J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 5 TAHUN 1 9 9 2
TENTANG
PERKOPERASIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun
sebagai badan usaha berperan sert a unt uk mewuj udkan masyarakat
yang maj u, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam t at a perekonomian nasional yang
disusun sebagai usaha bersama berdasar at as asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi;
b. bahwa Koperasi perlu lebih membangun dirinya dan dibangun
menj adi kuat dan mandiri berdasarkan prinsip Koperasi sehingga
mampu berperan sebagai sokoguru perekonomian nasional;

c. bahwa pembangunan Koperasi merupakan t ugas dan t anggung
j awab Pemerint ah dan seluruh rakyat ;
d. bahwa unt uk mewuj udkan hal-hal t ersebut dan menyelaraskan
dengan perkembangan keadaan, perlu mengat ur kembali ket ent uan
t ent ang perkoperasian dalam suat u Undang-undang sebagai
penggant i Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967 t ent ang
Pokok-pokok Perkoperasian;
Mengingat

: Pasal 5 ayat (1), Pasal
Dasar 1945;

20 ayat (1), dan Pasal

33 Undang-Undang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-


2

-

Dengan perset uj uan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERKOPERASIAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggot akan orang-seorang
at au badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiat annya
berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar at as asas kekeluargaan.
2. Perkoperasian adalah segala sesuat u yang menyangkut kehidupan
Koperasi.

3. Koperasi Primer adalah Koperasi
beranggot akan orang-seorang.
4. Koperasi Sekunder adalah
beranggot akan Koperasi.

Koperasi

yang

didirikan

yang didirikan

oleh

dan

oleh

dan


5. Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan
kegiat an perkoperasian yang bersif at t erpadu menuj u t ercapainya
cit a-cit a bersama Koperasi.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

3

-

BAB II
LANDASAN, ASAS, DAN TUJUAN
Bagian Pert ama
Landasan dan Asas
Pasal 2
Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sert a

berdasar at as asas kekeluargaan.
Bagian Kedua
Tuj uan
Pasal 3
Koperasi bert uj uan memaj ukan kesej aht eraan anggot a pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya sert a ikut membangun t at anan
perekonomian nasional dalam rangka mewuj udkan masyarakat yang
maj u, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
BAB III
FUNGSI, PERAN, DAN PRINSIP KOPERASI
Bagian Pert ama
Fungsi dan Peran
Pasal 4
Fungsi dan peran Koperasi adalah:
a. membangun dan mengembangkan pot ensi dan kemampuan ekonomi
anggot a pada khususnya dan masyarakat pada umumnya unt uk
meningkat kan kesej aht eraan ekonomi dan sosialnya;

PRESIDEN

REPUBLIK INDO NESIA

-

4

-

b. berperan sert a secara akt if dalam upaya mempert inggi kualit as
kehidupan manusia dan masyarakat ;
c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuat an dan
ket ahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai
sokogurunya;
d. berusaha unt uk mewuj udkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasar at as asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Bagian Kedua
Prinsip Koperasi
Pasal 5
(1)


Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut :

a. keanggot aan bersif at sukarela dan t erbuka;
b. pengelolaan dilakukan secara demokrat is;
c. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya j asa usaha masing-masing anggot a;
d. pemberian balas j asa yang t erbat as t erhadap modal;
e. kemandirian.

(2)

Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan
pula prinsip Koperasi sebagai berikut :

a. pendidikan perkoperasian;
b. kerj a sama ant arkoperasi.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA


-

5

-

BAB IV
PEMBENTUKAN
Bagian Pert ama
Syarat Pembent ukan
Pasal 6
(1)

Koperasi Primer dibent uk oleh sekurang-kurangnya 20 (duapuluh)
orang.

(2)

Koperasi Sekunder dibent uk ol eh sekurang-kurangnya 3 (t iga)

Koperasi.
Pasal 7

(1)

Pembent ukan Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dilakukan dengan akt a pendirian yang memuat Anggaran Dasar.

(2)

Koperasi mempunyai t empat kedudukan dalam wilayah negara
Republik Indonesia.
Pasal 8

Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) memuat
sekurang-kurangnya:
a. daf t ar nama pendiri;
b. nama dan t empat kedudukan;
c. maksud dan t uj uan sert a bidang usaha;
d. ket ent uan mengenai keanggot aan;

e. ket ent uan mengenai Rapat Anggot a;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

6

-

f . ket ent uan mengenai pengelolaan;
g. ket ent uan mengenai permodalan;
h. ket ent uan mengenai j angka wakt u berdirinya;
i. ket ent uan mengenai pembagian sisa hasil usaha;
j . ket ent uan mengenai sanksi.
Bagian Kedua
St at us Badan Hukum

Pasal 9

Koperasi memperoleh st at us badan hukum set elah akt a pendiriannya
disahkan oleh Pemerint ah.
Pasal 10
(1)

Unt uk mendapat kan pengesahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9, para pendiri mengaj ukan permint aan t ert ulis disert ai
akt a pendirian Koperasi.

(2)

Pengesahan akt a pendirian diberikan dalam j angka wakt u paling
lama 3 (t iga) bulan set elah dit erimanya permint aan pengesahan.

(3)

Pengesahan akt a pendirian diumumkan dalam Berit a Negara
Republik Indonesia.
Pasal 11

(1)

Dalam hal permint aan pengesahan akt a pendirian dit olak, alasan
penolakan diberit ahukan kepada para pendiri secara t ert ulis
dalam. wakt u paling lambat 3 (t iga) bulan set elah dit erimanya

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

7

-

permint aan.
(2)

Terhadap penolakan pengesahan akt a pendirian para pendiri
dapat mengaj ukan permint aan ulang dalam wakt u paling lama 1
(sat u) bulan sej ak dit erimanya penolakan.

(3)

Keput usan t erhadap pengaj uan permint aan ulang diberikan
dalam j angka wakt u paling lama 1 (sat u) bulan sej ak dit erimanya
pengaj uan permint aan ulang.
Pasal 12

(1)

Perubahan Anggaran Dasar dilakukan oleh Rapat Anggpt a.

(2)

Terhadap perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut
penggabungan, pembagian, dan perubahan bidang usaha Koperasi
dimint akan pengesahan kepada Pemerint ah.
Pasal 13

Ket ent uan mengenai persyarat an dan t at a cara pengesahan at au
penolakan pengesahan akt a pendirian, dan perubahan Anggaran Dasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12
diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 14
(1)

Unt uk keperluan pengembangan dan/ at au ef isiensi usaha, sat u
Koperasi at au lebih dapat :
a. menggabungkan diri menj adi sat u dengan Koperasi lain, at au
b. bersama Koperasi lain meleburkan diri dengan membent uk
Koperasi baru.

(2)

Penggabungan at au peleburan dilakukan dengan perset uj uan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

8

-

Rapat Anggot a masing-masing Koperasi.
Bagian Ket iga
Bent uk dan Jenis
Pasal 15
Koperasi dapat berbent uk Koperasi Primer at au Koperasi Sekunder.
Pasal 16
Jenis Koperasi didasarkan pada kesamaan kegiat an dan kepent ingan
ekonomi anggot anya.
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 17
(1)

Anggot a Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna j asa
Koperasi.

