PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN KELUARGA PERSPEKTIF HADITS NABI SAW.

PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA TENTANG
PENDIDIKAN KELUARGA PERSPEKTIF HADITSHADITS NABI SAW

SKRIPSI

Disusun oleh:

Mochamad Bahrur Rozak
NIM: D01212034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

ABSTRAK
Skripsi yang berjudul Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang
Pendidikan Keluarga Perspektif Hadits-Hadits Nabi SAW ini merupakan hasil
penelitian kepustakaan yang bertujuan untuk mengetahui dan menjawab
pertanyaan tentang bagaimana pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan

dalam keluarga apabila ditinjau dari hadits-hadits Nabi SAW tentang pendidikan
dan untuk mengetahui sumbangan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang cara
mendidik anak dalam lingkungan keluarga serta dalam pendidikan Islam jika
dikaitkan pada masa sekarang.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif analisis yakni menguraikan data-data dari hasil penelusuran
kepustakaan selanjutnya melalui proses pemaparan data, penyajian data,
pengolahan data dan penarikan kesimpulan secara umum mengenai pemikiran Ki
Hajar Dewantara tentang pendidikan di lingkungan keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pusat pendidikan yang utama
terdapat di lingkungan keluarga, oleh sebab itu alam keluarga menuntut terjadinya
pendidikan bagi anak baik pendidikan individual maupun sosial. Karena
lingkungan keluarga merupakan tempat pertama dan sebagai permulaan bagi
setiap individu untuk mengembangkan potensinya, disitulah pertama kalinya
pendidikan yang diberikan oleh orangtua yang berkedudukan sebagai guru
(penuntut), pengajar dan sebagai pemimpin pekerjaan (pemberi contoh). Oleh
sebab itu peran orang tua sangat penting dalam memberikan pendidikan budi
pekerti sejak dini. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi bahwa setiap anak dilahirkan
dalam keadaan fitrah atau suci, secara pengetahuan belum tahu apa-apa dan belum
mendapatkan bimbingan pendidikan dari segi manapun, disinilah tugas orang tua

dalam lingkup keluarga untuk mengasah pola pikir anak untuk mengembangkan
potensi anak. Sumbangan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan
adalah adanya kebebasan dan spontanitas untuk mendapatkan kemerdekaan hidup
seluas-luasnya melalui bidang pendidikan.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jika
dikaitkan dengan hadits-hadits Nabi SAW, seorang anak dilahirkan dalam
keadaan yang bersih. Dari keluarga, anak tersebut mendapatkan pendidikan
pertama yang berpengaruh terhadap perilaku anak positif maupun negatif.
Adapun masukan serta solusi yang solutif bagi setiap keluarga yang hidup di
lingkungan masyarakat, terutama orang tua dan para pendidik. Diharapkan para
orang tua yang memiliki peran yang aktif dalam pengembangan potensi anak
melalui pendidikan budi pekerti, dan memberikan pengaruh positif pada setiap
pengajaran di dalam keluarga.

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI


Halaman
SAMPUL DALAM ...............................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN................................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................

iii

PENGESAHAN .....................................................................................................

iv

MOTTO .................................................................................................................

v


PERSEMBAHAN ..................................................................................................

vi

ABSTRAK .............................................................................................................

vii

KATA PENGANTAR ...........................................................................................

viii

DAFTAR ISI .........................................................................................................

x

DAFTAR TRANSLITERASI ..............................................................................

xii


BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................

1

B. Rumusan Masalah ................................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................

5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................

5


E. Definisi Operasional .............................................................................

6

F. Kajian Pustaka .....................................................................................

7

G. Metode Penelitian ................................................................................

9

H. Sistematika Pembahasan .......................................................................

12

BAB II KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DAN HADITSHADITS NABI SAW TENTANG PENDIDIKAN ...............................

14


A. Pengertian Pendidikan .........................................................................

14

B. Konsep Pendidikan Keluarga ..............................................................

21

C. Dasar dan Tujuan Pendidikan Keluarga ..............................................

25

D. Telaah Hadits-Hadits Nabi SAW Tentang Pendidikan Keluarga ........

31

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB III KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT KI
HAJAR DEWANTARA ..........................................................................

43

A. Biografi Ki Hajar Dewantara..............................................................

43

B. Konsep Pendidikan Keluarga Menurut Ki Hajar Dewantara .............

53

C. Pendidikan Keluarga dan Pengaruhnya Terhadap Budi
Pekerti ................................................................................................

58

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

TENTANG PENDIDIKAN KELUARGA.............................................

62

A. Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan Keluarga
Perspektif Hadits-Hadits Nabi SAW ...................................................

62

1. Tabulasi Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Hadits-hadits
Nabi SAW......................................................................................

62

2. Relevansi Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Haditshadits Nabi SAW ...........................................................................
B. Sumbangan

Pemikiran

Ki


Hajar

Dewantara

63

Tentang

Pendidikan Keluarga............................................................................

68

BAB V PENUTUP ................................................................................................

73

A. Kesimpulan .........................................................................................

73


B. Saran ...................................................................................................

74

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................

