UNDANG UNDANG TERKAIT LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN - GAKUM LHK DIM DRAF RUU KEHATI

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI
[PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA
ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA]

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR......... TAHUN
TENTANG
KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI

PENJELASAN


SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1.

2.

Menimbang:

a. bahwa keanekaragaman hayati
Indonesia

merupakan
karunia
Tuhan Yang Maha Esa yang
dikuasai
oleh
negara
dan
dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat yang perlu
dikelola dan dimanfaatkan secara
lestari,
selaras,
serasi
dan
seimbang bagi kelestarian sumber
daya
alam
hayati
dan
kesejahteraan rakyat;

b. bahwa keanekaragaman hayati
Indonesia adalah sumber daya
alam strategis yang menguasai
hajat hidup orang banyak yang
pengelolaannya
harus
dapat

TENTANG
KONSERVASI KEANEKARAGAMAN
HAYATI

Bangsa
Indonesia
dianugerahi
Tuhan Yang Maha Esa kekayaan
sumber
daya
alam
hayati

yang
berlimpah dengan keanekaragaman
yang tinggi, baik di darat, maupun di
perairan
serta
keanekaragaman
pengetahuan
tradisional,
sehingga
Indonesia dikenal sebagai salah satu
dari sedikit negara mega bio-kulturaldiversitas di dunia.
Sumber daya alam hayati tersebut
merupakan sumber daya strategis
karena
menyangkut
ketahanan
nasional, dikuasai oleh negara yang
diatur pengelolaannya secara optimal
dan berkelanjutan bagi terwujudnya
2

DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

3.

4.

5.

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

secara optimal untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia
kesejahteraan rakyat Indonesia bagi generasi sekarang dan yang akan

dan umat manusia pada masa kini datang.
maupun masa depan;
Walaupun keanekaragaman hayati
c. bahwa sumber daya genetik, di Indonesia berlimpah, namun sumber
spesies, dan ekosistem pada daya alam hayati tersebut tidak tak
dasarnya saling tergantung satu terbatas dan mempunyai sifat yang
dengan
lainnya
sehingga tidak dapat kembali seperti asalnya
apabila
dimanfaatkan
kerusakan dan kepunahan salah (irreversible)
satu
unsur
akan
berakibat secara berlebihan. Pemanfaatan secara
berlebihan
akan
mengancam
terganggunya ekosistem;

keberadaan sumber daya alam itu
d. bahwa
untuk
menjaga
agar
sendiri, dan sampai pada tahap tertentu
pemanfaatan sumber daya alam
akan
dapat
memusnahkan
hayati dapat berlangsung dengan
keberadaannya.
sebaik-baiknya, maka diperlukan
Keanekaragaman hayati tersebut,
langkah-langkah
konservasi
dengan
mempertimbangkan terdapat pada tiga tingkatan yaitu
pengetahuan
tradisional

dan keanekaragaman ditingkat ekosistem,
berdasarkan strategi konservasi spesies (jenis) dan genetik. Secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama
yang berlaku secara universal;
keanekaragaman
hayati
tersebut
e. bahwa Undang-Undang Nomor 5
mempunyai fungsi sebagai sistem
Tahun 1990 tentang Konservasi
penyangga
kehidupan,
dimana
Sumber Daya Alam Hayati dan
ekosistem, spesies, dan genetik mampu
Ekosistemnya belum menampung
menghasilkan
dan
memenuhi
dan mengatur secara menyeluruh

kebutuhan dasar hidup manusia.
mengenai
konservasi
Dengan demikian pengaturan tindakan
keanekaragaman
hayati,
serta
konservasi
termasuk
pelindungan
tidak
sesuai
lagi
dengan
merupakan inti perlindungan sistem
perkembangan ekonomi, sosial,
penyangga kehidupan.
budaya, politik nasional, dan kerja
Guna
terjaminnya

kelestarian
sama internasional;
3
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

6.

7.
8.

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN


f. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana
dimaksud
pada
huruf a, huruf b, huruf c, huruf d,
dan huruf e perlu membentuk
Undang-Undang
tentang
Konservasi
Keanekaragaman
Hayati.

Mengingat :

manfaat keanekaragaman hayati bagi
kesejahteraan masyarakat Indonesia
secara berkelanjutan, perlu dilakukan
tindakan konservasi
keanekaraman
hayati. Tindakan konservasi tersebut
berupa pengelolaan keanekaragaman
hayati secara bijaksana dengan tetap
menjaga
keseimbangan
antara
pemanfaatan dan pelindungan yang
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), berkelanjutan bagi generasi sekarang
Pasal 28H dan Pasal 33 ayat (3) maupun yang akan datang.
dan (4) Undang-Undang dasar
Pengaturan tindakan konservasi
1945;
keanekaragaman hayati diharapkan
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun mampu menjamin kepastian hukum
1994 tentang Pengesahan United hubungan antara masyarakat dengan
Nations Convention on Biological sumber daya alam hayati, kelestarian
Diversity (Konvensi Perserikatan sumber daya alam hayati, pemenuhan
Bangsa-Bangsa
mengenai hak-hak dasar masyarakat dalam
Keanekaragaman
Hayati kaitannya dengan sumber daya alam
(Lembaran
Negara
Republik hayati, serta terjaminnya distribusi
Indonesia Tahun 1994 Nomor 41, manfaat secara adil dan berkelanjutan.
Tambahan
Lembaran
Negara
Dewasa ini telah ada UndangNomor 3556);
Undang
yang
mengatur
tentang
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun konservasi yaitu UU No. 5 Tahun 1990
2013 tentang Pengesahan Nagoya tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Protocol on Access to Genetic Hayati dan Ekosistemnya. UndangResources and the Fair and undang ini telah berumur hampir 25
Equitable Sharing of Benefits tahun, dan selama masa tersebut telah
Arising from Their Utilization to the mampu menjadi dasar penyelenggaraan
Convention on Biological Diversity konservasi sumber daya alam hayati
(Protokol Nagoya tentang Akses dan ekosistemnya. Namun demikian
pada Sumber Daya Genetik yang dalam tenggang waktu tersebut telah
4
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK
Timbul dari Pemanfaatannya atas
Konvensi Keanekaragaman Hayati)
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 73,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 5412).

