Pendidikan Anak Pra-Sekolah dalam Perspektif Psikologi

PENDIDIKAN ANAK PRA- SEKOLAH

Pe n didikan An ak Pra-Se ko lah dalam
Pe rs pe ktif Ps iko lo gi
M . S ya h ra n J a ila n i
Fakultas Tarbiyah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin J am bi

Ab s tr a k s :
H a r i in i b a n ya k le m b a ga p e n d id ik a n m u la i p r a s e k o la h
sa m p a i p er gu r u a n t in ggi m en a wa r ka n kon sep p en d id ika n
“p lu s” d en ga n b er b a ga i st r a t egi d a n m et od e. Kh u su s p a d a
a n a k p r a sekola h , fa silit a s d a n b er a ga m est et ika lem b a ga le m b a ga p e n d id ik a n m e m b e r ik a n b e r b a ga i a k s e s ya n g
b er t u ju a n m em b er ika n kep u a sa n p a d a a n a k d id ik. Ar t ikel
in i m elih at lika-liku pen didikan an ak pr asekolah . Per spektif
yan g d igu n akan ad alah p sikologi.
K a t a K u n c i : An a k u s ia d in i, p e n d id ik a n p r a - s e k o la h ,
p er kem b a n ga n a n a k.

Pe n d a h u lu a n
Saat ini sem akin banyak TK yang m enawarkan keteram pilan “plus”
dalam penyelenggaraan pendidikannya dengan m etode pengajaran

yang m ereka tawarkan sangat beragam , dan orangtuapun ikut tergiur
den gan pen awaran itu, sehin gga hukum dem an d dan supply pun
berlaku. Ken dati m en gklaim bertujuan un tuk m en didik gen erasi
pen erus ban gsa, tak pelak un sur bisn ispun m un cul (Suryobroto,
19 9 4 :5- 2 2 ) . I m p lika s in ya , lem b a ga d a n or a n gt u a t er la m p a u
m en gh a r a p ka n d a n m en a r get ka n a n a k-a n a k a ga r m en gu a sa i
kepandaian tertentu, m isalnya anak harus pandai m em baca, m enulis,
M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

93

94

M. SYAHRAN JAILANI

berhitung, menggambar dengan bagus, berbahasa asing (Inggris, Arab,
d an lain -lain ) d en gan p en gawasan yan g san gat ket at , p ad ah al
kem am puan an ak-an ak san gat berbeda. Un tuk an ak yan g kuran g
m am pu akan m em buat m ereka frustasi dan hilang sem angat untuk
belajar. Kalaupun anak m am pu m em enuhi harapan orangtua yang

kem udian orangtua m enjadi bangga karenanya, m aka kebanggaan
orangtua itu belum tentu m erupakan panggilan hati dan kesenangan
anak-anak. Situasi pendidikan seperti inilah yang membuat psikologis
anak tidak sehat.
Mem anfaatkan m om en “m em beri y ang terbaik” untuk anakanak, banyak m edia berm unculan yang bertem akan pendidikan anak,
seperti m ajalah Bobo, si Kancil, Anakku, Anak Shaleh, Ayah Bunda,
juga sering ada program yang m enawarkan sem inar, ceram ah, diskusi
atau kursus bagaim ana m endidik anak yang efektif m elalui m edia
cetak maupun elektronik. Demikian pula perusahaan permainan anakan ak iku t ber lom ba m en awar kan pr odu kn ya kar en a m em ah am i
bahwa oran gtua tidak akan m en olak perm in taan an ak, m eskipun
kadang-kadang alat-alat perm ainan tersebut kurang m em punyai nilai
edukatif.
Dari tawaran tersebut agaknya cukup m enyadarkan orangtua,
terutam a pasangan m uda di kota, akan pentingnya arti stim ulasi dan
perhatian orangtua terhadap anak usia dini, sehingga tidak sedikit
m ereka harus m enghabiskan uang, tenaga, dan pikiran dem i kualitas
anak. Tulisan singkat ini bermaksud untuk meninjau secara psikologis
m engenai pendidikan anak pra-sekolah.

Pe n ge rtian An ak Pra-Se ko lah

Sam pai abad XVIII m asih berkem bang anggapan bahwa anak adalah
orang dewasa dalam bentuk kecil, terutam a di Eropa, di m ana kondisi
ekon om i d i san a m em u n gkin kan agar an ak t id ak t er lalu lam a
tergantung kepada orangtua. Berdasarkan atas anggapan itu m aka
im plikasinya, perlakuan dan harapan orangtua terhadap anak sam a
dengan perlakuan dan harapan terhadap orang dewasa. Hal ini terlihat
m isalnya dalam m em beri perhatian, m em enuhi kebutuhan pokok,
M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

PENDIDIKAN ANAK PRA- SEKOLAH

atau m enargetkan kepandaian yang sam a dari anak kecil dan orang
dewasa. Perlakuan dan harapan terhadap an ak karen a kesalahan
m em persepsi perkem bangan anak ini akan m enim bulkan m asalah
psikologis di kem udian hari pada perkem bangan em osi, sosial, m oral,
kognisi anak tersebut.
Oleh karena itu, anak harus dipandang sebagai individu yang
berbeda dengan orang dewasa. Anak bukan orang dewasa kecil karena
anak m em iliki kem am puan, kekuatan, pengalam an dan penghayatan
yang berbeda dengan orang dewasa dalam m em andang dunia. Anak

m em iliki dunia sendiri yang berbeda dengan dunia orang dewasa.
Dari sisi paedagogi usia anak terbagi m enjadi dua bagian, anak
pra-sekolah usia 3-6 tahun dan anak sekolah usia 7-12 tahun (Biechler
dan Snowm an, 1993:8 ). Anak usia pra-sekolah um um nya m engikuti
program penitipan anak (Day Care) usia 3 bulan sam pai 5 tahun,
pr ogr am kelom pok ber m ain (Play Grou p s) u sia 3-4 tah u n , d an
program Tam an Kanak-kanak (Kindergarten).
Saat in i, seir in g d en gan kem aju an em an sip asi p er em p u an ,
lem baga pendidikan anak pra-sekolah sehari penuh (fullday ) m enjadi
trend di kota besar. Menurut m ereka, lem baga penitipan anak seperti
ini jauh lebih beruntung daripada anak-anak diasuh oleh pem bantu
rum ah tan gga di rum ah, selain karen a sem akin sulitn ya m en cari
tenaga pem bantu rum ahtangga, juga anak-anak tidak m em peroleh
p en d id ikan d ar i p ar a p em ban t u yan g u m u m n ya ku r an g m elek
pen didikan . Mer eka r ela m em bayar ber apapu n dem i an ak-an ak
m ereka. Nam un dem ikian , perlu m en cerm ati, apakah an ak-an ak
m erasa cukup m enikm ati m odel pendidikan seperti ini, atau bahkan
an ak-an ak m er asa jen u h d an lelah . Ap ap u n m od el p en d id ikan ,
seyogya n ya b u ka n b er d a sa r ka n kep en t in ga n or a n gt u a seca r a
sepihak.