76

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Istilah pendidikan berasal dari bahasa yunani dari kata “pais” artinya
anak dan “again” berarti membimbing.1 Pendidikan merupakan bimbingan
atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh
dewasa agar ia menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan
yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti
segala usaha orang dewasa dalam pergaulan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohani.2
Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan suatu yang sangat
mutlak dalam hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan
pendidikan. Fatah Yasin mengutip perkataan John Dewey yang juga dikutip
dalam bukunya Zakiyah Daradjat menyatakan bahwa “Pendidikan merupakan
salah satu kebutuhan hidup manusia guna membentuk dan mempersiapkan
pribadinya agar hidup dengan disiplin”.3
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan untuk
menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa,
sehingga dapat dikatakan bahwa maju mundurnya suatu bangsa sebagian
besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara tersebut.
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rieka Cipta, 1991), h.69.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,1998), hl.
3
Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. (Malang: UIN Malang Press, 2008),

1

2

h.15.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Sementara ini orang beranggapan bahwa apabila berbicara tentang pendidikan
maka orientasinya ke dunia sekolah dan menghubungkannya dengan
guru dan murid. Mereka kurang menyadari sebelum seorang anak
memasuki dunia sekolah,
yang diberikan

mereka

telah

memperoleh

pendidikan

oleh keluarganya, terutama ayah dan ibunya baik secara

langsung maupun tidak langsung.
Pendidikan secara langsung artinya bentuk asuhan orang tua yang
berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan dan keterampilan
yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman
maupun pemberian hadiah sebagai alat pendidikan. Di dalam lingkungan
keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama
karena

dalam

keluarga

inilah

anak

dan

utama,

mendapatkan pendidikan dan

bimbingan. Di samping itu keluarga merupakan wadah pertama dan
utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika suasana dalam
keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik
pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut.
Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah
keluarga.4
Keluarga merupakan wahana yang mampu menyediakan kebutuhan
biologis dari anak, dan sekaligus memberikan pendidikannya sehingga
menghasilkan pribadi-pribadi yang dapat hidup dalam masyarakat sambil

Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV.
Ruhama, 1995), cet. II, h.47.
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

menerima

dan

mengolah

serta

mewariskan

kebudayaannya. 5

Anak

merupakan amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang tuanya,
maka dari itu orang tua harus menjaga dan memelihara sebaik-baiknya serta
menyampaikan amanah tersebut kepada yang berhak menerimanya.
Orang tua bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak dalam
keluarga sejak lahir sampai mereka mampu menemukan dirinya sendiri dan
dapat bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.6 Keluarga berperan
sebagai pengarah yang dapat dilakukan sendiri, pertama-tama untuk
mendorong bakat yang baru muncul, kemudian orang tua mencarikan guru
yang baik untuk anaknya. Selain itu untuk menangani anak yang sedang
mengembangkan bakatnya, maka keluarga harus terus menerus mendorong
semangatnya dan menegur kelalaiannya apabila ia berteman dengan
anak yang kurang baik.
Sebagaimana disebutkan dalam Hadits Nabi:

(

)
“Dari Abu Hurairah, sesungguhnya dia berkata bahwa
Rasulullah SAW telah bersabda: setiap kelahiran (anak yang
lahir) berada dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanya
yang mempengaruhi anak itu menjadi Yahudi, Nasrani dan
Majusi (HR. Abu Daud).”

Hadits tersebut secara tersurat menandakan bahwa peran orang
tua dalam keluarga terhadap anak sangatlah mendasar. Lingkungan
Mahhfud Junaidi, Kiai Bisri Musthafa: Pendidikan Keluarga Berbasis Pesantren,
(Semarang: Walisongo Press, Cet I, 2009), h.13.
6
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, h.104.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

yang mengitari anak secara tidak sadar merupakan alat pendidikan meskipun
kejadian atau peristiwa yang berada di sekeliling anak tidak dirancang
namun keadaan-keadaan tersebut mempunyai pengaruh terhadap pendidikan
baik positif maupun negatif.
Keluarga yang baik mencerminkan suasana keagamaan yang baik
sehingga bisa diandalkan sebagai pusat pendidikan pertama dan utama,
karena keluarga mempunyai tugas dalam mempersiapkan anak untuk
kemajuan di masa yang akan datang. Oleh karena itu keluarga harus
mengajarkan landasan bagi pribadi sehingga tidak mudah untuk diubah
walaupun dalam pergaulan sehari-hari dengan teman

yang kurang

mendukung dalam bidang kemajuan dan perkembangan pribadi anak.7
Karena tujuan dari pendidikan baik keluarga maupun pendidikan
Islam sendiri bukan hanya ilmu pengetahuan, melainkan mendidik ahklak
dengan memperhatikan segi-segi kesehatan, pendidikan fisik dan mental,
perasaan dan praktek serta menyiapkan manusia menjadi anggota
masyarakat yang baik dan bertanggungjawab. Berdasakan uraian tersebut,
peneliti bermotivasi mengangkat tema ini dengan judul: Pemikiran Ki Hajar
Dewantara Tentang Pendidikan Keluarga Perspektif Hadits-hadits Nabi
SAW.

