Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Sarana Budidaya Minapadi
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
DIREKTORAT PRODUKSI DAN USAHA BUDIDAYA
PETUNJUK TEKNIS
SARANA BUDIDAYA
MINAPADI
SAMBUTAN
Program
minapadi
atau
terintegrasinya
penanaman
padi
dengan pembudidayaan ikan yang menjadi satu lokasi memberikan banyak manfaat
bagi masyarakat. Semua dapat dilaksanakan secara terintegrasi bahkan dapat
menekan terjadinya alih fungsi lahan dan urbanisasi karena mampu menyerap
tenaga kerja, menambah lahan produksi ikan sehingga mendukung capaian target
produksi ikan nasional. Peningkatan pendapatan petani dan pembudidaya lebih
tinggi dibandingkan dengan tidak menerapkan program mina padi yang
merupakan salah satu upaya pemerintah yaitu meningkatnya produksi yang diikuti
dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendukung kedaulatan
pangan.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menilai program minapadi
sebagai tiga kemenangan karena berhasil memberdayakan praktik pertanian dengan
komoditas sektor kelautan dan perikanan. Tiga kemenangan tersebut adalah dapat
meningkatkan panen, meningkatkan pendapatan, serta memperbaiki nutrisi yang
berasal dari hasil panen beras dan ikan.
Melalui budidaya minapadi, produktivitas sawah akan meningkat baik dari
padi yang dihasilkan maupun tambahan pendapatan dari ikan/udang, sehingga
kebutuhan gizi masyarakat terpenuhi, kesejahteraan petani dan produktivitas lahan
meningkat serta mendukung kedaulatan pangan.
Beberapa metode budidaya minapadi telah berkembang di masyarakat dan
dibina serta didukung teknologinya oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup
Direktorat Jenderal Perikanan Budi daya (DJPB), diharapkan bisa diadaptasi dan
dikembangkan di kawasan yang memiliki potensi baik untuk produksi padi
maupun ikan.
Sarana Budidaya Minapadi yang dilaksanakan diharapkan dapat berdampak
luas terhadap produksi perikanan di Indonesia yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan serta berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat pembudidaya
ikan.
Jakarta, Februari 2016
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si.
Petunjuk
Pelaksanaan
Bantuan Sarana
Budidaya Minapadi Tahun 2016
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan
Sarana
Budidaya MinapadiTahun
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT TuhanYang Maha Esa, karena tanpa
karunia-Nya, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
ini selesai tepat waktu.
Juklak Sarana Budidaya Minapadi ini disusun untuk menjadi pegangan setiap
pelaku pengembangan kawasan perikanan budidaya terutama Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten dan Kelompok pembudidaya minapadi sebagai pelaku utama
di lapangan. Juklak ini memberi tatanan, batasan dan arah yang jelas, mulai dari
identifikasi dan penetapan Kelompok pembudidaya minapadi, proses
pembudidayaan sampai dengan proses pelaporan. Agar kesuksesan pelaksanaan
bantuan budidaya Minapadi bisa lebih terjamin, Juklak ini juga mengatur sistem
monitoring, pembinaan dan evaluasi pelaksanaan. Ini diatur secara berjenjang mulai
dari pembina pusat, provinsi sampai dengan kabupaten.
Melalui kegiatan bantuan Sarana Budidaya Minapadi diharapkan dapat
mendorong peningkatan kemampuan usaha Kelompok pembudidaya minapadi
penerima, yang ditandai dengan peningkatan produksi, penerimaan usaha serta
pengembangan kewirausahaan. Sehingga diharapkan usaha budidaya Minapadi
dapat mendukung target produksi dan menstimulasi perkembangan usaha
budidaya Minapadi disekitarnya.
Penyusunan juklak ini tentunya telah melibatkan banyak pihak. Terimakasih
disampaikan kepada seluruh staf lingkup Ditjen Perikanan Budidaya yang telah
menyumbangkan pikiran, ide dan pendapat sehingga persiapan hingga finalisasi
juklak ini dapat selesai dengan baik. Juklak bantuan budidaya Minapadi tahun 2016
ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu diharapkan saran dan
masukan untuk kesempurnaan juklak ini. Semoga dengan acuan melalui juklak ini
pelaksanaan kegiatan bantuan budidaya Minapadi dapat terealisasi dengan baik dan
berdampak terhadap pengembangan kawasan budidaya demi kesejahteraan
masyarakat.
Jakarta,
Februari 2016
Direktur Produksi dan Usaha Budidaya
Ir. Balok Budiyanto, MM.
2
Petunjuk
Bantuan Sarana
SaranaBudidaya
BudidayaMinapadiTahun
Minapadi Tahun
Petunjuk Pelaksanaan
Pelaksanaan Bantuan
20162016
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
PERATURAN
DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
NOMOR 30/PER-DJPB/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN BUDIDAYA MINAPADI
TAHUN 2016
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA,
Menimbang:
a.
b.
Mengingat:
1.
2.
3.
4.
bahwa
dalam
rangka
mendukung
keberhasilan
pelaksanaan
peningkatan
produksi
perikanan
budidaya, perlu dilaksanakan kegiatan budidaya
minapadi;
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Direktur
Jenderal
Perikanan
Budidaya
tentang
Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya Minapadi Tahun
2016;
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5073);
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63
Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 111);
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 136/M
Tahun 2015 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan
dari dan dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di
Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan;
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
di
Lingkungan
Kementerian
Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 1);
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
3
5.
6.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227);
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.18/MEN/2011
tentang
Pedoman
Umum
Minapolitan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN BUDIDAYA
MINAPADI TAHUN 2016.
Pasal 1
Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya Minapadi Tahun 2016 dipergunakan
sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat, Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi/Kabupaten/Kota, kelompok minapadi, dan pemangku kepentingan
dalam melaksanakan kegiatan budidaya minapadi secara efektif dan efesien.
Pasal 2
Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya Minapadi Tahun 2016 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I dan II yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal ini.
Pasal 3
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,
ttd.
SLAMET SOEBJAKTO
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Humas
Setiadi Heri Surono
4
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
LAMPIRAN I
PERATURAN
DIREKTUR
PERIKANAN BUDIDAYA
NOMOR 30/PER-DJPB/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN
MINAPADI TAHUN 2016
JENDERAL
BUDIDAYA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perikanan
Budidaya
saat
ini
menjadi
tumpuan
penting
dalam
menopang pembangunan perikanan nasional seiring dengan fenomena
meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sumber pangan dan gizi
yang aman bagi kesehatan. Hal ini menjadi sebuah tantangan besar bagi
Ditjen
Perikanan
Budidaya
dalam
mewujudkan
Perikanan
Budidaya
sebagai ujung tombak dalam menggerakan perekonomian nasional dan
ketahanan
pangan
dihadapkan
pada
masyarakat.
sebuah
Disamping
tantangan
besar
itu
Indonesia
yaitu
dalam
saat
ini
menghadapi
persaingan perdagangan bebas di level regional ASEAN atau
Asean
Economic Community (AEC).
Strategi
percontohan
perikanan
budidaya
dilaksanakan
melalui
peningkatan produksi, produktivitas dan daya saing yang berbasis ilmu
pengetahuan
melalui
industrialisasi
perikanan
budidaya
yang
akan
diperankan menjadi penghela percepatan percontohan sistem produksi
perikanan nasional yang berorientasi pada tren pasar global dan lokal.
Percontohan sistem produksi melalui (i) percontohan input teknologi yang
sesuai standar (teknologi anjuran), aplikatif, efektif dan efisien berbasis
wawasan lingkungan; (ii) meningkatkan daya saing produk hasil produksi
budidaya
melalui
percepatan
pelaksanaan
kegiatan
sertifikasi
Cara
Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB); (iii) percontohan usaha perikanan
budidaya
sebagai
upaya
dalam
mensosialisasikan
model
pengelolaan
budidaya berkelanjutan; (iv) percontohan minapadi sebagai bagian dari
upaya mendapatkan nilai tambah ganda.
Input teknologi yang adaftif, aplikatif, efektif dan efisien serta mampu
mewujudkan perikanan budidaya yang berkelanjutan yang harus segera
ditransfer kepada masyarakat pembudidaya melalui kegiatan percontohan
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
5
model budidaya minapadi sebagai upaya dalam memberikan tontonan,
tuntunan dan teladan bagi para pembudidaya.
Budidaya
minapadi
adalah
budidaya
ikan
dan
padi
dalam
satu
hamparan sawah. Minapadi dapat meningkatkan produktivitas lahan
sawah
karena
selain
tidak
mengurangi
hasil
padi,
juga
dapat
menghasilkan ikan/udang. Budidaya minapadi dilakukan masyarakat
sejak lama walaupun masih menggunakan teknologi sangat sederhana
hanya terbatas pada kegiatan tahapan pendederan. Guna mendukung
percontohan
budidaya
minapadi
maka
Ditjen
Perikanan
Budidaya
membuat kegiatan budidaya minapadi. Usaha ini dapat meningkatkan
pendapatan petani karena dapat mencegah fungsi alih lahan sawah dan
urbanisasi.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelaksanaan kegiatan
budidaya minapadi dilakukan dengan melibatkan kelompok masyarakat
atau kelompok kelompok minapadi. Proses ini dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan
konstruksi,
pengawasan
dan
pelaporan
yang
akan
dilaksanakan oleh kelompok masyarakat atau kelompok pembudidaya.
Kegiatan
pembudidaya
tersebut
dalam
diharapkan
dapat
melakukan
menjadi
percontohan
teladan
bagi
usahanya.
para
Agar
implementasi kegiatan tersebut dapat berjalan secara efektif sesuai target,
maka perlu disusun dalam bentuk Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya
Minapadi.
B. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Petunjuk Teknis ini dimaksukan sebagai acuan bagi
Pemerintah
Pusat,
Provinsi/Kabupaten/Kota,
Dinas
Kelautan
kelompok
minapadi,
dan
dan
Perikanan
pemangku
kepentingan dalam melaksanakan kegiatan budidaya minapadi.
Tujuan penyusunan Petunjuk Teknis ini adalah agar pelaksanaan
kegiatan budidaya minapadi dapat berjalan secara efektif, efesien, dan
tepat sasaran serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan membantu
mencegah alih fungsi lahan pertanian.
C. Sasaran
Sasaran
pelaksanaan
kegiatan
budidaya
minapadi
yaitu
terlaksananya percontohan minapadi pada 50 kelompok di 12 (duabelas)
Provinsi dan 20 (duapuluh) Kabupaten/Kota.
6
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
D. Output
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini antara lain
1.
penerapan teknologi budidaya anjuran di lokasi percontohan;
2.
peningkatan produksi dan produktifitas budidaya ikan dan padi di
lokasi percontohan setelah menerapkan input teknologi;
3.
keberlanjutan
usaha
budidaya
minapadi
di
tingkat
Kelompok
pembudidaya minapadi serta; dan
4.
peningkatan minat masyarakat sekitar untuk menerapkan teknologi
anjuran dan kaidah Cara Budidaya Ikan Yang Baik pada proses
produksi budidaya di lahan usaha masing-masing.
E.
Outcome
Berkembangnya
kegiatan
percontohan
budidaya
minapadi
dalam
upaya meningkatkan produksi dan produktivitas ikan dan padi sekaligus
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Kelompok pembudidaya
minapadi.
F.
Indikator keberhasilan
Indikator tingkat keberhasilan suatu kegiatan minapadi antara lain
mencakup:
1.
meningkatnya produksi dan produktifitas budidaya ikan dan padi di
lokasi percontohan minapadi;
2.
meningkatnya
usaha
budidaya
dan
bertambahnya
luas
lahan
minapadi; dan
3.
meningkatnya pendapatan petani minapadi.
G. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi:
1. persiapan;
2. pelaksanaan kegiatan;
3. teknik budidaya minapadi;
4. pengendalian hama; dan
5. monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
H. Pengertian
Dalam Petunjuk Teknis ini, yang dimaksud dengan:
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
7
1.
Tim
Pembina
adalah
Tim
Pelaksana
kegiatan
pemberdayaan
masyarakat kelompok minapadi di pusat yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya untuk mengkoordinasikan
pelaksanaan kegiatan di tingkat Direktorat Jenderal.
2.
Tim
Teknis
masyarakat
adalah
Tim
kelompok
Pelaksana
minapadi
kegiatan
di
pemberdayaan
pusat
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota yang dibentuk oleh Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi untuk mengkoordinasikan pengelolaan kegiatan di
wilayahnya.
3.
Tenaga
Pendamping
adalah
orang
yang
bertugas
mendampingi
Kelompok pembudidaya minapadi secara terus menerus selama
berlangsungnya
kegiatan,
yang
mempunyai
latar
belakang
pendidikan atau pengalaman di bidang kelautan dan perikanan
terdiri dari penyuluh perikanan Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN)
dan atau Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPB).
4.
Kelompok minapadi adalah kumpulan petani/pembudidaya yang
berbadan hukum, mempunyai pengurus dan aturan-aturan dalam
organisasi
kelompok
pembudidayaan
ikan
yang
dalam
secara
langsung
lingkungan
melakukan
terkontrol,
usaha
yang
mata
pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan.
5.
Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat KKP
merupakan unsur pelaksana Pemerintah dipimpin oleh Menteri yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
6.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yang selanjutnya disebut
Direktorat Jenderal adalah salah Direktorat teknis di lingkup KKP
yang menyelenggarakan kegiatan perikanan budidaya;
7.