(2)

Keanggot aan Koperasi dicat at dalam buku daf t ar anggot a.
Pasal 18

(1)

Yang dapat menj adi anggot a Koperasi ialah set iap warga negara
Indonesia yang mampu melakukan t indakan hukum at au Koperasi
yang memenuhi persyarat an sebagaimana dit et apkan dalam
Anggaran Dasar.

(2)

Koperasi dapat memiliki anggot a luar biasa yang persyarat an,
hak, dan kewaj iban keanggot aannya dit et apkan dalam Anggaran
Dasar.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

9

-

Pasal 19
(1)

Keanggot aan Koperasi didasarkan pada kesamaan kepent ingan
ekonomi dalam lingkup usaha Koperasi.

(2)

Keanggot aan Koperasi dapat diperoleh at au diakhiri set elah
syarat sebagaimana diat ur dalam Anggaran Dasar dipenuhi.

(3)

Keanggot aan Koperasi t idak dapat dipindaht angankan.

(4)

Set iap anggot a mempunyai kewaj iban dan hak yang sama
t erhadap Koperasi sebagaimana diat ur dalam Anggaran Dasar.
Pasal 20

(1)

Set iap anggot a mempunyai kewaj iban:
a. memat uhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sert a
keput usan yang t elah disepakat i dalam Rapat Anggot a;
b. berpart isipasi dalam kegiat an usaha yang diselenggarakan oleh
Koperasi;
c. mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar at as
asas kekeluargaan.

(2)

Set iap anggot a mempunyai hak:
a. menghadiri, menyat akan pendapat , dan memberikan suara
dalam Rapat Anggot a;
b. memilih dan/ at au dipilih menj adi anggot a Pengurus at au
Pengawas;
c. memint a diadakan Rapat Anggot a menurut ket ent uan dalam
Anggaran Dasar;
d. mengemukakan pendapat at au saran kepada Pengurus diluar
Rapat Anggot a baik dimint a maupun t idak dimint a;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

10

-

e. memanf aat kan Koperasi dan mendapat pelayanan yang sama
ant ara sesama anggot a;
f . mendapat kan ket erangan mengenai perkembangan Koperasi
menurut ket ent uan dalam Anggaran Dasar.
BAB VI
PERANGKAT ORGANISASI
Bagian Pert ama
Umum
Pasal 21
Perangkat organisasi Koperasi t erdiri dari:
a. Rapat Anggot a;
b. Pengurus;
c. Pengawas.
Bagian Kedua
Rapat Anggot a
Pasal 22
(1)

Rapat Anggot a merupakan pemegang kekuasaan t ert inggi dalam
Koperasi.

(2)

Rapat Anggot a dihadiri oleh anggot a yang pelaksanaannya diat ur
dalam Anggaran Dasar.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

11

-

Pasal 23
Rapat Anggot a menet apkan:
a. Anggaran Dasar;
b. kebij aksanaan umum dibidang organisasi manaj emen, dan usaha
Koperasi;
c. pemilihan, pengangkat an, pemberhent ian Pengurus dan Pengawas;
d. rencana kerj a, rencana anggaran pendapat an dan belanj a Koperasi,
sert a pengesahan laporan keuangan;
e. pengesahan
t ugasnya;

pert anggungj awaban

Pengurus dalam

pelaksanaan

f . pembagian sisa hasil usaha;
g. penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran Koperasi.
Pasal 24
(1)

Keput usan Rapat Anggot a diambil berdasarkan musyawarah unt uk
mencapai muf akat .

(2)

Apabila t idak diperoleh keput usan dengan cara musyawarah,
maka pengambilan keput usan dilakukan berdasarkan suara
t erbanyak.

(3)

Dalam hal dilakukan pemungut an
mempunyai hak sat u suara.

(4)

Hak suara dalam Koperasi Sekunder dapat diat ur dalam Anggaran
Dasar dengan mempert imbangkan j umlah anggot a dan j asa usaha
Koperasi-anggot a secara berimbang.

suara,

set iap

anggot a

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

12

-

Pasal 25
Rapat Anggot a berhak memint a ket erangan dan pert anggungj awaban
Pengurus dan Pengawas mengenai pengelolaan Koperasi.
Pasal 26
(1)

Rapat Anggot a dilakukan paling sedikit sekali dalam 1 (sat u)
t ahun.

(2)

Rapat
Anggot a unt uk
mengesahkan
pert anggungj awaban
Pengurus diselenggarakan paling lambat 6 (enam) bulan set elah
t ahun buku lampau.
Pasal 27

(1)

Selain Rapat Anggot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26,
Koperasi dapat melakukan Rapat Anggot a Luar Biasa apabila
keadaan mengharuskan adanya keput usan segera yang
wewenangnyaada pada Rapat Anggot a.

(2)

Rapat Anggot a Luar Biasa dapat diadakan at as permint aan
sej umlah anggot a Koperasi at au at as keput usan Pengurus yang
pelaksanaannya diat ur dalam Anggaran Dasar.

(3)

Rapat Anggot a Luar Biasa mempunyai wewenang yang sama
dengan wewenang Rapat Anggot a sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23
Pasal 28

Persyarat an, t at a cara, dan t empat penyelenggaraan Rapat Anggot a
dan Rapat Anggot a Luar Biasa diat ur dalam Anggaran Dasar.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

13

-

Bagian Ket iga
Pengurus
Pasal 29
(1)

Pengurus dipilih dari dan oleh anggot a Koperasi dalam Rapat
Anggot a.

(2)

Pengurus merupakan pemegang kuasa Rapat Anggot a.

(3)

Unt uk pert ama kali, susunan dan nama anggot a Pengurus
dicant umkan dalam akt a pendirian.

(4)

Masa j abat an Pengurus paling lama 5 (lima) t ahun.

(5)

Persyarat an unt uk dapat dipilih dan diangkat menj adi anggot a
Pengurus dit et apkan dalam Anggaran Dasar.
Pasal 30

(1)

Pengurus bert ugas:
a. mengelola Koperasi dan usahanya;
b. mengaj ukan rancangan rencana kerj a sert a rancangan rencana
anggaran pendapat an dan belanj a Koperasi;
c. menyelenggarakan Rapat Anggot a;
d. mengaj ukan laporan
pelaksanaan t ugas;

keuangan

dan

pert anggungj awaban

e. menyelenggarakan pembukuan keuangan dan invent aris secara
t ert ib;
f . memelihara daf t ar buku anggot a dan pengurus.

(2)

Pengurus berwenang:

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

14

-

a. mewakili Koperasi di dalam dan di luar pengadilan;
b. memut uskan penerimaan dan penolakan anggot a baru sert a
pemberhent ian anggot a sesuai dengan ket ent uan dalam Anggaran
Dasar;
c. melakukan t indakan dan upaya bagi kepent ingan dan
kemanf aat an Koperasi sesuai dengan t anggung j awabnya dan
keput usan Rapat Anggot a.
Pasal 31
Pengurus bert anggung j awab mengenai segala kegiat an pengelolaan
Koperasi dan usahanya kepada Rapat Anggot a at au Rapat Anggot a Luar
Biasa.
Pasal 32
(1)

Pengurus Koperasi dapat mengangkat Pengelola yang diberi
wewenang dan kuasa unt uk mengelola usaha.