7

Mahfud Junaidi, Kiai Bisri Musthafa, h.41-42.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di
atas maka ada beberapa permasalahan yang menjadi pokok kajian penulis
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan
keluarga perspektif hadits-hadits Nabi SAW?
2. Bagaimana sumbangan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang
pendidikan keluarga konteks pola informal pada masa sekarang?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penelitian di atas, maka tujuan yang hendak dicapai ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan
keluarga perspektif hadits-hadits Nabi SAW tentang pendidikan.
2. Untuk mengetahui pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang cara
mendidikan

anak

perspektif

hadits-hadits

Nabi

SAW

tentang

pendidikan.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoretis dari penulisan skripsi ini, maka diharapkan akan
diperoleh

pengetahuan

pemikiran

Ki

Hajar

Dewantara

tentang

pendidikan keluarga dalam karya Ki Hajar Dewantara bagian pertama
pendidikan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

2. Secara Praktis, setelah konsep skripsi ini diperoleh, maka diharapkan
akan dapat dijadikan tuntutan bagi guru dan murid dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan yang optimal, baik di dalam maupun di luar
proses belajar mengajar.

E. Definisi Operasional
Pemikiran

: Merupakan aksi yang menyebabkan pikiran mendapat

pengertian baru dengan perantaraan hal yang sudah diketahui, atau
kegiatan akal manusia mencermati suatu pengetahuan yang telah ada
untuk mendapatkan atau mengeluarkan pengetahuan yang baru.8
Pendidikan keluarga: usaha sadar yang dilakukan orang tua, karena mereka
pada

umumnya

merasa

terpanggil

(secara

naluriah)

untuk

membimbing dan mengarahkan, pengendalian dan pembimbing
(direction control and guidance, konservatif (mewariskan dan
mempertahankan cita-citanya), dan progressive (membekali dan
mengembangkan pengetahuan nilai dan keterampilan bagi putraputri mereka sehingga mampu menghadapi tatanan hidup di masa
datang.9
Hadits Nabi

: Segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan

persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan
ataupun hukum dalam agama Islam.

8
9

h.56.

Jamaluddin, Berfikir Apa dan Bagaimana, (Surabaya: Indah, 1989), h.45.
Arifin M. Dam Aminudin, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Sinar Grafika, 1992),

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

F. Kajian Pustaka
Dengan adanya telaah pustaka adalah sebagai perbandingan terhadap
penelitian yang ada baik mengenai kekurangan atau kelebihan yang ada
sebelumnya. Di samping itu, telaah pustaka juga mempunyai andil besar
dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada tentang teori-teori yang
ada kaitannya dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori
ilmiah, untuk itu penulis mengambil skripsi dan tesis yang judulnya hampir
sama dengan penelitian ini sebagai acuan bahan perbandingan dari penelitian
yang sudah dilakukan oleh beberapa mahasiswa terdahulu, antara lain:
Siti Roychana Nadziroh, dengan judul skripsi “Peran Pendidikan
Keluarga dalam Pembentukan Karakter Displin Ibadah Anak Pada Keluarga
TNI Angkatan Laut (Studi Kasus di Rumdis Bhumi Marinir Karang Pilang
Surabaya)” skripsi ini membahas bagaimana peran pendidikan keluarga
menurut konsepsi Islam yang di implementasikan kedalam format pendidikan
keluarga TNI yang dapat membentuk dan membangun karakter disiplin pada
anak usia sekolah dasar untuk `berdisiplin waktu dan giat beribadah.
Sohabatul Munawarah dengan judul skripsi “Pola Pembentukan
Karakter Anak Melalui Pendidikan Ramah Anak Dalam Perspektif
Pendidikan Agama Islam. Kesimpulan skripsi ini penerapan konsep
pendidikan ramah anak baik secara umum dalam Pendidikan Islam meskipun
terdapat perbedaan dalam landasannya dimana dalam perspektif pendidikan
agama Islam berlandaskan pada al-Quran dan Hadis sedangkan konsep secara
umum berlandaskan pada UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

namun memiliki tujuan yang sama yaitu untuk membentuk karakter anak
yang berkarakter positif (berakhlakul karimah) dengan pendekatan kasih
sayang dan berbasis humanistic.
Rodiyah, Cholifah. 2011. Judul Skripsi “Pendidikan Karakter
Dalam Perspektif Pemikiran Ki Hajar Dewantara”. Dalam penelitian ini Ki
Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan alam
dan masyarakatnya.
Maftuchatul Choiriyah dengan judul “Studi Komparasi Nilai
Pendidikan Akhlak dala Perspektif Ibnu Miskawaih dan Syed Muhammad
Naquib Al Atas.” Menyimpulkan bahwa konsep akhlak yang dikembangkan
oleh ibnu miskawiah dan syed Muhammad naquib al atas memiliki banyak
kesamaan dibandingkan perbedaannya, diatara persamaan-persamaan tersebut
adalah konsep keduanya sama-sama berlandaskan pada ontology (tauhid),
epistimologi (ilmu), dan aksiologi (akhlak/moral) yang mengacu pada Al
Quran dan Hadits, materi pendidikan akhlak, serta tujuan pendidikan akhlak.
Dari uraian kajian kepustakaan diatas penulis dapat memberikan
simpulan bahwa masih belum ada penelitian yang mengkaji tentang
Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan Keluarga Perspektif
Hadits-hadits Nabi SAW.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah
kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang menggunakan data
dan informasi dengan bantuan bermacam-macam dalam kepustakaan.
Analisis ini akan digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan
data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada.
Berdasarkan hal itu, maka penelitian ini akan menguraikan secara lengkap
terhadap suatu obyek penelitian, yaitu menjelaskan tentang Pemikiran Ki
Hajar Dewantara tentang Pendidikan Keluarga Perspektif Hadits-hadits
Nabi SAW tentang pendidikan.
2. Sumber Data
a. Data Primer

