laporan ppm pelatihan mc dan protokoler aparatur pemerintah kecamatan jetis kab bantul

LAPORAN PPM
PELATIHAN MC DAN PROTOKOLER APARATUR PEMERINTAH
KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL

Oleh:
Marita Ahdiyana, M. Si (NIP. 197303182008122001)
Rosidah, M. Si (NIP. 196204221989032001)
Siti Umi Khayatun M, S. Pd (NIP. 198012072006042002)
Nora Saiva Jannana (NIM. 09402241015)
Diah Marti Pratiwi (NIM. 09417141006)
Rahadi Cipto Utomo (NIM. 104171410076)

FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2012

PPM ini dibiayai dengan Dana DIPA FIS UNY Tahun 2012
SK Dekan FIS Nomor: 121 Tahun 2012, Tanggal 29 April 2012
Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan PPM
Nomor: 1238/UN34.14/PM/2012


1

Abstrak
Kegiatan MC dan Protokoler merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh
instansi pemerintah dalam kegiatan kantor. Kegiatan tersebut sangat dibutuhkan pada berbagai
acara misalnya acara resmi/kenegaraan, pertemuan resmi, kunjungan kerja, audiensi dan
penerimaan tamu ataupun acara perjamuan. Selain itu juga dibutuhkan dalam kegiatan kantor
lainnya seperti lokakarya, workshop, konferensi, Memorandum of Understanding (MoU), dan
seminar. Semua kegiatan tersebut tidak lepas dari peran master of ceremony (MC) maupun
petugas protokoler. Sehingga dalam penyelenggaraannya perlu pengelolaan yang baik agar
acara berlangsung lancar dan sesuai dengan etika kantor. Namun demikian dalam kegiatan
pengabdian ini hanya ditekankan pada kegiatan MC.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
aparatur pemerintah Kecamatan Jetis agar mempunyai kesadaran tentang pentingnya kegiatan
MC, sehingga dapat meningkatkan kualitas kegiatan MC, serta dapat memberi bekal
ketrampilan tentang bagaimana kegiatan MC harus dilakukan. Khalayak sasaran yang terlibat
dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah. aparatur pemerintah di lingkungan
Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode yaitu pre-test demonstrasi/simulasi/ praktik menjadi MC, ceramah dan tanya jawab, dan
simulasi/demonstrasi praktik menjadi MC suatu acara. Peserta pelatihan diminta mempraktikan

secara langsung acara yang akan dibawakannya. Penampilan peserta sebagai MC dievaluasi
bersama-sama dengan menerima masukan dari peserta yang lain tentang bagaimana berperan
sebagai MC yang baik meliputi penggunaan bahasa, pengaturan suara, sikap, dan aspek lain dari
seorang MC.
Secara keseluruhan kegiatan PPM dapat berjalan lancar dan mendapat respon positif dari
peserta. Walaupun tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas kegiatan MC di lingkungan
Kecamatan Jetis belum serta merta dapat terlaksana, tetapi paling tidak tujuan untuk
menumbuhkan kesadaran, menambah pengetahuan dan pemahaman tentang kegiatan MC, serta
memberikan bekal keterampilan praktis bagi aparatur pemerintah Kecamatan Jetis, Kabupaten
Bantul dalam kegiatan MC telah dapat terlaksana. Sebagian besar peserta sudah dapat
melakukan praktik secara langsung sebagai MC dengan menggunakan bahasa yang efektif,
pengaturan intonasi suara yang baik, dan memiliki perilaku serta sikap sebagai seorang MC.
Kata Kunci: MC dan Protokoler, aparatur pemerintah, kantor.

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Kegiatan master of ceremony (MC) dan Protokoler menjadi bagian penting yang

perlu diperhatikan oleh Lembaga Pemerintah dalam kegiatan kantor. Keprotokolan
berlangsung dalam rangka penghormatan terhadap kedudukan jabatan/kedaulatan negara
dari pejabat negara. Keberadaan

MC dan Protokol sangat dibutuhkan pada berbagai

kegiatan seperti acara resmi/kenegaraan, pertemuan resmi, kunjungan kerja, audiensi dan
penerimaan tamu ataupun acara perjamuan. Di samping itu, juga dalam kegiatan kantor
lainnya seperti lokakarya, workshop,

konferensi, Memorandum of Understanding (MoU),

dan seminar. Kegiatan tersebut tidak lepas dari peran MC maupun petugas protokoler.
Sehingga dalam penyelenggaraannya perlu dikelola supaya acara berlangsung lancar dan
sesuai dengan etika kantor.
Protokoler merupakan aturan-aturan yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan
aktivitas kantor. Dalam organisasi publik permasalahan Protokoler di diatur dalam Undang
Undang No. 24 tahun 2004 tentang kedudukan Protokoler. Kedudukan protokoler tersebut
mengatur tentang tempat, tata upacara dan tata penghormatan.