Pe rke m ban gan An ak Pra-Se ko lah
P e r k e m b a n g a n Fis ik
Pada saat anak m encapai usia pra-sekolah (3 – 6 tahun) terdapat ciri
M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

95

96

M. SYAHRAN JAILANI

yang jelas yang m em bedakan antara usia bayi dan usia anak prasekolah. Perbedaan ini dapat terlihat dalam penam pilan, proporsi
tubuh, berat dan tinggi badan m aupun keteram pilan yang m ereka
kuasai. Pada anak usia pra-sekolah telah tam pak otot-otot tubuh yang
berkem ban g dan m em un gkin kan bagi m ereka un tuk m elakukan
keteram pilan. Sem akin usia bertam bah, perbandingan bagian tubuh
anak akan berubah, sehingga anak m em iliki keseim bangan di tungkai
bagian bawah.
Gerakan an ak pra-sekolah lebih terken dali dan terorgan isasi

dalam pola-pola seperti: m en egakkan tubuh dalam posisi berdiri,
tangan dapat terjuntai dengan santai, m am pu m elangkahkan kaki
dengan m enggerakkan tungkai dan kaki. Terbentuknya tingkah laku
ini, m em ungkinkan anak m erespon pelbagai situasi. Pertum buhan
gigi anak pra-sekolah mencapai 20 buah, di mana gigi susu akan tanggal
pada akhir usia pra-sekolah dan gigi perm anen tidak akan tum buh
sebelum anak berusia 6 tahun. Otot dan sistem tulang akan terus
berkem bang sejalan dengan usia m ereka. Kepala dan otak anak prasekolah telah mencapai ukuran orang dewasa. Demikian pula jaringan
saraf m ereka berkem bang m engikuti pertum buhan otaknya. Anak
pr a-sekolah m em bu tu h kan kon disi kon du sif u n tu k ber kem ban g
sehingga motorik, bahasa, sosial, kreativitas, emosi, kognisi dan moral
m ereka akan berkem bang dengan optim al.

P e r k e m b a n g a n M o t o r ik
P er kem b a n ga n m ot or ik a n a k m er u p a ka n p r oses m em p er oleh
keterampilan dan pola gerakan yang diperlukan untuk mengendalikan
tubuh anak. Ada dua macam keterampilan motorik yaitu keterampilan
koordinasi otot halus, dan keteram pilan koordinasi otot kasar (Milles
dan Browne, 1994:280 ). Keteram pilan koordinasi otot halus biasanya
dipergunakan dalam kegiatan m otorik di dalam ruangan, sedangkan

keteram pilan koordin asi otot kasar dilaksan akan di luar ruan gan
karena m encakup kegiatan gerak seluruh tubuh atau sebagian besar
t u b u h . De n ga n m e n ggu n a ka n b e r m a ca m - m a ca m ko o r d in a s i

M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

PENDIDIKAN ANAK PRA- SEKOLAH

kelom p ok ot ot t er t en t u , an ak d ap at belajar u n t u k m er an gkak,
m elem par atau m eloncat. Koordinasi keseim bangan, ketangkasan,
kelenturan, kekuatan, kecepatan, dan ketahanan m erupakan kegiatan
m otorik kasar. Sedangkan m otorik halus m erupakan kegiatan yang
m en ggu n a ka n ot ot h a lu s p a d a ka ki d a n t a n ga n . Ger a ka n in i
m em erlukan kecepatan , ketepatan , keteram pilan m en ggerakkan ,
seperti menulis, menggambar, menggunting, melipat atau memainkan
piano.
Seefell (Verna, 1986:144) m enggolongkan keteram pilan m otorik
m enjadi tiga bagian sebagai berikut:
1. Keteram pilan Lokom otorik terdiri atas: keteram pilan berjalan,
ber lar i, m elom p at , ber d er ap , m elu n cu r , ber gu lu n g-gu lu n g,

berhenti, m ulai berjalan, m enjatuhkan diri dan m engelak.
2. Keteram pilan Non Lokom otorik, yaitu m en ggerakkan bagian
tubuh dengan posisi diam di tem pat seperti: berayun, m erentang,
ber belok, m en gan gkat , ber goyan g, m elen gku n g, m em elu k,
m enarik dan m em utar.
3. Keteram pilan m em proyeksi dan m enerim a, m enggerakkan dan
m en an gkap ben da seperti: m en an gkap, m en arik, m en ggirin g,
m elem par, m enendang, m em ukul, dan m elam bung.
Keterampilan motorik sebagaimana tersebut di atas memerlukan
latihan-latihan. Latihan untuk keteram pilan m otorik halus m isalnya
d e n ga n
k e gia t a n
m e n gga m b a r ,
m e lip a t ,
m e n yu s u n ,
m engelom pokkan, m em bentuk, m elipat atau m enggunting. Latihan
untuk keteram pilan m otorik kasar dengan cara m enangkap (bola),
m enendang, m eloncat, m elem par atau m elom pat.

Pe r k e m b a n g a n Ba h a s a

Kemampuan anak memahami bahasa orang lain masih terbatas. Anak
pra-sekolah hanya m em aham i bahasa dari persepsi dirinya sendiri
dan akseler asi per kem ban gan bah asa an ak ter jadi sebagai h asil
p er kem b a n ga n fu n gsi sim b olis. Ap a b ila fu n gsi sim b olis t ela h
berkem bang, akan m em perluas kem am puan m em ecahkan persoalan

M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

97

98

M. SYAHRAN JAILANI

dengan belajar dari bahasa orang lain.
Menurut Welton & Mallon (1981:118), bahasa merupakan bentuk
utam a dalam m engekspresikan pikiran dan pengetahuan jika anak
m engadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang sedang tum buh
kem ban g m en gkom un ikasikan kebutuh an , pikiran dan perasaan
m elalui bahasa dengan kata-kata yang m em punyai m akna.

Berbahasa m enghasilkan bunyi verbal. Kem am puan m endengar
dan membuat bunyi verbal merupakan hal utama untuk menghasilkan
bicara. Kem am puan bicara anak m eningkat m elalui pengucapan suku
k a t a ya n g b e r b e d a - b e d a ya n g d iu ca p k a n a n a k s e ca r a je la s .
Kem am puan bicara ini akan lebih baik lagi bila anak m em beri arti
ka t a -ka t a b a r u , m en gga b u n gka n ka t a -ka t a b a r u , m em b er ika n
pernyataan atau pertanyaan. Sem ua ini m erupakan penggabungan
proses bicara, kreativitas dan berfikir.
Berfikir adalah awal berbah asa, dan berfikir lebih luas dari
bahasa. Kendatipun dem ikian, berfikir tidak tergantung pada bahasa,
m eskipun bahasa dapat m em bantu perkem bangan berfikir. Bahasa
d ap at m en gar ah kan p er h at ian an ak t er h ad ap objek-objek at au
hubungan-hubungan dalam lingkungan, m em perkenalkan m ereka
pada perbedaan cara pandang dan m enanam kan inform asi abstrak.
Bahasa adalah salah satu alat dalam berfikir. Hal ini sebagaim ana
Wer tsch (d alam Miller ) m en jelaskan , Alt hou g h t hin k in g is n ot
dependent on language, language can aid cognitive developm ent.
L a n g u a g e ca n d ir ect ch ild r en ’s a t t en t ion t o n ew ob ject s or
relationships in the environm ent, introduce them to conflicting point
of view , and im part abstract inform ation that is not easily acquired

directly . Lan guage is on e of m an y tools in our cogn itiv e toolkit
(Patricia, 1993:53).
Men u r u t Vygot sky (Dwor et zky, 19 9 0 : 275) ad a t iga t ah ap
perkem bangan bicara anak yang m enentukan tingkat perkem bangan
berfikir dengan bahasa, yaitu tahap eksternal, egosentris dan internal.
Tahap eksternal di mana sumber berfikir anak dalam berbahasa datang
luar dirinya, m isalnya saat ibunya m engajukan pertanyaan kepada
an ak, lalu an ak berfikir un tuk m en jawabn ya. Tahap egosen tris di
M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

PENDIDIKAN ANAK PRA- SEKOLAH

m an a pem bicaraan oran g lain tidak lagi m en jadi prasyarat awal
terjadinya proses berfikir dan berbahasa. Tahap internal di mana anak
m enghayati sepenuhnya proses berfikir tanpa ada orang lain yang
m en un tutn ya.

