oleh masyarakat, perlu dibedakan
antara api yang bermanfaat dan api yang membahayakan. Bagi masyarakat, api
merupakan satu-satunya alat yang tersedia untuk menyiapkan lahan. Penggunaan api
biasanya mampu dikendalikan dan skalanya pun kecil. Perlu dipahami bahwa api menjadi
masalah jika penggunaannya lepas kendali.
Project Fire Fight South East Asia (PFFSEA) telah memfasilitasi pembentukan jaringan
internasional bagi para peneliti dan praktisi untuk penelitian, promosi, dan mendukung
lebih lanjut manajemen kebakaran berbasis masyarakat. Saat ini, manajemen kebakaran
berbasis masyarakat semakin banyak menarik perhatian. Hal ini disebabkan karena
adanya minat terhadap manajemen sumber daya berbasis masyarakat. Selain itu
disebabkan semakin seringnya bencana kebakaran di seluruh dunia yang terjadinya akhirakhir ini, sehingga penting untuk menemukan alternatif cara pencegahan bencana dalam
skala yang sama di masa yang akan datang.
Mengapa Melibatkan Masyarakat dalam Manajemen Kebakaran?
Penduduk lokal seringkali berada dalam posisi terbaik untuk mengelola dan mencegah
kebakaran pada skala lokal. Banyak kelompok masyarakat yang memiliki pengetahuan
dan praktek-praktek tradisional dalam penggunaan api, yang terbukti sangat efektif.
Banyak dari pengetahuan ini yang tidak ditemukan dan tidak dimanfaatkan. Peranan
masyarakat lokal menjadi nyata apabila disadari bahwa kapasitas pemerintah pada tingkat
lokal sangat terbatas.


Bagi masyarakat, agar mereka dapat berperan dalam pengelolaan kebakaran, mereka
perlu memiliki kontrol atas sumber-sumber daya hutan dan sekaligus pengelolaannya.
Oleh karena itu, promosi manajemen kebakaran berbasis masyarakat akan memperkuat
konsep di mana penduduk lokal memiliki kontrol tertentu atas sumber-sumber daya
hutan. Hal ini sejalan dengan gerakan demokratisasi dan desentralisasi yang terjadi di
banyak negara saat ini.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa masyarakat tidak dapat memberikan
solusi lengkap bagi kebakaran hutan. Masyarakat hanya merupakan satu bagian dari suatu
pendekatan holistik untuk pengelolaan kebakaran yang memerlukan keterlibatan seluruh
pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan lahan, terutama pemerintah dan sektor
swasta. Di banyak negara, pihak swasta hampir tidak memainkan peranan dalam
manajemen kebakaran hutan, meskipun fakta-fakta menunjukkan bahwa di beberapa
negara sektor tersebut merupakan penyebab utama dari kebakaran-kebakaran besar.
Mengapa Masyarakat Tidak Mengelola Kebakaran?
Perubahan-perubahan dalam budaya dan praktek-praktek lokal dapat mengakibatkan
kebakaran hutan yang tidak terkendali. Hal ini terjadi pada saat pengelolaan hutan secara
tradisional tidak dilanjutkan lagi. Generasi yang lebih tua tidak lagi menurunkan
keterampilan dan pengetahuan mereka kepada generasi yang lebih muda, sehingga
menyebabkan terjadinya kesenjangan pengetahuan. Faktor lain adalah migrasi. Para
pendatang yang tidak berpengalaman, yang tidak terbiasa dan tidak mempunyai

