Dokumen
PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN
MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI
Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi
PERILAKU SEKSUAL REMAJA DAN PENCEGAHAN
PENULARAN HIV/AIDS
Silvia Anita Yuningsih *
*Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al - Insyirah Pekanbaru, Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan/Lektor
Abstract
PERILAKU SEKSUAL REMAJA DAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS
Silvia Anita Yuningsih
ABSTRAK
Remaja merupakan sasaran dampak dan merupakan kelompok yang potensial, untuk perubahan
sikap dan perilaku yang berhubungan dengan penularan HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis perilaku seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS dengan metode
penelitian analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden yang lebih banyak
berumur 16 tahun 48%, jenis kelamin perempuan 60%, sumber informasi yang banyak didapat
responden melalui media cetak 38% dan pengetahuan cukup 39,2%, sikap positif 51,1%, aktivitas
sosial yang dapat menularkan HIV/AIDS yaitu berkencan dengan PSK sebanyak 60,2%, mengikuti
gaya hidup dengan menonton blue film 11,4%, dan tidak mendapat dukungan dari guru dalam
memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebanyak 68,3% sehingga responden lebih
banyak yang memiliki perilaku beresiko yaitu 58,4%. Variabel yang berhubungan adalah variabel
sumber informasi (p. value 0,034), variabel pengetahuan (p. value 0,002) dan variabel sikap (p. value
0,008) sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah variabel umur, jenis kelamin, aktifitas
sosial, gaya hidup dan dukungan dari guru sedangkan faktor yang paling dominan terhadap perilaku
seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS adalah variabel pengetahuan dan sikap.
Kata kunci : Perilaku seksual, remaja, HIV/AIDS.
PENDAHULUAN
Remaja merupakan sasaran dampak dan merupakan kelompok yang potensial, untuk perubahan
sikap dan perilaku yang berhubungan dengan penularan HIV/AIDS. Pengetahuan remaja mengenai
pencegahan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS masih bercampur antara pengetahuan yang
benar dan mitos yang salah. Kasus HIV/AIDS berdasarkan kumulatif golongan umur di Kota
Pekanbaru Desember 2014 terdapat data paling banyak kasus tersebut terjadi pada usia reproduktif
yaitu pada usia 20-24 tahun terdapat 98 kasus HIV dan 50 kasus AIDS, dan pada usia 25-49 tahun
terdapat 499 kasus HIV dan 540 kasus AIDS. Berdasarkan profesi penduduk diketahui bahwa
pengidap AIDS yang terbanyak adalah wiraswasta yaitu 191 kasus sedangkan pelajar/mahasiswa
sebanyak 19 kasus, salah satu yang menjadi sasaran utama dari sosialisasi tentang penyakit ini
adalah remaja, dalam hal ini anak SMA/SMK. Pengidap HIV/AIDS di kalangan remaja yakni usia
15-19 tahun sejak Januari-Desember 2014 telah mencapai 20 kasus yang terdiri atas 14 kasus HIV
dan 6 kasus AIDS. Sekolah merupakan tempat yang tepat bagi remaja untuk mendapatkan informasi
yang benar mengenai pendidikan kesehatan reproduksi remaja, terutama dalam upaya pencegahan
penularan dari HIV/AIDS, oleh karena itu peneliti tertarik untuk dapat mengetahui tentang perilaku
seksual remaja dan pencegahan penularan HIV/AIDS.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik, jenis penelitian explanatory research dengan teknik
pengumpulan data secara cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja yang sedang
duduk di bangku SMA, dengan sampel penelitian yaitu remaja (siswa/siswi SMA) yang berada
dikelas X dan XI yang berasal dari 19 Sekolah Menengah Atas negeri dan swasta yang ada di Kota
Pekanbaru dengan teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling dalam penelitian ini
jumlah sampel diperoleh sebanyak 1.818 sampel.
HASIL PENELITIAN
Analisan univariat menunjukkan bahwa responden lebih banyak yang berumur 16 tahun 48% dengan
jenis kelamin perempuan 60% dan responden yang mendapatkan informasi dari media cetak tentang
pencegahan penularan HIV/AIDS sebanyak 38%. Responden lebih banyak yang memiliki
pengetahuan baik 42% dengan sikap positif yaitu 51,5% kemudian responden yang menjawab
aktivitas sosial yang dapat menularkan HIV/AIDS yaitu berkencan dengan PSK sebanyak 60,2% lebih
banyak dibandingkan dengan drugs, clubbing (dugem), berkencan dengan pacar dan party (miras).
