Analisis maslahah mursalah dan peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2011 terhadap pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran Lamongan.

ANALISIS MAS}LAH}A H MURSALAH DAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 38 TAHUN 2011 TERDAHAP
PENDIRIAN BANGUNAN DI ATAS SUNGAI DI DESA
SEKARAN – LAMONGAN

SKRIPSI

Oleh
ANDI HAKIM NASUTION
NIM. C52212098

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)
Surabaya
2017

ANALISIS MAS}LAH}A H MURSALAH DAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 38 TAHUN 2011 TERDAHAP
PENDIRIAN BANGUNAN DI ATAS SUNGAI DI DESA

SEKARAN – LAMONGAN

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syari’ah dan Hukum

Oleh
ANDI HAKIM NASUTION
NIM. C52212098

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)
Surabaya
2017


i

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK

Skripsi dengan judul Analisis mas}lah}ah mursalah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 terhadap pendirian bangunan di atas sungai di
Desa Sekaran - Lamongan ini merupakan penelitian yang akan menjawab
permasalahan: 1) Bagaimana praktik pendirian bangunan di atas sungai di Desa
Sekaran - Lamongan? 2) Bagaimana analisis mas}lah}ah mursalah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 terhadap pendirian bangunan di atas sungai di
Desa Sekaran - Lamongan?
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan analisis
teknik kualitatif, yaitu menggambarkan kondisi, situasi, atau fenomena yang
tertuang dalam data yang diperoleh tentang pendirian bangunan di atas sungai di
Desa Sekaran - Lamongan dalam mas}lah}ah mursalah dan Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2011. Kemudian dianalisis menggunakan pola pikir induktif
dengan menjelaskan teori yang berkaitan dengan mas}lah}ah mursalah dan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011. Setelah menjelaskan teori-teori

yang akan dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendirian bangunan di atas
sungai di Desa Sekaran – Lamongan ini dilakukan oleh para pedagang yang tidak
memiliki kios untuk berjualan dan modal yang dimiliki juga tidak terlalu banyak.
Sehingga pedagang memilih memanfaatkan sungai dengan mendirikan bangunan
berupa warung di atasnya untuk berjualan, hal ini sangat menguntungkan bagi
pedagang, pegawai dan warga sekitar yang membutuhkan, di lain sisi pendirian
bangunan ini belum memiliki izin mendirikan bangunan dari pejabat yang
berwenang, yaitu Pemerintah Daerah.
Praktik pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan
sangat bermanfaat bagi masyarakat, karena banyak pihak yang dapat mengambil
manfaat dari hasil usaha tersebut dan sudah memenuhi syarat-syarat mas}lah}ah
mursalah, di samping itu melanggar Peraturan Pemerintah karena tidak memiliki
Izin Mendirikan Bangunan. Dengan demikian mendirikan bangunan di atas
sungai adalah sebenarnya tidak diperbolehkan oleh Peraturan Pemerintah, namun
berhubung dengan banyaknya hajat hidup orang banyak maka diperbolehlkan
dengan berbagai syarat yang tidak mengganggu lingkungan dan menimbulkan
kerusakan.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, penulis menyarankan perlu adanya
sosialiasasi Izin Mendirikan Bangunan di desa oleh Pemerintah Daerah, dan perlu

adanya Peraturan Daerah yang khusus mengatur tentang bangunan di sekitar
sungai sehingga masyarakat tetap bisa melakukan pekerjaan untuk mencukupi
penghidupannya.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM............................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .......................................................... iii
PENGESAHAN.................................................................................................... iv
ABSTRAK............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................. xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah....................................................... 7
C. Rumusan Masalah............................................................................... 9
D. Kajian Pustaka .................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian................................................................................ 12
F. Kegunaan Hasil Penelitian ................................................................. 12
G. Definisi Operasional ........................................................................... 13
H. Metode Penelitian............................................................................... 13
I. Sistematika Pembahasan .................................................................... 18
BAB II MA S}L A H}A H MURSA LA H DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR
38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI
A. Mas{lah{ah Mursalah............................................................................. 20
1.

Pengertian Mas{lah{ah .................................................................. 20

2.

Pengertian Mas{lah{ah Mursalah................................................... 22


3.

Macam-Macam Mas{lah{ah Mursalah........................................... 23

4.

Landasan Hukum Mas{lah{ah Mursalah........................................ 25

5.

Syarat-Syarat Mas{lah{ah Mursalah.............................................. 27

6.

Pendapat Para Ulama’ tentang Mas{lah{ah Mursalah................... 28

7.

Objek Mas{lah{ah Mursalah .......................................................... 31
viii


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 38 TAHUN 2011
TENTANG SUNGAI ......................................................................... 32
1. Pengertian Agraria ....................................................................... 32
2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011............................. 34
BAB III PRAKTIK PENDIRIAN BANGUNAN DI ATAS SUNGAI DI DESA
SEKARAN-LAMONGAN
A. Gambaran Umum Desa Sekaran - Lamongan ................................... 43
1. Keadaan Geografis ...................................................................... 43
2. Kondisi Desa Sekaran - Lamongan .............................................. 43
B. Praktik Pendirian Bangunan ............................................................... 48
1. Karakteristik Responden ............................................................. 48
2. Sejarah Awal................................................................................. 48
3. Praktik Pendirian Bangunan ......................................................... 50
4. Faktor Pendirian Bangunan .......................................................... 51
5. Objek Bangunan............................................................................ 53
6. Dampak Yang Ditimbulkan.......................................................... 53
BAB


IV

ANALISIS

MA S}L A H}A H

MURSA LA H

DAN

PERATURAN

PEMERINTAH NOMOR 38 TAHUN 2011 TERHADAP PENDIRIAN
BANGUNAN DI ATAS SUNGAI DI DESA SEKARAN - LAMONGAN
A. Analisis Bangunan di atas Sungai di Desa Sekaran – Lamongan..... 56
1.

