Membangun Karakter Mahasiswa Melalui PEMIRA

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 7:17:05 2017 / +0000 GMT

Membangun Karakter Mahasiswa Melalui PEMIRA
LINK DOWNLOAD [32.75 KB]
Membangun Karakter Mahasiswa Melalui PEMIRA
oleh
MUHAMMAD HAFIZULLAH LUBIS
Mahasiswa, secara etimologis berarti siswa yang di-maha-kan, siswa yang dihormati dan dihargai di lingkungan sekitar terutama
lingkungan berbangsa dan bernegara. Bukan hanya itu, melainkan ada yang lebih substansial lagi, mahasiswa dalam menjalankan
aktifitasnya dituntut untuk mandiri, kreatif, dan idependen.
Dalam kehidupan bermasyarakat, mahasiswa menjadi suatu komunitas unik yang khas, bahkan ada yang mengatakan sebagai
sesuatu yang aneh. Mengapa demikian? Karena mahasiswa secara historis telah mencatatkan jejak dalam lembaran sejarah
perubahan, menjadi garda terdepan, dan motor penggerak perubahan. Komunitas mahasiswa dikenal dengan jiwa militannya dan
pengorbanan yang tak kenal lelah mempertahankan idealismenya, yang lebih substansial lagi, mahasiswa mampu berada sedikit di
atas kelas masyarakat karena dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya,
Melihat potensi mahasiswa yang begitu besar, tidak sepantasnyalah peran mahasiswa yang hanya mementingkan kebutuhan pribadi
saja. Melainkan harus tetap berkontribusi terhadap bangsa dan negaranya. Seperti yang telah dituliskan di atas, mahasiswa bukan
menjadi siswa yang tanggung jawabnya hanya belajar, mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun
bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat.
Masyarakat yang dimaksud dalam hal ini dapat meliputi sejumlah atau sekelompok individu yang bersatu dalam satu pengaturan

atau organisasi demi mencapai suatu tujuan bersama. Masyarakat dalam lingkup pemilihan raya meliputi seluruh mahasiswa maupun
pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam proses dan hasil dari suatu pemilihan raya itu sendiri. Di samping itu, terdapat suatu
proses pergeseran dari mahasiswa demi menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada di masyarakat. Dalam konteks era kekinian,
peranan mahasiswa mengalami pergeseran nilai dan tujuan. Mahasiswa kini tak lagi idealis seperti dulu, banyak peranan mahasiswa
yang diboncengi oleh banyak kepentingan yang ada. Selain itu, peranan mahasiswa yang seharusnya menjadi pembawa aspirasi
rakyat, kini mulai bergeser menjadi academic oriented saja dengan hanya belajar sebagai kegiatan utama tanpa memperdulikan
hal-hal lain yang jauh lebih penting. Perlu ingat, mahasiswa hakikatnya lahir dari rahim masyarakat, dan sudah sepantasnyalah
mahasiswa membela kepentingan masyarakat. Mahasiswa sejatinya perlu membangun suatu karakter baru yang nantinya akan
merangsang tumbuhnya watak-watak brilian untuk mengontrol situasi yang ada. Cara apa yang paling sesuai untuk mengetahui siapa
aja yang nantinya akan membangun karakter baru tersebut? Tentu salah satunya adalah melalui pemilihan raya karena dari
pemilihan raya seorang mahasiswa akan mampu menilai siapa sosok baru yang nantinya akan mengubah sistem yang sudah
mengakar di lingkungannya. Di samping itu, melalui pemilihan raya tersebut mahasiswa akan merasa bahwa pendapat mereka
dihargai karena mereka diberikan hak untuk memilih calon yang tepat menjadi punggawa yang berwibawa dan ulet dalam
merealisasikan amanah-amanah yang diharapkan rekan-rekan mahasiswa lainnya.
Penulis sebagai mahasiswa dapat memetakan setidaknya ada empat peranan mahasiswa yang menjadi tugas dan tanggung jawab
yang harus dipikul. Peranan ini diturunkan apa yang seharusnya dan paling idealnya.
Creator of Change
Selama ini kita mendengar bahwa peranan mahasiswa hanya sebagai agen perubahan. Penulis mengatakan itu tidaklah benar,
mengapa? Karena dalam defininya kata ?agen? hanya merujuk bahwa mahasiswa hanyalah sebagai pembantu atau bahkan hanya
menjadi objek perubahan, bukan sebagai pencetus perubahan. Inilah alasan mengapa saat ini peranan mahasiswa banyak yang