yaitu

hasil-hasil

penelitian

atau

tulisan-tulisan

karya peneliti atau teoritisi yang orisinil.10 Dalam hal ini yaitu buku
Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Pertama Pendidikan, tentang
pendidikan keluarga.
b. Data sekunder adalah sumber-sumber yang diambil dari sumber
lain yang tidak diperoleh dari sumber primer.11 Dalam hal ini adalah
buku- buku yang relevan dengan permasalahan di atas, yaitu
pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan keluarga, antara
lain:

10
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h.83.
11
Nasution, Metode Research, Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.143.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

1) Mahhfud

Kiai

Junaidi,

Bisri

Musthafa:

Pendidikan

Keluarga
2) Berbasis Pesantren, Semarang: Walisongo Press, 2009.
3) Mansur,

Pendidikan

Anak

Usia

Dini

dalam

Islam,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
4) Chabib

Thoha,

Kapita

Selekta

Pendidikan

Islam,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data berupa teknik dokumentasi atau
studi dokumenter
mencari

yang

menurut

Suharsimi

Arikunto

yaitu

data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya.12 Untuk menggali datanya, maka teknik dokumentasi atau
studi dokumenter menggunakan kitab-kitab, buku-buku, artikel dan
internet. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data
yang terkumpul untuk kemudian dilakukan deskripsi secara obyektif dan
sistematis.
4. Metode Analisis Data
Setelah data-data terkumpul, tahap selanjutnya adalah menganalisis
data. Sugiyono menegaskan bahwa analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara,

catatan

lapangan,

dan

dokumentasi,

dengan

cara

12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Cet14,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h.274.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unitunit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah difahami diri sendiri maupun orang lain.13
Dalam tahap ini peneliti menggunakan teknik yang dianggap
representatif untuk menyelesaikan pembahasan penelitian ini, yaitu:
analisis isi. Analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat
kesimpulan yang valid
berdasarkan

dan

dapat

diteliti

ulang

dari

data

konteksnya.14 Berdasarkan definisi di atas, kegunaan

analisis isi adalah untuk keperluan mendeskripsikan secara obyektif dan
sistematis tentang isi dan manifestasi pemikiran Ki Hajar Dewantara
tentang pendidikan keluarga dalam buku karya Ki Hajar Dewantara
Bagian Pertama Pendidikan, tentang pendidikan keluarga. Analisis isi
sebagaimana diungkapkan oleh Noeng Muhadjir secara teknis mencakup
upaya:
1) Klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi
2) Menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi
3) Menggunakan teknik analisis tertentu untuk membuat prediksi.
4) Penerapan analisis ini adalah dengan membaca, mencermati,
memahami, serta mendeskripsikan buku karya Ki Hajar Dewantara
Bagian Pertama Pendidikan.
13

h.8 9 .

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif

Cet 4,

(Bandung: Alfabeta, 2008),

Andi Prastowo, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h.191.
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pemahaman, sistematika pembahasan
dimaksudkan sebagai gambaran yang akan menjadi pokok bahasan dalam
penelitian ini sehingga memudahkan dalam memahami masalah-masalah
yang akan dibahas. Berikut sistematikanya:
BAB I : pendahuluan, pada bab ini terdapat latar belakang
Masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
operasional, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
BAB II : Kajian teori tentang konsep pendidikan keluarga
perspektif hadits-hadits Nabi SAW, meliputi: pengertian pendidikan,
konsep pendidikan keluarga, macam-macam pendidikan, dasar-dasar dan
tujuan pendidikan, pengertian keluarga, pengertian pendidikan keluarga
serta memaparkan hadits-hadits Nabi saw tentang pendidikan keluarga.
BAB III : Pada bab ini didalamnya terdapat : Biografi Ki Hajar
Dewantara, meliputi: riwayat hidup, riwayat pendidikan, riwayat
karir/pekerjaan, karya-karya dan pemikiran umum Ki Hajar Dewantara
mengenai pendidikan di dalam keluarga. Selanjutnya menjelaskan tentang
konsep pendidikan keluarga serta pengaruhnya terhadap pendidikan budi
pekerti.
BAB IV : Analisis mengenai konsep pemikiran Ki Hajar
Dewantara tentang Pendidikan Keluarga berdasarkan hadits-hadits Nabi
SAW. Serta sumbangan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

keluarga dalam konteks pola informal terhadap pengaruh lingkungan saat
ini.
BAB V : Penutup, pada bab ini di dalamnya berisi kesimpulan
dari skripsi dan saran-saran dari penulis untuk perbaikan-perbaikan yang
mungkin dapat dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka dan
diakhiri dengan lampiran-lampiran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DAN HADITS-HADITS NABI SAW
TENTANG PENDIDIKAN KELUARGA

