KOMUNIKASI KONSELING ISLAM DENGAN ANALISIS EGO STATE REMAJA DI BERANDA MEDIA SOSIAL FACEBOOK.

KOMUNIKASI KONSELING ISLAM DENGAN ANALISIS EGO STATE
REMAJA DI BERANDA MEDIA SOSIAL FACEBOOK
SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Disusun Oleh :
Lailatul Musarofah
NIM. B53212078

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN 2016

ABSTRAK
Lailatul Musarofah (B53212078), Komunikasi Konseling Islam dengan

Analisis Ego State Remaja di Media Sosial Facebook
Fokus penelitian ini adalah (1) Bagaimana proses komunikasi konseling
Islam dengan analisis ego state remaja di media sosial facebook?; dan (2)
Bagaimana hasil komunikasi konseling Islam dengan analisis ego state
remaja di media sosial facebook?.
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, Peneliti menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan analisis wacana (discourse analysis).
Analisis dilakukan berdasarkan wawancara dan observasi pada akun media
sosial obyek. Penelitian dilakukan kepada tiga anak remaja yang dipilih
secara acak. Penelitian ini dilakukan melalui analisis ego state di akun
media sosial facebook dan proses konseling menggunakan komunikasi
konseling Islam. Teknik komunikasi konseling Islam dilakukan dengan
konseling Islam melalui proses komunikasi dengan mengirim pesan pada
media sosial objek penelitian.
Proses konseling dilakukan konselor dengan menganalisis ego state
konseli terlebih dahulu untuk mengetahui masalah yang dihadapi klien dan
agar diketahui bagaimana konselor akan membantu klien. Setelah proses
identifikasi masalah tersebut kemudian konselor memutuskan untuk
menggunakan langkah preventif sebagai proses konseling karena klien
bukan merupakan pribadi yang bermasalah. Langkah preventif dilakukan

dengan mengirim pesan yang berisi kata-kata positif kepada klien di akun
facebooknya. Pengiriman pesan positif tersebut sebagai bentuk komunikasi
konseling Islam dan sebagai langkah pencegahan agar konseli terhindar
dari tindakan negatif.
Hasil akhir dari proses konseling terhadap klien dalam penelitian ini
tergolong berhasil karena klien dapat melakukan self control dengan baik.
Hasil ini dapat dilihat dari beberapa posting-an dalam akunmedia sosial
klien yang tetap mempertahankan untuk membagikan hal yang positif dan
menjadi lebih baik dengan adanya kalimat ta’ajub dalam tulisan tersebut.
Kata kunci: Komunikasi Konseling Islam, ego state, facebook

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................
PERSETUJUAN DOSES PEMBIMBING ......................................................
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ....................................................

MOTTO ...........................................................................................................
PERSEMBAHAN ............................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN..........................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR SKEMA ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah ........................................................................
B. Rumasan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
E. Definisi Konsep
1. Komunikasi Konseling Islam. .......................................................
2. Ego state. .......................................................................................
3. Media Sosial (Facebook). .............................................................
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian....................................................

2. Subyek Penelitian. .........................................................................
3. Tahap-Tahap Penelitian.................................................................
4. Jenis dan Sumbe Data. ..................................................................
5. Teknik Pengumpulan Data. ...........................................................
6. Teknik Analisis Data. ....................................................................
7. Teknik Keabsahan Data. ...............................................................
G. Sistematika Pembahasan ......................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori.....................................................................................
1. Komunikasi Konseling Islam ........................................................
a. Pengertian...............................................................................
b. Tujuan Komunikasi Konseling Islam.....................................
c. Proses Komunikasi Konseling Islam .....................................
2. Ego state dalam Analisis Transaksional........................................
3. Media Sosial (Facebook) ..............................................................
a. Media Sosial ...........................................................................
b. Facebook ................................................................................

i
ii

iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xii
xiii
xiv
1
7
7
8
8
11
12
14
14
15

16
18
20
21
23
24
24
24
32
34
36
41
41
43

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4. Ekspresi Emosi ..............................................................................

5. Ekspresi Menulis ...........................................................................
6. Komunikasi Konseling Islam dalam Mengendalikan Ego State di
Media Sosial ..................................................................................
B. Penelitian Terdahulu yang Terkait .......................................................

49
53
56
57

BAB III PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Obyek Penelitian ..................................................................
59
B. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................................
65
1. Deskripsi Proses Komunikasi Konseling Islam Dengan Analisis
Ego state Remaja di Beranda Media Sosial Facebook .................
65
2. Deskripsi Hasil Komunikasi Konseling Islam Dengan Analisis
Ego state Remaja di Beranda Media Sosial Facebook ................. 109

BAB IV ANALISIS
A. Analisis Proses Komunikasi Konseling Islam Dengan Analisis Ego
state Remaja di Beranda Media Sosial Facebook ................................ 113
B. Analisis Hasil Komunikasi Konseling Islam Dengan Analisis Ego
state Remaja di Beranda Media Sosial Facebook ................................ 119
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

121
123

DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada jaman sekarang gadget bukanlah sesuatu yang asing. Hampir
setiap orang memiliki alat tersebut. Bahkan mereka tidak dapat terpisahkan
dari alat tersebut. Dimanapun, kemanapun dan kapanpun mereka akan selalu
membawa gadget miliknya. Baik itu untuk kepentingan kantor, mencari
informasi, sampai sebagai lifestyle saja. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Google Indonesia melalui hasil survei yang dilakukannya di lima kota
besar di Indonesia pada periode Desember 2014 hingga Februari 2015 lalu
menyatakan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu selama 5,5
jam perhari menatap layar gadget atau smartphonenya.2
Waktu senggang yang terlalu banyak dapat menjadi salah satu alasan
seseorang bertahan dan betah di depan layar smartphone atau gadget mereka.
Ketika mereka berada di depan layar, yang mereka lakukan biasanya adalah
belanja online. Selain itu mencari informasi seperti berita, dan yang paling
sering adalah media sosial. Semenjak kemunculan smartphone, media sosial
menjadi trend dan banyak orang yang menggandrunginya. Media sosial
menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi pada smartphone karena
media sosial dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara cepat dan lebih
murah, asalkan terhubung dengan jaringan internet.