Dinas Provinsi adalah satuan kerja perangkat daerah di Provinsi yang
membidangi kelautan dan perikanan.
8.
Dinas Kabupaten/Kota adalah satuan kerja perangkat daerah di
Kabupaten/Kota yang membidangi kelautan dan perikanan.
9.
Pendampingan
adalah
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
Tenaga
Pendamping dalam rangka pemberdayaan kelompok minapadi dalam
melaksanakan percontohan usahanya.
8
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
BAB II
PERSIAPAN
2.1. Kelembagaan
Untuk
mengkoordinasikan
pembinaan,
monitoring
dan
dan
evaluasi
mengefektifkan
kegiatan
pengendalian,
kegiatan
budidaya
minapadi , maka dibentuk Tim Teknis Pelaksana yang meliputi Tim
Teknis
Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
yang
ditetapkan
berdasarkan
Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran (SK KPA) dengan struktur
kelembagaan sebagaimana pada Gambar 1 dibawah.
Ditjen Perikanan
Budidaya
(Tim Teknis Pusat)
Dinas KP Provinsi
(Tim Teknis Prov)
Dinas KP Kabupaten/Kota
Tim Teknis :
-Dinas Kab/Kota
-Penyuluh/PPB
Kelompok
Minapadi
UPT
Ditjen Perikanan
Budidaya
Gambar 1. Struktur Kelembagaan Kegiatan Budidaya Minapadi
2.2. Tim Teknis Pusat
Tim Teknis Pusat bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan Kegiatan
Budidaya Minapadi yang meliputi :
a. mengarahkan pelaksanaan Kegiatan;
b. menyusun Petunjuk Teknis dan petunjuk teknis;
c. menetapkan Tim Teknis dan Kelompok Minapadi berdasarkan usulan
kabupaten; dan
d. melakukan sosialisasi, identifikasi, koordinasi, pembinaan, monitoring,
dan evaluasi.
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
9
2.3. Tim Teknis Provinsi
Tim Teknis Provinsi mempunyai tugas:
a. mengusulkan Tim Teknis kepada Direktorat Jenderal;
b. melakukan koordinasi dengan Pusat dan Dinas Kabupaten/Kota; dan
c. melakukan sosialisasi, identifikasi, verifikasi,
pembinaan, monitoring
dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
2.4. Tim Teknis Kabupaten/Kota
Tim Teknis Kabupaten / Kota mempunyai tugas:
a.
mengusulkan Tim Teknis, lokasi dan Kelompok Minapadi pelaksana
kegiatan budidaya minapadi kepada Direktorat Jenderal;
b. melakukan koordinasi dengan Tim Teknis Pusat dan Tim Teknis
Provinsi;
c.
melakukan Pendampingan teknis kepada Kelompok pembudidaya
Minapadi; dan
d. Melakukan
sosialisasi,
identifikasi,
pembinaan,
pelaksanaan
dan
monitoring, evaluasi serta pelaporan kegiatan percontohan budidaya
minapadi kepada Dinas Provinsi tembusan Direktorat Produksi dan
Usaha Budidaya, Ditjen Perikanan Budidaya yang di tanda tangani
oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota.
2.5. Tim Pendamping Teknis (Penyuluh/PPB)
Tim pendamping Teknis mempunyai tugas:
a.
melaksanakan
kegiatan
identifikasi
calon
lokasi
dan
kelompok,
membantu pembuatan dokumen;
b. mengusulkan lokasi dan Kelompok Minapadi calon pelaksana kepada
kepala dinas kabupaten/kota; dan
c.
melakukan
pendampingan
menyusun
serta
dalam
menyampaikan
pelaksanaan
laporan
kegiatan
kepada
dan
Dinas
Kabupaten/Kota.
2.6. Kelompok Minapadi
Kelompok Minapadi sebagai penerima mempunyai tugas dan tanggung
jawab meliputi:
a.
10
Kelompok minapadi harus berbadan hukum koperasi;
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
b. bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan kegiatan kegiatan
budidaya minapadi;
c.
mengikuti ketentuan penerapan teknologi anjuran sesuai (SNI dan
CBIB) dan bersedia untuk disertifikasi CBIB;
d. luas lahan setiap Kelompok Minapadi penerima bantuan paling sedikit
2 hektar (ha);
e.
mengikuti
bimbingan,
pembinaan
dan
pendampingan
teknologi
perikanan budidaya yang efisien dan produktif supaya usahanya
berhasil dan menguntungkan; dan
f.
menyampaikan laporan kegiatan kegiatan budidaya minapadi yang
diketahui oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota kepada Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya Cq Direktorat Produksi dan Usaha
Budidaya dan ditembuskan ke Dinas Provinsi.
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
11
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Identifikasi dan Pemilihan Lokasi
3.1.1 Identifikasi Lokasi
Lokasi kegiatan kegiatan budidaya minapadi ditetapkan berdasarkan
hasil
identifikasi
oleh
Tim
Teknis
dengan memperhatikan aspek teknis,
Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
non teknis, dan legalitas yang
telah memenuhi kriteria, sebagai berikut:
a. Aspek Teknis:
1) sawah Berada dalam kawasan beririgasi teknis;
2) lokasi terhindar dari banjir dan pencemaran;
3) aspek daya dukung lingkungan (sosial dan keamanan) memenuhi
persyaratan; dan
4) kesesuaian
lokasi
dengan
penerapan
teknologi
yang
akan
dikembangkan.
b. Aspek Non Teknis:
1) kelembagaan kelompok;
2) aspek sosial budaya; dan
3) komitmen pelaksana dan dukungan pemerintah daerah.
e.
Aspek Legalitas
Lokasi sesuai dengan tata ruang daerah dan tidak terdapat konflik
kepentingan baik
dengan kegiatan perikanan
maupun
kegiatan
lainnya terkait pemanfaatan ruang/lahan dan status kepemilikan
lahannya
jelas
serta
sesuai
dengan
peruntukan
percontohan
perikanan.
3.1.2 Pemilihan Lokasi
a. Lokasi
Areal persawahan yang dapat digunakan untuk usaha mina padi
adalah sawah beririgasi teknis/non teknis atau sumber air lainnya
yang memenuhi persyaratan kualitas air budidaya dan tersedia
selama masa pemeliharaan. Selain faktor ketersediaan air, sawah
yang digunakan juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1)
air yang digunakan harus memenuhi persyaratan baku mutu
budidaya dan sanitasi, tidak tercemar oleh cemaran fisik, kimia
dan biologis dari alam, industri, pemukiman dan pertanian serta
12
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
memiliki sistem pengaturan air yang baik, sehingga air mudah
untuk dikendalikan;
2)
lokasi harus bebas banjir dan sesuai dengan rencana tata ruang
3)
ketinggian
dan wilayah;
lahan
0-700
meter
diatas
permukaan
laut
dan
kemiringan tanah relatif rendah;
4)
tanah yang dipilih liat berpasir dan tidak porous;
5)
pematang harus kuat untuk menahan air minimal 30 cm dari
pelataran sawah dengan lebar minimal 50 cm;
6)
untuk memudahkan pengangkutan dan pemasaran sebaiknya
7)
agar pengontrolan dapat dilakukan dengan mudah sebaiknya
dipilih areal yang dekat dengan akses jalan; dan
dipilih lahan yang dekat dengan pemukiman penduduk.
b. Sumber air
Sumber air untuk usaha minapadi harus cukup dan berasal dari
saluran irigasi atau sumber air lainnya. Air yang digunakan harus
memenuhi persyaratan baku mutu budidaya dan sanitasi, tidak
tercemar oleh cemaran fisik, kimia dan biologis dari alam, industri,
permukiman dan pertanian serta memiliki sistim pengaturan air yang
baik, sehingga air mudah untuk dikendalikan. Air yang digunakan
harus dapat mencukupi untuk proses produksi dengan debit 0,3
liter/detik - 0,5 liter/detik per 1000 m2.
3.2. Identifikasi Kelompok Minapadi
Identifikasi calon Kelompok Minapadi dilaksanakan oleh Tim Teknis
sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:
a.
Kelompok Minapadi di utamakan yang belum mendapat bantuan dari
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam kurun waktu 2 (dua)
tahun terakhir;
b.
terdaftar dan diusulkan oleh Dinas Kabupaten/Kota;
c.
bukan perangkat desa/kelurahan, pegawai ASN, TNI/Polri;
d.
rergabung dalam kelompok;
e.
menerapkan teknologi anjuran (SNI dan CBIB);
f.
bersedia dibina dan didampingi oleh Petugas Teknis/Penyuluh/PPB;
g.
bersedia
melanjutkan
kegiatan
percontohan
budidaya
minapadi
berkelanjutan;
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
13
h. bersedia dilakukannya pemindahan sarana budidaya apabila tidak
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan yang dibuktikan dengan surat
pernyataan;
i.
bersedia untuk tidak menjual/memindah tangankan kepada pihak
lain semua sarana budidaya yang diberikan dan dibuktikan dengan
surat pernyataan; dan
j.
bersedia
menerima
dan
memelihara
sarana
budidaya
yang
diserahterimakan yang dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima
(BAST) barang.
3.3. Penetapan Lokasi dan Kelompok Minapadi
Lokasi dan Kelompok minapadi diusulkan berdasarkan hasil koordinasi,
identifikasi dan verifikasi oleh Tim Teknis Pusat dan Daerah.
3.4. Jadwal Tentative Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Minapadi
Tabel 1.
Jadwal Tentative Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Minapadi
Tahun 2016
No.
Uraian Kegiatan
1
Penyusunan Juklak dan Juknis
2
3
4
5
6
7
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Identifikasi Lokasi dan
Kelompok pembudidaya
minapadi/Inventarisasi
verifikasi Kelompok
pembudidaya minapadi
Dukungan lintas sektoral :
Pemda Perbatasan, DKP
Prov/Kab, Dinas Perhubungan
dan SKPD terkait
Penetapan Lokasi dan
Kelompok Calon Penerima
FGD, Sosialisasi
Pengadaan Barang dan Jasa di
Pusat
Pengolahan lahan, caren,
pemupukan dan pemagaran
8
Penanaman bibit padi
10
Penebaran Benih Ikan
11
Pemeliharaan
12
Panen dan Temu Lapang
13
Monitoring dan Evaluasi
14
Pelaporan
15
Serah Terima Hasil Pekerjaan
14
Jan
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
Agus
Sep
Okt
Nov
Des
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA MINAPADI
Teknik budidaya minapadi untuk menghasilkan benih ikan umumnya
menerapkan sistim tumpang sari dan sistim penyelang. Sedangkan teknik
budidaya minapadi untuk menghasilkan ikan konsumsi dilakukan dengan
sistim tumpang sari dan palawija.
4.1. Persiapan lahan
Dalam
persiapan
lahan,
tanah
diolah
dengan
sempurna
sampai
kedalaman 15-20 cm sampai perbandingan lumpur dan air 1 : 1.
Pematang dibuat padat dan kokoh agar tidak mudah bocor dan longsor.
Uukuran lebar dasar pematang 40 - 50 cm, lebar atas 30 - 40 cm dan
tinggi 30 - 40 cm. Pematang dibersihkan dari gulma agar tidak menjadi
sarang hama padi maupun ikan. Lapisi pematang dengan lumpur secara
berkala agar bersih dan rapi. Setelah kering, lumpur pelapis pematang
akan mengeras sehingga gulma tidak mudah tumbuh.
Caren dibuat sebelum pengolahan tanah dimulai diukur secara baik
sehingga kedalamannnya sesuai yang dikehendaki karena fungsi caren
sebagai media hidup ikan, tempat memberi makan ikan, memudahkan
ikan bergerak ke seluruh petakan serta memudahkan panen ikan.
4.2 Wadah Minapadi
Beberapa persyaratan wadah untuk pengembangan minapadi antara
lain:
a. wadah pembesaran berupa petakan sawah yang mampu menampung
air;
b. wadah dapat dikeringkan dengan sempurna;
c. pintu air masuk dan keluar terpisah;
d. dasar caren miring ke arah saluran pengeluaran;
e. luasan petakan sawah minimal 500 m2;
f.
pematang harus kuat untuk menahan air minimal 30 cm dari
pelataran sawah dengan lebar minimal 50 cm;
g. lebar
caren
minimum
1,5
m
dengan
kedalaman
dari
pelataran
minimum 0,5m;
h. ukuran kobakan minimum 1,5 m x 1,5 m x 0,5 m.
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
15
4.3 Pemilihan Benih
4.3.1 Benih Ikan
Jenis ikan yang dibudidayakan harus memenuhi kriteria benih bermutu
dan mempunyai nilai ekonomis. Beberapa jenis komoditas yang dapat
dikembangan dalam minapadi adalah sebagai berikut :
4.3.1.1 Mas
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang
mempunyai ciri-ciri umum, badan ikan mas
berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke
samping
(Compresed)
dan
mulutnya
terletak di ujung tengah (terminal), dan
dapat di sembulka, di bagian mulut di hiasi
Gambar
2 . Benih ikan
mas
dua pasang
sungut,
yang
kadang-kadang
satu pasang di antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat
beragam (Susanto,2007)
Klasifikasi
Ikan mas dapat di klasifikasikan secara taksonomi (Susanto, 2007)
sebagai berikut :
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Ostariophysi
Famili
: Cyprinidae
Genus
: Cyprinus
Species
: (Cyprinus carpio L )
Benih ikan mas yang digunakan untuk minapadi sesuai dengan SNI
Nomor 01-6132-1999 Benih ikan mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain
majalaya kelas benih sebar. Kriteria kuantitatif benih ikan mas kelas
benih sebar sebagai berikut :
Ciri morfologi
Tubuh ikan mas digolongkan (3) tiga bagian yaitu kepala, badan, dan
ekor. Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang
cekung hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celahcelah insang, sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan
yang tampak dari luar (Cahyono, 2000).