Letak Bangunan .......................................................................... 56


2.

Dampak Lingkungan ................................................................... 57

3.

Legalitas Bangunan..................................................................... 58

B. Analisis Mas}lah}ah Mursalah terhadap pendirian bangunan di atas
sungai di desa sekaran – lamongan.................................................... 59
C. Analisis Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Terhadap Pendirian
Bangunan Di Atas Sungai Di Desa Sekaran - Lamongan................. 64
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................. 75
B. SARAN ......................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakangg Masalah

Maqās}id al-syari>
’ah adalah tujuan atau maksud dari pada syar’iah.
Di kalangan para Ulama ada tiga pendapat yang berbeda. Yang pertama
pendapat dari Ibnu Taimiyah yang menyat bahwa tujuan dari pada turun nya
wahyu Allah SWT mengenai sebuah sistem di dalam Hukum Islam atau
Syariah adalah dalam rangka mencapai keadilan (al-adl). Pendapat yang
kedua

menyat bahwa

bahagian yang abadi


tujuan daripada syariah adalah untuk mencapai ke
(Sa’adah haqiqiyah). Pendapat yang ketiga yaitu

pendapat dari Imam al-Ghazali yang mengat bahwa tujuan dari pada syariah
itu untuk mencapai dan merealisasikan manfaat

dan semua kepentingan

(maslahah) yang begitu banyak untuk semua ummat manusia di dunia ini.
Hubungan antara Maqashid Syariah dengan mashlahah kaitannya
sangat erat sekali. karena tujuan daripada maqashid syariah itu sendiri adalah
untuk mencapai mashlahah. Para ahli fiqh Islam membagi cakupan lingkup
wilayah pembahasan fiqh (kaitannya dengan ijtihad) menjadi dua,yaitu
muamalah dan ibadah. Ruang ijtihad di bidang muamalah lebih luas daripada
bidang ibadah yang sifatnya ta’abbudi. Ekonomi syari’ah adalah salah satu

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

bagian dari muamalah. Ekonomi syari’ahcukup terbuka dalam memunculkan
inovasi baru dalam membangun dan mengembangkan ekonomi syari’ah.
Oleh karena itu prinsip maslahah dalam bidang muamalah menjadi acuan dan
patokan yang sangat penting. Maslahah merup konsep terpenting dalam
pengembangan ekonomi syari’ah.
Firman Allah dalam surat al-Ma>
i’dah

ayat 2:

                …
  
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerj) kebajikan dan
taqwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan
pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya”1
Dalam ajaran Islam hubungan manusia dalam masyarakat agar tidak
terjadi saling merugikan harus dilakukan atas dasar pertimbangan yang
mendatangkan manfaat dan menghindarkan mud}harat. Karena itu, setiap
praktek muamalah harus dijalankan dengan memelihara nilai-nilai keadilan
dan menghindarkan unsur-unsur penganiayaan serta unsur-unsur penipuan.2
Perkembangan pada zaman modern seperti saat ini selalu ada
hal-hal baru dalam permasalahan muamalat. Jika ada suatu masalah dalam
muamalat pada zaman sekarang ini dan tidak ditemukan pada zaman dahulu
maka seseorang harus merujuk pada istinbat hukum Islam yaitu al-Qur’a>
n,
1

Departemen Agama RI, A l-Qur’an dan Terjemahannya, (Depok: Cahaya Qur’an, 2008), 106.

2

Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqh islam , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), 57.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

as-Sunnah, al-Ijma, dan al-Qiyas. Pada dasarnnya hukum Islam itu hanya
bersumber pada al-Qur’a>
n dan al-Hadits. Namun, setelah Islam semakin
berkembang, maka timbul berbagai macam istilah-istilah dalam penggalian
hukum Islam yang dimunculkan oleh para mujtahid, sehingga dikenal istilah
sebagai hukum primer dan hukum sekunder.

Hukum primer yaitu hukum-hukum yang telah disepakati oleh
jumhur ulama (al-Qur’a>
n, as-Sunnah, al-Ijma, dan al-Qiyas) dan sumber
hukum sekunder yaitu sumber-sumber hukum yang masih diperselisihkan
pemakaiannya dalam menetapkan hukum Islam oleh para ulama (al-Istih{sa>
n,
al-Mas{lah{ah al-Mursalah, al-Istish{a>
b). Salah satu dari sumber hukum
sekunder dalam Islam

dibahas secara lebih detail, yaitu Mas{lah{ah

Mursalah.
Secara umum mas{lah{ah mursalah adalah suatu kemaslahatan yang
tidak ada nash juz’i (rinci) yang mendukungnya, dan tidak ada pula yang
menolaknya dan tidak ada pula ijma’ yang mendukungnya, tetapi
kemaslahatan ini didukung oleh sejumlah nash melalui cara istiqra’ (induksi
dari sejumlah nash).3
Mas{lah{ah mursalah merup sesuatu yang baik menurut akal, dengan
pertimbangan dapat mewujudkan kebaikan atau yang disebut dengan

3

Nasrun Haroen, Ushul Fiqh I, (Jakarta: Publishing House, 1996), 113.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

mas{lah{ah dan menghindari keburukan. Dengan demikian, prinsip umum
mas{lah{ah mursalah menarik manfaat dan menghindari kerus bagi kehidupan.
Manusia boleh memanfaatkannya untuk kepentingan hidupnya,
seperti untuk dim dan diminum. Selama tidak ada larangan yang
menjelaskan kepada manusia untuk mengkonsumsi suatu man dan minuman
atau melakukan suatu tind, berarti hal tersebut halal dan dibolehkan. Namun,
Apabila ada nash yang melarangnya, berarti pada man dan minuman serta
tind itu mengandung mad{harat dan bahaya bagi kehidupan manusia sehingga
harus di tinggalkan. Begitu juga dalam hal pendirian bangunan di atas
sungai, apabila ada suatu praktik yang belum diketahui hukumnya, maka
boleh dlakukan asalkan tidak bertentangan dengan nash dan maksud syara’.
Sebagaimana kaidah usul fiqh dalam hal ini berbunyi:

‫ﺪُ ﱠل اﻟ ﺪﱠِﻟ ُﻞ َﻋﻠَ ﻰ ﺗَ ْﺤ ِﺮ ِﻤ ﺎ‬
Artinya:

“Hukum

‫ا ﻷَ ْﺻ ُﻞ ﻓِ ﻰ ا ﻷَ ْﺷ ﺎ ِء ا ِﻻ ﺑَﺎ َﺣ ﺔُ َﺣﺘﱠ‬

asal segala sesuatu adalah boleh sampai ada dalil yang

mengharamkannya.”4
Pemakaian Mas{lah{ah mursalah dirasa tepat untuk menganalisis
suatu permasalahan atau perbuatan yang tidak ada nash dan ijma’nya namun
didalamnya mengandung kemaslahatan umat, dalam kasus ini adalah
pendirian bangunan di atas sungai.

4

Firdaus, Usul Fiqih, (Jakarta: Zikrul, 2004), 108

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai pasal
57 menyat bahwa setiap orang yang melakukan kegiatan pada ruang sungai
wajib memperoleh izin, pemanfaatan bantaran dan sempadan sungai wajib
memperoleh izin dari Menteri, Gubernur, Bupati atau Walikota sesuai
dengan kewenangannya.
Sebagai contoh yang terjadi di Desa Sekaran - Lamongan,
ketersediaan lahan kosong sangatlah sedikit, hal ini dikaren banyaknya
jumlah warga berbanding terbalik dengan kesediaan lahan yang ada,
sehingga harga tanah sangatlah mahal, harga tanah permeter perseginya di
atas satu setengah juta rupiah, sangat mahal untuk ukuran desa yang cukup
jauh dari kota dan jalan besar. Sehingga didirikanlah beberapa bangunan
berupa warung di atas sungai yang terletak di depan Desa Sekaran, untuk
menjalankan suatu usaha bagi mereka yang kurang mempunyai modal lebih,
dikaren mahalnya harga tanah.5
Di Desa Sekaran - Lamongan, terdapat 7 (tujuh) bangunan berdiri di
atas sungai, adapun jenis bangunan dan nama pemilik bangunan tersebut
sebagai berikut:
1. Warung nasi, dengan pemilik Bapak Sutari.
2. Warung kopi, dengan pemilik Bapak Sodikun.

5

Daus, Wawancara, Lamongan, 12 November 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

3. Warung mi ayam, dengan pemilik Bapak Daus.
4. Warung bakso, dengan pemilik Ibu Musni.
5. Warung nasi goreng, dengan pemilik Bapak Karwo.
6. Warung mi ayam, dengan pemilik Ibu Tatik.
7. Warung soto, dengan pemilik Bapak Vian.
Berdasarkan fakta lapangan di atas menunjukkan bahwa pendirian
bangunan tersebut berhubungan erat dengan perekonomian masyarakat. Oleh
karena itu, peneliti ingin menganalisis secara mendalam mengenai kegiatan
tersebut dalam perspektif mas}lah}ah mursalah} , yaitu menetap hukum
pendirian bangunan di atas sungai

dengan berdasar pada kemaslahatannya.

sebab kemaslahatan manusia, baik individu maupun kelompok ditentukan
oleh perkembangan lingkungan dan masa dimana mereka hidup.
Persoalan yang terjadi adalah ketidakjelasan legalitas hukum
terhadap pendirian bangunan tersebut, karena jika tidak sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai pasal 57 maka
otomatis bangunan tersebut adalah bangunan liar karena tidak memiliki izin
dari Pemerintah atau penguasa yang berwenang.
Meskipun pendirian bangunan di atas sungai memiliki manfaat,
tetapi boleh jadi kemanfaatan itu tidak sebanding dengan mudharat yang
ditimbulkannya, Dalam kaidah fikih, menyebutkan bahwa kemudharatan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

harus dihilangkan lebih dulu dari pada menarik kemanfaatan.6
Pendirian bangunan di atas sungai di Desa Lamongan memiliki
sejumlah persoalan yang harus diberi solusi, anatara lain tentang legalitas
pendirian bangunan dari pejabat yang berwenang dan dampak adanya
bangunan bagi sungai dan masyarakat sekitar.
Sehingga berdasarkan uraian permasalahan tersebut, penulis tertarik
dan merasa bahwa masalah ini perlu analisis dan diangkat dalam sebuah
penelitian. Dari beberapa permasalahan di atas penulis ingin mengetahui
secara jelas penerapan pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran Lamongan dan ingin mengetahui analisis mas}lah}ah mursalah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 terhadap pendirian bangunan di atas
sungai di Desa Sekaran - Lamongan.

B.

Identifikasi dan Batasan Masalah

Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan kemungkinan
cakupan yang dapat muncul dalam penelitian dengan melakukan ifrntifikasi
sebanyak-banyaknya,

kemudian

yang

dapat

diduga

sebagai

masalah. 7 Berdasarkan pemaparan di atas, penulis mengidentifikasikan
beberapa masalah yang muncul dari penerapan pendirian bangunan di atas
6

A.Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), 27.