2

Reska K. Nistanto, “Kebiasaan Orang Indonesia, Pelototi ‘Smartphone’ 5,5 Jam Sehari”,
Artikel Kompas Tekno, (online), (http://tekno.kompas.com/, diakses 21 Desember 2015)

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2
Orang lebih memilih menggunakan media sosial karena jaringan
pertemanan, dimana jaringan tersebut menghubungkan beberapa orang
diseluruh dunia ini. Selain itu juga dapat menghubungkan teman yang sudah
lama hilang kontak hanya dengan cara menuliskan nama teman yang anda
cari, jika dia aktif di media sosial maka anda dapat menyapanya kembali
meskipun teman anda berada dibelahan bumi lainnya.
Alasan lain mengapa orang memilih menggunakan media sosial
adalah untuk memperoleh informasi, sebagai media untuk berdagang secara
online, atau menggunakan media sosial karena mengikuti tren saja. Alasan
lain adalah untuk meng-update media sosial, karena dengan meng-update
media sosial dapat menghilangkan stres. Banyaknya aktivitas yang dilakukan

selama seharian penuh dapat menyebabkan kejenuhan dan stres. Media sosial
adalah salah satu cara ampuh melepas kejenuhan. Di media sosial seseorang
dapat sharing dengan teman, chatting, dan banyak lagi. Meng-update media
sosial bisa menghilangkan bosan dan kantuk misalnya saat menunggu bus
atau saat perjalanan di kereta, atau mungkin akan sedikit kepo ingin melihat
aktivitas teman-teman. Berbagi pengalaman seru yang telah dilalui juga dapat
menghilangkan stres.3

3

Khalila Indriana, “7 Alasan, Kenapa Seseorang Gemar Menggunakan Media Sosial”,
Artikel (online), (http://www.izwie.com diakses 16 Maret 2016)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Gambar 1.1: Statistik pengguna internet dan media sosial tahun 2015.4
Gambar di atas menunjukkan bahwa facebook menempati posisi
paling atas. Posisi tersebut menunjukkan bahwa facebook memiliki pengguna
paling banyak pada tahun 2015. Data penetrasi pengguna internet sebanyak
38.191.873 orang (15%), penetrasi pengguna facebook 62.000.000 orang (25%), dan
penterasi pengguna mobile sebanyak 281.963.665 (112%).5 Jadi, rasanya tidak

sulit menemukan orang-orang di sekitar menggunakan media sosial
Facebook.
Pada dasarnya facebook sama saja dengan media sosial lainnya. Di
dalamnya terdapat chat, dapat membuat profil pribadi, status suasana hati
pemilik akun dan lain sebagainya. Tetapi sejak kemunculannya facebook
4

Lina Noviandari, “Statistik Pengguna Internet dan Media Sosial Terbaru 2015”, Artikel
Online, (https://id.techinasia.com diakses 23 Maret 2016)
5
Heru Nugraha dan Kastaman, Pengaruh Media Sosial Facebook dalam Peningkatan
Penjualan Bisnis Online, Jurnal Online, (http://repository.akprind.ac.id/ diakses 17 Juni 2016)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4
menjadi salah satu media sosial yang populer dan diminati banyak orang.
Menurut Permana facebook merupakan website jaringan sosial, dimana para
penggunanya dapat bergabung dalam suatu komunitas seperti kota, pekerjaan,
sekolah, dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi satu sama
lain.6 Selain itu facebook menjadi situs yang paling diminati orang, bahkan
semua kalangan, tidak hanya anak kuliah. Tetapi orang tua sekarang juga
kecanduan dengan situs yang satu ini. Selain itu anak SD juga sekarang sudah
mengenal facebook dan dapat mengaksesnya.
Semua usia yang menikmati media sosial facebook, kalangan remaja
merupakan kelompok yang paling banyak yang menggunakannya. Hal
tersebut dapat terjadi karena kuatnya pengaruh sebayanya. Karena remaja
lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman sebayanya,
sehingga jelas bahwa pengaruh teman sebaya lebih besar dari pada pengaruh
keluarga.7
Pengaruh teman sebaya memang begitu besar. Siapa yang dapat
beradaptasi dengan kelompok tersebut maka dapat masuk dan dianggap
sebagai anggota kelompok. Tetapi sebaliknya, apabila tidak dapat beradaptasi
dan berbeda dari kelompok sebaya maka dia tidak dapat bergabung dengan
kelompok tersebut. Misalnya seperti facebook yang rata-rata para remaja
menggunakannya, maka seorang remaja harus memiliki akun facebook agar
6

Nengsih dkk, Jurnal; Layanan Informasi tentang Dampak Negatif Penggunaan Facebook
pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Pontianak, (FKIP Untan: Program studi Pendidikan
Bimbingan Konseling), hal. 1
7
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (tkt: Erlangga, tth), hal. 213

