MANAJEMEN DESAIN OPENCOURSEWARE UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Slide DPI307 MD2

BRAND
Apakah brand diperlukan ?

Diperlukan, tetapi desain tetap harus inovatif

Marketing

After
sales
service

Desai
n

Brand

Kualita
s

OS


Produk yang tidak inovatif secara
dinamis dan tidak dapat
mensinergikan proses desain, proses
produksi, dan proses pemasaran akan
kalah bersaing dengan produk sejenis
lainnya (Bagas, P)

Bagaimana dengan industri
transportasi ?
Pemenuhan kebutuhan ergonomi,
kenyamanan keamanan, elemen
estetika, bentuk, warna, teknologi

Old beetle

New beetle

No.

Comparison


Old beetle

New Beetle

1.

Mesin

rear, air-cooled, 25-5- hp depending
on year of manufacture and
displacement. rear-wheel drive.

front, liquid cooled, 115 hp gasoline or
90 hp / 149 lb-ft torquemeister
turbodiesel. front-wheel drive.

2.

Suspensi


1969 Bug had a semi-trailing link
rear suspension and handled
reasonably well. It was a good car in
which to learn basic cornering
techniques.

4-wheel independent. With a wonderful
contemporary balance of ride comfort
and nimbleness, the New Beetle feels
even better than the VW Golf on which it
is based. And that is high praise. The
New Beetle handles far better than the
old and your fillings will stay in place.

3.

Performa (0-60
km/jam)


Good luck in older models,
eventually in later ones. My 1969
Bug did it in around 18 seconds.

Yes. Around 10 seconds

4.

Bentuk

Looked streamlined. Looks can be
deceiving. Stability in gusty winds
was legendary in its lack. "Guess
Which Lane" was the name of the
game in strong winds.

Stays put in gusty winds as well as most
other small cars and much better than
its namesake. Coefficient of drag is still
greater than that of a Golf, though.


5.

Kenyamanan

Heater: down jacket worked best.
Sometimes, a little warm, oilysmelling air would work its way into
the cabin but the heater hoses
usually didn't conduct it very well.
Air conditioning: roll the windows
down.

Heater: Right now, good and warm.
Air conditioning: Standard, and causes
no loss of power to operate. Works
quickly.

6.

Hillclimbing


OK, everybody out. Let's push' Or at
least downshift to 3rd or even 2nd
gear.

Hill? What hill? No problem here!

Ervin Laszlo (1997) dalam : “Tantangan dan Visi
Millenium ke-3”
-Kita hidup ditengah-tengah perubahan
tercepat dan terbesar sepanjang sejarah
manusia. Perubahan bukanlah dari abad ke abad,
melainkan perubahan dari dekade ke dekade
berikutnya.
-Hidup dalam milenium ketiga tidak hanya
sekedar memerlukan perbaikan dalam
rasionalitas, melainkan memerlukan
pengembangan suatu pemikiran baru seiring
pendekatan baru dalam merasakan dan
memandang diri sendiri dan makhluk lain, alam,

dunia sekitar kita.

- Orang kreatif berpikir secara analogis
- Harus dapat membaca trend masa depan

Loncatan pikiran dengan mensinergikan proses desain, proses produksi

Media Indonesia (27 Februari 2000) topik : “Berprestasi tetapi
tak laku di Industri”

Widya Wahana III karya mahasiswa ITS
Biaya 1,5 milyar

Desain yang baik ada 3 unsur : fit-form-function serta daya
beli masyarakat
Desain yang baik mempunyai “kualitas dan fungsi yang
baik” juga
Untuk mencapainya diperlukan keterkaitan stimultan antara
desain, produksi & pasar.
Ilmu yang mendasari keterkaitan stimultan tersebut yaitu


manajemen desain

A. Pengertian Manajemen Desain

• Jika sebuah desain yang baik tidak ditunjang
dengan komitmen manajemen yang cukup
pada perusahaannya, maka desain tersebut
tidak akan mampu bersaing dengan
desain kompetitor
• Manajemen desain merupakan kunci sukses
yang harus diberi perhatian yang cukup agar
perusahaan dapat bersaing secara
kompetitif secara lokal dan internasional

• Manajemen desain didefinisikan sebagai sebuah
sistem monitoring/controlling produk baru yang
dilakukan secara efektif oleh seorang manajer,
termasuk juga pengaplikasian teknik yang efisien
sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing

secara internasional.
• Manajemen desain belum memiliki suatu definisi
baku. Setiap perusahaan bisa memiliki definisi
tentang manajemen desain yang berbeda-beda.
Hal ini disebabkan oleh tingkat kepentingan
terhadap desain yang bervariasi.