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

terjadi banyak sekali
perubahan
lingkungan strategis nasional seperti
berubahnya
sistem
politik
dan
pemerintahan dari sentralisasi ke
desentralisasi
dan
demokratisasi,
maupun perubahan pada tataran global
berupa bergesernya beberapa kebijakan
internasional dalam penyelenggaraan
konservasi.
Lingkungan
strategis
internasional, telah banyak mengalami
perubahan
tercermin
dalam
kesepakatan internasional mengenai
prinsip pembangunan berkelanjutan,
Millenium Development Growths (MDGs),
kesepakatan yang berkaitan dengan
perubahan
iklim
dan
lain lain.
Perubahan tersebut telah mendorong
dibangunnya upaya bersama untuk
melaksanakan pembangunan dengan
prinsip
pertumbuhan
hijau atau
dikenal juga dengan ekonomi hijau,
dimana pembangunan diarahkan untuk
menjamin kehidupan manusia dan
terselenggaranya
keadilan
sosial
sekaligus meminimalkan dampak buruk
ekologis, serta kelangkaan sumber daya
alam hayati dengan emisi rendah
karbon dan pemanfaatan efisien sesuai
dengan daya dukung lingkungan.
Secara
lingkungan

nasional,
perubahan
strategis
yang
paling
5
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

menonjol adalah berubahnya sistem
pemerintahan RI dari sentralisasi ke
desentralisasi. Dengan perubahan ini
sebagain
besar
penyelenggaraan
pembangunan termasuk pembangunan
yang berkaitan dengan sumber daya
alam
telah
ditetapkan
menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah. Dalam
penyelenggaraan pembangunan telah
ditetapkan prinsip concurrency dengan
memperhatikan eksternalitas, dampak
serta efisiensinya. Pengelolaan kawasan
hutan
konservasi
seperti
taman
nasional secara tegas memang masih
menjadi
kewenangan
Pemerintah
(pusat);
sedang
kegiatan
lainnya
termasuk konservasi diluar kawasan
hutan negara seharusnya menjadi
kewenangan daerah.
Disamping
berubahnya
sistem
pemerintahan, perubahan yang juga
menonjol di tingkat nasional adalah
reformasi
yang
berkaitan
dengan
perbaikan pelayanan publik, pesatnya
pertumbuhan teknologi informasi, serta
menguatnya kelembagaan masyarakat
adat, menguatnya peran DPR/DPRD
dan DPD serta peran Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dalam mendorong
arah pembangunan ke depan.
Perubahan strategis ini mendorong
perlunya peningkatan peran para pihak,
6
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

dan masyarakat serta keberpihakan
kepada
kesejahteraan
masyarakat
dalam
pengurusan
konservasi
di
Indonesia
tanpa
mengorbankan
konservasi sumber daya alam itu
sendiri.
Kondisi
di
atas,
serta
memperhatikan tantangan ke depan
seperti
menguatnya
tekanan
masyarakat
terhadap
kawasan
konservasi,
meningkatnya
jumlah
penduduk yang memerlukan percepatan
pembangunan
di
segala
sektor
memerlukan legislasi nasional mengenai
konservasi yang mampu melindungi
keanekaragaman hayati secara efektif
serta menjamin kemanfaatan bagi
masyarakat; sehingga dipandang perlu
untuk
mengganti
Undang-Undang
Nomor
5
Tahun
1990
tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya dengan undangundang yang dapat memberi jaminan
yang
lebih
kokoh
dalam
penyelenggaraan
konservasi
keanekaragaman hayati.
Undang-Undang
ini
disusun
sebagai jawaban terhadap kondisi di
atas
dengan
memperhatikan
keselarasan hubungan antara makhluk
hidup dan lingkungannya dimana
manusia tidak menjadi inti dari
7
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

kehidupan tetapi
manusia harus
menjaga kelestarian keanekaragaman
hayati demi kelangsungan hidupnya
atau
pada
setiap
kegiatan
pembangunan harus selalu menjamin
terjadinya
harmonisasi
hubungan
antara kehidupan manusia dengan
alam dan budayanya.
Konservasi
keanekaragaman
hayati dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1990 meliputi tiga aspek utama
yaitu, yang didasarkan pada Strategi
Konservasi Dunia. Sesuai dengan
Perlindungan keanekaragaman hayati
meliputi berbagai kegiatan seperti:
a. perlindungan ekosistem, jenis dan
genetik yang merupakan kegiatan
perlindungan penyangga kehidupan;
b. penetapan status perlindungan jenis
dan kawasan dan larangan; serta
c. pengaturan akses dan kelembagaan
terhadap sumber daya genetik dan
pembagian keuntungan.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990
menggunakan istilah pengawetan dalam
kegiatan penetapan status perlindungan
jenis dan kawasan serta larangannya,
dalam UU ini pengawetan tidak lagi
dipergunakan
karena
kegiatan
8
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

utamanya
adalah
perlindungan,
disamping itu penggunaan istilah
pengawetan memberi konotasi yang
terbatas dan statis.
Pengaturan
keanekaragaman hayati
diharapkan mampu:

konservasi
kedepan

a. mencegah
kerusakan
atau
kepunahan
serta
menjamin
kelestarian fungsi dan manfaat
keanekaragaman
hayati
bagi
keberlangsungan sistem penyangga
kehidupan;
b. meningkatnya
luasan
kawasan
konservasi,
kesejahteraan satwa liar;

jaringan
serta

c. meningkatkan
koordinasi
lintas
sektor bagi keberhasilan konservasi,
serta semakin efektifnya kegiataan
koordinasi di bawah sekretariat
nasional
konservasi
bagi
pembangunan;
d. mengatur kegiatan konservasi secara
utuh termasuk posisinya sebagai
penentu
sistem
penyangga
kehidupan;
e. meningkatkan
peluang
lapangan
pekerjaan berbasis kelestarian bagi
masyarakat
disekitar
wilayah
9
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

konservasi, meningkatnya legalitas
dan penghasilan pengelolaan jasa
hutan, serta terkendalinya konflik
kawasan / konflik satwa;
f. mewujudkan prinsip tata kelola
pemerintahan yang baik dibidang
konservasi kehati, dalam hal ini
termasuk meningkatnya partisipasi
para
pihak
dalam
kegiatan
konservasi termasuk dalam hal ini
yang
berhubungan
dengan
keterbatasan dana pemerintah;
g. meningkatnya
keadilan
dalam
penegakan hukum, serta tumbuhnya
efek jera bagi setiap tindakan
merusak
atau
yang
dapat
mengganggu kelestarian kehati;
h. mengisi kekosongan hukum, antara
lain dalam pengaturan konservasi
genetik,
kesejahteraan
satwa,
perlindungan wilayah konservasi
bukan kawasan konservasi (seperti
zona penyangga, wilayah dengan
keanekaragaman hayati tinggi).