Kesuksesan suatu acara

sangat tergantung pada kemampuan MC dalam mengendalikan acara serta perencanaan
protokoler

yang dipersiapkan untuk penyelenggaraan suatu kegiatan kantor.

MC

berfungsi memandu jalannya acara dari awal sampai berakhirnya kegiatan. Kelancaran
sebuah acara sangat dipengaruhi oleh kepiawaian MC dan keprotokolan. Namun demikian
masih banyak dijumpai dalam realitasnya, termasuk di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul,
bahwa setiap ada kegiatan yang melibatkan peran MC dan Protokoler tidak atau jarang
3

dijalankan dengan baik. Permasalahan yang nampak antara lain: wawasan kegiatan MC
dan Protokoler yang belum memadai, penggunaan kalimat yang tidak baku,

penggunaan


istilah yang salah, susunan acara yang kurang sistematis, intonasi dan volume suara kurang
tepat, pembawa acara kurang memperhatikan tata tempat. Penyebab permasalahan tersebut
dikarenakan beberapa hal, antara lain : tidak/kurang adanya latihan, ada anggapan bahwa
MC dan protokoler tidak menjadi faktor yang penting, atau mungkin faktor pemimpin yang
kurang peduli terhadap persoalan protokoler.
Seiring dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan, kemampuan MC dan Prokoler
memiliki peran penting dalam kegiatan/acara resmi di kantor. Penyelenggaraan acara resmi
pada dasarnya merupakan salah satu bentuk pelayanan, baik pelayanan antar pegawai dalam
organisasi maupun pelayanan bagi pihak luar organisasi. Ketika berlangsung suatu
kegiatan

maka terjadi interaksi antar aparat kantor. Dalam interaksi tersebut terjadi

komunikasi interpersonal yang diwadahi dalam sebuah acara resmi. Dalam hal ini sangat
membutuhkan kemampuan petugas protokol untuk mempersiapkan acara tersebut serta
mempersiapkan MC demi kelancaran acara. Pada akhirnya kelancaran penyelenggaraan
tersebut akan memberi kesan profesionalitas dan nama baik lembaga.
Kedudukan protokoler

memberikan penempatan seseorang (pejabat negara/pejabat


pemerintah dan tokoh masyarakat) untuk mendapatkan penghormatan, perlakuan dan tata
tempat dalam acara resmi dan pertemuan resmi. Tujuan keprotokolan diantaranya adalah
menciptakan ketertiban, memelihara kehormatan diri dan kedudukan, lambang negara.
Melihat pentingnya kedudukan protokoler dalam kelembagaan pemerintahan, maka adalah
merupakan hal yang penting bagi setiap aparatur pemerintah terutama di Kecamatan Jetis
Kabupaten Bantul untuk memiliki kepedulian dan memahami tata tertibnya.
4

Sebagai salah satu lembaga pemerintahan, khususnya kantor pemerintah Kecamatan
Jetis perlu memperhatikan tata tertib penyelenggaraan suatu acara terkait dengan fungsi
MC dan keprotokolan. Namun demikian dalam kegiatan pengabdian ini hanya ditekankan
pada kegiatan MC. Dengan demikian kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan
memberikan pelatihan MC dirasa sangat mendesak/perlu untuk menjadi agenda prioritas.
Pengabdian tersebut diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan kemampuan aparatur
pemerintah, khususnya bagian protokoler atau humas untuk menjadi petugas humas yang
baik serta mampu menjadi MC yang profesional.

B. Tinjauan Pustaka
1. Definisi dan Arti Penting MC & Protokoler

Keterampilan dan kemampuan menjalankan peran MC dan tugas protokoler menjadi
bagian penting dalam menunjang pekerjaan pokok administratif. Kegiatan tersebut tidak
lepas dari aktivitas sehari-hari ketika kantor menyelenggarakan sebuah rapat, seminar, MoU,
maupun kegiatan yang berhubungan dengan kerjasama dan pertemuan formal lainnya. Agar
acara berlangsung tertib dan memberi kesan profesional dari beberapa pihak maka perlu
direncanakan tata aturan yang akan dilakukan. Sebelum acara dimulai petugas protokoler
sudah mempersiapkan tata ruang, kursi/aturan duduk bagi pejabat, agenda acara, dan lainlain. Demikian juga MC

harus menyusun

acara beserta dengan tahapan-tahapannya.