16
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan
ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal
merupakan anggota gerak yang bebas. Selain itu system alat pencernaan
ikan mas secara umum terdiri atas saluran pencernaan berturut-turut
dari mulut hingga ke anus sebagai berikut :
1. Rongga mulut, di dalam rongga terdapat :
a. Lidah yang melekat pada dasar mulut dan tidak dapat digerakan.
b. Kelenjar-kelenjar lendir, tetapi tidak terdapat kelenjar ludah.
c. Rahang dengan gigi-gigi kecil berbentuk kerucut.
2. Faring, yaitu pangkal tenggorokan yang tempatnya yang sesuai
dengan tempat insang.
3. Kerongkongan yaitu kelanjutan faring yang terletak di belakang
insang.
4. Lambung
yaitu
kelanjutan
kerongkongan
yang
merupakan
pembesaran dari usus.
5. Ususnya panjang dan berliku-liku pada saluran pencernaan terdapat
beberapa kelenjar pencernaan, antara lain :
a. Hati, terletak di bagian muka rongga badan meluas mengelilingi
usus.
b. Pangkereas terletak dibagian lambung dan usus.
c. Jantung, terletak di dalam rongga tubuh yang dibatasi dekat daerah
insang dan di bungkus oleh selaput.
Diantara jenis ikan mas ada perbedaan dari segi sisik, bentuk badan,
sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan strain
pada ikan mas. Strain yang ada pada ikan mas antara lain :
1. Punten : Warna sisik hijau gelap, mata menonjol, gerakan lamban dan
jinak punggung lebar dan tinggi, ikan ini mempunyai panjang dan
relatif pendek di bandingkan ikan mas lainya.
2. Sinyonya : Warna sisik kuning muda, badan relative panjang, mata
tidak begitu menonjol dan normal pada usia yang masih muda,
sedang yang sudah tua sipit, yag masih muda gerakannya jinak dan
suka berkumpul pada permukaan air, perbandingan panjang dan
terhadap tinggi badan antara 3,66:1.
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
17
3. Majalaya: Warna sisik hijau keabu-abuan, dengan tepi sisik lebih
gelap kearah punggung badan relative pendek, punggung tinggi
(membungkuk) dengan perbandingan panjang dan tinggi badan 3,20:1
dan gerakan jinak.
4. Kumpai : Warnanya bermacam-macam, tanda yang khasnya adalah
siripnya panjang dan gerakannya lambat.
5. Kancra Domas : Sisik kecil-kecil, bagian atas hijau kehitaman dan ada
bagian titik yang mengkilap, bagian bawah sebatas garis badan
berwarna putih.
6. Fancy Carp (Koi) : Warna beraneka ragam, gerakan lamban dan jinak,
badan relatif pendek dan tinggi.
Tabel 1. Kriteria kuantitatif benih ikan mas kelas benih sebar
No
Kriteria
1
Umur maks. (hari)
2
3
Panjang total min. (cm)
Bobot min. (g)
Keseragaman ukuran,
min.
Keseragaman warna,
min.
4
5
Larva
Kebul
Putihan
Belo
Sangkal
4
20
40
70
90
0,6
-
1
0,2
3
3
5
6
8
10
80
80
80
80
80
95
95
95
95
95
Benih ikan mas kelas benih sebar tersebut memiliki ciri-ciri yaitu bentuk
tubuh tebal, gemuk dan kepala tidak besar, bentuk mata bulat, dengan
tingkah laku berenang bergerombol dan aktif menyongsong arus.
4.3.1.2 Nila
Ikan
nila
diintroduksi
didatangkan
ke
dari
Indonesia
Afrika,
secara
dan
resmi
oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada
Tahun
setelah
1969.
melalui
Setahun
masa
kemudian,
penelitian
dan
adaptasi barulah
ikan
ini disebarluaskan
Gambar 3 . Benih
ikan nila
kepada pembudidaya di seluruh Indonesia dan kini menjadi ikan
peliharaan
yang
populer
di
kolam-kolam
air
tawar
di
Indonesia.
Pemberian nama ikan nila tersebut berdasarkan ketetapan Direktur
Jenderal Perikanan pada tahun 1972. Nama tersebut diambil dari nama
spesiesnya, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi nila. Nama
nilotica menunjukkan daerah asal ikan ini, yaitu Sungai Nil di Benua
Afrika.
18
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
Habitat aslinya adalah perairan hulu Sungai Nil di Negara Uganda.
Kemudian secara alami berkembang dan bermigrasi di perairan hilir
sungai melewati Danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir (sepanjang
Sungai Nil). Ikan nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat.
Populasi terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Negara Chad dan
Nigeria dan sekarang telah tersebar sampai ke lima benua walaupun
habitat yang disukai adalah daerah tropis (Gustiano,2005).
Klasifikasi
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut :
Filum
: Vertebrata
Kelas
: Osteoichthyes
Sub kelas
: Acanthopterygii
Ordo
: Percomorphi
Famili
: Ciclidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis niloticus
Ada beberapa strain ikan nila, diantaranya : Oreochromis niloticus
baringoensis. Oreochromis niloticus cancellatus, Oreochromis niloticus
eduardianus, Oreochromis niloticus filoa, Oreochromis niloticus niloticus,
Oreochromis niloticus sugutae, Oreochromis niloticus tana, Oreochromis
niloticus vulcani.
Awalnya, ikan nila diberi nama Tilapia nilotica. Ikan ini digolongkan
kedalam genus Tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam
mulut
induknya.
Dalam
perkembangannya,
para
pakar
perikanan
menggolongkan ikan nila kedalam jenis Sarotherodon niloticus atau
kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya di dalam
mulut induk jantan dan betinanya. Akhirnya, diketahui bahwa yang
mengerami telur dan larva ikan nila hanya induk betinanya saja. Para
pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat
untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp
(Ghufran, 2003).
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
19
Ciri morfologis
Seperti ikan pada umumnya, ikan nila memiliki lima buah sirip, yakni
sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral
fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya
memanjang, dari bagian dorsal tutup insang hingga bagian dorsal sirip
ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil.
Sirip anus hanya satu buah dan bentuknya agak memanjang. Sirip ekor
bentuknya membulat dan hanya berjumlah satu buah. Tubuh berwarna
kehitaman atau keabuan, dengan beberapa corak agak gelap melintang
vertikal. Corak tersebut memudar saat ikan menjelang dewasa. Ekor
bergaris-garis tegak, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip
punggung dengan warna kemerahan atau kekuningan ketika musim
memijah (Khairuman, 2005).
Oreochromis niloticus memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan
O. mossambicus dengan perbandingan antara panjang dan tinggi adalah
3:1 dan pada tubuhnya terdapat 10 garis-garis vertikal. Pada sirip ekor
terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna kemerahmerahan. Mata tampak menonjol dan membesar. Letak mulut di ujung
tubuh. Posisi sirip terhadap sirip dada adalah Thorasic. Tipe sisik adalah
stenoid atau sisik sisir. Rumus jari-jari sirip adalah : P.XVII-13;V.1-5;
P.15;A.11-10 dan C.18 (Sugiarto dalam Arthana dan Aryhana 1992).
Ikan jantan dan betina dapat dibedakan dari alat kelaminnya. Alat
kelamin jantan berupa tonjolan yang agak meruncing yang letaknya di
belakang anus. Alat kelamin ini mempunyai 1 lubang yang berfungsi
ganda yaitu sebagai saluran tempat keluarnya sperma dan urin. Alat
kelamin betina berupa tonjolan yang tidak runcing. Alat kelamin ini
mempunyai lubang genital dan lubang saluran urin yang terpisah
(Dharma dan Subagyo, 1994 ). Ikan jantan memiliki ukuran tubuh lebih
besar dari ikan betina.
Berdasarkan perkembangan terakhir, telah dirilis varietas ikan nila
unggul antara lain varietas : nirwana, jatimbulan, best,
sultana, gesit,
JICA dan nila merah larasati. Benih ikan nila yang digunakan sesuai
dengan SNI Nomor 6140 : 2009 Benih ikan nila hitam (Oreochromis
niloticus Bleeker) kelas benih sebar. Kriteria kuantitatif benih ikan nila
hitam kelas benih sebar sebagai berikut :
20
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
Tabel 2. Kriteria kuantitatif benih ikan nila hitam kelas benih sebar
Benih
P II
40
80
3-5
5-8
2,5
4,5
No
Kriteria
Satuan
Larva
1
2
3
Umur
Panjang total
Bobot min.
Keseragaman ukuran
min.
Keseragaman warna
min.
hari
Cm
Gram
10
0,9 – 1,3
0,002
30
1-3
0,5
%
90
90
90
80
80
%
90
90
90
95
95
4
5
PI
P III
100
8 - 12
2,5
Benih ikan nila kelas benih sebar tersebut memiliki ciri-ciri yaitu bentuk
tubuh agak pipih, dengan tingkah laku bergerombol di permukaan air,
aktif melawan arus air dan bereaksi positif terhadap cahaya dan
kejutan.
4.3.1.2 Lele
Ikan lele (Clarias sp) merupakan ikan yang sudah lama berkembang di
Indonesia dan digemari oleh segala lapisan masyarakat sebagai sumber
protein. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang sanngup hidup
dalam kepadatan tinggi di lahan dan sumber air yang terbatas. Budidaya
lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan dilahan dan
sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi
budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya
relatif mudah, 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta 5)
waktu usaha yang dibutuhkan tidak terlalu lama.
Ikan lele bersifat nokturnal yaitu aktif bergerak mencari makan pada
malam hari. Pada siang hari biasanya berdiam diri dan berlindung di
tempat-tempat gelap. Ikan lele dilengkapi pernafasan tambahan berupa
modifikasi dari busur insangnya dan bernafas dengan bantuan labirin
yang berbentuk seperti bunga karang di bawah badannya, fungsinya
sebagai penyerap oksigen yang berasal dari udara sekitarnya. Maka
dalam
keadaan
dipermukaan
tertentu
tanah
yang
ikan
lele
lembab
dapat
dan
beberapa
sedikit
jam
kadar
berdiam
oksigennya
(Rachmatun, 2007)
Klasifikasi
Menurut Djatmika et al (1986), klasifikasi ikan lele adalah sebagai
berikut:
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
21
Subphyllum : Vertebrata
Kelas
: Pisces
Subkelas
: Teleostei
Ordo
: Ostariophysi
Famili
: Clariidae
Genus
: Clarias
Species
: Clarias sp
Ciri Morfologi
Secara umum, ikan lele mempunyai karakteristik morfologis sebagai
berikut :
1. Tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan bersungut atau
berkumis.
2. Kepala yang panjang, hampir mencapai seperempat dari panjang
tubuh. Kepalanya pipih ke bawah (depressed) dengan bagian atas dan
bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat.
3. Tulang pelat membentuk ruangan rongga diatas insang. Diruangan
inilah
terdapat
alat
pernafasan
tambahan
berupa
labirin,
yang
berbentuk seperti rimbunan dedaunan dan berwarna kemerahan.
4. Labirin berfungsi untuk mengambil oksigen langsung dari udara,
sehingga lele mampu bertahan hidup dalam kondisi oksigen (O2)
yang minimum.
Selain morfologi, makanan dan kebiasaan makan ikan lele antara lain
adalah :
Pemakan
hewan
dan
pemakan
bangkai
(carnivorousscavanger).
Makanannya berupa binatang-binatang renik, seperti kutu-kutu air
(daphnia, cladocera, capepoda), cacing, larva (jentik-jentik serangga),
siput kecil dan sebagainya. Ikan ini biasanya mencari makanan didasar
perairan, tetapi bila makanan yang terapung maka lele juga dengan
cepat memakannya. Dalam mencari makanan, lele tidak mengalami
kesulitan karena mempunyai alat peraba (sungut) yang sangat peka
terhadap keberadaan makanan baik di dasar, pertengahan maupun
permukaan perairan.
Habitat
Habitat atau lingkungan hidup lele banyak ditemukan diperairan tawar,
di dataran rendah hingga sedikit payau. Di alam, ikan lele hidup di
sungai-sungai yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat,
22
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
b. Inpari 15 Parahyangan
Varietas Inpari 15 Parahyangan ini memiliki
rata-rata
potensi
hasil
hasil
kelompok
6,1
7,5
umur
ton
ton
genjah
GKG/ha,
GKG/ha,
(sekitar
dengan
termasuk
117
hari
setelah Gambar
sebar),
serta
memiliki
bentuk bentuk
5. Varietas
Inpari
15 Parahyangan
tanaman tegak dengan tinggi tanaman sekitar 105 cm (Gambar 2).
Tekstur nasi dari varietas ini termasuk kategori pulen dengan kadar
amilosa 20,7% dengan mutu beras dan mutu nasi dan rasa nasi sangat
baik. Prosentase beras giling dari varietas ini lebih tinggi dibandingkan
varietas Ciherang dan Inpari 10, sedangkan prosentase beras kepalanya
sedikit dibawah Varietas Ciherang dan Inpari 10.