keterikatan dengan lingkungan yang baru, serta tidak terikat dengan aturan-aturan
tradisional, kadang-kadang membiarkan api lepas kendali. Hal ini menggambarkan
pentingnya keterpaduan dan keterikatan masyarakat terhadap sumber-sumber daya lokal,
baik untuk alasan ekonomi maupun alasan sentimental. Kepastian hak atas lahan
merupakan insentif yang sangat penting bagi masyarakat untuk mencegah dan mengawasi
kebakaran.
Api juga dapat digunakan sebagai senjata oleh mereka yang miskin dan tidak berdaya.
Terdapat banyak contoh di seluruh dunia, di mana kelompok-kelompok masyarakat
menggunakan api untuk merusak hutan-hutan alam atau perkebunan-perkebunan sebagai
tindakan balas dendam atau untuk alasan-alasan politis. Oleh sebab itu, perbaikan
manajemen api dapat dicapai melalui penanganan sebab-sebab dasar kebakaran hutan,
misalnya pengalokasian lahan yang tidak adil.
Kapan Masyarakat Mengelola Kebakaran?
Sudah banyak contoh manajemen kebakaran berbasis masyarakat yang berhasil, di mana
proses untuk mendokumentasikan dan menganalisanya sedang berjalan hingga saat ini.
Masyarakat mengelola api di hutan-hutan dengan berbagai cara, mulai dalam perannya
sebagai tenaga buruh hingga pengambil keputusan. Tidak heran apabila tidak ada ‘satu
untuk semua’ rumusan tentang bagaimana masyarakat lokal dapat terlibat secara aktif
dalam pencegahan kebakaran. Yang ada adalah suatu kumpulan dari konsepsi-konsepsi
politik, kelembagaan, dan ekonomi, serta beraneka-ragam situasi budaya dan ekologi

yang spesifik. Meskipun pengelolaan kebakaran berbasis masyarakat hanya dapat
berfungsi apabila disesuaikan dengan kondisi-kondisi lokal, namun dalam sistem-sistem
pengelolaan kebakaran berbasis masyarakat yang fungsional, ternyata didapatkan
beberapa elemen yang sama.

Terpenting adalah rasa memiliki atas sumberdaya. Hal ini merupakan bentuk insentif
yang terkuat untuk melindungi sumber daya tersebut. Di Zimbabwe masyarakat
melakukan kegiatan pencegahan dan pengendalian kebakaran secara proaktif. Jumlah
kebakaran di Vietnam berkurang setelah lahan dialokasikan atau diberikan kepada rumah
tangga-rumah tangga. Jika rasa memiliki tidak ada atau sangat lemah, maka harus
diciptakan insentif lainnya. Ketiadaan rasa memiliki menjadi penyebab kenapa
masyarakat harus dibayar untuk memadamkan kebakaran di berbagai daerah di
Indonesia. Hal ini sangat problematis karena dapat merangsang masyarakat untuk
menyalakan api agar mendapatkan penghasilan. Di beberapa daerah lainnya, masyarakat
dibayar apabila mereka dapat melewati masa kekeringan/musim kemarau tanpa terjadi
kebakaran.
Satu masalah dengan cara pembayaran secara langsung adalah bahwa cara ini mungkin
tidak akan dapat dilakukan secara berkesinambungan. Beberapa kelompok masyarakat
telah berhasil mengambil alih manajemen kebakaran hutan dari proyek-proyek
pendukungnya. Beberapa hal yang dapat dipelajari dari studi yang dilakukan terhadap

proyek-proyek tersebut adalah sebagai berikut.

Alokasi sumber daya perlu direncanakan dengan hati-hati untuk menjamin bahwa
masyarakat yang miskin tidak terbebani, terutama apabila manfaat yang didapatkan
hanya akan dirasakan di masa yang akan datang.

Agar kegiatan yang dilakukan berkelanjutan, insentif yang diberikan harus sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini berarti bahwa apabila masyarakat berminat untuk
mengelola kebakaran hutan, maka tujuan dan maksud mereka harus dimengerti.

Masyarakat perlu memiliki jaminan akan hak kepemilikan atau setidaknya akses
yang adil terhadap sumber-sumber daya yang mereka lindungi. Oleh karena itu, penerima
manfaat harus diidentifikasi dengan jelas.

Penting bahwa pemerintah mendukung usaha-usaha pencegahan dan pengawasan
kebakaran.

Tidak ada konflik dan perselisihan atas sumber-sumber daya merupakan hal yang
sangat penting karena kerjasama antarmasyarakat diperlukan untuk manajemen
kebakaran yang efektif.