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5
dapat bergaul dengan teman yang lainnya. Maksudnya adalah karena teman
sebaya yang mayoritas banyak menggunakan facebook, maka seorang remaja
tersebut akan terpengaruh untuk ikut menggunakannya.
Remaja adalah masa dengan penuh ketidakpastian, semangat
bergelora dan ambisi yang meluap-luap. Tetapi terkadang juga mereka
bersikap negatif, cenderung apatis, sering murung, sedih tanpa tahu
penyebabnya, melantur, melamun dan mudah putus asa.8 Dengan kata lain
mereka galau karena suasana hati yang tidak tentu tersebut. Banyak macam
cara remaja mengungkapkan kegalauannya. Ada yang langsung cerita ke
temannya, ada juga yang melampiaskan kegalauannya kepada sesuatu yang
negatif, seperti narkoba, tawuran, pergaulan bebas dan lain-lain. Ada juga
yang tidak dapat mengungkapkan langsung kegalauannya sehingga dia
memendamnya sendiri, atau ada juga yang menulisnya di media sosial
semisal di facebook. Menuliskan suasana hati atau kegalauan di facebook
sekarang ini sudah menjadi kebiasaan. Mereka menganggap dengan menulis
keadaannya di facebook maka orang akan tahu dan berharap dapat membantu.
Berbicara tentang suasana hati, hal tersebut dapat terjadi ketika
seseorang mendapat suatu stimulus atau pesan yang datang kepadanya. Pesan
tersebut dengan cepat diterimanya. Tetapi pesan tersebut dapat memberi
perubahan bagi penerima. Pesan tersebut dapat mempengaruhi emosi,
persepsi dan tindakan seseorang. Misalnya seseorang ada yang mengejek

8

Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, (Jogjakarta: Buku
Biru, 2012), hal. 60

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6
dirinya, ketika dia tidak dapat mengolah emosinya dengan tepat maka
timbullah emosi yang negatif. Kemudian muncullah tulisan di beranda
facebook kata-kata yang negatif. Berbeda dengan ketika dia dapat mengontrol
emosinya, maka kata yang muncul adalah kata-kata yang positif.
Pada intinya, semua yang orang sampaikan mengandung arti yang
tersebunyi. Seperti teks yang tertulis di beranda facebook. Emosi yang
tertulis dalam facebook dapat memperlihatkan ego state seseorang. Tetapi
masing-masing orang memiliki ego yang bermacam-macam juga. Bahkan
menurut Berne dalam teori yang dipeloporinya, yaitu Analisis Transaksional
menganggap bahwa setiap orang di dalam dirinya memiliki tiga ego state.
Yaitu ego orang tua, ego dewasa, dan ego anak-anak.9
Ego state akan muncul sesuai dengan pengalaman yang mereka alami.
Tetapi apapun pengalaman yang mereka alami, seharusnya tetap berpikir
positif sehingga ego yang muncul merupaka ego yang positif. Seperti ekspresi
yang mengandung kekaguman dengan kata-kata subhanallah, alhamdulillah,
dan kata-kata yang mengungkapkan ekspresi positif lainnya. Berbeda ketika
seseorang

tidak

dapat

berpikir

positif

terhadap

pengalaman

yang

menimpanya, maka sikap negatif yang muncul seperti galau, gelisah, cemas.
Ketika datang rasa galau, gelisah, cemas maka yang muncul di beranda
facebook adalah tulisan yang mengandung ekspresi negatif, seperti ego anak.

9

Mohamad Surya, Teori-teori Konseling, (Bandung: Bani Quraisy, 2003), hal. 45

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7
Ego anak yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan pengalaman
yang menimpanya, maka diketahui kata yang dia tulis mengandung pesan
negatif. Sehingga dibutuhkan kata-kata positif untuk membantu seseorang
berpandangan positif dan memiliki ego dewasa dalam menghadapi
pengalaman-pengalamannya. Kata-kata positif tersebut berupa kata yang
memberikan kesadaran seseorang atas kata negatifnya. Dari pemaparan di
atas maka judul dalam penelitian ini adalah “Komunikasi konseling Islam
dengan analisis ego state remaja di beranda media sosial facebook”.
B. Rumusan Masalah`
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah,
yaitu:
1. Bagaimana proses komunikasi konseling Islam dengan analisis ego state
remaja di beranda media sosial facebook?
2. Bagaimana hasil komunikasi konseling Islam dengan analisis ego state
Remaja di beranda media sosial facebook?
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1.

Mendiskripsikan proses komunikasi konseling Islam dengan analisis ego
state remaja di beranda di media sosial facebook.

2.

Mengetahui hasil komunikasi konseling Islam dengan analisis ego state
remaja di beranda di media sosial facebook.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah sumbangan
pengetahuan sebagai refrensi di bidang ilmu sosial, yaitu konseling. Dan
sebagai bahan acuan penelitian yang akan datang di bidang yang serupa.
2. Manfaat Praktis
Bagi masyarakat luas agar dapat mengetahui cara membantu orang yang
sedang galau di media sosial, khususnya subjek yang diteliti agar
mengetahui bagaimana seharusnya dirinya pada masing-masing ego
statenya sehingga mereka dapat memposisikan dirinya dengan benar
ketika sedang dalam masalah.
E. Definisi Konsep
1. Komunikasi konseling Islam
Komunikasi adalah proses pengalihan lambang-lambang yang
berarti di antara individu. Menurut Galvin dkk, sebagai sebuah proses,
komunikasi mengandung unsur simbolis dan transaksional.10 Dikatakan
mengandung unsur simbolik karena dalam komunikasi terdapat proses
membuat dan mengartikan pesan. Kata-kata atau ucapan verbal
merupakan salah satu simbol komunikasi. Simbol lainnya nampak dalam
komunikasi yang bersifat verbal, seperti ekspresi wajah, kontak mata,
isyarat, gerak tubuh, dan lain-lain. Dengan simbol-simbol tersebut dapat
diketahui pesan yang disampaikan.
10