A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan secara etimologi disebut “Paedagogie” berasal dari
bahasa yunani, terdiri dari kata “Pais”, artinya anak, dan “Again, yang
diterjemahkan membimbing, jadi Paedagogie yaitu bimbingan yang
diberikan kepada anak.1
Dalam bahasa Inggris, pendidikan disebut education berasal dari kata
to educate berarti “mendidik”.2 Jadi mendidik adalah pengertian yang sangat
umum yang meliputi semua tindakan mengenai gejala-gejala pendidikan.
Dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua
untuk menyalurkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilannya kepada
generasi muda sebagai usaha untuk memenuhi fungsi jasmani maupun
rohaniah.3

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rieka Cipta, 1991), h.64.
John M.Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1991), h.207.
3
R. Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta:
Gunung Agung, 1981), h.257.
1

2

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berbunyi:

ِ
ِ
‫ﺎل‬
َ َ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ‬
َ ‫َﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮةَ َرﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨﻪُ أَ ﱠن َر ُﺳ ْﻮَل اﷲ‬
ْ ِ‫َو َﻋ ْﻦ أ‬
ِ
ِ َ َ‫َﻣ ْﻦ َﺳﻠ‬
‫اﳉَﻨﱠﺔ )رواﻩ‬
ْ ‫ﺲ ﻓِْﻴ ِﻪ ِﻋ ْﻠ ًﻤﺎ َﺳ ﱠﻬ َﻞ اﷲ ﻟﻪُ ﻃَِﺮﻳْـ َﻘﺎً إِ َﱃ‬
ُ ‫ﻚ ﻃَﺮﻳْـ ًﻘﺎ ﻳَـ ْﻠﺘَﻤ‬
4
(‫اﻟﱰﻣﺬى‬
“Dari Abi Hurairah RA, sesungguhnya Rasullah saw bersabda:
Barang siapa yang menempuh perjalanan dengan tujuan mencari
ilmu, maka Allah akan memudahkan untuknya jalan menuju surga”
(HR Turmudzi).
Dari hadits tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
adalah sebuah usaha untuk mencari ilmu. Dan mencari ilmu merupakan
kewajiban bagi setiap muslim, karena dengan ilmu manusia dapat
membedakan hal yang benar dan salah. Dan Allah akan meningkatkan derajat
orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu satu tingkat.
Para ahli juga banyak yang berpendapat tentang pendidikan.
Pendidikan menurut Ahmad D. Marimba, merupakan bimbingan dan
pimpinan secara sadar oleh si pendidikan terhadap perkembangan jasmani
dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.5
Sedangkan Menurut Ngalim Purwanto, mengemukakan bahwa pendidikan
ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan.6

4

10, h.147.

Muhammad bin Isa at Tirmidzi, Sunan at Tirmidzi, (Maktabah Syamilah), versi 1, jilid

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Al-Ma’rifat, 1989), h.19.
Ngaliktim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000), h.11.
5

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

M. Arifin mengemukakan bahwa pendidikan yang benar adalah yang
memberikan kesempatan pada keterbukaan terhadap pengaruh dari dunia
luaran perkembangan dari diri anak didik.7
Dalam bahasan ini lebih ditekankan pada pemikiran Ki Hajar
Dewantara tentang pendidikan. Menurutnya pendidikan yaitu pada umumnya
berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan bathin),
pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan
masyarakat, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapat mencapai keselamatan dan bahagia setinggi-tingginya.8
Menurut Ki Hajar Dewantara manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta
(kognitif), rasa (afektif) dan karsa (konatif). Pengembangan manusia
seutuhnya

menuntut

pengembangan

semua

daya

secara

seimbang.

Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan
menghasilkan

ketidaktahuan

perkembangan

sebagai

manusia.

Beliau

mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual
belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan
ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada
pengembangan daya cipta dan kurang memperhatikan pengembangan oleh
rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis
atau manusiawi. Dari titik pandang sosioantropologis, kekhasan manusia
yang membedakannya dengan makhluk lain adalah manusia itu berbudaya,
sedangkan makhluk lainnya tidak berbudaya. Maka salah satu cara yang
M. Arifin, Filasafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h.18.
Kartini, Kartono, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya, (jakarta:Rajawali,
1985), h.2.
7

8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

efektik untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah mengembangkan
kebudayaannya.
Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah “penguasaan
diri” sebab

di sinilah pendidikan memanusiawikan manusia (humanis).