Sehingga pada hari pelaksanaannya (H) akan lebih tertata/tertib serta menjadikan kegiatan
berlangsung lancar. Penekanan pada aspek keahlian/ketrampilan

perlu dilatihkan

dan

dikembangkan, sehingga diharapkan akan dapat memberikan good will (nama baik) kantor


5

dan kepuasan peserta dan pada gilirannya juga akan meningkatkan kinerja aparatur dan
lembaga.
Sebagian orang mempunyai persepsi bahwa MC disebut juga protokol. Sebenarnya
MC merupakan bagian dari aktivitas protokol. Secara definitif MC adalah petugas yang
memandu/mengendalikan jalannya sebuah acara. Protokol adalah pengaturan keseluruhan
kegiatan dari awal hingga akhir. Menurut kamus Merriam Webster’s Collegiate Dictionary,
dalam Asep Samsul (2005: 21) pengertian MC adalah sebagai berikut: 1) A person who
determines the forms to be observed on a public occassion, 2) A person who act as a host at
a formal event, 3) A person who acts as host for a program of entertainment (as on
television). Kelancaran dan kesuksesan

sebuah acara ditentukan oleh protokoler yang

tersusun serta peran pemandunya. Dia merupakan pemimpin, yang bertanggungjawab atas
keberlangsungan acara, mulai dari ketepatan dimulainya acara, prosesi, sampai penutupan
acara.
Ketika bertugas sebagai MC, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

busana yang baik, nada/volume suara, tata bahasa, sikap/ cara bertindak dari acara satu ke
acara selanjutnya dan menutup acara. Kesalahan yang sering terjadi ketika seseorang
bertugas sebagai MC diantaranya adalah tanpa sadar telah menggunakan kalimat yang tidak
efektif, sebagaimana dijelaskan oleh Rosidah dan Ambar (2005:87) antara lain: “Para
hadirin semuanya kami persilakan berdiri” (salah), yang benar adalah “Hadirin kami
persilakan berdiri”. Untuk itu dibutuhkan ketelitian dalam tutur kata serta volume dan
intonasinya. Yang penting lagi adalah melakukan perencanaan jalannya acara, mulai dari
penataan tempat duduk, penataan tata ruang, fasilitas, dan lain-lain.

6

Kegiatan yang mengfungsikan keprotokolan, terdapat dalam penyelenggaraan : 1) acara
kenegaraan, 2) pertemuan resmi yang dihadiri oleh pejabat negara atau pejabat, 3)
kunjungan resmi (kunjungan kenegaraan/kerja), 4) penerimaan tamu-tamu penting, 5) acara
perjamuan yang melibatkan tamu penting/pimpinan, 6) kegiatan lain yang bertujuan untuk
mendukung

tugas/jabatan dan menjaga seseorang.

Keberlangsungan penyelenggaraan


kegiatan tersebut membutuhkan peran seluruh jajaran aparatur yang ada dalam kantor, akan
tetapi yang lebih khusus adalah kesiapan penyusunan dan prosesi protokoler serta MC
ketika bertugas.

2. Ruang Lingkup MC & Protokol
Sebagai lembaga formal, aparatur Kecamatan Jetis harus memahami pentingnya
protokoler. Pengaturan ruangan/tempat, tata kursi, tata upacara serta bentuk penghormatan
lainnya disusun sesuai dengan etika yang

ada.

Dalam pengaturan tata tempat perlu

memperhatikan kedudukan jabatan/pejabat dan tokoh masyarakat. Tata penghormatan
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan/jabatannya meliputi penghormatan urutan,
susunan dan perlakuan, penghormatan dengan menggunakan bendera kebangsaan dan
penghormatan dengan lagu kebangsaan.
Bentuk penghormatan dari segi urutan adalah yang berkedudukan tertinggi menempati
urutan pertama. Untuk penghormatan susunan maka yang mempunyai kedudukan paling

tinggi adalah di bagian akhir. Penghormatan perlakuan, antara lain perlindungan keamanan,
ketertiban ataupun fasilitas. Sebagai contoh, menurut buku Pedoman Diklat dan
Keprotokolan (Pusdiklat Depdiknas, 2007) Susunan Acara Peresmian Penggunaan Gedung
adalah sebagai berikut: a) pembukaan, b) laporan penanggung jawab gedung, c) sambutan:
7

(1) sambutan pemimpin institusi (2) sambutan Menteri, dilanjutkan penandatanganan
prasasti dan pembukaan selubung papan nama, d) pembacaan doa, e) pengguntingan
pita/untaian melati dan peninjauan lokasi dilanjutkan ramah tamah, f) penutup.

3. Kualifikasi MC & Protokoler
Penyelenggaraan acara resmi selalu melibatkan peran

MC dan Protokoler. Faktor

kemampuan komunikasi dan human relation sangat menunjang dalam menjalankan peran
tersebut. Menurut Rosidah & Ambar ( 2005: 72-73), syarat keterampilan yang harus dimilki
petugas protokoler meliputi:
1.

Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas terutama dalam hubungan antar
manusia

2.