(2)

Dalam hal Pengurus Koperasi bermaksud unt uk mengangkat
Pengelola, maka rencana pengangkat an t ersebut diaj ukan kepada
Rapat Anggot a unt uk mendapat perset uj uan.

(3)

Pengelola bert anggung j awab kepada Pengurus.

(4)

Pengelolaan usaha oleh Pengelola t idak mengurangi t anggung
j awab Pengurus sebagaimana dit ent ukan dalam Pasal 31.
Pasal 33

Hubungan ant ara Pengelola usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 dengan Pengurus Koperasi merupakan hubungan kerj a at as dasar
perikat an.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

15

-

Pasal 34
(1)

Pengurus,
baik
bersama-sama,
maupun
sendiri-sendiri,
menanggung kerugian yang diderit a Koperasi, karena t indakan
yang dilakukan dengan kesengaj aan at au kelalaiannya.

(2)

Disamping penggant ian kerugian t ersebut , apabila t indakan it u
dilakukan dengan kesengaj aan, t idak menut up kemungkinan bagi
penunt ut umum unt uk melakukan penunt ut an.
Pasal 35

Set elah t ahun buku Koperasi dit ut up, paling lambat 1 (sat u) bulan
sebelum diselenggarakan rapat anggot a t ahunan, Pengurus menyusun
laporan t ahunan yang memuat sekurang-kurangnya:
a. perhit ungan t ahunan yang t erdiri dari neraca akhir t ahun buku yang
baru lampau dan perhit ungan hasil usaha dari t ahun yang
bersangkut an sert a penj elasan at as dokumen t ersebut ;
b. keadaan dan usaha Koperasi sert a hasil usaha yang dapat dicapai.
Pasal 36
(1)

Laporan t ahunan sebagaimana dimaksud dalam
dit anda-t angani oleh semua anggot a Pengurus.

Pasal

35

(2)

Apabila salah seorang anggot a Pengurus t idak menandat angani
laporan t ahunan t ersebut ,
anggot a yang bersangkut an
menj elaskan alasannya secara t ert ulis.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

16

-

Pasal 37
Perset uj uan t erhadap laporan t ahunan, t ermasuk pengesahan
perhit ungan t ahunan, merupakan penerimaan pert anggungj awaban
Pengurus oleh Rapat Anggot a.

Bagian Keempat
Pengawas
Pasal 38
(1)

Pengawas dipilih dari dan oleh anggot a Koperasi dalam Rapat
Anggot a.

(2)

Pengawas bert anggung j awab kepada Rapat Anggot a.

(3)

Persyarat an unt uk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggot a
Pengawas dit et apkan dalam Anggaran Dasar.

(1)

Pasal 39
Pengawas bert ugas:
a. melakukan pengawasan t erhadap pelaksanaan kebij aksanaan
dan pengelolaan Koperasi;
b. membuat laporan t ert ulis t ent ang hasil pengawasannya.

(2)

Pengawas berwenang:
a. menelit i cat at an yang ada pada Koperasi;
b. mendapat kan segala ket erangan yang diperlukan.

(3)

Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya t erhadap

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

17

-

pihak ket iga.
Pasal 40
Koperasi dapat memint a j asa audit kepada akunt an publik.
BAB VII
MODAL
Pasal 41
(1)

Modal Koperasi t erdiri dari modal sendiri dan modal pinj aman.

(2)

Modal sendiri dapat berasal dari:
a. simpanan pokok;
b. simpanan waj ib;
c. dana cadangan;
d. hibah.

(3)

Modal pinj aman dapat berasal dari:
a. anggot a;
b. Koperasi lainnya dan/ at au anggot anya;
c. bank dan lembaga keuangan lainnya;
d. penerbit an obligasi dan surat hut ang lainnya;
e. sumber lain yang sah.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

18

-

Pasal 42
(1)

Selain modal sebagai dimaksud dalam Pasal 41, Koperasi dapat
pula melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal
penyert aan.

(2)

Ket ent uan mengenai pemupukan modal yang berasal dari modal
penyert aan diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB VIII
LAPANGAN USAHA
Pasal 43

(1)

Usaha Koperasi adalah usaha yang berkait an langsung dengan
kepent ingan
anggot a
unt uk
meningkat kan
usaha
dan
kesej aht eraan anggot a.

(2)

Kelebihan kemampuan pelayanan Koperasi dapat digunakan
unt uk memenuhi kebut uhan masyarakat yang bukan anggot a
Koperasi.

(3)

Koperasi menj alankan kegiat an usaha dan berperan ut ama di
segala bidang kehidupan ekonomi rakyat .
Pasal 44

(1)

Koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui
kegiat an usaha simpan pinj am dari dan unt uk:
a. anggot a Koperasi yang bersangkut an;
b. Koperasi lain dan/ at au anggot anya.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

19

-

(2)

Kegiat an usaha simpan pinj am dapat dilaksanakan sebagai salah
sat u at au sat u-sat unya kegiat an usaha Koperasi.

(3)

Pelaksanaan kegiat an usaha simpan pinj am oleh Koperasi diat ur
lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB IX
SISA HASIL USAHA
Pasal 45

(1)

Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapat an Koperasi yang
diperoleh dalam sat u t ahun buku dikurangi dengan biaya,
penyusut an, dan kewaj iban lainnya t ermasuk paj ak dalam t ahun
buku yang bersangkut an.

(2)

Sisa Hasil Usaha set elah dikurangi dana cadangan, dibagikan
kepada anggot a st anding dengan j asa usaha yang dilakukan oleh,
masing-masing anggot a dengan Koperasi, sert a digunakan unt uk
keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari
Koperasi, sesuai dengan keput usan Rapat Anggot a.

(3)

Besarnya pemupukan dana cadangan dit et apkan dalam Rapat
Anggot a.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

20

-

BAB X
PEMBUBARAN KOPERASI
Bagian Pert ama
Cara Pembubaran Koperasi
Pasal 46
Pembubaran Koperasi dapat dilakukan berdasarkan:
a. keput usan Rapat Anggot a, at au
b. keput usan Pemerint ah.
Pasal 47
(1)

Keput usan pembubaran oleh Pemerint ah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 huruf b dilakukan apabila:
a. t erdapat bukt i bahwa Koperasi yang bersangkut an t idak
memenuhi ket ent uan Undang-undang ini;
b. kcgiat annya bert ent angan dengan ket ert iban umum dan/ at au
kesusilaan;
c. kelangsungan hidupnya t idak dapat lagi diharapkan.

(2)

Keput usan pembubaran Koperasi oleh Pemerint ah dikeluarkan
dalam wakt u paling lambat 4 (empat ) bulan t erhit ung sej ak
t anggal dit erimanya surat pemberit ahuan rencana pembubaran
t ersebut oleh Koperasi yang bersangkut an.

