14.BAB VI
B AB V I
PE NUTUP
VI
A. K es impulan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota J akarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan
R epublik Indonesia, telah mengatur kekhususan Provinsi DKI J akarta
sehingga terdapat beberapa perbedaan dengan provinsi lain. Perbedaan
dimaksud antara
lain bentuk
otonomi daerah,
kelembagaan dan
kewenangan yang tidak dapat dipersamakan dengan provinsi manapun di
Indonesia.
Penerapan otonomi tunggal telah menjadikan Kota J akarta dalam satu
kesatuan
perencanaan,
pelaksanaan
dan
pengendalian,
sehingga
permasalahan penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten/Kota
yang
timbul di provinsi lain tidak terjadi di DKI J akarta. Namun demikian Provinsi
DKI J akarta menghadapi kenyataan lain, yaitu besarnya kelembagaan
yang mencakup S KPD/UKPD dari tingkat provinsi sampai kelurahan.
Pengaturan Provinsi DKI J akarta dengan undang-undang tersendiri harus
diikuti dengan pengaturan pelaksanaan yang berbeda dengan provinsi lain.
S ebagai contoh, kewenangan dan kelembagaan yang berbeda dengan
provinsi lain akan berdampak
pada
besaran dan ruang
lingkup
kepegawaian, keuangan, perencanaan dan pengawasannya.
Permasalahan di Provinsi DKI J akarta juga sangat berbeda, karena dengan
luas wilayah yang sedikit tetapi dihuni oleh begitu banyak penduduk
dengan berbagai aktivitas, maka masalah yang timbul sangat kompleks.
J akarta bukan hanya sebuah provinsi, tetapi juga sebagai Ibukota Negara
dan kota internasional, yang harus mampu mengakomodir pelayanan serta
sarana dan prasarana sebagai kota metropolitan.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENUTUP
VI-1
Dampak dari kondisi tersebut maka terdapat banyak Indikator Kinerja Kunci
(IKK) yang disesuaikan dengan kondisi J akarta. S ebagai contoh, IKK yang
bersifat agrerat kinerja Kabupaten/Kota tidak akan diperoleh, karena di DKI
J akarta tidak ada Kabupaten/Kota otonom.
B . S aran
Pemerintah Provinsi DKI J akarta tidak hanya mengelola penyelenggaraan
pemerintahan dalam lingkup provinsi pada umumnya,
tetapi juga
pemerintahan pada tatanan Kota/Kabupaten, Kecamatan dan Kelurahan.
Perbedaan ini hendaknya menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi
kinerja pemerintahan daerah, karena hanya Provinsi DKI J akarta-lah yang
sesungguhnya mengelola pemerintahan daerah secara utuh sampai ke
Kelurahan.
S ifat Indikator Kinerja K unci juga harus dipertimbangkan antara data primer
dan data skunder. Untuk IKK Provinsi DKI J akarta adalah murni kinerja
pemerintahan provinsi, dan tidak ada kinerja yang bersifat agregat
Kabupaten/Kota otonom. Data IKK DKI J akarta adalah data primer Provinsi
DKI J akarta sesuai dengan urusan dan kewenangannya.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah adalah tingkat kesulitan dan permasalahan daerah.
Bagaimana pun fungsi pemerintahan daerah adalah untuk menyelesaikan
permasalahan
yang
ada
di
wilayahnya.
Oleh
karena
itu
perlu
pengklasifikasian Daerah berdasarkan tingkat kesulitan dan tingkat
kompleksitas permasalahannya, agar evaluasi yang dilakukan lebih holistik
dan lebih obyektif serta proporsional.
Dalam banyak hal, Provinsi DKI J akarta tidak dapat dipersamakan dengan
daerah lain. Konsekuensi sebagai Ibukota Negara telah berdampak hampir
pada semua urusan pemerintahan. J akarta tidak hanya menangung beban
sebagai sebuah daerah provinsi, tetapi juga menanggung beban masalah
nasional.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENUTUP
VI-2
Banyak permasalahan yang ada di daerah-daerah sekitar Kota J akarta
(bodetabekjur) berpengaruh terhadap J akarta dan juga sebaliknya, baik
pengaruh yang positif maupun yang negatif. Masalah banjir, kemacetan
lalulintas, sosial (antara lain gelandangan dan pengemis), masalah
transportasi, tata air, kesehatan dan lain sebagainya merupakan masalah
lintas daerah sehari-hari.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENUTUP
VI-3
PE NUTUP
VI
A. K es impulan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota J akarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan
R epublik Indonesia, telah mengatur kekhususan Provinsi DKI J akarta
sehingga terdapat beberapa perbedaan dengan provinsi lain. Perbedaan
dimaksud antara
lain bentuk
otonomi daerah,
kelembagaan dan
kewenangan yang tidak dapat dipersamakan dengan provinsi manapun di
Indonesia.
