B1J010084 13.

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN
1. Diagram Alir Penelitian
Penentuan titik sampling dan penentuan rasio awal

Pemeliharaan tungau predator Amblyseius deleoni

Augmentasi tungau predator Amblyseius deleoni

Perhitungan proporsi larva
Brevipalpus phoenicis

Hasil
2. Materi, lokasi dan waktu penelitian
2.1 Materi penelitian
1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tungau hama
Brevipalpus phoenicis, tungau predator Amblyseius deleoni dan daun teh

klon TRI 2024, Gambung dan TRI 2025 yang ditanam di PTPN IX Semugih,
Kabupaten Pemalang.
2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop stereo,

bio.unsoed.ac.id

mikroskop binokuler, kamera digital, kantong plastik hitam, kutek (pewarna
kuku), label, dan thermohigrometer.
2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Entomologi dan Laboratorium
Pengajaran 1 Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, dan
pengambilan sampel dilaksanakan di PTPN IX Semugih, Kabupaten
Pemalang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2014.

7

3. Metode Penelitian
3.1 Rancangan Percobaan
Metode

yang


digunakan

dalam

penelitian

ini

adalah

metode

eksperimental dengan rancangan dasar Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Sebagai perlakuan adalah rasio P (predator A. deleoni) dan H (hama B.
phoenicis) yang diatur sebagai berikut : P1 (kontrol) rasio P : H 1:3, P2

(perlakuan 1) rasio P : H 1:3 dengan
ulangan sekaligus blok berupa klon teh Gambung, TRI 2024 dan TRI 2025
atau 3 kali, yang dilakukan di kebun Semugih PTPN IX, Kabupaten
Pemalang.

3.2 Cara Kerja
1. Penentuan Unit Percobaan dan Pengambilan Sampel
Penentuan titik pengambilan sampel sebagai unit percobaan penelitian
menggunakan metode diagonal (Gambar 3.1) (Budianto, 2005). Jumlah unit
percobaan adalah 8 titik pada tepi luar dan 1 titik pada tengah kebun teh.

Gambar 3.1. Sembilan titik pengambilan sampel sebagai unit percbaan guna penentuan rasio
P dan H pada suatu luasan area perkebunan teh.

Setiap titik sampling diwakili oleh 3 pohon teh. Sampel berupa daun teh

bio.unsoed.ac.id

diambil 5 helai daun terbawah. Daun-daun tersebut kemudian dimasukan
kedalam kantong plastik dan diberi label sesuai dengan perlakuan.
Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali ulangan pada setiap klon
dengan interval waktu 1 minggu masing-masing di PTPN IX Semugih,
Kabupaten Pemalang Jawa Tengah.

8


2. Penentuan proporsi tungau predator Brevipalpus phoenicis
Berdasarkan penentuan titik sampling pada setiap klon tanaman teh,
maka dilakukan pengambilan sampel berupa daun teh pemeliharaan. Daun
teh pemeliharaan adalah daun teh yang terdapat antara 5 tangkai terbawah
sampai dengan batas daun yang di panen. Setiap titik sampling, diambil
sebanyak 5 (lima) helai daun pemeliharaan. Daun-daun tersebut lalu
dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dibawa ke laboratorium dan
diperiksa di bawah mikroskop stereo perbesaran 100x. Proporsi larva tungau
predator B. phoenicis ditentukan dengan menghitung rasio antara banyaknya
individu larva B. phoenicis dengan banyaknya total individu seluruh
stadium B. phoenicis
3. Pengambilan dan perbanyakan tungau A. deleoni berdasarkan metode
Overmeer et al., (1982) dalam Klashort, 1996).
Seluruh daun teh yg diambil diperiksa di bawah mikroskop.
A. deleoni yang diperoleh dipindah ke tempat pemeliharaan, yang terdiri

atas nampan plastik berisi air dengan busa di dalamnya. Di atas busa yang
basah, diletakan black tile yang pada bagian tepinya ditaruh kertas tissue
yang tidak berparfum. Bagian ujung kertas terendam dalam air, sedangkan

di atas kertas dibuat tanggul yang mengelilingi black tile menggunakan lem
tangle foot. Tanggul lem ini berfungsi untuk mencegah agar tungau predator

tidak melarikan diri dari arena uji. Tungau dipelihara dengan pemberian
makanan pakan alternatif berupa polen bunga kering. Perkembangan tungau
A. deleoni diamati selama 20 hari.

4. Pemberian perlakuan berupa augmentasi inundatif tungau A. deleoni
Pada setiap klon diberikan 3 perlakuan yang diujikan yaitu perlakuan
kontrol (P1) dengan rasio pelepasan 1:3, perlakuan rendah (P2) dengan rasio
pelepasan 1:3.

bio.unsoed.ac.id

Augmentasi inundatif A. deleoni ini dilakukan setelah 20 hari pemeliharaan
A. deleoni di laboratorium, yang kemudian dilepaskan ke area perkebunan

teh sesuai dengan perlakuan yang diujikan (P1, P2, dan P3). Adapaun
rincian setiap jumlah individu P dan H tertera dalam Lampiran 2.
5. Teknik pelepasan tungau A. deleoni

A. deleoni hasil pemeliharaan dibawa menggunakan ice box.

Pelepasan tungau predator A. deleoni. dilakukan dengan menggunakan kuas
9

untuk memindahkan A. deleoni dari tempat pemeliharaan (rearing) ke
lembar daun ke 5 paling bawah pada tanaman teh yang sama pada saat
pengambilan sampel awal, untuk mempermudah pemindahan tungau A.
deleoni digunakan kaca pembesar (loup). Selama 20 x 24 Jam setelah

pelepasan tungau predator A. deleoni dilakukan 3 kali pengambilan sampel
daun kembali, kemudian dihitung kembali proporsi tungau B. phoenicis dan
tungau A. deleoni yang ditemukan perluas daunnya.
6. Pengukuran panjang trikoma
Panjang bulu daun (trikoma) diukur dengan cara mengambil 3 daun
pemeliharaan pada tiap perlakuan dan tiap klon daun teh kemudian dianginanginkan agar embun menguap dan kering tetapi masih segar. Selanjutnya,
pada permukaan bawah daun di bagian ujung, tengah dan pangkal diolesi
dengan pewarna kuku. Setelah 3 sampai 5 menit, bekas olesan tadi diambil
dan diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10, kemudian
diukur dengan cara mengkalibrasi menggunakan lensa okuler dan lensa

objektif
7. Pengukuran suhu, kelembaban udara dan curah hujan
Suhu dan kelembaban udara diukur dengan menggunakan
thermohigrometer digital selama 1 menit setelah pemasangan alat tepat di
tangkai daun percobaan. Setiap titik sampling baik di bagian sudut maupun
tengah perkebunan dilakukan pengukuran temperatur dan kelembaban
udaranya. Pengukuran dilakukan setiap kali pengambilan sampel. Data curah
hujan diperoleh dari Dinas PTPN IX Semugih, Kabupaten Pemalang Jawa
Tengah.
4. Metode Analisis
Metode Analisis dengan analisis ragam (uji “F”) dan dilanjutkan
dengan uji Duncan pada tingkat kesalahan 10% dan 20%.

bio.unsoed.ac.id

10