Gaya hidup responden lebih banyak yang menonton blue film yaitu 11,4%, pergi ke tempat karaoke
dengan pacar 6,1%, mendengarkan music disco pada saat clubbing 5,1%, berpakaian yang serba
mini dan ketat 3,5% dan melihat majalah pornografi 2,5%. Responden yang tidak mendapatkan
dukungan dari guru dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebanyak 68,3%.
Analisa bivariat menunjukkan bahwa analisis hubungan umur responden 16 tahun dengan perilaku
seksual beresiko 56,7% lebih banyak dibandingkan dengan perilaku seksual yang tidak beresiko
43,3%, dengan nilai p value sebesar (0,116) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara
umur dengan perilaku seksual pada remaja terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS. Analisa
hubungan responden yang berjenis kelamin perempuan dengan perilaku seksual beresiko 58,8%
lebih banyak dibandingkan dengan perilaku seksual yang tidak beresiko 41,2%, dengan nilai p value
sebesar (0,637) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin responden
dengan perilaku seksual pada remaja terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS. Analisa hubungan
sumber informasi dari media cetak dengan perilaku seksual beresiko 60,2% lebih banyak
dibandingkan dengan perilaku seksual tidak beresiko 39,8%, dengan nilai p value sebesar (0,034)
yang artinya ada hubungan antara sumber informasi dengan perilaku seksual pada remaja terhadap
pencegahan penularan HIV/AIDS memiliki hubungan yang bermakna. Analisa hubungan responden
yang memiliki pengetahuan baik dengan perilaku seksual beresiko sebanyak 54,3% lebih banyak
dibandingkan dengan perilaku seksual yang tidak beresiko 45,7%, dengan nilai p value sebesar
(0,002) yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku seksual remaja terhadap
pencegahan penularan HIV/AIDS. Analisa hubungan responden yang memiliki sikap positif dengan
perilaku seksual beresiko sebanyak 62,1% lebih banyak dibandingkan dengan perilaku seksual tidak
beresiko 37,9%, dengan nilai p value sebesar (0,008) yang artinya ada hubungan antara sikap
dengan perilaku seksual remaja terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS. Analisa hubungan
jawaban responden terhadap aktifitas sosial yang dapat menularkan HIV/AIDS yaitu clubbing
(dugem) dengan perilaku seksual beresiko sebanyak 63,3% lebih banyak dibandingkan dengan
perilaku seksual tidak beresiko 37,7%, dengan nilai p value sebesar (0,444) yang artinya tidak ada
hubungan antara aktivitas sosial dengan perilaku seksual pada remaja terhadap pencegahan
penularan HIV/AIDS. Analisa hubungan antara gaya hidup responden yang menonton blue film
dengan perilaku beresiko 53,1% dengan nilai p value sebesar (0,225) yang artinya tidak ada
hubungan antara gaya hidup dengan perilaku seksual pada remaja dalam pencegahan penularan
HIV/AIDS. Analisa hubungan responden yang mendapatkan dukungan dari guru dengan perilaku
seksual beresiko sebanyak 60,8% lebih banyak dibandingkan dengan perilaku seksual tidak beresiko
yaitu 39,2%, dengan nilai p value sebesar (0,157) yang artinya tidak ada hubungan dukungan dari
guru dengan perilaku seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS.
Analisis multivariat Hasil uji analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan analisis Regresi
Logistik dengan metode backward : LR yang paling dominan mempengaruhi perilaku seksual remaja
dalam pencegahan penularan HIV/AIDS sebagai berikut : variabel pengetahuan dengan signifikansi
p. 0,001 dan OR Exp (B) : 1.239 merupakan prediktor yang paling dominan terhadap terhadap
perilaku seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS. Ini berarti bahwa responden yang
memiliki pengetahuan yang kurang, mempunyai kemungkinan 1 kali melakukan perilaku seksual
yang beresiko dibanding dengan responden yang memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan
variabel sikap dengan signifikansi p. 0,002 (p 0,05) OR Exp (B) : 0.737, ini berarti bahwa
responden dengan sikap negatif mempunyai kemungkinan 0,7 kali melakukan perilaku seksual yang
beresiko dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap positif.