Penguasaan diri merupakan langkah yang harus dituju untuk tercapainya
pendidikan yang memanusiawikan manusia. Ketika setiap peserta didik
mampu menguasai dirinya, mereka akan mampu juga menentukan sikapnya.
Dengan demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa.
Dari beberapa pendapat ahli pendidikan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pendidikan adalah salah satu proses bimbingan secara
sadar dari pendidik untuk mengembangkan kepribadian serta kemampuan
dasar seorang anak agar membu ahkan hasil yang baik, jasmani yang sehat,
kuat dan berketerampilan, cerdas dan pandai, hatinya penuh iman kepada
Allah SWT dan membentuk kepribadian ulama.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan
negara.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap perubahan zaman.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tercantum dalam UU Nomor 20 tahun
2003 bab II pasal 3.
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan
formal, non-formal dan informal.
1. Pendidikan Formal
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 merupakan
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya.
Pendidikan formal didefinisikan sebagai jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.
2. Pendidikan Non-Formal
Pendidikan Non Formal dapat didefinisikan sebagai jalur
pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non-formal paling banyak terdapat
pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman
Pendidikan Al Quran, yang banyak terdapat di Masjid dan Sekolah
Minggu, yang terdapat di Gereja. Selain itu juga bebagai kursus,
diantaranya kursus musik, bimbingan belajar dan sebagainya.
Sebagai sasarannya, pendidikan non-formal diselenggarakan bagi
warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Fungsi

dari

pendidikan

non-formal

itu

sendiri

yakni

mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan

pengetahuan

dan

keterampilan

fungsional

serta

pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal
meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan

kepemudaan,

pendidikan

pemberdayaan

perempuan,

pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.
Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM),
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim,
sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.
3. Pendidikan Informal
Pendidikan menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2003 adalah
jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan secara
mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggungjawab.9 Hasil
pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standart nasional
pendidikan.
9

8.

Suprijanto, Landasan Pendidikan, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah, 2005), h.6-

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Alasan pemerintah menggagas pendidikan informal adalah:


Pendidikan dimulai dari keluarga



Informal diundangkan juga karena untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional dimulai dari keluarga



Homeschooling: pendidikan formal tapi dilaksanakan secara
informal.



Anak harus dididik dari sejak ia dilahirkan.

Terdapat perbedaan mendasar antara Pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Diantaranya yakni:

Pendidikan Formal

Pendidikan Non-formal

Pendidikan Informal

- Tempat pembelajaan

- Tempat pembelajarannya

- Tempat pembelajaran bisa

di gedung sekolah.
- Ada persyaratan
khusus untuk menjadi
peserta didik.
- Kurikulumnya jelas.
- Materi pembelajaran
bersifat akademis.
- Proses pendidikannya
memakan waktu yang
lama.
- Ada ujian formal
- Penyelenggara

bisa di luar gedung
- Kadang tidak ada
persyaratan khusus.
- Umumnya tidak memiliki
jenjang yang jelas.
- Adanya program tertentu
yang khusus hendak
ditangani.
- Bersifat praktis dan
khusus.
- Pendidikannya
berlangsung singkat

diman saja.
- Tidak ada persyaratan.
- Tidak berjenjang
- Tidak ada program yang
direncanakan secara
formal
- Tidak ada materi tertentu
yang harus tersaji secara
formal
- Tidak ada ujian
- Tidak ada lembaga
sebagai penyelenggara.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

pendidikan adalah

- Terkadang ada ujian

pemerintah atau

- Dapat dilakukan oleh

swasta.

pemerintah atau swasta.

- Tenaga pengajar
memiliki klasifikasi
tertentu.
- Diselenggarakan
dengan administrasi
yang seragam.

B. Konsep Pendidikan Keluarga
Seorang anak akan tumbuh dengan baik manakala ia memperoleh
pendidikan secara menyeluruh, agar kelak menjadi manusia yang berguna
bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama, oleh sebab itu makna pendidikan
tidaklah semata-mata hanya menyekolahkan anak ke sekolah untuk menimba
ilmu pengetahuan, namun lebih luas daripada itu.
Di dalam lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan
yang pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak mendapatkan
bimbingan dan pendidikan. Keluarga juga dapat menjadi wadah partama dan
utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Apabila suasana dalam
keluarga baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Jika sebaliknya tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Sehingga
pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah keluarga.10
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan yang
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota
keluarga.
Fungsi dan peranan keluarga, disamping pemerintah dan masyarakat,
dalam Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Indonesia tidak terbatas
pendidikan keluarga saja, melainkan turut serta bertanggung jawab terhadap
pendidikan lainnya. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur
pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan
memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan.11
Lingkungan keluarga sungguh-sungguh merupakan pusat pendidikan yang
paling penting dan menentukan, karena itu tugas pendidikan adalah mencari
cara, membantu para orang tua dalam mendidik anak-anaknya dengan
optimal. Keluarga juga membina dan mengembangkan perasaan sosial anak
seperti menghargai kebenaran, toleransi, hidup hemat, hidup sehat, saling
tolong menolong, dll.12

10
Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV
Ruhama, 1995), h.47.
11
Tirtarahardja et al, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h.76.
12
Ibid, h.77.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Pendidikan dalam keluarga mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan dalam pembentukan karakter individu anak. Hal tersebut dapat
diwujudkan dengan adanya motivasi dan rangsangan kepada anak dalam
memahami, menerima dan meyakini serta mengamalkan ajaran Islam. Namun
jika di lingkungan keluarga terdapat pengaruh yang negatif seperti
menghalangi atau kurang menunjang anak dalam memahami, menerima dan
meyakini ajaran agama Islam tersebut, maka perlu penanaman ajaran
keimanan terlebih dahulu secara mendasar, dengan begitu orang tua akan
lebih mudah membentuk anak untuk mencapai akhlak yang mulia.13
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan keluarga ini adalah suatu
tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan sosial, sehingga
bolehlah dikatakan bahwa keluarga itulah tempat pendidikan yang lebih
sempurna