Pokok-pokok materi yang diatur dalam
Undang-Undang ini meliputi :
a. perlindungan dalam undang-undang
ini meliputi pengaturan terhadap
hal-hal yang selama ini dikenal
10
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

dengan kegiatan pengawetan jenis
dan ekosistemnya serta perlindungan
sistem penyangga kehidupan.
Perlindungan
keanekaragaman
hayati
merupakan
perlindungan
unsur-unsur keanekaragaman hayati
berupa genetik dan spesies yang
merupakan unsur utama penyangga
kehidupan
manusia.
Dengan
demikian undang-undang ini tidak
secara
khusus
mengatur
perlindungan
sistem
penyangga
kehidupan.
Pengaturan
perlindungan
keanekaragaman
hayati
dimaksudkan
untuk
mencegah
kerusakan atau kepunahan dan
menjamin kelestarian fungsi dan
manfaat
keanekaragaman
hayati
untuk
menyangga
kehidupan
manusia.
Perlindungan
keanekaragaman
hayati meliputi penetapan status
perlindungan
dan
pengaturan
pengelolaan kehati.
b. pemanfaatan
diutamakan
untuk
kelestarian keanekaragaman hayati
dengan prinsip pemanfaatan ramah
11
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

lingkungan,
kelestarian
budaya
setempat,
bermanfaat
bagi
masyaratakan sekitar baik untuk
kepentingan komersial maupun non
komersial dengan tidak melebihi
daya dukungnya.
Pemanfaatan keanekaragaman hayati
meliputi
pemanfaatan
genetik,
spesies dan ekosistem sesuai status
perlindungannya
dengan
tidak
melebihi daya dukungnya serta
meliputi
pengaturan
terhadap
perlindungan
terhadap
Hak
Kekayaan Intelektual (HAKI), akses
termasuk pembagian keuntungan
yang adil dari pemanfaatan sumber
daya genetik, sumber spesimen dan
sistem produksi.
c. pemulihan keanekaragaman hayati
dimaksudkan untuk mengembalikan
kondisi keanekaragaman hayati yang
terdegradasi
atau
mengalami
kerusakan ke kondisi awal atau ke
tingkat yang diinginkan.
Restorasi keanekaragaman hayati
dilakukan terhadap sumber daya
genetik, spesies dan ekosistem.
d. partisipasi yang selama ini belum
optimal, melalui pengaturan ini
12
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

diharapkan akan terus tumbuh dan
berkembang bagi terwujudnya tujuan
konservasi.
Kegiatan partisipasi
antara lain kerjasama pengelolaan,
pengelolaan wilayah konservasi, dan
pengelolaan wilayah konservasi di
luar tanah negara.
e. pendanaan
mengatur
sumbersumber dana konservasi termasuk
dana hasil kerjasama kegiatan
konservasi.
f. penyelesaian sengketa dimaksudkan
untuk memberikan pilihan kepada
pihak-pihak yang bersengketa di
bidang konservasi keanekaragaman
hayati. Pilihan dimaksudkan untuk
membuka
kesempatan
kepada
masyarakat luas untuk melakukan
peyelesaian sengketa dan efektifitas
penyelesaian sengketa.
Para pihak yang bersengketa dapat
melakukan gugatan ke pengadilan
dengan mekanisme gugatan biasa,
gugatan perwakilan (class action),
gugatan organisasi (legal standing),
hak gugat warga negara (citizen suit).
g. pengamanan
dilakukan
untuk
menjaga
terjaminnya
kelestarian
sumber daya alam hayati serta
keseimbangan ekosistemnya, dan
13
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

hak-hak Negara, masyarakat dan
perorangan terhadap sumber daya
alam dan dalam
upaya-upaya
konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistemmnya. Petugas yang
bertindak sebagai ujung tombak
pengamanan
diberi
wewenang
kepolisian khusus (policing) atau
penyidikan.
h. kerja sama internasional merupakan
tindak lanjut pengaturan konvensi
international pada tingkat genetik,
spesies dan ekosistem. Ditujukan
untuk penguatan penyelenggaraan
konservasi keanekaragaman hayati
pada tingkat internasional, regional
dan nasional.
i. dicantumkannya
sanksi
pidana,
sanksi administrasi, ganti rugi dan
rampasan terhadap setiap orang
yang melakukan perbuatan pidana
dibidang konservasi ditujukan untuk
adanya efek jera bagi pelaku. Sanksi
pidana dapat berupa
pidana
kurungan, denda, dan kerja sosial.
Badan hukum yang melakukan
tindak pidana diancam pidana
dengan pemberatan.
j. pihak-pihak yang berjasa dalam
upaya pencegahan, pemberantasan,
atau pengungkapan tindak pidana
14
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN
konservasi
diberi
insentif
pemerintah dari hasil lelang.

9.

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

oleh

DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK
INDONESIA
DAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:

10.

Menetapkan:

UNDANG-UNDANG
TENTANG
KONSERVASI
KEANEKARAGAMAN
HAYATI

11.

BAB I
KETENTUAN UMUM

12.

Pasal 1
Dalam Undang-Undang
dimaksud dengan :

13.

Cukup Jelas
ini

yang

1. Konservasi
adalah
tindakan
pelindungan,
pelestarian,
dan
pemanfaatan sumber daya alam
yang dilakukan secara bijaksana
dalam
rangka
memenuhi
kebutuhan generasi saat ini dan
15
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

generasi masa mendatang.
14.

2. Keanekaragaman Hayati adalah
keanekaragaman
diantara
organisme hidup baik yang ada di
daratan maupun di perairan
beserta
proses
ekologisnya,
sehingga
terbentuk
keanekaragaman genetik di dalam
spesies, keanekaragaman di antara
spesies
dan
keanekaragaman
ekosistem.

15.

3. Sumber Daya Alam Hayati adalah
komponen-komponen
keanekaragaman
hayati
yang
bernilai aktual maupun potensial
bagi kemanusiaan.

16.

4. Konservasi
Keanekaragaman
Hayati
adalah
tindakan
pelindungan,
pelestarian,
dan
pemanfaatan sumber dayaalam
hayati
dan
ekosistem
yang
dilakukan secara bijaksana untuk
menjamin
kesinambungan
keberadaan, manfaat, dan nilainya
dengan tetap memelihara dan
meningkatkan
kualitas
keanekaragaman untuk memenuhi
kebutuhan generasi saat ini dan
generasi masa mendatang.

17.

5. Pelindungan Penyangga Kehidupan
di bidang keanekaragaman hayati
16
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

untuk selanjutnya disebut dengan
pelindungan penyangga kehidupan
adalah pelindungan atas sumber
daya
genetik,
spesies
dan
ekosistem.
18.

6. Genetik atau yang selanjutnya
disebut Gen, adalah satu unit fisik
dan
fungsional
dasar
dari
pembawa sifat keturunan yang
terdiri dari satu segmen (sekuens)
DNA (Deoxyribo Nucleic Acid).

19.

7. Materi Genetik adalah materi dari
tumbuhan,
satwa,
dan
mikroorganisme yang mengandung
unit fungsional pewarisan sifat
(hereditas).

20.

8. Sumber Daya Genetik adalah
materi genetik, informasi yang
terkandung di dalamnya, informasi
mengenai
asal-usul,
dan/atau
bagian-bagian dan turunan dari
tumbuhan, satwa, atau jasad renik
yang mengandung maupun tidak
mengandung unit-unit fungsional
pewarisan sifat yang mempunyai
nilai nyata atau potensial yang
diperoleh dari kondisi insitu
dan/atau koleksi ex-situ dan yang
telah didomestikasi di dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia
termasuk
landas
17
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK
kontinen
eksklusif.

dan

zona

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

ekonomi

21.