7

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknik Penulisan

Skripsi, (Surabaya : Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, 2014),8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

sungai di Desa Sekaran - Lamongan, sebagai berikut:
1. Ketidakjelasan mekanisme praktik pendirian bangunan di atas sungai di
Desa Sekaran - Lamongan.
2. Bentuk objek pemanfaatan lahan di atas sungai di Desa Sekaran Lamongan.
3. Faktor-faktor pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran Lamongan.
4. Manfaat adanya bangunan di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan.
5. Dampak yang ditimbulkan dari pendirian bangunan di atas sungai di Desa
Sekaran - Lamongan.
6. Analisis mas}lah}ah mursalah terhadap pendirian bangunan di atas sungai di
Desa Sekaran - Lamongan.
7. Analisis Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 terhadap pendirian
bangunan di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan.
Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, untuk menghasilkan
penelitian yang lebih fokus pada judul di atas, penulis membatasi penelitian
ini meliputi:
1. Praktik

pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran -

Lamongan.
2. Analisis mas}lah}ah mursalah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

2011terhadap pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran Lamongan.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah memuat tentang pertanyaan yang dijawab
melalui penelitian.8 Berkaitan dengan masalah yang telah penulis batasi,
maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran Lamongan?
2. Bagaimana analisis mas}lah}ah mursalah dan Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 2011 terhadap pendirian bangunan di atas sungai di Desa
Sekaran - Lamongan?

D.

Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pij dalam rangka
menyusun dan melengkapi penelitian ini. Kegunaannya adalah untuk
mengetahui hasil yang telah dilakukan oleh penelitian terdahulu juga
menentukan posisi pembeda dari penelitian ini baik dari aspek yang diteliti,
lokasi, dan objeknya. Dengan kajian pustaka ini diharapkan dapat mempunyai
andil yang besar dalam mendapatkan suatu informasi tentang teori yang ada
kaitannya dengan judul dalam penelitian ini. Sebagai berikut:
8

Ibid.,8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Pertama. Sebuah judul skripsi pada tahun 2016 yakni “ Studi
Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap Pemanfaatan Lahan Kosong di
Daerah Aliran Sungai ( Studi Kasus di Desa Bungah Kacamatan Bungan
Kabupaten Gresik” yang ditulis oleh Faisatul Hijriyah. Skripsi ini membahas
tentang pemanfaatn lahan kosong di daerah aliran sungai di Desa
Bungah-Gresik menurut Hukum Islam dan Hukum Positf, hasil penelitian
menunjukkan dibolehkannya pemanfaatan lahan dengan beberapa ketentuan
yang tidak melanggar syara’ atau aturan, dalam hal kepemilikan warga hanya
berstatus sebagai pemakai, bukan pemilik lahan.9
Kedua. Sebuah judul skripsi pada tahun 2015 yakni “Analisis
Hukum Islam dan Undang Undang No 5 Tahun 1990 Terhadap Pemanfaatan
Lahan Stren Kali Brantas (Studi Kasus Di Desa Lengkong Kecamatan
Mojoanyar Kabupaten Mojokerto)” yang ditulis oleh Hario Bachtiar Muslim.
Skripsi ini membahas tentang praktik pemanfaatan lahan stren kali brantas
yang dianalisis menggun ih{y a al-mawa>
t dan UU No 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam.10
Ketiga. Sebuah judul skripsi pada tahun 2016 yakni “Alih Fungsi

9

Faisatul Hijriyah, “Studi Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap Pemanfaatan Lahan
Kosong di Daerah Aliran Sungai ( Studi Kasus di Desa Bungah Kacamatan Bungan Kabupaten
Gresik)”. (Skripsi--UIN Suna Ampel Surabaya, 2016)

10

Hario Bachtar Muslim, “Analisis Hukum Islam dan Undang Undang No 5 Tahun 1990

Terhadap Pemanfaatan Lahan Stren Kali Brantas (Studi Kasus Di Desa Lengkong Kecamatan
Mojoanyar Kabupaten Mojokerto)”. (Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015 )

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Trotoar Oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Panglima Sudirman Gresik
Dalam Perspektif A l-H{uqūq” yang ditulis oleh Beta Aprilia. Skripsi ini
menjelaskan tentang praktek alih fungsi trotoar yang terjadi di Jalan
Panglima Sudirman dilakukan oleh para pedagang yang tidak memiliki lapak
untuk berjualan dan modal yang dimiliki juga tidak terlalu banyak. Sehingga
pedagang memilih menggun trotoar sebagai lapak mereka untuk berjualan,
hukum alih fungsi trotoar tersebut mubah boleh diambil manfaatnya asalkan
tidak sampai merugikan orang lain.11
Dengan adanya kajian pustaka di atas, hal ini jelas sangat berbeda
dengan penelitian yang penulis lakukan dengan judul “Analisis mas}lah}ah
mursalah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 terhadap terhadap
pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan”. Ketiga
penelitian terdahulu menjelaskan tentang pemanfaatan lahan umum untuk
melakukan suatu usaha atau kegiatan perekonomian dikaren kurangnya
modal, sedangkan penelitian ini

fokus pada mekanisme pendirian bangunan

di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan dianalisis dengan mas}lah}ah
mursalah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.

11

Beta Aprilia “Alih Fungsi Trotoar Oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Panglima

Sudirman Gresik Dalam Perspektif A l-H{uqūq”. (Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabayaa, 2016)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dalam melakukan
penelitian ini penulis memiliki tujuan:
1. Mengetahui praktik pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran Lamongan.
2. Mengetahui analisis mas}lah}ah mursalah dan Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 2011terhadap pendirian bangunan di atas sungai di Desa
Sekaran - Lamongan.
F.

Kegunaan dan Hasil Penelitian

Dengan tercapainya tujuan di atas, diharapkan hasil penelitian ini
mempunyai nilai tambah dan memberikan kemanfaatan bagi para pembaca
terutama bagi penulis sendiri.