(3)

Dalam j angka wakt u paling lambat 2 (dua) bulan sej ak t anggal
penerimaan pemberit ahuan, Koperasi yang bersangkut an berhak
mengaj ukan keberat an.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(4)

21

-

Keput usan Pemerint ah mengenai dit erima at au dit olaknya
keberat an at as rencana pembubaran diberikan paling lambat 1
(sat u) bulan sej ak t anggal dit erimanya pemyat aan keberat an
t ersebut .
Pasal 48

Ket ent uan mengenai pembubaran Koperasi oleh Pemerint ah dan t at a
cara pengaj uan keberat an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47,
diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 49
(1)

Keput usan
pembubaran
Koperasi
oleh
Rapat
Anggot a
diberit ahukan secara t ert ulis oleh Kuasa Rapat Anggot a kepada:
a. semua kredit or;
b. Pemerint ah.

(2)

Pemberit ahuan
kepada semua kredit or
dilakukan
oleh
Pemerint ah, dalam hal pembubaran t ersebut berlangsung
berdasarkan keput usan Pemerint ah.

(3)

Selama pemberit ahuan pembubaran Koperasi belum dit erima
oleh kredit or, maka pembubaran Koperasi belum berlaku
baginya.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

22

-

Pasal 50
Dalam pemberit ahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49
disebut kan:
a. nama dan alamat Penyelesai, dan
b. ket ent uan bahwa semua kredit or dapat mengaj ukan t agihan dalam
j angka wakt u 3 (t iga) bulan sesudah t anggal dit erimanya surat
pemberit ahuan pembubaran.
Bagian Kedua
Penyelesaian
Pasal 51
Unt uk kepent ingan kredit or dan para anggot a Koperasi, t erhadap
pembubaran Koperasi dilakukan penyelesaian pembubaran yang
selanj ut nya disebut penyelesaian.
Pasal 52
(1)

Penyelesaian dilakukan oleh
selanj ut nya disebut Penyelesai.

penyet esai

pembubaran

(2)

Unt uk penyelesaian berdasarkan keput usan
Penyelesai dit unj uk oleh Rapat Anggot a.

(3)

Unt uk
penyelesaian
berdasarkan
Penyelesai dit unj uk oleh Pemerint ah.

(4)

Selama dalam proses penyelesaian, Koperasi t ersebut t et ap ada
dengan sebut an "Koperasi dalam penyelesaian".

Rapat

keput usan

yang

Anggot a,

Pemerint ah,

Pasal 53
(1)

Penyelesaian segera dilaksanakan set elah dikeluarkan keput usan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

23

-

pembubaran Koperasi.
(2)

Penyelesai bert anggung j awab kepada Kuasa Rapat Anggot a
dalam hal Penyelesai dit unj uk oleh Rapat Anggot a dan kepada
Pemerint ah dalam hal Penyelesai dit unj uk oleh Pemerint ah.
Pasal 54

Penyelesai
berikut :

mempunyai

hak,

wewenang,

dan

kewaj iban

sebagai

a. melakukan segala perbuat an hukum unt uk dan at as nama "Koperasi
dalam penyelesaian";
b. mengumpulkan segala ket erangan yang diperlukan;
c. memanggil Pengurus, anggot a dan bekas anggot a t ert ent u yang
diperlukan, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama;
d. memperoleh, memeriksa, dan menggunakan segala cat at an dan
arsip Koperasi;
e. menet apkan dan melaksanakan segala kewaj iban pembayaran yang
didahulukan dari pembayaran hut ang lainnya;
f . menggunakan sisa kekayaan Koperasi unt uk menyelesaikan sisa
kewaj iban Koperasi;
g. membagikan sisa hasil penyelesaian kepada anggot a;
h. membuat berit a acara penyelesaian.
Pasal 55
Dalam hal t erj adi pembubaran Koperasi, anggot a hanya menanggung
kerugian sebat as simpanan pokok, simpanan waj ib dan modal
penyert aan yang dimilikinya.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

24

-

Bagian Ket iga
Hapusnya St at us Badan Hukum
Pasal 56
(1)

Pemerint ah mengumumkan pembubaran Koperasi dalam Berit a
Negara Republik Indonesia.

(2)

St at us badan hukum Koperasi hapus sej ak t anggal pengumuman
pembubaran Koperasi t ersebut dalam Berit a Negara Republik
Indonesia.
BAB XI
LEMBAGA GERAKAN KOPERASI
Pasal 57

(1)

Koperasi secara bersama-sama mendirikan sat u organisasi t unggal
yang berf ungsi
sebagai
wadah unt uk
memperj uangkan
kepent ingan dan bert indak sebagai pembawa aspirasi Koperasi.

(2)

Organisasi ini berasaskan Pancasila.

(3)

Nama, t uj uan, susunan, dan t at a kerj a organisasi diat ur dalam
Anggaran Dasar organisasi yang bersangkut an.
Pasal 58

(1)

Organisasi t ersebut melakukan kegiat an:
a. memperj uangkan dan menyalurkan aspirasi Koperasi;
b. meningkat kan kesadaran berkoperasi di kalangan masyarakat ;
c. melakukan pendidikan
masyarakat ;

perkoperasian

bagi

anggot a

dan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

25

-

d. mengembangkan kerj asama ant arkoperasi dan ant ara Koperasi
dengan badan usaha lain, baik pada t ingkat nasional maupun
int ernasional.
(2)

Unt uk melaksanakan kegiat an t ersebut ,
bersama-sama, menghimpun dana Koperasi.

Koperasi

secara

Pasal 59
Organisasi yang dibent uk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat
(1) disahkan oleh Pemerint ah.

BAB XII
PEMBINAAN
Pasal 60
(1)

Pemerint ah mencipt akan dan mengembangkan iklim dan kondisi
yang mendorong pert umbuhan sert a permasyarakat an Koperasi.

(2)

Pemerint ah
memberikan
bimbingan,
perlindungan kepada Koperasi.

kemudahan,

dan

Pasal 61
Dalam upaya mencipt akan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang
mendorong pert umbuhan dan pemasyarakat an Koperasi, Pemerint ah:
a. memberikan
Koperasi;

kesempat an

usaha

yang

seluas-luasnya

kepada

b. meningkat kan dan memant apkan kemampuan Koperasi
menj adi Koperasi yang sehat , t angguh, dan mandiri;

agar

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

26

-

c. mengupayakan t at a hubungan usaha yang saling mengunt ungkan
ant ara Koperasi dengan badan usaha lainnya;
d. membudayakan Koperasi dalam masyarakat .
Pasal 62
Dalam rangka memberikan
Koperasi, Pemerint ah:

bimbingan

dan

kemudahan

kepada

a. membimbing usaha Koperasi yang sesluai dengan kepent ingan
ekonomi anggot anya;
b. mendorong,
mengembangkan,
dan
membant u
pelaksanaan
pendidikan, pelat ihan, penyuluhan, dan penelit ian perkoperasian;
c. memberikan kemudahan unt uk memperkokoh permodalan Koperasi
sert a mengembangkan lembaga keuangan Koperasi;
d. membant u pengembangan j aringan usaha Koperasi dan kerj a sama
yang saling mengunt ungkan ant arkoperasi;
e. memberikan bant uan konsult ansi guna memecahkan permasalahan
yang dihadapi oleh Koperasi dengan t et ap memperhat ikan Anggaran
Dasar dan prinsip Koperasi.
Pasal 63
(1)