Pe r k e m b a n g a n S o s ia l
Perkembangan sosial anak akan berjalan seiring dengan pertambahan
u sia d i m a n a a n a k m em p u n ya i keb u t u h a n u n t u k b er ga u l d a n
berinteraksi dengan dunia yang lebih luas, yang sebelum nya terbatas
dalam tataran lingkungan keluarga. Untuk keperluan pergaulan ini
anak m em bina hubungan dengan orang dewasa, m em bina hubungan
dengan anak lain, m em bina hubungan dengan kelom pok sebaya dan
m em bina diri sebagai individu.
Pen gen alan an ak ter h ad ap lin gku n gan d i lu ar r u m ah akan
m em bantu anak yang baru m em asuki pendidikan prasekolah untuk
leb ih m a m p u b er a d a p t a si d en ga n lin gku n ga n keh id u p a n ya n g
beragam . Lingkungan luar rum ah m em beri pengalam an kepada anak
un tuk m en gen al aturan -aturan yan g berbeda den gan lin gkun gan
rumah, menemukan teman yang tidak memberi perhatian, mengalami
sendiri bagaim ana harus m engalah kepada orang lain, m engalam i
sendiri bagaim ana harus m engikuti aturan-aturan sosial.
Pengalam an berinteraksi di luar rum ah m erupakan satu tahapan
m em bangun kem am puan m enyesuaikan diri. Ketidakm am puan anak
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, akan menyebabkan
anak m erasa terganggu m entalnya. Kondisi m ental seperti ini sering
terwujud dalam tindakan seperti mengompol, menangis, menjerit saat
tidur, gelisah, selalu in gin ke belakan g, tidak bergairah dan tidak
senang berlam a-lam a berada dalam lingkungan luar rum ah.
Menyadari akan pentingnya perkem bangan sosial anak, m aka
perlu ada bim bingan dan latihan dari orangtua m aupun guru untuk
mencapai perkembangan sosial yang sehat. Perkembangan sosial yang
yang sehat m enurut Karen Horney (Mesta, 1999 : 25-29) terwujud
dalam m oving toward others, m oving againts others dan m oving away

M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

99

100

M. SYAHRAN JAILANI

others secara fleksibel dan seim bang.

Pe r k e m b a n g a n K r e a t iv it a s
Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan gagasan baru
yan g asli d an im agin atif ber d asar kan gagasan yan g su d ah ad a.
Menurut Gordon & Browne, apabila ingin mengembangkan kreativitas
anak, guru harus membantu anak untuk mengembangkan fleksibilitas
dan m en ggun akan im agin asi, kesediaan un tuk m en gam bil resiko,
m enggunakan diri sendiri sebagai sum ber dan pengalam an belajar.
Ca r a u n t u k m en gem b a n gka n fleksib ilit a s a d a la h d en ga n
perlakuan guru yang tidak otoriter dan m em beri kesem patan kepada
an ak u n t u k m en en t u kan p ilih an , m em ber i kep er cayaan u n t u k
m elakukan pilihan, m em bangun hubungan yang penuh keterbukaan
sehingga anak m enyaksikan sendiri sesuatu yang boleh berbeda. Pada
m ulanya anak biasa tidak ingin terlihat berbeda dengan orang lain
karena ia tidak berani m enghadapi resiko akibat perbedaan itu. Akan
tetapi, apabila guru terus m endorong anak untuk m enentukan pilihan
yang berbeda dan m em beri pengharapan atas perbedaan itu, m aka
secara berangsur-angsur akan m enum buhkan kreativitas pada anak.

P e r k e m b a n g a n Em o s i
Em osi berfungsi untuk m engkom unikasikan kebutuhan, suasana hati
dan perasaan. Melalui ekspresi perasaan, anak dapat m enyesuaikan
d ir i d en gan lin gku n gan sosial, seper ti m en gh or m ati or an g lain ,
m em p er oleh h u bu n gan d an m em elih ar a h u bu n gan sosial yan g
harm onis, serta m enenangkan perasaan. J ika perkem bangan em osi
a n a k it u b a ik, m er eka a ka n b ela ja r b a ga im a n a m en ggu n a ka n
k e d a la m a n p e r a s a a n d e n ga n t id a k m e n ge k s p r e s ik a n s e ca r a
ber lebih an d an d ap at m en giku t i p er asaan or an g lain seh in gga
m enum buhkan pengertian dan kerja sam a dengan orang lain.
Masin g-m asin g an ak m en gekspresikan em osi sesuai den gan
su asan a h at i d an p en gar u h lin gku n gan , t er u t am a p en galam an
kelekatan dengan pengasuh (caregiver) dan tem an-tem annya.
M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

PENDIDIKAN ANAK PRA- SEKOLAH

Oleh kar en a itu , an ak pr a-sekolah selayakn ya m em per oleh
bim bingan yang m em adai dari guru dan orangtua untuk m engenal
dan menerima perasaannya agar mereka belajar menghargai perasaan
orang lain. Dalam hal ini teknik orangtua m engasuh (child rearing)
dan gaya orangtua m engasuh (parenting sty le) anak sangat m ewarnai
perkem bangan em osi anak pra-sekolah.

P e r k e m b a n g a n K o g n it if
Kogn itif dapat berarti kecerdasan , berfikir dan m en gam ati, yaitu
tingkah laku yang m engakibatkan orang m em peroleh pengetahuan
atau yan g diperlukan un tuk m en ggun akan pen getahuan . Den gan
pengertian ini, m aka anak yang m am pu m engkoordinasikan pelbagai
car a ber fikir u n tu k m en yelesaikan p er soalan -p er soalan d en gan
m erancang, m engingat dan m encari alternatif bentuk penyelesaian
persoalan m erupakan tolok ukur perkem bangan kognitif.
Apabila m engam ati cara berfikir dan tingkah laku anak usia ini,
m aka cara berfikir m ereka term asuk sem i logis, yaitu setengah m asuk
akal (pra-logis). Keadaan ini oleh J ean Piaget, seorang ahli psikologi
kognitif, sebagai tahap pra-operasional, yaitu suatu tahap di m ana
p r oses ber fikir an ak ber p u sat p ad a p en gu asaan sim bol-sim bol
(misalnya, kata-kata) yang mampu mengungkapkan pengalaman masa
lalu.
Piaget (Patricia, 1993:5356) m enjelaskan karakteristik utam a
anak prasekolah adalah egocentrism , regidity of thought, sem ilogical
r ea son in g d a n lim it ed socia l cog n it ion . Egosen t r is p ad a an ak
prasekolah tidak berarti m ereka m em entingkan diri sendiri, tetapi
karena mereka tidak dapat melihat sesuatu dari pandangan orang lain,
m isalnya saat anak berbicara satu sam a lain dalam kelom pok berm ain
tetapi di antara m ereka tidak terjadi saling berinteraksi dalam topik
pem bicaraan. Mengenai karakteristik egosentris ini Piaget (dalam
Miller) m enjelaskan:
Egocen trism does n ot refer to selfishn ess or arrogan ce, an d Piaget
d oes n ot u se it . In a d er ogat or y way. Rat h er , t h e t er m r efer s t o
( a ) t h e in co m p le t e d iffe r e n t ia t io n o f t h e s e lf a n d t h e wo r ld ,
M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