KESIMPULAN
Hasil univariat menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur lebih banyak yang
berumur 16 tahun yaitu 48% dibandingkan dengan responden yang berumur 17, 15, 18, 19, dan 20
tahun dengan jenis kelamin perempuan 60%, sumber informasi yang banyak didapat responden
melalui media cetak yaitu 38% dengan pengetahuan cukup 39,2%, sikap positif 51,1%, aktivitas
sosial yang dapat menularkan HIV/AIDS yaitu berkencan dengan PSK sebanyak 60,2%, mengikuti
gaya hidup dengan menonton blue film 11,4%, dan tidak mendapat dukungan dari guru dalam
memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebanyak 68,3% sehingga responden lebih
banyak yang memiliki perilaku beresiko yaitu 58,4%. Variabel yang berhubungan dengan perilaku
seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS adalah variabel sumber informasi dengan
nilai p. value 0,034, variabel pengetahuan nilai p. value 0,002 dan variabel sikap dengan nilai p.
value 0,008 sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah variabel umur, jenis kelamin,
aktifitas sosial, gaya hidup dan dukungan dari guru. Faktor yang paling dominan terhadap perilaku
seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS adalah variabel pengetahuan dan sikap.
DAFTAR PUSTAKA
Alifah, Khoridatul. 2015. Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja terhadap
pencegahan dan penularan HIV/AIDS pada pelajar SMA se Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru.
Skripsi.
Desrilina. 2013. Perilaku seks siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah di Kecamatan Tampan Kota
Pekanbaru. Skripsi. Lexi, Sri Agnes. 2015. Perilaku Seksual Remaja terhadap Pencegahan dan
Penularan HIV/AIDS di SMA se Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru tahun 2015. Skripsi.
Suryana, B dan Abral. 2012. Teacher s Perception and The Role in HIV/AIDS Prevention in The
Students of Senior High School in Pontianak Municipality. Pontianak.
Suryoputro, Antono, dkk. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa
Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi. Jurnal
Makara, Kesehatan, Vol. 10, No. 1, Juni 2006: 29-40
Yuningsih, Silvia Anita, 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi guru dalam memberikan
pendidikan seksualitas pada siswa/siswi SMA di Kota Pekanbaru. Tesis Magister Promkes kajian
Kespro HIV/AIDS, Universitas Diponegoro Semarang.
MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI
Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi
PERILAKU SEKSUAL REMAJA DAN PENCEGAHAN
PENULARAN HIV/AIDS
Silvia Anita Yuningsih *
*Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al - Insyirah Pekanbaru, Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan/Lektor
Abstract
PERILAKU SEKSUAL REMAJA DAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS
Silvia Anita Yuningsih
ABSTRAK
Remaja merupakan sasaran dampak dan merupakan kelompok yang potensial, untuk perubahan
sikap dan perilaku yang berhubungan dengan penularan HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis perilaku seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS dengan metode
penelitian analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden yang lebih banyak
berumur 16 tahun 48%, jenis kelamin perempuan 60%, sumber informasi yang banyak didapat
responden melalui media cetak 38% dan pengetahuan cukup 39,2%, sikap positif 51,1%, aktivitas
sosial yang dapat menularkan HIV/AIDS yaitu berkencan dengan PSK sebanyak 60,2%, mengikuti
gaya hidup dengan menonton blue film 11,4%, dan tidak mendapat dukungan dari guru dalam
memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebanyak 68,3% sehingga responden lebih
banyak yang memiliki perilaku beresiko yaitu 58,4%. Variabel yang berhubungan adalah variabel
sumber informasi (p. value 0,034), variabel pengetahuan (p. value 0,002) dan variabel sikap (p. value
0,008) sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah variabel umur, jenis kelamin, aktifitas
sosial, gaya hidup dan dukungan dari guru sedangkan faktor yang paling dominan terhadap perilaku
seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS adalah variabel pengetahuan dan sikap.
Kata kunci : Perilaku seksual, remaja, HIV/AIDS.