Muryantinah M. Handayani dkk, Psikologi Keluarga, (Surabaya: Unit Penelitian dan
Publikasi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, 2008), hal. 22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9
Menurut Olson dan DeFrain komunikasi adalah cara manusia
mengartikan dan menyampaikan arti, baik secara verbal maupun nonverbal. Kemampuan dalam berkomunikasi adalah salah satu ketrampilan
yang harus dimiliki ketika seseorang menjalin hubungan dan ingin
mempertahankan hubungan yang harmonis.11
Begitu juga dalam proses konseling dimana komunikasi menjadi
landasan agar konseling dapat berlangsung. Karena proses konseling
yang melibatkan konselor dan klien secara tatap muka dan di dalamnya
terdapat komunikasi.12 Komunikasi yang dimaksud adalah suatu proses
linier atau proses sebab-akibat, yang mencerminkan pengiriman pesan
dari komunikator untuk mengubah pengetahuan, sikap atau perilaku
komunikan yang pasif.13 Jadi, komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi bisa berupa pesan, gagasan atau ide dari satu
orang kepada orang lain.
Sementara itu, yang dimaksud dengan konseling adalah suatu
proses pemberian bantuan kepada individu atau kelompok. Menurut Mc.
Daniel konseling merupakan suatu pertemuan langsung dengan individu
yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk menyesuaikan
dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan lingkungan.14

11

Muryantinah M. Handayani dkk, Psikologi Keluarga, (Surabaya: Unit Penelitian dan
Publikasi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, 2008), hal. 22
12
Arif Ainur Rofiq, Ketrampilan Komunikasi Konseling, (tkt: tp, 2012), hal. 1
13
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), hal. 64
14
Sulistyarini dkk, Dasar-dasar Konseling, (Jakarta: Pustakaraya, 2014), hal. 30

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10
Menurut Pepinsky & Pepinsky, dalam Shertzer & Stone,
konseling merupakan sebuah interaksi yang terjadi antara dua orang
individu, masing-masing disebut konselor dan klien, terjadi dalam
suasana yang profesional, dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk
memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien.15
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa pada konseling
terdapat proses komunikasi yaitu pertukaran informasi antara konselor
dan klien sehingga terjadilah suatu kegiatan konseling yang bertujuan
untuk memberi bantuan agar menjadi pribadi yang lebih baik. Tujuan
tersebut sejalan dengan pandangan Islam tentang manusia, karena hakikat
dari konseling Islam adalah sebuah upaya untuk membantu individu
belajar mengembangkan fitrah-iman dan atau kembali kepada fitrahiman, dengan cara memberdayakan (empowering) fitrah-fitrah (jasmani,
rohani, nafs, dan iman) mempelajari dan melaksanakan tuntutan Allah
dan Rasul-Nya, agar fitrah-fitrah yang ada pada individu berkembang
dan berfungsi dengan benar dan baik. Pada akhirnya diharapkan individu
dapat memperoleh kebahagiaan yang sejati di dunia dan di akhirat.16
Untuk tercapainya kebahagiaan yang sejati di dunia dan di
akhirat maka proses konseling harus disertai dengan proses komunikasi
yang efektif. Bagaimana proses penyampaian pesan dari konselor kepada

15

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (jakarta: Rineka
Cipta, 1999), hal. 100
16
Anwar Sutoyo, Bimbingan & Konseling Islam; Teori & Praktik, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013), hal. 207

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11
klien dengan baik sehingga klien dapat menerima pesan tersebut dengan
baik pula.
Komunikasi Konseling Islam yang dimaksud oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah proses konseling yang dilakukan melalui
komunikasi verbal dengan kata-kata yang mengandung ke-Islaman
seperti hamdalah, basmalah dan lain sebagainya dengan harapan dapat
membantu klien mencapai kebahagiaannya.
2. Ego state
Berbicara tentang ego state, maka permbahasannya tidak
terlepas dari teori pendekatan konseling yang dipelopori oleh Eric Berne,
yaitu pendekatan Analisis Transaksional. Menurut pendekatan ini,
hubungan antara klien dengan konselor merupakan sebuah transaksional
atau dapat disebut dengan interaksi di mana masing-masing partisipan
berhubungan satu dengan yang lainnya sebagai proses timbal balik,
merespon dan memberi umpan baik. Jadi menurut Berne yang dimaksud
transaksi adalah sebagai manifestasi hubungan sosial.17
Analisis tansaksional mengkaji transakasi, menentukan peranperan dan karakteristik ego setiap orang, dan mensistematiskan informasi
diri transaksi tersebut. Ego tersebut menjadi kepribadian dari diri setiap
orang. Menurut pendekatan analisis transaksional, kepribadian terdiri atas
tiga ego state, yaitu:

17

Mohamad Surya, Teori-teori Konseling, (Bandung: Bani Quraisy, 2003), hal. 44

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12
a. Ego orang tua merupakan bagian dari kepribadian yang merupakan
introyeksi dari orang tua. Ego orang tua memiliki fungsi dualistik,
yaitu merawat dan mengkritik. Merawat adalah untuk memperhatikan,
sedangkan mengkritik atau mengendalikan adalah untuk menyimpan
dan menyalurkan aturan dan perlindungan kehidupan.
b. Ego dewasa adalah merupakan pengolahan data dan informasi yang
merupakan bagian objektif dari kerpibadian, kepribadian yang
mengetahui apa yang sedang terjadi. Ego dewasa bertugas untuk
memmembuat keputusan yang paling baik untuk memecahkan
masalah tertentu, karena tidak emosional dan menghakimi, melainkan
bersikap tenang.
c. Ego anak, dibagi menjadi dua bentuk, yaitu “anak yang dapat
menyesuaikan diri” dan “anak alamiah”. Ego anak yang dapat
menyesuaikan diri, mampu menyesuaikan diri dengan keinginan ego
orang tua di dalam diri sendiri dan orang lain. Ia patuh dan mudah
untuk menjalin hubungan dengan yang lain. Sedangkan ego anak
alamiah memperlihakan reaksi lebih spontan, periang dan selalu ingin
tahu, serta berusaha memenuhi kebutuhannya tanpa memperhatikan
orang lain.18
3. Media sosial (facebook)
Media sosial merupakan bagian dari jejaring sosial. Situs
jejaring sosial (social networking sites) merupakan sebuah web berbasis

18

Edi Kurnanto, Konseling Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 75

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13
pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil,
melihat list pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima
teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Tampilan dasar situs
jejaring sosial ini menampilkan halaman profil pengguna, yang di
dalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna.
Kelebihan

dan

kehebatan

dari

sosial

media

adalah

keberadaannya memudahkan orang untuk berinteraksi dengan mudah
dengan orang-orang dari seluruh belahan dunia dengan biaya yang lebih
murah dibandingkan menggunakan telepon. Selain itu, dengan adanya
media sosial, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat.
Sedangkan kelemahannya adalah menyebabkan interaksi interpersonal
secara tatap muka cenderung menurun.19
Salah satu media sosial yang sekarang banyak digemari oleh
banyak orang sekarang ini adalah facebook. Menurut Wikipedia.org,
facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial dan situs web yang
diluncurkan pada Februari 2004 yang dioperasikan dan dimiliki oleh
Facebook, Inc. Pengguna dapat membuat profil pribadi, menambahkan
pengguna

lain

sebagai

teman

dan

bertukar

pesan,

termasuk

pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya. Selain
itu, pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna yang memiliki
tujuan tertentu, diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah, perguruan
tinggi, atau karakteristik lainnya. Nama layanan ini berasal dari nama
19

Adwi Arief Sosiawan, Penggunaan Situs Jejaring Sosial sebagai Media Interaksi dan
Komunikasi di Kalangan Mahasiswa (http://repository.upnyk.ac.id/1983/1/EDWI.pdf diakses pada
06 Januari 2016)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14
buku yang diberikan kepada mahasiswa pada tahun akademik pertama
oleh administrasi universitas di AS dengan tujuan membantu
mahasiswa mengenal satu sama lain.20
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Karena masalah yang kompleks dan dinamis21 serta peneliti ingin
mengetahui masalah ini secara lebih mendalam.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
analisis wacana (discourse analysis). Pendekatan ini merupakan suatu
metode untuk mengkaji wacana yang terdapat dalam pesan-pesan
komunikasi baik secara tekstual atau kontekstual. Tujuan dari analisis
wacana ini adalah agar dapat diketahui maksud dan tujuan penulis
wacana tersebut tentang apa yang ditulisnya.22 Pendekatan analisis isi
merupakan suatu langkah yang ditempuh untuk memperoleh keterangan
dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang, yaitu
berupa teks yang subjek tulis di media sosial.
2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa subjek yang akan dijadikan
sasaran oleh peneliti, yaitu tiga anak remaja yang aktif membagikan
20

Umi Khabibah dkk, Analisis Perbandingan Efektifitas Sistem Informasi Berbasis WWW.
JPC-Polinema.com dengan Facebook JPC Polinema 2 untuk Pencarian Informasi Lowongan
Kerja, (http://www.ejournalfia.ub.ac.id/index.php/profit/article/view/309, diakses pada 06 Januari
2016)
21
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006), hal. 194
22
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LkiS, 2007), hal. 170

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15
kiriman di beranda akun facebook miliknya. Kiriman tersebut bisa jadi
berupa tulisan dan gambar foto yang mengandung makna yang ingin
disampaikan anak tersebut. Kiriman tersebut bisa jadi berupa informasi,
cerita tentang pribadinya sendiri baik berupa kegembiraan atau
kegalauan.
3. Tahap-Tahap Penelitian
a. Perencanaan, yaitu meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai
dalam

penelitian

dan

merencanakan

strategi

umum

untuk

memperoleh dan menganalisis data pada penelitian.
b. Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian. Tahap ini
merupakan pengembangan dari tahap perencanaan. Di sini disajikan
lagi latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian, serta
metode atau prosedur analisis dan pengumpulan data. Tahap ini juga
meliputi penentuan macam data yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pokok penelitian. Tahap ini merupakan tahap penyususnan
usulan proyek penelitian.
c. Pengambilan contoh (sampling) adalah proses pemilihan beberapa
bagian dari suatu populasi untuk mewakili seluruh populasi tersebut.
Dalam tahap ini peneliti secara teliti membuat definisi mengenai
populasi yang akan dikaji.
d. Penyusunan daftar pertanyaan, yaitu proses penterjemahan tujuantujuan studi ke dalam bentuk pertanyaan untuk mendapatkan
jawaban yang berupa informasi yang dibutuhkan. Hal yang perlu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16
diperhatikan adalah orang yang diwawancarai dengan senang hati
mau mencawab pertanyaan yang diajukan dan tetap senang dalam
memberikan jawabannya.
e. Kerja lapang, tetapi dalam penelitian ini tidak diperlukan kerja
lapangan karena pada penelitian ini pengumpulan data dan analisis
melalui media, yaitu smartphone atau gadget.
f. Editing dan coding. Coding adalah proses pemindahan jawaban yang
tertera dalam daftar pertanyaan de dalam berbagai kelompok
jawaban yang dapat disusun dalam angka dan ditabulasi. Sedangkan
editing adalah meneliti ulang daftar pertanyaan yang telah diisi
apakah apa yang ditulis benar atau sudah sesuai dengan yang
dimaksud.
g. Analisis dan laporan. Setelah data yang diperlukan dirasa cukup,
maka tahap selanjutnya adalah analisis data dan penulisan laporan.23
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis-jenis Data
Dalam penelitian ini data yang akan diperoleh bersifat deskriptif
bukan angka. Data tersebut bisa berupa teks yang menggambarkan
perasaan, suasana emosinya yang kemudian dianalisis dalam bentuk
kategori-kategori atau dikenal dengan coding.
Jenis-jenis data yang akan disajikan pada penelitian ini adalah:

23

Suparmoko, Metode Penelitian Praktis; Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis,
(Yogyakarta: BPFE, 2007), hal. 7 – 9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17
1) Data Primer
Data ini berupa teks yang diambil di beranda facebook orang
yang menjadi subyek penelitian. Selain itu adalah hasil
wawancara yang diperoleh melalui beberapa pesan yang dikirim
ke akun facebook subyek.
2) Data Skunder
Data skunder berupa data yang sudah tersedia dan dapat
diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau
mendengarkan, seperti informasi diri yang ada di akun subyek
penelitian.
Pada intinya data kualitatif dapat berupa apa saja termasuk kejadian
atau gejala yang tidak menggambarkan hitungan, angka atau
kuantitas.24
b. Sumber Data
Sumber data merupakan salah satu hal yang penting dalam sebuah
penelitian. Maka dari itu peneliti harus mengetahui sumber data yang
akan digunakan dalam penelitiannya. Ada dua jenis sumber data
yang biasanya digunakan dalam sebuah penelitian, yaitu:
1) Sumber Data Primer
Sumber data ini adalah sumber pertama di mana sebuah data
dihasilkan. Dalam penelitian ini sumber data primer adalah klien
yang menulis status galau di facebook.
24

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006), hal. 210

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18
2) Sumber Data Sekunder
Sumber data skunder adalah sumber data kedua sesudah sumber
data primer. Ketika peneliti susah dalam mendapatkan data dari
sumber data primer mungkin karena menyangkut dengan hal-hal
yang pribadi, maka sumber data sekunder diharapkan dapat
membantu mengungkapkan data yang diinginkan. Selain itu
sumber data sekunder dapat membantu memberi keterangan, atau
data pelengkap sebagai tambahan.25 Tetapi dalam penelitian ini
tidak diperlukan sumber data sekunder, karena data yang
diperlukan sudah cukup.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data selama pelaksanaan penelitian
berlangsung,

peneliti

akan

menggunakan

berbagai

teknik

pengumpulan data baik secara langsung maupun melalui narasumber.
Adapun alat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengetahui
keadaan subyek, dilihat dari status yang dia tulis di beranda
facebook. Menganalisis dan mengkaji teks yang dia tulis untuk
mengetahui emosi, ego dan perasaan subyek. Jadi dalam observasi
ini peneliti mengamati keadaan emosi subyek bagaimana tampak
jika dilihat oleh indra peneliti.
25

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi; Format-format Kuantitatif
dan Kualitatif, untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran,
(Jakarta: Kencana, 2013), hal. 129

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19
Dari segi proses pengumpulan data, observasi yang
digunakan oleh peneliti adalah observasi nonpartisipan dimana
peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat.26 Jadi
peneliti mengamati bagaimana interaksi dalam keluarga tersebut,
bagaimana komunikasi orang tua dalam keluarga tersebut terhadap
anaknya.
b. Wawancara
Dan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
wawancara. Wawancara dilakukan kepada beberapa narasumber
yang menjadi subyek penelitian. Dan wawancara yang dilakukan
tidak secara langsung atau tatap muka kepada subyek, melainkan
melalui pertanyaan yang dikirim kepada klien melalui inbox/pesan
di facebook.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk
menelusuri data historis.27 Data tersebut dapat telusuri pada profil
atau beranda subyek penelitian di facebook. Tujuan dari penelitian
dengan teknik ini adalah untuk mengetahui dan menambah
informasi tentang subyek yang diteliti.
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisi data yang akan digunakan
adalah menggunakan model Miles dan Huberman. Menurut Miles dan
26

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010), hal. 145
27
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 124

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20
Huberman ada tiga macam kegiatan dalam analisis data pada penelitian
ini, yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah”
yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis seperti status di
beranda facebook, hasil wawancara, foto-foto. Reduksi data adalah
suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan,
membuang, dan menyusun data dalam suatu cara di mana
kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasi.28
b. Model Data (Data Display)
Setelah

data

direduksi

maka

langkah

selanjutnya

adalah

mendisplaykan data. Penyajian dilakukan dalam bentuk tabel, grafik,
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Menurut Miles dan
Huberman “the most frequent form of display data for qualitative
research data in the past has been narrative text”. Yang paling
sering digunakan dalam penyajian data untuk penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif.29
c. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan
Langkah ketiga dari analisis data adalah penarikan dan verifikasi
kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mencari
28

130

Emzir, Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal.

29

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010), hal. 249

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21
makna

sesuatu,

mencatat

keteraturan,

pola-pola,

penjelasan.