sifat

dan

wujudnya

daripada

pusat

lain-lainnya,

untuk

melangsungkan pendidikan kearah kecerdasan budi pekerti dan sebagai
persediaan hidup kemasyarakatan.14
Dalam sejarah perkembangan Islam juga dapat diketahui bahwa
sebelum berdakwah kepada masyarakat luas, Rasulullah SAW, diperintahkan
untuk berdakwah kepada anggota keluarga dan kerabat dekatnya. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi keagamaan dan keselamatan keluarga harus
lebih diprioritaskan. Pada hakekatnya dari kebaikan dan keselamatan keluarga
akan muncul kebaikan dan keselamatan masyarakat dan negara. Hal ini sesuai
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, h.319-320.
Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Taman
Siswa Cet II, 1977), h.374.
13

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

dengan firman Allah SWT. Dalam QS. Al-Tahrim ayat: 06. Dia menyerukan
kepada orang-orang beriman untuk menjaga keselamatan keluarganya dari api
neraka.

ِ
ِ‫ﱠ‬
‫ﱠﺎس‬
ُ ُ‫ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا ﻗُﻮا أَﻧْـ ُﻔ َﺴ ُﻜ ْﻢ َوأ َْﻫﻠﻴ ُﻜ ْﻢ ﻧَ ًﺎرا َوﻗ‬
َ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ‬
ُ ‫ﻮد َﻫﺎ اﻟﻨ‬
15
ُ‫َوا ْﳊِ َﺠ َﺎرة‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”
(Q.S. al-Tahrim/66: 06)
Dalam ayat tersebut, Allah telah memerintahkan kepada orang-orang
yang beriman agar memelihara dirinya dan keluargnya yang terdiri dari istri,
anak, saudara, kerabat, hamba sahaya untuk taat kepada Allah. Dan agar ia
melarang dirinya beserta semua orang yang berada dibawah tanggung
jawabnya untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah. Supaya ia
mengajar, mendidik dan memimpin mereka dengan perintah Allah. Ini
merupakan kewajiban setiap muslim untuk mengajarkan kepada orang yang
berada di bawah tanggung jawabnya segala sesuatu yang telah diwajibkan
dan dilarang oleh Allah. Ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa atas dasar
tugas atau kedudukannya, orang tua mempunyai kewajiban mendidik anakanaknya sebagai upaya dalam memelihara dirinya dan keluarganya dari api
neraka. Oleh karena itu ayat tersebut dapat dijadikan dasar untuk pendidikan
anak dalam keluarga.

15

h.951.

Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemah, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989),

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Berdasarkan

pemaparan

di

atas

bahwa

pendidikan

keluarga

merupakan tanggungjawab orang tua kepada anak, sebab anak merupakan
amanah dari Allah SWT yang harus dijaga, dirawat dan diperhatikan segala
kebutuhannya, baik jasmani maupun rohani. Hal tersebut dikarenakan
ketidakmampuan seorang anak dalam memelihara dirinya seorang diri. Sebab
sejatinya anak terlahir dalam kondisi serba tidak berdaya, belum mengerti
apa-apa dan belum dapat menolong dirinya, oleh sebab itu ia bergantung
kepada orang-orang terdekatnya terutama kedua orang tuanya.

C. Dasar dan Tujuan Pendidikan Keluarga
1. Dasar
Dasar pendidikan anak di sini merupakan pandangan yang
mendasari seluruh aktifitas dalam mendidik anak, baik dalam rangka
penyusunan teori, perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan. Dalam
hal ini, lebih difokuskan pada pendidikan dalam keluarga yang berada di
bawah tanggung jawab kedua orang tuanya. Oleh sebab itu maka tentunya
orang tua mempunyai dan memerlukan landasan untuk memberikan arah
bagi pendidikan anaknya. Dasar adanya kewajiban orang tua untuk
mendidik anak-anaknya adalah yakni terdapat dalam firman Allah SWT
yang berbunyi:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

ِ‫ﻳﺎ أَﻳـﱡﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا ﻗُﻮا أَﻧْـ ُﻔﺴ ُﻜﻢ وأَﻫﻠ‬
‫ﱠﺎس‬
‫ﻨ‬
‫اﻟ‬
‫ﺎ‬
‫ﻫ‬
‫ﻮد‬
‫ﻗ‬
‫و‬
‫ا‬
‫ﺎر‬
‫ﻧ‬
‫ﻢ‬
‫ﻜ‬
‫ﻴ‬
ُ
ُ
َ
َُ َ
ُ
َ
َ َ
َ ً ْ َْْ َ
ُ
16
ُ‫َوا ْﳊِ َﺠ َﺎرة‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu” (Q.S. al-Tahrim/ 66:6)
Dalam ayat di atas, Allah telah memerintahkan kepada orang-orang
yang beriman agar memelihara dirinya dan keluarganya yang terdiri dari
istri, anak, saudara, kerabat, hamba sahaya untuk taat kepada Allah SWT.
Dan agar dapat menjauhkan dirinya beserta keluarganya untuk tidak
melakukan hal yang dilarang oleh Allah SWT seperti kemaksiatan. Agar
ia mendidik dan mengajar dengan perintah Allah. Ini merupakan
kewajiban setiap muslim untuk mengajarkan untuk melaksanakan segala
sesuatu yang menjadi perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.17 Ayat tersebut pula mengisyaratkan bahwa sebagai orang tua yang
memiliki kedudukan berkewajiban mendidik anak-anaknya sebagai
upaya dalam menjaga diri dan keluarganya dari siksa neraka. Oleh sebab
itu ayat tersebut dapat dijadikan sebagai sebagai dasar untuk pendidikan
dalam keluarga.

