5.3 Whistleblowing System (WISE) Bahan Website

Sistem Pengaduan Masyarakat: Whistleblowing System

Sejak tahun 2010, Kementerian Keuangan telah mempublikasikan sistem pengelolaan
pengaduan masyakarat terkait pelanggaran/penyalahgunaan wewenang di lingkungan
Kementerian Keuangan. Sistem ini merupakan aplikasi berbasis web yang dikenal dengan
nama Whistleblowing System (WiSe). Hal ini dilaksanakan dalam rangka mendekatkan diri
dengan masyarakat, perolehan informasi yang lebih cepat, serta memberikan cakupan yang
luas mengenai indikasi adanya fraud. WiSe melalui sistem online menambah saluran
pengaduan yang sudah dimiliki sebelumnya, seperti helpdesk pengaduan, telepon, faksimili,
layanan pesan singkat (SMS), kotak pengaduan, surat elektronik (e-mail) dan PO BOX.
Tahun 2016 merupakan tahun ke-6 di mana Kementerian Keuangan menerapkan
Whistleblowing System, dan tahun ke-5 implementasi sistem tersebut secara online. Dalam
rangka merespon “sapu bersih pungutan liar (saber pungli)” yang diserukan oleh Presiden Joko
Widodo, pada bulan Oktober 2016 Menteri Keuangan kembali memperkenalkan Whistleblowing
System sebagai satu-satunya saluran yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat apabila
mengetahui adanya penyimpangan yang dilakukan oleh pejabat/pegawai Kementerian
Keuangan.
Selama tahun 2016, sebanyak 477 pengaduan diterima oleh Kementerian Keuangan. Jumlah
ini meningkat dibandingkan pengaduan pada tahun 2015 yaitu sebanyak 384 pengaduan, atau
naik 24,22%. Pergeseran jumlah juga terjadi pada penggunaan jenis saluran pengaduan, pihak
yang menyampaikan pengaduan, dan jenis pengaduannya. Peningkatan jumlah pengaduan

sebagian besar terjadi pada triwulan keempat dimana saber pungli mulai dicanangkan oleh
Presiden Joko Widodo. Adapun tren pengaduan dari 2015 sampai dengan 2016 disajikan
dalam grafik di bawah ini.
Jumlah Pengaduan yang Diterima Kementerian Keuangan Tahun 2015 dan 2016
477

500

384
400
300
200
100
0
2016

2015

Sumber: Aplikasi WiSe Kemenkeu 2016


1

Perbandingan jumlah pengaduan berdasarkan saluran pengaduan dari tahun 2015 dan 2016
disajikan dalam grafik berikut.
Jumlah Pengaduan Berdasarkan Saluran Pengaduan Tahun 2015 dan 2016
250

218

200
138143

150
100
50

139

68
19 28


36
1

7 11

13 14

FAX

LNY

SMS

13 13

0
DTG

EML


2016

SRT

TLP

WEB

2015

Sumber: Aplikasi WiSe Kemenkeu 2016
Berdasarkan data statistik di atas, pengaduan melalui web (WiSe) dan surat masih merupakan
saluran yang paling banyak digunakan baik oleh pegawai maupun masyarakat. Pengaduan
melalui surat yang selama beberapa tahun mendominasi mulai mengalami penurunan sejak
tahun 2014. Para whistleblower sudah beralih ke saluran yang lebih memanfaatkan teknologi
informasi seperti web maupun e-mail. Dari data statistik di atas, nampak bahwa pengaduan
melalui surat mengalami penurunan dimana pada tahun 2015 terdapat 143 pengaduan
(37,24%) dan pada tahun 2016 turun menjadi 138 pengaduan (21,88%). Sebaliknya pengaduan
melalui e-mail meningkat dimana pada tahun 2015 terdapat 36 pengaduan (9,38%) dan pada

tahun 2016 menjadi 68 pengaduan (14,26%). Peningkatan yang cukup signifikan juga terjadi
pada pengaduan melalui web, yaitu dari 139 pengaduan (36,20%) pada tahun 2015 menjadi
218 pengaduan (45,70%) pada tahun 2016.
Jumlah Pengaduan oleh Masyarakat dan Pegawai Kementerian Keuangan Tahun 2015 dan
2016
250

243

247

234

200
137
150
100
50
0
2016


2015
Masyarakat

Pegawai

Sumber: Aplikasi WiSe Kemenkeu 2016
2

Berdasarkan data statistik di atas, terdapat perubahan yang sangat signifikan pada komposisi
pelapor pada tahun 2015 dan 2016. Pada tahun 2015 jumlah pengaduan dari internal pegawai
Kementerian Keuangan jauh lebih banyak, yaitu 247 pengaduan (64,32%) dibandingkan
dengan pengaduan dari masyarakat sebanyak 137 pengaduan (35,68%). Pada tahun 2016,
komposisi pelapor berubah dimana pengaduan yang berasal dari masyarakat lebih banyak
yaitu 243 pengaduan (50,94%) dibandingkan dengan pengaduan dari internal Kementerian
Keuangan yaitu 234 pengaduan (49,06%). Hal ini juga dipengaruhi didengungkannya saber
pungli oleh Presiden Joko Widodo pada triwulan keempat tahun 2016.
Dalam menindaklanjuti pengaduan yang masuk, penanganan pengaduan yang bersifat
kecurangan (fraud) dilaksanakan oleh Inspektorat Bidang Investigasi Inspektorat Jenderal dan
Unit Kepatuhan Internal (UKI) di masing-masing unit Eselon I. Lebih lanjut penanganan

pengaduan non-fraud seluruhnya dilaksanakan oleh UKI. Data berikut ini menunjukkan
perbandingan jumlah pengaduan yang bersifat fraud dan non fraud untuk tahun 2015 dan 2016.
Jumlah Pengaduan yang Bersifat Fraud dan Non Fraud Tahun 2015 dan 2016
284

300
250

211

193

173

200
150
100
50
0
2016


2015
FRAUD

NON FRAUD

Sumber: Aplikasi WiSe Kemenkeu 2016
Data di atas menunjukkan bahwa baik di tahun 2015 maupun 2016 jumlah pengaduan yang
bersifat non fraud lebih banyak dibandingkan yang bersifat fraud. Pada tahun 2015, jumlah
pengaduan fraud mencapai 173 pengaduan (45,05%) dan non fraud sebanyak 211 pengaduan
(54,95%). Sementara pada tahun 2016, jumlah pengaduan fraud mencapai 193 pengaduan
(40,46%) dan non fraud sebanyak 284 pengaduan (59,54%).
Dari 477 pengaduan yang masuk dari berbagai saluran, 269 pengaduan (56,39%) telah selesai
ditindaklanjuti baik oleh Inspektorat Jenderal ataupun oleh UKI, sedangkan 208 lainnya
(44,51%)
masih
dalam
proses
analisis,
pengumpulan

data,
ataupun
audit
investigasi/pemeriksaan.

3

Progres Tindak Lanjut Pengaduan
269

300
250

208

200
150
100
50
0

TOTAL
Progres

Selesai

Sumber: Aplikasi WiSe Kemenkeu 2016

4