9. Pelestarian Sumber Daya Genetik
adalah
rangkaian
upaya
mempertahankan keberadaan dan
keanekaragaman sumber daya
genetik dalam kondisi dan potensi
yang
memungkinkan
untuk
dimanfaatkan
secara
berkelanjutan.

22.

10. Pemanfaatan
Sumber
Daya
Genetik
adalah
kegiatan
penelitian, pengembangan, atau
pengusahaan secara berkelanjutan
sumber daya genetik dan/atau
derivatifnya,
termasuk
melalui
penerapan bioteknologi.

23.

11. Masyarakat Hukum Adat adalah
kelompok masyarakat yang secara
turun temurun bermukim di
wilayah geografis tertentu karena
adanya ikatan pada asal usul
leluhur, adanya hubungan yang
kuat dengan lingkungan hidup,
serta adanya sistem nilai yang
menentukan pranata ekonomi,
politik, sosial dan hukum, yang
memiliki sumber daya genetik
dan
pengetahuan
tradisional
terkait sumber daya genetik.
18
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

24.

12. Masyarakat
Lokal
adalah
sekelompok orang yang telah
tinggal dalam tenggang waktu yang
cukup lama di suatu tempat atau
daerah sehingga dapat dipandang
sebagai satu kesatuan dengan
lingkungannya.

25.

13. Kesepakatan
Bersama
adalah
perjanjian
tertulis
berisi
persyaratan dan kondisi yang
disepakati antara penyedia sumber
daya genetik dan pemohon akses.

26.

14. Pembagian Keuntungan adalah
kegiatan
pendistribusian
keuntungan
secara
finansial
dan/atau
non-finansial
yang
berasal
dari
penelitian,
pengembangan,
komersialisasi,
pemberian lisensi, atau bentukbentuk
pemanfaatan
lainnya
sebagai hasil dari akses terhadap
sumber daya genetik.

27.

15. Bioprospeksi
adalah
kegiatan
eksplorasi,
ekstraksi
dan
penapisan sumber daya alam
hayati untuk pemanfaatan secara
komersial sumber daya genetik
dan biokimia yang bernilai tinggi.

28.

16. Kondisi Habitat Alami adalah
kondisi sumber daya genetik yang
terdapat dalam ekosistem dan

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

19
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

habitat alami, dan dalam hal jenisjenis
terdomestikasi
atau
budidaya, di dalam lingkungan
tempat
sifat-sifat
khususnya
berkembang.
29.

17. Kawasan
Konservasi
adalah
wilayah daratan dan atau perairan
yang ditetapkan oleh pemerintah
dan dikelola untuk terwujudnya
konservasi keanekaragaman hayati
dan ekosistem.

30.

18. Ekosistem
adalah
hubungan
timbal balik yang dinamis antara
komunitas tumbuhan, satwa dan
jasad renik dengan lingkungan
non-hayati
yang
saling
bergantung,pengaruh
mempengaruhi dan berinteraksi
sebagai suatu kesatuan yang
secara bersama-sama membentuk
fungsi yang khas.

31.

19. Lingkungan Non-Hayati adalah
unsur-unsur klimatik (iklim) dan
unsur-unsur edafik (tanah dan
batuan).

32.

20. Bentang Alam (lansekap) adalah
mosaik geografis dari ekosistemekosistem atau sub-komponen
daripadanya
yang
saling
berinteraksi
dimana
susunan
secara
spasial
serta
modus
20
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

interaksinya
mencerminkan
pengaruh dari kondisi geologi,
iklim, topografi, tanah, biota dan
aktivitas manusia.
33.

21. Cagar Alam adalah kawasan
konservasi yang memiliki keunikan
keadaan alam atau merupakan
perwakilan
ekosistem,
kondisi
geologis dan/atau jenis tumbuhan
tertentu.

34.

22. Suaka
Margasatwa
adalah
kawasan
konservasi
yang
mempunyai ciri khas berupa
keanekaragaman
dan/atau
keunikan jenis satwa liar.

35.

23. Taman Nasional adalah kawasan
konservasi
yang
mempunyai
ekosistem
asli
yang
karena
karakteristiknya istimewa serta
secara nasional mempunyai nilai
estetika dan ilmiah yang tinggi,
dikelola dengan sistem zonasi.

36.

24. Taman Buru adalah kawasan
konservasi yang secara historis
telah
merupakan
wilayah
perburuan tradisional, dihuni oleh
jenis satwa liar atau kawasan
konservasi karena pertimbangan
tertentu ditetapkan dan dikelola
untuk
kegiatan
olah
raga
perburuan
satwa
secara
21
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

terkendali.
37.

25. Taman
Wisata
Alam
adalah
kawasan
konservasi
yang
ditetapkan
yang
memiliki
kekhasan fenomena alam atau
gabungan fenomena alam dan
budaya.

38.

26. Taman
Hutan
Raya
adalah
kawasan konservasi yang terdiri
dari hutan buatan dan hutan alam
yang mewakili ekosistem setempat
serta memiliki nilai-nilai estetika
alam, atau nilai-nilai estetika alam
yang berasosiasi dengan budaya
trsadisional.

39.

27. Ekosistem
Esensial
adalah
ekosistem
di
luar
kawasan
konservasi yang secara ekologis
penting
bagi
konservasi
keanekaragaman hayati.

40.

28. Spesies adalah individu, populasi
atau
agregasi
semua
jenis
tumbuhan atau satwa, sub spesies
tumbuhan
atau
satwa
dan
populasi yang secara geografis
terpisah.

41.

29. Populasi adalah jumlah seluruh
individu yang dapat diukur dari
suatu spesies atau jenis tumbuhan
atau satwa di tempat tertentu.
22
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

42.

30. Sub-Populasi adalah bagian dari
populasi
yang
merupakan
kelompok yang secara geografis
terpisah (dipisahkan oleh batasbatas geografis) atau kelompok
yang berbeda nyata yang satu
sama lain tidak ada atau sedikit
interaksi.

43.

31. Tumbuhan Liar adalah tumbuhan
yang hidup di alam bebas dan atau
dipelihara yang masih mempunyai
kemurnian jenisnya.

44.

32. Satwa Liar adalah semua binatang
yang hidup di darat, dan/atau di
air dan/atau di udara yang masih
mempunyai sifat-sifat liar baik
hidup
bebas
maupun
yang
dipelihara oleh manusia.

45.

33. Sifat Liar adalah sifat yang melekat
pada spesies yang secara fenotip
dan genotip menunjukkan keliaran
(genetically wild).

46.

34. Habitat adalah lingkungan tempat
tumbuhan atau satwa dapat hidup
dan berkembang secara alami.

47.

35. Spesimen Tumbuhan atau Satwa
adalah fisik tumbuhan atau satwa
baik hidup maupun mati termasuk
bagian-bagiannya
atau
turunannya yang masih dapat

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

23
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK
dikenali secara visual
dengan teknologi.