Dalam rangka pemberian
Pemerint ah dapat :

perlindungan

kepada

Koperasi,

a. menet apkan bidang kegiat an ekonomi yang hanya boleh
di-usahakan oleh Koperasi;
b. menet apkan bidang kegiat an ekonomi di suat u wilayah yang
t elah berhasil diusahakan oleh Koperasi unt uk t idak
diusahakan oleh badan usaha lainnya.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(2)

27

-

Persyarat an dan t at a cara pelaksanaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diat ur lebih lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 64

Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62,
dan Pasal 63 dilakukan dengan memperhat ikan keadaan dan
kepent ingan ekonomi nasional, sert a pemerat aan kesempat an
berusaha dan kesempat an kerj a.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 65
Koperasi yang t elah memiliki st at us badan hukum pada saat
Undang-undang ini berlaku, dinyat akan t elah memperoleh st at us
badan hukum berdasarkan Undang-undang ini.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 66
(1)

Dengan berlakunya Undang-undang ini, maka Undang-undang
Nomor 12 Tahun 1967 t ent ang Pokok-pokok Perkoperasian
(Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 23, Tambahan Lembaran
Negara Tahun 1967 Nomor 2832) dinyat akan t idak berlaku lagi.

(2)

Perat uran pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967
t ent ang Pokok-pokok Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun
1967 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

28

-

2832) dinyat akan masih t et ap berlaku sepanj ang t idak
bert ent angan
dengan
at au
belum
digant i
berdasarkan
Undang-undang ini.
Pasal 67
Undang-undang ini mulai berlaku sej ak t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Disahkan di Jakart a
pada t anggal 21 Okt ober 1992
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 21 Okt ober 1992
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

29

-

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 1992
TENTANG
PERKOPERASIAN
I. UMUM
Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 33 ayat (1) menyat akan
bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama
berdasar at as asas kekeluargaan. Selanj ut nya penj elasan Pasal 33
ant ara lain menyat akan bahwa kemakmuran masyarakat lah yang
diut amakan bukan kemakmuran orang-seorang dan bangun
perusahaan yang sesuai dengan it u ialah koperasi. Penj elasan Pasal
33 menempat kan Koperasi baik dalam kedudukan sebagai sokoguru
perekonomian nasional maupun sebagai bagian int egral t at a
perekonomian nasional.
Dengan memperhat ikan kedudukan Koperasi sepert i t ersebut di at as
maka peran Koperasi sangat lah pent ing dalam menumbuhkan dan
mengembangkan pot ensi ekonomi rakyat sert a dalam mewuj udkan
kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokrat is,
kebersamaan, kekeluargaan, dan ket erbukaan. Dalam kehidupan
ekonomi sepert i it u Koperasi seharusnya memiliki ruang gerak dan
kesempat an usaha yang luas yang menyangkut kepent ingan
kehidupan ekonomi rakyat . Tet api dalam perkembangan ekonomi
yang berj alan demikian cepat , pert umbuhan Koperasi selama ini
belum sepenuhnya menampakkan wuj ud dan perannya sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. Demikian pula
perat uran perundang-undangan yang ada masih belum sepenuhnya
menampung hal yang diperlukan unt uk menunj ang t erlaksananya
Koperasi baik sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan
ekonomi rakyat . Oleh karena it u, unt uk menyelaraskan dengan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

30

-

perkembangan lingkungan yang dinamis perlu adanya landasan
hukum baru yang mampu mendorong Koperasi agar dapat t umbuh
dan berkembang menj adi lebih kuat dan mandiri.
Pembangunan Koperasi perlu diarahkan sehingga semakin berperan
dalam perekonomian nasional. Pengembangannya diarahkan agar
Koperasi benar-benar menerapkan prinsip Koperasi dan kaidah
usaha ekonomi. Dengan demikian Koperasi akan merupakan
organisasi ekonomi yang mant ap, demokrat is, ot onom, part isipat if ,
dan berwat ak sosial. Pembinaan Koperasi pada dasarnya
dimaksudkan unt uk mendorong agar Koperasi menj alankan kegiat an
usaha dan berperan ut ama dalam kehidupan ekonomi rakyat .
Undang-undang ini menegaskan bahwa pemberian st at us badan
hukum Koperasi, pengesahan perubahan Anggaran Dasar, dan
pembinaan Koperasi merupakan wewenang dan t anggung j awab
Pemerint ah.
Dalam
pelaksanaannya,
Pemerint ah
dapat
melimpahkan wewenang t ersebut kepada Ment eri yang membidangi
Koperasi. Namun demikian hal ini t idak berart i bahwa Pemerint ah
mencampuri urusan int ernal organisasi Koperasi dan t et ap
memperhat ikan prinsip kemandirian Koperasi.
Pemerint ah, baik di pusat maupun di daerah, mencipt akan dan
mengembangkan iklim sert a kondisi yang mendorong pert umbuhan
dan pemasyarakat an Koperasi. Demikian j uga Pemerint ah
memberikan bimbingan, kemudahan, dan perlindungan kepada
Koperasi. Selanj ut nya Pemerint ah dapat menet apkan bidang
kegiat an ekonomi yang hanya dapat diusahakan oleh Koperasi.
Selain it u Pemerint ah j uga dapat menet apkan bidang kegiat an
ekonomi di suat u wilayah t ert ent u yang t elah berhasil diusahakan
oleh Koperasi unt uk t idak diusahakan oleh badan usaha lainnya. Hal
t ersebut dilakukan dengan memperhat ikan kepent ingan ekonomi
nasional dan perwuj udan pemerat aan kesempat an berusaha.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

31

-

Undang-undang ini j uga memberikan kesempat an bagi Koperasi
unt uk memperkuat permodalan melalui pengerahan modal
penyert aan baik dari anggot a maupun dari bukan anggot a. Dengan
kemungkinan ini, Koperasi dapat lebih menghimpun dana unt uk
pengembangan usahanya. Sej alan dengan it u dalam Undang-undang
ini dit anamkan pemikiran ke arah pengembangan pengelolaan
Koperasi secara prof esional.
Berdasarkan hal t ersebut di at as, Undang-undang ini disusun dengan
maksud unt uk memperj elas dan mempert egas j at i diri, t uj uan,
kedudukan, peran, manaj emen, keusahaan, dan permodalan
Koperasi sert a pembinaan Koperasi, sehingga dapat lebih menj amin
t erwuj udnya kehidupan Koperasi sebagaimana diamanat kan oleh
Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.