Adapun kegunaan hasil penelitian ini, antara

lain:
1. Kegunaan Teoritis, menambah khazanah keilmuan serta dapat dijadikan
acuan lagi bagi peneliti-peneliti atau kalangan yang ingin mengkaji
masalah ini pada suatu saat nanti.
2. Kegunaan

Praktis,

penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat mas}lah}ah mursalah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011terhadap pendirian
bangunan di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami beberapa
istilah yang ada di dalam penelitian ini, maka penulis memberikan
penjelasan atau definisi dari beberapa istilah sebagai berkut:
Mas}lah}ah Mursalah

:

Menetapkan hukum suatu perbuatan yag tidak
ada nashnya atau tidak ada ijma’nya dengan
berdasar pada kemaslahatan umat.

Peraturan Pemerintah :

Peraturan Pemerintah Tentang Sungai yang

Nomor 38 Tahun 2011

berisi

tentang

konservasi

sungai,

pengembangan sungai dan pengendalian daya
rusak air sungai.
Pendirian Bangunan

:

di atas Sungai Sekaran

Perbuatan mendirikan bangunan berupa warung
di atas sungai di Desa Sekaran – Lamongan.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)
yang dilakukan langsung di lapangan, yang dilaksanakan di Desa Sekaran
– Lamongan.
2. Pendekatan Penelitian
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif pada kasus ini, riset

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

kualitatif bertujuan untuk menjelaskan dengan sedalam-dalamnya dengan
data sedalam-dalamnya.
3. Data yang dikumpulkan
Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan
respoden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk
deskriptif atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang
dimaksud.12 Adapaun data yang dikumpulkan antara lain:
a. Data Primer
1. Data hasil wawancara dengan Kepala Desa Sekaran - Lamongan.
2. Dara hasil wawancara dengan pemilik bangunan di atas sungai di Desa
Sekaran - Lamongan.
b. Data Sekunder
1. Data tentang Desa Sekaran - Lamongan yang meliputi keadaan
umum, pembagian wliyahah, topografi dan klimatologi.
2. Data tentang sosial agama, budaya, ekonomi, ekonomi, pendidikan,
pemerintahan dan layanan kependudukan.
4. Sumber data
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
data yang bisa dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas:

12

Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 87.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

a. Sumber Primer
Sumber Primer ini merup data yang berasal dari sumber data
yang dikumpulkan dan juga berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung
Kepala Desa Sekaran, aparatus desa dan para pihak yang memiliki 7
(tujuh) bangunan di atas sungai di Desa Sekara-Lamongan.
b. Sumber Sekunder
Sumber Sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber
secara tidak langsung kepada pengumpul data.13 Data sekunder ini
dapat diperoleh dari beberapa informasi mengenai kasus-kasus yang
berkaitan pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran
–Lamongan, baik itu melalui website, blog, warga sekitar sungai,
orang lain dan dari dokumen-dokumen lainnya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam usaha pengumpulan data serta keterangan yang diperlukan
oleh dalam penelitian ini, peneliti menggun metode pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Observasi

13

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2010),

62.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Peneliti

melakukan

kunjungan

lapangan

terhadap

obyek

penelitian. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi
langsung yang bisa dilakukan selama melangsungkan kunjungan
lapangan termasuk kesempatan-kesempatan selama pengumpulan data
yang lain seperti pada waktu wawancara.
b. Wawancara Mendalam (Depth Interview)
Wawancara mendalam diakukan terhadap sumber informasi yang
dianggap memiliki kompetensi dalam masalah yang diteliti. Dengan
demikian dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai
objek yang diteliti. 14 Peneliti

mencoba melakukan wawacara

dengan Kepala Desa dan para pihak yang memiliki bangunan di atas
sungai di Desa Sekaran - Lamongan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, buku, surat kabar, dan lain sebagainya. Dengan
adanya dokumentasi dalam suatu penelitian maka dapat meningkatan
keabsahan dan penelitian lebih terjamin, karena peneliti betul-betul
melakukan penelitian ke lapangan secara langsung.

15

Adapaun data

yang didokumentasikan antara lain; transkrip, buku, arsip, foto dan

14

Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 238.

15

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D…, 240.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

lain sebagainya yang berhubungan dengan pendirian bangunan di atas
sungai di Desa Sekaran - Lamongan.
6. Teknik Pengolahan Data
Adapun teknik pengolahan data yang digun untuk mempermudah
dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.

Organizing, adalah menyusun kembali data-data yang telah didapat
dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncan

dengan

rumusan

masalah

secara

sistematis.Peneliti

melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis
dan

menyusun

data-data

tersebut

dengan

sistematis

untuk

memudahkan peneliti dalam menganalisa data.16
b.

Editing, adalah memeriksa kelengkapan data. Teknik ini digun untuk
meneliti kembali data-data yang diperoleh.

c.

A nalizing, adalah menganalisis data-data yang telah diperoleh dari
penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta
yang ditemukan, yang akhirnya merup sebuah jawaban dari rumusan
masalah.

16

Ibid., 245.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

7. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah mengorganisasikan data yang terkumpul
yang meliputi catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto,
dokumen (laporan, biografi, artikel). 17 Setelah data di dapat dari
gambaran yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian, maka penulis
melakukan analisis dengan metode deskriptif analisis dan verifikatif yaitu
metode yang mencoba menggambarkan data yang ada sehingga diperoleh
suatu gambaran secara menyeluruh. Dalam hal ini yang dideskripsikan
adalah hal-hal yang berhubungan dengan pendirian bangunan di atas
sungai di Desa Sekaran - Lamongan, lalu menganalisinya dengan
mas{la{hah mursalah Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011.
Kemudian dilakukan verifikasi terhadap data yang ada untuk
memberi penafsiran yang akurat pada fakta-fakta yang ditemukan. Dalam
penelitian ini penulis memverifikasi bagaimana pendirian bangunan di
atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan, lalu menganalisinya dengan
mas{la{hah mursalah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011.