Dari hasil pengujian ketahanan terhadap hama wereng coklat, varietas
ini agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, namun agak
rentan
biotipe
2,
dan
rentan
terhadap
biotipe
3,
sehingga
tidak
direkomendasikan ditanam di daerah endemik wereng. Dari aspek
ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri/kresek, varietas ini
menunjukkan respon agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain III,
namun agak rentan terhadap strain IV dan strain VIII. Sedangkan untuk
ketahanan
terhadap
serangan
penyakit
blas
daun,
varietas
ini
memberikan respon tahan terhadap penyakit blas daun ras 033, agak
tahan
terhadap
penyakit
blas
ras133
dan
073,
namun
rentan
terhadap ras 173, serta memberikan respon rentan terhadap serangan
virus tungro, sehingga tidak dianjurkan ditanam di daerah endemik
tungro.
c. Inpari 16 Pasundan
Varietas Inpari 16 Pasundan memiliki rata-rata
hasil 6,3 ton GKG/ha dengan potensi hasil 7,6
ton GKG/ha, termasuk kelompok umur genjah
(sekitar 118 hari setelah sebar), serta
memiliki
bentuk tanaman tegak dengan tinggi tanaman
sekitar 102 cm (Gambar 3). Tekstur nasi dari varietas ini termasuk
kategori pulen dengan kadar amilosa 22,7% dengan mutu beras, mutu
nasi serta rasa nasi sangat baik. Prosentase beras giling dan persentase
beras kepala dari varietas ini lebih tinggi dibandingkan varietas Ciherang
dan Inpari 10.
24
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
Dari
aspek
ketahanan
terhadap
hama
wereng
coklat,
varietas
ini
memberikan respon agak rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 1
dan 2, serta rentan biotipe 3, sehingga tidak direkomendasikan ditanam
di daerah endemik hama wereng. Dari aspek ketahanan terhadap
penyakit hawar daun bakteri/kresek, varietas ini menunjukkan respon
tahan terhadap hawar daun bakteri strain III, namun agak rentan
terhadap strain IV dan strain VIII. Untuk ketahanan terhadap serangan
penyakit blas daun, varietas ini memberikan respon tahan terhadap
penyakit blas daun ras 033, agak tahan terhadap penyakit blas ras 073,
namun rentan terhadap ras133 dan 173, serta memberikan juga respon
rentan terhadap serangan virus tungro, sehingga tidak dianjurkan
ditanam di daerah endemik tungro.
Akselerasi adopsi ketiga varietas unggul baru di atas serta dukungan
teknologi budidaya yang dibutuhkan perlu terus dilakukan oleh berbagai
petugas terkait, sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata
dalam
upaya
Diharapkan
peningkatan
ketiga
produksi
varietas
padi
tersebut
dan
memiliki
pendapatan
potensi
petani.
hasil
dan
produktivitas serta ketahanan terhadap hama dan penyakit padi utama
lebih baik dibandingkan varietas popular yang ada (Ciherang dan Inpari
10) dan menjadi varietas unggul spesifik untuk tipe agroekosistim padi
sawah yang terdapat di Jawa Barat. Ketiga varietas tersebut cocok
ditanam
di
ekosistim
sawah
tadah
hujan
dataran
rendah
sampai
ketinggian 600 meter dpl.
4.4 Sistim minapadi
Ada beberapa sistim minapadi yang dikenal saat ini yaitu sebagai berikut
:
a.
Sistim penyelang, menghasilkan ukuran benih seperti : nila, mas,
tawes, nilam, lele, gurami, patin dan ikan lainnya.
Persiapan lahan :
Membabat
jerami
sampai
pangkalnya
dan
akar
yang
tersisa
dibenamkan;
Perbaikan pematang untuk mencegah kebocoran air;
Perbaikan saluran pemasukan dan pengeluaran serta dilengkapi
dengan saringan yang terbuat dari kawat, bambu atau jaring;
Pengolahan dan pembalikan tanah;
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
25
Pembuatan caren keliling dengan lebar 40-100 cm, kedalaman 60100 cm dan caren penampungan (kobakan panen) dengan ukuran
1x2 m dan kedalaman 50-75 cm.
Gambar 7. Contoh persiapan lahan dengan sistim penyelang
Pemupukan :
Pupuk organik dengan dosis 150-500 gram/m2 dan kapur dengan
dosis 50 gram/m2 yang diberikan setelah petakan digenangi air
setinggi 30-40 cm dan suplai air terus-menerus.
Pemeliharaan :
Benih ikan yang ditebar sebanyak 100.000 ekor/ha/musim tanam
Pakan tambahan untuk ikan berupa pelet halus sebanyak 20%
dengan ukuran tebar 1-3 cm.
dari bobot total ikan, dengan frekuensi 2 kali sehari;
Ketinggian air di pelataran sawah selama masa pemeliharaan
adalah 30-40 cm;
Balikkan tumpukan jerami 3 (tiga) hari sekali untuk mempercepat
Monitoring kualitas air dilakukan agar kualitas air sesuai dengan
proses pembusukan dan pertumbuhan pakan alami;
standar pemeliharaan ikan.
Pemanenan :
Panen dilakukan 2 – 3 hari sebelum tanam padi;
Dengan
sistim
ini
diperkirakan
dapat
memproduksi
benih
berukuran 3-5 cm dengan masa pemeliharaan 20 hari sebesar
60.000-80.000 ekor/ha/musim tanam;
Usaha
minapadi
dengan
sistim
penyelang
ini
dapat
juga
menghasilkan benih untuk dibesarkan di KJA, atau dijadikan
olahan goreng kering yang dikenal dengan “baby fish”.
26
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
b.
Sistim tumpang sari
Persiapan lahan :
Sawah dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan penanaman padi
dan pemeliharaan ikan;
Perbaikan saluran pemasukan dan pengeluaran serta dilengkapi
dengan saringan yang terbuat dari kawat, bambu atau jaring;
Pengolahan dan pembalikan tanah;
Pembuatan caren keliling dengan lebar 40-100 cm, kedalaman 60100 cm dan caren penampungan (kobakan panen) dengan ukuran
1x2 m dan kedalaman 50-75 cm. Dengan sistim ini caren dapat
dibuat kolam dalam dengan ukuran 0,8-1 meter.
Pemupukan :
Pemupukan
dasar
pemupukan
yang
dan
susulan
biasa
dengan
digunakan
dalam
berlumpur.
Tan
am
0
Ke
Keb
Tan
am
Penyiang
3-
20 Panen
ikan
15 - 20
Tana
m
25 – 30
Panen
Ikan
Penyiang
Primo
30 -
45 -
20 – 30
50%
kondisi
dari
sawah
dosis
masih
Panen
10
Panen
uk.konsu
Belo/
40-55
Toko
dosis
Panen
Ikan
Panen udang
95
Gambar 8. Jadwal tanam ikan pada budidaya mina padi
sesuai ukuran ikan dan lama pemeliharaan
Penebaran ikan :
Padat penebaran dan ukuran benih ikan disesuaikan dengan tujuan
penanaman, penebaran pertama benih berukuran 5-8 cm (fingerling)
dengan padat penebaran 5-10 ekor/m2 dilakukan setelah penanaman
bibit padi berumur ± 7 hari.
Pemeliharaan :
Pakan tambahan berupa pelet halus dengan dosis maks.3% dari
berat bobot biomassa;
Monitoring kualitas air dilakukan agar kualitas air sesuai dengan
standar pemeliharaan ikan.
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
27
Pemanenan :
Panen ikan 1 minggu sebelum panen padi dilakukan pada pagi
atau sore hari pada saat suhu udara rendah;
Setelah
masa
pemeliharaan
selama
90
hari
dihasilkan
ikan
berukuran minimal 100 g/ekor sebanyak 30.000 - 60.000 ekor
atau minimal 3-6 ton.
Gambar 9. Proses pemanenan ikan di sawah
c.
Sistim Palawija
Dalam sistim ini, persiapan lahan, penebaran benih, pemeliharaan,
panen serta monitoring kualitas air sama seperti sistim tumpang sari,
perbedaan
dalam
sistim
ini
pemeliharaan
ikan
tidak
dilakukan
bersama padi.
Gambar 10. Pemanfaatan pematang sawah
4.5 Model tanam padi
Model tanam padi yang digunakan untuk budidaya minapadi antara lain :
a.
Model jajar legowo
Model ini memiliki pola tanam padi dengan perbandingan 2 : 1, 4 : 1
dan 6 : 1. Artinya, setiap dua, empat dan enam baris padi yang
ditanam di petakan sawah, diberikan satu baris kosong (tanpa benih
padi). Tujuannya adalah selain sebagai ruang untuk pemeliharaan
28
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
ikan, juga agar sinar matahari dapat langsung mengenai petakan
sawah sehingga dapat meningkatkan produksi padi sebesar 12–22%
dan memberikan ruang yang luas untuk pemeliharaan ikan.
Gambar 11. Model jajar legowo
b.
Model tegel yang dilengkapi parit/caren
Perbedaan model ini terletak pada jarak padi 20 cm, sehingga untuk
minapadi
harus
dilengkapi
dengan
caren/parit.
Berbagai
letak
caren/parit pada petakan sawah yaitu : caren/parit keliling, tengah,
diagonal dan ada juga yang dilengkapi dengan petak pengungsian.
Fungsi
dari
parit/kemalir
yaitu
:
untuk
melindungi
ikan
dari
kekeringan pada saat terjadi kebocoran, memudahkan panen ikan,
tempat memberi makan ikan dan untuk memudahkan ikan bergerak
ke seluruh petakan.
Gambar 12. Model tegel yang dilengkapi parit/caren
c.
Model kolam dalam
Modal kolam dalam adalah model tanam padi jajar legowo atau tegel
yang
dilengkapi
parit/caren
dalam
dengan
ukuran
caren
lebar
minimal 1 meter dan kedalaman 0,8-1 meter. Dengan menggunakan
model kolam dalam, panen padi dapat meningkat hingga 15 % per
satuan luas petakan sawah
Gambar 13. Minapadi kolam dalam
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
29
4.6 Pengelolaan air
Pengelolaan kualitas air untuk produksi ikan konsumsi dengan sistim
minapadi harus selalu diperhatikan meliputi : monitoring parameter
kualitas air yang diukur sesuai kebutuhan dan pemantauan kesehatan
ikan minimal 10 hari sekali. Data hasil monitoring dicatat dan disimpan
secara baik sebagai dasar dalam pengendalian kualitas air, kesehatan dan
pertumbuhan ikan. Pengamatan pematang sawah juga harus dilakukan
untuk
menghindari
adanya
kebocoran
pada
petakan
lahan
sawah.
Parameter kualitas air budidaya untuk minapadi dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4. Kualitas air budidaya untuk minapadi
No
1
2
3
4
Parameter
Satuan
Kisaran
Suhu
pH
DO
Amoniak
(TAN)
oC
25 – 31
5–8
>3
maks. 1
mg/l
mg/l
total
4.7 Pemberian pakan
Dalam usaha budidaya, pakan merupakan komponen biaya terbesar
selama pemeliharaan yaitu berkisar antara 80-85 %. Kebutuhan pakan
yang berkualitas sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ikan. Untuk
mendapatkan produk ikan yang memenuhi jaminan mutu dan keamanan
pangan,
maka
pakan
ikan
yang
digunakan
harus
memiliki
nomor
pendaftaran/sertifikat yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perikanan
Budidaya atau surat jaminan dari instansi yang berkompeten.
Pemberian pakan disebarkan secara perlahan untuk memberikan
waktu
bagi
ikan
memakan
pelet
dan
pembudidaya
dapat
melihat
kebiasaan makan pada ikan ini. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak
maksimal 3% dari total biomassa. Proses produksi ikan konsumsi dengan
sistim minapadi dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 5. Proses produksi ikan konsumsi dengan sistim minapadi
No
1
2
30
Karakteristik
Penebaran benih
- Padat tebar benih
- Ukuran
Pakan
- Dosis
- Frekuensi
pemberian
Pembesaran
Ikan
Ikan nilem
nila
Satuan
Ikan
mas
ekor/m2
cm
5 – 10
5–8
5 – 10
5–8
5 – 10
5–8
%
kali/hari
maks. 3
2
pelet
maks. 3
2
pelet
maks. 3
2
pelet
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
-
Jenis pakan
3
Waktu pemeliharaan
hari
4
Pemanenan
- Sintasan produksi
- Ukuran
%
g/ekor
90 –
100
90 –
100
90 – 100
min. 60 min. 60
min. 60
min.10
min.10
min.100
0
0
Sumber : RSNI3 Produksi ikan konsusmsi dengan sistim minapadi
Penentuan
jumlah
pakan
dilakukan
dengan
cara
sampling
yaitu
mengambil beberapa ekor ikan dan menimbang bobotnya, sehingga dapat
diduga bobot total (biomass) sebagai berikut :
Bobot total = rata-rata bobot ikan sampling x jumlah ikan total
4.8 Panen
Ikan dapat dipanen dalam waktu pemeliharaan 90-100 hari atau lebih
sesuai
ukuran
yang
dibutuhkan
oleh
konsumem.