Bermental kuat dan berkepribadian tangguh

3. Terampil dan cekatan menguasai situasi
4. Mampu mengambil keputusan dengan cepat dan cermat
5. Sangat peka dengan permasalahan yang timbul
6. Sangat memahami perasaan orang lain
7. Sederhana dan sopan, serta hormat pada setiap orang
8. Pandai membawa diri dan selalu mawas diri
9. Rendah hati tetapi tidak rendah diri
10. Penampilan menarik
11. Pandai berbusana sesuai dengan suasana
12. Berbahasa dengan tekanan dan suara yang baik

8

13. Memiliki pengetahuan yang luas tentang ketatausahaan dan berbagai unsur dalam
manajemen
14. Menguasai istilah-istilah baru dan bahasa asing
Seorang MC dituntut memiliki rasa humor dan dapat memprediksi suara serta dapat
menangani audience. Secara umum peran MC antara lain: 1) mengumumkan susunan acara
yang akan berjalan, 2) menarik

perhatian hadirin untuk mengikuti jalannya acara, 3)

mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin muncul. Asep Syamsul (2005) menjelaskan
bahwa seorang MC harus mampu menjembatani (bridging), yaitu kemampuan

untuk

membuat komentar yang menjembatani segmen-segmen dari pergantian acara.
Tata keprotokolan pada setiap upacara/acara

memerlukan penataan yang tepat, serasi

dan nyaman. Dibutuhkan juga pemahaman etika bagi petugasnya. Menurut panduan Modul
Diklat Keprotokolan (Pusdiklat Depdiknas, 2007) aspek keprotokolan meliputi: 1) tata
tempat/letak, b) tata upacara, c) tata penghormatan, d) tata pakaian. Tata tempat meliputi di
sebelah mana menempatkan

lambang negara, gambar presiden dan wakil presisen,

penempatan kursi, mimbar, tempat MC. Tata upacara meliputi urut-urutan jalannya upacara.
Kesemuanya perlu diperhatikan berdasar etika yang ada.

C. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka terlebih
dahulu dilakukan identifikasi permasalahan yang dihadapi pemerintah Kecamatan Jetis
Kabupaten Bantul dalam kegiatan MC dan Protokoler sebagai berikut:
1. Kurangnya pemahaman aparatur pemerintah Kecamatan Jetis tentang arti penting
kegiatan MC dan Protokoler.
9

2. Kegiatan MC yang sudah dilakukan oleh aparatur pemerintah belum berkualitas.
3. Kurangnya kegiatan pelatihan dalam bidang MC bagi aparatur pemerintah
Kecamatan Jetis.
4. Kurangnya pemahaman aparatur pemerintah Kecamatan Jetis tentang bagaimana
peran MC harus dilakukan.
Untuk

memperjelas

permasalahan yang

harus

dipecahkan, maka dikemukakan

rumusan masalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana upaya meningkatkan pemahaman aparatur pemerintah Kecamatan Jetis
tentang arti penting kegiatan MC dan Protokoler?

2.

Bagaimana

upaya

meningkatkan

kualitas kegiatan MC yang dilakukan

oleh

aparatur pemerintah Kecamatan Jetis?
3.

Bagaimana upaya untuk

memberi bekal

ketrampilan bagi aparatur pemerintah

Kecamatan Jetis tentang bagaimana kegiatan MC harus dilakukan?

D. Tujuan Kegiatan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk:
1.

Meningkatkan pemahaman aparatur pemerintah Kecamatan Jetis agar mempunyai
kesadaran pentingnya kegiatan MC dan Protokoler.

2.

Meningkatkan kualitas kegiatan MC yang dilakukan oleh aparatur pemerintah
Kecamatan Jetis.

3.

Memberi bekal ketrampilan bagi aparatur pemerintah Kecamatan Jetis tentang
bagaimana kegiatan MC harus dilakukan

melalui kegiatan Pelatihan MC dan

Protokoler Bagi Aparatur Pemerintah Kecamatan Jetis.
10

E. Manfaat Kegiatan
Adapun kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1.

Menambah wawasan tentang kegiatan pertemuan resmi dan syarat-syarat yang harus
dimiliki oleh petugas MC dan Protokoler.

2.

Meningkatkan keterampilan dan kinerja aparatur pemerintahan, khususnya dalam
menjalankan peran MC dalam rangka peningkatan pelayanan dan mencapai citra
nama baik lembaga.

3.

Merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas pelayanan

4.

Dapat digunakan sebagai salah satu alternatif profesi.