I. Sistematika Pembahasan

Sistem pembahasan ini bertujuan agar penyusunan penelitian
terarah sesuai dengan bidang kajian untuk mempermudah pembahasan.

17

Masruhan, Metodelogi Penelitian Hukum…, 290.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Adapun sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:
Bab pertama pendahuluan yang terdiri dari latar belg masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, metode penelitian, definisi
operasional dan sistematika pembahasan.
Bab kedua merup landasan mas{la{hah mursalah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.
Bab Ketiga merup hasil penelitian yang berisi tentang gambaran
umum lokasi penelitian dan praktik pendirian bangunan di atas sungai di
Desa Sekaran - Lamongan.
Bab keempat merup analisa hasil peneliti lapangan yaitu analisis
mas{la{hah mursalah

dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011

terhadap pendirian bangunan di atas sungai di Desa Sekaran - Lamongan.
Bab kelima kesimpulan, merup bagian akhir dari skripsi yang
berisikan tentang kesimpulan dari analisis permasalahan serta saran yang
memperbaiki dan membangun.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

MAS{LAH{A H MURSALAH DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 38
TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI

A. Mas{lah{ah Mursalah
1. Pengertian Mas}lah}ah

Dari segi bahasa, kata mas}lah}ah

adalah seperti lafzazh al-

manfa’at, baik artinya maupun wajan-nya (timbangan kata), yaitu kalimat
mashdar yang sama artinya dengan kalimat ash-Shalah, seperti halnya
lafazh al-manfa’at sama artinya dengan al-naf’u.18 Mas}lah}ah dalam
bahasa Arab berarti perbuatan-perbuatan yang mendorong kepada
kebaikan manusia. Mas}lah}ah dalam arti yang umum yaitu setiap segala
sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, baik dalam arti menarik atau
menghasilkan seperti menghasilkan keuntungan atau kesenangan dalam
arti menolak atau menghindarkan dari mad}arat. Segala sesuatu yang
mengandung kebaikan dan manfaat di dalamnya disebut dengan
mas}lah}ah.19
Adapun pengertian mas}lah}ah secara terminologi, ada beberapa
pendapat dari para ulama’, antara lain: Menurut Imam Ghazali (madzab
syafi’i), mengemukakan bahwa : al- mas}lah}ah pada dasarnya adalah
mengambil manfaat dan menolak ke-mad}aratan dalam rangka memelihara
tujuan-tujuan syara’. Yang dimaksud Imam Al-Ghazali manfaat dalam
18
19

Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), 117.
Amir Syarifuddin, Us}ul Fiqh Jilid 2, (Jakarta: Kencana Media Group, 2014), 367.

20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

tujuan syara’ yang harus dipelihara terdapat lima bentuk yakni:
memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Dengan demikian
yang dimaksud mafsadah adalah sesuatu yang merusak dari salah satu
diantara lima hal tujuan syara’ yang disebut dengan istilah al-Maqās}id alSyari‘ah menurut al-Syatibi. Imam Ghazali mendefinisikan maslahat
sebagai berikut :

Artinya: “Maslahat pada dasarnya ialah berusaha meraih dan mewujudkan
manfaat atau menolak ke- mad}aratan.20"
Senada dengan Imam Ghazali, Al-Kawarizmi menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan al- mas}lah}ah adalah memelihara tujuan syara’
dengan cara menghindarkan kemafsadahan dari manusia. Dari pengertian
tersebut, beliau memandang mas}lah}ah hanya dari satu sisi, yaitu
menghindarkan mafsadat semata, padahal kemaslahatan mempunyai sisi
lain yang justru lebih penting, yaitu meraih manfaat.21
Sedangkan menurut Al-Thufi mas}lah}ah merupakan dalil paling
kuat yang secara mendiri dapat dijadikan alasan dalam menentukan
hukum syara’.22
Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa mas}lah}ah
merupakan tujuan dari adanya syariat Islam, yakni dengan memelihara
agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara kehormatan, serta
memelihara harta.
20

Nasrun Haroen, Us}ul Fiqh 1, (Jakarta: Logos Publishing House, 1996), 114.
Amir Syarifuddin, Us}ul Fiqh Jilid 2… 368.
22
Nasrun Haroen, Us}ul Fiqh 1…125.
21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

2. Pengertian Mas}lah}ah Mursalah

Mas{lah{ah Mursalah menurut bahasa yaitu suatu kebenaran yang
dapat digunakan. Menurut Abu Zahrah dalam buku Ushul Fiqh, Mas{lah{ah
Mursalah artinya mutlak (umum), menurut istilah ulama’ ushul adalah
kemashlatan

yang

oleh

syar’i

tidak

dibuatkan

hukum

untuk

mewujudkannya, tidak ada dalil syara’ yang menunjukkan dianggap atau
tidaknya kemashlahatan itu.23
Menurut ulama’ Syafi’iyah Mas{lah{ah adalah mengambil manfaat
dan menolak kemudharatan dalam rangka memelihara tujuan-tujuan
syara’, ia memandang bahwa suatu kemashlahatan harus sejalan dengan
tujuan syara’ sekalipun bertentangan dengan tujuan-tujuan manusia.
Al-Ghazali menjelaskan bahwa menurut asalnya maslahah itu
berarti

sesuatu

yang

mendatangkan

manfaat

(keuntungan)

dan

menjauhkan mudarat (kerusakan), namun hakikat dari maslahah adalah:

Artinya: “Memelihara tujuan syara’ (dalam menetapkan hukum)”.24
Sedangkan tujuan syara’ dalam menetapkan hukum itu ada lima,
yaitu: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Selain itu alKhawarizmi juga memberikan definisi yang hampir sama dengan definisi
al-Ghazali di atas, yaitu:

23
24

Abdul Wahah Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih Cetakan ke-1 (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), 110.
Nasrun Haroen, Us}ul Fiqh 1… 115.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Artinya: “Memelihara tujuan syara’ (dalam menetapkan hukum) dengan
cara menghindarkan kerusakan dari manusia.”25
Mas{lah{ah Mursalah yaitu kemashlahatan yang keberadaannya
tidak didukung syara’ dan tidak pula dibatalkan atau ditolak syara’
melalui dalil yang rinci.26 Untuk menghukumi sesuatu yang tidak
dijelaskan oleh syara’ perlu dipertimbangkan faktor manfaat dan
mad}aratnya. Bila mad}aratnya lebih banyak maka dilarang oleh agama,
atau sebaliknya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah:
“berubahnya suatu hukum menjadi haram atau bergantung mafsadah atau
mas}lah}ah- nya”.27
Dari beberapa definisi tentang mas{lah{ah mursalah dan rumusannya
yang berbeda tersebut dapat disimpulkan bahwa mas{lah{ah mursalah itu
adalah suatu yang dipandang oleh akal sehat karena mendatangkan
kebaikan dan menghindarkan kerusakan pada manusia, yang sesuai
dengan tujuan syara’ dalam menetapkan hukum.

3. Macam-macam Mas{lah{ah

1. Dilihat dari sumbernya, sebagai berikut:
1. Kemashlahatan yang ditegaskan oleh Alqur’an dan Al-Sunnah, yang
disebut juga dengan mashlahah mu’tabarah, kemashlahatan ini diakui
oleh para ulama, misalnya hifdu al-di>
n , hifdulmal, hifdun nafsi, hifdu
nasl dan hifdul ‘aql.

25

Amir Syarifuddin, Us}ul Fiqh Jilid 2… 368.
Nasrun Haroen, Us}ul Fiqih… 119.
27
A. Syafi’I Karim, Us}ul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 84.
26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

2. Kemashlahatan

yang

bertentangan

dengan

nash

yang

qath’i.

Kebanyakan ulama menolak kemaslahatan yang bertentangan dengan
nash yang qath’i.
3.

Kemaslahatan yang tidal dinyatakan oleh syara dan tidak ada dalil
yang menolaknya. Maka inilah yang dimaksud dengan mas{lah{ah
mursalah. berarti kebaikan (mas}laḥah) yang tidak disinggung dalam
syara’, untuk mengerjakannya atau meninggalkannya, namun jika
dikerjakan akan membawa manfaat.28

B. Dilihat dari kepentingannya, sebagai berikut:
1. Mas}laḥah Dharuriyah, yaitu kemashlahatan yang apabila ditinggalkan
akan menimnulkan memadharatan dan kerusakan, karena itu
mashlahah ini mesti ada terwujud. Ini kembali kepada yang lima;
memelihara agama, jiwa,akal, keturunan dan harta.
2. Mas}laḥah Hajiyah, yaitu semua bentuk perbuatan dan tindakan yang
tidak terkait dengan dasar (mas}laḥah dharuriyah), yang dibutuhkan
juga oleh masyarakat tetap terwujud, dapat menghindarkan kesulitan
dan menghilangkan kesempitan. Misalnya; dalam ibadah boleh qashar
shalat, buka shaum bagi yang safar. Dalam adat, berburu,
62 makan, pakai yang indah-indah. Dalam muamalah, boleh jual beli
salam. Dalam uqubah/ jinayat boleh menolak hudud karena subhat.

28

Abdul Wahah Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih Cetakan ke-1...111.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

3. Mas}laḥah Tahsiniyah, yaitu mempergunakan semua yang layak dan
pantas yang dibenarkan oleh adat kebiasaan yang baik dan tercakup
pada bagian mahasinul akhlak. Misalmya dalam hal ibadah menutupi
aurat, menjaga najis, makai pakaian yang bain waktu akan shalat.
Dalam adat, menjaga adat makan dan minum. Dalam muamalah, tidak
memberikan sesuatu melebihi batas kemampuan. Dalam uqubah, tidak
berbuat curang dalam timbangan, tidak membunuh anak-anak, wanita
dalam peperangan.29

4. Landasan Hukum Maṣlaḥah Mursalah

a. Al-Qur’a>
n
Berdasarkan istiqra’ (penelitian empiris) dan nash-nash al-Qur’a>
n
maupun hadist diketahui bahwa hukum-hukum syari’at Islam mencakup
diantaranya pertimbangan kemaslahatan manusia.30
Sebagaimana firman Allah dalam surah Y u@
nus ayat 57:
            
 
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman”.31
Sebagaimana firman Allah dalam surah A l-Baqarah ayat 185:

29

Ibid.,,113.
Moh Abu Zahrah, Us}ul Fiqih, (Mesir: Darul Araby, 1985), 423.
31
Departemen Agama RI, A l-Qur’a>
n dan Terjemahanya…215.
30

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

…        ...
Artinya :“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. . . . ”32
Ayat tersebut terdapat kaidah yang besar, di dalam tugas-tugas
yang dibebankan akidah Islam secara keseluruhan, yaitu “memberikan
kemudahan dan tidak mempersulit”. Hal ini memberikan kesan kepada
kita yang merasakan kemudahan di dalam menjalankan kehidupan ini
secara keseluruhan dan mencetak jiwa orang muslim berupa kelapangan
jiwa, tidak memberatkan, dan tidak mempersukar.
b. Hadist
Najmuddi>
n Sulaiman bin Abd al-Qawiy bin Abd al-Karim al-T{ufi
al-Hanbaly (al-T}ufi) menggunakan hadits riwayat Ibn Ma>
jah dan Da>
r alQut}ni, Ima>
m Mali>
k al-Hakim dan al-Baihaqi, yang dikategorikan dalam
hadis hasan sebagai dasar hukum mas}lah}ah, landasan utama pendapatnya
adalah mendahulukan nash dan ijma>
’.