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

maupun

48.

36. Pengetahuan
Tradisional
yang
berasosiasi dengan sumber rdaya
genetik adalah informasi atau
praktek baik secara individu
maupun kolektif dari masyarakat
adat atau lokal, yang bernilai
potensial atau riil terkait atau
berasosiasi dengan sumber daya
genetik.

49.

37. Akses terhadap Sumber Daya
Genetik
adalah
kegiatan
memperoleh sampel atau contoh
dari komponen-komponen sumber
daya genetik untuk tujuan riset
ilmiah, pengembangan teknologi,
atau bioprospeksi, yang terkait
untuk aplikasi industri atau
lainnya.

50.

38. Akses
terhadap
Pengetahuan
Tradisional
yang
berasosiasi
dengan sumber daya genetik
adalah
kegiatan
memperoleh
informasi dari pengetahuan atau
praktek-praktek tradisional baik
individual maupun kolektif dari
masyarakat adat atau lokal, untuk
tujuan riset ilmiah, pengembangan
teknologi atau bioprospeksi, yang
terkait untuk aplikasi industri
24
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

atau lainnya.
51.

39. Perjanjian Transfer Materi (Material
Transfer Agreement/MTA) adalah
instrumen untuk mengakses yang
ditandatangani
oleh
lembaga
penerima sebelum membawa atau
mengangkut
atau
mentransportasikan
komponenkomponen sumber daya genetik,
yang
apabila
ada
dengan
menyebutkan
adanya
akses
terhadap pengetahuan tradisional
yang terasosiasi dengannya.

52.

40. Bioteknologi
adalah
aplikasi
teknologi
yang
menggunakan
sistem-sistem biologis, organisme
hidup atau bagian-bagian atau
turunan-turunan
daripadanya,
untuk memodifikasi produk atau
proses untuk tujuan tertentu.

53.

41. Menteri adalah menteri yang
diserahi tugas dan tanggung jawab
di
bidang
konservasi
keanekaragaman hayati.

54.

Pasal 2
Konservasi keanekaragaman hayati
diselenggarakan berdasarkan asas:

55.

a. kelestarian dan kemanfaatan

Yang

dimaksud

dengan

Asas

25
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK
berkelanjutan;

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

kelestarian
adalah
usaha
pengendalian/pembatasan
dalam
pemanfaatan sumber daya alam hayati
dan
ekosistemnya
sehingga
pemanfaatan tersebut dapat dilakukan
secara terus menerus pada masa
mendatang.

Yang
dimaksud
dengan
Asas
kemanfaatan
yang
berkelanjutan
adalah
bahwa
penyelenggaraan
konservasi sumber daya alam hayati
dapat
memberikan
manfaat
bagi
kemanusiaan,
peningkatan
kesejahteraan
rakyat,
dan
pengembangan peri kehidupan yang
berkesinambungan bagi warga negara,
secara
merata
dan
adil
serta
peningkatan kelestarian sumber daya
alam hayati. Pemanfaatan sumber daya
alam hayati tidak melebihi kemampuan
regenerasi sumber daya hayati atau laju
inovasi substitusi sumber daya nonhayati.
56.

b. keadilan;

Yang dimaksud dengan asas keadilan
adalah
bahwa
pelestarian
dan
pemanfaatan keanekaragaman hayati
harus mencerminkan keadilan secara
26
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

proporsional bagi setiap warga negara,
baik lintas daerah, lintas generasi,
maupun lintas gender.
57.

c. kehati-hatian;

Yang dimaksud dengan asas kehatihatian adalah bahwa ketidakpastian
mengenai
dampak
suatu
usaha
dan/atau kegiatan karena keterbatasan
penguasaan
dan
teknologi
bukan
merupakan alasan untuk menunda
langkah-langkah meminimalisasi atau
menghindari
ancaman
terhadap
pencemaran
dan/atau
kerusakan
lingkungan hidup.

58.

d. partisipatif; dan

Yang
dimaksud
dengan
asas
partisipatif
adalah
bahwa
setiap
anggota masyarakat didorong untuk
berperan
aktif
dalam
proses
pengambilan
keputusan
dan
pelaksanaan
konservasi
keanekaragaman hayati, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

59.

e. tata kelola pemerintahan yang
baik.

Yang dimaksud dengan asas tata kelola
pemerintahan yang baik adalah bahwa
konservasi
keanekaragaman
hayati
dijiwai
oleh
prinsip
partisipasi,
transparansi, akuntabilitas, efisiensi,
dan keadilan.
27
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

60.

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

PENJELASAN

Pasal 3
Penyelenggaraan
keanekaragaman
untuk :

konservasi
hayati bertujuan

61.

a. meletakkan
dasar
pengakuan Cukup jelas.
terhadap harkat sumber daya
genetik dan spesies dalam suatu
ekosistem sebagai sumber daya
alam hayati beserta pengetahuan
tradisional yang terasosiasi dengan
sumber daya genetik;

62.

b. mengendalikan
pemanfaatan Cukup jelas.
berkelanjutan
keanekaragaman
hayati untuk menjaga kelestarian
fungsi keanekaragaman hayati
dalam
rangka
menjamin
terpenuhinya keadilan generasi
masa kini dan masa depan;

63.

c. memastikan
pembagian Cukup jelas.
keuntungan sosial dan ekonomi
yang adil dan berimbang dalam
rangka
mendukung
upaya
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat; dan

64.

d. mengantisipasi
global.

65.

SARAN/MASUKAN

isu

lingkungan Cukup jelas.

Pasal 4
28
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

Ruang lingkup undang-undang
konservasi keanekaragaman hayati
meliputi:
66.

a. pelindungan penyangga
kehidupan;

67.

b. pelestarian keanekaragaman
hayati;

68.

c. pemanfaatan keanekaragaman
hayati;

69.

d. pengamanan; dan

70.

e. penegakan hukum.

71.

72.
73.

74.

BAB II
PELINDUNGAN PENYANGGA
KEHIDUPAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5

Cukup jelas.

(1) Pemerintah
Pusat
menyelenggarakan
pelindungan
penyangga kehidupan di bidang
keanekaragaman hayati.
75.

(2) Pelindungan
penyangga
kehidupan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diselenggarakan
29
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

76.
77.
78.

79.
80.
81.
82.
83.
84.

RUU KKH INISIATIF KLHK
melalui:
a. inventarisasi; dan
b. penetapan status perlindungan.
(3) Inventarisasi
keanekaragaman
hayati dan penetapan status
pelindungan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan
pada tingkat:
a. spesies;
b. sumber daya genetik; dan
c. ekosistem.

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

Cukup jelas.
Cukup jelas.

Cukup jelas.
Cukup jelas.
Cukup jelas.

Bagian Kedua
Inventarisasi
Pasal 6
Inventarisasi keanekaragaman hayati
dilaksanakan untuk memperoleh data
dan informasi yang meliputi:

85.

a. potensi dan ketersediaan;

Cukup jelas.