II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Angka 1
Cukup j elas
Angka 2
Yang dimaksud dengan kehidupan Koperasi adalah aspek yang
erat berkait an dengan pembangunan Koperasi, sepert i
misalnya f alsaf ah, ideologi, organisasi, manaj emen, usaha,
pendidikan, pembinaan, dan sebagainya.
Angka 3
Cukup j elas
Angka 4
Cukup j elas

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

32

-

Angka 5
Cukup j elas
Pasal 2
Cukup j elas
Pasal 3
Cukup j elas
Pasal 4
Cukup j elas
Pasal 5
Prinsip Koperasi merupakan sat u kesat uan dan t idak dapat
dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengan melaksanakan
keseluruhan prinsip t ersebut Koperasi mewuj udkan dirinya sebagai
badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berwat ak sosial.
Ayat (1)
Prinsip Koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerj a Koperasi
sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan j at i diri
Koperasi yang membedakannya dari badan usaha lain.

Huruf a
Sif at
kesukarelaan
dalam
keanggot aan
Koperasi
mengandung makna bahwa menj adi anggot a Koperasi t idak
boleh dipaksakan oleh siapapun. Sif at kesukarelaan j uga
mengandung makna bahwa seorang anggot a dapat
mengundurkan diri dari Koperasinya sesuai dengan syarat
yang dit ent ukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan
sif at t erbuka memiliki art i bahwa dalam keanggot aan t idak
dilakukan pembat asan at au diskriminasi dalam bent uk

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

33

-

apapun.
Huruf b
Prinsip demokrasi menunj ukkan bahwa pengelolaan Koperasi
dilakukan alas kehendak dan keput usan para anggot a. Para
anggot a it ulah yang memegang dan melaksanakan kekuasaan
t ert inggi dalam Koperasi.
Huruf c
Pembagian sisa hasil usaha kepada anggot a dilakukan t idak
semat a-mat a berdasarkan modal yang dimiliki seseorang
dalam Koperasi t et api j uga berdasarkan perimbangan j asa
usaha anggot a t erhadap Koperasi. Ket ent uan yang demikian ini
merupakan perwuj udan nilai kekeluargaan dan keadilan.
Huruf d
Modal dalam Koperasi pada dasarnya dipergunakan unt uk
kemanf aat an anggot a dan bukan unt uk sekedar mencari
keunt ungan. Oleh karena it u balas j asa t erhadap modal yang
diberikan kepada para anggot a j uga t erbat as, dan t idak
didasarkan semat a-mat a alas besarnya modal yang diberikan.
Yang dimaksud dengan t erbat as adalah waj ar dalam art i t idak
melebihi suku bunga yang berlaku di pasar.
Huruf e
Kemandirian mengandung pengert ian dapat berdiri sendiri,
t anpa bergant ung pada pihak lain yang dilandasi oleh
kepercayaan kepada pert imbangan, keput usan, kemampuan,
dan usaha sendiri. Dalam kemandirian t erkandung pula
pengert ian
kebebasan
yang
bert anggung
j awab,
ot onomi, swadaya, berani mempert anggungj awabkan perbuat an
sendiri, dan kehendak unt uk mengelola diri sendiri.
Ayat (2)
Disamping kelima prinsip sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1),

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

34

-

unt uk pengembangan dirinya koperasi j uga melaksanakan dua
prinsip Koperasi yang lain yait u pendidikan perkoperasian dan
kerj a sama ant ar koperasi.
Penyelenggaraan pendidikan perkoperasian dan kerj a sama
ant ar koperasi merupakan prinsip Koperasi yang pent ing dalam
meningkat kan kemampuan, memperluas wawasan anggot a,
dan memperkuat solidarit as dalam mewuj udkan t uj uan
Koperasi. Kerj a sama dimaksud dapat dilakukan ant ar koperasi
di t ingkat lokal, regional, nasional, dan int ernasional.
Pasal 6
Ayat (1)
Persyarat an ini dimaksudkan unt uk menj aga kelayakan usaha dan
kehidupan Koperasi. Orang-seorang pembent uk Koperasi adalah
mereka yang memenuhi
persyarat an
keanggot aan
dan
mempunyai kepent ingan ekonomi yang sama.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan t empat kedudukan adalah alamat t et ap
kant or Koperasi.
Pasal 8
Huruf a
Cukup j elas
Huruf b
Cukup j elas

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

35

-

Huruf c
Cukup j elas
Huruf d
Cukup j elas
Huruf e
Cukup j elas
Huruf f
Cukup j elas
Huruf g
Cukup j elas
Huruf h
Jangka wakt u berdirinya Koperasi dapat dit et apkan t erbat as
dalam j angka wakt u t ert ent u at au t idak t erbat as sesuai dengan
t uj uannya.
Huruf i
Cukup j elas
Huruf j
Sanksi dalam ket ent uan ini adalah sanksi yang diat ur secara
int ern oleh masing-masing Koperasi, yang dikenakan t erhadap
Pengurus, Pengawas, dan anggot a yang melanggar ket ent uan
Anggaran Dasar.
Pasal 9
Cukup j elas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup j elas

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

36

-

Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Dengan ket ent uan ini dimaksudkan hanya perubahan yang
mendasar yang perlu dimint akan pengesahan Pemerint ah,
yait u yang menyangkut penggabungan, pembagian, dan
perubahan bidang usaha. Pengesahan yang dimaksud dalam hal
penggabungan dan perubahan bidang usaha merupakan
pengesahan perubahan Anggaran Dasar, dan dalam hal
pembagian merupakan pengesahan perubahan Anggaran Dasar
dan at au pengesahan badan hukum baru. Pengesahan
perubahan bidang usaha Koperasi yang dimaksud dalam
ket ent uan ini t idak mengurangi kesempat an Koperasi unt uk
berusaha di segala bidang ekonomi.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

37

-

Pasal 13
Cukup j elas
Pasal 14
Ayat (1)
Penggabungan at au yang dikenal dengan ist ilah amalgamasi, dan
peleburan hanya dapat dilakukan apabila didasarkan at as
pert imbangan
pengembangan
dan/ at au
ef isiensi
usaha
pengelolaan Koperasi sesuai dengan kepent ingan anggot a. Dalam
hal penggabungan dan peleburan yang memerlukan pengesahan
Anggaran Dasar at au badan hukum baru dilakukan sesuai dengan
ket ent uan yang diat ur dalam Undang-undang ini.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 15
Pengert ian Koperasi Sekunder meliput i semua Koperasi yang
didirikan oleh dan beranggot akan Koperasi Primer dan/ at au
Koperasi Sekunder. Berdasarkan kesamaan kepent ingan dan t uj uan
ef isiensi, Koperasi Sekunder dapat didirikan oleh Koperasi sej enis
maupun berbagai j enis at au t ingkat an. Dalam hal Koperasi
mendirikan Koperasi Sekunder dalam berbagai t ingkat an, sepert i
yang selama ini dikenal sebagai Pusat , Gabungan, dan Induk, maka
j umlah t ingkat an maupun penamaannya diat ur sendiri oleh Koperasi
yang bersangkut an.