.

:
.

.
.
.

Artinya: “Diriwayatkan dari Aby Sa’id Sa>
ad bin Mali>
k al-khudzi>
y, r.a
sesungguhnya Rasulullah saw bersabda ‚tidak boleh
membahayakan diri sendiri maupun orang lain‚ hadits hasan
diriwayatkan oleh Ibnu Ma>
jah dan dari Quthni dan selain
keduanya adalah masnad, dan meriwayatkan Ima>
m Mali>
k dalam
32

Ibid., 28.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

al-Muwa>
t }o’, dari Amr bin Yahya dari ayahnya dari Nabi saw
dinilai sebagai hadis mursal15 terputus pada Aba>Sa’id.”33
Al-Thufi berpendapat bahwa hadis tersebut mengandung makna
bahwa hukum Islam melarang segala bentuk kemad}aratan dari manusia.
Pendapatnya ini didasarkan pada pemahamnnya terhadap ayat Al-Qur’a>
n
maupun hadis yang menggambarkan bahwa Allah memelihara dan
memprioritaskan ke- maṣlaḥahtan hambanya.34

5. Syarat-syarat Mas{lah{ah Mursalah

Dalam menggunakan mas{lah{ah mursalah itu sebagai h{ujjah, para
ulama’

bersikap

sangat

pembentukan syari’at

hati-hati.

Sehingga

tidak

menimbulkan

berdasarkan nafsu dan keinginan tertentu.

Berdasarkan hal tersebut, Abdul Wahab Khallaf menyebutkan bahwa
syarat-syarat mas{lah{ah mursalah untuk bisa dijadikan sebagai h{ujjah,
sebagai berikut:35
A. Mas{lah{ah harus benar-benar membuahkan mas{lah{ah atau tidak
didasarkan dengan mengada-ngada, maksudnya ialah agar bisa
diwujudkan pembentukan didasarkan atas peristiwa yang memberikan
kemanfaatan bukan didasari atas peristiwa yang banyak menimbulkan
kemadharatan. Jika mas{lah{ah itu berdasarkan dugaan, atau hukum itu
mendatangkan kemanfaatan tanpa pertimbangan apakah masalah itu

33

Imam Malik bin Anas, A l W uwatha’ lil Imam Malik Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Azam, 2004),31.
Nasrun Haroen, Us}ul Fiqh 1…128.
35
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh,... 145-146.
34

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

bisa lahir dengan cara pembentukan tersebut. Misalnya, mas{lah{ah dalam
hal pengambilan hak seorang suami dalam menceraikan istri.
B. Mas{lah{ah itu sifatnya umum, bukan bersifat perorangan. Maksudnya
ialah bahwa kaitannya dengan pembentukan hukum terhadap suatu
kejadian atau masalah dapat melahirkan kemanfaatan bagi kebanyakan
umat manusia, yang benar-benar dapat terwujud.
C. Pembentukan hukum dengan mengambil kemashlahatan ini tidak
berlawanan dengan tata hukum atau dasar ketetapan nash dan ijma’.
Seperti hal tuntunan kemashlahatan untuk mempersamakan hak waris
antara laki-laki dengan perempuan, merupakan kemashlahatan yang
tidak dibenarkan, sebab bertentangan dengan nash yang telah ada.
D. Pembentukan mas{lah{ah itu harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang
ditetapkan oleh hukum-hukum Islam, karena jika bertentangan maka
mas{lah{ah tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mas{lah{ah.
E. Mas{lah{ah itu bukan mas{lah{ah yang tidak benar, dimana nash yang ada
tidak menganggap salah dan tidak pula membenarkannya.

6. Pendapat Para Ulama’ tentang Mas{lah{ah Mursalah

Mas{lah{ah menurut ulama’ Malikiyah, Hanabilah dan Syathibi:
Ulama’ Malikiyah dan Hanabilah menerima mas{lah{ah mursalah sebagai
dalil dalam menetapkan hukum, bahkan mereka dianggap sebagai ulama’
fiqh yang paling banyak dan luas menerapkannya. Menurut mereka
mas{lah{ah mursalah merupakan induksi dari logika sekumpulan nash,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

bukan dari nash yang dirinci seperti yang berlaku dalam al-qiyas. Bahkan
Imam Syathibi mengatakan bahwa keberadaan dan kualitas mas{lah{ah
mursalah bersifat pasti, sekalipun dalam penerapannya bisa bersifat
relatif.36
Alasan Jumhur Ulama’ dalam menetapkan mas{lah{ah dapat dijadikan
h{ujjah dalam menetapkan hukum, antara lain adalah:
A. Hasil induksi terhadap ayat atau hadits menunjukkan bahwa setiap
hukum mengandung kemashlahatan bagi umat manusia. Dalam
hubungan ini, Allah berfirman dalam surat al-A nbiya>
’ ayat 107 yang
berbunyi:

     
Artinya:“Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), kecuali untuk
menjadi rahmat bagi seluruh manusia.”37
Menurut jumhhur ulama’, Rasulullah tidak akan menjadi rahmat
apabila bukan dalam rangka memenuhi kemashlahatan manusia.
Selanjutnya, ketentuan dalam ayat ayat

al-Qur’a>
n dan sunnah

Rasulullah, seluruhnya dimaksudkan untuk mencapai kemashlahatan
umat manusia, di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu, memberlakukan
mas{lah{ah terhadap hukum-hukum lain yang juga mengandung
kemashlahatan adalah legal.

36
37

Nasrun Haroen, Ushul Fiqh (Jakarta: Wacana Ilmu, 2011), 125-126.
Departemen Agama RI, A l-Qur’a>
n dan Terjemahanya…331