101

102

M. SYAHRAN JAILANI

in clu d in g o t h e r p e o p le , a n d ( b ) t h e t e n d e n cy t o p e r ce ive ,
u n d er st a n d , a n d in t er p r et t h e wor ld in t er m s of t h e self. On e
im p lica t io n is t h a t t h e ch ild ca n n o t t a k e a n o t h e r p e r s o n ’s
p er cep t u a l or con cep t u a l p er s p ect ive.

Karakteristik kedua, regidity of thought yaitu kekakuan berfikir,
yakn i kecen d er u n gan ber fikir h an ya p ad a sat u p an d an gan d an
m en gabaikan pan dan gan yan g lain (cen tration ), m isaln ya ketika
m elihat air di gelas yang tinggi dan gelas yang pendek lebar, m eskipun
isi air di kedua gelas itu sam a, anak tetap akan m engatakan bahwa air
di gelas tinggi lebih banyak, karena anak hanya m em andang dari satu
sisi, yaitu ketinggian gelas dan m engabaikan pada isi yang terkandung
dalam kedua gelas yang berbeda tersebut.
Centration dan egocentrism m erefleksikan ketidak m am puan
anak m enghadapi beberapa segi dari suatu situasi pada saat yang
bersamaan dan menyebabkan pandangan yang bias. Anak pra-sekolah
dalam m em andang suatu keadaan lebih m em fokuskan pada tam pilan
keadaan (focus on states atau focus on appearance), bukan pada isi
atau kenyataan di balik tam pilan itu. Anak pra-sekolah berfikir hanya
pada keadaan “sebelum ” dan “sesudah”, tidak pada proses perubahan
dari sebelum dan sesudah m elihat tam pilan suatu keadaan. Kekakuan
berfikir ini karena m ereka tidak dapat berfikir dari sisi kebalikannya
(irreversible) dari suatu rangkaian kejadian atau perubahan bentuk.
Piaget m enjelaskan tentang centration dan egocentrism anak prasekolah sebagai berikut:
Cen tr ation an d egocen tr ism ar e sim ilar in th at th ey both r eflect
an in ability to deal with several aspects of a situation at the sam e
tim e an d that they both cause a biased view of the world. We also
fin d a regidity, or lack of flexibility, of thought in the ten den cy to
focus on states rather than on the tranform ation linking the states,
th e ch ild th in ks abou t th e “befor e” an d “after ” states bu t ign or es
the process of chan gin g from A to B, children focus on appearan ce
r ath er th an r eality. In ter est in th e appear an ce r eality d istin ction
m ade a “com eback” within the recen t study of children ’s con cepts
abou t t h e m in d . Per h ap s t h e clear est exam p le of t h e r egid it y of
t h ou gh t is it s lack of r ever sibilit y.

Sem ilog ica l R ea son in g m er u p akan car a ber fikir an ak p r aM ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

PENDIDIKAN ANAK PRA- SEKOLAH

sekolah yang m asih egosentris dan kaku dalam m enjelaskan kejadiankejadian alam iah sehari-hari dengan jalan m elakukan personifikasi,
m isalnya bulan m em punyai kaki karena dapat berjalan m engikutinya.
Lim ited Social Cogn ition yaitu keter batasan ber fikir dalam
m en an gkap peristiwa sosial. An ak pra-sekolah berfikir cen derun g
bersifat kuantitas dan serba fisik. Mereka belum dapat berfikir pada
t a t a r a n a b s t r a k ya n g b er s ifa t ku a lit a s . P ia get m em b u kt ika n
keterbatasan anak pra-sekolah m enangkap peristiwa sosial adalah
saat anak m engatakan bahwa si A yang m em ecahkan 1 lusin gelas
ketika sedang m em bantu ibunya sangat bersalah, daripada si B yang
m em ecahkan 1 buah gelas ketika sedang m encuri m inum an ibunya.
Den gan per kem ban gan kogn itif an ak yan g dem ikian , m aka
perkem bangan m oral anak pra-sekolah m enurut Kohlberg berada
pada pra-kon ven sion al, yaitu suatu tahap yan g m en gawali un tuk
ter ben tu kn ya p er ilaku m or al. Den gan d em ikian p er kem ban gan
kognitif sangat erat berkaitan dengan perkem bangan m oral.

Pe r k e m b a n g a n M o r a l
Anak pra-sekolah m enurut Piaget dalam perkem bangan kognitifnya
berada pada tahap pra-operational, sedangkan m enurut Kohlberg
dalam perkem bangan m oralnya berada pada tahap pra-konvensional.
Tahap ini m engindikasikan bahwa anak pra-sekolah belum m em iliki
kesadaran m oral karen a perkem ban gan berfikirn ya m asih san gat
terbatas. Kalaulah anak usia ini melakukan aturan-aturan, hal tersebut
bukan karena m ereka faham bahwa aturan tersebut penting baginya,
melainkan karena mereka ingin memperoleh pujian atau menghindari
hukum an karena perbuatan tersebut. Moral anak pra-sekolah lebih
m endasarkan diri pada prinsip m eraih kesenangan (hedonism ).
Anak pra-sekolah belum dapat m enangkap ide yang m endasari
m engapa aturan tersebut berlaku bagi dirinya. Sem akin anak tersebut
berkem bang penalarannya, sem akin terbukalah pem ikirannya untuk
m en erim a n orm a. In i berarti terben tukn ya m oral seirin g den gan
ber kem ban gn ya p ola ber fikir m er eka, kar en a p en alar an m or al

M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

103

104

M. SYAHRAN JAILANI

sesorang m em acu tim bulnya perbuatan m oral (Knoers, 1994 : 30 530 9).
Dengan m engenal perkem bangan anak usia prasekolah baik dari
segi fisik, m otorik, bahasa, sosial, kreativitas, em osi, kogn isi dan
m oral, m eskipun dengan paparan yang sangat terbatas dan singkat
ini, kiranya dapat berguna untuk m engenal bagaim ana pendidikan
un tuk an ak pra-sekolah m en urut tin jauan psikologi yan g sesuai
dengan perkem bangan usia m ereka.

