Sekilas Tentang Kepiting Bakau (Scylla serrata)

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:57:38 2017 / +0000 GMT

Sekilas Tentang Kepiting Bakau (Scylla serrata)
LINK DOWNLOAD [39.83 KB]
Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu biota potensial yang hidup di daerah mangrove memiliki nilai ekonomis
tinggi. Dan merupakan spesies yang khas di kawasan hutan bakau (mangrove) dan hidup di daerah muara sungai dan rawa pasang
surut yang banyak ditumbuhi vegetasi mangrove dengan substrat berlumpur atau lumpur berpasir. Di Indonesia banyak sekali jenis
kepiting yang tersebar, mulai dari lingkungan air tawar, laut hingga daratan. Meskipun mampu hidup di air maupun di daratan, tetap
ada tempat-tempat yang sangat disukai oleh jenis kepiting tertentu. Setiap kepiting mempunyai tempat hidup yang spesifik dan
mungkin berbeda satu dengan yang lainnya, Pada umumnya kepiting ini banyak ditemukan di daerah hutan bakau. Berbagai jenis
kepiting dapat dijumpai di perairan Indonesia. Diperkirakan terdapat 2500 jenis spesies di Indonesia dari total 4500 spesies yang
terdapat di seluruh dunia. Namun tak semuanya bisa dikonsumsi. Ada empat jenis kepiting yang umumnya dikonsumsi. Mereka
adalah S. serrata (duri di sikut dan dahinya sama-sama runcing), S. tranquebarica (duri di sikut sedikit runcing dan lunak di dahi), S.
paramamosain (duri di dahi runcing tapi di siku lunak), S. olilvacea (duri di dahi dan sikutnya sama-sama lunak). Menurut Nontji
(1993), S. serrata merupakan jenis kepiting yang paling popular sebagai bahan makanan dan mempunyai harga yang cukup mahal.
Habitat dan Daur Hidup
Tingkat perkembangan kepiting bakau dapat dibagi atas tiga fase yaitu fase telur (embrionik), fase larva dan fase kepiting.
Selanjutnya Moosa et.al. (1985) dalam Mulya (2002) menyatakan perkembangan Scylla spp. mulai dari telur hingga mencapai
kepiting dewasa mengalami beberapa tingakat perkembangan. Tingkat perkembangan tersebut antara lain tingkat zoea, tingkat
megalopa, tingkat kepiting muda dan tingakat kepiting dewasa, pada tingkat zoe membutuhkan waktu 18 hari selanjutnya berganti

kulit menjadi megalopa yang bentuk tunuhnya sudah mirip kepiting dewasa. Dari tingkat megalopa ke tingkat kepiting muda
membutuhkan waktu 11-12 hari.
Perairan di sekitar mangrove sangat cocok untuk kehidupan kepiting bakau karena sumber makanannya seperti benthos dan serasah
cukup tersedia. Di alam biasanya kepiting bakau yang besar akan memakan kepiting bakau yang kecil, waktu makan kepiting bakau
tidak beraturan tetapi malam hari lebih aktif dibanding siang hari sehingga kepiting bakau digolongkan sebagai hewan nocturnal
yang aktif makan di malam hari (Queensland Departement of Primary Industries, 1989).
Preferensi Kepiting Bakau terhadap Parameter Fisik-Kimia Air dan Substrat
Parameter fisik-kimia air adalah faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kepiting bakau. Kepiting bakau di alam
menempati habitat yang berbeda-beda berdasarkan stadia pada daur hidupnya. Untuk mengetahui kekhususan habitat kepiting bakau
maka perlu diketahui parameter fisik-kimia air dimana organisme ini berada.

Salinitas
Salinitas berpengaruh terhadap setiap fase kehidupan kepiting bakau terutama molting. Kisaran salinitas ideal untuk pertumbuhan
kepiting bakau belum dapat ditentukan, namun diketahui bahwa larva zoea sangat sensitif dengan kondisi perariran yang bersalinitas
redndah. Sebaliknya kepiting dewasa kawin dan mematangkan telurnya pada perairan yang mempunyai salinitas 15? ? 20? dan
selanjutnya akan beruaya ke laut untuk memijah (Kasry, 1996).