Manajemen kebakaran berbasis masyarakat memerlukan struktur kelembagaan di
dalam masyarakat; jika memungkinkan didukung oleh pemerintah.
Agar manajemen kebakaran berjalan dengan efektif, pemberian sanksi hukum sama
pentingnya dengan insentif. Pada umumnya, denda dan hukuman lainnya yang dijatuhkan
oleh masyarakat berfungsi lebih baik dibandingkan dengan peraturan pemerintah.
Api yang Tidak Diinginkan dan Api yang Bermanfaat
Gambar-gambar di koran yang menunjukkan masyarakat yang tidak berdaya berusaha
untuk memadamkan kebakaran hutan tanpa keberhasilan serta miskinnya pemahaman
mengenai rejim kebakaran ‘alami’ memberikan ide bahwa semua kebakaran adalah tidak
baik dan harus dilawan atau dicegah. Hal ini tidaklah benar. Walaupun sebagian dari
kebakaran memang berbahaya dan merugikan, namun beberapa ekosistem membutuhkan
kebakaran (api) secara berkala untuk proses-proses ekologis atau untuk membakar habis
sisa-sisa tanaman agar kebakaran-kebakaran yang lebih besar, lebih panas, dan lebih
merusak dapat dicegah. Di berbagai tempat, penggunaan api oleh masyarakat lokal
membantu menjaga keragaman ekosistem melalui pembentukan sebuah mosaik vegetasi

dari berbagai tingkatan suksesi yang berbeda. Oleh karena itu, peran api/kebakaran dalam
suatu lanskap perlu dikaji secara hati-hati. Sementara itu, pemadaman kebakaran tidak
selalu menjadi pendekatan yang tepat.

Bagi industri terdapat metode penyiapan lahan ’tanpa-bakar’ yang memungkinkan secara
ekonomi. Lain halnya bagi masyarakat, di mana penggunaan api seringkali merupakan
satu-satunya cara yang dapat mereka gunakan dalam penyiapan lahan. Pada umumnya,
masyarakat tradisional dapat menggunakan api secara baik dengan menggunakan metode
tradisional.
Kesimpulan logis dari hal ini adalah bahwa diperlukan adanya suatu bentuk respon
terhadap kebakaran hutan yang lebih seimbang dan membedakan kebakaran-kebakaran
yang positif dengan yang merugikan dan berbahaya. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan
suatu panduan yang dapat mengidentifikasi kebakaran (api) yang diinginkan dan yang
tidak diinginkan. Panduan semacam ini perlu disusun sebagai suatu bagian integral dari
strategi pemanfaatan lahan yang seimbang dan komprehensif, melalui konsultasi dengan
semua pihak terkait.
Langkah ke Depan
Manajemen kebakaran berbasis masyarakat merupakan suatu disiplin baru, yang dapat
dianggap sebagai cabang khusus dari pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Berbagai
hal menyangkut pengelolaan hutan berbasis masyarakat berkaitan langsung dengan
manajemen kebakaran. Selain itu, manajemen kebakaran berbasis masyarakat berfungsi
efektif jika menjadi bagian dari strategi pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat
secara keseluruhan. Oleh karena itu, apabila memungkinkan dan sesuai, manajemen
kebakaran berbasis masyarakat harus dimasukkan dalam program pengelolaan hutan

berbasis masyarakat.
Penelitian selanjutnya harus mengkonsolidasi dan menganalisa studi-studi kasus yang
telah ada dari berbagai belahan dunia dengan tujuan untuk membuat tipologi yang
fleksibel, yang dapat memberikan suatu dasar teori bagi analisa kasus-kasus manajemen
kebakaran berbasis masyarakat yang telah ada dan yang baru.
Pemerintah dan aktor-aktor lainnya perlu mengakui dan mendukung pengetahuan dan
praktek-praktek tradisional. Termasuk dalam hal ini adalah tinjauan terhadap persepsipersepsi negatif dari beberapa pemerintahan mengenai perladangan berpindah. Hal ini
juga berarti perubahan dalam cara memandang manusia, terutama sekali masyarakat
lokal, dari sebagai penyebab masalah menjadi bagian dari solusi. Hal ini akan
memperjelas bahwa pemerintah dan pihak lain perlu untuk membuat investasi-investasi
yang diperlukan ke dalam aspek-aspek masyarakat dan kelembagaan dan bukannya terus
mengeluarkan investasi untuk peralatan dan penerapan hukum.
Ditulis ulang dari Burning Issues No. 2, Juni 2002: Manajemen Kebakaran Berbasiskan
Masyarakat