diboncengi pencetus perubahan lain seperti partai politik, ormas, dan lainnya. Melihat dari kata ?pencetus?, mahasiswa seharusnya
dapat bergerak independen, sesuai dengan idealisme mereka.
Hal ini dapat lihat, ketika kondisi bangsa ini sekarang tidaklah ideal, banyak sekali permasalahan bangsa yang ada, mulai dari
korupsi, penggusuran, ketidakadilan, dan lain sebagainya. Mahasiswa yang mempunyai idealisme sudah seharusnya berpikir dan
bertindak bagaimana mengembalikan kondisi negara menjadi ideal. Lalu, apa yang menjadi alasan untuk berubah? Secara
substansial, perubahan merupakan harga mutlak, setiap kebudayaan dan kondisi pasti mengalami perubahan walaupun keadaanya
tetap diam ?sudah menjadi hukum alam. Sejarah telah membuktikan, bahwa perubahan besar terjadi di tangan generasi muda mulai
dari zaman nabi, kolonialisme, reformasi, dan lain sebagainya. Maka dari itu, mahasiswa dituntut bukan hanya menjadi agen
perubahan saja, melainkan pencetus perubahan itu sendiri yang tentunya ke arah yang lebih baik.
Iron Stock
Peranan mahasiswa yang tak kalah penting adalah iron stock atau mahasiswa dengan ketangguhan idealismenya akan menjadi

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/3 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 7:17:05 2017 / +0000 GMT

pengganti generasi-generasi sebelumnya, tentu dengan kemampuan dan akhlak mulia. Dapat dikatakan, bahwa mahasiswa adalah

aset, cadangan, dan harapan bangsa masa depan. Peran organisasi kampus tentu mempengaruhi kualitas mahasiswa, kaderasasi yang
baik dan penanaman nilai yang baik tentu akan meningkatkan kualitas mahasiswa yang menjadi calon pemimpin masa depan. Pasti
timbul pertanyaan, bagaimana cara mempersiapkan mahasiswa agar menjadi calon pemimpin yang siap pakai? Tentu jawabannya
adalah dengan memperkaya pengetahuan yang ada terhadap masyarakatnya. Selain itu, mempelajari berbagai kesalahan yang ada
pada generasi sebelumnya juga diperlukan sehingga menjadi bahan evaluasi dalam pengembangan diri.
Ada satu pertanyaan yang menggelitik bagi saya, mengapa bernama iron stock? Bukan golden atau silver stock? Hal ini masuk akal,
karena sifat besi itu sendiri yang berkarat dalam jangka waktu lama, sehingga diperlukan pengganti besi-besi sebelumnya. Filosofi
ini dapat dibenarkan, karena manusia yang disimbolkan sebagai besi tentu akan mati dan kehilangan tenaganya, maka dari itu
dibutuhkan generasi manusia baru sebagai pengganti yang lebih baik.
Social Control
Peran mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada yang tidak beres atau ganjil dalam masyarakat dan pemerintah. Mahasiswa
dengan gagasan dan ilmu yang dimilikinya memiliki peranan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial dalam masyarakat.
Mengapa harus menjadi social control? Kita semua tahu, bahwa mahasiswa itu sendiri lahir dari rahim rakyat, dan sudah seyogyanya
mahasiswa memiliki peran sosial, peran yang menjaga dan memperbaiki apa yang salah dalam masyarakat.
Saat ini di Indonesia, masyarakat merasakan bahwa pemerintah hanya memikirkan dirinya sendiri dalam bertindak. Usut punya usut,
pemerintah tidak menepati janji yang telah diumbar-umbar dalam kampanye mereka. Kasus hukum, korupsi, dan pendidikan
merajalela dalam kehidupan berbangsa bernegara. Inilah potret mengapa mahasiswa yang notabene sebagai anak rakyat harus
bertindak dengan ilmu dan kelebihan yang dimilikinya. Lalu bagaimana cara agar mahasiswa dapat berperan sebagai kontrol sosial?
Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa sosial yang peduli pada keadaan rakyat yang mengalami penderitaan, ketidakadilan, dan
ketertindasan. Kontrol sosial dapat dilakukan ketika pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan rakyat, maka dari itu