Se jarah Pe rke m ban gan Pe n d id ikan An ak Pra-Se ko lah
Tahun 190 0 -an m erupakan awal sejarah berdiri pen didikan prasekolah dengan tokoh yang terkenal yaitu Frobel dan Montessori.
Maria Montessori adalah seorang dokter dan antropolog perem puan
yang pertam a. la m em iliki pem ikiran-pernikiran dan m etode-m etode
pen didikan yan g sam pai saat in i m asih populer di seluruh dun ia.
Montessori m enjadi sangat berm inat terhadap pendidikan anak sejak
ia b eker ja u n t u k a n a k-a n a k t er b ela ka n g m en t a l, d a n t er n ya t a
Montessori dapat m enerapkan m etode untuk anak-anak terbelakang
m en t al it u kep ad a an ak-an ak n or m al. Min at besar Mon t essor i
t er wu ju d d en ga n m en d ir ika n sekola h , seb a ga im a n a Soem ia r t i
Patm onodewo m engem ukakan:
Sekolah yan g per tam a d id ir ikan Mon tessor i d i Rom a pad a tah u n
190 7 dan dalam waktu sin gkat sekolah sem acam itu ber kem ban g
d i s e lu r u h
d u n ia . Ap a b ila F r o b e l t e r k e n a l d e n ga n
Kin d er gar ten n ya, Mon tessor i m en yebu t sekolah n ya d en gan Casa
De i Ba m b in i. M o n t e s s o r i s e p e r t i F r o b e l m e m a n d a n g,
p e r k e m b a n ga n a n a k u s ia d in i s e b a ga i s u a t u p r o s e s ya n g
berkesin am bun gan . la juga m em ah am i bah wa pen didikan sebagai
aktivitas dir i, yan g m en gar ah pada pem ben tukan disiplin pr ibadi
d a n kem a n d ir ia n (Soem ia r t i, 2 0 0 0 :9 -10 ).

P e n d id ik a n a n a k m o d e l M o n t e s s o r i m e n u r u t So e m ia r t i
Patmonodewo berlandaskan pada falsafah yaitu ingatan yang meresap
(a b sor b en t m in d ), lin gku n ga n ya n g d isia p ka n ( t h e p r ep a r ed
environm ent), belajar m engorganisasi sendiri (auto education ) dan
m em perhatikan m asa peka anak (sensitive period).
M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

PENDIDIKAN ANAK PRA- SEKOLAH

Absorben t m in d adalah prin sip yan g pen tin g dalam falsafah
Mon t essor i. Ia p er caya bah wa bayi t elah m am p u m en gabsor si
stim ulus lingkungan secara tidak sadar. Sem akin usia bertam bah,
anak sem akin m enyadari ingatan yang kem udian m engorganisasikan
dan m enggeneralisasikan terhadap stim ulus lingkungan. Contohnya
an ak m en gen al ibun ya m eskipun ibu m en gen akan pakaian yan g
b er b ed a . At a s d a sa r in i, m a ka seseor a n g ket ika d ewa sa d a p a t
mengingat dan menceriterakan peristiwa masa prasekolah karena usia
tersebut dian ggap m asa m ulai tim bul kesadaran dan m ulai dapat
m engingat peristiwa. Sem akin usia bertam bah, sem akin sem purna
daya m engingat peristiwa-peristiwa m asa lalu.
Pr ep a r e en v ir on m en t a d a la h m em p er sia p ka n lin gku n ga n
pem belajaran m isaln ya den gan pen ataan warn a dan saran a yan g
m em adai yang m enum buh- kem bangkan kreativitas anak. Menurut
Montessori anak harus dapat mengenal kekayaan lingkungan. Dengan
prinsip ini, m isalnya jika anak hanya m engenal alat-alat perm ainan
yang terbuat dari kaleng atau plastik yang tidak pecah, perbuatan itu
sangat m erugikan jiwa anak, sebab bukankah anak tersebut dapat
m em perlakukan can gkir kalen g atau plastik itu sekasar-kasarn ya
tanpa m enyadari bahwa perbuatan tersebut kasar. Itulah sebabnya
pendidikan m odel Montessori m em erlukan biaya m ahal yang biasa
diselenggarakan oleh lem baga swasta di perkotaan.
Sensitive period adalah masa dalam perkembangan anak, di mana
suatu konsep/ pengertian tertentu lebih m udah dipelajari oleh anak
kar en a m er eka telah m em iliki kesiapan (readn ess). Setiap an ak
berkem bang pada m asa yang berbeda. Falsafah dari Montessori ini
penting untuk menyelenggarakan pendidikan anak pra-sekolah, sebab
keberhasilan an ak dalam pen didikan tergan tun g pada saat m an a
seorang anak mengalami masa peka dan siap untuk menerima pelbagai
penguasaan sebagai harapan orangtua terhadap anak-anak usia ini.
J adi harapan orangtua terhadap pendidikan anak-anak harus
menyesuaikan dengan masa kematangan dan kesiapan mereka, bukan
m a la h h a n ya m e m e n u h i k e b a n gga n o r a n g t u a d e n ga n ca r a
m em aksakan harapan oran g tua. Akibat harapan oran g tua yan g
M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

105

106

M. SYAHRAN JAILANI

terlam pau tinggi untuk anak seusia pra-sekolah, m aka anak m ungkin
akan merasa terbebani oleh harapan orang tua yang terlampau idealis,
padahal, anak belum cukup um ur dan belum siap untuk m em enuhi
harapan orang tuanya.
Di Indonesia kehadiran pendidikan pra-sekolah terkait dengan
s e ja r a h Be la n d a k e t ik a m e n ja ja h n e ge r i in i s e b a ga im a n a
Patm onodewo m engem ukakan:
U s a h a p e n d id ik a n a n a k p r a - s e k o la h d i I n d o n e s ia t e la h
b e r la n gs u n g s e ja k t a h u n 19 0 4 p a d a s a a t P e m e r in t a h H in d ia
Bela n d a m em b u ka kela s p er sia p a n (V oor k la s) ya n g fu n gsin ya
m en yia p ka n a n a k-a n a k m em a su ki H I S (b en t u k sekola h r en d a h
d i I n d on esia p a d a za m a n Bela n d a ). P a d a t a h u n 19 2 2 Ki H a ja r
Dewan tara, seoran g tokoh gerakan di lin gkun gan Perguran Tam an
siswa, m en d ir ikan Tam an In d r ia, yaitu su atu sar an a p en d id ikan
un tuk an ak pra-sekolah. Bersam aan berdiri Tam an In dria, berdiri
p u la Ta m a n Ka n a k-ka n a k d en ga n n a m a Bu st a n u l A t h f a l a t a u
R a u d h a t u l A t h f a l ya n g d is p o n s o r i o le h o r ga n is a s i- o r ga n is a s i
I s la m .

Pada tahun 1950 Departeman Pendidikan dan Kebudayaan mulai
iku t m en gelola keber ad aan p en d id ikan p r a-sekolah d an m u lai
m en ga ku i b a h wa p en d id ika n p r a -sekola h seb a ga i sa la h sa t u
kom ponen dari ssitem Pendidikan Nasional sebagaim ana tercantum
d alam Un d an g-u n d an g No. 4 t ah u n 19 50 t en t an g Pokk-p okok
Pendidikan dan Pengajaran, juncto NO. 12 tahun 1954 tentang dasardasar pendidikan di sekolah berikut ini:
Ba h a s a I n d o n e s ia s e b a ga i b a h a s a p e r s a t u a n a d a la h b a h a s a
pen gan tar di sekolah -sekolah Republik In don esia. Di TK dan tiga
k e la s ya n g t e r e n d a h d i s e k o la h d a s a r , b a h a s a d a e r a h b o le h
d ip er gu n akan sebagai bah asa p en gan t ar (Pasal 5).
Men urut jen isn ya, m aka pen didikan dan pen gajaran dibagi atas :
P e n d id ik a n d a n P e n ga ja r a n TK, P e n d id ik a n d a n P e n ga ja r a n
Ren d ah , p en d id ikan d an Pen gajar an Men en gah , Pen d id ikan d an
Pen gajar an Tin ggi ser t a Pen d id ikan d an Pen gajar an Lu ar Biasa
yan g diberikan den gan kh usus un tuk m ereka yan g m em butuh kan
(p asal 6 ).
Pen didikan dan Pen gajaran TK berm aksud m en un tun tum bulm ya

M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

PENDIDIKAN ANAK PRA- SEKOLAH

r oh an i dan jasm an i an ak-an ak sebelu m ia m asu k sekolah r en dah
(p a sa l 7).