86.

b. jenis yang dimanfaatkan;

Cukup jelas.

87.

c. bentuk penguasaan;

Yang
dimaksud
dengan
bentuk
penguasaan
merupakan
bentuk
penguasaan
oleh
mayarakat
adat
dan/atau
masyarakat
lokal
yang
senyata-nyatanya ada di lapangan
dengan itikad baik.
30
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

88.

d. pengetahuan pengelolaan;

Cukup jelas.

89.

e. bentuk kerusakan; dan

Cukup jelas.

90.

f. konflik dan penyebab konflik yang Cukup jelas.
timbul akibat pengelolaan.

91.

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

Bagian Ketiga
Penetapan Status Perlindungan

92.

Paragraf 1
Spesies

93.

Pasal 7

Cukup jelas.

(1) Penetapan status perlindungan
spesies
dilakukan
terhadap
tumbuhan liar dan satwa liar
berdasarkan
tingkat
ancaman
kepunahan.
94.

(2) Tingkat
ancaman
kepunahan
spesies sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari:
Cukup jelas.

95.

a. kategori spesies dilindungi;

96.

b. kategori spesies dikendalikan; Cukup jelas.
dan
31
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO
97.
98.

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

Cukup jelas.

c. kategori spesies dipantau.
(3) Ketentuan
kategorisasi
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak berlaku bagi:

99.

a. spesimen
satwa
perlindungan; dan

liar

pra- Yang dimaksud dengan spesimen satwa
liar pra-perlindungan adalah spesimen
satwa liar yang diperoleh atau dimiliki
sebelum spesies yang bersangkutan
dimasukkan ke dalam salah satu
kategori
perlindungan
spesies
sepanjang dapat dibuktikan melalui
dokumen-dokumen perizinan yang sah.

100.

b. spesimen tumbuhan liar.

Spesimen tumbuhan liar antara lain,
biji, benang sari (serbuk sari), bunga
potong, anakan, atau hasil kultur
jaringan yang diperoleh secara in vitro,
dapat berupa spesimen di dalam media
cair maupun padat dan dibawa di
dalam kontainer steril dari hasil
perbanyakan tumbuhan.

101.

(4) Status
perlindungan
spesies Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
ditetapkan
dengan
atau
berdasarkan
Peraturan
Pemerintah.

102.

(5) Menteri dapat mengubah status Cukup jelas.
perlindungan spesies sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(2)
32
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

berdasarkan rekomendasi dari
Komisi
Konservasi
Keanekaragaman Hayati.
103.

104.

(6) Rekomendasi
sebagaimana Cukup jelas.
dimaksud pada ayat (5) harus
berdasarkan pada kajian ilmiah
dan analisis kebijakan sosial
budaya masyarakat.

Pasal 8
Kategori
spesies
dilindungi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) huruf a merupakan spesies
dengan kriteria:

105.

barada
dalam
bahaya
a. populasi di alamnya berada dalam Kondisi
bahaya kepunahan atau kritis dari kepunahan (critically endangered) bisa
bahaya kepunahan;
terjadi antara lain akibat mendapatkan
tekanan
pemanfaatan
dan/atau
mendapatkan
tekanan
akibat
kerusakan habitat.

106.

b. populasi di hábitat alamnya kecil Yang dimaksud dengan spesies yang
atau langka;
populasi di habitat alamnya kecil atau
langka dicirikan oleh paling tidak salah
satu dari hal-hal berikut:
a. diketahui
atau
diduga
terjadi
penurunan
secara
tajam
pada
jumlah individu di alam serta
33
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

penurunan luas dan kualitas habitat;
b. jumlah sub populasi kecil;
c. mayoritas individu dalam satu atau
lebih fase sejarah hidupnya pernah
terkonsentrasi hanya pada satu atau
sedikit sub populasi saja;
d. dalam waktu yang pendek pernah
mengalami fluktuasi yang tajam pada
jumlah individu;
e. karena sifat biologis dan perilaku
spesies tersebut, seperti migrasi,
spesies tersebut rentan terhadap
bahaya kepunahan; dan/atau
f. analisis kuantitatif memperlihatkan
kemungkinan
atau
peluang
terjadinya kepunahan adalah 20 (dua
puluh) persen sampai dengan 50
(lima puluh) persen dalam waktu 10
(sepuluh) sampai 20 (dua puluh)
tahun atau dalam 3 (tiga) sampai 5
(lima) generasi yang akan datang.
107.

c. merupakan spesies endemik yang Spesies endemik yang penyebarannya
penyebarannya terbatas;
terbatas dicirikan dengan paling sedikit
salah satu dari hal-hal berikut yaitu:
a. hanya
terdapat
di
satu
beberapa lokasi atau pulau;

atau

b. populasi

atau

terpisah-pisah
34

DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

terfragmentasi;
c. terjadi fluktuasi yang besar pada
jumlah populasi atau luas areal
penyebarannya;
d. adanya dugaan penurunan yang
tajam pada areal penyebarannya,
jumlah
sub
populasi,
jumlah
individu, luas dan kualitas habitat
atau potensi reproduksi.
108.

d. spesies yang secara biologis lebih Cukup jelas.
memenuhi
kriteria
spesies
dikendalikan namun secara visual
mirip dan sulit dibedakan dengan
spesies dilindungi; dan/atau

109.

e. spesies yang termasuk dalam Cukup jelas.
Appendix
I
Convention
on
International Trade in Endangered
Species (CITES).

110.

Pasal 9
(1) Spesimen
satwa
hasil
pengembangbiakan atau spesimen
tumbuhan hasil perbanyakan di
dalam kondisi terkontrol yang
termasuk dalam kategori spesies
dilindungi
dapat
diperlakukan
sebagai
kategori
spesies
dikendalikan.

Yang
dimaksud
dengan
hasil
pengembangbiakan atau perbanyakan
di dalam lingkungan terkontrol adalah
generasi kedua (F2) dan seterusnya dari
perkembangbiakan atau perbanyakan
spesimen dilindungi.

35
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

111.

(2) Menteri
mengusulkan
spesies Cukup jelas.
dilindungi
yang
dapat
diperlakukan
sebagai
spesies
dikendalikan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
berdasarkan rekomendasi dari
Komisi
Konservasi
Keanekaragaman Hayati.

112.

(3) Rekomendasi
sebagaimana Cukup jelas.
dimaksud pada ayat (2) didasarkan
pada hasil kajian ilmiah melalui
pengawasan dan evaluasi atas
populasi
dari
kegiatan
pengembangbiakan satwa atau
perbanyakan tumbuhan.

113.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Cukup jelas.
tata cara penetapan, rekomendasi
dan kajian ilmiah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3)
diatur
dengan
Peraturan
Menteri.

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

114.
115.