Suhu
Suhu air mempengaruhi pertumbuhan (molting), aktifitas dan nafsu makan kepiting bakau . Suhu air yang lebih rendah dari 20?C
dapat mengakibatkan aktifitas dan nafsu makan kepiting bakau turun secara drastis (Queensland Departement of Primary Industries,

1989). Wahyuni dan Sunaryo (1981) melaporkan di perairan Muara Dua, Segara Anakan kepiting bakau didapatkan pada kisaran
suhu 28?C-36?C.

Derajat Keasaman (pH)
Kepiting bakau dapat hidup pada kondisi perairan asam yaitu pada daerah bersubstrat lumpur dengan pH rata-rata 6,50. Pendapat ini

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/5 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:57:38 2017 / +0000 GMT

didukung oleh Walsh (1967) dalam La Sara (1994) yang menyatakan bahwa kepiting bakau dapat hidup pada kisaran pH 6,5-7,0,
sedang Toro (1987) mendapatkan kepiting bakau pada pH 6,16 ? 7,50.
Kedalaman Air dan Pasang Surut
Kedalaman air berpengaruh bagi kehidupan kepiting bakau pada saat terjadi perkawinan, namun demikian kepiting bakau juga dapat
hidup pada perairan yang dangkal Mulya (2002). Wahyuni dan Ismail (1987) mendapatkan kepiting bakau pada kedalaman 30-79
cm di perairan dekat hutan mangrove dan kedalaman 30 cm- 125 cm di muara sungai.
Kepiting bakau akan terlihat menuju ke perairan dangkal pada waktu siang hari. Kepiting bakau tahap juvenile (first crab) mengikuti

pasang tertinggi di zona intertidal untuk mencari makanan kemudian kembali ke zona subtidal pada saat surut (Hutching dan
Sesanger, 1987).
Substrat Dasar Perairan
Tekstur substrat di sekitar hutan mangrove umumnya terdiri dari lumpur dan liat. Hal ini sangat memungkinkan karena partikel
lumpur dan liat mengendap dengan cepat karena air disekitarnya relative tenang dan terlindungi. Substrat di sekitar hutan mangrove
sangat mendukung kehidupan kepiting bakau terutama dalam melangsungkan perkawinan, selanjutnya secara bertahap betina akan
beruaya menuju laut untuk memijah sedangkan yang jantan akan tetap tinggal di perairan (Clough et.al. 1986.) Pagcatipunan (1972)
menyatakan dalam melangsungkan perkawinan, kepiting bakau terlebih dulu akan melepaskan karapasnya (molting) dan sebelum
molting kepiting tersebut akan masuk ke dalam lubang yang mempunyai substrat lunak hingga karapasnya kembali mengeras.
Prospek Keuntungan
Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang potensial untuk dibudidayakan. Kepiting
bakau banyak dijumpai di perairan payau yang banyak ditumbuhi tanaman mangrove. Kepiting bakau sangat disenangi oleh
masyarakat mengingat rasanya yang lezat dengan kandungan nutrisi sejajar dengan crustacea yang lain seperti udang yang banyak
diminati baik di pasaran dalam negeri maupun luar negeri.Begitu banyak hasil laut dan air tawar yang merupakan komoditas andalan
suatu daerah bahkan suatu negara seperti, ikan, kerang, udang, lobster dan kepiting. Khusus untuk kepiting sangat jarang masyarakat
kita yang membudidayakan kepiting secara khusus, padahal jika dikelola dan dikembangkan secara terpadu, maka kepiting ini
sangat menjanjikan.
Potensi pasar yang cukup besar memberi peluang bagi pengembangan budidaya kepiting bakau secara lebih serius dan komersial. Di
sisi lain produksi kepiting selama ini secara keseluruhan masih mengandalkan tangkapan dari alam, sehingga kesinambungan
produksinya tidak dapat dipertahankan