mahasiswa bergerak sebagai perwujudan kepedulian terhadap rakyat.
Pergerakan mahasiswa bukan hanya sekedar turun ke jalan saja, melainkan harus lebih substansial lagi yaitu diskusi, kajian dan lain
sebagainya. Bukan hanya itu, sifat peduli terhadap rakyat juga dapat ditunjukkan ketika mahasiswa dapat memberikan bantuan baik
secara moril dan materil bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Moral Force
Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu
mengapa harus moral force? Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan yang baik bagi
masyarakat. Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari masyarakat sebagai kaum terpelajar yang memiliki
keberuntungan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Kini, peran mahasiswa yang satu ini telah banyak ditinggalkan, banyak kegiatan mahasiswa yang berorientasi pada kehidupan
hedonisme. Amanat dan tanggung jawab yang telah dipegang oleh mahasiswa sebagai kaum terpelajar telah ditinggalkan begitu saja.
Jika ini terjadi, kegiatan mahasiswa bukan lagi berorientasi pada rakyat, hal ini pasti akan menyebabkan generasi pengganti hilang.
Maka dari itu, peran moral force sangat dibutuhkan bagi mahasiswa Indonesia yang secara garis besar memiliki goal menjadikan
negara dan bangsa ini lebih baik.
Mahasiswa dengan segala keunikan dan kelebihannya masih sangat rentan, sebab posisi mahasiswa yang dikenal sebagai kaum
idealis harus berdiri tegap di antara idealisme mereka dan realita kenyataan. Realita ini yang ada dalam masyarakat, di saat
mahasiswa tengah berjuang membela idealisme mereka, tenyata di sisi lain realita yang terjadi di masyarakat semakin buruk. Saat
mahasiswa berpihak pada realita, ternyata secara tak sadar telah meninggalkan idealisme dan ilmu yang seharusnya di
implementasikan. Inilah yang menjadi paradoks mahasiswa saat ini.
Posisi mahasiswa di masyarakat juga masih dianggap sebagai kaum ekslusif, kaum yang hanya bisa membuat kemacetan di kala

aksi, tanpa sekalipun memberikan hasil yang konkret, yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan kata lain, perjuangan dan
peran mahasiswa saat ini telah kehilangan esensinya sehingga masyarakat sudah tidak menganggap peran mahasiswa sebagai suatu
harapan. Inilah paradigma yang seharusnya diubah, jurang lebar antara masyarakat dan mahasiswa harus dihapuskan. Penulis
berpendapat, bahwa peran mahasiswa saat ini seyogyanya memiliki kesinergisan masyarakat dimana mahasiswa bernaung sebagai
anak rakyat, semoga.
Dari penjelasan di atas yang begitu panjang, mahasiswa dituntut untuk memiliki karakter idealis terhadap lingkungan sekitarnya,
termasuk dalam hal ini adalah idealis untuk berpartisipasi dalam pemilihan raya yang ada di lingkungannya. Mahasiswa tidak diajak
untuk aktif, tetapi mahasiswa mempunyai kesadaran sendiri bahwa mahasiswa itu mampu dalam melaksanakan dan memecahkan
persoalan-persoalan yang melanda lingkungan sekitarnya. Mahasiswa yang memiliki karakter tidak menunggu kapan dia akan

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/3 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 7:17:05 2017 / +0000 GMT

diinstruksikan. Karakter-karakter yang dibangun merupakan tumpuan bagi seorang mahasiswa dalam meniti pahit manis kehidupan
yang dialami oleh masyarakat.
Salah satu hal yang dilaksanakan masyarakat kampus yang notabene merupakan masyarakat paling dekat dengan mahasiswa adalah

pemilihan raya, apalagi pemilihan tersebut, mahasiswa terdorong untuk aktif dalam memberikan kontribusi yang nyata bagi
pemilihan raya tersebut. Suatu pemilihan raya merupaka hal yang paling menentukan keadaan yang akan dialami para mahasiswa di
masa datang nanti sebab dari hasil pemilihan raya tersebut akan lahir suatu dasar-dasar baru dan perubahan-perubahan terhadap
sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Dalam hal ini, mahasiswa dituntut untuk tidak apatis dalam menanggapi keadaan seperti
demikian. Salah satu peran mahasiswa seperti yang dijelaskan di atas adalah agent of control, mahasiswa harus membuktikan bahwa
mereka mempunyai peranan yang amat berharga demi merobek kain yang hitam dan menggatinya dengan kain yang putih. Dari kain
putih tersebut, mahasiswa memberikan kontribusi dan kekuasaan untuk mengubah warna kain putih tersebut kearah warna yang lain.
Kalau seandainya kain tersebut masih berwarna putih seperti sedia kala, hal tersebut menandakan bahwa tidak ada perubahan yang
dilakukan oleh para mahasiswa tersebut.
Melalui pemilihan raya, akan lahir sosok-sosok baru yang memiliki karakter, sosok-sosok yang sudah siap dalam menghadapi
berbagai permasalahan. Pemilihan yang dilakukan demi menanti suatu perubahan yang diharapkan tentunya akan merealisasikan
hal-hal yang betul-betul diharapkan untuk berubah. Mahasiswa yang memiliki intelegensi dan mampu berkompetisi demi perubahan
yang lebih baik pastinya akan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap tumbuhnya generasi-generasi baru berikutnya
yang akan mempunyai karakter berwibawa dalam mengedepankan moral, integritas, dan ilmu pengetahuan.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/3 |