Kesimpulan-kesimpulan yang muncul masih jauh dan masih samar,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
7. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data atau validitas data adalah unpaya pemeriksaan
terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur
tertentu. Keabsahan data didasarkan pada kepastian apakah hasil
penelitian sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau
pembaca secara umum. Keabsahan atau validitas data memiliki beberapa
teknik. Agar lebih akurat sebuah data maka perlu untuk mengidentifikasi
data dengan lebih dari satu teknik.
Berikut beberapa teknik yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu:
a. Triangulate, mentriangulasi sumber-sumber data yang berbeda
dengan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber
tersebut dan menggunakannya untuk membangun justifikasi tematema secara koheren. Tema-tema yang dibangun berdasarkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22
sejumlah sumber data atau perspektif dari partisipan akan menambah
validitas.
b. Menerapkan member checking untuk mengetahui akurasi hasil
penelitian. Member checking dapat dilakukan dengan membawa
laporan akhir atau deskripsi-deskripsi atau tema-tema spesifik ke
dalam partisipan untuk mengecek apakah mereka merasa bahwa
laporan/deskripsi/tema tersebut sudah akurat. Hal ini tidak berarti
bahwa peneliti membawa kembali transkip-transkip mentah kepada
partisipan untuk mengecek keabsahannya. Sebaliknya, yang harus
dibawa oleh peneliti adalah bagian-bagian dari hasil penelitian yang
sudah dipoleh, seperti tema-tema, analisis kasus, grounded theory,
deskripsi kebudayaan, dan lain-lain. Tugas ini berkemungkinan akan
mengharuskan peneliti untuk melakukan wawancara tindak lanjut
dengan para partisipan dan memberikan kesempatan pada mereka
untuk berkomentar tentang hasil penelitian.
c. Melakukan tanya jawab dengan sesama rekan peneliti (peer
debriefing) untuk meningkatkan keakuratan hasil penelitian. Proses
ini mengharuskan peneliti mencari seorang rekan (a peer debriefer)
yang dapat mereview untuk mendiskusikan mengenai penelitian
kualitatif sehingga hasil penelitiannya dapat dirasakan oleh orang
lain, selain peneliti sendiri. Strategi ini, yaitu melibatkan interpretasi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23
lain selain interpretasi dari peneliti dapat menambah validitas atas
hasil penelitian.30
G. Sistematika Pembahasan
Bab I yang merupakan Pendahuluan, terdiri dari latar belakang
masalah, yang berisikan alasan atau permasalahan yang mendasari penulisan
skripsi, perumusan masalah, metode penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian, definisi konsep, metode penelitian, serta sistematika pembahasan.
Bab II merupakan Tinjauan Pustaka, yang berisi teori-teori yang
digunakan dalam penelitian. Di dalam landasan teori yaitu terdiri dari Konsep
komunikasi konseling Islam, konsep tentang ego state, dan konsep tentang
media sosial. Selain itu dalam tinjauan pustaka juga membahas tentang
ekspresi otomatis atau ekspresi emosi dan ekspresi menulis.
Bab III mengenai Penyajian data. Dalam bab ini diuraikan
mengenai setting penelitian yang isinya meliputi deskripsi obyek penelitian,
deskripsi proses penelitian dan deskripsi hasil penelitian.
Bab IV tentang analisis data. Pada bagian ini menjelaskan analisis
data tentang proses dan hasil dari analisa ego state pada teks di beranda
media sosial facebook dengan komunikasi konseling Islam.
Bab V merupakan bagian penutup. Bab ini berisikan kesimpulan
dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

30

John W. Creswell, Research Design; Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hal. 287-288

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Komunikasi Konseling Islam
a. Pengertian
Komunikasi Konseling Islam merupakan sebuah istilah yang
terdiri dari tiga kata yang berbeda. Tiga kata tersebut akan dijelaskan
satu persatu agar memperoleh pengertian yang lebih jelas.
1) Komunikasi
Komunikasi secara etimologi berasal dari Bahasa Inggris
“communication” yang berasal dari Bahasa Latin “communicare”.
Kata “communicare” memiliki tiga arti yang berbeda, yaitu:
a) “to make common” atau membuat sesuatu menjadi umum.
b) “cum + munus” berarti saling memberi sesuatu sebagai
hadiah.
c) “cum + munire” yaitu membangun pertahanan bersama.30
Komunikasi memiliki banyak pengertian di mata orang
yang berbeda. Untuk sebagian orang, komunikasi pada gambaran
mereka adalah ketika seorang pembicara berdiri di sebuah podium
berpidato pada khalayaknya, atau diskusi hangat di antara para
kolega pada sebuah rapat, atau bertukar pandangan mata diantara
sepasang kekasih. Yang lainnya mengasosiasikannya secara
30

Muhamad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 1

24
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25
langsung dengan media sosial seperti koran, televisi, radio, film,
dan lainnya.31 Pengertian komunikasi akan berbeda lagi ketika
yang mendefinisikan adalah orang lain. Sehingga definisi
komunikasi semakin kompleks dan beragam. Hal tersebut dapat
terjadi karena lahirnya ahli komunikasi yang bukan berasal dari
keilmuan komunikasi.
Selain itu dalam Oxford English Dictionary ada lebih dari
sepuluh definisi komunikasi yang tertulis di dalamnya. Berikut ini
beberapa definisi yang tertulis di dalam Oxford English
Dictionary dan beberapa definisi dari para ahli:
a) “Communication means that information is passed from one
place to another” (komunikasi adalah informasi yang
disampaikan dari satu tempat ke tempat yang lain)
b) “The transmission of information, ideas, emotion, skills etc. by
the use of symbol – word, picture, figure, graph, etc.”
(Pemindahan informasi, ide, emosi, ketrampilan dan lain-lain
dengan menggunkan simbol seperti kata, foto, figur, dan
grafik)
c) Komunikasi adalah “proses atau tindakan menyampaikan
pesan (message) dari pengirim (sender) ke penerima
(receiver), melalui satu medium (channel) yang biasanya
mengalami gangguan (noise). Dalam definisi ini komunikasi
31

Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart, Komunikasi dan Prilaku Manusia, (Jakarta: Rajawali
Pers2013), hal. 14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26
haruslah bersifat intensional atau disengaja serta membawa
perubahan.32
d) Menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah proses yang
memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan untuk
menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang
lain.
e) Everett M. Rogers mendifinisikan komunikasi sebagai proses
dimana suatu ide dialihkan dari sumber ke satu penerima atau
lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.33
f) Harold Lasswell mengemukakan cara yang baik untuk
menggambarkan

komunikasi

adalah

dengan

menjawab

pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which
Channel to Whom With What Effect?.34
Dari

pemaparan

di

atas

dapat

diketahui

bahwa

komunikasi memiliki banyak pengertian yang berbeda. Tetapi
masing-masing definisi mengarah pada satu pengertian yang
sama, yaitu komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan
dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk saling
mempengaruhi.

32

Muhamad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 2
Ali Nurdin dkk, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,
2013), hal. 8
34
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 69
33

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27
2) Konseling
Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang
bersifat membantu. Secara etimologis, istilah konseling berasal
dari bahasa Latin “consilium” yang berarti “dengan” atau
“bersama”

yang

“memahami”.35

dirangkai

Sedangkan

dengan

dalam

“menerima”

bahasa

Inggris,

atau
istilah

konseling berasal dari kata “counseling” dari kata dasar “counsel”
yang berarti nasehat, anjuran atau pembicaraan. Dengan demikian
konseling dapat diartikan sebagai pemberian nasihat, pemberian
anjuran untuk melakukan sesuatu atau mengadakan pembicaraan
dengan bertukar pikiran tenttang sesuatu.36
Banyak ahli yang mendefinisikan istilah konseling dan
definisi tersebut banyak perbedaan satu sama lain. Berikut
penjelasan beberapa ahli mengenai konseling.
Menurut

ASCA

(American

School

Counselor

Association) mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan
tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan
dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor
mempergunakan

pengetahuan

dan

ketrampilannya

untuk

membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya.37

35

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (jakarta: Rineka
Cipta, 1999), hal. 99
36
Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Surabaya: Revka Petra Media,
2012), hal. 16
37
Syamsu Yususf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28
Adapun menurut Prayitno dan Erman Amti konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli atau konselor kepada
individu atau klien yang sedang mengalami masalah yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.38
Sedangkan menurut Winkel konseling adalah serangkaian
kegiatan yang paling pokok dari bimbingan dalam usaha
membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar
klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai
persoalan atau masalah khusus.
Berdasarkan

pengertian

tersebut

kemudian

Anis

Salahuddin dalam memahami bahwa konseling adalah usaha
membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar
klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai
persoalan atau masalah kusus. Dengan kata lain, teratasinya
masalah yang dihadapi oleh klien.39
Dari beberapa definisi di atas dapat diketahui bahwa
konseling adalah sebuah proses pemberian bantuan yang
diberikan oleh konselor sebagai tenaga ahli kepada konseli/klien
yang memiliki masalah agar masalahnya dapat teratasi.

38

Prayitno dan Erman

Dokumen yang terkait

KARAKTERISTIK PESAN KOMUNIKASI PEMASARAN DI MEDIA JEJARING SOSIAL KARAKTERISTIK PESAN KOMUNIKASI PEMASARAN DI MEDIA JEJARING SOSIAL (Analisis Deskriptif Kualitatif Pesan komunikasi Pemasaran di Media Jejaring Sosial Facebook pada Akun Sunsilk Indonesia).

0 3 16

PENDAHULUAN KARAKTERISTIK PESAN KOMUNIKASI PEMASARAN DI MEDIA JEJARING SOSIAL (Analisis Deskriptif Kualitatif Pesan komunikasi Pemasaran di Media Jejaring Sosial Facebook pada Akun Sunsilk Indonesia).

1 4 42

PENUTUP KARAKTERISTIK PESAN KOMUNIKASI PEMASARAN DI MEDIA JEJARING SOSIAL (Analisis Deskriptif Kualitatif Pesan komunikasi Pemasaran di Media Jejaring Sosial Facebook pada Akun Sunsilk Indonesia).

0 3 40

Kepercayaan remaja terhadap informasi media sosial di Facebook.

0 3 127

PENGGUNAAN BAHASA ALAY REMAJA DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Bahasa Alay di Kalangan Remaja Kota Surabaya Pada Pertemanan di Media Sosial Facebook).

0 3 120

Motif Remaja Dalam Menggunakan Media Jejaring Sosial Facebook (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Dalam Menggunakan Media Jejaring Sosial Facebook di Kota Mojokerto).

0 0 92

LAPORAN KULIAH KERJA MEDIA FUNGSI SOSIAL MEDIA SOSIAL FACEBOOK DI HUMAS POLRES KLATEN DALAM KOMUNIKASI INTERAKTIF DENGAN MASYARAKAT.

0 1 1

BAHASA GAUL REMAJA DALAM MEDIA SOSIAL FACEBOOK

0 0 19

Motif Remaja Dalam Menggunakan Media Jejaring Sosial Facebook (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Dalam Menggunakan Media Jejaring Sosial Facebook di Kota Mojokerto).

0 0 19

PENGGUNAAN BAHASA ALAY REMAJA DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Bahasa Alay di Kalangan Remaja Kota Surabaya Pada Pertemanan di Media Sosial Facebook)

0 0 25