Pasal 10
Kategori
spesies
dikendalikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) huruf b merupakan spesies
dengan kriteria:

116.

a. jumlah populasinya sedikit atau Cukup jelas.
terbatas;
36
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

Yang dimaksud dengan pemanfaatan
yang
tidak
dikendalikan
adalah
pemanfaatan
yang
melebihi
kemampuan
populasi
untuk
meregenerasi diri.

117.

b. merupakan spesies yang saat ini
belum berada dalam bahaya
kepunahan, namun akan dapat
berada dalam bahaya kepunahan
apabila
pemanfaatannya
tidak
dikendalikan;

118.

c. jumlah populasinya masih banyak Yang termasuk dalam spesies yang
namun secara visual mirip atau secara visual mirip atau sulit dibedakan
sulit dibedakan dengan kategori yaitu spesies yang populasinya di alam
spesies dikendalikan; dan/atau
saat ini masih melimpah sehingga
sebenarnya masuk kriteria spesies
dipantau, namun menjadi banyak
dimanfaatkan
karena
kemiripan
fisiknya
dengan
spesies
yang
dikendalikan sehingga mempengaruhi
efektivitas
pelindungan
spesies
dikendalikan yang mirip dengannya.
Perlakuan terhadap spesies dimaksud
sama dengan perlakuan terhadap
spesies dikendalikan.

119.

d. spesies yang termasuk
Appendix II CITES.

120.

Pemantauan pemanfaatan dilakukan
mengetahui
kemampuan
Kategori
spesies
dipantau untuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 populasi suatu spesies dalam menerima
ayat (2) huruf c merupakan spesies tekanan pemanfaatan. Pemantauan
pemanfaatan dilakukan antara lain

dalam

Pasal 11

37
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK
dengan kriteria populasi di habitat
alamnya dalam keadaan melimpah
namun
mendapat
tekanan
dari
aktivitas pemanfaatan.

121.

Pasal 12
Dalam hal terdapat perbedaan status
perlindungan
spesies
menurut
perjanjian internasional yang telah
diratifikasi
dengan
status
perlindungan spesies yang ditetapkan
dalam
peraturan
perundangundangan,
maka
status
yang
digunakan
adalah
status
perlindungan spesies yang ditetapkan
dalam
peraturan
perundangundangan.

122.

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

melalui
sistem
pencatatan
dan
pendataan pemanfaatan yang teratur
sehingga diperoleh informasi yang
memadai untuk penetapan kebijakan
apabila perdagangannya dianggap dapat
mengancam keadaan populasinya di
habitat.

Perjanjian internasional yang telah
diratifikasi
adalah
perjanjian
internasional mengenai satwa dan
tumbuhan liar yang telah diratifikasi,
diantaranya Convention on International
Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora (CITES).
Ketentuan pasal ini tidak berlaku bagi
spesies dilindungi menurut perjanjian
internasional atau status spesies yang
berlaku di negara asal ketika spesies
yang dimaksud masuk ke dalam
wilayah Indonesia.

Masa transisi hanya diberlakukan
(1) Dalam hal terjadi perubahan untuk waktu paling lama 90 (sembilan
status
dari
pra-perlindungan puluh) hari sejak tanggal ditetapkan.
menjadi perlindungan, ditetapkan
suatu masa transisi.
Pasal 13

38
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

123.

(2) Dalam masa transisi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), setiap
orang yang memiliki spesimen praperlindungan harus melakukan
pendaftaran dan mendapatkan
penandaan terhadap spesimen
pra-perlindungan yang dimilikinya.

Yang dimaksud dengan ketentuan
antara adalah tindakan Pemerintah
untuk
melindungi
dan/atau
menanggulangi
ancaman
bahaya
kepunahan pada spesies tertentu dalam
masa
transisi.
Ketentuan
antara
misalnya pada saat suatu spesies
masuk ke dalam Appendix CITES,
Pemerintah memasukkan instrumen
reservasi dalam masa transisi.

124.

(3) Apabila masa transisi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terlewati,
spesimen pra-perlindungan yang
ditetapkan
menjadi
milik
pemerintah .

Penetapan masa transisi dilakukan
untuk kepentingan konservasi yaitu
menyelamatkan populasi spesimen praperlindungan
agar
terhindar
dari
kepunahan atau bahaya kepunahan.

125.

Pasal 14
(1) Dalam
mendukung
penyelenggaraan
pelindungan
spesies,
Pemerintah
Pusat
dan/atau
Pemerintah
Daerah
dapat menetapkan tumbuhan liar
atau satwa liar sebagai tumbuhan
atau satwa kharismatik.

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

Satwa kharismatik adalah satwa yang
mengundang
empati
atau
emosi
manusia sehingga keberadaannya dapat
diidentikkan sebagai duta , ikon atau
simbol suatu tempat, daerah atau
negara. Satwa kharismatik biasanya
merupakan satwa besar yang kondisi
populasinya
terancam
bahaya
kepunahan antara lain Harimau, Gajah,
Badak, Orangutan dan Komodo.

39
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

126.

(2) Masyarakat dapat memberikan Cukup jelas.
usulan
dalam
penetapan
tumbuhan atau satwa kharismatik
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).

127.

(3) Pemerintah
Pusat
dan/atau Cukup jelas.
Pemerintah
Daerah
dapat
mengusulkan satwa kharismatik
masuk
ke
dalam
status
pelindungan spesies.

128.

Pasal 15
(1) Bagi
spesimen
dari
spesies
tumbuhan, pada saat penetapan
status
perlindungan
wajib
menyertakan anotasi atas bagianbagian spesimen tumbuhan.

129.

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

Yang dimaksud dengan anotasi adalah
ketentuan yang memasukkan atau
mengecualikan
bagian-bagian
atau
turunan tertentu dari tumbuhan di
dalam pencatuman spesies tumbuhan
ke dalam katagorisasi pelindungan
spesies tumbuhan. Pengecualian dapat
dilakukan karena sifat tumbuhan yang
apabila bagian-bagian tertentu dari
tumbuhan
dikecualikan
dari
pengaturan
maka
tidak
akan
mempengaruhi kelestarian spesies yang
bersangkutan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Cukup jelas.
anotasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
40
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

130.

RUU KKH INISIATIF KLHK

Pasal 16

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

Cukup jelas.

Ketentuan lebih lanjut mengenai
status
perlindungan
spesies
sebagaimana dimaksud pada Pasal 7,
Pasal 8, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12,
Pasal 13, dan Pasal 14 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

131.

132.

Paragraf 2
Sumber Daya Genetik

Pasal 17

Cukup jelas.

(1) Penetapan status perlindungan
sumber daya genetik dilakukan
dengan membuat daftar spesies
target yang diprioritaskan bagi
pelindungan sumber daya genetik.
133.

(2) Menteri
menetapkan
dan Cukup jelas.
mengubah daftar spesies target
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
dengan
memperhatikan
rekomendasi Komisi Konservasi
Keanekaragaman Hayati.

134.