PENDAHULUAN
Remaja merupakan sasaran dampak dan merupakan kelompok yang potensial, untuk perubahan
sikap dan perilaku yang berhubungan dengan penularan HIV/AIDS. Pengetahuan remaja mengenai
pencegahan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS masih bercampur antara pengetahuan yang
benar dan mitos yang salah. Kasus HIV/AIDS berdasarkan kumulatif golongan umur di Kota
Pekanbaru Desember 2014 terdapat data paling banyak kasus tersebut terjadi pada usia reproduktif
yaitu pada usia 20-24 tahun terdapat 98 kasus HIV dan 50 kasus AIDS, dan pada usia 25-49 tahun
terdapat 499 kasus HIV dan 540 kasus AIDS. Berdasarkan profesi penduduk diketahui bahwa
pengidap AIDS yang terbanyak adalah wiraswasta yaitu 191 kasus sedangkan pelajar/mahasiswa
sebanyak 19 kasus, salah satu yang menjadi sasaran utama dari sosialisasi tentang penyakit ini
adalah remaja, dalam hal ini anak SMA/SMK. Pengidap HIV/AIDS di kalangan remaja yakni usia
15-19 tahun sejak Januari-Desember 2014 telah mencapai 20 kasus yang terdiri atas 14 kasus HIV
dan 6 kasus AIDS. Sekolah merupakan tempat yang tepat bagi remaja untuk mendapatkan informasi
yang benar mengenai pendidikan kesehatan reproduksi remaja, terutama dalam upaya pencegahan
penularan dari HIV/AIDS, oleh karena itu peneliti tertarik untuk dapat mengetahui tentang perilaku
seksual remaja dan pencegahan penularan HIV/AIDS.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik, jenis penelitian explanatory research dengan teknik
pengumpulan data secara cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja yang sedang
duduk di bangku SMA, dengan sampel penelitian yaitu remaja (siswa/siswi SMA) yang berada
dikelas X dan XI yang berasal dari 19 Sekolah Menengah Atas negeri dan swasta yang ada di Kota
Pekanbaru dengan teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling dalam penelitian ini
jumlah sampel diperoleh sebanyak 1.818 sampel.
HASIL PENELITIAN
Analisan univariat menunjukkan bahwa responden lebih banyak yang berumur 16 tahun 48% dengan
jenis kelamin perempuan 60% dan responden yang mendapatkan informasi dari media cetak tentang
pencegahan penularan HIV/AIDS sebanyak 38%. Responden lebih banyak yang memiliki
pengetahuan baik 42% dengan sikap positif yaitu 51,5% kemudian responden yang menjawab
aktivitas sosial yang dapat menularkan HIV/AIDS yaitu berkencan dengan PSK sebanyak 60,2% lebih
banyak dibandingkan dengan drugs, clubbing (dugem), berkencan dengan pacar dan party (miras).
Gaya hidup responden lebih banyak yang menonton blue film yaitu 11,4%, pergi ke tempat karaoke
dengan pacar 6,1%, mendengarkan music disco pada saat clubbing 5,1%, berpakaian yang serba
mini dan ketat 3,5% dan melihat majalah pornografi 2,5%. Responden yang tidak mendapatkan
dukungan dari guru dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebanyak 68,3%.
Analisa bivariat menunjukkan bahwa analisis hubungan umur responden 16 tahun dengan perilaku
seksual beresiko 56,7% lebih banyak dibandingkan dengan perilaku seksual yang tidak beresiko
43,3%, dengan nilai p value sebesar (0,116) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara
umur dengan perilaku seksual pada remaja terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS. Analisa
hubungan responden yang berjenis kelamin perempuan dengan perilaku seksual beresiko 58,8%
lebih banyak dibandingkan dengan perilaku seksual yang tidak beresiko 41,2%, dengan nilai p value
sebesar (0,637) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin responden
dengan perilaku seksual pada remaja terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS. Analisa hubungan
sumber informasi dari media cetak dengan perilaku seksual beresiko 60,2% lebih banyak
dibandingkan dengan perilaku seksual tidak beresiko 39,8%, dengan nilai p value sebesar (0,034)
yang artinya ada hubungan antara sumber informasi dengan perilaku seksual pada remaja terhadap
pencegahan penularan HIV/AIDS memiliki hubungan yang bermakna. Analisa hubungan responden
yang memiliki pengetahuan baik dengan perilaku seksual beresiko sebanyak 54,3% lebih banyak
dibandingkan dengan perilaku seksual yang tidak beresiko 45,7%, dengan nilai p value sebesar
(0,002) yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku seksual remaja terhadap
pencegahan penularan HIV/AIDS. Analisa hubungan responden yang memiliki sikap positif dengan
perilaku seksual beresiko sebanyak 62,1% lebih banyak dibandingkan dengan perilaku seksual tidak
beresiko 37,9%, dengan nilai p value sebesar (0,008) yang artinya ada hubungan antara sikap
dengan perilaku seksual remaja terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS. Analisa hubungan
jawaban responden terhadap aktifitas sosial yang dapat menularkan HIV/AIDS yaitu clubbing
(dugem) dengan perilaku seksual beresiko sebanyak 63,3% lebih banyak dibandingkan dengan
perilaku seksual tidak beresiko 37,7%, dengan nilai p value sebesar (0,444) yang artinya tidak ada
hubungan antara aktivitas sosial dengan perilaku seksual pada remaja terhadap pencegahan
penularan HIV/AIDS. Analisa hubungan antara gaya hidup responden yang menonton blue film
dengan perilaku beresiko 53,1% dengan nilai p value sebesar (0,225) yang artinya tidak ada
hubungan antara gaya hidup dengan perilaku seksual pada remaja dalam pencegahan penularan
HIV/AIDS. Analisa hubungan responden yang mendapatkan dukungan dari guru dengan perilaku
seksual beresiko sebanyak 60,8% lebih banyak dibandingkan dengan perilaku seksual tidak beresiko
yaitu 39,2%, dengan nilai p value sebesar (0,157) yang artinya tidak ada hubungan dukungan dari
guru dengan perilaku seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS.