Biasanya
ikan
konsumsi dapat dijual setelah mencapai ukuran minimal 100 gram/ekor,
tetapi semakin besar ukuran ikan harganya juga semakin tinggi. Teknik
memanen yang sangat mudah dilakukan dengan cara mengeringkan
sawah baik beberapa atau menyeluruh. Jika ingin memanen seluruh
ikan, maka petakan sawah dapat dikeringkan seluruhnya. Pada waktu
pemanenan sebaiknya dimasukkan ai
REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
DIREKTORAT PRODUKSI DAN USAHA BUDIDAYA
PETUNJUK TEKNIS
SARANA BUDIDAYA
MINAPADI
SAMBUTAN
Program
minapadi
atau
terintegrasinya
penanaman
padi
dengan pembudidayaan ikan yang menjadi satu lokasi memberikan banyak manfaat
bagi masyarakat. Semua dapat dilaksanakan secara terintegrasi bahkan dapat
menekan terjadinya alih fungsi lahan dan urbanisasi karena mampu menyerap
tenaga kerja, menambah lahan produksi ikan sehingga mendukung capaian target
produksi ikan nasional. Peningkatan pendapatan petani dan pembudidaya lebih
tinggi dibandingkan dengan tidak menerapkan program mina padi yang
merupakan salah satu upaya pemerintah yaitu meningkatnya produksi yang diikuti
dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendukung kedaulatan
pangan.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menilai program minapadi
sebagai tiga kemenangan karena berhasil memberdayakan praktik pertanian dengan
komoditas sektor kelautan dan perikanan. Tiga kemenangan tersebut adalah dapat
meningkatkan panen, meningkatkan pendapatan, serta memperbaiki nutrisi yang
berasal dari hasil panen beras dan ikan.
Melalui budidaya minapadi, produktivitas sawah akan meningkat baik dari
padi yang dihasilkan maupun tambahan pendapatan dari ikan/udang, sehingga
kebutuhan gizi masyarakat terpenuhi, kesejahteraan petani dan produktivitas lahan
meningkat serta mendukung kedaulatan pangan.
Beberapa metode budidaya minapadi telah berkembang di masyarakat dan
dibina serta didukung teknologinya oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup
Direktorat Jenderal Perikanan Budi daya (DJPB), diharapkan bisa diadaptasi dan
dikembangkan di kawasan yang memiliki potensi baik untuk produksi padi
maupun ikan.
Sarana Budidaya Minapadi yang dilaksanakan diharapkan dapat berdampak
luas terhadap produksi perikanan di Indonesia yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan serta berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat pembudidaya
ikan.
Jakarta, Februari 2016
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si.
Petunjuk
Pelaksanaan
Bantuan Sarana
Budidaya Minapadi Tahun 2016
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan
Sarana
Budidaya MinapadiTahun
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT TuhanYang Maha Esa, karena tanpa
karunia-Nya, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
ini selesai tepat waktu.
Juklak Sarana Budidaya Minapadi ini disusun untuk menjadi pegangan setiap
pelaku pengembangan kawasan perikanan budidaya terutama Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten dan Kelompok pembudidaya minapadi sebagai pelaku utama
di lapangan. Juklak ini memberi tatanan, batasan dan arah yang jelas, mulai dari
identifikasi dan penetapan Kelompok pembudidaya minapadi, proses
pembudidayaan sampai dengan proses pelaporan. Agar kesuksesan pelaksanaan
bantuan budidaya Minapadi bisa lebih terjamin, Juklak ini juga mengatur sistem
monitoring, pembinaan dan evaluasi pelaksanaan. Ini diatur secara berjenjang mulai
dari pembina pusat, provinsi sampai dengan kabupaten.
Melalui kegiatan bantuan Sarana Budidaya Minapadi diharapkan dapat
mendorong peningkatan kemampuan usaha Kelompok pembudidaya minapadi
penerima, yang ditandai dengan peningkatan produksi, penerimaan usaha serta
pengembangan kewirausahaan. Sehingga diharapkan usaha budidaya Minapadi
dapat mendukung target produksi dan menstimulasi perkembangan usaha
budidaya Minapadi disekitarnya.
Penyusunan juklak ini tentunya telah melibatkan banyak pihak. Terimakasih
disampaikan kepada seluruh staf lingkup Ditjen Perikanan Budidaya yang telah
menyumbangkan pikiran, ide dan pendapat sehingga persiapan hingga finalisasi
juklak ini dapat selesai dengan baik. Juklak bantuan budidaya Minapadi tahun 2016
ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu diharapkan saran dan
masukan untuk kesempurnaan juklak ini. Semoga dengan acuan melalui juklak ini
pelaksanaan kegiatan bantuan budidaya Minapadi dapat terealisasi dengan baik dan
berdampak terhadap pengembangan kawasan budidaya demi kesejahteraan
masyarakat.
Jakarta,
Februari 2016
Direktur Produksi dan Usaha Budidaya
Ir. Balok Budiyanto, MM.
2
Petunjuk
Bantuan Sarana
SaranaBudidaya
BudidayaMinapadiTahun
Minapadi Tahun
Petunjuk Pelaksanaan
Pelaksanaan Bantuan
20162016
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
PERATURAN
DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
NOMOR 30/PER-DJPB/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN BUDIDAYA MINAPADI
TAHUN 2016
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA,
Menimbang:
a.
b.
Mengingat:
1.
2.
3.
4.
bahwa
dalam
rangka
mendukung
keberhasilan
pelaksanaan
peningkatan
produksi
perikanan
budidaya, perlu dilaksanakan kegiatan budidaya
minapadi;
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Direktur
Jenderal
Perikanan
Budidaya
tentang
Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya Minapadi Tahun
2016;
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5073);
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63
Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 111);
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 136/M
Tahun 2015 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan
dari dan dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di
Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan;
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
di
Lingkungan
Kementerian
Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 1);
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
3
5.
6.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227);
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.18/MEN/2011
tentang
Pedoman
Umum
Minapolitan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN BUDIDAYA
MINAPADI TAHUN 2016.
Pasal 1
Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya Minapadi Tahun 2016 dipergunakan
sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat, Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi/Kabupaten/Kota, kelompok minapadi, dan pemangku kepentingan
dalam melaksanakan kegiatan budidaya minapadi secara efektif dan efesien.
Pasal 2
Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya Minapadi Tahun 2016 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I dan II yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal ini.
Pasal 3
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,
ttd.
SLAMET SOEBJAKTO
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Humas
Setiadi Heri Surono
4
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
LAMPIRAN I
PERATURAN
DIREKTUR
PERIKANAN BUDIDAYA
NOMOR 30/PER-DJPB/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN
MINAPADI TAHUN 2016
JENDERAL
BUDIDAYA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perikanan
Budidaya
saat
ini
menjadi
tumpuan
penting
dalam
menopang pembangunan perikanan nasional seiring dengan fenomena
meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sumber pangan dan gizi
yang aman bagi kesehatan. Hal ini menjadi sebuah tantangan besar bagi
Ditjen
Perikanan
Budidaya
dalam
mewujudkan
Perikanan
Budidaya
sebagai ujung tombak dalam menggerakan perekonomian nasional dan
ketahanan
pangan
dihadapkan
pada
masyarakat.
sebuah
Disamping
tantangan
besar
itu
Indonesia
yaitu
dalam
saat
ini
menghadapi
persaingan perdagangan bebas di level regional ASEAN atau
Asean
Economic Community (AEC).
Strategi
percontohan
perikanan
budidaya
dilaksanakan
melalui
peningkatan produksi, produktivitas dan daya saing yang berbasis ilmu
pengetahuan
melalui
industrialisasi
perikanan
budidaya
yang
akan
diperankan menjadi penghela percepatan percontohan sistem produksi
perikanan nasional yang berorientasi pada tren pasar global dan lokal.
Percontohan sistem produksi melalui (i) percontohan input teknologi yang
sesuai standar (teknologi anjuran), aplikatif, efektif dan efisien berbasis
wawasan lingkungan; (ii) meningkatkan daya saing produk hasil produksi
budidaya
melalui
percepatan
pelaksanaan
kegiatan
sertifikasi
Cara
Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB); (iii) percontohan usaha perikanan
budidaya
sebagai
upaya
dalam
mensosialisasikan
model
pengelolaan
budidaya berkelanjutan; (iv) percontohan minapadi sebagai bagian dari
upaya mendapatkan nilai tambah ganda.
Input teknologi yang adaftif, aplikatif, efektif dan efisien serta mampu
mewujudkan perikanan budidaya yang berkelanjutan yang harus segera
ditransfer kepada masyarakat pembudidaya melalui kegiatan percontohan
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
5
model budidaya minapadi sebagai upaya dalam memberikan tontonan,
tuntunan dan teladan bagi para pembudidaya.
Budidaya
minapadi
adalah
budidaya
ikan
dan
padi
dalam
satu
hamparan sawah. Minapadi dapat meningkatkan produktivitas lahan
sawah
karena
selain
tidak
mengurangi
hasil
padi,
juga
dapat
menghasilkan ikan/udang. Budidaya minapadi dilakukan masyarakat
sejak lama walaupun masih menggunakan teknologi sangat sederhana
hanya terbatas pada kegiatan tahapan pendederan. Guna mendukung
percontohan
budidaya
minapadi
maka
Ditjen
Perikanan
Budidaya
membuat kegiatan budidaya minapadi. Usaha ini dapat meningkatkan
pendapatan petani karena dapat mencegah fungsi alih lahan sawah dan
urbanisasi.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelaksanaan kegiatan
budidaya minapadi dilakukan dengan melibatkan kelompok masyarakat
atau kelompok kelompok minapadi. Proses ini dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan
konstruksi,
pengawasan
dan
pelaporan
yang
akan
dilaksanakan oleh kelompok masyarakat atau kelompok pembudidaya.
Kegiatan
pembudidaya
tersebut
dalam
diharapkan
dapat
melakukan
menjadi
percontohan
teladan
bagi
usahanya.
para
Agar
implementasi kegiatan tersebut dapat berjalan secara efektif sesuai target,
maka perlu disusun dalam bentuk Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya
Minapadi.
B. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Petunjuk Teknis ini dimaksukan sebagai acuan bagi
Pemerintah
Pusat,
Provinsi/Kabupaten/Kota,
Dinas
Kelautan
kelompok
minapadi,
dan
dan
Perikanan
pemangku
kepentingan dalam melaksanakan kegiatan budidaya minapadi.
Tujuan penyusunan Petunjuk Teknis ini adalah agar pelaksanaan
kegiatan budidaya minapadi dapat berjalan secara efektif, efesien, dan
tepat sasaran serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan membantu
mencegah alih fungsi lahan pertanian.
C. Sasaran
Sasaran
pelaksanaan
kegiatan
budidaya
minapadi
yaitu
terlaksananya percontohan minapadi pada 50 kelompok di 12 (duabelas)
Provinsi dan 20 (duapuluh) Kabupaten/Kota.
6
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
D. Output
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini antara lain
1.
penerapan teknologi budidaya anjuran di lokasi percontohan;
2.
peningkatan produksi dan produktifitas budidaya ikan dan padi di
lokasi percontohan setelah menerapkan input teknologi;
3.
keberlanjutan
usaha
budidaya
minapadi
di
tingkat
Kelompok
pembudidaya minapadi serta; dan
4.
peningkatan minat masyarakat sekitar untuk menerapkan teknologi
anjuran dan kaidah Cara Budidaya Ikan Yang Baik pada proses
produksi budidaya di lahan usaha masing-masing.
E.
Outcome
Berkembangnya
kegiatan
percontohan
budidaya
minapadi
dalam
upaya meningkatkan produksi dan produktivitas ikan dan padi sekaligus
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Kelompok pembudidaya
minapadi.
F.
Indikator keberhasilan
Indikator tingkat keberhasilan suatu kegiatan minapadi antara lain
mencakup:
1.
meningkatnya produksi dan produktifitas budidaya ikan dan padi di
lokasi percontohan minapadi;
2.
meningkatnya
usaha
budidaya
dan
bertambahnya
luas
lahan
minapadi; dan
3.
meningkatnya pendapatan petani minapadi.
G. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi:
1. persiapan;
2. pelaksanaan kegiatan;
3. teknik budidaya minapadi;
4. pengendalian hama; dan
5. monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
H. Pengertian
Dalam Petunjuk Teknis ini, yang dimaksud dengan:
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
7
1.
Tim
Pembina
adalah
Tim
Pelaksana
kegiatan
pemberdayaan
masyarakat kelompok minapadi di pusat yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya untuk mengkoordinasikan
pelaksanaan kegiatan di tingkat Direktorat Jenderal.
2.
Tim
Teknis
masyarakat
adalah
Tim
kelompok
Pelaksana
minapadi
kegiatan
di
pemberdayaan
pusat
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota yang dibentuk oleh Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi untuk mengkoordinasikan pengelolaan kegiatan di
wilayahnya.
3.
Tenaga
Pendamping
adalah
orang
yang
bertugas
mendampingi
Kelompok pembudidaya minapadi secara terus menerus selama
berlangsungnya
kegiatan,
yang
mempunyai
latar
belakang
pendidikan atau pengalaman di bidang kelautan dan perikanan
terdiri dari penyuluh perikanan Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN)
dan atau Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPB).
4.
Kelompok minapadi adalah kumpulan petani/pembudidaya yang
berbadan hukum, mempunyai pengurus dan aturan-aturan dalam
organisasi
kelompok
pembudidayaan
ikan
yang
dalam
secara
langsung
lingkungan
melakukan
terkontrol,
usaha
yang
mata
pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan.
5.
Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat KKP
merupakan unsur pelaksana Pemerintah dipimpin oleh Menteri yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
6.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yang selanjutnya disebut
Direktorat Jenderal adalah salah Direktorat teknis di lingkup KKP
yang menyelenggarakan kegiatan perikanan budidaya;
7.
Dinas Provinsi adalah satuan kerja perangkat daerah di Provinsi yang
membidangi kelautan dan perikanan.