Pada tahun 1964 pem erintah m ulai m enyusun kurikulum TK
yang sebelumnya hanya merupakan sebuah Pedoman Bermain seiring
d en ga n b er d ir in ya Sekola h Gu r u TK (SGTK). Cika l b a ka l in i
b e r k e la n ju t a n , d i m a n a p e m e r in t a h b e r u p a ya t e r u s u n t u k
m enyem purnakan kurikulum TK tahun 1968 , kurikulum TK tahun
1976, kurikulum TK tahun 198 4, dan kurikulum TK tahun 1994.
Dalam Un dan g-un dan g RI No. 2 tahun 198 9 ten tan g Sistem
Pendidikan Nasional pasal 12 ayat (2) m enyebutkan: Pendidikan prasekolah yang diselenggarakan adalah untuk m engem bangkan pribadi,
pengetahuan, dan keteram pilan yang m elandasi pendidikan dasar
serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan
sedini m ungkin dan seum ur hidup.
Peraturan Pem erintah RI No. 27 tahun 1990 tentang Pendidikan
Pra-sekolah pada Bab I, Pasal 1, ayat (2) m enyatakan:
Ya n g d im a ksu d d en ga n Ta m a n Ka n a k-Ka n a k a d a la h sa la h sa t u
b e n t u k p e n d id ik a n p r a - s e k o la h ya n g m e n ye d ia k a n p r o gr a m
pen didikan din i bagi an ak usia em pat tahun m en jelan g m em asuki
p en d id ika n d a sa r .
Sa t u a n p en d id ika n p r a -sekola h m elip u t i Ta m a n Ka n a k-Ka n a k,
kelom p ok b er m a in d a n P en it ip a n An a k. Ta m a n Ka n a k-Ka n a k
t e r d a p a t d i ja lu r p e n d id ik a n s e k o la h , s e d a n gk a n k e lo m p o k
Ber m a in d a n P en it ip a n a n a k t er d a p a t d i ja lu r p en d id ika n lu a r
s e k o la h .

Kurikulum TK tahun 1994 m enjelaskan bahwa pem binaan segi
pendidikan anak pada Tam an Kanak-Kanak, Kelom pok Berm ain dan
Penitipan Anak m enjadi tanggung jawab Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, sedangkan usaha kesejahteraan anak bagi Kelom pok
Berm ain dan Penitipan Anak m enjadi tanggung jawab Menteri Sosial.
Lam anya pendidikan di TK adalah satu atau dua tahun sesuai dengan
usia anak. J ika suatu TK m em ilih program satu tahun, TK tersebut
dapat m enyelenggarakan kelom pok A (usia 4-5 tahun) atau kelom pok
B (usia 5-6 tahun). J ika memilih program dua tahun, maka TK tersebut

M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

107

108

M. SYAHRAN JAILANI

m enyelenggarakan program A dan B, m asing-m asing lam anya satu
tahun.
Pelaksanaan pendidikan TK yang tercantum dalam kurikulum
TK tahun 1994 m encantum kan antara lain :
1. TK adalah salah satu bentuk pendidikan sekolah yang bertujuan
untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap,
p er ilaku , p en get ah u an , ket er am p u lan d an d aya cip t a yan g
diperlukan oleh an ak didik dalam m en yesuaikan diri den gan
kelu a r ga n ya d a n u n t u k p er t u m b u h a n d a n p er kem b a n ga n
selan jutn ya.
2. Pendidikan TK tidak m erupakan persyaratan untuk m em asuki
Sekolah Dasar
3. P r ogr a m p en d id ika n kelom p ok A d a n kelom p ok B b u ka n
m erupakan jenjang yang hsrus diikuti oleh setiap anak didik.
4 . Pelaksanaan pendidikan di TK m enganut prinsip berm ain sam bil
belajar, atau belajar seraya berm ain, karena dunia anak adalah
dunia berm ain.
Den gan p er atu r an p em er in tah , p er u n d an g-u n d an gan yan g
b e r la k u m a u p u n k u r ik u lu m ya n g s e ca r a t e r u s m e n e r u s
disem purnakan, berarti pem erintah m enaruh kepedulian yang cukup
un tuk pen yelen ggaraan pen didikan an ak pra-sekolah dan kiran ya
s e t ia p le m b a ga a t a u p ih a k ya n g t e r k a it d a n b e r m in a t
m e n ye le n gga r a k a n p e n d id ik a n u n t u k a n a k p r a - s e k o la h in i
seyogyanya m engacu pada ketentuan-ketentuan yang tentunya telah
m em perhatikan pem ikiran dan tem uan-tem uan para pakar di bidang
ini.
Dalam kenyataan di lapangan m asih banyak TK yang berlom ba
m enawarkan program yang m enggiurkan orangtua dengan program
yang belum tentu sesuai dengan perkem bangan anak, bahkan hanya
m em enuhi kebanggaan orangtua saja. Misalnya TK yang m enjanjikan
an ak-an ak d id ikn ya set elah lu lu s d ar i p en d id ikan akan p an d ai
menulis, membaca, berbahasa asing dan pelbagai penguasaan lain yang
um um nya m enjadi trend zam an seperti berm ain kom puter, berm ain
piano, teram pil m atem atika dengan m etode kum on, pandai m em baca
M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

PENDIDIKAN ANAK PRA- SEKOLAH

al-Qur’an dengan m etode Iqra dan sebagainya.
Oleh kar en a itu d i akh ir tu lisan in i p en u lis akan m en coba
m em aparkan bagaim ana kepandaian baca tulis pada anak usia prasekolah m enurut tinjauan psikologi.