Analisis multivariat Hasil uji analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan analisis Regresi
Logistik dengan metode backward : LR yang paling dominan mempengaruhi perilaku seksual remaja
dalam pencegahan penularan HIV/AIDS sebagai berikut : variabel pengetahuan dengan signifikansi
p. 0,001 dan OR Exp (B) : 1.239 merupakan prediktor yang paling dominan terhadap terhadap
perilaku seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS. Ini berarti bahwa responden yang
memiliki pengetahuan yang kurang, mempunyai kemungkinan 1 kali melakukan perilaku seksual
yang beresiko dibanding dengan responden yang memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan
variabel sikap dengan signifikansi p. 0,002 (p 0,05) OR Exp (B) : 0.737, ini berarti bahwa
responden dengan sikap negatif mempunyai kemungkinan 0,7 kali melakukan perilaku seksual yang
beresiko dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap positif.
KESIMPULAN
Hasil univariat menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur lebih banyak yang
berumur 16 tahun yaitu 48% dibandingkan dengan responden yang berumur 17, 15, 18, 19, dan 20
tahun dengan jenis kelamin perempuan 60%, sumber informasi yang banyak didapat responden
melalui media cetak yaitu 38% dengan pengetahuan cukup 39,2%, sikap positif 51,1%, aktivitas
sosial yang dapat menularkan HIV/AIDS yaitu berkencan dengan PSK sebanyak 60,2%, mengikuti
gaya hidup dengan menonton blue film 11,4%, dan tidak mendapat dukungan dari guru dalam
memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebanyak 68,3% sehingga responden lebih
banyak yang memiliki perilaku beresiko yaitu 58,4%. Variabel yang berhubungan dengan perilaku
seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS adalah variabel sumber informasi dengan
nilai p. value 0,034, variabel pengetahuan nilai p. value 0,002 dan variabel sikap dengan nilai p.
value 0,008 sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah variabel umur, jenis kelamin,
aktifitas sosial, gaya hidup dan dukungan dari guru. Faktor yang paling dominan terhadap perilaku
seksual remaja dalam pencegahan penularan HIV/AIDS adalah variabel pengetahuan dan sikap.
DAFTAR PUSTAKA
Alifah, Khoridatul. 2015. Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja terhadap
pencegahan dan penularan HIV/AIDS pada pelajar SMA se Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru.
Skripsi.
Desrilina. 2013. Perilaku seks siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah di Kecamatan Tampan Kota
Pekanbaru. Skripsi. Lexi, Sri Agnes. 2015. Perilaku Seksual Remaja terhadap Pencegahan dan
Penularan HIV/AIDS di SMA se Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru tahun 2015. Skripsi.
Suryana, B dan Abral. 2012. Teacher s Perception and The Role in HIV/AIDS Prevention in The
Students of Senior High School in Pontianak Municipality. Pontianak.
Suryoputro, Antono, dkk. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa
Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi. Jurnal
Makara, Kesehatan, Vol. 10, No. 1, Juni 2006: 29-40
Yuningsih, Silvia Anita, 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi guru dalam memberikan
pendidikan seksualitas pada siswa/siswi SMA di Kota Pekanbaru. Tesis Magister Promkes kajian
Kespro HIV/AIDS, Universitas Diponegoro Semarang.