8.
Dinas Kabupaten/Kota adalah satuan kerja perangkat daerah di
Kabupaten/Kota yang membidangi kelautan dan perikanan.
9.
Pendampingan
adalah
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
Tenaga
Pendamping dalam rangka pemberdayaan kelompok minapadi dalam
melaksanakan percontohan usahanya.
8
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
BAB II
PERSIAPAN
2.1. Kelembagaan
Untuk
mengkoordinasikan
pembinaan,
monitoring
dan
dan
evaluasi
mengefektifkan
kegiatan
pengendalian,
kegiatan
budidaya
minapadi , maka dibentuk Tim Teknis Pelaksana yang meliputi Tim
Teknis
Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
yang
ditetapkan
berdasarkan
Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran (SK KPA) dengan struktur
kelembagaan sebagaimana pada Gambar 1 dibawah.
Ditjen Perikanan
Budidaya
(Tim Teknis Pusat)
Dinas KP Provinsi
(Tim Teknis Prov)
Dinas KP Kabupaten/Kota
Tim Teknis :
-Dinas Kab/Kota
-Penyuluh/PPB
Kelompok
Minapadi
UPT
Ditjen Perikanan
Budidaya
Gambar 1. Struktur Kelembagaan Kegiatan Budidaya Minapadi
2.2. Tim Teknis Pusat
Tim Teknis Pusat bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan Kegiatan
Budidaya Minapadi yang meliputi :
a. mengarahkan pelaksanaan Kegiatan;
b. menyusun Petunjuk Teknis dan petunjuk teknis;
c. menetapkan Tim Teknis dan Kelompok Minapadi berdasarkan usulan
kabupaten; dan
d. melakukan sosialisasi, identifikasi, koordinasi, pembinaan, monitoring,
dan evaluasi.
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
9
2.3. Tim Teknis Provinsi
Tim Teknis Provinsi mempunyai tugas:
a. mengusulkan Tim Teknis kepada Direktorat Jenderal;
b. melakukan koordinasi dengan Pusat dan Dinas Kabupaten/Kota; dan
c. melakukan sosialisasi, identifikasi, verifikasi,
pembinaan, monitoring
dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
2.4. Tim Teknis Kabupaten/Kota
Tim Teknis Kabupaten / Kota mempunyai tugas:
a.
mengusulkan Tim Teknis, lokasi dan Kelompok Minapadi pelaksana
kegiatan budidaya minapadi kepada Direktorat Jenderal;
b. melakukan koordinasi dengan Tim Teknis Pusat dan Tim Teknis
Provinsi;
c.
melakukan Pendampingan teknis kepada Kelompok pembudidaya
Minapadi; dan
d. Melakukan
sosialisasi,
identifikasi,
pembinaan,
pelaksanaan
dan
monitoring, evaluasi serta pelaporan kegiatan percontohan budidaya
minapadi kepada Dinas Provinsi tembusan Direktorat Produksi dan
Usaha Budidaya, Ditjen Perikanan Budidaya yang di tanda tangani
oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota.
2.5. Tim Pendamping Teknis (Penyuluh/PPB)
Tim pendamping Teknis mempunyai tugas:
a.
melaksanakan
kegiatan
identifikasi
calon
lokasi
dan
kelompok,
membantu pembuatan dokumen;
b. mengusulkan lokasi dan Kelompok Minapadi calon pelaksana kepada
kepala dinas kabupaten/kota; dan
c.
melakukan
pendampingan
menyusun
serta
dalam
menyampaikan
pelaksanaan
laporan
kegiatan
kepada
dan
Dinas
Kabupaten/Kota.
2.6. Kelompok Minapadi
Kelompok Minapadi sebagai penerima mempunyai tugas dan tanggung
jawab meliputi:
a.
10
Kelompok minapadi harus berbadan hukum koperasi;
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
b. bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan kegiatan kegiatan
budidaya minapadi;
c.
mengikuti ketentuan penerapan teknologi anjuran sesuai (SNI dan
CBIB) dan bersedia untuk disertifikasi CBIB;
d. luas lahan setiap Kelompok Minapadi penerima bantuan paling sedikit
2 hektar (ha);
e.
mengikuti
bimbingan,
pembinaan
dan
pendampingan
teknologi
perikanan budidaya yang efisien dan produktif supaya usahanya
berhasil dan menguntungkan; dan
f.
menyampaikan laporan kegiatan kegiatan budidaya minapadi yang
diketahui oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota kepada Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya Cq Direktorat Produksi dan Usaha
Budidaya dan ditembuskan ke Dinas Provinsi.
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
11
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Identifikasi dan Pemilihan Lokasi
3.1.1 Identifikasi Lokasi
Lokasi kegiatan kegiatan budidaya minapadi ditetapkan berdasarkan
hasil
identifikasi
oleh
Tim
Teknis
dengan memperhatikan aspek teknis,
Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
non teknis, dan legalitas yang
telah memenuhi kriteria, sebagai berikut:
a. Aspek Teknis:
1) sawah Berada dalam kawasan beririgasi teknis;
2) lokasi terhindar dari banjir dan pencemaran;
3) aspek daya dukung lingkungan (sosial dan keamanan) memenuhi
persyaratan; dan
4) kesesuaian
lokasi
dengan
penerapan
teknologi
yang
akan
dikembangkan.
b. Aspek Non Teknis:
1) kelembagaan kelompok;
2) aspek sosial budaya; dan
3) komitmen pelaksana dan dukungan pemerintah daerah.
e.
Aspek Legalitas
Lokasi sesuai dengan tata ruang daerah dan tidak terdapat konflik
kepentingan baik
dengan kegiatan perikanan
maupun
kegiatan
lainnya terkait pemanfaatan ruang/lahan dan status kepemilikan
lahannya
jelas
serta
sesuai
dengan
peruntukan
percontohan
perikanan.
3.1.2 Pemilihan Lokasi
a. Lokasi
Areal persawahan yang dapat digunakan untuk usaha mina padi
adalah sawah beririgasi teknis/non teknis atau sumber air lainnya
yang memenuhi persyaratan kualitas air budidaya dan tersedia
selama masa pemeliharaan. Selain faktor ketersediaan air, sawah
yang digunakan juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1)
air yang digunakan harus memenuhi persyaratan baku mutu
budidaya dan sanitasi, tidak tercemar oleh cemaran fisik, kimia
dan biologis dari alam, industri, pemukiman dan pertanian serta
12
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
memiliki sistem pengaturan air yang baik, sehingga air mudah
untuk dikendalikan;
2)
lokasi harus bebas banjir dan sesuai dengan rencana tata ruang
3)
ketinggian
dan wilayah;
lahan
0-700
meter
diatas
permukaan
laut
dan
kemiringan tanah relatif rendah;
4)
tanah yang dipilih liat berpasir dan tidak porous;
5)
pematang harus kuat untuk menahan air minimal 30 cm dari
pelataran sawah dengan lebar minimal 50 cm;
6)
untuk memudahkan pengangkutan dan pemasaran sebaiknya
7)
agar pengontrolan dapat dilakukan dengan mudah sebaiknya
dipilih areal yang dekat dengan akses jalan; dan
dipilih lahan yang dekat dengan pemukiman penduduk.
b. Sumber air
Sumber air untuk usaha minapadi harus cukup dan berasal dari
saluran irigasi atau sumber air lainnya. Air yang digunakan harus
memenuhi persyaratan baku mutu budidaya dan sanitasi, tidak
tercemar oleh cemaran fisik, kimia dan biologis dari alam, industri,
permukiman dan pertanian serta memiliki sistim pengaturan air yang
baik, sehingga air mudah untuk dikendalikan. Air yang digunakan
harus dapat mencukupi untuk proses produksi dengan debit 0,3
liter/detik - 0,5 liter/detik per 1000 m2.
3.2. Identifikasi Kelompok Minapadi
Identifikasi calon Kelompok Minapadi dilaksanakan oleh Tim Teknis
sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:
a.
Kelompok Minapadi di utamakan yang belum mendapat bantuan dari
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam kurun waktu 2 (dua)
tahun terakhir;
b.
terdaftar dan diusulkan oleh Dinas Kabupaten/Kota;
c.
bukan perangkat desa/kelurahan, pegawai ASN, TNI/Polri;
d.
rergabung dalam kelompok;
e.
menerapkan teknologi anjuran (SNI dan CBIB);
f.
bersedia dibina dan didampingi oleh Petugas Teknis/Penyuluh/PPB;
g.
bersedia
melanjutkan
kegiatan
percontohan
budidaya
minapadi
berkelanjutan;
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
13
h. bersedia dilakukannya pemindahan sarana budidaya apabila tidak
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan yang dibuktikan dengan surat
pernyataan;
i.
bersedia untuk tidak menjual/memindah tangankan kepada pihak
lain semua sarana budidaya yang diberikan dan dibuktikan dengan
surat pernyataan; dan
j.
bersedia
menerima
dan
memelihara
sarana
budidaya
yang
diserahterimakan yang dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima
(BAST) barang.
3.3. Penetapan Lokasi dan Kelompok Minapadi
Lokasi dan Kelompok minapadi diusulkan berdasarkan hasil koordinasi,
identifikasi dan verifikasi oleh Tim Teknis Pusat dan Daerah.
3.4. Jadwal Tentative Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Minapadi
Tabel 1.
Jadwal Tentative Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Minapadi
Tahun 2016
No.
Uraian Kegiatan
1
Penyusunan Juklak dan Juknis
2
3
4
5
6
7
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Identifikasi Lokasi dan
Kelompok pembudidaya
minapadi/Inventarisasi
verifikasi Kelompok
pembudidaya minapadi
Dukungan lintas sektoral :
Pemda Perbatasan, DKP
Prov/Kab, Dinas Perhubungan
dan SKPD terkait
Penetapan Lokasi dan
Kelompok Calon Penerima
FGD, Sosialisasi
Pengadaan Barang dan Jasa di
Pusat
Pengolahan lahan, caren,
pemupukan dan pemagaran
8
Penanaman bibit padi
10
Penebaran Benih Ikan
11
Pemeliharaan
12
Panen dan Temu Lapang
13
Monitoring dan Evaluasi
14
Pelaporan
15
Serah Terima Hasil Pekerjaan
14
Jan
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
Agus
Sep
Okt
Nov
Des
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA MINAPADI
Teknik budidaya minapadi untuk menghasilkan benih ikan umumnya
menerapkan sistim tumpang sari dan sistim penyelang. Sedangkan teknik
budidaya minapadi untuk menghasilkan ikan konsumsi dilakukan dengan
sistim tumpang sari dan palawija.
4.1. Persiapan lahan
Dalam
persiapan
lahan,
tanah
diolah
dengan
sempurna
sampai
kedalaman 15-20 cm sampai perbandingan lumpur dan air 1 : 1.
Pematang dibuat padat dan kokoh agar tidak mudah bocor dan longsor.
Uukuran lebar dasar pematang 40 - 50 cm, lebar atas 30 - 40 cm dan
tinggi 30 - 40 cm. Pematang dibersihkan dari gulma agar tidak menjadi
sarang hama padi maupun ikan. Lapisi pematang dengan lumpur secara
berkala agar bersih dan rapi. Setelah kering, lumpur pelapis pematang
akan mengeras sehingga gulma tidak mudah tumbuh.
Caren dibuat sebelum pengolahan tanah dimulai diukur secara baik
sehingga kedalamannnya sesuai yang dikehendaki karena fungsi caren
sebagai media hidup ikan, tempat memberi makan ikan, memudahkan
ikan bergerak ke seluruh petakan serta memudahkan panen ikan.
4.2 Wadah Minapadi
Beberapa persyaratan wadah untuk pengembangan minapadi antara
lain:
a. wadah pembesaran berupa petakan sawah yang mampu menampung
air;
b. wadah dapat dikeringkan dengan sempurna;
c. pintu air masuk dan keluar terpisah;
d. dasar caren miring ke arah saluran pengeluaran;
e. luasan petakan sawah minimal 500 m2;
f.
pematang harus kuat untuk menahan air minimal 30 cm dari
pelataran sawah dengan lebar minimal 50 cm;
g. lebar
caren
minimum
1,5
m
dengan
kedalaman
dari
pelataran
minimum 0,5m;
h. ukuran kobakan minimum 1,5 m x 1,5 m x 0,5 m.
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
15
4.3 Pemilihan Benih
4.3.1 Benih Ikan
Jenis ikan yang dibudidayakan harus memenuhi kriteria benih bermutu
dan mempunyai nilai ekonomis. Beberapa jenis komoditas yang dapat
dikembangan dalam minapadi adalah sebagai berikut :
4.3.1.1 Mas
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang
mempunyai ciri-ciri umum, badan ikan mas
berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke
samping
(Compresed)
dan
mulutnya
terletak di ujung tengah (terminal), dan
dapat di sembulka, di bagian mulut di hiasi
Gambar
2 . Benih ikan
mas
dua pasang
sungut,
yang
kadang-kadang
satu pasang di antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat
beragam (Susanto,2007)
Klasifikasi
Ikan mas dapat di klasifikasikan secara taksonomi (Susanto, 2007)
sebagai berikut :
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Ostariophysi
Famili
: Cyprinidae
Genus
: Cyprinus
Species
: (Cyprinus carpio L )
Benih ikan mas yang digunakan untuk minapadi sesuai dengan SNI
Nomor 01-6132-1999 Benih ikan mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain
majalaya kelas benih sebar. Kriteria kuantitatif benih ikan mas kelas
benih sebar sebagai berikut :
Ciri morfologi
Tubuh ikan mas digolongkan (3) tiga bagian yaitu kepala, badan, dan
ekor. Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang
cekung hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celahcelah insang, sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan
yang tampak dari luar (Cahyono, 2000).