Pasal 16
Dasar unt uk menent ukan j enis Koperasi adalah kesamaan akt ivit as,
kepent ingan dan kebut uhan ekonomi anggot anya, sepert i ant ara
lain Koperasi Simpan Pinj am, Koperasi Konsumen, Koperasi
Produsen, Koperasi Pemasaran, dan Koperasi Jasa. Khusus Koperasi
yang dibent uk oleh golongan f ungsional sepert i pegawai negeri,

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

38

-

anggot a ABRI, karyawan dan sebagainya, bukan merupakan j enis
Koperasi t ersendiri.
Pasal 17
Ayat (1)
Sebagai pemilik dan pengguna j asa Koperasi, anggot a
berpart isipasi akt if dalam kegiat an Koperasi. Sekalipun demikian,
sepanj ang t idak merugikan kepent ingannya, Koperasi dapat pula
memberikan pelayanan kepada bukan anggot a sesuai dengan sif at
kegiat an usahanya, dengan maksud unt uk menarik yang bukan
anggot a menj adi anggot a Koperasi.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dapat
menj adi anggot a Koperasi Primer adalah
orang-seorang yang t elah mampu melakukan t indakan hukum dan
memenuhi persyarat an yang dit et apkan oleh Koperasi yang
bersangkut an. Hal ini dimaksudkan sebagai konsekuensi Koperasi
sebagai badan hukum. Namun demikian khusus bagi pelaj ar,
siswa dan/ at au yang dipersamakan dan dianggap belum mampu
melakukan t indakan hukum dapat membent uk Koperasi, t et api
Koperasi t ersebut t idak disahkan sebagai badan hukum dan
st at usnya hanya Koperasi t ercat at .
Ayat (2)
Dalam hal t erdapat orang yang ingin mendapat pelayanan dan
menj adi anggot a Koperasi, namun t idak sepenuhnya dapat
memenuhi persyarat an sebagaimana dit et apkan dalam Anggaran
Dasar, mereka dapat dit erima sebagai anggot a luar biasa.
Ket ent uan ini memberi peluang bagi penduduk Indonesia bukan
warga negara dapat menj adi anggot a luar biasa dari suat u

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

39

-

Koperasi
sepanj ang
memenuhi
perundang-undangan yang berlaku.

ket ent uan

perat uran

Pasal 19
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Keanggot aan
Koperasi
pada
dasarnya
t idak
dapat
dipindaht angankan karena persyarat an unt uk menj adi anggot a
Koperasi adalah kepent ingan ekonomi yang melekat pada anggot a
yang bersangkut an. Dalam hal anggot a Koperasi meninggal dunia,
keanggot aannya dapat dit eruskan oleh ahli waris yang memenuhi
syarat dalam Anggaran Dasar.
Hal ini dimaksudkan unt uk memelihara kepent ingan ahli waris
dan mempermudah proses mereka unt uk menj adi anggot a.
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 20
Ayat (1)
Sebagai konsekuensi seseorang menj adi anggot a Koperasi, maka
anggot a mempunyai kewaj iban yang harus dipenuhi, yait u
memat uhi ket ent uan yang ada dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga sert a keput usan yang t elah disepakat i
dalam Rapat Anggot a. Mengingat anggot a adalah pemilik dan
pengguna j asa sangat berkepent ingan dalam usaha yang
dij alankan oleh Koperasi, maka part isipasi anggot a berart i pula
unt uk mengembangkan usaha Koperasi. Hal it u sej alan pula
dengan hak anggot a unt uk memanf aat kan dan mendapat

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

40

-

pelayanan dari Koperasinya. Anggot a merupakan f akt or penent u
dalam kehidupan Koperasi, oleh karena it u pent ing bagi anggot a
unt uk mengembangkan dan memelihara kebersamaan.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 21
Cukup j elas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 23
Cukup j elas
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Pemungut an suara yang dimaksud ayat ini dilakukan hanya oleh
anggot a yang hadir.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan mempert imbangkan j umlah anggot a dan
j asa usaha Koperasi-anggot a secara berimbang adalah penent uan
hak suara dilakukan st anding dengan j umlah anggot a set iap

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

41

-

Koperasi-anggot a dan besar kecilnya j asa usaha Koperasi-anggot a
t erhadap Koperasi Sekundernya.
Pasal 25
Cukup j elas
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Bat as wakt u penyelenggaraan Rapat Anggot a dalam ayat ini yait u
paling lambat 6 (enam) bulan set elah t ahun buku lampau, namun
demikian dalam pelaksanaannya diusahakan secepat nya.
Pasal 27
Ayat (1)
Rapat Anggot a Luar Biasa diadakan apabila sangat diperlukan dan
t idak bisa menunggu diselenggarakannya Rapat Anggot a.
Ayat (2)
Permint aan Rapat Anggot a Luar Biasa oleh anggot a dapat
dilakukan karena berbagai alasan, t erut ama apabila anggot a
menilai bahwa Pengurus t elah melakukan kegiat an yang
bert ent angan dengan kepent ingan Koperasi dan menimbulkan
kerugian t erhadap Koperasi. Jika permint aan t ersebut t elah
dilakukan sesuai dengan ket ent uan Anggaran Dasar, maka
Pengurus harus memenuhinya. Rapat Anggot a Luar Biasa at as
keput usan
Pengurus
dilaksanakan
unt uk
kepent ingan
pengembangan Koperasi.
Ayat (3)
Cukup j elas

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

42

-

Pasal 28
Cukup j elas
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Anggot a Pengurus yang t elah habis masa j abat annya dapat dipilih
kembali.
Ayat (5)
Cukup j elas
Pasal 30
Ayat (1)
Dalam mengelola Koperasi, Pengurus selaku kuasa Rapat Anggot a
melakukan kegiat an semat a-mat a unt uk kepent ingan dan
kemanf aat an Koperasi besert a anggot anya sesuai dengan
keput usan Rapat Anggot a.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 31
Cukup j elas
Pasal 32
Ayat (1)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

43

-

Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk mewuj udkan prof esionalisme
dalam pengelolaan usaha Koperasi. Karenanya, Pengurus dapat
mengangkat t enaga Pengelola yang ahli unt uk mengelola usaha
Koperasi yang bersangkut an. Penggunaan ist ilah Pengelola
dimaksudkan unt uk dapat mencakup pengert ian yang lebih luas
dan memberi alt ernat if bagi Koperasi. Dengan demikian sesuai
kepent ingannya Koperasi dapat mengangkat Pengelola sebagai
manaj er at au direksi. Maksud dari kat a diberi wewenang dan
kuasa adalah pelimpahan wewenang dan kuasa yang dimiliki oleh
Pengurus. Dengan demikian Pengurus t idak lagi melaksanakan
sendiri wewenang dan kuasa yang t elah dilimpahkan kepada
Pengelola dan t ugas Pengurus beralih menj adi mengawasi
pelaksanaan wewenang dan kuasa yang dilakukan Pengelola.
Adapun besarnya wewenang dan kuasa yang dilimpahkan
dit ent ukan sesuai dengan kepent ingan Koperasi.
Ayat (2)
Yang dimint akan perset uj uan adalah rencana pengangkat an
pengelola usaha. Pemilihan dan pengangkat an pengelola usaha
dilaksanakan oleh Pengurus.
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 33
Hubungan kerj a ant ara Pengelola dengan Pengurus Koperasi t unduk
pada ket ent uan hukum perikat an pada umumnya. Dengan demikian
Pengelola bert anggung j awab sepenuhnya kepada Pengurus.
Selanj ut nya hubungan. kerj a t ersebut
sesuai
dengan yang
diperj anj ikan dilakukan secara kont rakt ual.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