11

BAB II
METODE KEGIATAN PPM
A. Khalayak Sasaran
Khayalak sasaran yang terlibat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah
aparatur pemerintah di lingkungan Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul sejumlah 38 orang
peserta.
B. Metode yang Digunakan
Kegiatan ini dilakukan dengan menerapkan beberapa metode berikut:
1. Semacam pre-test demonstrasi/simulasi/ praktik menjadi MC
Metode ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal peserta dalam berperan
sebagai MC. Beberapa orang peserta diminta berpraktik sebagai MC pada suatu acara
tertentu. Pemateri membuat catatan sebagai bahan evaluasi tentang hasil praktik dikaitkan
dengan beberapa aspek dari kegiatan MC seperti penggunaan bahasa yang efektif,
pengaturan suara, sikap/perilaku selama membawakan acara dan lain-lain.
2. Ceramah dan Tanya Jawab
Metode ini digunakan untuk memberikan pembekalan materi terkait MC dan
protokoler meliputi: definisi dan arti pentingnya MC dan protokoler, ruang lingkup MC
dan protokoler, kualifiksi MC dan protokoler, keterampilan dan tugas MC, dan teknis
protokoler, dilanjutkan sesi tanya jawab. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman aparatur pemerintah Kecamatan Jetis agar mempunyai kesadaran pentingnya
kegiatan MC dan protokoler.

12

3. Simulasi/demonstrasi (Praktik menjadi MC pada suatu acara tertentu)
Metode simulasi/demonstrasi digunakan sebagai tahap akhir dari pelatihan MC
dan protokoler yaitu berupa praktik langsung dari setiap peserta untuk mendemokan
berperan sebagai MC pada suatu acara tertentu dengan pendampingan dari pemateri.
Masing-masing peserta dipersilahkan memilih acara yang akan dibawakannya sebagai
MC, kemudian peserta langsung mempraktikan berbagai materi yang telah disampaikan
pemateri tentang berperan sebagai MC yang baik, meliputi penggunaan bahasa,
pengaturan suara, sikap, dan aspek lain dari seorang MC. Penampilan peserta sebagai
MC secara langsung akan dievaluasi bersama-sama oleh pemateri dengan menerima
masukan dari peserta yang lain.
Secara keseluruhan seluruh kegiatan ini bermuara pada peningkatan pemahaman
aparatur pemerintah dalam kegiatan MC dan Protokoler sehingga mampu meningkatkan
kualitas kegiatan MC di lingkungan kantor pemerintah Kecamatan Jetis.

C. Langkah-Langkah Kegiatan
Untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka alternatif
pemecahan masalah yang dipilih adalah berupa pelatihan MC dan protokoler bagi aparatur
pemerintah Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul.

Pelatihan dan materi yang diberikan

meliputi:
1. Definisi dan arti pentingnya MC dan protokoler
2. Ruang lingkup MC dan protokoler
3. Kualifikasi MC dan protokoler
4. Keterampilan dan tugas MC
13

Hal tersebut akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Semacam pre-test simulasi/demonstrasi (praktik menjadi MC) untuk mengetahui
kemampuan awal peserta pelatihan, karena beberapa peserta pelatihan ternyata
sudah terbiasa melakukan praktik sebagai MC pada suatu acara.
2. Pemberian materi tentang definisi dan arti pentingnya MC dan protokoler, ruang
lingkup MC dan protokoler untuk meningkatkan pemahaman

aparatur

pemerintah Kecamatan Jetis agar mempunyai kesadaran pentingnya kegiatan MC
dan protokoler.
3. Pemberian materi tentang kualifikasi MC dan Protokoler, keterampilan dan tugas
MC, dan teknis protokoler, dilanjutkan sesi tanya jawab. Kegiatan ini bertujuan
memberi bekal ketrampilan bagi aparatur pemerintah Kecamatan Jetis tentang
bagaimana kegiatan MC harus dilakukan.
4. Simulasi/demonstrasi (Praktik menjadi MC pada suatu acara tertentu)
Metode simulasi/demonstrasi digunakan sebagai tahap akhir dari pelatihan MC
dan protokoler

yaitu berupa praktik

langsung

dari setiap peserta untuk

mendemokan berperan sebagai MC pada suatu acara tertentu dengan
pendampingan

dari pemateri. Masing-masing peserta dipersilahkan memilih

acara yang akan dibawakannya sebagai MC, kemudian peserta langsung
mempraktikan berbagai materi yang telah disampaikan pemateri tentang berperan
sebagai MC yang baik, meliputi penggunaan bahasa, pengaturan suara, sikap, dan
aspek lain dari seorang MC. Penampilan peserta sebagai MC secara langsung
akan dievaluasi bersama-sama oleh pemateri dengan menerima masukan dari
peserta yang lain.
14

Tolok ukur yang digunakan sebagai hasil pelaksanaan kegiatan pelatihan MC dan
protokoler bagi aparatur Pemerintah Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul adalah sebagai
berikut:
1. Target peserta pelatihan yang ditetapkan sejumlah 20 peserta
2. Setelah mengikuti pelatihan, aparatur pemerintah Kecamatan Jetis memiliki kesadaran
pentingnya kegiatan MC dan Protokoler.
3. Setelah mengikuti pelatihan, aparatur pemerintah Kecamatan Jetis dapat meningkatkan
kualitas kegiatan MC yang dilakukan di lingkungan Kecamatan Jetis.
4. Setelah mengikuti pelatihan,

aparatur pemerintah

memiliki kemampuan, sikap dan ketrampilan

Kecamatan Jetis diharapkan

tentang bagaimana berperan dalam

kegiatan MC menurut rambu-rambu yang ada.