Saat ini budidaya kepiting bakau ini tidak harus di laut dan di daerah bakau, namun dapat juga dan telah berhasil dibenihkan pada
bak-bak terkontrol dan dapat diproduksi di hatchery ikan laut maupun udang windu. Kepiting bakau atau yang lebih dikenal dengan
kepiting lumpur merupakan salah satu sumber daya perikanan pantai yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi bila
dikembangkan dan dibudidayakan. Pembudidayaan atau pemanfaatan secara komersil dari komoditas ini semakin meningkatkan
baik untuk dikonsumsi dalam negeri maupun untuk diekspor.
Di dalam negeri kepiting bakau ini juga telah banyak dijual di pasaran-pasaran tradisional hingga ke swalayan mewah
(supermarket), dan disajikan di rumah makan kecil di pinggiran jalan sampai restoran bahkan sampai hotel berbintang. Untuk pangsa
pasar eksport kepiting bakau Indonesia ini antara lain Jepang, Malaysia, Prancis sampai ke Amerika Serikat (AS), sehingga sangat
wajar jika peminat kepiting tersebut sangat tinggi, karena binatang yang berkulit keras ini selain memiliki rasa gurih, enak dan juga
bergizi tinggi. Dengan alasan tersebut, pihaknya berharap kepada Pemkab agar dapat memprogramkan bantuan untuk budidaya
kepiting para nelayan khususnya di pesisir, karena hal tersebut jelas akan membantu dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat
terutama nelayan serta penurunan angka pengangguran yang ada di Lampung Barat.
Budidaya kepiting ini tentunya akan menyerap tenaga kerja yang lumayan banyak jika hal ini dikelola dan dikembangkan secara
terpadu dan dalam skala besar. Oleh karena itu komoditi ini sangat menjanjikan untuk dilaksanakan dan dicoba di Lampung Barat,
terutama di daerah pesisir barat. Kepiting bakau merupakan salah satu komoditas perikanan pantai yang mempunyai nilai ekonomis
penting. Pada mulanya kepiting bakau hanya dianggap hama oleh Petani tambak, karena sering membuat kebocoran pada pematang
tambak. Tetapi setelah mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, maka keberadaannya banyak diburu dan ditangkap oleh
nelayan untuk penghasilan tambahan dan bahkan telah mulai dibudidayakan secara tradisional di tambak. Mengingat permintaan
pasar ekspor akan kepiting bakau yang semakin meningkat dari tahun ke tahun maka usaha ekstensifikasi budidaya kepiting bakau
mulai dirintis di beberapa daerah.

Kepiting bakau dapat dipelihara secara terus menerus sepanjang tahun, karena ketersediaan benih di alam saat ini cukup banyak juga
lahan tambak pembesaran dapat disiapkan dengan mudah dan cepat. Diversifikasi usaha budidaya kepiting bakau di tambak akan
menambah lapangan usaha dan mengoptimalkan potensi lahan tambak yang idle serta dapat menyerap tenaga kerja, sehingga

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/5 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:57:38 2017 / +0000 GMT

mampu meningkatkan pendapatan masyarakat pembudidaya.
Konstruksi Tambak
Tambak kepiting harus mempunyai konstruksi yang berorientasi pada faktor lingkungan yang mendukung kehidupan dan
pertumbuhan secara normal, sehingga efisiensi pemanfaatan lahan dan waktu saat pemeliharaan. Secara prinsip, bangunan tambak
harus kuat & kedap air.
Untuk mencegah agar kepiting tidak melarikan diri dari petak pemeliharaan dan mencegah masuknya hama dari luar dibuat karamba
bambu atau kurungan. Setiap unit kurungan dibangun dengan ukuran 2 m x 1 m x 0,2 m hingga membentuk kare yang ditancapkan.
Karamba dipasang pada 30 cm±saluran tambak dengan kedalaman air
Teknik Budidaya

Persiapan Tambak
Pengolahan tanah dasar ditujukan memperbaiki mutu/kualitas tanah untuk meningkatkan daya dukung lahan. Kegiatan yang
dilakukan meliputi pembalikan, penjemuran, pencucian dan pengapuran. Pembalikan tanah bertujuan untuk mempercepat proses
penguraian bahan organik dan gas-gas beracun, yang dilakukan dengan mencangkul/membajak dengan kedalaman ± 20 ? 30 cm.
Penjemuran bertujuan untuk mereduksi bahan organik dan gas-gas beracun yang dilakukan dengan sinar matahari hingga warna
tanah coklat alami. Lama penjemuran selama 5 ? 7 hari. Pengapuran bertujuan memperbaiki dan menstabilkan pH tanah hingga
kisaran normal (pH 7 ? 8). Jenis kapur yang digunakan harus sesuai dengan jenis tanah dasar setempat.
Pemeliharaan
a. Pemilihan dan Penebaran Benih
Benih yang digunakan berukuran berat 30 ? 50 gr/ekor atau lebar cangkang (karapas) 3 -4 cm. Ciri-ciri benih yang baik adalah :

