141511 AKJ 2009 06 30 Membangun Karakter Building Melalui Wayang

Judul : wayang ukur wayang 3 gemensi
Tempat : yogyakarta
Rep : TIM
Tanggal :
Pertunjukan wayang kulit selama ini identik dengan gambaran pertunjukan semalam suntuk, membosankan, dan kuno.
Tapi, perkembangan akhir-akhir menunjukkan mulai adanya keinginan beberapa kalangan untuk mengemas pertunjukan
wayang kulit untuk tampil lebih segar. Beberapa saat yang lalu, para pemerhati wayang kulit berkumpul dan berkatarsis
bersama-sama. Cukup menarik memang karena kebanyakan dari mereka mengeluh tentang eksistensi wayang kulit yang
kalah dengan sinetron.
Salah satu hal yang membuat wayang kulit tidak lagi menarik adalah pertunjukan ini sangat membosankan. Bagaimana
tidak, semua pertunjukan wayang kulit nyaris sama persis, ada pakemnya. pertunjukan wayang kulit dibuat baku
sedemikian rupa, sehingga dalang nyaris tidak bisa berkreasi lebih dari itu. Paling mentok, dalang akan mengeksplorasi
adegan perang dan adegan lawak, karena kedua adegan itu masih fleksibel.
Ketika sesuatu diulang-ulang terus menerus, akhirnya audience akan jenuh. Dan ketika mereka jenuh, otomatis mereka
akan pindah ke hiburan lain. Mungkin kalau diterapkan di jaman sunan-sunan, pakem wayang kulit tidak terlalu menjadi
masalah karena frekuensi pagelaran wayang kulit masih jarang. Tapi ketika diterapkan di masa kini ketika sehari dapat
diputar dua episode sekaligus, orang akan cepat bosan kalau plot cerita selalu mirip-mirip.
Ironisnya, kebanyakan para pemerhati wayang kulit (termasuk dalang), tidak suka ada inovasi pada pola pertunjukan
wayang kulit. Wayang kulit sebagai sebuah telur dari kebudayaan tidak seharusnya dikekang dan dibakukan. Seperti
kebudayaan sendiri, seharusnya bisa berkembang dan menyesuaikan zaman.
Dari penelitiannya itulah, perupa wayang ini mulai menciptakan bentuk-bentuk wayang sendiri yang disesuaikan dengan

falsafah masing-masing karakter. Pertunjukan wayang kulit selama ini identik dengan gambaran pertunjukan semalam
suntuk, membosankan, dan kuno
Dari penelitiannya itulah, perupa wayang ini mulai menciptakan bentuk-bentuk wayang sendiri yang disesuaikan dengan
falsafah masing-masing karakter.
Karena menggunakan proses mengukur, maka wayang ini kemudian dinamai wayang ukur. Secara keseluruhan, ide dan
kemasan wayang ukur ini sebenarnya cukup menarik, karena membawanya ke wilayah yang lebih luas dengan
penggunaan bahasa Indonesia dan durasi yang lebih dipersingkat.
Hanya saja, rakitan beragam gagasan dalam pertunjukan ini masih gamang. Kendati bentuk-bentuknya lebih bervariasi dan
modern, tapi budaya penuturannya masih belum beranjak dari format kesenian tradisional.
Tubuh utama pertunjukan wayang ukur ini sama dengan pertunjukan wayang kulit biasa. Bedanya, cerita ditampilkan
dalam bahasa Indonesia dan wayangnya yang dimainkan tiga dalang serta memasukkan beberapa adegan sendratari.
Kreasi lainnya meliputi penggunaan lampu yang lebih bervariasi. Cahaya tak hanya membantu mendramatisir cerita, juga
efek lain. Misalnya, sejumlah wayang prajurit yang disusun berhimpitan berhasil menghadirkan visualisasi pasukan tentara
kerajaan dengan mendekatkan wayang itu ke cahaya.
Karena wayang ini dipertunjukkan dari dua arah, maka layar yang digunakan dirancang khusus untuk bisa menampilkan
efek bayangan dari dua sisi. Tak satu dalang, tapi tiga dalang sekaligus // Keunikan lainnya didapati dari pemakaian
bahasa Indonesia dalam menuturkan cerita // Penamaan "Wayang Ukur" ini, lebih karena pembuatannya selalu didahului
dengan mengukur. “Jadi bukan menjiplak model seperti yang biasa dilakukan pembuat wayang kulit lainnya.// mengukur
wayang ini disesuaikan dengan model anatomi manusia juga,//
Tim melaporkan untuk akj rbtv ///


News reader : wayang ukur wayang 3 gemensi
Pertunjukan wayang kulit selama ini identik dengan gambaran pertunjukan semalam suntuk, membosankan, dan kuno.
Tapi, perkembangan akhir-akhir menunjukkan mulai adanya keinginan beberapa kalangan untuk mengemas pertunjukan
wayang kulit untuk tampil lebih segar // Dari penelitiannya itulah, perupa wayang ini mulai menciptakan bentuk-bentuk
wayang sendiri sehingga terciptalah wayang ukur.///