Penerapan otonomi tunggal telah menjadikan Kota J akarta dalam satu
kesatuan
perencanaan,
pelaksanaan
dan
pengendalian,
sehingga
permasalahan penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten/Kota
yang
timbul di provinsi lain tidak terjadi di DKI J akarta. Namun demikian Provinsi
DKI J akarta menghadapi kenyataan lain, yaitu besarnya kelembagaan
yang mencakup S KPD/UKPD dari tingkat provinsi sampai kelurahan.
Pengaturan Provinsi DKI J akarta dengan undang-undang tersendiri harus
diikuti dengan pengaturan pelaksanaan yang berbeda dengan provinsi lain.
S ebagai contoh, kewenangan dan kelembagaan yang berbeda dengan
provinsi lain akan berdampak
pada
besaran dan ruang
lingkup
kepegawaian, keuangan, perencanaan dan pengawasannya.
Permasalahan di Provinsi DKI J akarta juga sangat berbeda, karena dengan
luas wilayah yang sedikit tetapi dihuni oleh begitu banyak penduduk
dengan berbagai aktivitas, maka masalah yang timbul sangat kompleks.
J akarta bukan hanya sebuah provinsi, tetapi juga sebagai Ibukota Negara
dan kota internasional, yang harus mampu mengakomodir pelayanan serta
sarana dan prasarana sebagai kota metropolitan.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENUTUP
VI-1
Dampak dari kondisi tersebut maka terdapat banyak Indikator Kinerja Kunci
(IKK) yang disesuaikan dengan kondisi J akarta. S ebagai contoh, IKK yang
bersifat agrerat kinerja Kabupaten/Kota tidak akan diperoleh, karena di DKI
J akarta tidak ada Kabupaten/Kota otonom.
B . S aran
Pemerintah Provinsi DKI J akarta tidak hanya mengelola penyelenggaraan
pemerintahan dalam lingkup provinsi pada umumnya,
tetapi juga
pemerintahan pada tatanan Kota/Kabupaten, Kecamatan dan Kelurahan.
Perbedaan ini hendaknya menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi
kinerja pemerintahan daerah, karena hanya Provinsi DKI J akarta-lah yang
sesungguhnya mengelola pemerintahan daerah secara utuh sampai ke
Kelurahan.
S ifat Indikator Kinerja K unci juga harus dipertimbangkan antara data primer
dan data skunder. Untuk IKK Provinsi DKI J akarta adalah murni kinerja
pemerintahan provinsi, dan tidak ada kinerja yang bersifat agregat
Kabupaten/Kota otonom. Data IKK DKI J akarta adalah data primer Provinsi
DKI J akarta sesuai dengan urusan dan kewenangannya.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah adalah tingkat kesulitan dan permasalahan daerah.
Bagaimana pun fungsi pemerintahan daerah adalah untuk menyelesaikan
permasalahan
yang
ada
di
wilayahnya.
Oleh
karena
itu
perlu
pengklasifikasian Daerah berdasarkan tingkat kesulitan dan tingkat
kompleksitas permasalahannya, agar evaluasi yang dilakukan lebih holistik
dan lebih obyektif serta proporsional.
Dalam banyak hal, Provinsi DKI J akarta tidak dapat dipersamakan dengan
daerah lain. Konsekuensi sebagai Ibukota Negara telah berdampak hampir
pada semua urusan pemerintahan. J akarta tidak hanya menangung beban
sebagai sebuah daerah provinsi, tetapi juga menanggung beban masalah
nasional.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENUTUP
VI-2
Banyak permasalahan yang ada di daerah-daerah sekitar Kota J akarta
(bodetabekjur) berpengaruh terhadap J akarta dan juga sebaliknya, baik
pengaruh yang positif maupun yang negatif. Masalah banjir, kemacetan
lalulintas, sosial (antara lain gelandangan dan pengemis), masalah
transportasi, tata air, kesehatan dan lain sebagainya merupakan masalah
lintas daerah sehari-hari.
LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DKI J AKART A TAHUN 2015
PENUTUP
VI-3