15

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN PPM

A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Hasil dari kegiatan PPM Pelatihan MC dan Protokoler bagi Aparatur Pemerintah
Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul adalah:
1. Jumlah peserta pelatihan mencapai 190 % dari jumlah peserta yang ditargetkan, hal
ini menunjukkan minat yang tinggi dari para peserta untuk mendapatkan pengetahuan
yang baru dalam kegiatan MC dan Protokoler.
2. Dari semacam pre-test simulasi/demonstrasi (praktik sebagai MC dalam sebuah acara)
yang dilakukan sebelum pelatihan, terungkap bahwa beberapa peserta pelatihan sudah
sering berperan sebagai MC dalam suatu acara, namun demikian nampak
mayoritas peserta masih

bahwa

menggunakan bahasa yang tidak efektif, bersikap dan

melakukan gerakan-gerakan fisik yang tidak diperlukan dalam praktik sebagai petugas
MC.
3. Setelah kegiatan pelatihan MC dan protokoler,

pemahaman dan pengetahuan serta

kesadaran aparatur pemerintah Kecamatan Jetis tentang pentingnya kegiatan MC dan
protokoler mengalami peningkatan.
4. Bertambahnya pengetahuan dan pemahaman peserta pelatihan tentang aspek-aspek dari
tugas MC, bahkan peserta yang tidak pernah terlibat dalam kegiatan MC sudah berani
berpraktik sebagai MC secara langsung. Aparatur pemerintah Kecamatan Jetis sudah
memiliki kemampuan, sikap dan ketrampilan

tentang bagaimana berperan dalam

kegiatan MC menurut rambu-rambu yang ada.
16

5. Pelatihan diakhiri dengan demonstrasi/simulasi (praktik menjadi MC) yang dilakukan
oleh para peserta pelatihan. Masing-masing peserta dipersilahkan memilih acara yang
akan dibawakannya sebagai MC. Peserta langsung mengaplikasikan berbagai materi yang
telah disampaikan pemateri tentang berperan sebagai MC yang baik, meliputi
penggunaan bahasa, pengaturan suara, sikap, dan aspek lain dari seorang MC dengan
berpraktik sebagai seorang MC. Penampilan peserta sebagai MC dievaluasi bersamasama oleh pemateri dengan menerima masukan dari peserta yang lain. Dari praktik yang
dilakukan oleh peserta pelatihan setelah menerima materi, terlihat bahwa ketrampilan dan
kemampuan mereka dalam berperan sebagai MC mengalami perbaikan jika dilihat dari
berbagai aspek tugas MC dan protokoler.

B. Pembahasan
1. Target peserta pelatihan yang ditetapkan sejumlah 20 peserta
Dari target peserta pelatihan yang ditetapkan sejumlah 20 peserta, ternyata jumlah
peserta pelatihan yang hadir jauh melebihi target yaitu sejumlah 32 orang peserta. Peserta
tersebut selain berasal dari Kantor Kecamatan Jetis, juga berasal dari berbagai instansi
yang ada di lingkungan Kecamatan Jetis, meliputi SMP Negeri I Jetis, SMP Negeri II
Jetis, SMP Negeri III Jetis, Puskesmas I Jetis, Puskesmas II Jetis, KUA Kecamatan Jetis,
Polsek Jetis, Koramil Jetis, MTsN Sumberagung Jetis, perwakilan dari Desa Sumber
Agung, Desa Trimulyo, Desa Canden, Desa Jetis, dan Desa Telan di Kecamatan Jetis
Kabupaten Bantul.

Hal tersebut menunjukkan bahwa antusiasme peserta untuk

mengetahui tentang kegiatan MC dan protokoler cukup baik.

17

2. Setelah mengikuti pelatihan, aparatur pemerintah Kecamatan Jetis memiliki kesadaran
pentingnya kegiatan MC dan Protokoler.
Dari tanya jawab yang dilakukan dengan peserta pelatihan terungkap bahwa selama
ini ketika ada kegiatan yang berkaitan dengan mengatur berlangsungnya suatu acara di
lingkungan kantor mereka, hanya orang-orang tertentu dan sangat sedikit orang yang
memiliki kemauan untuk mengurusnya, apalagi menjadi petugas MC. Setelah mengikuti
pelatihan sebagian besar peserta memiliki kesediaan untuk terlibat dalam kegiatan MC
di lingkungan kantor mereka, karena kegiatan tersebut sangat penting bagi kelancaran
suatu acara dan nama baik instansi. Hanya sedikit dari peserta yang tetap enggan untuk
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan tersebut di kantor masing-masing setelah
mengikuti kegiatan pelatihan yang dilaksanakan.
3. Setelah mengikuti pelatihan, aparatur pemerintah Kecamatan Jetis dapat meningkatkan
kualitas kegiatan MC yang dilakukan di lingkungan Kecamatan Jetis.
Kesediaan para peserta pelatihan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan MC dan
protokoler di lingkungan kantor mereka masing-masing setidaknya diharapkan akan
dapat menjadi lahan untuk mempraktikan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan
teknis MC dan protokoler yang telah mereka miliki setelah mengikuti pelatihan,
Walaupun hal tersebut tidak serta merta dapat meningkatkan kualitas kegiatan MC dan
protokoler yang dilakukan di lingkungan Kecamatan Jetis.
4. Setelah mengikuti pelatihan, aparatur pemerintah Kecamatan Jetis diharapkan memiliki
kemampuan, sikap dan ketrampilan tentang bagaimana berperan dalam kegiatan MC dan
protokoler menurut rambu-rambu yang ada.