Ibid.
Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid IV (Jakarta: Gema
Insani Press, 2000), h.90.
16

17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

2. Tujuan
Tujuan merupakan apa yang dicanangkan oleh manusia, dijadikan
sebagai pusat perhatian dan demi merealisasikannya dengan cara menata
tingkah lakunya.18
Pada

dasarnya

tujuan

pendidikan

dalam

keluarga

adalah

menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam diri seseorang anak sedari kecil.
Dalam hal ini tujuan tersebut dapat terbagi dalam tiga aspek utama, yaitu
dari aspek pribadi, moral, dan sosial.
a) Aspek Pribadi
Pada aspek ini, tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah
mengajarkan kepada anak agar kedepannya menjadi pribadi yang
bertanggung jawab. Bertanggung jawab dalam artian anak kelak
mampu menjadi individu yang dapat menjaga nama keluarga dan
membanggakan bagi kedua orang tua.
b) Aspek Moral
Pendidikan dalam keluarga penting untuk memberikan bekal moral
bagi anak. Keluarga adalah tempat awal pendidikan dimulai.
Pendidikan moral dalam keluarga tidak hanya berisi penyampaian
mengenai apa yang salah. Anak pasti juga akan melihat tingkah laku
orang tuanya.

Abdurrahman an-Nahlawi, Usul al-Tarbiyah al-Islamiyyah wa Asalibuha, Terj. Herry
Noer Ali, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1989), h.160.
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

c) Aspek Sosial
Tujuan yang ingin dicapai oleh aspek ini adalah menciptakan
generasi yang berguna tidak hanya bagi dirinya sendiri, namun juga
bagi lingkup sosial yang lebih besar. Sejak dini anak telah ditanamkan
nilai-nilai luhur agar mampu menjadi pribadi yang baik kedepannya.
Bekal yang ditanamkan dari orang tua bertujuan agar anak memiliki
kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya. Tujuan pendidikan dalam
keluarga akan tercapai ketika orang tua juga belajar untuk
bertanggung

jawab

dengan

perbuatannya agar

semua

aspek

pembelajaran dapat diterima oleh anak dengan baik.
Sebagai karakteristik pendidikan anak yang bercorak Islami, maka
tentunya dalam perumusan tujuan pendidikannya mengacu dan berpijak
pada hukum-hukum ajaran Islam. Dalam konsep Islam, anak dilahirkan
dalam keadaan yang suci, tetapi secara pengetahuan ia belum tahu apaapa. Namun mereka telah dianugerahkan oleh Allah yaitu berupa alat
indera, akal dan hati.19 Di sinilah pentingnya pendidikan bagi anak untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya.

19

Muslim Nurdin, dkk., Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: Alfabeta, 1993), h.262.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Sebagaimana disebutkan dalam Hadits Nabi:

ِ
‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ‬
َ َ‫ﺎل ﻗ‬
َ َ‫َﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮةَ َر ِﺿ َﻲ اﻟﻠﱡﻪ َﻋْﻨﻪُ ﻗ‬
َ ‫ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﻟﻠّﻪ‬
ْ ِ‫َﻋ ْﻦ أ‬
‫ﺼ ِﺮاﻧِِﻪ‬
‫َو َﺳﻠﱠ َﻢ ْﻛ ﱡﻞ َﻣ ْﻮﻟُْﻮٍد ﻳـُ ْﻮﻟَ ُﺪ َﻋﻠَﻰ اﻟْ ِﻔﻄَْﺮةِ ﻓَﺄَﺑَـ َﻮاﻩُ ﻳـُ َﻬ ﱢﻮَداﻧِِﻪ أ َْوﻳـُﻨَ ﱢ‬
20
(‫أ َْوُﳝَ ﱢﺠ َﺴﺎﻧِِﻪ )رواﻩ أﺑﻮ داود‬
“Dari Abu Hurairah, sesungguhnya dia berkata bahwa Rasulullah
saw telah bersabda: setiap kelahiran (anak yang lahir) berada
dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang
mempengaruhi anak itu menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR.
Abu Daud).”
Hadits tersebut menjelaskan bahwa peran orang tua dalam keluarga
terhadap anak sangatlah mendasar. Lingkungan disekitar anak secara
tidak sadar merupakan alat pendidikan meskipun peristiwa sekeliling
anak tidak ada unsur kesengajaan namun keadaan tersebut mempunyai
pengaruh terhadap pendidikan baik positif maupun negatif.
Adapun tujuan pendidikan anak dalam Islam dapat dilihat dari
kesimpulan Muhammad Fadllil al-Jamali. Ia menyimpulkan bahwa
tujuan pendidikan anak berdasarkan