DR. Robert Blaich (Managing Director pada
Corporate
Industrial
Design
Philips
Electronics),
mendefinisikan
manajemen
desain :

“Design Management is the
implementation of design as a formal
program activity within a corporation by

communicating the relevance of design to
long-term corporate goals and
coordinating design resources at levels of
corporate activity to achieve the objectives
of the corporation“

Arlene Gould (Department of Design, York
University) mendefinisikan manajemen desain :
“Design Management connects design objectives,
with business, environmental and social (userdriven) objectives to help companies to achieve
strategic goals and to contribute to the quality of
life”.
Bagas Prasetyo W, Manajemen desain : “ilmu yang
mendasari keterkaitan simultan antara proses
desain, sistematika desain, proses produksi,
teknik presentasi dan proses pemasaran “

B. Sejarah manajemen desain
Secara historis, manajemen desain lahir dari dua kubu
besar dalam kekuatan industri dunia, yaitu Amerika Serikat

dan Inggris sebagai pionir sejarah industri dunia.
Manajemen desain berkembang pada awalnya melalui
revolusi industri pada abad ke-18 dan Amerika Serikat
dengan konsep manajemen modern Adam Smith pada
akhir abad ke-19 dan Revolusi Sistem Produksi Ban Berjalan
pada awal abad ke-20.
Perkembangan manajemen desain di kedua negara
tersebut dapat hampir bersamaan, meskipun terdapat
perbedaan dalam latar belakang serta pemicunya.
Di Inggris, latar belakang manajemen desain dimulai
setelah National Economic Development Office
(NEDO), yaitu suatu badan yang bertanggung jawab pada
upaya peningkatan ekonomi negara Inggris,
mempublikasikan suatu tulisan yang disebut The
Corfield Report pada tahun 1979.

Tulisan tersebut berisi laporan mengenai rekomendasi
untuk terus melakukan aksi dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negara. Di dalam laporan
tersebut, satu poin yang digaris-bawahi dengan tegas
adalah pentingnya desain dalam setiap produk
industri.
Tulisan itu juga memaparkan konsekuensi yang harus
diterima sebagai akibat kesalahpahaman terhadap desain,
yang ditujukan khusus pada pihak yang bertanggung
jawab, yakni para manajer perusahaan.
Selanjutnya The Corfield Report tersebut memberikan
preseden yang sangat berarti, khususnya bagi pemegang
kebijakan di pemerintahan. Melalui berbagai anjuran dan
aturan, pemerintahan Thatcher yang berkuasa di Inggris
pada saat itu memberikan dukungan yang tidak sedikit bagi
perusahaan untuk segera merekrut banyak tenaga
desain.
Di samping itu The Design Council, yaitu badan

Embrio manajemen desain lahir pada awal 1980-an
setelah The Council for National Academic Awards di
Inggris menyadari, bahwa pelatihan-pelatihan yang
diberikan kepada manajer selama itu kurang
mencakup aktivitas pengelolaan desain.
Lembaga inilah yang pertama mengambil inisiatif untuk
memasukkan manajemen desain sebagai kurikulum dalam
pelatihan manajer.
Kurikulum manajemen desain yang dibuat oleh The
Council for National Academic Awards itulah yang
akhirnya menjadi blue print konsep manajemen desain
yang dikembangkan di Inggris dan beberapa negara
lainnya.
Pada tahun 1984, Tony Sweeney, salah seorang komisaris
editor pada perusahaan penerbitan Basil Blackwell tertarik
pada manajemen desain.
Ketertarikannya tersebut membuat dia melihat kondisi
manajemen desain pada saat itu yang kekurangan referensi
kompeten. Oleh sebab itu, Sweeney lalu membuat suatu
rencana untuk menerbitkan kamus referensi yang berisi
tentang wacana dan deskripsi seputar topik manajemen
desain

Meskipun belum menghasilkan suatu terminologi yang baku
tentang manajemen desain, tetapi setidaknya usaha
tersebut dapat dikatakan sebagai embrio tahap
pengembangan manajemen desain sebagai suatu disiplin
ilmu tersendiri.
Barulah pada tahun 1990, Mark Oakley, guru besar
pada Aston University menerbitkan suatu buku yang
berisi kumpulan tulisan berkisar isu dan metode
manajemen desain.
Selang setengah dekade setelah tulisan The Corfield Report
terbit di Inggris, pada pertengahan 1980-an di Amerika
Serikat isu manajemen desain muncul yang
dilatarbelakangi oleh berbagai tulisan Christopher
Lorenz, seorang editor manajemen pada The
Financial Times (London).
Artikel-artikel Lorenz tersebut sangat berpengaruh besar
pada aktivitas bisnis di Amerika Serikat pada waktu itu,
khususnya artikel yang menjelaskan manajemen desain
produk dalam beberapa perusahaan spesifik.
Pada 1980-an, The Wall Street Journal pun mulai
menulis tentang keterkaitan antara desain dan
bisnis. Diikuti oleh Time Magazine yang membuka
suplemen khusus mengenai desain.