- Anggota tubuh yang lengkap
- Menunjukkan tingkah laku untuk menghindar atau melawan bila akan dipegang
- Warna cerah hijau kecoklatan atau coklat kemerahan.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dengan padat tebar rasio perbandingan jantan dan betina 1 : 1 berkisar
antara 1 -2 ek/m2. Untuk menjamin benih bebas dari parasit sebaiknya direndam dengan desinfektan (formalin 200 ppm selama 30
menit). Kemudian benih disebar merata dengan cara melepas ikatan satu per satu.
b. Pemberian Pakan
Kegiatan pemberian pakan meliputi : (1) memilih jenis pakan yang sesuai dengan kebutuhan, (2) cara pemberian pakan, (3) dosis
pakan, (4) teknik sampling. Jenis pakan untuk budidaya kepiting adalah pakan alami seperti bentos dan cacing, untuk pakan buatan

dapat diberikan ikan rucah atau pellet. Khususnya untuk pakan ikan rucah, daging kerang dan hancuran daging siput dilakukan
dengan cara memberikan ikan setengah kering dengan kadar air berkisar 30 ? 40 %. Jumlah pakan diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan, dapat dilihat dari sisa pakan yang tidak termakan. Jika pakan dimakan seluruhnya, maka pemberian pakan selanjutnya
sebaiknya ditambah.
c. Pengendalian hama dan penyakit
Tindakan pengendalian dapat dilakukan dengan cara pergantian air yang cukup, pengapuran secara rutin dan penyaringan air pasok
dan pemberian feed aditive (vit. C 2-4 gr/kg pakan, bawang putih 15 ? 20 gr/kg pakan secara periodik. Penggunaan obat-obatan
kimia (pabrik) merupakan alternatif paling akhir jika dengan cara pencegahan tidak berhasil.
Panen Dan Pasca Panen
Panen kepiting biasanya dilakukan setelah masa pemeliharaan mencapai 4-5 bulan, dengan ukuran 3-4 ekor/kg. Cara panen kepiting
dari kurungan bambu dengan menggunakan seser atau rakkang. Pasca panen dengan mengikat kaki dan capit kepiting dengan tali
secara individu. Produk hasil panen ditempatkan di wadah yang berlobang-lobang dengan dialasi pelepah pisang yang dibasahi air
laut guna mempertahankan tingkat kelembaban, selanjutnya kepiting dapat dipasarkan langsung ke pengumpul dalam keadaan
hidup.
Sebagai komoditas ekspor kepiting memiliki harga jual cukup tinggi baik di pasaran dalam maupun luar negeri, namun tergantung
pada kualitas kepiting (ukuran tingkat kegemukan). Penggemukan kepiting dapat dilakukan terhadap kepiting bakau jantan dan
betina dewasa tetapi dalam keadaan kosong/kurus. Untuk dapat menghasilkan kepiting yang gemuk diperlukan waktu yang cukup
pendek yaitu 10 ? 20 hari. Harga jual kepiting gemuk menjadi lebih tinggi dengan demikian dapat meningkatkan nilai tambah bagi
petani.


Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/5 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:57:38 2017 / +0000 GMT

Teknik Budidaya Pembesaran
Faktor teknik yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan budidaya pembesaran kepiting, antara lain :
Pemilihan Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi budidaya harus tepat secara teknis operasional dengan mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut :

- Salinitas 15 ? 30 ppt
- pHair 7 ? 8
- Suhu 25 ? 30 C
- Kandungan O >3 ppm
- Mudah diawasi.
- Merupakan wilayah penangkapan kepiting
Pemilihan Benih
Kesehatan benih merupakan satu diantara faktor yang menunjang keberhasilan dalam usaha penggemukan kepiting. Oleh sebab itu

pemilihan dan pengelolaan benih harus benar dan tepat. Kesehatan benih juga bisa dilihat dari kelengkapan kaki-kakinya. Hilangnya
capit akan berpengaruh pada kemampuan untuk memegang makanan yang dimakan serta kemampuan sensorisnya. Walaupun pada
akhirnya setelah ganti kulit maka kaki yang baru akan tumbuh tetapi hal ini memerlukan waktu, belum lagi adanya sifat kanibalisme
kepiting, sehingga kepiting yang tidak bisa jalan karena sedang ganti kulit sering menjadi mangsa kepiting lainnya. Untuk itu maka
harus dipilih benih yang mempunyai kaki masih lengkap. Benih kepiting yang kurang sehat warna karapas akan kemerah-merahan
dan pudar serta pergerakannya lamban.
Pengangkutan Benih
Walaupun kepiting bakau merupakan hewan yang tahan terhadap perubahan lingkungan namun cara pengangkutan yang salah bisa
menyebabkan kematian dalam jumlah banyak atau mengurangi sintasan. Pengangkutan benih sebaiknya dilakukan sewaktu suhu
udara rendah dan kurang sinar matahari. Tereksposenya benih kepiting ke dalam sinar matahari bisa menimbulkan dehidrasi yang
pada akhirnya cairan dalam tubuh kepiting akan keluar semuanya sehingga menyebabkan kematian. Tingginya kematian benih
setelah sampai tempat tujuan biasanya disebabkan karena benih yang dibeli memang sudah lemah akibat sudah ditampung beberapa
hari oleh pedagang pengumpul. Biasanya kematian kepiting terjadi setelah hari ke-4 dalam penampungan tanpa air. Wadah yang
dipakai dalam pengangkutan kepiting sebaiknya tidak menyebabkan panas dan letakkan kepiting dalam posisi hidup. Wadah
sterofoam dengan panjang 1 m dan lebar 60 cm dapat menyimpan benih sebanyak 100 ? 150 ekor untuk benih yang diikat.Lakukan
penyiraman sebanyak 2 ? 3 kali penyiraman dengan air berkadar garam 10 ? 25 ppt, selama pengangkutan 5 ? 6 jam.
Penebaran
Penebaran kepiting dilakukan pada pagi atau sore hari pada karamba. Benih kepiting yang ditebarberukuran berat 200 ? 300 gram
per ekor. Untuk ukuran karamba 1,5 ? 2 x 1 x 1 meter kepadatan tebar nya kurang lebih 15 ? 25 kg atau sebanyak 60 ? 70 ekor.
Pemeliharaan

Penempatan karamba dalam petak tambak disarankan diletakkan di dekat pintu masuk/keluar air. Posisi karamba sebaiknya
menggantung berjarak 15 cm dari dasar perairan yang tujuannya agar sisa pakan yang tidak termakan jatuh ke dasar perairan tidak
mengendap di dalam karamba. Diusahakan seminggu 2 kali karamba dipindah dari posisi semula hal ini bertujuan agar terjadi
sirkulasi / pergantian air. Kegiatan dalam pemeliharaan setelah penebaran dilakukan :

- Pemberian pakan rucah lebih diutamakan dalam bentuk segar sebanyak 5 -10% dari berat badan dan diberikan 2 kali sehari
yaitu pagi dan sore/malam hari.
- Penggantian air dilakukan bila terjadi penurunan kualitas air.
- Sampling dilakukan setiap 5 hari untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan dan kesehatan kepiting.
Dengan pengelolaan pakan yang cermat, cocok dan tepat jumlah maka dalam tempo 10haripertumbuhan kepiting bisa diketahui.
Pemanenan
Pemeliharaan / penggemukan kepiting di karamba dapat dilakukan selama 15 hari, tergantung pada ukuran benih dan laju
pertumbuhan. Laju pertumbuhan oleh jenis pakan yang diberikan dan kualitas air tambak. Untuk memanen kepiting digunakan alat

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/5 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:57:38 2017 / +0000 GMT


berupa seser baik untuk tujuan pemanenan total maupun selektif. Pelaksanaan panen harus dilakukan oleh tenaga terampil untuk
menangkap dan kemudian mengikatnya. Selain itu tempat dan waktu penyimpanan sebelum didistribusikan kepada konsumen
menentukan kesegaran dan laju dehidrasi karena kehilangan berat sekitar 3 ? 4% dapat menyebabkan kematian.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/5 |