18

Setelah pelatihan, masing-masing peserta dipersilahkan memilih acara yang akan
dibawakannya sebagai MC. Peserta secara langsung mengaplikasikan berbagai materi
yang telah disampaikan tentang bagaimana berperan sebagai MC yang baik, meliputi
penggunaan bahasa, pengaturan suara, sikap, perilaku, dan aspek lain dari seorang MC
dengan berpraktik sebagai seorang MC. Dari hasil evaluasi yang dilakukan bersama-sama
oleh pemateri dengan

menerima masukan dari peserta yang lain, terlihat bahwa

ketrampilan dan kemampuan sebagian peserta dalam berperan sebagai MC mengalami
perbaikan dibandingkan dengan hasil semacam pre-test sebelum pemberian materi.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek bagaimana petugas MC dan
protokoler dalam bersikap, berperilaku, bertutur, mengatur intonasi suara, dan lain-lain.
Walaupun juga dijumpai sedikit peserta yang nampak enggan memerankan dirinya secara
total sebagai pembawa acara, sehingga hanya berperan sebagai MC secara tidak
bersungguh-sungguh.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan
Faktor pendukung kegiatan pelatihan MC dan protokoler adalah sebagai berikut:
1.

Pemerintah Kecamatan Jetis menyambut dengan baik adanya kegiatan pelatihan MC dan
protokoler di lingkungan Kecamatan Jetis, karena diharapkan akan membawa manfaat
terutama dalam memberi bekal pengetahuan dan ketrampilan praktis dalam bidang MC dan
protokoler. Selama ini juga dapat dikatakan sangat jarang dilakukan berbagai kegiatan
pelatihan yang melibatkan berbagai instansi di lingkungan Kecamatan Jetis karena
keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah Kecamatan Jetis.

19

2.

Semangat atau antusiasme aparatur pemerintah Kecamatan Jetis untuk mengikuti kegiatan
pelatihan MC dan prokoler sangat tinggi. Hal tersebut terbukti dari tingkat kehadiran
mereka mewakili berbagai instansi yang ada di lingkungan Kecamatan Jetis. Dari semacam
pre-test simulasi/demonstrasi praktik sebagai MC yang dilakukan, sebagian peserta ternyata

sudah sering berperan sebagai MC dalam acara yang diselenggarakan oleh instansi mereka.
Bahkan ada beberapa peserta yang sudah berpengalaman dalam acara seperti hajatan
pernikahan dan lain-lain. Sehingga dapat diketahui bahwa sebagian peserta pelatihan dari
sisi kemampuan dan pengetahuan serta ketrampilan praktis sebenarnya sudah lumayan
memadai, hanya yang masih harus ditingkatkan adalah kemampuan untuk menggunakan
bahasa secara efektif, serta pemahaman bagaimana harus berperilaku atau bersikap selama
bertugas sebagai MC atau pembawa acara, sehingga diharapkan dapat menjalankan tugas
MC dan protokoler sesuai dengan rambu-rambu yang ada.
3.

Kegiatan MC dan protokoler merupakan kegiatan yang penting karena pasti dilakukan oleh
semua instansi pemerintah walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana. Sehingga
diharapkan kegiatan pelatihan ini akan dapat membantu memberikan bekal ketrampilan
praktis bagi aparatur pemerintah.
Permasalahan yang dihadapi oleh aparatur pemerintah Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul

dalam kegiatan MC dan protokoler sehingga menjadi faktor penghambat kegiatan antara lain:
1.

Masih sangat jarangnya kegiatan pelatihan yang sudah dilakukan terutama yang berkaitan
dengan kegiatan MC dan protokoler. Sehingga seharusnya ada kegiatan pelatihan lanjutan
untuk lebih mematangkan pemahaman peserta tentang kegiatan MC dan protokoler.

2.