Juga tidak ketinggalan majalah kenamaan Time memasukkan
seksi desain dalam pemberian penghargaan tahunan. Yang
cukup spektakuler, adalah komentar yang dilontarkan oleh
majalah ekonomi Business Week yang menulis bahwa jika
pada era 70-an adalah era-nya pemasaran (marketing) dan
era 80-an adalah era-nya keuangan (finance), maka era
90-an adalah era desain.
Lontaran-lontaran dari pihak media tersebut tidak hanya sebatas
lontaran, tetapi juga diikuti oleh tindakan konkret. Business Week
dan The Financial Times memperpanjang editorial mereka tentang
desain dalam setiap penerbitan.
The Financial Times sendiri mensponsori beberapa konferensi bagi
manajer bisnis mengenai desain pada awal 1990-an, sedangkan
Business Week bekerja sama dengan Industrial Designer Society
of America (IDSA), suatu asosiasi profesi desainer produk di
Amerika, mensponsori program pemberian penghargaan desain
kepada para usahawan. Sejak itu peran desainer semakin sering
terdengar dalam pembicaraan bisnis di berbagai media.
Akhir 1980-an berdiri Design Management Institute di
Boston, sebuah institut pelopor yang khusus mempelajari
strategi serta pengelolaan desain dalam perusahaan.

Institut yang berafiliasi ke Harvard Business School ini lalu
mensponsori suatu proyek manajemen desain yang diberi nama
TRIAD. Proyek ini berfungsi untuk memberikan petunjuk serta
informasi mengenai setiap aspek permasalahan manajemen
desain dalam perusahaan industri yang diambil dari studi kasus
13 perusahaan multinasional.
TRIAD juga memberikan bantuan kepada beberapa perusahaan
Eropa Barat, Amerika Serikat dan Asia Tenggara, berupa
informasi maupun penyelenggaraan pameran. Setelah menjadi
suatu disiplin ilmu di Amerika, manajemen desain pun mulai
menjadi salah satu program tingkat sarjana di University
of Industrial Arts Helsinky, Finlandia.
Dari fenomena yang ada, baik di Inggris maupun di Amerika
Serikat, adanya upaya untuk memberikan perhatian
kepada manajemen desain tidak lepas dari kekhawatiran
mereka terhadap serangan produk-produk Jepang yang
mulai mendominasi pasar dunia pada saat itu.
Dan kesadaran akan desain yang tinggi dimulai setelah mereka
melihat kenyataan bagaimana pemerintah Jepang dengan
sangat serius menangani bidang desain sejak awal berdirinya
industri di negara tersebut.

Dimulai dengan kebijakan pemerintah Jepang melalui pem-berian
penghargaan G-Mark, sebuah penghargaan desain tertinggi pada
produk-produk Jepang sejak tahun 1957 yang dimotori oleh MITI
(Ministry of International Trade and Industry), kementrian
perindustrian dan perdagangan Jepang. Dan menjadikan tahun
1989 sebagai tahun desain (Year of Design) dengan pusat
kegiatan di kota Nagoya.
Secara eksplisit superioritas industri Jepang melalui desain
produk diakui oleh Jhon H. MacArthur, Dekan Harvard Business
Scholl, dalam salah satu katalog yang diterbitkan oleh TRIAD
dalam tulisan yang berjudul Designing for Product Strategies
yang antara lain berbunyi :

As a global competition becomes more intense, new dimensions
of competitive strategy have receive increasing attention. One of
the most important is design and managemen of design. Even as
recently as five years ago, most managers considered good
design almost frivolous. They viewed designers as people who
simply determine the color and overall appearance of design.
When succes of companies like Braun in Germany or Sony in
Japan is analysed, however the significance of design to their
company’s reputation and profitability becomes clear. Design –
from reliable performance to quality appearance – is indeed a
crucial competitive weavon.

Melihat bagaimana dan jasa yang mereka
hasilkan, yang mana merupakan sJepang
menempatkan desain pada posisi strategis dalam
memberikan nilai baru pada setiap produk inerji
dan gabungan aktivitas desain dalam tahap riset,
tahap perencanaan dan tahap eksekusi, maka
sangatlah pantas kalau dikatakan bahwa
implementasi yang paling efektif dalam
meningkatkan proses desain pada era 90-an
adalah dengan penguasaan manajemen desain.