(3) Daftar spesies target sebagaimana Cukup jelas.
dimaksud pada ayat (2) termasuk
informasi tentang sumber daya
41
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

genetik
yang
terkandung
di
dalamnya menjadi bagian dari
materi sistem basis data dan
informasi
yang
dikembangkan
Dewan Pengelola Sumber Daya
Genetik.

135.

Pasal 18
Penetapan spesies target sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 dilakukan
berdasarkan kriteria:

136.

a. spesies
budidaya.

137.

b. spesies yang secara
diperdagangkan
atau
komersial; atau

138.

c. spesies
budidaya.

139.

yang

yang

mendukung Cukup jelas.
langsung Cukup jelas.
bernilai

mendukung Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Ketentuan lebih lanjut mengenai
penetapan dan perubahan spesies
target sumber daya genetik diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

42
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

140.

Paragraf 3
Ekosistem

141.

Pasal 20
Penetapan
ekosistem
penetapan:

PENJELASAN

PENJELASAN

status
pelindungan
dilakukan
melalui

142.

a. kawasan konservasi; dan

Cukup jelas.

143.

b. kawasan ekosistem esensial.

Cukup jelas.

144.

SARAN/MASUKAN

Pasal 21
(1) Penetapan kawasan konservasi
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal 20 huruf a dilakukan melalui
pengukuhan:

145.

a. Cagar Alam;

Cukup jelas.

146.

b. Taman Nasional;

Cukup jelas.

147.

c. Taman Wisata Alam;

Cukup jelas.

148.

d. Suaka Margasatwa;

Cukup jelas.

149.

e. Taman Buru; dan/ atau

Cukup jelas.

150.

f. Taman Hutan Raya.

Cukup jelas.
43
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

151.

(2) Pengukuhan kawasan konservasi Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)
dilakukan
sesuai
fungsi
alamiah, tujuan, dan kriteria
kawasan konservasi.

152.

(3) Pengukuhan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan
melalui proses:

153.

a. penunjukan;

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

Penunjukan kawasan konservasi adalah
kegiatan persiapan pengukuhan, antara
lain berupa:
a. pembuatan peta penunjukan yang
bersifat arahan batas luar;
b. pemancangan batas sementara atau
koordinat geografis;
c. pengumunan tentang rencana batas
kawasan terutama di lokasi yang
berbatasan dengan tanah hak atau
lokasi
yang
rawan
gangguan
keamanan;
d. konsultasi
publik
dimaksudkan
untuk mendapat pertimbangan dan
menampung
aspirasi
dari
masyarakat,
lembaga
swadaya
masyarakat,sektor
swasta,
atau
lembaga ilmiah, termasuk lembaga
perguruan tinggi.

154.

b. penataan batas;

Penataan batas dilakukan melalui:
44
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

a. pemasangan
tanda
batas
dan
penetapan koordinat geografis ; atau
b. penetapan titik referensi
berupa
koordinat geografis bagi kawasan
konservasi perairan.
155.

c. pemetaan; dan

Cukup jelas.

156.

d. penetapan.

Cukup jelas.

157.

Pasal 22
(1) Penetapan
kawasan
ekosistem
esensial sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 huruf b meliputi
penetapan:
dimaksud
dengan
daerah
kawasan Yang
penyangga kawasan konservasi adalah
daerah di sekitar kawasan konservasi
yang
dapat berupa ekosistem alami
atau buatan, kawasan produksi, desa
atau areal lainnya yang pengelolaanya
ditujukan untuk meningkatkan dampak
positif
dari
masyarakat
dan
menurunkan dampak negatif pada
kawasan konservasi.

158.

a. daerah penyangga
konservasi;

159.

b. koridor ekologis atau ekosistem Yang dimaksud dengan koridor ekologis
penghubung;
atau ekosistem penghubung adalah
areal atau jalur bervegetasi yang cukup
45
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

lebar baik alami maupun buatan yang
menghubungkan dua atau lebih habitat
atau kawasan konservasi atau ruang
terbuka dan sumberdaya lainnya, yang
memungkinkan terjadinya pergerakan
atau pertukaran individu antar populasi
satwa atau pergerakan faktor-faktor
biotik sehingga mencegah terjadinya
dampak buruk pada habitat yang
terfragmentasi pada populasi karena inbreeding dan mencegah penurunan
keanekaragaman genetik akibat erosi
genetik (genetic drift) yang sering terjadi
pada populasi yang terisolasi.
160.

c. areal dengan nilai konservasi Yang dimaksud areal dengan nilai
tinggi (NKT);
konservasi tinggi adalah areal atau
bentang alam berupa ekosistem yang
memiliki satu atau lebih atribut berikut:
a. areal yang secara signifikan baik di
tingkat
global,
regional
atau
nasional mengandung konsentrasi
nilai-nilai keanekaragaman hayati
(seperti endemisme, spesies langka,
pengungsian, atau persinggahan
spesies migran); dan/atau bentang
alam yang cukup luas yang terdapat
di dalam unit pengelolaan atau
mencakup unit pengelolaan, dimana
populasi yang viabel dari mayoritas
46
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

spesies yang tinggal secara alami
berada pada pola yang alami dari
distribusi dan kelimpahannya;
b. areal yang berada atau berisi
ekosistem langka, terancam atau
dalam bahaya kepunahan;
c. areal yang dapat menyediakan jasa
ekosistem dasar pada saat terjadi
situasi kritis (seperti perlindungan
tata air daerah aliran sungai dan
pengendalian erosi, ekosistem kars,
ekosistem gambut), areal yang
menjadi
ketergantungan
dari
masyarakat lokal untuk memenuhi
kebutuhan dasar (seperti subsisten,
kesehatan) dan/atau penting bagi
identitas budaya tradisional dari
masyarakat lokal (kawasan yang
bersama masyarakat diidentifikasi
signifikan secara budaya, ekologi,
ekonomi atau religi masyarakat
lokal).
Contoh:
ekosistem
kars
yang
berfungsi lindung; lahan gambut
yang berfungsi lindung; padang
lamun.
161.

d. areal
konservasi
masyarakat (AKKM);

kelola Yang
dimaksud
dengan
Areal
Konservasi Kelola Masyarakat (AKKM)
adalah ekosistem penting baik di dalam
47
DRAF RUU KKH Tanggal 18 Desember 2015

NO

RUU KKH INISIATIF KLHK

PENJELASAN

SARAN/MASUKAN

PENJELASAN

maupun di luar kawasan hutan,
perairan dan Wp3k yang diakui sebagai
areal konservasi yang dikelola oleh
masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip
konservasi.
Karakteristik yang
AKKM adalah:

mengindikasikan

a. hubungan yang kuat antara satu
atau lebih masyarakat adat atau
lokal dengan kawasan (teritori,
ekosistem,
habitat
atau
sumberdaya) dimana hubungan
tersebut harus menyatu di dalam
identitas masyarakat dan/atau
ketergantungan untuk kehidupan
atau kesejahteraan;
b. masyarakat adat atau lokal
merupakan pemain utama dalam
penga