J00846

DESAIN PENGEMBANGAN
KEPROFESIAN GURU BERKELANJUTAN BERBASIS E-LEARNING
(Suatu Tinjauan Teoretik)
Mawardi
mawardiu@gmail.com
Program Studi PGSD – FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Tulisan ini berisi deskripsi teoretik tentang desain pengembangan
keprofesian guru berkelanjutan (PKB) berbasis e-Learning. Model desain
PKB ini sebagai alternatif jawaban atas persoalan kondisi empirik
kompetensi guru yang masih memprihatinkan. Langkah-langkah model
desain pengembangan keprofesian guru berkelanjutan (PKB) berbasis eLearning secara siklik mencakup: a)analisis defisit kompetensi pedagogik
dan profesional sebagai kebutuhan pelatihan; b) menetapkan tujuan
pelatihan, pengembangan materi pokok dan instrumen evaluasi yang
dituangkan dalam silabus dan lesson plan, c)penyusunan panduan umum,
panduan fasilitator, panduan guru sebagai peserta pelatihan dan diktat
pelatihan, d) merancang strategi pelatihan berbasis belajar aktif, dan e)
merancang dan melakukan evaluasi pelatihan dalam bentuk refleksi diri,
sharing pengalaman dan tes akhir.
Kata kunci: desain, pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB),
e-Learning

PENDAHULUAN
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDM-PMP, 2012), menyatakan bahwa salah satu
kelemahan dalam pembinaan dan pengembangan profesi guru adalah proses pengembangan
keprofesian berkelanjutan yang belum berjalan dengan baik. Hasil Uji Kompetensi Awal guru
pra-PLPG menunjukkan bahwa kualitas guru masih di bawah standar, kemampuan guru
masih di bawah rata-rata 60% (Kompas, 1 Mei 2012).
Landasan legal formal pengembangan SDM guru adalah Undang-undang No.14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Pasal 10 ayat (1) UU tersebut menyatakan bahwa kompetensi
guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Lebih lanjut empat
kompetensi ini dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Landasan operasional
peningkatan kompetensi guru tersebut adalah Permennegpan & Rb No 19 Tahun 2009,
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam Permen tersebut secara jelas
dinyatakan bahwa guru berkewajiban melakukan pengembangan keprofesian secara
berkelanjutan.
Berbagai upaya peningkatan kompetensi guru telah dilakukan, antara lain melalui
pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) maupun pendidikan profesi guru (PPG). Namun
hasilnya belum memberikan dampak yang signifikan. Temuan berbagai penelitian berikut


membuktikan bahwa dampak PLPG dan PPG belum mampu meningkatkan mutu guru.
Penelitian Baedhowi dan Hartoyo (2009), menemukan motivasi guru untuk segera ikut
sertifikasi bukanlah untuk meningkatkan profesionalisme atau kompetensi mereka, tetapi
terkesan semata-mata untuk mendapatkan tambahan penghasilan melalui tunjuangan profesi.
Direktorat Jenderal PMPTK Depdiknas melakukan penelitian di Provinsi Sumatera
Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat tahun 2008
menemukan bahwa PLPG belum mampu meningkatkan kompetensi guru secara signifikan.
Kajian tersebut menemukan bahwa alasan guru mengikuti sertifikasi, antara lain, agar
mendapat tunjangan profesi, segera mendapat uang untuk memenuhi kebutuhan hidup,
tunjangan untuk biaya kuliah, biaya pendidikan anak, merenovasi rumah, dan membayar
utang.
Tantangan terberat bagi pengembangan kompetensi guru SD berkaitan dengan waktu
yang tersedia untuk mengikuti diklat, sumber-sumber bahan, media media dan sistem
penilaian yang obyektif untuk mengukur dan menilai kompetensi yang telah dikuasainya.
Tuntutan beban kerja guru SD sebagai guru kelas yang harus mengajar semua matapelajaran
menyita waktu yang banyak. Akibatnya hanya tersedia waktu sedikit untuk mengerjakan
tugas-tugas diklat. Kebiasaan guru SD yang relatif jarang mengakses sumber-sumber belajar,
baik cetak maupun elektronik akan menyulitkan guru untuk secara mandiri mendapatkan dan
meng-update bahan diklat. Untuk mengatasi berbagai persoalan mengenai rendahnya

kompetensi guru SD ini, diduga tepat dilakukan dengan menggunakan model pengembangan
keprofesian berkelanjutan berbasis e-Learning.
Berbagai penelitian tentang pelatihan guru berbasis e-Learning memberikan bukti
empirik bahwa model pelatihan guru dengan media komputer dan internet ini sangat potensial
untuk dikembangkan. Penelitian tersebut diantaranya: a) Usta (2011) melakukan penelitian
kuantitatif berjudul The Examination Of Online Self-Regulated Learning Skills In Web-Based
Learning Environments In Terms Of Different Variables . Penelitian ini menemukan bahwa :
1) Ada hubungan positif dan signifikan (r = 0,207) antara skor total keterampilan belajar
mandiri secara online dengan skor total sikap terhadap internet, 2) Terdapat perbedaan
signifikan antara skor total sikap terhadap internet dan tingkat keterampilan belajar mandiri
secara online (t(2-167) =-2,228; p

Dokumen yang terkait

J00846

0 0 14