Ke p an d aian Baca-Tu lis An ak Pra-Se ko lah
Meskipun berfikir anak pada usia ini sudah berada pada arah praoperasional di mana anak sudah menguasai simbol-simbol (sign) yang
tertangkap m elalui bahasa verbal atau kata-kata, tetapi m ereka belum
dapat belajar berfikir secara kebalikannya dari perspektif orang lain.
Itulah yang m engantarkan Piaget pada suatu kesim pulan bahwa m asa
anak pra-sekolah sebagai persiapan untuk tahapan berikutnya, this
period as a tim e of preparation for the next stage.
Sebagai periode persiapan, m aka pelbagai m acam kegiatan dan
bahan pelajaran dalam pendidikan pra-sekolah sifatnya terbatas pada
aspek pengenalan dan persiapan, bukan pada hasil yang ditargetkan.
Or a n g t u a a t a u s e ko la h ya n g t e r la m p a u m e n gh a r a p ka n d a n
m en t ar get kan an ak-an ak agar m en gu asai kep an d aian t er t en t u ,
m is a ln ya a n a k h a r u s p a n d a i m e m b a ca , m e n u lis , b e r h it u n g,
m enggam bar dengan bagus dengan pengawasan yang sangat ketat,
akan m em buat an ak frustasi dan hilan g sem an gat un tuk belajar.
Kalaupun anak m am pu m em enuhi harapan orangtua yang kem udian
oran gtua m en jadi ban gga karen an ya, m aka keban ggaan oran gtua
tersebut belum tentu merupakan panggilan hati dan kesenangan anakanak. Situasi pendidikan seperti inilah yang m em buat psikologis anak
tidak sehat.
Menyadari akan bahaya psikologis pada anak-anak pra-sekolah,
maka kurikulum TK 1994 telah berupaya untuk menyesuaikan dengan
p er kem b a n ga n a n a k p r a -sekola h seb a ga im a n a p r in sip -p r in sip
psikologi perkem ban gan , terutam a m en gikuti fram e teori Piaget.
Dalam kaitan ini kurikulum 1994 m enyatakan:
Ta m a n Ka n a k - Ka n a k b u k a n s e k o la h . TK m e r u p a k a n t e m p a t
b er m a in sa m b il b ela ja r , sed a n gka n Sekola h Da sa r m er u p a ka n
t e m p a t b e la ja r . Di TK t id a k d ib e r ik a n p e la ja r a n m e m b a ca ,
M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

109

110

M. SYAHRAN JAILANI

m en u lis, ber h itu n g/ m atem atika seper ti di SD, yan g diber ikan di
TK ad alah u sah a atau kegiatan p er siap an m em baca d an m en u lis
ser t a p er m u la a n b er h it u n g/ m a t em a t ika . Da la m kegia t a n in i d i
TK d ib a t a si p a d a u sa h a m elet a kka n d a sa r -d a sa r kesa n ggu p a n
m e m b a ca , m e n u lis d a n b e r h it u n g/ m a t e m a t ika . Se t e la h a n a k
m e n gik u t i p r o gr a m p e n d id ik a n TK, a n a k d ih a r a p k a n t e la h
m em iliki kesa n ggu p a n -kesa n ggu p a n d a n p en get a h u a n t er t en t u
ya n g m em u n gkin ka n ia d a p a t m en giku t i p ela ja r a n p er m u la a n
m e m b a ca , m e n u lis d a n b e r h it u n g/ m a t e m a t ik a t a n p a b a n ya k
ke s u lit a n . Ke gia t a n - ke gia t a n d i a t a s h a r u s d ila ku ka n d e n ga n
m e n ye n a n gk a n , m is a ln ya m e la lu i b e r n ya n yi, b e r m a in ,
m en gu ca p ka n sya ir , p en gen a la n m en u lis,d a n b er h it u n g sa m b il
m elih at -lih at gam bar yan g sesu ai d en gan m in at an ak.

Menurut Vygotsky (Dworetzky, 1990 : 27), m anusia lahir dengan
s e p e r a n gk a t fu n gs i k o gn it if k a s a r ya it u k e m a m p u a n u n t u k
m em perhatikan , m en gam ati dan m en gin gat. Den gan kem am puan
dasar itu lingkungan tinggal m entranform asi dalam bentuk interaksi
atau pengajaran dengan m enggunakan bahasa.
Pendapat Vygotsky tersebut di atas m eskipun m em beri peluang
op t im is u n t u k p en d id ika n a n a k p r a -sekola h , n a m u n ia t id a k
m enjelaskan lebih rinci kapan idealnya anak m enerim a pengajaran
baca tu lis d en gan sep er an gkat kem am p u an kogn itif kasar yan g
diperoleh sejak lahir itu. Oleh karena itu hanya dengan mengandalkan
p en d a p a t Vygot sky kir a n ya sa n ga t lem a h u n t u k m elega lisa si
kepandaian baca tulis pada pendidikan anak pra-sekolah.
Akan tetapi, Montessori (Soem iarti, 20 0 0 :10 ) percaya bahwa
sebaiknya m em baca diajarkan pada anak sejak dini dan periode yang
tepat adalah pada usia 2-6 tahun, karena m asa tersebut dianggap
sebagai m asa sen sitif (sen sitiv e period) un tuk belajar m em baca.
Meskipun dem ikian, Montessori berpesan, “pendidikan seharusnya
tidak dibeban kan kepada an ak. Den gan lin gkun gan belajar yan g
k o n d u s if m e m u n gk in k a n a n a k b e r e a k s i s e ca r a b e b a s d a n
mengembangkan dirinya sendiri dalam garis-garis pikirannya sendiri.
Maka harus ada kebebasan dalam lingkungan yang telah dipersiapkan
(prepared environm ent) tersebut untuk pengem bangan fisik, m ental,
d a n p er kem b a n ga n sp ir it u a ln ya ”. Kem u n gkin a n m en ga ja r ka n

M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

PENDIDIKAN ANAK PRA- SEKOLAH

m em baca untuk anak usia ini juga perlu ditunjang oleh m etode yang
sesuai dengan perkem bangan m ereka sebagaim ana pendapat Sum adi
Suryabroto (1994 : 153), bahwa sebetulnya sangat mungkin anak umur
3 – 4 tahun diajarkan m em baca, asal dipakai cara-cara yang tepat
serta kriteria dan didaktiknya disesuaikan.
Mem p er h a t ika n p en d a p a t -p en d a p a t ya n g b er b ed a sep er t i
tersebut di atas, m en un jukkan bahwa boleh tidakn ya pen gajaran
membaca untuk anak pra-sekolah seyogyanya dengan memperhatikan
kesiapan (readness) anak itu sendiri yang tidak selalu harus seiring
dengan usia kalender (cronological ages), akan tetapi lebih terkait
dengan usia m ental (m ental ages). Artinya, anak sudah m encapai
kesiapan untuk m em baca bukan karena usia m ereka sekian tahun,
tetapi apakah secar a m en tal an ak ter lih at siap un tuk m en er im a
pengajaran m em baca.
Dengan dem ikian, boleh jadi anak secara usia kalender belum
saatnya m enerim a pengajaran m em baca, akan betapi secara m ental
m er eka m em iliki sem a n ga t d a n m u d a h m en er im a p en ga ja r a n
m em baca. Maka dalam hal kesiapan ini cenderung bersifat individual,
seh in gga In stitu si sekolah tid ak boleh m en er ap kan p en gajar an
m em baca secara klasikal sam a rata untuk anak didik di TK.
Di sa m p in g p er lu m em p er h a t ika n kesia p a n a n a k, fa kt or
kecer d asan an ak ju ga san gat m en en t u kan t er h ad ap efekt ifit as
pengajaran m em baca untuk anak pra-sekolah, sebab pada anak-anak
yang sangat cerdas dalam usia yang sangat m uda sering kali m ereka
“secara m ain-m ain” sudah belajar m em baca sebelum m ereka m asuk
sekolah,. Kasus sem acam ini agaknya yang terjadi pada para sahabat
Nabi, di m an a pada usia yan g san gat m uda m ereka sudah dapat
m enghafal sekian ayat al-Qur’an atau sekian jum lah hadits, karena
lingkungan saat itu sangat m enunjang sehingga anak-anakk dengan
usia yang sangat belia m ungkin dengan secara tidak sengaja m ereka
sudah terbiasa belajar baca tulis.
Dengan m em perhatikan ram bu-ram bu kesiapan dan kecerdasan
an ak-an ak, m aka m etode pen gajaran m em baca un tuk an ak prasekolah p at u t m en yesu aikan d en gan p ot en si an ak yan g secar a
M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