44

-

Pasal 34
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 35
Cukup j elas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 37
Penerimaan pert anggungj awaban Pengurus oleh Rapat Anggot a
berart i membebaskan Pengurus dari t anggung j awabnya pada t ahun
buku yang bersangkut an.
Pasal 38
Dalam hal Koperasi mengangkat Pengelola, Pengawas dapat
diadakan secara t et ap at au diadakan pada wakt u diperlukan sesuai
dengan keput usan Rapat Anggot a. Hal ini t idak mengurangi art i
Pengawas sebagai perangkat organisasi dan memberi kesempat an
kepada Koperasi unt uk memilih Pengawas secara t et ap at au pada
wakt u diperlukan sesuai dengan keperluannya. Pengawas yang
diadakan pada wakt u diperlukan t ersebut melakukan pengawasan
sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh Rapat Anggot a.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

45

-

Pasal 39
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 40
Dalam rangka peningkat an ef isiensi, pengelolaan yang bersif at
t erbuka, dan melindungi pihak yang berkepent ingan, Koperasi dapat
memint a j asa audit kepada akunt an publik. Dengan ket ent uan ini
Pengurus dapat memint a j asa audit kepada akunt an publik, dan
t idak menut up kemungkinan permint aan t ersebut dilakukan oleh
Pengawas. Unt uk t erlaksananya audit sebagaimana mest inya, Rapat
Anggot a dapat menet apkan unt uk it u, Yang dimaksud dengan j asa
audit adalah audit t erhadap. laporan keuangan dan audit lainnya
sesuai keperluan Koperasi. Disamping it u Koperasi dapat memint a
j asa lainnya dari akunt an publik ant ara lain konsult ansi dan
pelat ihan.
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan modal sendiri adalah
menanggung resiko at au disebut modal ekuit i.

modal

yang

Huruf a
Simpanan pokok adalah sej umlah uang yang sama banyaknya

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

46

-

yang waj ib dibayarkan oleh anggot a kepada Koperasi pada
saat masuk menj adi anggot a. Simpanan pokok t idak dapat
diambil kembali selama yang bersangkut an masih menj adi
anggot a.
Huruf b
Simpanan waj ib adalah j umlah simpanan t ert ent u yang
t idak harus sama yang waj ib dibayar oleh anggot a kepada
Koperasi dalam wakt u dan kesempat an t ert ent u. Simpanan
waj ib t idak dapat
diambil kembali selama yang
bersangkut an masih menj adi anggot a.
Huruf c
Dana cadangan adalah sej umlah uang yang diperoleh dari
penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan unt uk
memupuk modal sendiri dan unt uk menut up kerugian
Koperasi bila diperlukan.
Huruf d
Cukup j elas
Ayat (3)
Unt uk pengembangan usahanya Koperasi dapat menggunakan
modal pinj aman dengan memperhat ikan kelayakan dan
kelangsungan usahanya.

Huruf a
Pinj aman yang diperoleh dari anggot a, t ermasuk calon anggot a
yang memenuhi syarat .
Huruf b
Pinj aman dari Koperasi lainnya dan/ at au anggot anya didasari
dengan perj anj ian kerj a sama ant arkoperasi.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

47

-

Huruf c
Pinj aman dari bank dan lembaga keuangan lainnya dilakukan
berdasarkan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.
Huruf d
Penerbit an obligasi dan surat hut ang lainnya dilakukan
berdasarkan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.
Huruf e
Sumber lain yang sah adalah pinj aman dari bukan anggot a
yang dilakukan t idak melalui penawaran secara umum.
Pasal 42
Ayat (1)
Pemupukan modal dari modal penyert aan, baik yang bersumber
dari Pemerint ah maupun dari masyarakat dilaksanakan dalam
rangka memperkuat kegiat an usaha Koperasi t erut ama yang
berbent uk invest asi. Modal penyert aan ikut menanggung resiko.
Pemilik modal penyert aan t idak mempunyai hak suara dalam
Rapat Anggot a dan dalam menent ukan kebij aksanaan Koperasi
secara keseluruhan. Namun demikian, pemilik modal penyert aan
dapat diikut sert akan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha
invest asi yang didukung oleh modal penyert aannya sesuai dengan
perj anj ian.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 43
Ayat (1)
Usaha Koperasi t erut ama diarahkan pada bidang usaha yang
berkait an langsung dengan kepent ingan anggot a baik unt uk

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

48

-

menunj ang usaha maupun kesej aht eraannya. Dalam hubungan ini
maka pengelolaan usaha Koperasi harus dilakukan secara
produkt if , ef ekt if , dan ef isien dalam art i Koperasi harus
mempunyai kemampuan mewuj udkan pelayanan usaha yang
dapat
meningkat kan nilai
t ambah dan manf aat
yang
sebesar-besarnya pada anggot a dengan t et ap mempert imbangkan
unt uk memperoleh sisa hasil usaha yang waj ar. Unt uk mencapai
kemampuan usaha sepert i t ersebut di at as, maka Koperasi dapat
berusaha secara luwes baik ke hulu maupun ke hilir sert a
berbagai j enis usaha lainnya yang t erkait . Adapun mengenai
pelaksanaan usaha Koperasi, dapat dilakukan dimana saj a, baik
di dalam maupun di luar negeri, dengan mempert imbangkan
kelayakan usahanya.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kelebihan kemampuan usaha Koperasi
adalah kelebihan kapasit as dana dan daya yang dimiliki oleh
Koperasi unt uk melayani anggot anya. Kelebihan kapasit as
t ersebut oleh Koperasi dapat dimanf aat kan unt uk berusaha
dengan bukan anggot a dengan t uj uan unt uk mengopt imalkan
skala ekonomi dalam art i memperbesar volume usaha dan
menekan
biaya
per
unit
yang
memberikan
manf aat
sebesar-besarnya
kepada
anggot anya
sert a
unt uk
memasyarakat kan Koperasi.
Ayat (3)
Agar Koperasi dapat mewuj udkan f ungsi dan peran sepert i yang
dimaksud dalam Pasal 4, maka Koperasi melaksanakan usaha di
segala bidang kehidupan ekonomi dan berperan ut ama dalam
kehidupan ekonomi rakyat . Yang dimaksud dengan kehidupan
ekonomi rakyat adalah semua kegiat an ekonomi yang
dilaksanakan dan menyangkut kepent ingan orang banyak.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

49

-

Pasal 44
Ayat (1)
Sesuai dengan ket ent uan dalam Undang-undang yang mengat ur
t ent ang perbankan, usaha simpan pinj am t ersebut diat ur secara
khusus dalam Undang-undang ini. Pengert ian anggot a Koperasi
sebagaimana dimaksud dalam huruf a ayat ini t ermasuk calon
anggot a yang memenuhi syarat . Sedangkan ket ent uan dalam
huruf b berlaku sepanj ang dilandasi dengan perj anj ian kerj