16
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan
ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal
merupakan anggota gerak yang bebas. Selain itu system alat pencernaan
ikan mas secara umum terdiri atas saluran pencernaan berturut-turut
dari mulut hingga ke anus sebagai berikut :
1. Rongga mulut, di dalam rongga terdapat :
a. Lidah yang melekat pada dasar mulut dan tidak dapat digerakan.
b. Kelenjar-kelenjar lendir, tetapi tidak terdapat kelenjar ludah.
c. Rahang dengan gigi-gigi kecil berbentuk kerucut.
2. Faring, yaitu pangkal tenggorokan yang tempatnya yang sesuai
dengan tempat insang.
3. Kerongkongan yaitu kelanjutan faring yang terletak di belakang
insang.
4. Lambung
yaitu
kelanjutan
kerongkongan
yang
merupakan
pembesaran dari usus.
5. Ususnya panjang dan berliku-liku pada saluran pencernaan terdapat
beberapa kelenjar pencernaan, antara lain :
a. Hati, terletak di bagian muka rongga badan meluas mengelilingi
usus.
b. Pangkereas terletak dibagian lambung dan usus.
c. Jantung, terletak di dalam rongga tubuh yang dibatasi dekat daerah
insang dan di bungkus oleh selaput.
Diantara jenis ikan mas ada perbedaan dari segi sisik, bentuk badan,
sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan strain
pada ikan mas. Strain yang ada pada ikan mas antara lain :
1. Punten : Warna sisik hijau gelap, mata menonjol, gerakan lamban dan
jinak punggung lebar dan tinggi, ikan ini mempunyai panjang dan
relatif pendek di bandingkan ikan mas lainya.
2. Sinyonya : Warna sisik kuning muda, badan relative panjang, mata
tidak begitu menonjol dan normal pada usia yang masih muda,
sedang yang sudah tua sipit, yag masih muda gerakannya jinak dan
suka berkumpul pada permukaan air, perbandingan panjang dan
terhadap tinggi badan antara 3,66:1.
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
17
3. Majalaya: Warna sisik hijau keabu-abuan, dengan tepi sisik lebih
gelap kearah punggung badan relative pendek, punggung tinggi
(membungkuk) dengan perbandingan panjang dan tinggi badan 3,20:1
dan gerakan jinak.
4. Kumpai : Warnanya bermacam-macam, tanda yang khasnya adalah
siripnya panjang dan gerakannya lambat.
5. Kancra Domas : Sisik kecil-kecil, bagian atas hijau kehitaman dan ada
bagian titik yang mengkilap, bagian bawah sebatas garis badan
berwarna putih.
6. Fancy Carp (Koi) : Warna beraneka ragam, gerakan lamban dan jinak,
badan relatif pendek dan tinggi.
Tabel 1. Kriteria kuantitatif benih ikan mas kelas benih sebar
No
Kriteria
1
Umur maks. (hari)
2
3
Panjang total min. (cm)
Bobot min. (g)
Keseragaman ukuran,
min.
Keseragaman warna,
min.
4
5
Larva
Kebul
Putihan
Belo
Sangkal
4
20
40
70
90
0,6
-
1
0,2
3
3
5
6
8
10
80
80
80
80
80
95
95
95
95
95
Benih ikan mas kelas benih sebar tersebut memiliki ciri-ciri yaitu bentuk
tubuh tebal, gemuk dan kepala tidak besar, bentuk mata bulat, dengan
tingkah laku berenang bergerombol dan aktif menyongsong arus.
4.3.1.2 Nila
Ikan
nila
diintroduksi
didatangkan
ke
dari
Indonesia
Afrika,
secara
dan
resmi
oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada
Tahun
setelah
1969.
melalui
Setahun
masa
kemudian,
penelitian
dan
adaptasi barulah
ikan
ini disebarluaskan
Gambar 3 . Benih
ikan nila
kepada pembudidaya di seluruh Indonesia dan kini menjadi ikan
peliharaan
yang
populer
di
kolam-kolam
air
tawar
di
Indonesia.
Pemberian nama ikan nila tersebut berdasarkan ketetapan Direktur
Jenderal Perikanan pada tahun 1972. Nama tersebut diambil dari nama
spesiesnya, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi nila. Nama
nilotica menunjukkan daerah asal ikan ini, yaitu Sungai Nil di Benua
Afrika.
18
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
Habitat aslinya adalah perairan hulu Sungai Nil di Negara Uganda.
Kemudian secara alami berkembang dan bermigrasi di perairan hilir
sungai melewati Danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir (sepanjang
Sungai Nil). Ikan nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat.
Populasi terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Negara Chad dan
Nigeria dan sekarang telah tersebar sampai ke lima benua walaupun
habitat yang disukai adalah daerah tropis (Gustiano,2005).
Klasifikasi
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut :
Filum
: Vertebrata
Kelas
: Osteoichthyes
Sub kelas
: Acanthopterygii
Ordo
: Percomorphi
Famili
: Ciclidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis niloticus
Ada beberapa strain ikan nila, diantaranya : Oreochromis niloticus
baringoensis. Oreochromis niloticus cancellatus, Oreochromis niloticus
eduardianus, Oreochromis niloticus filoa, Oreochromis niloticus niloticus,
Oreochromis niloticus sugutae, Oreochromis niloticus tana, Oreochromis
niloticus vulcani.
Awalnya, ikan nila diberi nama Tilapia nilotica. Ikan ini digolongkan
kedalam genus Tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam
mulut
induknya.
Dalam
perkembangannya,
para
pakar
perikanan
menggolongkan ikan nila kedalam jenis Sarotherodon niloticus atau
kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya di dalam
mulut induk jantan dan betinanya. Akhirnya, diketahui bahwa yang
mengerami telur dan larva ikan nila hanya induk betinanya saja. Para
pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat
untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp
(Ghufran, 2003).
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
19
Ciri morfologis
Seperti ikan pada umumnya, ikan nila memiliki lima buah sirip, yakni
sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral
fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya
memanjang, dari bagian dorsal tutup insang hingga bagian dorsal sirip
ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil.
Sirip anus hanya satu buah dan bentuknya agak memanjang. Sirip ekor
bentuknya membulat dan hanya berjumlah satu buah. Tubuh berwarna
kehitaman atau keabuan, dengan beberapa corak agak gelap melintang
vertikal. Corak tersebut memudar saat ikan menjelang dewasa. Ekor
bergaris-garis tegak, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip
punggung dengan warna kemerahan atau kekuningan ketika musim
memijah (Khairuman, 2005).
Oreochromis niloticus memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan
O. mossambicus dengan perbandingan antara panjang dan tinggi adalah
3:1 dan pada tubuhnya terdapat 10 garis-garis vertikal. Pada sirip ekor
terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna kemerahmerahan. Mata tampak menonjol dan membesar. Letak mulut di ujung
tubuh. Posisi sirip terhadap sirip dada adalah Thorasic. Tipe sisik adalah
stenoid atau sisik sisir. Rumus jari-jari sirip adalah : P.XVII-13;V.1-5;
P.15;A.11-10 dan C.18 (Sugiarto dalam Arthana dan Aryhana 1992).
Ikan jantan dan betina dapat dibedakan dari alat kelaminnya. Alat
kelamin jantan berupa tonjolan yang agak meruncing yang letaknya di
belakang anus. Alat kelamin ini mempunyai 1 lubang yang berfungsi
ganda yaitu sebagai saluran tempat keluarnya sperma dan urin. Alat
kelamin betina berupa tonjolan yang tidak runcing. Alat kelamin ini
mempunyai lubang genital dan lubang saluran urin yang terpisah
(Dharma dan Subagyo, 1994 ). Ikan jantan memiliki ukuran tubuh lebih
besar dari ikan betina.
Berdasarkan perkembangan terakhir, telah dirilis varietas ikan nila
unggul antara lain varietas : nirwana, jatimbulan, best,
sultana, gesit,
JICA dan nila merah larasati. Benih ikan nila yang digunakan sesuai
dengan SNI Nomor 6140 : 2009 Benih ikan nila hitam (Oreochromis
niloticus Bleeker) kelas benih sebar. Kriteria kuantitatif benih ikan nila
hitam kelas benih sebar sebagai berikut :
20
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
Tabel 2. Kriteria kuantitatif benih ikan nila hitam kelas benih sebar
Benih
P II
40
80
3-5
5-8
2,5
4,5
No
Kriteria
Satuan
Larva
1
2
3
Umur
Panjang total
Bobot min.
Keseragaman ukuran
min.
Keseragaman warna
min.
hari
Cm
Gram
10
0,9 – 1,3
0,002
30
1-3
0,5
%
90
90
90
80
80
%
90
90
90
95
95
4
5
PI
P III
100
8 - 12
2,5
Benih ikan nila kelas benih sebar tersebut memiliki ciri-ciri yaitu bentuk
tubuh agak pipih, dengan tingkah laku bergerombol di permukaan air,
aktif melawan arus air dan bereaksi positif terhadap cahaya dan
kejutan.
4.3.1.2 Lele
Ikan lele (Clarias sp) merupakan ikan yang sudah lama berkembang di
Indonesia dan digemari oleh segala lapisan masyarakat sebagai sumber
protein. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang sanngup hidup
dalam kepadatan tinggi di lahan dan sumber air yang terbatas. Budidaya
lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan dilahan dan
sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi
budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya
relatif mudah, 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta 5)
waktu usaha yang dibutuhkan tidak terlalu lama.
Ikan lele bersifat nokturnal yaitu aktif bergerak mencari makan pada
malam hari. Pada siang hari biasanya berdiam diri dan berlindung di
tempat-tempat gelap. Ikan lele dilengkapi pernafasan tambahan berupa
modifikasi dari busur insangnya dan bernafas dengan bantuan labirin
yang berbentuk seperti bunga karang di bawah badannya, fungsinya
sebagai penyerap oksigen yang berasal dari udara sekitarnya. Maka
dalam
keadaan
dipermukaan
tertentu
tanah
yang
ikan
lele
lembab
dapat
dan
beberapa
sedikit
jam
kadar
berdiam
oksigennya
(Rachmatun, 2007)
Klasifikasi
Menurut Djatmika et al (1986), klasifikasi ikan lele adalah sebagai
berikut:
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
21
Subphyllum : Vertebrata
Kelas
: Pisces
Subkelas
: Teleostei
Ordo
: Ostariophysi
Famili
: Clariidae
Genus
: Clarias
Species
: Clarias sp
Ciri Morfologi
Secara umum, ikan lele mempunyai karakteristik morfologis sebagai
berikut :
1. Tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan bersungut atau
berkumis.
2. Kepala yang panjang, hampir mencapai seperempat dari panjang
tubuh. Kepalanya pipih ke bawah (depressed) dengan bagian atas dan
bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat.
3. Tulang pelat membentuk ruangan rongga diatas insang. Diruangan
inilah
terdapat
alat
pernafasan
tambahan
berupa
labirin,
yang
berbentuk seperti rimbunan dedaunan dan berwarna kemerahan.
4. Labirin berfungsi untuk mengambil oksigen langsung dari udara,
sehingga lele mampu bertahan hidup dalam kondisi oksigen (O2)
yang minimum.
Selain morfologi, makanan dan kebiasaan makan ikan lele antara lain
adalah :
Pemakan
hewan
dan
pemakan
bangkai
(carnivorousscavanger).
Makanannya berupa binatang-binatang renik, seperti kutu-kutu air
(daphnia, cladocera, capepoda), cacing, larva (jentik-jentik serangga),
siput kecil dan sebagainya. Ikan ini biasanya mencari makanan didasar
perairan, tetapi bila makanan yang terapung maka lele juga dengan
cepat memakannya. Dalam mencari makanan, lele tidak mengalami
kesulitan karena mempunyai alat peraba (sungut) yang sangat peka
terhadap keberadaan makanan baik di dasar, pertengahan maupun
permukaan perairan.
Habitat
Habitat atau lingkungan hidup lele banyak ditemukan diperairan tawar,
di dataran rendah hingga sedikit payau. Di alam, ikan lele hidup di
sungai-sungai yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat,
22
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
b. Inpari 15 Parahyangan
Varietas Inpari 15 Parahyangan ini memiliki
rata-rata
potensi
hasil
hasil
kelompok
6,1
7,5
umur
ton
ton
genjah
GKG/ha,
GKG/ha,
(sekitar
dengan
termasuk
117
hari
setelah Gambar
sebar),
serta
memiliki
bentuk bentuk
5. Varietas
Inpari
15 Parahyangan
tanaman tegak dengan tinggi tanaman sekitar 105 cm (Gambar 2).
Tekstur nasi dari varietas ini termasuk kategori pulen dengan kadar
amilosa 20,7% dengan mutu beras dan mutu nasi dan rasa nasi sangat
baik. Prosentase beras giling dari varietas ini lebih tinggi dibandingkan
varietas Ciherang dan Inpari 10, sedangkan prosentase beras kepalanya
sedikit dibawah Varietas Ciherang dan Inpari 10.