111

112

M. SYAHRAN JAILANI

in d ivid u a l t en t u b er b ed a . Da la m p er sp ekt if in ila h p en ga ja r a n
m em baca dapat diselen ggarakan di pen didikan an ak pra-sekolah
bukan untuk m em enuhi kebanggaan orangtua atau institusi, tetapi
karena sesuai kem am puan dan kem am puan anak.
Berdasarkan tin jauan psikologi, kiran ya kurikulum TK patut
m en jad i acu an p en d id ikan p r a-sekolah secar a klasikal, kar en a
bimbingan khusus untuk anak-anak yang tergolong cerdas tidak dapat
dilakukan secara klasikal, tetapi lebih bersifat in dividual, den gan
tetap m em perhatikan aspek berm ain , un tuk itu, pen didikan prasekolah harus m em perhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. TK merupakah salah satu bentuk awal pendidikan sekolah. Untuk
it u TK p er lu m en cip t a ka n sit u a si p en d id ika n ya n g d a p a t
m em berikan rasa am an dan m enyenangkan.
2. Masin g-m asin g an ak perlu m en dapat perhatian yan g bersifat
individual sesuai dengan kebutuhan anak usia pra-sekolah.
3. Perkem bangan adalah hasil proses kem atangan dan belajar.
4 . Kegiatan belajar di TK adalah pem ben tukan perilaku m elalui
pem biasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari.
5. Sifat belajar di TK m erupakan pengem bangan kem am puan yang
telah diperoleh di rum ah.
6. Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan
kem am puan anak didik (Soem iarti, 20 0 0 : 69-70 )
Berm ain m em punyai m akna penting bagi perkem bangan anak
pra-sekolah. Frank dan Theresa Caplan (Moeslihatoen, 1999 : 25)
m enjelaskan ada enam belas (16) m akna berm ain bagi anak yaitu:
1. Berm ain m em bantu pertum buhan anak.
2. Berm ain m erupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
3. Berm ain m em beri kebebasan anak untuk bertindak.
4 . Berm ain m em berikan dunia khayal yang dapat dikuasai
5. Berm ain m eletakkan dasar pengem bangan bahasa
6. Berm ain m em punyai pengaruh yang unik dalam pem bentukan
hubungan antar pribadi.
7. Berm ain m em beri kesem patan anak untuk m enguasai diri secara
fisik.
M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

PENDIDIKAN ANAK PRA- SEKOLAH

8.
9.
10 .
11.
12 .
13 .
14 .
15.
16 .

Berm ain m em perluas m inat dan pem usatan perhatian
Berm ain m em punyai unsur berpetualang di dalam nya.
Berm ain m erupakan cara untuk m enyelidiki sesuatu.
Ber m ain m er u p akan car a, u n t u k m em p elajar i p er an or an g
dewasa.
Berm ain m erupakan cara dinam is untuk belajar.
Berm ain m enjernihkan pertim bangan anak.
Berm ain dapat distruktur secara akadem is.
Berm ain m erupakan kekuatan hidup.
Berm ain m erupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian hidup
manusia.

Pe n u tu p
Sebagai pen u tu p tu lisan kir an ya beber apa h al ber iku t in i dapat
m enjadi m asukan untuk m em aham i pendidikan anak pra-sekolah :
1. Pendidikan anak pra-sekolah m erupakan persiapan m em asuki
sekolah dasar agar anak kelak tidak banyak m engalam i kesulitan
u n t u k m n yesu aikan d ir i d en gan p elbagai lin gku n gan yan g
berbeda dengan lingkungan di rum ah.
2. Seb a ga i p er s ia p a n s ekola h , m a ka a n a k s ela ya kn ya t id a k
m endapat beban yang berlebihan yang hanya m em uaskan dan
membanggakan orangtua dan pihak institusi secara sepihak, akan
tetapi faktor kem am puan anak harus m enjadi prioritas utam a
dalam penyelenggaraan pendidikan pra-sekolah.
3. Anak usia pra-sekolah m em iliki ciri-ciri alam iah m asa berm ain.
Maka orang tua perlu m em beri kesem patan kepada anak untuk
m engenal lingkungan sosial di luar rum ah.
4 . Suatu saat anak dapat m enunjukkan sikap suka atau tidak suka
secara silih berganti dalam pendidikannya, maka kepandaian guru
sangat penting dalam m enerapkan m etode yang sesuai dengan
perkembangan anak, sehingga, membuat anak selalu merasa ingin
hadir di sekolah.
5. Anak m em punyai tahap kem atangan, kem am puan berinteraksi
M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

113

114

M. SYAHRAN JAILANI

dan kecerdasan yang berbeda satu dengan lainnya, m aka m asingm asing anak perlu m em peroleh perhatian secara individual.

M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

PENDIDIKAN ANAK PRA- SEKOLAH

DAFTAR PUSTAKA
BM dan Newm an, PR. (1978 ). Infancy and Childhood. New York :
J ohn Wiley & Sons.
Biecher, Rf. & Snowm an, J . (1993). Psy chology Applied to Teaching.
Toronto : Houghton Mifflin Com pany.
Dworetzky, J ohn F. (1990 ) Introduction to Child Developm ent. New
York : West Publishing Com pany.
Gor d on , An n Milles a n d Ka t h er yn Willia m s Br own e. (19 8 5).
Beg in n in g a n d Bey on d : Fou n d a t ion s in Ea r ly Child hood
Education. New York : Delm ar Publisher.
Hildebrand, Verna. (1986). Introduction to Early Chilhood Education.
New York : McMilan Publishing Com pany.
Miller, Patricia H. (1993). Theories of Developm ental Psy chology .
New York : WH. Freem an and Com pany.
Mon ks, Kn oer s d a n Sit i Ra h a yu H a d it on o. (19 9 4 ). Psik olog i
Per k em ba n g a n : Pen g a n t a r d a la m Ber ba g a i Ba g ia n n y a.
Yogyakarta : UGM Press.
Moeslih at oen , Mest a P. (19 9 9 ). Keseh a t a n M en t a l Kh u su sn y a
Mereka y ang Baru Mem asuki Pendidikan Pra-sekolah Ditinjau
dari Teori In terperson al Karen H orn y e, (J urn al) Din am ika
Pendidikan. J akarta : UKI.
Patm on odewo, Soem iarti. (20 0 0 ). Pendidikan Anak Pra-Sekolah.
J akarta : Rineka Cipta.
Suryobroto, Sum adi. (1994). Psikologi Perkem bangan . Yogyakarta
: Rake Sarasin.
Team . (1994). Kebijaksanaan Pem erintah di bidang Pendidikan TK.
J akarta: Depdikbud.
Welton, David & Mallan, J ohn, T. (198 1). Children and Their W orld
Strategis for Teaching Social Studies. New J ersey : Houghton
Mifflin Com pany Boston.

M ed ia Ak a d em ik a , Vol. 27, N o. 1, J a n u a r i 20 12

115