Pada waktu diselenggarakan kegiatan pelatihan MC dan protokoler, pada saat yang sama
juga ada kegiatan pembagian e-KTP sehingga suara yang timbul dari speaker pemanggilan
20

penduduk yang akan menerima E-KTP menimbulkan suara yang mengganggu konsentrasi
peserta pelatihan. Padahal pelatihan dilakukan di luar ruangan yaitu di Pendopo Kecamatan.
3.

Kegiatan pelatihan diselenggarakan bersamaan dengan kegiatan audiensi aparatur
kecamatan di Kabupaten Bantul

dengan DPRD Bantul, sehingga beberapa pejabat

pemerintahan di Kecamatan Jetis harus meninggalkan acara pelatihan yang belum selesai
dilakasanakan.

D. Organisasi Pelaksana
1. Ketua Pelaksana
a. Nama

: Marita Ahdiyana, M. Si.

b. Pangkat/Golongan/NIP

: Penata Muda Tk. I, IIIb/19730318 200812 2 001

c. Jabatan Fungsional

: Asisten Ahli

d. Bidang Keahlian

: Manajemen Pelayanan Publik

e. Fakultas/Program Studi

: FIS/Ilmu Administrasi Negara

f. Waktu untuk Kegiatan ini

: 10 jam/minggu

2. Anggota Pelaksana I
a.

Nama

: Rosidah, M.Si

b.

Pangkat/Gol/NIP

: Lektor Kepala/IVc/19620422 198903 2 001

c.

Jabatan Fungsional

: Lektor Kepala

d.

Bidang Keahlian

: Pend. Administrasi Perkantoran

e.

Fakultas/Prodi

: FE/Pendidikan Administrasi

f.

Waktu yang disediakan

: 4 jam/minggu

21

3. Anggota Pelaksana II
a.

Nama

: Siti Umi Khayatun Mardiyah, S.Pd.

b.

Pangkat/Gol/NIP

: Penata Muda Tk I/IIIb/19801207 200604 2 002

c.

Jabatan fungsional

: Asisten Ahli

d.

Bidang Keahlian

: Administrasi Perkantoran

e.

Fakultas/Prodi

: FE/Pend. Administrasi Perkantoran

f.

Waktu yang disediakan

: 4 jam/minggu

4. Mahasiswa I
a. Nama

: Nora Saiva Jannana

b. NIM

: 09402241015

c. Fakultas/Prodi

: FE/Pend. Administrasi Perkantoran

d. Waktu yang disediakan

: 4 jam/minggu

5. Mahasiswa II
a. Nama

: Diah Marti Pratiwi

b. NIM

: 09417141006

c. Unit Kerja

: FIS/ Ilmu Administrasi Negara

d. Tugas/Aktivitas dalam PPM

: Membantu mendampingi kegiatan PPM

6. Mahasiswa III
a. Nama

: Rahadi Cipto Utomo

b. NIM

: 104171410076

c. Unit Kerja

: FIS/ Ilmu Administrasi Negara

d. Tugas/Aktivitas dalam PPM

: Membantu mendampingi kegiatan PPM

22

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan kegiatan PPM sudah berjalan dengan lancar dan mendapatkan
respon yang positif dari peserta. Seluruh peserta telah mengikuti program pelatihan secara
lengkap. Meskipun tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas kegiatan MC di Kecamatan
Jetis belum serta merta dapat terlaksana, tetapi paling tidak tujuan dari PPM ini untuk
menumbuhkan kesadaran, menambah pengetahuan dan pemahaman tentang kegiatan MC
dan protokoler, serta memberikan bekal

ketrampilan praktis bagi aparatur pemerintah

Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul dalam kegiatan MC telah dapat terlaksana. Sebagian
besar peserta sudah dapat melakukan praktik secara langsung sebagai MC dalam acara
tertentu dengan menggunakan bahasa yang efektif, pengaturan intonasi suarayang baik, dan
memiliki perilaku dan sikap sebagai seorang MC, serta aspek-aspek lain dari seorang MC.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan Tim PPM adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan kegiatan PPM pelatihan MC dan protokoler tingkat lanjut untuk semakin
mengasah ketrampilan mereka dalam praktik sebagai MC sebagai tindak lanjut
pencapaian hasil pelatihan yang pertama.
2. Perlu adanya kerjasama dengan bagian humas pemerintah Kabupaten Bantul untuk lebih
meningkatkan kualitas kegiatan MC dan Protokoler di lingkungan pemerintah Kecamatan
Jetis.

23

DAFTAR PUSTAKA
Asep Syamsul dan M. Romli. 2005. Panduan Praktis Menjadi MC & Protokoler . Bandung:
Marja
Pusdiklat Depdiknas. 2007. Modul Diklat & Keprotokolan
Rosidah & Ambar Teguh Sulistiyani. 2005. Menjadi Sekretaris Profesional dan Kantor Efektif.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Soleh Sumirat dan
Rosdakarya

Elvinaro Ardianto. 2005. Dasar - Dasar Public Relation. Bandung:

24