Dari hasil pengujian ketahanan terhadap hama wereng coklat, varietas
ini agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, namun agak
rentan
biotipe
2,
dan
rentan
terhadap
biotipe
3,
sehingga
tidak
direkomendasikan ditanam di daerah endemik wereng. Dari aspek
ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri/kresek, varietas ini
menunjukkan respon agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain III,
namun agak rentan terhadap strain IV dan strain VIII. Sedangkan untuk
ketahanan
terhadap
serangan
penyakit
blas
daun,
varietas
ini
memberikan respon tahan terhadap penyakit blas daun ras 033, agak
tahan
terhadap
penyakit
blas
ras133
dan
073,
namun
rentan
terhadap ras 173, serta memberikan respon rentan terhadap serangan
virus tungro, sehingga tidak dianjurkan ditanam di daerah endemik
tungro.
c. Inpari 16 Pasundan
Varietas Inpari 16 Pasundan memiliki rata-rata
hasil 6,3 ton GKG/ha dengan potensi hasil 7,6
ton GKG/ha, termasuk kelompok umur genjah
(sekitar 118 hari setelah sebar), serta
memiliki
bentuk tanaman tegak dengan tinggi tanaman
sekitar 102 cm (Gambar 3). Tekstur nasi dari varietas ini termasuk
kategori pulen dengan kadar amilosa 22,7% dengan mutu beras, mutu
nasi serta rasa nasi sangat baik. Prosentase beras giling dan persentase
beras kepala dari varietas ini lebih tinggi dibandingkan varietas Ciherang
dan Inpari 10.
24
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
Dari
aspek
ketahanan
terhadap
hama
wereng
coklat,
varietas
ini
memberikan respon agak rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 1
dan 2, serta rentan biotipe 3, sehingga tidak direkomendasikan ditanam
di daerah endemik hama wereng. Dari aspek ketahanan terhadap
penyakit hawar daun bakteri/kresek, varietas ini menunjukkan respon
tahan terhadap hawar daun bakteri strain III, namun agak rentan
terhadap strain IV dan strain VIII. Untuk ketahanan terhadap serangan
penyakit blas daun, varietas ini memberikan respon tahan terhadap
penyakit blas daun ras 033, agak tahan terhadap penyakit blas ras 073,
namun rentan terhadap ras133 dan 173, serta memberikan juga respon
rentan terhadap serangan virus tungro, sehingga tidak dianjurkan
ditanam di daerah endemik tungro.
Akselerasi adopsi ketiga varietas unggul baru di atas serta dukungan
teknologi budidaya yang dibutuhkan perlu terus dilakukan oleh berbagai
petugas terkait, sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata
dalam
upaya
Diharapkan
peningkatan
ketiga
produksi
varietas
padi
tersebut
dan
memiliki
pendapatan
potensi
petani.
hasil
dan
produktivitas serta ketahanan terhadap hama dan penyakit padi utama
lebih baik dibandingkan varietas popular yang ada (Ciherang dan Inpari
10) dan menjadi varietas unggul spesifik untuk tipe agroekosistim padi
sawah yang terdapat di Jawa Barat. Ketiga varietas tersebut cocok
ditanam
di
ekosistim
sawah
tadah
hujan
dataran
rendah
sampai
ketinggian 600 meter dpl.
4.4 Sistim minapadi
Ada beberapa sistim minapadi yang dikenal saat ini yaitu sebagai berikut
:
a.
Sistim penyelang, menghasilkan ukuran benih seperti : nila, mas,
tawes, nilam, lele, gurami, patin dan ikan lainnya.
Persiapan lahan :
Membabat
jerami
sampai
pangkalnya
dan
akar
yang
tersisa
dibenamkan;
Perbaikan pematang untuk mencegah kebocoran air;
Perbaikan saluran pemasukan dan pengeluaran serta dilengkapi
dengan saringan yang terbuat dari kawat, bambu atau jaring;
Pengolahan dan pembalikan tanah;
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
25
Pembuatan caren keliling dengan lebar 40-100 cm, kedalaman 60100 cm dan caren penampungan (kobakan panen) dengan ukuran
1x2 m dan kedalaman 50-75 cm.
Gambar 7. Contoh persiapan lahan dengan sistim penyelang
Pemupukan :
Pupuk organik dengan dosis 150-500 gram/m2 dan kapur dengan
dosis 50 gram/m2 yang diberikan setelah petakan digenangi air
setinggi 30-40 cm dan suplai air terus-menerus.
Pemeliharaan :
Benih ikan yang ditebar sebanyak 100.000 ekor/ha/musim tanam
Pakan tambahan untuk ikan berupa pelet halus sebanyak 20%
dengan ukuran tebar 1-3 cm.
dari bobot total ikan, dengan frekuensi 2 kali sehari;
Ketinggian air di pelataran sawah selama masa pemeliharaan
adalah 30-40 cm;
Balikkan tumpukan jerami 3 (tiga) hari sekali untuk mempercepat
Monitoring kualitas air dilakukan agar kualitas air sesuai dengan
proses pembusukan dan pertumbuhan pakan alami;
standar pemeliharaan ikan.
Pemanenan :
Panen dilakukan 2 – 3 hari sebelum tanam padi;
Dengan
sistim
ini
diperkirakan
dapat
memproduksi
benih
berukuran 3-5 cm dengan masa pemeliharaan 20 hari sebesar
60.000-80.000 ekor/ha/musim tanam;
Usaha
minapadi
dengan
sistim
penyelang
ini
dapat
juga
menghasilkan benih untuk dibesarkan di KJA, atau dijadikan
olahan goreng kering yang dikenal dengan “baby fish”.
26
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
b.
Sistim tumpang sari
Persiapan lahan :
Sawah dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan penanaman padi
dan pemeliharaan ikan;
Perbaikan saluran pemasukan dan pengeluaran serta dilengkapi
dengan saringan yang terbuat dari kawat, bambu atau jaring;
Pengolahan dan pembalikan tanah;
Pembuatan caren keliling dengan lebar 40-100 cm, kedalaman 60100 cm dan caren penampungan (kobakan panen) dengan ukuran
1x2 m dan kedalaman 50-75 cm. Dengan sistim ini caren dapat
dibuat kolam dalam dengan ukuran 0,8-1 meter.
Pemupukan :
Pemupukan
dasar
pemupukan
yang
dan
susulan
biasa
dengan
digunakan
dalam
berlumpur.
Tan
am
0
Ke
Keb
Tan
am
Penyiang
3-
20 Panen
ikan
15 - 20
Tana
m
25 – 30
Panen
Ikan
Penyiang
Primo
30 -
45 -
20 – 30
50%
kondisi
dari
sawah
dosis
masih
Panen
10
Panen
uk.konsu
Belo/
40-55
Toko
dosis
Panen
Ikan
Panen udang
95
Gambar 8. Jadwal tanam ikan pada budidaya mina padi
sesuai ukuran ikan dan lama pemeliharaan
Penebaran ikan :
Padat penebaran dan ukuran benih ikan disesuaikan dengan tujuan
penanaman, penebaran pertama benih berukuran 5-8 cm (fingerling)
dengan padat penebaran 5-10 ekor/m2 dilakukan setelah penanaman
bibit padi berumur ± 7 hari.
Pemeliharaan :
Pakan tambahan berupa pelet halus dengan dosis maks.3% dari
berat bobot biomassa;
Monitoring kualitas air dilakukan agar kualitas air sesuai dengan
standar pemeliharaan ikan.
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
27
Pemanenan :
Panen ikan 1 minggu sebelum panen padi dilakukan pada pagi
atau sore hari pada saat suhu udara rendah;
Setelah
masa
pemeliharaan
selama
90
hari
dihasilkan
ikan
berukuran minimal 100 g/ekor sebanyak 30.000 - 60.000 ekor
atau minimal 3-6 ton.
Gambar 9. Proses pemanenan ikan di sawah
c.
Sistim Palawija
Dalam sistim ini, persiapan lahan, penebaran benih, pemeliharaan,
panen serta monitoring kualitas air sama seperti sistim tumpang sari,
perbedaan
dalam
sistim
ini
pemeliharaan
ikan
tidak
dilakukan
bersama padi.
Gambar 10. Pemanfaatan pematang sawah
4.5 Model tanam padi
Model tanam padi yang digunakan untuk budidaya minapadi antara lain :
a.
Model jajar legowo
Model ini memiliki pola tanam padi dengan perbandingan 2 : 1, 4 : 1
dan 6 : 1. Artinya, setiap dua, empat dan enam baris padi yang
ditanam di petakan sawah, diberikan satu baris kosong (tanpa benih
padi). Tujuannya adalah selain sebagai ruang untuk pemeliharaan
28
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
ikan, juga agar sinar matahari dapat langsung mengenai petakan
sawah sehingga dapat meningkatkan produksi padi sebesar 12–22%
dan memberikan ruang yang luas untuk pemeliharaan ikan.
Gambar 11. Model jajar legowo
b.
Model tegel yang dilengkapi parit/caren
Perbedaan model ini terletak pada jarak padi 20 cm, sehingga untuk
minapadi
harus
dilengkapi
dengan
caren/parit.
Berbagai
letak
caren/parit pada petakan sawah yaitu : caren/parit keliling, tengah,
diagonal dan ada juga yang dilengkapi dengan petak pengungsian.
Fungsi
dari
parit/kemalir
yaitu
:
untuk
melindungi
ikan
dari
kekeringan pada saat terjadi kebocoran, memudahkan panen ikan,
tempat memberi makan ikan dan untuk memudahkan ikan bergerak
ke seluruh petakan.
Gambar 12. Model tegel yang dilengkapi parit/caren
c.
Model kolam dalam
Modal kolam dalam adalah model tanam padi jajar legowo atau tegel
yang
dilengkapi
parit/caren
dalam
dengan
ukuran
caren
lebar
minimal 1 meter dan kedalaman 0,8-1 meter. Dengan menggunakan
model kolam dalam, panen padi dapat meningkat hingga 15 % per
satuan luas petakan sawah
Gambar 13. Minapadi kolam dalam
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
29
4.6 Pengelolaan air
Pengelolaan kualitas air untuk produksi ikan konsumsi dengan sistim
minapadi harus selalu diperhatikan meliputi : monitoring parameter
kualitas air yang diukur sesuai kebutuhan dan pemantauan kesehatan
ikan minimal 10 hari sekali. Data hasil monitoring dicatat dan disimpan
secara baik sebagai dasar dalam pengendalian kualitas air, kesehatan dan
pertumbuhan ikan. Pengamatan pematang sawah juga harus dilakukan
untuk
menghindari
adanya
kebocoran
pada
petakan
lahan
sawah.
Parameter kualitas air budidaya untuk minapadi dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4. Kualitas air budidaya untuk minapadi
No
1
2
3
4
Parameter
Satuan
Kisaran
Suhu
pH
DO
Amoniak
(TAN)
oC
25 – 31
5–8
>3
maks. 1
mg/l
mg/l
total
4.7 Pemberian pakan
Dalam usaha budidaya, pakan merupakan komponen biaya terbesar
selama pemeliharaan yaitu berkisar antara 80-85 %. Kebutuhan pakan
yang berkualitas sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ikan. Untuk
mendapatkan produk ikan yang memenuhi jaminan mutu dan keamanan
pangan,
maka
pakan
ikan
yang
digunakan
harus
memiliki
nomor
pendaftaran/sertifikat yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perikanan
Budidaya atau surat jaminan dari instansi yang berkompeten.
Pemberian pakan disebarkan secara perlahan untuk memberikan
waktu
bagi
ikan
memakan
pelet
dan
pembudidaya
dapat
melihat
kebiasaan makan pada ikan ini. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak
maksimal 3% dari total biomassa. Proses produksi ikan konsumsi dengan
sistim minapadi dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 5. Proses produksi ikan konsumsi dengan sistim minapadi
No
1
2
30
Karakteristik
Penebaran benih
- Padat tebar benih
- Ukuran
Pakan
- Dosis
- Frekuensi
pemberian
Pembesaran
Ikan
Ikan nilem
nila
Satuan
Ikan
mas
ekor/m2
cm
5 – 10
5–8
5 – 10
5–8
5 – 10
5–8
%
kali/hari
maks. 3
2
pelet
maks. 3
2
pelet
maks. 3
2
pelet
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016
-
Jenis pakan
3
Waktu pemeliharaan
hari
4
Pemanenan
- Sintasan produksi
- Ukuran
%
g/ekor
90 –
100
90 –
100
90 – 100
min. 60 min. 60
min. 60
min.10
min.10
min.100
0
0
Sumber : RSNI3 Produksi ikan konsusmsi dengan sistim minapadi
Penentuan
jumlah
pakan
dilakukan
dengan
cara
sampling
yaitu
mengambil beberapa ekor ikan dan menimbang bobotnya, sehingga dapat
diduga bobot total (biomass) sebagai berikut :
Bobot total = rata-rata bobot ikan sampling x jumlah ikan total
4.8 Panen
Ikan dapat dipanen dalam waktu pemeliharaan 90-100 hari atau lebih
sesuai
ukuran
yang
dibutuhkan
oleh
konsumem.
Biasanya
ikan
konsumsi dapat dijual setelah mencapai ukuran minimal 100 gram/ekor,
tetapi semakin besar ukuran ikan harganya juga semakin tinggi. Teknik
memanen yang sangat mudah dilakukan dengan cara mengeringkan
sawah baik beberapa atau menyeluruh. Jika ingin memanen seluruh
ikan, maka petakan sawah dapat dikeringkan seluruhnya. Pada waktu
pemanenan sebaiknya dimasukkan ai